You are on page 1of 17

Perjuangan Orde Baru Sampai dengan Reformasi

N PELITA dan tahun o Rehabilitasi ekonomi khususnya untuk mengangkat hasil pertanian dan PELITA I (1 April 1069 1. 31 Maret 1974) transportasi. Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia. Peningkatan standar hidup bangsa Indonesia melalui Perbaikan transportasi. 2. PELITA II (1 April 1974 31 Maret 1979) Tersedianya bahan untuk perumahan dan fasilitas lainnya. Terwujudnya sarana dan prasarana yang sandang, pada pangan, bidang dan industri papan. dan penyempurnaan sistem irigasi dan Inti Pembangunan

semakin terdistribusi. Tersedianya Indonesia. 3. PELITA III (1 April 1979 31 Maret 1984) Peningkatan standar pertanian untuk lapangan kerjanbagi rakyat

swasembada dan pemantapan industri yang mengelola bahan baku menjadi bahan jadi. Pemerataan kebutuhan pokok rakyat pada penyediaan sektor pangan. Pemerataan pendidikan dasar dan

oeningkatan keahlian di semua bidang. Pemerataan kesempatan kerja dan usaha dengan cara transmigrasi. Melibatkan generasi muda dan wanita dalam pembangunan. Mengintensifkan kinerja dalam penyediaan kesempatan keadilan bagi rakyat.

Pemerataan

pendapatan

dengan

cara

mengadakan proyek padat karya guna baru. PELITA IV (19 Maret 4. 1983-22 Maret 1988) Peningkatan swasembada standar pangan pertanian dan untuk

peningkatan

industri untuk memproduksi mesin ringan ataupun berat serta terlaksananya program KB. Menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk memantapakan swasembada

PELITA V (1 April 1989 5. 31 Maret 1994)

pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Namun pelaksanaan pembangunan mulai

tidak merata sebaba hanya mendominasi di Pulau Jawa saja. Pada masa ini pemerintah lebih

menitikberatkan pada sektor bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan PELITA VI (1 April 1994 6. - 31 Maret 1999) manusia sebagai pendukungnya. Ini juga merupakan kejatuhan ORBA. Utang luar negeri Indonesia mencapai 136 milyar dolar AS tahun 1997. dan peningkatan kualitas sumber daya

1. Keberhasilan Orde Baru


Kemajuan dalam bidang transportasi dapat menghubungkan antara kota dengan kota. Terpenuhinya kebutuhan bahan baku bagi proses produksi dan tenaga kerja. Tersalurnya hasil prosuksi ke wilayah kota lainnya. Masuknya penduduk dari berbagai wilayah dan kebudayaan,

sehingga dapat melahirkan proses akultrasi di antara kebudayaankebudayaan tersebut. Pemusatan dan persebaran sumber daya.

Pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat beberapa daerah yang mulai berkembang menjadi daerah pusat pertmbuhan di luar wilayah Pulau Jawa. Pusat-pusat pertumbuhan itu antara lain berada di Arun (NAD), Bontang (Kalimantan Timur), Soroako (Sulawesi Selatan), Temabga Pura (Papua). Munculnya pusat-pusat pertumbuhan ini menjadi salah satu faktor untuk persebaran sumber aya manusia dari Pulau Jawa ke daerah-daerah tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya pemusatan penduduk pada suatu wilayah, terutama di daerah kawasan padat penduduk seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta. Perubahan tata ruang Suatu daerah yang menjadi pusat pertumbuhan selalu mengalami perkembangan baik bersifat kualitatif maupun bersifat kuantitatif.

Pertumbuhan yang bersifat kualitatif berkaitan erat dengan peningkatan mutu kehidupan sebagai akibat semakin pesatnya kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pertumbuhan bersifat kuantitatif berkaitan dengan peningkatan jumlah dan keragaman kebutuhan hidupsejalan dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dengan berbagai bentuk kegiatan usahanya, berpengaruh besar terhadap kebutuhan lahan. Oleh karena itu, pertumbuhan itu dapat mengakibatkan terjadinya perubahan tata ruang dari wilayah pusat pertumbuhan itu. Perkembangan ekonomi. Pusat pertumbuhan yang mengalami perkembangan dengan pesat, mempengaruhi perekonomian penduduknya. Misalnya, pemekaran kota baik Tingkat keamanan dalam negeri meningkat. Dalam bidang ekonomi terlihat adanya Perkembangan GDP perkapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000. Kesuksesan swasembada pangan. Tingkat pengangguran menurun. Kesuksesan dalam program REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)

Kesuksesan dalam bidang pendidikan yaitu menjalankan program Gerakan Wajib Belajar.

