You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PERKAWINAN SILANG Drosophila sp.

Oleh :

Muhammad Iqbal Filayani (083244211)

UNIVERSITAS NEGERI SURABYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2010

BAB I

1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Genetika merupakan salah satu cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
tentang gen. Ilmu ini mempelajari tentang pewarisan sifat yang diturunkan pada
keturunannya. Hukum ini diciptakan dan sekaligus dditemukan oleh Gregor Johann
Mendel. Mendel menyebutnya unit genetic atau gen, dengan persyaratan sebagai
berikut:
1. membawa informasi yang berkaitan dengan struktur, fungsi
dan sifat biologi yang lain. ( Henuhili, 2002)
2. diwariskan dari generasi ke generasi dimana keturunannya
mempunyai persamaan fisik dari materi genetik induk (P1).

Lalat atau Drosophila baik disadari ataupun tidak telah hadir dalam setiap
lingkungan kita. Dalam penelitian tentang lalat, orang pertama yang menggunakan
lalat buah (Drosophila malanogaster) sebagai objek penelitian genetika adalah
Thomas hunt morgan yang berhasil menemukan “pautan seks” dan “gen
rekombinan”.

Drosophila mudah ditemukan di sekitar buah-buahhan yang sudah matang


atau makanan yang sudah basi atau mengalami fermentasi. Namun demikian untuk
pemeliharaan dan pembiakan, Drosophila membutuhkan media yang tepat supaya
dapat tetap hidup dan berkembangbiak dengan baik. Untuk pemeliharaan Drosophila
dapat digunakan bermacam-macam medium mulai dari medium yang sederhana
hingga medium yang lengkap.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah siklus dari perkembangbiakan hingga
menghasilkan keturunan (F1) Drosophila ?

2. Berapakah perbandingan keturunan (F1) yang jantan (♂)


dan betina (♀) dari perkawinan Drosophila ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui siklus dari Drosophila.
2. Untuk mengetahui perbandingan keturunan (F1) yang
jantan (♂) dan betina (♀) dari perkawinan
Drosophila.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Di Indonesia tercatat sekitar 500 jenis Drosophila dari famili Drosophilidae,
dan di pulau Jawa terdapat sekitar 120 jenis Drosophila (Wheeler, 1981), sedangkan
di Bandung terdapat sekitar 150 jenis Drosophila, beberapa di antaranya belum
dipertelakan (Djoko T. Iskandar, 1987).
Drosophila sp merupakan hewan yang bersayap,dan berukuran kecil.Maka
dari itu pengamatan morfologi hewan ini bisa dengan menggunakan alat Bantu seperti
LUV ataupun kaca pembesar.Genus drosophila mempunyai banyak species.Species
yang paling banyak dan tersebar luas adalah Drosophila melanogaster.
Drosophila memiliki cirri morfologi yang berdeba antara jantan dan
betinanya.Pada Drosophila jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan yang betina.Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan
memiliki sisir kelamin.Sedangkan pada yang betina ukuran relative lebih
besar,memiliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin.
(Soemartomo.S.S.1979).
Pada drosophila diremuka 4 pasang kromosom.Pada lalat jantan dan lalat
betina umumnya adalah sama,tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada salah satu
kromosom jantan terdapat lengkungan seperti mata pancing.(Sepoetro.D.1975).
Pada Drosophila jantan dan betina dapat mudah dipisahkan dalam bentuk
segmen-segmenabdomen.Abdomen betina mempunyai ujung meruncing dan pola
garis-garis yang berbeda dari pada abdomen jantan.Kelamin lalat ditentukan sebagian
oleh kromosom X yang dimiliki individu.Nor,alnya lalat betina akan memiliki 2
kromosom X.Sedangkan lalat jantan hanya memiliki 1 kromosom X ditambah 1 Y
heterokromatik.Pada lalat buah kromosom Y tidak memiliki peranan penting dalam
penentuan jenis kelamin.PAda kromosom Drosophilla hanya sedikit gen aktif.
(Goodenough1984).
Drosophila yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia Tenggara adalah
Drosophila ananassae, Drosophila kikkiwai, Drosophila malerkotliana, Drosophila
meptela, Drosophila hypocausta, Drosopila imigrans dan lain sebagainya.
Drosophila termasuk phylum Arthropoda, kelas Insecta, Ordo Diptera, sub
ordo cyclorrharpa (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat pada kulit instar
ketiga, mempunyai "jaw hookss", seri Acalyptra yaitu imago menetas keluar dari
bagian anterior pupa). Ciri umum Drosohila sp. adalah sebagai berikut:

