Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Disusun oleh :
BAB I. PENDAHULUAN
2.1 Teori Principal Agent Pada Hubungan Nasabah dan Bank ............. 11
Cabang Malang................................................................................ 58
dan Bank......................................................................................... 62
PENDAHULUAN
penelitian, serta manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian ini.
konsekuensi pada timbulnya interaksi yang intensif antara bank sebagai pelaku
usaha dengan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa perbankan. Dari sisi
pihak yang memiliki kelebihan dana, interaksi dengan bank terjadi pada saat
pihak yang kelebihan dana tersebut menyimpan dananya pada bank dalam
bentuk giro, tabungan, deposito, sementara dari sisi pihak yang memerlukan
dana interaksi terjadi pada saat pihak yang memerlukan dana tersebut
hadiah dan suku bunga yang tinggi diberikan kepada nasabah. Namun, bukan
tahu dan sadar akan risk dan return pada bank tersebut.
SPREAD
simpanan kredit
Dana Bank
Hubungan yang timbul dari gambar 1.1 di atas ini merupakan hubungan
bank sebagai agent yang digunakan untuk mengembangkan usaha demi meraih
satu atau lebih principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agent (pengurus)
untuk menjalankan aktivitas bank. Dengan kata lain dalam hubungan keagenan
hak kepada orang lain yang disebut sebagai agen untuk menjalankan haknya.
Kedua belah pihak terikat oleh kontrak yang menyatakan hak dan kewajiban
nasabah di atas, bukan suatu hal yang tidak mungkin apabila terjadi friksi yang
nasabah dengan bank. Dari berbagai pengalaman yang ada, timbulnya friksi
tersebut terutama disebabkan oleh empat hal yaitu (i) informasi yang kurang
memadai mengenai karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan bank, (ii)
pemahaman nasabah terhadap aktivitas dan produk atau jasa perbankan yang
masih kurang, (iii) ketimpangan hubungan antara nasabah dengan bank, dan (iv)
tidak adanya saluran yang memadai untuk memfasilitasi penyelesaian awal friksi
konsumen dan pelaku yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban dari pelaku
usaha dan konsumen. Sehingga secara umum antara konsumen dan produsen
memiliki kedudukan yang sejajar. Dengan adanya kedudukan yang sejajar, maka
tidak ada salah satu pihak yang merasa lebih tinggi dan pihak yang lain merasa
lebih rendah, sehingga terdapat pihak yang kuat menekan pihak yang lemah.
Namun, apabila hal itu tidak terpenuhi maka hal itu bisa menyebabkan
kenyataannya para professional atau manajer bank sering lebih cenderung untuk
besarnya dengan biaya ditanggung oleh pihak lain. Perilaku ini sering disebut
risiko atau risk averse. Keterbatasasn sifat manusia seperti inilah yang
tadi ke bank. Nasabah akan memilih bank yang dapat dipercaya, dan
bekerjasama dengan bank yang mana. Karena sebagai pemilik dana, nasabah
berfungsi sebagai pembeli surat berharga bank. Karena uang nasabah yang
disimpan di bank, sebagai gantinya anda akan menerima surat berharga dalam
bentuk sertifikat deposito, buku tabungan, maupun buku giro. Jadi, seperti halnya
pembeli, nasabah harus meneliti dan hati-hati dalam memilih bank. Nasabah
harus hati-hati, karena dana yang disimpan di bank, agar termasuk dalam
disimpan di suatu bank, suku bunganya lebih tinggi dari kriteria yang
karena ada unsur saling percaya, sehingga hubungan timbal balik yang terjadi,
dapat dipercaya hanya pihak bank, padahal sebuah hubungan tak mungkin
berjalan lancar jika hanya satu pihak yang harus menjaga hubungan itu. Kedua
hubungan yang timbal balik, yaitu bank bekerja dengan prinsip kehati-hatian,
menanamkan dananya pada bank tersebut. Disatu pihak, nasabah juga harus
menjaga kepercayaan bank, dana yang diberikan oleh bank dipergunakan sesuai
dengan yang diperjanjian, sehingga usaha yang dilakukan oleh nasabah berjalan
lancar.
membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana sering dituntut
untuk selalu berhati-hati dalam mengelola dana tersebut. Tuntutan tersebut tidak
lepas dari kepentingan –pemilik dana atau nasabah penabung yang harus
dilindungi, walaupun kita ketahui bahwa dana deposan di Indonesia dijamin oleh
pihak, pihak bank yang menempatkan dana pada pihak yang membutuhkan, juga
risiko tidak kembalinya dana yang ditanamkan. Oleh karena itu tindakan yang
hati-hati terhadap pengelolaan dana baik terhadap dana nasabah, -pemilik bank,
maupun dana yang telah ditempatkan menjadi tuntutan yang mutlak dalam dunia
perbankan.
akan selamat dari kemungkinan risiko terburuk yaitu likuidasi. Tugas manajemen
bank tidak hanya itu, namun yang utama adalah meningkatkan nilai kekayaan
pemilik. Tentu saja tugas yang ketiga ini akan tercapai kalau kedua tugas
bisakah kita menilai dalam konteks corporate bank berdiri untuk tujuan tersebut.
yang didirikan untuk bisnis. Sebuah bisnis pasti berhitung dengan risiko dan
return. Pemodal akan selalu bertindak atas dasar kedua hal ini. Pemodal akan
kredit untuk meraih pendapatan tertinggi dan sumber dana sebagian besar dana
masyarakat. Hal ini terindikasi bahwa untuk mendirikan bank hanya memerlukan
pada skala yang sama. Hal ini terjadi karena sebagian besar dana berasal dari
dana masyarakat. Selain itu, masalah pokok yang sering dihadapi oleh setiap
perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apapun, selalu tidak terlepas
salah satu kunci keberhasilan manajemen bank adalah seberapa jauh bank
operasionalnya.
bank, agar kepentingan nasabah penabung dan pemilik bank bisa terjamin.
meningkatkan kekayaannya.
Gambar 1.2. : Posisi Kredit Outstanding dan DPK (dalam milyar) Bank
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.2 diatas, bahwa posisi kredit
outstanding dan dan dana pihak ketiga meningkat. Artinya bahwa kemampuan
semakin tinggi NPL yang dimiliki oleh bank, maka semakin tinggi resiko kredit
yang dihadapi oleh bank tersebut. Pada gambar 1.3 di atas NPL Bank Tabungan
Negara meningkat dari tahun ke tahun, walaupun pada tahun 2008 menurun,
tetapi tetap berada pada kisaran 2 %. Memang, NPL yang bagus apabila tidak
lebih dari 8%, namun apabila dari tahun ke tahun semakin meningkat hal ini yang
nasabah penabung adalah apabila NPL Bank Tabungan Negara semakin tinggi,
maka risiko yang dihadapi oleh nasabah penabung pun semakin tinggi, di mana
apabila kredit gagal bayar tinggi jumlahnya maka pengembalian dan kepastian
dan BTN.
2. Mengetahui persepsi nasabah penabung dalam penguasaan informasi
Bank Tabungan Negara sebagai lembaga yang berfungsi untuk menyimpan dana
Manfaat yang ingin dicapai dari adanya penelitian yang dilakukan, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
ditutup-tutupi.
2. Manfaat Praktis
dan mendalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini, akan dikupas mengenai berbagai kajian teori yang
assymetric information dalam kerangka risk and return (yang meliputi teori
return bagi nasabah; penelitian terdahulu; dan kerangka pikir yang membingkai
penelitian ini.
Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya
berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi.
individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu
kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan
dinginkan oleh prinsipal (dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang). Lupia &
(prinsipal) memilih orang atau kelompok lain (agent) untuk bertindak sesuai
seseorang memiliki dampak pada orang lain atau ketika seseorang sangat
tergantung pada tindakan orang lain (Stiglitz, 1987 dan Pratt & Zeckhauser, 1985
ini disebabkan karena pengelola modal mendapat insentif lebih kecil daripada
yang tepat dibandingkan pihak yang memiliki informasi lebih lengkap. Dalam
memepercayakan dananya kepada agen dan hanya menerima profit atau return
memang selalu tidak sempurna atau assymetric. Salah satu pihak pasti memiliki
informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak lain. Seperti yang dikemukakan
oleh Varian (2005) bahwa sangat sulit untuk mendapatkan informasi yang
sempurna mengenai kualitas dari barang yang dijual di pasar,
atau calon nasabah karena pihak bank yang lebih mengerti tentang mekanisme
yang disampaikan pada nasabah tidak sempurna, maka tidak dapat dipungkiri
lagi principal agent problem di antara pihak bank dan nasabah akan terjadi.
