You are on page 1of 3

Hadis Tentang Jual Beli Yang Terlarang.

(riba)

Jual beli yang dimaksud dapat dijumpai dalam kitab Bulughul Maram, hadis nomor
827. Berikut kutipan yang penulis peroleh secara lengkap dari kitab tersebut :

‫ والمزابنة )رواه‬,‫ والمنابذة‬,‫ والمل مسة‬,‫ والمخا ضرة‬,‫وعن أنس قال نهى رسول ال صلى ال عليه وسلم عن المحا قلة‬
‫)البخاري‬
“Dan dari Anas, Dia berkata bahwa Rasulullah saw melarang jual beli al muhaqalah, al
mukhadlarah, al mulamasah, al munabadzah, al muzabanah”. (H.R. Bukhari)

Dalam Bulughul Maram tertulis bahwa perowinya adalah Anas. Namun dalam redaksi
lain yang penulis peroleh dari kitab Shahih Bukhari hadis nomor 2207, tertulis bahwa
hadis di atas diriwayatkan dari sahabat Anas Bin Malik ra.
≥ Mufradat

⊗ ‫ المحا قلة‬: Jual beli buah-buahan yang masih berada di pohon dengan sistem
borongan.
⊗ ‫ المخا ضرة‬: Jual beli buah-buahan/biji-bijian yang belum tampak hasil baik buruknya
atau belum waktunya panen.
⊗ ‫ المل مسة‬: Pembeli wajib membeli jika telah menyentuh barang dagangan atau
pembeli hanya menyentuh pakaian yang dibeli tanpa memeriksanya.
⊗ ‫ المنابذة‬: Sistem barter antara dua orang dengan melemparkan barang dagangan
masing-masing tanpa memeriksanya.
⊗ ‫ المزابنة‬: Menjual kurma basah dengan kurma kering dengan takaran (yang sama) dan
menjual anggur segar dengan anggur kering (kismis) dengan takaran.

Dalam hadis di atas telah dijelaskan bahwa kelima jenis jual beli tersebut dilarang
oleh Rasulullah saw. Karena sistem jual beli tersebut dapat merugikan salah satu
pihak. Sebagaimana dalam Shahih Bukhari, hadis nomor 2312 juga dijelaskan
mengenai terlarangnya jual beli yang merugikan salah satu pihak, karena di dalamnya
terdapat riba.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Said al Khudriy ra. Bahwa suatu ketika Bilal
membawa kurma kepada Nabi. Kemudian beliau bertanya mengenai asal usul kurma
tersebut, lalu Bilal menceritakannya. Bahwa kurma tersebut berasal dari akad jual beli
(barter) kurma kering 2 sha’ dengan kurma yang baik 1 sha’. Lalu Rasul bersabda:
“Hati-hati, hati-hati, ini riba, ini riba, jangan lakukan. Apabila kamu ingin membeli
kurma yang bagus maka jual terlebih dahulu kurmamu yang jelek, kemudian hasil
penjualannya gunakan untuk membeli kurma yang bagus.”
Dr. Nasrun Haroen, MA mengatakan bahwa dalam syari’at Islam ditetapkan hak khiyar
bagi orang-orang yang melakukan transaksi perdata agar tidak dirugikan dalam
transaksi yang mereka lakukan. Dengan demikian ulama’ fiqih sepakat menyatakan
bahwa jual beli yang mengandung unsur penipuan, seperti al mulamasah dan al
muzabanah adalah tidak sah atau batil. Sebagaimana Jumhur ulama’ membagi jual
beli menjadi dua, yaitu sah dan batil.
Namun Ibnu Qayyim al Jauziyah seorang pakar fiqih Hanbali berpendapat, bahwa jual
beli yang ketika berlangsungnya akad barangnya tidak ada, tetapi diyakini akan ada di
masa yang akan datang sesuai dengan kebiasaannya, maka boleh dan sah jual
belinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Dilarangnya lima macam jual beli di atas
adalah upaya Rasul untuk menghindari adanya perselisihan antara dua belah pihak
karena adanya salah satu pihak yang dirugikan, karena dalam akadnya diduga adanya
unsur gharar dan riba.

B. Hadis Tentang Larangan Menimbun barang pokok. (monopoli)

‫ يا رسو ل ال غل السعر‬: ‫ غل السعر في المدينة على عهد رسول ال صلى ال عليه وسلم فقا ل الناس‬: ‫وعن أنس بن مالك قال‬
‫ فسعر لنا فقال رسول ال صلى ال عليه وسلم إن ال هو المسعر القابض الباسط الرازق وإنى لرجو عن ألقى ال تعالى وليس‬,
‫)أحد منكم يطلبنى بمظلمة فى دم ولمال ) رواه الخمسة إل النسائى وصححه ابن حبان‬

“Harga di kota Madinah menjadi mahal dimasa Rasulullah saw. Maka orang-orang
berkata, “wahai Rasul, harga barang-barang menjadi mahal, maka tetapkanlah harga
bagi kami”. Maka Rasulullah saw. bersabda “ sesungguhnya Allahlah yang
menetapkan harga, Dialah yang menahan, melepaskan harga, dan memberi rizki.
Sesungguhnya aku berharap agar aku dapat bertemu kepada Allah dan berharap tiada
seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran aku berbuat dhalim dalam darah dan
harga.” (Diriwayatkan oleh lima imam kecuali An Nasai dan dishahihkan oleh Ibnu
Hibban)

≥ Kandungan Hadis
Menetapkan harga hingga merugikan salah satu pihak, bagi Rasulullah merupakan
suatu kedhaliman yang tidak sanggup dipikulnya. Oleh sebab itu Rasul enggan
menetapkan harga pada waktu itu, selain itu juga dikatakan bahwa kenaikan harga
pada waktu itu disebabkan karena pembelian barang dagangan di luar Madinah,
bukan semata-mata mencari keuntungan yang banyak.

Kandungan hadis ini juga dapat diartikan sebagai peringatan bahwa perbuatan
menimbun barang (ihtikar) merupakan perbuatan yang tercela, sehingga Rasul sendiri
takut melakukannya. Mengapa demikian, karena apabila mengamati tujuan dari ihtikar
adalah melambungkan harga dengan cara menyimpan persediaan barang.
Sebagaimana definisi ihtikar menurut Salim bin 'Ied al-Hilali yaitu “Ihtikar adalah
membeli barang pada saat lapang lalu menimbunnya supaya barang tersebut langka
di pasaran sehingga otomatis harga melambung naik”. Jika demikian maka perbuatan
seperti ini sangat bertentangan dengan sabda Rasulullah saw, di atas yaitu “
sesungguhnya Allahlah yang menetapkan harga, Dialah yang menahan, melepaskan
harga, dan memberi rizki”.
Melihat dari definisinya ihtikar juga merupakan perbuatan dhalim dan juga melanggar
larangan Allah SWT, dalam firman-Nya al Baqarah 279. “Jangan kamu berbuat aniaya
dan jangan pula dianiaya”. Selain itu dalam hadis lain yang diriwayatkan Muslim dari
Ma’mar dinyatakan bahwa ihtikar termasuk perbuatan tercela.“Barangsiapa
menimbun barang, maka ia berdosa."

You might also like