You are on page 1of 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan


Era globalisasi ekonomi yang disertai
dengan pesatnya perkembangan teknologi,
berdampak sangat ketatnya persaingan dan
cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha.
Produk-produk hasil manufaktur di dalam
negeri saat ini begitu keluar dari pabrik
langsung berkompetisi dengan produk luar,
dunia usaha pun harus menerima kenyataan
bahwa pesatnya perkembangan teknologi
telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas
produksi, semakin singkatnya masa edar
produk, serta semakin rendahnya margin
keuntungan. Dalam melaksanakan proses
pembangunan industri, keadaan tersebut
merupakan kenyataan yang harus dihadapi
serta harus menjadi pertimbangan yang
2
menentukan dalam setiap kebijakan yang
akan dikeluarkan, sekaligus merupakan
paradigma baru yang harus dihadapi oleh
negara manapun dalam melaksanakan proses
industrialisasi negaranya.

Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan


dalam pembangunan industri Indonesia harus
dapat menjawab tantangan globalisasi
ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi
perkembangan perubahan lingkungan yang
cepat. Persaingan internasional merupakan
suatu perspektif baru bagi semua negara,
sehingga fokus strategi pembangunan industri
pada masa depan adalah membangun daya
saing sektor industri yang berkelanjutan di
pasar domestik.

Dalam situasi yang seperti itu, maka


untuk mempercepat proses industrialisasi,
menjawab tantangan dari dampak negatif
gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi
3
dunia, serta mengantisipasi perkembangan di
masa yang akan datang, pembangunan
industri nasional memerlukan arahan dan
kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu
menjawab pertanyaan, kemana dan seperti
apa bangun industri Indonesia dalam jangka
menengah, maupun jangka panjang.

(http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=215&Ite
mid=76)

Dari berbagai permasalahan yang telah


dijelaskan di atas penulis menarik sebuah
judul yaitu “Strategi Industrialisasi
Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam karya
tulis ini yaitu strategi seperti apa yang perlu
dilakukan dalam mengahadapi berbagai
4
tantangan dan persaingan global dalam
kaitannya dengan industrialisasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penyusunan karya
tulis ini yaitu:

• memenuhi persyaratan dalam mata


kuliah ekonomi industri yaitu tugas
kelompok
• agar mahasiswa dapat mengetahui
strategi-strategi dalam menghadapi
berbagai persaingan dibidang industri
• agar mahasiswa dapat menjadikan
pelajaran yang tersirat dalam karya tulis
ini sebagai sebuah acuan dalam
menghadapi tantangan industri global

1.4 Manfaat Penulisan


5
Adapun manfaat dalam penulisan karya
tulis ini yaitu:

• Terpenuhinya persyaratan mata kuliah


ekonomi industri yaitu tugas kelompok
• Mahasiswa dapat mengetahui berbagai
strategi dalam menghadapi tantangan
dan persaingan industri global
• Mahasiswa mendapat suatu pelajaran
yang dapat dijadikan suatu acuan dalam
menghadapi berbagai tantangan dan
persaingan industri global
6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Industrialisasi Berbasis Pertanian

Tidak dapat diingkari bahwa krisis


ekonomi yang dialami Indonesia selama
periode 1997-1999, salah satu penyebabnya
adalah karena kesalahan strategi
industrialisasi selama pemerintahan orde baru
yang tidak berbasis pada sektor yang mana
Indonesia mamiliki keunggulan komparatif
yang sangat besar, yaitu pertanian. Selama
krisis terbukti bahwa sektor pertanian masih
mampu memiliki laju pertumbuhan yang
positif, walaupun dalam persentase yang kecil.
Sedangkan sektor industri manufaktur
mengalami laju pertumbuhan yang negatif di
atas satu digit.

Ada beberapa alasan kenapa


pembangunan sektor pertanian yang kuat
7
esensial dalam proses industrialisasi di Negara
seperti Indonesia, yakni sebagai berikut:

1. Sektor pertanian yang kuat,


berarti ketahanan pangan terjamin. Hal
ini merupakan salah satu prasyarat
penting agar proses industrialisasi pada
khususnya dan pembangunan ekonomi
pada umumnya bisa berlangsung dengan
baik.
2. Dari sisi permintaan agregat,
pembangunan sektor pertanian yang kuat
membuat tingkat pendapatan riil
perkapita di sektor tersebut tinggi.
3. Dari sisi penawaran, sektor
pertanian merupakan salah sumber input
bagi sektor industri manufaktur yang
mana Indonesia memiliki keunggulan
komparatif. Dalam perkataan lain, lewat
keterkaitan produksi, pertumbuhan
produktivitas atau output di sektor
pertanian bisa menjadi sumber
8
pertumbuhan output di sektor industri
manufaktur.

2.2 Tantangan yang Dihadapi Sektor


Industri

Tantangan utama yang dihadapi oleh


industri nasional saat ini adalah
kecenderungan penurunan daya saing industri
di pasar internasional. Penyebabnya antara
lain adalah meningkatnya biaya energi,
ekonomi biaya tinggi, penyelundupan serta
belum memadainya layanan birokrasi.
Tantangan berikutnya adalah kelemahan
struktural sektor industri itu sendiri, seperti
masih lemahnya keterkaitan antar industri,
baik antara industri hulu dan hilir maupun
antara industri besar dengan industri kecil
menengah, belum terbangunnya struktur
klaster (industrial cluster) yang saling
mendukung, adanya keterbatasan berproduksi
barang setengah jadi dan komponen di dalam
9
negeri, keterbatasan industri berteknologi
tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi
antar daerah, serta ketergantungan ekspor
pada beberapa komoditi tertentu.