Seperti yang telah di jelaskan pada principal agent theory bahwa akar
atau kontrak diantara dua pihak Assymetric Information memiliki dua jenis yakni
terjadi apabila terdapat berbagai tipe agent namun principal tidak dapat
kita memilih lemon. Saat ingin membeli lemon pasti kita akan mencoba
mencicipi beberapa lemon untuk memastikan kualitas lemon yang akan kita beli.
Pada saat kita mencoba dua lemon dan ternyata kita menemukan bahwa lemon
tersebut asam dan buruk kualitasnya, maka kita akan menganggap bahwa
seluruh lemon yang ada dikeranjang tersebut buruk kualitasnya dan akhirnya kita
tidak jadi untuk membelinya. Adanya situasi yang seperti inilah yang
akan membersihkan lemon mereka satu persatu dan menyemprotnya dengan air
tidak demikian.
mungkin. Untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak nasabah maka bank perlu
untuk meyakinkan bahwa ia mampu dalam hal likuiditasnya dan menampilkan
b. Moral Hazard
Kasus Principal Agent yang paling terkenal adalah Moral Hazard. Dimana
mendapatkan tabungan dari nasabah dan nasabah dirasa tidak tahu peruntukan
dana tersebut, maka pihak bank dengan leluasa menggunakan dana dari
Dalam kasus tersebut pihak bank merupakan Agent dan pihak pemodal
hanya dapat mempercayakan dananya kepada agent. Dan agent lah yang
memilih perilaku (behaviour) nya sendiri untuk mengelola dana yang telah
dipercayakan padanya.
Dalam hal ini terdapat dua perilaku yang dapat dikatakan sebagai
perilaku yang menyimpang dan menjadi moral hazzard. Perilaku pertama agent
lebih besar. Sehingga apabila usahanya gagal, maka ia tidak akan dapat
keuntungan yang tinggi dan aksi yang mereka lakukan menjadi subyektif
tergantung dari siapa yang menginginkan keuntungan yang tinggi tersebut. Dan
aksi yang mereka lakukan itu adalah yang disebut moral hazard. Karena mereka
dapat terjadi karena kurangnya monitor dari principal. Sehingga biaya untuk
monitor haruslah diadakan. Selain itu insentif untuk agent juga penting agar
Agent memilih untuk tidak berperilaku menyimpang dari perjanjian yang telah
Disepakati.
harus memonitor perilaku agen dan (2) outcome-based, yakni adanya insentif
principal. Obyektifitas yang berbeda antara agen dan principal sistematis dan
dapat ditebak. Bisa saja hal ini diketahui oleh principal, tetapi principal biasanya
yang terjadi. Agar informasi tersebut tidak diketahui oleh principal maka agen
akan memenipulasi informasi untuk mendapatakan keuntungan bagi dirinya
sendiri.
Information
diibaratkan sebagai peran jantung dalam sistem tubuh manusia. Membeli dana
masyarakat dalam bentuk simpanan serta menjualnya dalam bentuk kredit dalam
perekonomian tersebut perlu dijaga agar selalu dalam kondisi sehat, stabil, serta
Menurut Hari Prasetya dalam artikel yang berjudul LPS Dan Upaya
manajemen risiko dan tata kelola yang baik (good corporate gonernance) ;
Adanya penerapan manajemen risiko dan tata kelola yang baik dapat membantu
bank memastikan arah dan strateginya telah sesuai dan konsisten dengan yang
upaya untuk mengurangi insentif bank mengambil risiko yang lebih besar dengan
merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah moral hazard. Namun
nasabah dan kreditur, serta investor dalam hal bank telah go publik, untuk
karena sangat tergantung pada ketersediaan dan kelengkapan data bank yang
kondisi dan kinerja bank. Atas dasar adanya adanya kendala tersebut, maka
pihak yang dijamin; dan pengaturan prioritas pembagian hasil likuidasi bank.
