Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
OLEH
FEBRI IRAWAN
05091002006
KELOMPOK V
INDRALAYA
2010
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI
A. Tujuan
Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia tanah pada suatu lahan pertanian
agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan subur.
B. Hasil
1. Sistematika
A. Jagung (Zea mays)
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Asparagales
Famili : Alliaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays
2. Tabel
a. Tanaman Jagung di Lahan Olah
Jumlah Daun
Pengamatan Tinggi Tanaman ( cm )
Minggu ke-1 12 3
14 April 2010 10,5 3
10 3
10 3
8 3
8,5 3
8,5 3
11,5 3
10 3
9,5 3
Minggu ke-2 26 4
21 April 2010 24 5
29,5 5
23 5
24,3 6
31 5
22 5
25,5 5
28 5
22,5 5
Minggu ke-3 61 6
28 April 2010 39 6
60 6
37 6
51 6
57 7
47 6
47 5
54 6
43 6
Minggu ke-4 79 7
5 Mei 2010 71,5 6
93 7
59 7
69 6
91 8
70 8
71,5 6
75,8 6
72,1 6
Minggu ke-5 TIDAK
12 Mei 2010
MELAKUKAN
PENGAMATAN
81 5
96 7
48,5 5
109 7
95 7
Jumlah Daun
Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Minggu ke-1 10 3
14 April 2010 8,5 3
9,5 3
10,5 3
9,5 3
8,5 3
8,5 3
9 3
10,5 3
10,5 3
Minggu ke-2 26,3 5
21 April 2010 27,7 4
21 3
23,6 4
25,2 4
18 4
19,6 3
20 3
24 5
29,3 6
Minggu ke-3 46 5
28 April 2010 44 4
26 5
41 5
47 4
34 4
39 4
32 4
41 4
45 4
Minggu ke-4 71,5 5
5 Mei 2010 67,5 5
47,5 3
54,2 4
66,5 4
58,5 4
46,5 4
42,5 4
53 4
64 5
Minggu ke-5 TIDAK
12 Mei 2010
MELAKUKAN
PENGAMATAN
82 6
C. Pembahasan
Hubungan Tekstur Tanah dengan Daya Menahan Air dan Ketersediaan Hara
Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yasng lebih besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus
lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Tanah bertekstur pasir
mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air
dan unsur hara.
Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi chroma menunjukkan
kemurnian spektrum atau kekuatan warna spektrum makin meningkat. Nilai chroma
pada lembar buku Munsell Soil Color Chart dengan rentang horisontal dari kiri ke
kanan dengan urutan nilai chroma: 1; 2; 3; 4; 6; 8. Angka 1 warna tidak murni dan
angka 8 warna spektrum paling murni.
Pencatatan warna tanah dapat menggunakan buku Munsell Soil Color Chart, sebagai
contoh:
(1) Tanah berwarna 7,5 YR 5/4 (coklat), yang berarti bahwa warna tanah mempunyai
nilai hue = 7,5 YR, value = 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut berwarna
coklat.
(2) Tanah berwarna 10 R 4/6 (merah), yang berarti bahwa warna tanah tersebut
mempunyai nilai hue =10 R, value =4 dan chroma = 6, yang secara keseluruhan
disebut berwarna merah.
Selanjutnya, jika ditemukan tanah dengan beberapa warna, maka semua warna harus
disebutkan dengan menyebutkan juga warna tanah yang dominannya. Warna tanah
akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam menentukan
warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab, atau
kering.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah: (1) tekstur tanah, (2)
sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, (3) sruktur tanah, dan (4) kadar
air tanah.
Fisika Tanah (Bagian 6: Air Tanah dan Kadar Air Tanah)
Menurut Hanafiah (2005) bahwa air merupakan komponen penting dalam tanah yang
dapat menguntungkan dan sering pula merugikan. Beberapa peranan yang
menguntungkan dari air dalam tanah adalah:
(1) sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman.
(2) sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah, dan differensi
horison.
(3) sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara
tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman.
(4) sebagai penopang aktivitas mikrobia dalam merombak unsur hara yang semula
tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman.