Sementara itu, tingkat utilisasi kapasitas


produksi industri masih rata-rata di bawah 70
persen, dan ditambah dengan masih tingginya
impor bahan baku, maka kemampuan sektor
industri dalam upaya penyerapan tenaga kerja
masih terbatas.

Di sisi lain, industri kecil dan menengah


(IKM) yang memiliki potensi tinggi dalam
penyerapan tenaga kerja ternyata masih
memiliki berbagai keterbatasan yang masih
belum dapat diatasi dengan tuntas sampai
saat ini. Permasalahan utama yang dihadapi
oleh IKM adalah sulitnya mendapatkan akses
permodalan, keterbatasan sumber daya
manusia yang siap, kurang dalam kemampuan
manajemen dan bisnis, serta terbatasnya
10
kemampuan akses informasi untuk membaca
peluang pasar serta mensiasati perubahan
pasar yang cepat.

2.3 Strategi Industri: Dari Substitusi


Impor Ke Substitusi Ekspor

strategi inward vs outward-looking


sejarah perdagangan mencatat
beragamnya strategi kebijakan yang di anut
masing-masing Negara. Ada yang berusaha
memacu pembangunan ekonomi melalui
espansi perdagangan internasional dan
sekaligus membuka pintu lebar-lebar terhadap
investasi asing, bantuan luar negeri dan
imigrasi.di lain pihak, tak sedikit negara
membangun perekonomiannya dengan
menerapkan strategi industrialisasi substitusi
impor dan menggunakan perencanaan
ekonomi sebagai prisain untuk menangkis
11
pengaruh eksternal yang dianggap
mengganggu dan tidak dikehendaki.

Perbedaan strategi outward vs inward-


looking.

Strategi outward-looking

1. perdagangan bebas dan kebijakan


ekspansi ekspor
2. kebijakan ekonomi tipe terbuka
3. kebijakan pintu terbuka terhadap
bantuan luar negeri ke sektor pemerintah
4. kebijkan pintu terbuka terhadap PMA
5. kebijakan pintu terbuka terhadap
imigrasi

Strategi inward-looking

1. kebijakan proteksionis dan substitusi


impor
2. kebijakan ekonomi dalam negeri tipe
tertutup
12
3. ketergantungan pada tabungan falam
negeri dan swasembada sumber daya
4. hambatan terhadap PMA
5. hambatan terhadap imigrasi (M.
Kuncoro, 2007:112)
Berbagai jenis industri yang
dikembangkan di Indonesia sangat beraneka
sehingga tidak mudah untuk dianalisis. Jenis
industri manufaktur di Indonesia terdiri dari :

1. Industri padat karya, dengan ciri-ciri :


penyerapan tenga kerja tinggi,
berorientasi ekspor, sebagian besar
dimiliki swasta, dan tingkat konsentrasi
yang rendah.

2. Industri padat modal dan tenaga


trampil, dengan ciri-ciri : berorientasi
pasar domestik, sebagian besar kendali
ada di pemerintah atau PMA, dan tingkat
konsentrasi yang tinggi.
13
3. Industri padat sumber daya alam,
dengan ciri-ciri : orientasi ekspor yang
tinggi, sebagian besar kepemilikan di
tangan swasta, dan tingkat konsentrasi
yang rendah.

4. Industri padat teknologi, dengan ciri-


ciri : semakin berorientasi ekspor,
kepemilikan ada di tangan asing dan
swasta, kandungan impor dan tingkat
konsentrasi yang tinggi.
(http://yasinta.net/strategi-
industrialisasi-dan-proteksionisme/)

2.4 Kebijakan dan Strategi


Pengembangan Industri Nasional

Arah kebijakan pembangunan industri


nasional mengacu kepada agenda dan
prioritas pembangunan nasional Kabinet
Indonesia Bersatu. Dalam kerangka tersebut,
maka visi pembangunan industri nasional
14
dalam jangka panjang adalah membawa
Indonesia untuk menjadi sebuah negara
industri tangguh di dunia dengan visi antara
yaitu Pada tahun 2024 Indonesia menjadi
Negara Industri Maju Baru.

Untuk mewujudkan visi tersebut, sektor


industri mengemban misi sebagai berikut:

1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan


hidup masyarakat;

2. Menjadi dinamisator pertumbuhan


ekonomi nasional;

3. Menjadi pengganda kegiatan usaha


produktif di sektor riil bagi masyarakat;

4. Menjadi wahana untuk memajukan


kemampuan teknologi nasional;

5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya


modernisasi kehidupan dan wawasan
budaya masyarakat;
15
6. Menjadi salah satu pilar penopang
penting bagi pertahanan negara dan
penciptaan rasa aman masyarakat.