Adanya pembatasan simpanan yang dijamin menyebabkan nasabah
yang simpanannya melebihi jumlah yang dijamin akan menghadapi risiko apabila
nasabah tersebut akan terdorong untuk selalu memonitor kondisi dan kinerja
bank.
atas suatu jenis simpanan tertentu apabila simpanan tersebut dianggap lebih
sebagai investment tool dan hanya dimiliki nasabah tertentu. Contoh jenis
melakukan disiplin pasar ditempatkan pada urutan yang lebih belakang. Nasabah
Sedangkan nasabah penyimpan yang dijamin dapat diberi urutan yang berbeda
dengan nasabah yang tidak dijamin. Posisi nasabah penyimpan yang telah
oleh sistem perbankan di setiap negara, serta tujuan kebijakan publik yang ingin
dicapai. Dari beberapa pilihan tersebut, dalam UU LPS hanya diterapkan 2, yakni
; (1) pembatasan jumlah simpanan yang dijamin maksimal Rp 100 juta per
nasabah per bank, dan (2) dalam pembagian hasil likuidasi bank, pembayaran
kembali klaim penjaminan yang telah dibayar LPS mempunyai hak mendahului
termasuk sebuah lembaga yang relatif baru bila dibandingkan dengan negara-
negara lainnya. Seperti Amerika Serikat sejak 1934, yang didasari terjadinya
krisis ekonomi hebat tahun 1933 dimana hak-hak penabung di bank yang harus
ditutup tidak jelas nasibnya, di India sudah sejak 1962, Filipina sejak 1963 dan
simpanan dengan maksimum 1 juta Yen) telah memiliki LPS. Tujuan berdirinya
suatu LPS bukan hanya untuk menjamin atau melindungi nasabah penabung
dengan nilai tabungan kecil saja, tetapi lebih kepada tujuan untuk mendorong
masyarakat.
dorongan lembaga-lembaga keuangan dunia seperti IMF atau Bank Dunia, pada
dalam proses. Dengan demikian jelas bahwa fungsi LPS untuk menjamin
masyarakat yang ada pada suatu bank dan untuk itu perlu dibentuk LPS, maka
melalui Undang-Undang No. 24 tahun 2004 tanggal 22 September 2004
pemerintah membentuk LPS, yang berlaku efektif sejak 22 September 2005 (12
bulan sejak diundangkan). Simpanan yang dijamin oleh LPS adalah giro,
deposito, tabungan dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu, dengan
nilai yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank paling banyak sebesar
Rp 100 juta. Penetapan nilai penjaminan sebesar Rp 100 juta didasarkan pada
penetapan ini dapat berubah apabila salah satu kriteria lainnya yang ditentukan
terpenuhi.
penyimpanan dana, pihak bank mengetahui lebih banyak dan lebih baik
terhadap rumor mengenai keadaan suatu bank yang dapat memicu terjadinya
penarikan simpanan dalam jumlah besar atau yang dikenal dengan rush. Dalam
dapat dicegah.
akan diambil.
bersifat wajib tersebut dipilih karena tiga alasan utama. Yang pertama untuk
manfaat dari adanya penjaminan simpanan bukan hanya nasabah tetapi juga
semua bank dengan terciptanya perbankan yang lebih stabil. Dan yang ketiga
2.2.3 Persepsi dan Perilaku Nasabah Terhadap Konsep Risk and Return
Dalam Teori
Konsumen adalah setiap pemakai atau pengguna barang atau jasa baik
untuk kepentingan diri sendiri dan atau kepentingan orang lain. Namun secara
sederhana dapat diartikan sebagai pengguna barang dan atau jasa. Masing-
masing konsumen merupakan pribadi unik dimana antara konsumen yang satu
dengan yang lain memiliki kebutuhan yang berbeda juga perilaku yang berbeda
tersebut ada satu persamaan yakni setiap saat konsumen akan berusaha untuk
disebut dengan utilitas. Dalam hal ini, konsumen dalam dunia perbankan disebut
dengan nasabah.