Selain beberapa peranan yang menguntungkan diatas, air tanah juga menyebabkan
beberapa hal yang merugikan, yaitu:
(1) mempercepat proses pemiskinan hara dalam tanah akibat proses pencucian
(perlin-dian/leaching) yang terjadi secara intensif.
(2) mempercepat proses perubahan horizon dalam tanah akibat terjadinya eluviasi
dari lapisan tanah atas ke lapisan tanah bawah.
(3) kondisi jenuh air menjadikan ruang pori secara keseluruhan terisi air sehingga
menghambat aliran udara ke dalam tanah, sehingga mengganggu respirasi dan
serapan hara oleh akar tanaman, serta menyebabkan perubahan reaksi tanah dari
reaksi aerob menjadi reaksi anaerob.
Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda pula.
Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang pori halus
yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan
tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus
lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula.
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan
(diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan
drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya
gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air
dalam tanah dapat dibedakan menjadi:
(1) Air hidroskopik, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah
dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah.
(2) Air kapiler, adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik
antara sesama butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari
gravitasi. Air ini dapat bergerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke atas)
karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang
tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.
Dalam menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman beberapa istilah dibawah ini
perlu dipahami, yaitu:
(1) Kapasitas Lapang: adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air
yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman
atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu
(titik layu permanen).
(2) Titik Layu Permanen: adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman
mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu.
Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.
(3) Air Tersedia: adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman, yaitu selisih
antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada titik layu
permanen.
Kandungan air pada kapasitas lapang ditunjukkan oleh kandungan air pada tegangan
1/3 bar, sedangkan kandungan air pada titik layu permanen adalah pada tegangan 15
bar. Air yang tersedia bagi tanaman adalah air yang terdapat pada tegangan antara
1/3 bar sampai dengan 15 bar.
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan
air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan
besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah.
Tegangan diukur dalam bar atau atmosfir atau cm air atau logaritma dari cm air yang
disebut pF. Satuan bar dan atmosfir sering dianggap sama karena 1 atm = 1,0127
bar.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-
tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya
lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi
kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
(2) sebagai pelarut unsur hara: Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh
akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
(3) sebagai bagian dari sel-sel tanaman: Air merupakan bagian dari protoplasma sel
tanaman.
Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: (1) banyaknya curah hujan atau air irigasi,
(2) kemampuan tanah menahan air, (3) besarnya evapotranspirasi (penguapan
langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), (4) tingginya muka air tanah, (5) kadar
bahan organik tanah, (6) senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan (7)
kedalaman solum tanah atau lapisan tanah.
Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman
dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK)
atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation
yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang
bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam
100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah.
Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan negatif, KTK dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
2. KTK koloid organik atau dikenal sebagai KTK bahan organik tanah, dan
KTK liat adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid
anorganik (koloid liat) yang bermuatan negatif. Nilai KTK liat tergantung dari jenis
liat, sebagai contoh:
a. Liat Kaolinit memiliki nilai KTK = 3 s/d 5 me/100 g.
b. Liat Illit dan Liat Klorit, memiliki nilai KTK = 10 s/d 40 me/100 g.
c. Liat Montmorillonit, memiliki nilai KTK = 80 s/d 150 me/100 g.
d. Liat Vermikullit, memiliki nilai KTK = 100 s/d 150 me/100 g.
KTK koloid organik sering disebut juga KTK bahan organik tanah adalah jumlah
kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid organik yang bermuatan
negatif.
Nilai KTK koloid organik lebih tinggi dibandingkan dengan nilai KTK koloid
anorganik. Nilai KTK koloid organik berkisar antara 200 me/100 g sampai dengan
300 me/100 g.
KTK total merupakan nilai KTK dari suatu tanah adalah jumlah total kation yang
dapat dipertukarkan dari suatu tanah, baik kation-kation pada permukaan koloid
organik (humus) maupun kation-kation pada permukaan koloid anorganik(liat).