Tujuan pembangunan industri nasional


baik jangka menengah maupun jangka
panjang ditujukan untuk mengatasi
permasalahan dan kelemahan baik di sektor
industri maupun untuk mengatasi
permasalahan secara nasional, yaitu (1)
Meningkatkan penyerapan tenaga kerja
industri; (2) Meningkatkan ekspor Indonesia
dan pember-dayaan pasar dalam negeri; (3)
Memberikan sumbangan pertumbuhan yang
berarti bagi perekonomian; (4) Mendukung
perkembangan sektor infrastruktur; (5)
Meningkatkan kemampuan teknologi; (6)
Meningkatkan pendalaman struktur industri
dan diversifikasi produk; dan (7)
Meningkatkan penyebaran industri.
16
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut dan
untuk menjawab tantangan di atas maka
kebijakan dalam pembangunan industri
manufaktur diarahkan untuk menjawab
tantangan globalisasi ekonomi dunia serta
mampu mengantisipasi perkembangan
perubahan lingkungan yang sangat cepat.
Persaingan internasional merupakan suatu
perspektif baru bagi semua negara
berkembang, termasuk Indonesia, sehingga
fokus dari strategi pembangunan industri di
masa depan adalah membangun daya saing
industri manufaktur yang berkelanjutan di
pasar internasional. Untuk itu, strategi
pembangunan industri manufaktur ke depan
dengan memperhatikan kecenderungan
pemikiran terbaru yang berkembang saat ini,
adalah melalui pendekatan klaster dalam
rangka membangun daya saing industri yang
kolektif.
17
Industri manufaktur masa depan adalah
industri-industri yang mempunyai daya saing
tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada
besarnya potensi Indonesia (comparative
advantage), seperti luas bentang wilayah,
besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan
sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan
kemampuan atau daya kreasi dan
keterampilan serta profesionalisme sumber
daya manusia Indonesia (competitive
advantage).

Bangun susun sektor industri yang


diharapkan harus mampu menjadi motor
penggerak utama perekonomian nasional dan
menjadi tulang punggung ketahanan
perekonomian nasional di masa yang akan
datang. Sektor industri prioritas tersebut
dipilih berdasarkan keterkaitan dan
kedalaman struktur yang kuat serta memiliki
daya saing yang berkelanjutan serta tangguh
di pasar internasional.
18
Pembangunan industri tersebut
diarahkan pada penguatan daya saing,
pendalaman rantai pengolahan di dalam
negeri serta dengan mendorong tumbuhnya
pola jejaring (networking) industri dalam
format klaster yang sesuai baik pada
kelompok industri prioritas masa depan, yaitu:
industri agro, industri alat angkut, industri
telematika, maupun penguatan basis industri
manufaktur, serta industri kecil-menengah
tertentu.

Pengembangan industri agro dalam


jangka menengah adalah ditujukan untuk
memperkuat rantai nilai (value chain) melalui
penguatan struktur, diversifikasi, peningkatan
nilai tambah, peningkatan mutu, serta
perluasan penguasaan pasar. Sedangkan
dalam jangka panjang, difokuskan pada upaya
pembangunan industri agro yang mandiri dan
berdaya saing tinggi.
19
Pengembangan industri alat angkut
dalam jangka menengah adalah memfokuskan
peningkatan kemampuan industri komponen,
dan untuk jangka panjang selanjutnya
diarahkan pada pembangunan kapasitas
nasional di bidang teknologi agar memiliki
kemandirian dalam rancang bangun (design)
dan rekayasa (engineering) komponen, sub-
assembly, maupun barang jadi.

Pengembangan industri telematika


dilakukan dengan membangun sentra-sentra
industri telematika, aliansi strategis, serta
peningkatan kemampuan sumber daya
manusia. Diharapkan dalam jangka panjang,
industri telematika Indonesia dapat menjadi
basis produksi industri telematika global.

Perkuatan basis industri manufaktur


ditujukan bagi kelompok industri yang telah
ada dan sudah berkembang saat ini, agar
ketergantungannya terhadap sumber daya
20
alam dan sumber daya manusia yang relatif
kurang terampil menjadi berkurang, industri
pada kelompok ini harus didorong agar
mampu menjadi industri kelas dunia.

Basis industri manufaktur perlu


direstrukturisasi dan dikonsolidasikan segera
agar efisiensi dan daya saingnya di dunia
internasional meningkat, selain itu untuk
jangka panjang, perlu didorong
terselenggaranya peningkatan kemampuan
penelitian dan pengembangan (R&D),
teknologi dan desain di industri, dalam rangka
membangun kemampuan bersaing jangka
panjang.

Dengan memperhatikan permasalahan


yang bersifat nasional baik di tingkat pusat
maupun daerah dalam rangka peningkatan
daya saing, maka pembangunan industri
nasional yang sinergi dengan pembangunan
daerah diarahkan melalui dua pendekatan.
21
Pertama, pendekatan top-down yaitu
pembangunan industri yang direncanakan (by
design) dengan memperhatikan prioritas yang
ditentukan secara nasional dan diikuti oleh
partisipasi daerah. Kedua, pendekatan
bottom-up yaitu melalui penetapan
kompetensi inti yang merupakan keunggulan
daerah sehingga memiliki daya saing. Dalam
pendekatan ini Departemen Perindustrian
akan berpartisipasi secara aktif dalam
membangun dan mengembangkan
kompetensi inti daerah tersebut. Hal ini
sekaligus merupakan upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerah, yang
pada gilirannya dapat mengurangi tingkat
kemiskinan dan pengangguran.