3
1. Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
2. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua (2) bagian yang terinteruptus.
3. Sungut dan arista umumnya berbentuk bulu, mempunyai 7-12 percabangan.
4. Posterior cross vein umumnya lurus, tidak melengkung.
5. Mata berwarna merah.
6. Setiap jenis Drosophila khususnya yang jantan (♂) dan betina (♀) memiliki
susunan yang berbeda antara jenis yang satu dengan lainnya.
Lalat Drosophila jantan dan betina dapat dibedakan satu sama lain berasarkan
morfologinya antara lain dalam hal :
1.Ukuran tubuh : secara umum lalat betina berukuran lebih besar
dari pada lalat jantan.
2.Abdomen : Ujung abdomen lalat betina agak runcing, sedangkan
ujung abdomen lalat jentan agak membulat. Pada lalat betina
dewasa abdomen menjadi labih besar karena berisi telur-telur
yang siap dikeluarkan.
3.Tanda pada abdomen : Garis-garis gelap dan terang yang
berjumlah tujuh segmen dapat terlihat pada abdomen lalat betina,
sementara pada lalat jantan terdapat beberapa segmen terakhir
berfusi sehingga terlihat berwarna hitam.
4.Sex comb atau sisir kelamin : Lalat jantan mempunyai sisir
kelamin, yaitu serabut-serabut bristle pada permukaan distal dari
sendi tarsal depan, pada lalat betina tidak memiliki sisir kelamin.
Beberapa perbedaan tersebut di atas, dapat dilihat melalui pengamatan
langsung atau pengamatan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran
lemah.
Dalam percobaan ini kita menetapkan beberapa metode pewarisan sifat-sifat
kontras yang dimiliki oleh induknya. Dalam hukum Mendel, kita mengenal hukum
segregasi secara bebas dan berpasang-pasangan secara bebas. Selain itu kita pun
dapat melakukan uji balik (back cross), yaitu perkawinan antara F1 dengan salah satu

induknya dan uji silang (test cross), yaitu perkawinan antara F1 dengan salah satu
induknya yang resesif atau individu lain yang memiliki sifat resesif homozigot.
Disamping hukum-hukum Mendel, back cross dan test cross, kita pun mengenal
adanya fenomena penyilangan terpaut seks. Dengan menggunakan Drosophila