Berdasarkan sumber muatan negatif tanah, nilai KTK tanah dibedakan menjadi 2,
yaitu:
1. KTK muatan permanen, dan
Contoh peristiwa terjadinya muatan negatif diatas adalah: (a). terjadi substitusi
isomorf dari posisi Si dengan muatan 4+ pada struktur lempeng liat Si-tetrahedron
oleh Al yang bermuatan 3+, sehingga terjadi kelebihan muatan negatif satu, (b).
terjadinya substitusi isomorf dari posisi Al yang bermuatan 3+ pada struktur liat Al-
oktahedron oleh Mg yang bermuatan 2+, juga terjadi muatan negatif satu, dan (c).
terjadi substitusi isomorf dari posisi Al yang bermuatan 3+ dari hasil substitusi
isomorf terdahulu pada lempeng liat Si-tetrahedron yang telah bermuatan neatif satu,
digantikan oleh Mg yang bermuatan 2+, maka terjadi lagi penambahan muatan
negatif satu, sehingga terbentuk muatan negatif dua pada lempeng liat Si-tetrahedron
tersebut. Muatan negatif yang terbentuk ini tidak dipengaruhi oleh terjadinya
perubahan pH tanah. KTK tanah yang terukur adalah KTK muatan permanen.
KTK muatan tidak permanen atau KTK tergantung pH tanah adalah jumlah kation
yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif
liat bukan berasal dari mekanisme substitusi isomorf tetapi berasal dari mekanisme
patahan atau sembulan di permukaan koloid liat, sehingga tergantung pada kadar H+
dan OH- dari larutan tanah.
Hasil Pengukuran KTK Tanah
Berdasarkan teknik pengukuran dan perhitungan KTK tanah di laboratorium, maka
nilai KTK dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. KTK Efektif, dan
2. KTK Total
Mineral Tanah
Bahan mineral tanah merupakan bahan anorganik tanah yang terdiri dari berbagai
ukuran, komposisi dan jenis mineral. Mineral tanah berasal dari hasil pelapukan
batuan-batuan yang menjadi bahan induk tanah. Pada mujlanya batuan dari bahan
induk tanah mengalami proses pelapukan dan menghasilkan regolit. Pelapukan lebih
lanjut menghasilkan tanah dengan tektur masih kasar.
Ukuran mineral tanah sangat beragam mulai dari ukuran sangat kasar sampai dengan
ukuran yang sangat halus seperti mineral liat. Mineral liat hanya dapat dilihat dengan
bantuan mikroskop elektron. Sifat mineral liat ditentukan dari:
(1) susunan kimia pembentuknya yang tetap dan tertentu, terutama berkaitan dengan
penempatan internal atom-atomnya,
(2) sifat fisiko-komia dengan batasan waktu tertentu, dan
(3) kecendrungan membentuk geometris tertentu.
Komposisi mineral dalam tanah sangat tergantung dari beberapa faktor sebagai
berikut:
(1) jenis batuan induk asalnya,
(2) proses-proses yang bekerja dalam pelapukan batuan tersebut, dan
(3) tingkat perkembangan tanah.
Bahan induk tanah mineral berasal dari berbagai jenis batuan induk, sehingga dalam
proses pelapukannya akan menghasilkan keragaman mineral tanah yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang erat antara
komposisi mineral bahan induk dengan komposisi mineral batuannya. Sebagai
contoh adalah tanah yang terbentuk dari bahan induk yang berasal dari batuan basalt
dan granit, akan memiliki komposisi mineral tanah sebagai berikut:
(1) mineral kuarsa,
(2) mineral ortoklas,
(3) mineral mikroklin,
(4) mineral albit
(5) mineral oligoklas,
(6) mineral muskovit,
(7) mineral biotit.
(8) mineral dll.
Pada tanah-tanah yang mudah melapuk dan peka terhadap proses pencucian
(leaching), seperti tanah Podzol, ditemujkan mineal yang didominasi hanya jenis
mineral: (1) kuarsa, dan (2) ortoklas. Dominasi kedua mineral ini disebabkan karena
kedua mineral ini relatif lebih resisten terhadap pelapukan. Berbeda dengan tanah-
tanah yang belum mengalami pelapukan (kurang mengalami pelapukan), maka
dalam tanah tersebut masih ditemukan mineral tanah yang beragam dengan
komposisi mineral tanah pada setiap lapisan yang hampir seragam.