2.5 Kebijakan Pengembangan Industri


Kecil dan Menengah
22
Industri Kecil dan Menengah (IKM)
mempunyai peran yang strategis dalam
perekonomian nasional, terutama dalam
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan masyarakat serta menumbuhkan
aktivitas perekonomian di daerah. Di samping
itu, pengembangan IKM merupakan bagian
integral dari upaya pengembangan ekonomi
kerakyatan dan pengentasan kemiskinan.

Adapun tujuan pengembangan IKM


adalah (1) Meningkatkan kesempatan
berusaha, lapangan kerja dan pendapatan; (2)
Memperkuat struktur industri; (3)
Meningkatkan IKM berbasis hasil karya
intelektual (knowledge-based); (4)
Meningkatkan persebaran industri; dan (5)
Melestarikan seni budaya kegiatan produktif
yang ekonomis.

Bagi IKM, peningkatan kemitraan, baik


dalam bidang pemasaran, teknologi maupun
23
permodalan perlu segera dilakukan. Fasilitasi
pemerintah masih tetap sangat diperlukan
dan dalam intensitas yang tinggi.
Pengembangan IKM perlu dilakukan secara
terintegrasi dan sinergi dengan
pengembangan industri berskala menengah
dan besar, karena kebijakan pengembangan
sektoral tidak bisa mengkotak-kotakkan
kebijakan menurut skala usaha. Untuk itu
strategi pengembangan IKM dilaksanakan
melalui (1) Pemberdayaan IKM yang sudah
ada; (2) Pembinaan IKM secara terpadu; dan
(3) Meningkatkan keterkaitan IKM dengan
industri besar dan sektor ekonomi lainnya
(http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=215&Ite
mid=76).

2.6 Strategi Baru dalam Mengahadapi


ACFTA: Mendorong Kemandirian
24
Dengan strategi baru industrialisasi,
seperti gambaran itu juga dapat mendorong
kemandirian pertumbuhan industri nasional
dengan target penguasaan dan pendalaman
teknologi tepat guna baik teknologi tinggi,
menengah, maupun sederhana bergantung
pada kebutuhan skala ekonomi dan prioritas.
Terlebih lagi dalam menghadapi ACFTA,
langkah untuk menggalakkan produksi dalam
negeri yang berulang-ulang disuarakan
kalangan pemerintah, pengamat, dan dunia
usaha patut didukung. Tapi semestinya
dikaitkan juga dengan sebuah grand strategy
untuk kebangkitan dan kemandirian industri
nasional dalam berbagai skala usaha (kecil,
menengah, dan besar) dengan
pengembangan, penguasaan, dan
pendalaman teknologi tepat guna yang
dibutuhkan. Itu biasanya akan dikritik bahkan
disabet oleh kalangan ekonom neolib
domestik maupun asing karena terutama
25
kalangan asing tak mau kehilangan pangsa
pasar produk barang dan jasa mereka.

Dalam perspektif itulah keperluan


strategi baru industrialisasi yang menekankan
kemandirian ekonomi dan industri nasional
sebagai kelanjutan berkembangnya ekonomi
rakyat (karena bermitra dengan usaha besar
nasional maupun asing) sehingga
menciptakan pertumbuhan yang lebih
berkelanjutan dan berkualitas. Hal ini karena
secara empiris, ekonomi yang bertumpu
ekonomi rakyat yang berbasis luas akan
memiliki multiplier effect yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, perusahaan skala besar
nasional maupun asing akan sangat
dibutuhkan mendongkrak transfer teknologi,
manajemen, dan pengetahuan.
(http://bataviase.co.id/node/117582).
26
2.7 Butir-Butir Kebijakan Pengembangan
Industri

Dengan memperhatikan pentingnya


wawasan dan pola pikir dan bertolak dari
hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai
sampai saat ini, potensi yang dimiliki bangsa
dan Negara Indonesia, serta lingkungan
strategis saat itu dan kecenderungan
perkembangannya, sembari memperhatikan
kelestarian lingkungan, maka digariskan
kebijakan pola pengembangan industri
nasional sebagai berikut:

a. Kebijakan strategis utama

Kebijakan strategis utama berupa pola


pengembangan Industri Nasional yang terdii
dari 6 butir kebijakan sebagai berikut:

1. Pendalaman struktur industri

Yang perlu dilakukan adalah


pengembangan industri yang sejauh
27
mungkin dikaitkan dengan sector
ekonomi lainnya; upaya ini untuk dapat
mengembangkan idustri hulu, antara,
menengah, dan kecil. Dengan demikian
langkah ini dapat memperdalam struktur
industri nasional. Apabila didalam neeri
tidak terdapat bahan baku, maka bahan
baku tersebut dapat diimpor, asalkan
bahan baku tersebu tersedia secara
memadai diluar negeri seperti kapas,
gandum, garam industri, kulit. Selain itu,
harus diupayakan agar bahan baku
tersebut juga dapat diperoleh dari
beberapa Negara sehingga tidak akan
terjadi ketergantungan pada satu-dua
Negara penghasil saja.