4
sebagai hewan percobaan, kita dapat menerapkan berbagai cara pewarisan tersebut.
Penyilangan Monohibrid adalah penyilangan yang melibatkan satu sifat beda.
Pada percobaan dapat dilakukan dengan cara menyilangkan lalat liar dengan lalat liar
(wild) atau mutan dengan liar. Penyilangan ini dapat dilakukan secara resiprokal
artinya boleh memilih jantan mutan dan betina liar atau betina mutan dengan jantan
liar. Lalat betina yang disilangkan harus virgin, dan pada konteks ini sifat yang
diwariskan dibawa olwh kromosom tubuh (autosom).
Penyilangan Dihibrid adalah penyilangan yang melibatkan dua sifat beda.
Pada penyilangan ini biasanya dilakukan mutan satu dengan mutan lainnya. Lalat
jantan yang disilangkan harus virgin dan pada konteks ini sifat yang diwariskan
dibawa oleh kromosom tubuh (autosom).
Penyilangan terpaut seks
Pada penyilangan ini kita harus memilih sifat yang dibawa oleh kromosom
seks (gonosom), misalnya persilangan antara lalat tipe White dengan Wild atau lalat
tipe Yellow dengan Wild. Karena sifat warna mata yang kita pilih itu terpaut pada
kromosom seks, maka dalam penyilangan ini kita harus memperhatikan jenis kelamin
pada kedua induknya, misalnya lalat Wild betina >< White jantan akan memberikan
hasil keturunan yang berbeda dengan penyilangan antara lalat Wild jantan >< White
betina.
Pada lalat buah, sel tubuhnya hanya memiliki 8 kromosom (4 pasang), 8
kromosom yang ada dalam inti sel itu dibedakan atas : 6 buah kromosom (3 pasang)
yang bentuknya sama pada jantan maupun betina dan karena itu disebut autosom
(kromosom tubuh), disingkat A. Sedangkan 2 kromosom lainnya disebut kromosom
kelamin (kromosom seks) sebab anggota dari sepasang kromosom ini tidak sama
bentuknya antara lalat jantan dan betina.
Prinsip dan pola pewarisan sifat dapat diketahui dengan penyilangan atau
mengawinkan organisme-organisme yang berbeda satu sama lain dalam sifat-sifat
menurun yang tertentu, diikuti oleh tabulasi yang diteliti ari keturunan yang
dihasilkan, kemudian menganalisis hasilnya untuk mengetahui atau menentukan cara
penurunan sifat tersebut. Banyak sekali prinsip dan pola pewarisan sifat yang
diperoleh melalui eksperimen dengan menggunakan Drosophila dalam
persilangannya. Di antara prinsip-prinsip pewarisan sifat tersebut adalah :
1.Sifat-sifat bakal diwariskan kepada keturunannya melalui gen-gen di
dalam kromosom.

5
2.Kebanyakan sifat akan berkembang dengan dukungan lingkungan.
3.Penurunan sifat kepada anaknya bukan melalui darah.
4.Sifat-sifat didapat dari lingkungan tak dapat diturunkan kepada anaknya.
5.Cacat menurun bukan karena kejadian pada waktu hamil. Dalam
pewarisan sifat dari induk kepada anaknya banyak dijumpai pola-pola
pewarisan sifat, diantaranya adalah pola dominasi penuh, intermediet,
pola yang dipengaruhi jenis kelamin dan sebagainya. Pola pewarisan
tersebut sangat ditentukan oleh banyak hal, diantaranya adalah : sifat.
keberadaan/ letak, jumlah yang terlibat dari gen-gen dalam kromosom
dan sebagainya.
Thomas Hunt Morgan adalah perintis dalam penggunaan organisme kecil ini
sebagai obyek dalam penelitian genetika. Pilihannya tepat sekali karena, pertama
lalat ini kecil sehingga suatu populasi yang besar dapat dipelihara dalam laboratorium.
Kedua, daur hidup sangat cepat. Tiap 2 minggu dapat dihasilkan satu generasi
dewasa yang baru. Ketiga, lalat ini sangat subur, yang betina dapat menghasilkan
ratusan telur yang dibuahi dalam hidupnya yang pendek ini. Dengan demikian
populasi besar yang dihasilkan tersebut memudahkan analitik statistik yang mudah
dan dapat dipercaya. Masih ada kemungkinan keempat yang ditemukan yaitu adanya
kromosom raksasa di dalam kelenjar ludah larva. Kromosom raksasa ini
memperlihatkan detail struktur yang jauh lebih jelas dari pada kromosom badan
normal. Di samping itu kromosom raksasa ini terdapat dalam masa interfase, suatu
masa di mana biasanya kromosom tidak kelihatan. Meskipun seekor lalat buah betina
mempunyai 4 pasang kromosom homolog, tetapi lalat jantan mempunyai 3 pasang
kromosom homolog. Dua (2) kroosom lainnya tidak homolog.
Satu anggota dari pasangan kromosom keempat ini wujudnya identik dengan
pasangan kromosom keempat pada betina. Kromosom ini disebut kromosom X.
Anggota lainnya wujudnya sangat berlainan dan disebut kromosom Y. Kedua
kromosom itu disebut kromosom kelamin, karena kehadirannya selalu berkolerasi
dengan kelamin lalat itu. Kromosom lainnya disebut autosom. Sebagai akibat dari
pemsahan pasangan homolog pada waktu meiosis maka telur lalat buah mempunyai
satu dari tiap autosom ditambah satu kromosom X. Sel sperma yang dihasilkan oleh
jantan mmpunyai tiga autosom dan satu kromosom X atau Y. Kita dapat
menggambarkan hasil penyatuan acak dari sel telur dengan sperma ini dengan
memperhunakan segi empat Punnet. Kita segera melihat keturunannya kira-kira akan