Kesuksesan Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh. Kesuksesan transmigrasi. Kesuksesan program KB. Kesuksesan dalam menangani permasalahan pendidikan yaitu, memerangi buta huruf.

Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia. sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri.

Rakyat merasa aman dan sejahtera. Politik luar negeri yang bebas aktif terlaksana dengan baik (Indonesia aktif di organisasi internasional seperti; ASEAN, OPEC, OKI, dll)

2. Kegagalan Orde Baru


Ketidakseimbangan ketiga lembaga pemerintah yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif atau tidak adanya chech and balance pada pembagian kekuasaan pemerintah dimana lembaga eksekutif menguasai negara, sehingga kedua lembaga lainnya tidak menjalankan tugasnya akibat dari itu, tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme dapat merajarela karena lembaga yudikatif tidak memiliki kekuasaan. Akibat dari ini, terjadi pemerintahan yang bersifat diktator, otoriter, dan absolutisme. (Lembaga kepresidenan terlalu dominan). Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena

kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya.

Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin).

Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel.

Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program "Penembakan Misterius (PETRUS)".

Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya).

Meningkatnya jumlah kriminalitas. Krisis kepercayaan terhadap aparat pemerintah. Implementasi HAM yang masih rendah. Lembaga peradilan yang masih kurang independen

3. pemerintahan Orde Baru dikatakan menyimpang dari Pancasila

dan

Pasal

33

UUD

1945

serta

memakai

sistem

ekonomi

kapitalisme yang tidak adil


Sebab hal ini dipandang sebagai hal yang bersifat separatisme politis yang berarti suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain (atau suatu negara lain). Istilah ini biasanya tidak diterima para kelompok separatis sendiri karena mereka menganggapnya kasar, dan memilih istilah yang lebih netral seperti determinasi diri. Gerakan separatis sering merupakan gerakan yang politis dan damai. Telah ada gerakan separatis yang damai di Quebec, Kanada selama tiga puluh tahun terakhir, dan gerakan yang damai juga terjadi semasa perpecahan Cekoslowakia dan Uni Soviet. Singapura juga lepas dari Federasi Malaysia dengan damai. Separatisme juga sering merupakan tindak balas yang kasar dan brutal terhadap suatu pengambil alihan militer yang terjadi dahulu. Di seluruh dunia banyak kelompok teroris menyatakan bahwa separatisme adalah satu-satunya cara untuk meraih tujuan mereka mencapai kemerdekaan. Ini termasuk kelompok Basque ETA di Perancis dan Spanyol, separatis Sikh di India pada 1980-an, IRA di

Irlandia pada masa pergantian abad dan Front de Libration du Qubec pada 1960-an. Kampanye gerilya seperti ini juga bisa menyebabkan perang saudara seperti yang terjadi di Chechnya. Peraturan perekonomian pada masa pemerintahan orde baru sudah jauh menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila seperti yang tertuang pada Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33 UUD 1945 mencantumkan bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat ditafsirkan bukan berdasarkan individual melainkan kemakmuran seluruh warga Indonesia. Oleh karena itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangunan perusahaan yang sesuai dengan hal itu adalah koperasi. Perekonomian berdasarkan asas demokrasi ekonomi bertujuan untuk menciptakan kemakmuran bagi semua orang. Oleh sebab itu, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Jika tidak, tampuk produksi akan jatuh ke tangan orangorang yang berkuasa sehingga rakyat ditindas. Sebaliknya, sistem ekonomi yang berkembang pada masa pemerintahan orde baru adalah sistem kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoli, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi.