2. Pengembangan industri
permesinan dan elektonika

Kebijakan kedua adalah


pengembangan industri permesinan,
28
mesin peralatan pabrik, mesin-mesin
listrik, elektronika, utamanya yang
mempunyai pasar yang jeas dan berulang
– baik dalam negeri maupun ekspor – dan
berkembang, melalui penerapan standard
an penguasaan rangcang bangun dan
perekayasaan, baik untuk pasar dalam
negeri maupun pasar luar negeri. Upaya
pengembangan teknologi masih sanat
berat kita lakukan dan bahkan sebagian
besar industri di negeri kita belum
mampu melakukannya, karena itu upaya
litbang terapan harus kita dorong, dengan
pemberian fasilitas fiscal.

3. Pengembangan industri kecil

Khusus dalam sektor industri kecil,


setiap tahun selalu tumbuh dan
berkemabgn usaha kecil, walaupun
sebagian besar lemah. Tumbuh dan
berkembangnya ini perlu kita kita syukuri
29
dn karenanya kita harus memantapkan
system pembinaannya, antara lain
dengan penekanan pemecahan masalah
pemasaran melalui kemitraan. Serta
bimbingan teknis dan permodalan dengan
dukungan perbankan.

4. Pengembangan ekspor hasil


industri.

Pengembangan ekspor hasil industri


dengan upaya meningkatkan daya saing
secara kontinyu agar peranan ekspor
hasil industri semakin meningkat.
Pengembangan ekspor hasil industri
dilandaai atas pola broad
based/spectrum.

5. Pengembangan litbang terapan,


rancang bangun dan perekayasaan, serta
perangkat lunak

Kebijakan lain yang diperlukan


adalah Pengembangan litbang terapan,
30
rancang bangun dan perekayasaan, serta
pengembangan sistem perangkat lunak
lainnya dalam arti luas, baik untuk
pembuatan mesin, mesin peralatan
pabrik, pembuatan pabri secar utuh,
maupun untuk mengembangkan industri
elektronika.

6. Pengembangan kewiraswastaan
dan tenga profesi

Hal terakhir dalam arah kebijakan


strategi utama adalah perlunya
pengembangan kewiraswastaan dan
tenaga profesi termasuk para manajer,
enaga ahli, tenaga trampil, terdidik, dan
sebagainya.

b. Kebijakan strategis penunjang

1. Perlunya peletakan landasan


hukum dan peraturan perundang-
undangan untuk mengatur, membina, dan
mengembagnkan industri nasional. (UU
31
Nomor 5 tahun 1984 tentang
perindustrian dan peraturan-peraturan
pelaksanaannya).

2. Diadakannya pengelompokkan
industri nasional dalam tiga kelompok
utama, yaitu industri dasar, Aneka
Industri, dan Industri Kecil, lengkap misi,
pilihan penggunaan pendekatan, apakah
padat karya atau padat modal, sehingga
memudahkan penggunaanya.

3. Ditingkatkannya pelaksanaan
program keterkaitan secara luas dan
saling menguntungkan, saling menunjang
baik antara industri kecil, industri
menengah, dan industi besar. Antar
Industri Hilir, Industri antara, dan Industri
Hulu maupun antara sektor ekonomi
dengan sektor lainnya. Supaya
pelaksanaan program keterkaitan ini akan
mampu meningkatkan nilai tambah dan
32
diharapkan secara bertahap dapat
memperkokoh dasar – dasar bagi
perkembangan perekonomian nasional.

4. Pemanfaatan secara efektif pasar


dalam negeri yang dapat merupakan
landasan kuat untuk pelaksaan program
ekspor.

5. Peningkatan kemampuan dunia


usaha.

c. Langkah operasional

Dalam melaksanakan kebijakan


strategis perlu ditempuh langkah – langkah
operasional yang mencakup langkah makro,
langkah mikro, keterpaduan, dan
pemantauan.

- Langkah makro

Langkah operasional makro pada


dasarnya merupakan upaya untuk
menciptakan iklim yang kondusif bagi
33
pengembangan industri. Implementasi
langkah tersebut akan dilakukan melalui
rangkaian langkah – langkah kebijakan
deregulasi dan debirikrasi yang dinamis
dan berkelanjutan. Ini dilakukan dengan
bentuk – bentuk antara lain.

• Stabilitas moneter dan dukungan


perbankan

• Dukungan kebijakan fiskal

• Penurunan tarif hingga akhirnya


mencapai 0% serta penghapusan
hambatan dan tarif dan monopoli

• Deregulasi kepabeanan dan


tataniaga

• Pengaturan tataruang wilayah


industri antara lain dengan
penyediaan zona industri, kawasan
industri, kawasan terikat, entreport,
cluster, serta industri kecil
34
• Penyediaan informasi industri,
utamanya untuk pengusaha UKM

• Penerapan standarisasi industri

- Langkah mikro

Langkah operasional mikro berupa


pembinaan dan pengembangan industri
dengan pendekatan komoditi atau
cabang industri dengan memperlihatkan
aspek keterkaitan secara luas dan
sejauh mungkin dilandasi dengan studi
nasional sekaligus membeikan dorongan
kepada dunia usaha untuk
meningkatkan profesionalisme agar
dapat memanfaatkan peluang yang
tumbuh.