6
terdiri atas jantan dan betina dengan jumlah yang sama banyak.
Kromosom seks pada Drosophila sp. ada 2 macam, yaitu kromosom x dan
kromosom y. Kromosom x bentuknya batang, sedangkan kromosom y bentuknya
agak bengkok. Ternyata Drosophila betina mempunyai 2 kromosom x (ditulis dengan
simbol XX), dan yang jantan mempunyai 1 kromosom x dan 1 kromosom y tidak
homolog artinya tidak sama panjang (ditulis dengan simbol XY).
Lalat buah jantan cukup ditulis dengan simbol XY, dan untuk yang betina
ditulis dengan simbol XX, sedangkan pasangan autosomnya tidak ditulis. Berikut ini
akan dibastarkan lalat jantan dengan lalat buah betina :
Parental (P) : Jantan (♂) >< (♀) Betina
XY XX
Gamet (G) : X dan Y X
Sperma Sel telur
Keturunan (F1): XX XY

Betina Jantan
50% 50%
Pembastaran lalat buah jantan dengan betina akan menghasilkan keturunan F1
yang berjenis kelamin jantan (XY) dan betina (XX), masing-masing 50%. Hal
tersebut di atas dapat ditengkan sebagai berikut : lalat buah jantan akan menghasilkan
2 macam sel sperma, yaitu yang mempunyai X dan Y. Lalat buah betina akan
menghasilkan sel telur 1 macam, yaitu yang mempunyai X. Bila sel telur X dibuahi
oleh sel sperma Y, akan terjadi lalat buah jantan, akan tetapi bila sel telur X dibuahi
oleh sel sperma X, akan terjadi lalat buah betina. Maka dapat disimpulkan bahwa
jenis kelamin suatu individu (pada lalat buah) ditentukan oleh kromosom seks, yaitu
X dan Y. Dengan demikian bahwa kromosom menentukan jenis kelamin.
Perbedaan kelamin ditandai dengan sifat-sifat menurun tertentu yang jelas.
Pola pigmentasi pada perut yang jantan, penis dan bulu kelenjar pada ruas tarsal
pertama dari kaki depan adalah beberapa sifat yang nyata yang membedakan lalat
jantan dari lalat betina. Fakta bahwa ada atau tidak adanya sifat-sifat ini selalu
berhubungan dengan kromosom kelamin yang merupakan bukti dari teori keturunan.
Mekanisme khusus apapun yang berlangsung, kelamin dalam alam binatang
tampaknya langsung berhubungan dengan penyatuan kromosom-kromosom tertentu
dan dengan demikian memperkuat teori bahwa kromosom adalah pembawa penentu

7
sifat-sifat organisme.