4. 5 (lima) Azimat Revolusi Indonesia


a. Nasakom (sejak tahun 1926 dalam tulisan nasionalisme, Islamisme, marxisme) Nasakom adalah singkatan dari nasionalis, agama dan komunis, pada masa orde lama. Konsep ini diperkenalkan oleh presiden soekarno yang berfungsi sebagai salah satu jalan menyatupadukan golongan-golongan berlainan haluan politik di Indonesia. Konsep penyatuan ini diharapkan Presiden Soekarno dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik. b. Pancasila yang lahir tahun 1945. Pancasila terdiri dari dua kata dari bahasa sansekerta, pafica berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia berisikan 5 sila, yaitu : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dimpimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. c. Manipol atau USDEK lahir tahun 1959 Manipol adalah penjelasan resmi daripada dekrit presiden 5 Juli 1959 dan garis-garis besar haluan negara. USDEK adalah anti sari daripada manipol. Manipol-USDEK adalah haluan daripada negara Republik menjalankan Panca Azimat revolusi. d. Trisakti (berdaulat di bidang politik) tahun 1964. Dalam salah satu azimat revolusi Indonesia adalah Trisakti. Dalam trisakti diajarkan berdaulat di bidang politik. Trisakti itu pula dijadikan prinsip oleh Bung Karno untuk membangun Indonesia. Berdaulat dalam politik adalah segala pengaturan kehidupan kehidupan berbangsa dan bernegara harus didasarkan pada mandat rakyat. Kedaulatan politik dibangun dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, dan bukan diatur oleh pihak luar atau negara asing. e. Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian di bidang budaya) lahir tahun 1965. Berdikari dalam ekonomi adalah pengaturan peri kehidupan ekonomi harus didasarkan pada tujuan akhir menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Bung Karno mengharapakan tentunya, Eksploitasi dan penguasaan sumber daya alam Indonesia oleh pihak asing secara besar-besaran dan serampangan harus dihentikan, namun kerja sama ekonomi dan investasi yang saling menguntungkan penting digiatkan. Berkepribadian di bidang budaya adalah wujud perilaku asah, asih, asuh dan tepo sliro. Maknanya adalah sikap saling memberitahu, saling memperhatikan, melakukan dengan senang hati, dan tidak semena-mena. Kepribadian ini adalah hal yang harus diajarkan kepada masyarakat Indonesia sejak dini.

5. 4 (empat) program perjuangan Orde Baru


Pada Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 yang menyatakan telah terbentuknya Kabinet Ampera pada tanggal 25 Juli 1966. Pembentukan Kabinet Ampera merupakan upaya mewujudkan Tritura yang ketiga, yaitu perbaikan ekonomi. Tugas pokok Kabinet Ampera disebut Dwi Dharma yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitas ekonomi. Program kerjanya disebut Catur Karya, yang isinya antara lain: A. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang pangan dan papan B. Melaksanakan pemilu dalam batas waktu seperti tercantum dalam

ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966 yakni Juli 1968.

Pemilihan Umum pada masa Orde Baru pertama kali dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971. Pemilu pada waktu itu berbeda dengan pemilu tahun 1955 karena telah menggunakan sistem distrik bukan sistem proporsional. Dalam sistim distrik ini partai-partai harus memperebutkan perwakilan yang disediakan untuk sesuatu daerah. Suara yang terkumpul di suatu daerah tidak dapat dijumlahkan dengan suatu partai itu yang terkumpul di daerah lain. Pemilu tahun 1977 diikuti oleh 10 kontestan, yakni PKRI, NU, Parmusi, Parkindo, Murba, PNI, Perti, IPKI, dan Golkar. Dalam pemilu kali ini dimenangkan oleh Golkar. Pemilu berikutnya dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1977 yang kali ini diikuti oleh 3 organisasi peserta pemilu, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Selanjutnya pemilu-pemilu di Indonesia selama Orde Baru selalu dimenangkan oleh Golongan Karya. C. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional sesuai dengan Ketetapan MPRS No XI/MPRS/1966. Politik luar negeri Indonesia pada masa yang condong kepada salah satu blok pada masa Demokrasi Terpimpin merupakan pengalaman pahit bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu Orde Baru bertekad untuk untuk mengoreksi bentuk-bentuk penyelewengan politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Lama. Politik luar negeri yang memihak kepada salah satu blok dinyatakan salah oleh MPRS (kemudian MPR). Indonesia harus kembali ke politik luar negeri yang bebas dan aktif serta tidak memencilkan diri. Sebagai landasan kebijakan politik luar negeri Orde Baru telah ditetapkan dalam Tap No. XII/ MPRS / 1966. Menurut rumusan yang telah ditetapkan MPRS, maka jelaslah bahwa politik luar negeri RI secara keseluruhan mengabdikan diri kepada kepentingan nasional. Sesuai dengan kepentingan nasional, maka politik luar negeri RI yang bebas dan aktif tidak dibenarkan memihak kepada salah satu blok ideologi yang ada. Namun bukanlah politik yang netral, tetapi suatu politik luar negeri yang tidak mengikat diri pada salah satu blok ataupun pakta militer. Sebagai wujud dari pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif pada masa Orde Baru melakukan langkah- langkah sebagai berikut: o Menghentikan politik konfrontasi dengan Malaysia setelah ditandatanganinya persetujuan untuk menormalisasi hubungan bilateral Indonesia-Malaysia pada tanggal 11 Agustus 1966. Selanjutnya sejak 31 Agustus 1967 kedua pemerintah telah membuka hubungan diplomatik pada tingkat Kedutaan Besar. o Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 28 September 1966 setelah meniggalkan PBB sejak 1 Januari 1965. Sebab selama menjadi