Berdasarkan studi nasional


komoditi atau cabang industri dapat
dikembangkan strategi yang tepat untuk
ditempuh dalam mengembangkan
35
komoditi atau cabang industri yang
bersangkutan yang mencakup: peluang
pasar baik dalam negeri maupun
eksport, potensi kebijakan kemanfaatan
sumberdaya alam yang akan diolah,
arahan pengembangan industri yang
bersangkutan, penggunaan teknologi,
serta langkah – langkah promosi
investasi, sehingga dunia usaha tertarik
untuk menanamkan modalnya
(Hartanto, 2006:)

2.8 Alternatif Strategi Industrialisasi

Selain meningkatkan kesempatan kerja,


ada tiga tujuan penting lainnya dari
industrialisasi yang harus dicapai,yaitu
sebagai berikut:

1. Menciptakan atau meningkatkan nilai


tambah ekonomi, yakni nilai tambah dari
36
semua sektor ekonomi yang ada, termasuk
industri, pertanian dan pertambangan.
2. Meningkatkan efisiensi ekonomi.
3. Mengurangi ketergantungan pada
impor.

Dalam memilih alternatif strategi


industrialisasi yang tepat untuk diterapkan di
Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut, ada sejumlah aspek yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

1. Melihat kenyataan bahwa ada


dua sektor ekonomi yang besar di mana
Indonesia memiliki keunggulan
komparatif atas sektor-sektor tersebut,
yaitu pertanian dan pertambangan, maka
dalam proses industrialisasi harus
dibangun / dikembangkan keterkaitan
produksi ke depan dan ke belakang
37
antara kedua sektror primer tersebut
dengan sektro industri manufaktur.
2. Selain dengan dua sektor
primer,juga harus dibangun /
dikembangkan keterkaitan produksi
antara sektor industri manufaktur denagn
sektor-sektor sekunder lainnya dan sektor
tersier. Di samping itu, juga harus
dibangun / dikembangkan keterkaitan
produksi di dalam sektor industri
manufaktur antarsubsektor / kelompok
industri dan antar unit produksi dari skala
yang berbeda di dalam setiap kelompok
industri.
3. Strategi industrialisasi yang
tepat bagi Indonesia adalah yang
memfokuskan pada perkembangan
kelompok-kelompok industri berikut :
a. Industri – industri yang
memakai komoditas –komoditas
pertanian dan pertambangan sebagai
38
bahan baku utama. Strategi ini akan
menghasilkan berbagai jenis
downstream industries di dalam
negeri yang berdaya saing tinggi.
b. Industri- industri mesin, alat-
alat produksi, komponen, spare part,
dan material- material lain. Strategi
in akan menghasilkan supporting
industries atau meadstream
industries yang berarti akan
mengurangi ketergantungan sektor-
sektor ekonomi di dalam negeri
terhadap impor. Ini yang dimaksud
dengan pendalaman basis industri.
c. Industri-industri yang
outward looking- oriented. Ini tidak
arus berarti bahwa yang dibangun
hanya industri-industri yang
menghasilkan barang-barang untuk
tujuan ekspor, tetapi juga industri-
industri yang membuat barang-
39
barang untuk kebutuhan pasar
domestic dengan daya saing global
yang tinggi sehingga mampu
bersaing dengan barang-barang
impor dalam system mekanisme
pasar bebas. Dalam strategi
pengembangan / pembangunan
industri yang berorientasi ekspor, hal
pertama yang perlu dikembangkan
adalah industri-industri yang padat
karya. Setelah Indonesia siap,
terutama dalam hal SDM, teknologi,
dan knowkedge. Akan tetapi, ini tidak
harus berarti bahwa Indonesia harus
mengembangkan industri –industri
berteknologi tinggi, melainkan yang
harus dikembangkan adalah industri-
industri yang mana Indonesia
memiliki keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif; dan ini tidak
harus selalu berarti industri-industri
40
yang padat modal atau berteknologi
canggih.
4. Pengembangan sektor industri
manufaktur harus berdasarkan
spesialisasi berdasarkan faktor-faktor
keunggulan komparatif yang dimiliki
Indonesia dan faktor-faktor keunggulan
kompetitif yang dapat dikembangkan;
tidak lagi industrialisasi berspektrum luas
( broad based industry ) seperti pada
zaman pemerintahan orde baru.
5. Industrialisasi harus memberi
dampak positif terhadap saldo neraca
pembayaran, khususnya saldo neraca
perdagangan, tidak hanya dengan cara
meningkatkan ekspor barang-barang
dengan nilai tambah tinggi
( manufaktur ), tetapi juga dengan cara
mengurangi impor.
6. Industrialisasi harus mendukung
potensi daerah, yang sekaligus
41
mendukung pelaksanaan otonomi daerah.
Industrialisasi tidak boleh lagi terpusatkan
hanya di jawa, tetapi harus menyebar ke
wilayah-wilayah di luar jawa. Akan tetapi
penyebaran tersebut harus tetap
memegang pada prinsip “optimal
location’; penempatan suatu industri di
suatu lokasi yang strategis dengan total
biaya paling minimum, yang mencakup
biaya – biaya transportasi, informasi ,
pengadaan bahan baku, produksi,
distribusi, dan lain-lain.
7. Strategi industrialisasi yang tepat
adalah yang bisa meningkatkan
kemampuan perusahaan-perusahaan
local / nasional dalam produksi,
mengembangkan teknologi dan produk
dengan merek sendiri, serta membangun
jaringan distribusi global sehingga dapat
mengurangi ketergantungan
42
pembangunan industri nasional terhadap
investasi asing ( PMA ).
8. Industrialisasi harus menciptakan
atau mempercepat proses pendalaman
struktur industri ( diversifikasi ).
9. Pola industrialisasi juga harus
berorientasi pada peningkatan dan
pemerataan pendapatan masyarakat,
tentu tanpa mengurangi tingkat efisiensi
dan produktivitas. Artinya, perkembangan
sektor industri manufaktur harus
menciptakan kesempatan kerja, tetapi
tidak semata- mata hanya berlandaskan
pada prinsip full employment, melainkan
produvtive employment, yakni
menciptakan kesempatan kerja sebanyak
mungkin tetapi produktif. Ini tidak berarti
bahwa semua industri harus padat karya,
tetapi harus ada pemilihan industri-
industri menurut intensitas pemakaian
tenaga kerja dan modal. Ada jenis- jenis
43
industri ( atau bagian-bagian tertentu
dalam suatu proses produksi ) yang
memang tidak bisa dilakukan metode
produksi yang padat karya, dan ini tidak
harus berarti dampaknya sangat kecil
terhadap kesempatan kerja. Melalui total
keterkaitan produksi ( keterkaitan
langsung plus tidak langsung ) ke depan
dan ke belakang dari industri yang padat
modal tersebut dengan industri – industri
yang lain yang padat karya akan
menciptakan total employment effect
yang besar. Selain meningkatkan
kesempatan kerja, demi tujuan
pemerataan, lokasi pembangunan industri
juga harus diusahakan menyebar ke
seluruh pelosok tanah air.
10. Jenis-jenis insentif yang akan
diberikan oleh pemerintah dengan
maksud untuk mendukung proses
industrialisasi harus yang bisa dibuktikan
44
memiliki social cost effectiveness-nya
yang tinggi, artinya social benefit lebih
besar daripada social cost-nya. Selain itu,
kebijakan ini harus transparan, bersifat
sementara, dan dalam pelaksanaannya
harus konsisten denagn ketetapan
pemerintah yang ada.