Berdasarkan keberadaan silikat dalam mineral tanah, maka mineral dalam tanah
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
(1) kelompok mineral silikat, dan
(2) kelompok mineral bukan silikat.
A. Kelompok Mineral Silikat:
Kelompok mineral silikat dibagi lagi menjadi 11 kelompok, yaitu:
(1) Struktur Kristal Silikat Lempeng yang masuk kelompok Mineral Liat:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
lempeng kelompok mineral liat adalah:
(1.1) Mineral Liat Kaolinit {Si4Al4O10(OH)4}
(1.2) Mineral Liat Vermikulit {AlMg5(OH)12(Al2Si6)}
(1.3) Mineral Liat Klorit {AlMg5O20(OH)4}
(1.4) Mineral Liat Montmorillonit
(2) Struktur Kristal Silikat Lempeng yang masuk kelompok Mika:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
lempeng kelompok mika adalah:
(2.1) Mineral Muskovit {K2Al2Si6Al4O20(OH)4}
(2.2) Mineral Biotit {K2Al2Si6(Fe++,Mg)6.O20(OH)4}
(3) Struktur Kristal Silikat Lempeng yang masuk kelompok Serpentin:
Mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat lempeng
kelompok serpentin adalah:
(3.1) Mineral Serpentin {Mg3Si2O5(OH)4}
(4) Struktur Kristal Silikat Kerangka Feldsfar:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
kerangka feldsfar adalah:
(4.1) Mineral Alkali Feldsfar {(Na,K)2O.Al2O3.6SiO2}
(4.2) Mineral Plagioklas (Na2O.Al2O3.6SiO2)
(5) Struktur Kristal Silikat Rantai Kelompok Piroksin:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
rantai kelompok piroksin adalah:
(5.1) Mineral Enstatit (MgO.SiO2)
(5.2) Mineral Hipersten {(Mg,Fe)O.SiO2}
(5.3) Mineral Diopsit (CaO.MgO.2SiO2)
(5.4) Mineral Augit {CaO.2(Mg,Fe)O.(Al,Fe)2O3.3SiO2}
(6) Struktur Kristal Silikat Rantai Kelompok Amfibol:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
rantai kelompok amfibol adalah:
(6.1) Mineral Hornblende {Ca3Na2(Mg,Fe)8(Al.Fe)4.Si14O44(OH)4}
(6.2) Mineral Termolit {2CaO.5(Mg,Fe)O.8SiO2.H2O}
(7) Struktur Kristal Silikat Kelompok Olivin:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
kelompok olivin adalah:
(7.1) Mineral Olivin {2(Mg,Fe)O.SiO2}
(7.2) Mineral Titanit (CaO.SiO2.TiO2)
(7.3) Mineral Tormalin (Na2O.8FeO.8Al2O3.4B2O3.16SiO2.5H2O)
(7.4) Mineral Sirkon (ZrO2.SiO2)
(8) Struktur Kristal Silikat Kelompok Garnet:
Mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat kelompok
garnet adalah:
(8.1) Mineral Almandit (Fe3Al2Si3O12)
(9) Struktur Kristal Silikat Kelompok Epidol:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
kelompok epidol adalah:
(9.1) Mineral Soisit (4CaO.3Al2O3.6SiO2.H2O)
(9.2) Mineral Klinosoisit (4CaO.3Al2O3.6SiO2.H2O)
(9.3) Mineral Epidot (4CaO.3(Al,Fe)2º3.6SiO2.H2O)
(10) Struktur Kristal Silikat Orto dan Cincin:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat kelompok struktur kristal
silikat orto dan cincin adalah:
(10.1) Mineral Klanit (Al2O3.SiO2)
(10.2) Mineral Silimanit (Al2O3.SiO2)
(11) Struktur Kristal Silikat:
Mineral yang termasuk dalam mineral silikat kelompok struktur kristal silikat adalah:
(11.1) Mineral Andalusit (Al2O3.SiO2)
B. Kelompok Mineral Bukan Silikat:
Kelompok mineral bukan silikat dibagi lagi menjadi 6 kelompok, yaitu: (1) mineral
fosfat, (2) mineral karbonat, (3) mineral klorit, (4) mineral sulfat, (5) mineral
hidroksida, dan (6) mineral oksida. Contoh mineral tanah yang termasuk keenam
kelompok mineral bukan silikat ini disajikan sebagai berikut:
(1) Mineral Fosfat:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral
fosfat adalah:
(1.1) Mineral Apatit {Ca4(CaF)(PO4)3} atau {Ca4(CaCl)(PO4)3}
(2) Mineral Karbonat
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral
karbonat adalah:
(2.1) Mineral Kalsit (CaCO3)
(2.2) Mineral Dolomit {(Ca, Mg)CO3}
(3) Mineral Klorit:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral
klorit adalah:
(3.1) Mineral Halit (NaCl)
(4) Mineral Sulfat:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral
sulfat adalah:
(4.1) Mineral Gipsum (CaSO4.2H2O)
(4.2) Mineral Jarosit {KFe3(OH)6(SO4)2}
(5) Mineral Hidroksida:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral
hidoksida adalah:
Data kadar dan serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman pangan yaitu
meliputi: (a) tanaman jagung disajikan dalam uraian berikut.