BABIII
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengamatan, karena dalam penelitian ini
tidak menggunakan variabel-variabel yang biasa digunakan.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada laboratorium Mikrobiologi C9 Jurusan
Biologi FMIPA UNESA Surabaya.
Alat dan Bahan

Alat :
- Gelas / botol / toples - Gabus
- Kapas - Karet gelang
- Plastik - Kertas pupasi
- Alkohol 70% - Kain kasa
- sedotan

Bahan :
- Pisang 700 gram

- Gula jawa 100 gram

- Tape 200 gram

- Fermipan secukupnya

- Air secukupnya

Pembuatan Media
1. Menimbang bahan di atas (pisang, gula jawa dan tape)
sesuai dengan resep.

2. Menghaluskan ketiga bahan tersebut dengan merata


menggunakan blender yang ditambah dengan air
secukupnya agar mempermudah menghaluskan.

3. Dimasak selama ± 45 menit (jangan terlalu kental).

4. Menuangkan media ke dalam toples yang sudah


disterilisasi menggunakan alcohol 70%.

5. Meletakkan kertas pupasi yang dibentuk seperti huruf

8
“V” terbalik.

6. Menaburkan fermipan secukupnya diatas media.

Prosedur Kerja
1. Penangkapan lalat buah

2. menaruh buah yang terlampau


masak ke dalam gelas plastik
dalam keadaan terbuka

3. Meletakkan gelas-gelas tersebut di tempat yang terbuka

4. Membiarkan sampai lalat buah datang dan menggerumuni


buah dalam gelas

5. Menutup gelas plastik yang telah dikerumuni lalat buah


dengan kain kasa.

6. Menyipakan sedotan/selang plastik transparan berukuran


besar dan kecil, dimana disisipkan kain kasa di antara dua
selang tersebut untuk memindahkan lalat dari gelas ke
dalam toples yng berisi media (diambil 1 jantan dan 2
betina dan diulang tiga kali).

7. Mengidentifikasi lalat yang sudah tertangkap dalam gelas


hingga muncul telur sampai menjadi larva hingga berubah
menjadi pupa. Kemudian parietal di keluarkan dari toples.

8. Menunggu pupa hingga menjadi lalat kemudian


mengidentifikasi lalat tersebut.

9. Setelah diketahui jantan dan betinanya, lalat jantan dan


betina dikawinkan di letakkan di media yang baru, sampai
menghasilkan telur/F 1.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
- Ciri dan Bentuk Drosophila sp.
a. Telur : - berukuran kecil
- bentuk bulat
- warna kuning dan pada saat akan menetas berwarna
kehitaman.
b. Larva : - warna putih kekuningan
- bentuk lonjong, memanjang dan bersegmen
- kulit agak transparan
c. Pupa : - berukuran lebih kecil dari larva
- bentuk lonjong bersegmen
- warna pada saat pertama kali menjadi kepompong
adalah putih transparan; kemudian lama-lama menjadi
coklat muda dan pada saat akan menetas
berwarna coklat tua.
d. Imago : - warna hitam
- jantan berukuran lebih kecil dari pada betina; pada
bagian ujung posterior membulat/ tumpul
- betina berukuran lebih besar dari pada jantan, bagian
ujung posterior meruncing.

10
- Table Pengamatan Drosopila

Hari / tanggal Keterangan Jumlah


∑ ♂ ♀
Jum’at, 24-04-2010 Memasukkan Drosopila 3 1 2
sp. dari alam (parietal)

Sabtu, 25-04-2010 - - -
Minggu, 26-04-2010 - - -
Senin, 27-04-2010 - - -
Selasa, 28-04-2010 Muncul pupa 6 - -
Rabu, 29-04-2010 Muncul pupa 4 - -
Kamis, 30-04-2010 Muncul pupa 5 - -
Jum’at, 31-04-2010 Pupa menetas 3 - 3
Sabtu, 01-05-2010 Pupa menetas 4 1 3
Minggu, 02-05-2010 Pupa menetas 6 3 3
Senin, 03-05-2010 Pupa tidak menetas 2 - -