Dalam dunia perbankan terdapat dua jenis nasabah, yaitu nasabah
nasabah yang menyimpan uangnya di bank baik dalam betuk deposito maupun
lain. Lingkup bahasan dalam penelitian ini dipersempit pada nasabah penabung.
Dimana persepsi dan perilaku nasabah penabung terhadap risiko dan return
tentu sangat berbeda dengan persepsi dan perilaku nasabah kredit terhadap
mengartikan kesan dari panca indera dalam tujuan untuk memberi arti dalam
apa
Persepsi akan sesuatu yang berasal dari interaksi antara dua jenis faktor
(Shiffman&Kanuk,1997:146):
1. Stimulus factor
Karakteristik obyek secara fisik seperti ukuran, warna, berat atau bentuk.
panca indera tetapi juga pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta
yang diterima oleh alat indera menjadi arti tertentu yang bermakna. Dalam
adalah unik dalam kebutuhan, keinginan dan pengalaman, sikap dan karakter
pribadi masing-masing orang. Dalam seleksi ada proses yang disebut selective
perception concept.
1. Selective exposure
disisi lainnya. Mereka secara efektif membuka diri mereka kepada iklan-
keputusan pembeliannya.
2. Selective Attention
3. Perceptual Defense
4. Perceptual Blocking
mereka anggap negatif dan mempunyai pengaruh buruk bagi diri mereka.
luasan interpretasinya.
1. Attitudes
Dua individu yang sama, tetapi mengartikan sesuatu yang dilihat itu
2. Motives
3. Interests
Fokus dari perhatian kita sepertinya dipengaruhi oleh minat kita, karena
minat seseorang berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan
oleh seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda satu dengan yang lain.
4. Experiences
bisa melihat apa yang mereka harapkan dari apa yang terjadi sekarang.
Dalam hubungan antara persepsi dan perilaku dapat dilihat dari pendapat
seseorang.
untuk memenuhi atau membeli sesuatu yang dibutuhkan (Schiffman & Kanuk,
dan persepsi. Sikap menurut Schiffman & Kanuk (2000) adalah suatu
cara yang baik atau tidak baik secara konsisten dengan rasa hormat pada suatu
tidak baik, perasaan, kecenderungan terhadap suatu obyek dan ide. Schiffman &
yaitu :
melalui komunikasi kata melalui mulut atau yang biasa disebut dengan word
of mouth, baik dari teman, keluarga, orang lain, tenaga penjual, dan dari media
umum. Mereka menyimpan lebih banyak waktu untuk berpikir tentang pilihan
mereka dan mencari lebih banyak informasi tentang alternatif produk ketika
Konsumen menghindari resiko dengan tetap setia pada satu merek yang
merek-merek yang belum pernah mereka coba. Penerima resiko yang tinggi
mungkin menjadi lebih setia pada merek-merek lama dan mungkin sedikit
Brand Image)
mereka cenderung untuk “percaya” terhadap suatu merek yang terkenal dan
favorit. Konsumen sering berpikir bahwa merek yang terkenal lebih baik dan
cukup baik sebagai jaminan secara tidak langsung mengenai kualitas yang
sering percaya pada penilaian terhadap pembeli barang dagangan dari toko
yang mempunyai nama baik dan bergantung pada merek untuk membuat
kembali. Kesan toko juga memberi implikasi dari percobaan produk dan
ketidakpuasan.
5. Konsumen membeli produk yang paling mahal (Consumers Buy The Most
Expensive Model)
paling mahal mungkin yang terbaik dalam hubungannya dengan kualitas, yaitu
(organizational consumers).
diciptakan oleh suatu perusahaan kecuali saat membeli pertama kali memiliki
keinginan dan kemampuan untuk membeli suatu bentuk atau jenis produk. Untuk
mencapai semua itu perlu cara-cara identifikasi dalam memperbaiki keinginan
pembeli potensial menjadi pembeli nyata atau aktual, atau karena pembeli nyata
atau jenis produk menurut Guiltinan & Paul (1994:63-65) adalah persepsi
pembeli terhadap kegunaan suatu produk pada satu atau lebih situasi
penggunaan, dan resiko pada barang atau jasa pada produk tersebut.
potensial tidak menggunakan produk untuk satu atau lebih tujuan, ada beberapa
Ketika produk dan jasa telah menjadi komoditas, maka kualitas barang
dan jasa tidak dapat lagi dijadikan faktor untuk memenangkan persaingan.