Dari uraian di atas, jelas bahwa untuk


dapat melaksanakan pola industrialisasi yang
tepat di Indonesia dengan memperhatikan
aspek-aspek tersebut, diperlukan sarana dan
prasarana, terutama penyediaan SDM
( termasuk wiraswasta, manajer, tenaga ahli,
tenaga terampil, tenaga terdidik, dan
sebagainya ) dengan kualitas tinggi sesuai
dengan kebutuhan saat ini dan yang akan
datang; teknologi yang tepat guna dan
infrastruktur fisik dan nonfisik ( termasuk
kelembagaan ).
45
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Industri merupakan suatu unit ekonomi


yang kegiatannya mengelolah barang mentah
menjadi barang setengah jadi dan/atau
barang jadi yang mempunyai nilai ekonomis
yang lebih tinggi.

Kemajuan serta berkembangnya


industri-industri baru di berbagai belahan
dunia sekarang ini menjadikan salah satu
tantangan baru serta motivasi baru di Negara
berkembang seperti Indonesia. Mengapa
tidak? Berkembangnya industri di Negara
maju menjadikan Indonesia untuk terus
berinovasi, berkretifitas, dan selalu aktif
dalam mencari berbagai informasi tentang
industri itu sendiri.
46
Perkembangan jaman yang menuntut
Negara kita untuk terus meningkatkan
persaingan dibidang industri menjadikan
manusia Indonesia baik itu pemerintah, serta
masyarakat untuk terus menciptakan strategi
baru dalam menghadapi berbagai persaingan
tersebut.

Alternatif Strategi Industrialisasi

a. Menciptakan atau meningkatkan nilai


tambah ekonomi, yakni nilai tambah dari
semua sektor ekonomi yang ada, termasuk
industri, pertanian dan pertambangan.
b. Meningkatkan efisiensi ekonomi.
c. Mengurangi ketergantungan pada
impor.

3.2 Saran

Era perkembangan dan persaingan


industri yang semakin meningkat. Di mana
sekarang perkembangan serta kemajuan
47
suatu Negara lebih di tentukan oleh industri-
industri yang dimiliki. Begitu juga dengan
Negara kita. Pemerintah sebagai pihak yang
lebih menentukan berbagai kebijakan dalam
perspektif industri harus lebih serius dalam
menangani persaingan industri secara global
dan kita sebagai bagian dari masyarakat yang
turut campur tangan dalam persaingan
tersebut harus lebih mampu berekspresi,
berkarya, dan terus berinovasi terhadap hasil
produksi yang lebih mampu bersaing dan
berkualitas.
48
DAFTAR PUSTAKA

http://bataviase.co.id/node/117582. diakses
tanggal 25 mei 2010

http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=215&It
emid=76. diakses tanggal 25 mei 2010

http://yasinta.net/strategi-industrialisasi-dan-
proteksionisme/. diakses tanggal 25 mei
2010

Kuncoro, Mudrajad, 2007. Ekonomika Industri


Indonesia: Menuju Negara Industri Baru
2030?. Andi.Yogyakarta

Sastrosoenarto, Hartanto. 2006.