F1
Selasa, 04-05-2010 Memasukkan parietal 3 1 2
dari hasil persilangan
pertama
Rabu, 05-05-2010 - - - -
Kamis, 06-05-2010 - - - -
Jum’at, 07-05-2010 Muncul pupa 9 - -
Sabtu, 08-05-2010 Muncul pupa 11 - -
Minggu, 09-05-2010 Pupa menetas 5 3 2

Senin, 10-05-2010 Pupa menetas 7 3 4

Selasa, 11-05-2010 Pupa menetas 6 4 2

Rabu, 12-05-2010 Pupa menetas 2 - 2

Keturunan F1 jantan mata merah (♂) adalah 10 ekor dan betina mata merah (♀)
adalah 10 ekor. Total 20 ekor.
Jantan (♂) Betina (♀)
Keturunan F1 10 ekor 10 ekor
Total 20

11
B. PEMBAHASAN
Penangkapan Drosophila atau lalat buah, dilakukan dengan memberi
umpan berupa buah-buahan yang sudah matang dan busuk serta yang berbau tajam
seperti mangga, nanas, papaya, jeruk, pisang dan sebagainya. Setelah diketahui jenis
kelaminnya lalat buah mulai dikawinkan, namun sebelum ditempatkan pada media
lalat buah atau Drosophila dipindahkan pada gelas kultur A. Dalam 3 hari sudah
nampak pupa, kemudian pariental dilepas ke alam. Setelah 3 hari nampak perubahan
pada pupa menjadi imago atau lalat (Drosophila) yang dewasa. Perubahan kearah
terbentuknya imago ini ditandai dengan warna hitam, jantan berukuran lebih kecil dari
pada betina dan bagian ujung posteriornya membulat/ tumpul, sedangkan pada betina
bagian ujung posterior meruncing serta waktu lalat bertelur sampai menjadi lalat
dewasa memerlukan waktu kurang lebih (±) 10 hari.
Untuk mendapatkan keturunan F1, pupa yang telah menetas dan menjadi
lalat pada gelas kultur A dimasukkan gelas kultur B. Untuk menghasilkan pupa
dibutuhkan waktu 2 hari. Kemudian parietal dilepas kea lam, dalam waktu 2 hari pupa
mulai menetas menjadi imago atau lalat (Drosophila) yang dewasa. Perubahan kearah
terbentuknya imago ini ditandai dengan warna hitam, jantan berukuran lebih kecil dari
pada betina dan bagian ujung posteriornya membulat/ tumpul, sedangkan pada betina
bagian ujung posterior meruncing serta waktu lalat bertelur sampai menjadi lalat
dewasa memerlukan waktu kurang lebih (±) 10 hari.
Dari pengamatan yang telah kami lakukan dengan melakukan
pembastaran Drosophila jantan dan betina dapat diketahui jumlah keturunan F1 dari
lalat buah, yaitu jantan mata merah (♂) adalah 10 ekor dan betina mata merah (♀)
adalah 10 ekor, total 20 ekor. Menurut prinsip persilangan dari hukum Mendel,
keturunan (F1) harus mempunyai perbandingan 50% dan 50% .

Pembastaran Drosophila jantan mata merah (XWY) dengan betina mata merah
(XWXW) akan menghasilkan turunan F1 sebagai berikut :
Parental (P) : Jantan mata merah(♂) >< (♀) Betina mata merah
XWY XWXW
Gamet (G) : XW dan Y XW
Sperma Sel telur