(1) Tanaman Jagung:
Kadar dan serapan unsur hara essensial pada tanaman jagung pada bagian biji
dan jerami serta total tanaman disajikan sebagai berikut:
(1.1) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Biji Jagung:
(a) Hasil : 5,34 ton/ha
(b) Serapan N : 151,30 kg/ha Kadar N : 2,83 %
(c) Serapan P : 25,80 kg/ha Kadar P : 0,48 %
(d) Serapan K : 37,00 kg/ha Kadar K : 0,69 %
(e) Serapan Ca : 17,90 kg/ha Kadar Ca : 0,37 %
(f) Serapan Mg : 22,40 kg/ha Kadar Mg : 0,42 %
(g) Serapan S : 15,70 kg/ha Kadar S : 0,29 %
(h) Serapan Co : 0,067 kg/ha Kadar Co : 12,50 ppm
(i) Serapan Mn : 0,101 kg/ha Kadar Mn :189,00 ppm
(j) Serapan Zn : 0,168 kg/ha Kadar Zn : 31,50 ppm
(1.2) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Jerami Jagung:
(a) Bobot : 5,00 ton/ha
(b) Serapan N : 112,10 kg/ha Kadar N : 2,24 %
(c) Serapan P : 17,90 kg/ha Kadar P : 0,36 %
(d) Serapan K : 134,50 kg/ha Kadar K : 2,69 %
(e) Serapan Ca : 31,40 kg/ha Kadar Ca : 0,63 %
(f) Serapan Mg : 19,10 kg/ha Kadar Mg : 0,38 %
(g) Serapan S : 11,20 kg/ha Kadar S : 0,22 %
(h) Serapan Co : 0,056 kg/ha Kadar Co : 11,20 ppm
(i) Serapan Mn : 1,681 kg/ha Kadar Mn : 319,00 ppm
(j) Serapan Zn : 0,336 kg/ha Kadar Zn : 67,20 ppm
(1.3) Kadar Total Unsur Hara Essensial Tanaman Jagung:
(a) Kadar N : 2,55 %
(b) Kadar P : 0,42 %
(c) Kadar K : 1,66 %
(d) Kadar Ca : 0,48 %
(e) Kadar Mg : 0,40 %
(f) Kadar S : 0,26 %
(g) Kadar Co : 11,90 ppm
(h) Kadar Mn : 17,20 ppm
(i) Kadar Zn : 48,70 ppm
Nitrogen Tanah
Nilai prosentase nitrogen dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk N(%) <0,10,
(2) rendah untuk N(%) berkisar antara 0,10 s/d 0,20,
(3) sedang untuk N(%) berkisar antara 0,21 s/d 0,50,
(4) tinggi untuk N(%) berkisar antara 0,51 s/d 0,75 dan
(5) sangat tinggi untuk N(%) lebih dari 0,75.