Industrialisasi Serta Pembangunan Sektor
Pertanian dan Jasa: Menuju Visi
Indonesia 2030. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
49
50

STRATEGI INDUSTRIALISASI
INDONESIA

Ekonomi Industri
2010

Editor:
Mister Candera (Pend
Ekonomi ’08)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010
i
51

Ekonomi Industri
2010

STRATEGI
INDUSTRIALISASI
INDONESIA
Oleh:
Mister Candera
Lulus Yuni Tika R
Maemunah
Syahidah Rohmah

Editor:
Mister Candera (Pend Ekonomi ’08)

UNIVERSITAS JAMBI
ii
52

Hak cipta dilindungi:


Dilarang keras memperbanyak, memfotocopi
sebagian atau seluruh Isi karya tulis ini, serta
memperjualbelikannya tanpa mendapat izin
tertulis dari Penulis/editor

©2010, penulis/editor, Jambi


Judul buku : Strategi Industrialisasi Indonesia
Penulis : Mister Candera
Lulus Yuni Tika R
Maemunah
Syahidah Rohmah
Editor : Telp. 0852 66993746
Email: Cand_mhs@yahoo.com

Pendidikan Ekonomi angkatan 2008


iii
53
KATA PENGANTAR

Pertama dan yang paling utama, penulis


mengucapkan puji syukur khadiat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta
Hidayah-Nya dalam penyusunan karya tulis
yang berjudul “Strategi Industri Indonesia” ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada:

1. Dosen pengampu mata kuliah ekonomi


industri DR. Muazza, M.Si yang telah
memberikan masukkan serta bimbingan
dalam penyusunan karya tulis ini

2. Tim jajaran dalam kelompok Ekonomi


Industri yang telah bekerja sama dalam
penyelesaian karya tulis ini.

3. Para teman-teman yang telah


memberikan partisipasi baik itu moril,
materi maupun material
iv
54
Karya tulis yang berjudul “Strategi
Industrialisasi Indonesia” ini merupakan
makalah yang sederhana, dan berfungsi
sebagai acuan serta sebagai bahan bacaan
kita dalam mengembangkan kekuatan
nasional dan dalam menghadapi berbagai
tantangan globalisasi dibidang perekonomian.

Karya tulis ini disusun dari berbagai


refrensi yang relevan dengan mata kuliah
ekonomi industri, sehingga penulis menyadari
sepenuhnya dalam penyusunannya, sebagai
manusia biasa pasti ada kesalahan dan
kekhilafan baik itu materi, maupun
bahasanya. Maka dari pada itu penulis
mengharapkan kepada para pembaca agar
dapat memberikan saran ataupun kritik yang
membangun sebagai acuan penyusunan karya
tulis kedepan.

Jambi, Mei
2010
55
Penulis
v
56
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................. iii


DAFTAR ISI ....................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang Penulisan ................ 1
1.2Rumusan Masalah ........................... 3
1.3Tujuan Penulisan ............................. 3
1.4Manfaat Penulisan .......................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Industrialisasi Berbasis Pertanian .. 6
2.2 Tantangan yang Dihadapi Sektor
Industri 7
2.3 Strategi Industri: Dari Substitusi Impor
Ke Substitusi Ekspor ...................... 9
2.4 Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Industri Nasional
........................................................
12
2.5 Kebijakan Pengembangan IKM ......
19
57
2.6 Strategi Baru dalam Mengahadapi
ACFTA: Mendorong Kemandirian ...
21
vi
2.7 Butir-Butir Kebijakan
Pengembangan Industri ...............
22
2.8 Alternatif Strategi Industrialisasi ...
30
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .......................................
39
3.2 Saran .............................................
40
Daftar Pusta
tentang penulis 58

Nama: Mister Candera


Nim: A1A108038
TTL: Siring Agung, 05 Juni 1989
Asal sekolah: SMA N 1 Muaradua Kisam, Oku
Selatan, Sumsel.

Tantangan globalisasi seolah menuntut manusia


untuk terus menciptakan hal-hal baru untuk dapat
bertahan hidup lebih lama. Seperti halnya
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat,
Cina, Jepang, dll. Mereka terus berkompetensi
untuk menjadi Negara super power. Akan tetapi,
yang akan merasakan dampak dari itu semua
adalah Negara berkembang , pemanfaatan
terhadap Negara berkembang seakan
memperburuk keadaan Negara berkembang itu
sendiri .

Maka dari pada itu Negara berkembang


khususnya Indonesia harus mempersiapkan
senjata baru dalam menghadapi tantangan
tersebut. Pentingnya strategi dalam
mempertahankan kekuatan serta kekayaan dalam
negeri.
2010

universitas jambi

You might also like