anggota badan dunia, yakni sejak 1950-1964, Indonesia telah menarik banyak manfaatnya. o Indonesia ikut memprakarsai terbentuknya sebuah organisasi kerja sama regional di kawasan Asia Tenggara yang disebut Association of South East Asian Nations (ASEAN) pada tanggal 8 Agustus 1967. D. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya E. Usaha penyelamatan tingkat ekonomi inflasi, nasional penyelamatan rakyat terutama keuangan pada usaha dan MPRS

mengendalikan pengamanan

negara

kebutuhan

pokok

dalam

ketetapan

No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan. Lalu Kabinet AMPERA membuat kebijakan mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut. o Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan, seperti : Rendahnya penerimaan negara Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara Terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank

Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri penggunaan devisa bagi negara.

Impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.

o Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian. o Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.

Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka ditempuh cara: a. Mengadakan operasi pajak b. Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.

6. 3 masalah nasional yang dihadapi Orde Baru A. Berbagai krisis a. Krisis Finansial / Moneter/ Ekonomi Krisis finansial asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia yang melemah dan semakin besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu meyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Pada masa ini pondasi ekonomi Indonesia sangat rapuh. Pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar yang besar, lebih dari 20 milyar dolar, dan sektor bank yang baik. Tapi banyak perusahaan Indonesia yang meminjam dolar AS. Di tahun berikut, ketika rupiah menguat terhadap dolar, praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan tersebut -- level efektifitas hutang mereka dan biaya finansial telah berkurang pada saat harga mata uang lokal meningkat. Pada Juli, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke 12 persen. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus 1997, pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran floating-bebas. Rupiah jatuh lebih dalam. IMF datang dengan paket bantuan 23 milyar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi karena ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar yang kuat. Rupiah dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan Septemer. Moody's menurunkan hutang jangka panjang Indonesia menjadi "junk bond". Meskipun krisis rupiah dimulai pada Juli dan Agustus, krisis ini menguat pada November ketika efek dari devaluasi di musim panas muncul pada neraca perusahaan. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar yang disebabkan oleh penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi dengan membeli dolar, yaitu: menjual rupiah, menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi.

Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di negara ini. Pada Februari 1998, Presiden Suharto memecat Gubernur Bank Indonesia, tapi ini tidak cukup. Suharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden. Pada masa orde baru, ekonomi di Indonesia sangat kacau. Ditunjukkan dengan Dunia Perbankan dilanda kredit macet yang parah, Pelaku-pelaku ekonomi panik dan sehingga tidak dapat menentukan keputusan yang benar, sehingga dalam kinerja dunia usaha mengalami pasang surut, akibatnya banyak pengangguran dan diperburuk dengan Laju inflasi yang terus meningkat. Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah dan mencapai

titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: 1) Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi. 2) Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai negara industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah (rata-rata). 3) Pemerintahan Sentralistik, pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik sifatnya sehingga semua kebijakan ditentukan dari Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah hanya sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat.

b. Krisis hukum Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa. Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yanf menyatakan bahwakehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif).

c. Krisis politik Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa. Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:

1)

Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).