C/N Ratio
Nilai C/N dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk C/N < 5,
(2) rendah untuk C/N berkisar antara 5 s/d 10,
(3) sedang untuk C/N berkisar antara 11 s/d 15,
(4) tinggi untuk C/N berkisar antara 16 s/d 25 dan
(5) sangat tinggi untuk C/N lebih dari 25.
P2O5 Olsen
Nilai P2O5 dalam tanah yang terukur dengan metode Olsen, dikelompokkan dalam
lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk ppm P2O5 < 10,
(2) rendah untuk ppm P2O5 berkisar antara 10 s/d 25,
(3) sedang untuk ppm P2O5 berkisar antara 26 s/d 45,
(4) tinggi untuk ppm P2O5 berkisar antara 46 s/d 60 dan
(5) sangat tinggi untuk ppm P2O5 lebih dari 60.
Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Bagian II)
K2O HCl 25%
Nilai K2O (mg/100g) dalam tanah yang terukur dengan metode HCl 25%,
dikelompokkan dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk mg K2O/100 g tanah < 10,
(2) rendah untuk mg K2O/100 g tanah berkisar antara 10 s/d 20,
(3) sedang untuk mg K2O/100 g tanah berkisar antara 21 s/d 40,
(4) tinggi untuk mg K2O/100 g tanah berkisar antara 41 s/d 60 dan
(5) sangat tinggi untuk mg K2O/100 g tanah lebih dari 60.
K-dd (me/100g)
Nilai Kalium dapat ditukar atau K-dd (me/100g) dalam tanah dikelompokkan dalam
lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk nilai K-dd (mg/100 g) < 0,1,
(2) rendah untuk nilai K-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,1 s/d 0,2,
(3) sedang untuk nilai K-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,3 s/d 0,5,
(4) tinggi untuk nilai K-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,6 s/d 1,0, dan
(5) sangat tinggi untuk nilai K-dd (mg/100g) > 1,0.
Na-dd (me/100g)
Nilai Natrium dapat ditukar atau Na-dd (me/100g) dalam tanah dikelompokkan
dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk nilai Na-dd (mg/100 g) < 0,1,
(2) rendah untuk nilai Na-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,1 s/d 0,3,
(3) sedang untuk nilai Na-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,4 s/d 0,7,
(4) tinggi untuk nilai Na-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,8 s/d 1,0, dan
(5) sangat tinggi untuk nilai Na-dd (mg/100g) > 1,0.
Mg-dd (me/100g)
Nilai Magnesium dapat ditukar atau Mg-dd (me/100g) dalam tanah dikelompokkan
dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk nilai Mg-dd (mg/100 g) < 0,4,
(2) rendah untuk nilai Mg-dd (mg/100 g) berkisar antara 0,4 s/d 0,1,
(3) sedang untuk nilai Mg-dd (mg/100 g) berkisar antara 1,1 s/d 2,0,
(4) tinggi untuk nilai Mg-dd (mg/100 g) berkisar antara 2,1 s/d 8,0 dan
(5) sangat tinggi untuk nilai Mg-dd (mg/100g) > 8,0.
Ca-dd (me/100g)
Nilai Kalsium dapat ditukar atau Ca-dd (me/100g) dalam tanah dikelompokkan
dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk nilai Ca-dd (mg/100 g) < 2,
(2) rendah untuk nilai Ca-dd (mg/100 g) berkisar antara 2 s/d 5,
(3) sedang untuk nilai Ca-dd (mg/100 g) berkisar antara 6 s/d 10,
(4) tinggi untuk nilai Ca-dd (mg/100 g) berkisar antara 11 s/d 20 dan
(5) sangat tinggi untuk nilai Ca-dd (mg/100g) > 20.
Proses Aktif:
Proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif dapat berlangsung apabila tersedia
energi metabolik. Energi metabolik tersebut dihasilkan dari proses pernapasan akar
tanaman. Selama proses pernapasan akar tanaman berlangsung akan dihasilkan
energi metabolik dan energi ini mendorong berlangsungnya penyerapan unsur hara
secara proses aktif. Apabila proses pernapasan akar tanaman berkurang akan
menurunkan pula proses penyerapan unsur hara melalui proses aktif. Bagian akar
tanaman yang paling aktif adalah bagian dekat ujung akar yang baru terbentuk dan
rambut-rambut akar. Bagian akar ini merupakan bagian yang melakukan kegiatan
respirasi (pernapasan) terbesar.