12
Keturunan (F1): XWXW XWY

Betina mata merah Jantan mata merah


50% 50%
Pembastaran di atas dapat diterangkan sebagai berikut : Drosophila jantan
akan menghasilkan 2 macam kromosom,yaitu sebuah kromosom X dan sebuah
kromosom Y dan Drosophila betina akan menghasilkan 1 macam kromosom X saja.
Bila sel telur X dibuahi oleh sel sperma Y, maka akan menghasilkan Drosophila
jantan. Dengan demikian jenis kelamin suatu individu (pada lalat buah) ditentukan
oleh suatu kromosom seks, yaitu kromosom X dan Y.
Di bawah ini adalah silsilah perkawinan Drosophila betina dari alam dan jantan dari
alam :
P : Lalat ♀ dari alam >< Lalat ♂ dari alam

Telur

Ulat (larva)

Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas

Lalat muda

Lalat dewasa (imago)

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1 Siklus hidup Drosophila mulai dari lalat bertelur sampai menjadi lalat dewasa
memerlukan waktu kurang lebih (±) 10 hari. Dengan silsilah siklus hidup
Drosophila sebagai berikut :

13
P : Lalat ♀ dari alam >< Lalat ♂ dari alam
↓ ± 3 hari
Telur
↓ 2hari
Ulat (larva)
↓ 1 hari
Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas
↓ 3 hari
Lalat muda

Lalat dewasa (imago)

2 Perbandingan Drosophila jantan mata


merah (♂) dan betina mata merah (♀)
hasil persilangan dari (F1) kurang lebih
sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh
prinsip Mendell. Menurut prinsip
persilangan dari hukum Mendell,
keturunan (F1) harus mempunyai
perbandingan 50% dan 50% dari jumlah
total yang dihasilkan, yaitu masing-
masing 10 ekor jantan mata merah (♂)
dan 10 ekor betina mata merah (♀).

B. Saran
1.Dalam mencari lalat buah atau Drosophila yang virgin dapat juga dipindahkan
ke media yang baru pada saat menjadi ulat (larva) bila takut nantinya
kebablasan menjadi lalat muda dan sudah kawin.
2.Sebaiknya lalat atau Drosophila yang akan dikawinkan harus benar-benar
virgin agar hasilnya valid.
3.Dalam pembuatan media untuk kultur Drosophila sp. dalam pemberian
fermipan jangan terlalu banyak, karena dapat menyebabkan terjadinya proses
fermentasi yang berlebihan, sehingga mengandung banyak alkohol dan

14
menjadi panas, sehingga lalat atau Drosophila menjadi cepat mati.

DAFTAR PUSTAKA

15
Goodenough.1984.Genetika Edisi ketiga Jilid Satu.Erlangga:Jakarta

Nio.T.K.Genetika Dasar.1990.Institut Teknologi Bandung:Bandung

Sepoetro.1975.Pengantar Genetika Dasar.Universitas Indonesia Press:Jakarta

Soemartono.1979.Pedoman Praktikum Biologi Umum 3.Djambatan:Jakarta

Henuhili, Victoria dan Suratsih. 2002. Common Textbook Genetika. Yogyakarta :


Universitas Negeri Yogyakarta.
Kimbal, John. 1987. Biologi Edisis Kelima. Jakarta : Erlangga.
Pratiwi, D. A, dkk. 2003. Buku Penuntun Biologi SMU Jilid 3 Kelas 3. Jakarta ;
Erlangga.
Prawoto, dan Koesnadi Wiryosoemarto. 1993. Materi Pokok Genetika dan Evolusi
Modul 1-9. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Proyek Peningkatan Mutu Guru
SLTP setara D-III.
Suratsih. 2000. Petunjuk Praktikum Semester 5 Genetika, Asistensi Praktikum
Genetika, Entomologi, Ilmu Tanah, Pendidikan Biologi, Reproduksi
Embriologi, Reproduksi-Embriologi Hewan, Reproduksi-Embriologi
Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Suryo, Ir. 2001. Genetika Manusia. UGMPres. 539: 6-274.
John W. Kimball. 1992. Biologi. Bandung : Penerbit Erlangga IPB.

16

You might also like