2) 3)

Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau demokrasi rekayasa. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.

4)

Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara (sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

5)

Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilih menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapipemilihan itu merupakan hasil rekayasa dan tidak demokratis.

d. Krisis kepercayaan Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto. Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan.

e. Krisis sosial Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis sosial. politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah. Ketimpangan perekonomian Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial. Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas, tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial.

B. Kerusuhan tahun 1998 Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei - 15 Mei 1998, khususnya di ibu kota Jakarta namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Surakarta. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai,

dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Tak hanya itu, seorang aktivis relawan kemanusiaan yang bergerak di bawah Romo Sandyawan, bernama Ita Martadinata Haryono, yang masih seorang siswi SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena aktivitasnya. Ini menjadi suatu indikasi bahwa kasus pemerkosaan dalam Kerusuhan ini digerakkan secara sistematis, tak hanya sporadis. Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi". Hal yang memalukan ini mengingatkan seseorang kepada peristiwa Kristallnacht di Jerman pada tanggal 9 November 1938 yang menjadi titik awal penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dan berpuncak pada pembunuhan massal atas mereka di hampir seluruh benua Eropa oleh pemerintahan Jerman Nazi. Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama besar yang dianggap provokator kerusuhan Mei 1998. Bahkan pemerintah mengeluarkan pernyataan berkontradiksi dengan fakta yang sebenarnya yang terjadi dengan mengatakan sama sekali tidak ada pemerkosaan massal terhadap wanita keturunan Tionghoa disebabkan tidak ada bukti-bukti konkret tentang pemerkosaan tersebut. Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun demikian umumnya orang setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian orang-orang tersebut.

C. Tragedi Trisakti 1998 Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka. Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan dada. Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri--militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.

Akhirnya, pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras. Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1. Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam.

7. pengertian dan tujuan gerakan reformasi Gerakan reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional. Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Gerakan ini lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktorfaktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan reformasi tersebut. Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama menjadi ketatanan perikehidupan baru yang lebih baik. Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan tatanan perikehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dengan demikian, gerakan reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan perikehidupan baru menuju terwujudnya Indonesia baru. Reformasi adalah gerakan moral yang bertujuan untuk menata perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berda-sarkan Pancasila, serta mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Beberapa sebab lahirnya gerakan reformasi adalah krisis moneter, ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, dan kepercayaan terhadap pemerintahan Presiden Suharto. Nilai tukar rupiah terus

merosot. Para investor banyak yang menarik investasinya. Inflasi mencapai titik tertinggi dan pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah selama pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi. Namun, persoalan itu tidak muncul secara tiba-tiba. Banyak faktor yang mempengaruhinya, terutama ketidakadilan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan hukum. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Akibat dari pemerintahan yang dilanda banyaknya keretakan pada pemerintahan itu tersendiri (Krisis politik, Krisis hukum, Krisis ekonomi, Krisis sosial dan Krisis Kepercayaan) Gerakan reformasi adalah Gerakan yang berskala nasional oleh gerakan generasi muda (terutama mahasiswa dan pelajar) pada tanggal 21 Mei 1998 yang isinya merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Tujuan dari gerakan reformasi tersebut antara lain:

Memaksa turunnya Presiden Soeharto dari jabatannya. Menentang Masa Orde Baru dan menuntut adanya reformasi. Terbentuknya pemerintahan baru yang mengutamakan adanya reformasi yang tentunya menyejahterakan rakyat.

Menuntut turunnya Presiden dan dibubarkan kabinet VII, bukan dilakukan reshuffle karena ditakutkan adanya pemerintahan lagi seperti pada masa Orde Baru.

Memperbaiki kerusakan-kerusakan yang sudah diwariskan oleh Orde Baru atau merombak segala tatanan politik, ekonomi, sosial dan budaya yang berbau Orde Baru.

Melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan tatanan perikehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial.

Menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Kumpulan artikel reformasi di Indonesia; http://systems-baraapi.blogspot.com/ Tragedi Trisakti; Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas; http://semanggipeduli.com/

www.scribd.com/ Notosusanto, Nugroho. 1992. sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta: Depdikbud. www.wikipedia.org Era reformasi Indonesia ; http://id.wikipedia.org/wiki/

You might also like