Proses Selektif:
Bagian terluar dari sel akar tanaman terdiri dari: (1) dinding sel, (2) membran sel, (3)
protoplasma. Dinding sel merupakan bagian sel yang tidak aktif. Bagian ini
bersinggungan langsung dengan tanah. Sedangkan bagian dalam terdiri dari
protoplasma yang bersifat aktif. Bagian ini dikelilingi oleh membran. Membran ini
berkemampuan untuk melakukan seleksi unsur hara yang akan melaluinya. Proses
penyerapan unsur hara yang melalui mekanisme seleksi yang terjadi pada membran
disebut sebagai proses selektif.
Proses selektif terhadap penyerapan unsur hara yang terjadi pada membran
diperkirakan berlangsung melalui suatu carrier (pembawa). Carrier (pembawa) ini
bersenyawa dengan ion (unsur) terpilih. Selanjutnya, ion (unsur) terpilih tersebut
dibawa masuk ke dalam protoplasma dengan menembus membran sel.
Mekanisme penyerapan ini berlangsung sebagai berikut:
(1) Saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk kation (K+, Ca2+, Mg2+,
dan NH4+) maka dari akar akan dikeluarkan kation H+ dalam jumlah yang setara,
serta
(2) Saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk anion (NO3-, H2PO4-,
SO4-) maka dari akar akan dikeluarkan HCO3- dengan jumlah yang setara.
Bahan Organik Tanah
Tanah tersusun dari: (a) bahan padatan, (b) air, dan (c) udara. Bahan padatan tersebut
dapat berupa: (a) bahan mineral, dan (b) bahan organik. Bahan mineral terdiri dari
partikel pasir, debu dan liat. Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah. Bahan
organik dari tanah mineral berkisar 5% dari bobot total tanah. Meskipun kandungan
bahan organik tanah mineral sedikit (+5%) tetapi memegang peranan penting dalam
menentukan Kesuburan Tanah.
Definisi Bahan Organik
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang
sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil
humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk
juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
Komposisi biokimia bahan organik dari biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) karbohidrat (60%),
(2) lignin (25%),
(3) protein (10%),
(4) lemak, lilin dan tanin (5%).
Berdasarkan kategori produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan
organik digolongkan menjadi 2, yaitu:
(1) proses mineralisasi, dan
(2) proses humifikasi.
Humus
Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan organik tanaman
(flora) dan atau fauna yang telah dimodifikasi atau disintesis oleh mikrobia, yang
bersifat agak resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus (tanpa
bentuk/nonkristalin) dan bersifat koloidal.
Ciri-Ciri Humus
Beberapa ciri dari humus tanah sebagai berikut:
(1) bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran yang kecil
menjadikan humus koloid ini memiliki luas permukaan persatuan bobot lebih tinggi,
sehingga daya jerap tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300
me/100 g yang lebih tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus
memiliki daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi
daripada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki gugus fungsional karboksil
dan fenolik yang lebih banyak.
(2) daya kohesi dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat tanah dan
membantu granulasi aggregat tanah.
(3) Tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein kasar.
(4) berwarna coklat kehitaman, sehingga dapat menyebabkan warna tanah menjadi
gelap.
Peningkatan baik keragaman mupun populasi berkaitan erat dengan fungsi bahan
organik bagi organisme tanah, yaitu sebagai:
(1) bahan organik sebagai sumber energi bagi organisme tanah terutama organisme
tanah heterotropik, dan
(2) bahan organik sebagai sumber hara bagi organisme tanah
Mekanisme Penyediaan Unsur Hara untuk Tanaman
Beberapa Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman
Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, tanaman membutuhkan beberapa unsur
hara yang meliputi: Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P),
Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn),
Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl). Unsur hara tersebut tergolong
unsur hara Essensial. Unsur hara essensial ini berdasarkan jumlah kebutuhannya bagi
tanaman, dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) unsur hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah besar disebut Unsur Hara Makro, dan (2) unsur hara yang diperlukan
tanaman dalam jumlah kecil disebut Unsur Hara Mikro. Unsur hara makro meliputi: N,
P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro meliputi: Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl.
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut
partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu
dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan
berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan
sifat2 tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain2.
segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas2 testur tanah. ada
12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi tanah
tersebut. misalkan hasil analisis lab menyatakan bahwa persentase pasir (X) 32%, liat
(Y) 42% dan debu (Z) 26%, berdasarkan diagram segitiga tekstur maka tanah
tersebut masuk kedalam golongan tanah bertekstur Liat (clay) (klik gambar untuk
memperbesar). seandainya hasil analisis lab menunjukkan persentase pasir 35%, liat
21% dan debu 44%, apa jenis tekstur tanahnya. Ditunjukan pada gambar dibwah.
Kejenuhan Basa menunjukkan perbandingan jumlah kation basa dengan jumlah
seluruh kation yang terikat pada kation tanah dalam satuan persen. Antara persentase
kejenuhan basa dan pH tanah terdapat korelasi yang nyata. Penurunan kejenuhan
basa akan diikuti dengan penurunan nilai pH. Penurunan kejenuhan basa diakibatkan
oleh menurun atau hilangnya kalsium (Ca2+) atau ka-tion basa lain (K+, Mg2+,
Na+). Akibatnya pH tanah juga mengalami penurunan ka-rena kation basa digantikan
oleh hidrogen dan aluminium. Kation basa adalah un-sur hara yang diperlukan
tanaman dan sangat mudah tercuci oleh aliran air se-hingga tanah yang mempunyai
kejenuhan basa yang tinggi menunjukkan keterse-diaan hara yang tinggi. Artinya,
tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian .
Nilai kejenuhan basa (KB) tanah merupakan presentase dari total KTK yang
diduduki oleh kation-kation basa yaitu Ca, Mg, Na, dan K terhadap jumlah total
kation yan diikat dan dapat dipertukarkan oleh koloid
Kemudahan pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergatung pada tingkat
kejenuhan basa. Suatu tanah dikatakan subur apabila kejenuhan basanya lebih atau
sama dengan 80% dan tidak subur apabila kejenuhan basanya kurang dari 50% dan
apabila diantara 50%-80% (Kim H, 1991).
Indikasi tingkat kesuburan tanah dapat dilihat dari besarnya presentase kejenuhan
basa. Makin besar nilai KB suatu lahan maka unsur hara esensiall lebih tersedia dan
mudah dimanfaatkan bagi suatu tanaman .
Terdapat korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya, terlihat
bahwa kejenuhan basa tinggi apabila pH tinggi. Oleh karena itu, tanah-tanah daerah
iklim kering (arid) biasanya memiliki kejenuhan basa yang lebih tinggi daripada
tanah-tanah yang beriklim basah. Kejenuhan basa yang rendah berarti terdapat
banyak ion H+
D. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Sifat kimiawi tanah dapat ditakrifkan sebagai keseluruahan reaksi
fisikokimia dan kimia berlangsung antarpenyusun dan antara penyusun
tanah dan bahan yang ditambahkan kepada tanah in situ.
2. Sifat fisik tanah merujuk kepada tabiat dan perilaku mekanik, termal, optic,
koloidal, dan hidrologi tanah.
3. Sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh :
Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun
tanah
Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini
Keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan dengan
kehilangannya, dan
Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang
berlangsung
4. Bahan tanah tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral,
bahan padat organik, air, dan udara.
5. Pelapukan mengunjuk pada disintegrasi dan perubahan batuan dan mineral
oleh proses-proses fisik dan kimia
6. Perkembangan pH tanah secara alami tergantung kepada banyak faktor, dua
diantaranya yang sangat penting hádala hujan dan jenis vegetasi.
B. Saran
Di dalam praktikum sifat fisik dan kimia tanah ini diharapkan para praktikan
dapat mengetahui dengan baik cara membagi petak lahan tersebut dan mengamati
tanaman mana yang pertumbuhannya baik serta dalam pemberian pupuk pada
masing-masing petak juga memerlukan ketelitian agar praktikum ini dapat berhasil.
DAFTAR PUSTAKA