Beberapa produk tidak diterima sebagai produk yang berdaya guna yang
sama bagusnya dalam keadaan itu. Ini penting untuk mengidentifikasi situasi-
situasi dimana masalah-masalah yang terjadi dan untuk menentukan jika ada
Keinginan untuk membeli suatu bentuk atau jenis produk akan juga
tergantung pada tipe-tipe resiko yang diterima oleh pembeli potensial. Resiko
yang diterima akan ada ketika pembeli percaya bahwa ada kemungkinan dari
yang signifikan.
Ada tipe resiko yang dapat terjadi ketika membeli bentuk atau
jenis produk:
Resiko ekonomis atau keuangan akan terjadi jika harga beli, biaya
c. Performance risks
Resiko ini terjadi jika ada kesalahan tampilan dalam suatu produk.
d. Physical risks
Resiko fisik adalah resiko akibat dari penggunaan suatu produk yang
e. Social risks
f. Psychological risks
inovasi. Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau
mungkin tidak akan mencari informasi yang lebih banyak. Jika dorongan untuk
menghimpun informasi itu kuat dapat kita bedakan menjadi dua tingkat, yaitu :
temannya dan ikut terlibat dalam berbagai pencarian lainnya, untuk menghimpun
Menurut Mowen dan Minor dalam buku yang berjudul Perilaku Konsumen
faktor ekonomi. Selama ini, bagi para nasabah penabung, risiko yang
pengembalian atau suku bunga yang tinggi juga hadiah-hadiah yang diberikan
yang dihadapi dan return yang di harapkan adalah suku bunga yang tinggi dan
diatas nasabah penabung pasti mencari dan memiliki banyak informasi untuk
Penabung
Bank Yang Sehat ( Retnadi, 2006 : 290) menyatakan bahwa situasi perabankan
belakangan ini membuat mayarakat awam menjadi bingung. Karena banyaknya
dalam menagih tunggakan pinjaman kartu kredit, padahal pihak yang menjadi
sasran penagihan tidak merasa memiliki pinjaman dari bank tersebut. Masih
dilakukan oleh bank tidak pernah lagi di media massa. Akibatnya, tanpa adanya
mempelajari kasus tersebut yang siapa tahu sebenarnya mereka juga sedang
media massa.
Dalam artikel itu ditulis pula bahwa, nasabah seharusnya bersikap aktif
nasabah, akan menjadi keberuntungan orang yang ber uang. Dengan uang yang
melimpah, orang semacam ini akan diburu dan diperebutkan oleh bank,
seperti ini. Namun demikian, jumlah orang seperti ini jelas sangat sedikit
besar nasabah yang menyimpan uangnya di bank saat ini adalah masyarakat
pelayanan prima, tidak dirugikan oleh bank saja sudah merupakan kondisi yang
cukup baik untuk saat ini. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi timbulnya
jumlah penarikan uang di ATM, pengenaan biaya transfer antar kota pada ATM
bank yang sama, dan adanya pengenaan biaya tertentu jika seseorang
membayar kartu kredit melalui counter, seluruhnya tidak perlu menjadi keluhan
Selain itu reputasi layanan sebuah bank perlu juga menjadi pertimbangan
bank yang memiliki jaringan luas dan dilengkapi jumlah ATM yang memadai. Jika
hal ini tidak dapat dipenuhi oleh sebuah bank, maka akan lebih baik bagi
bank.
Jika nasabah peduli dengan kondisi tersebut, tidak mustahil potensi
akibat harapan nasabah tidak dipenuhi bank. Oleh karena itu, di tengah
mengangkat posisi nasabah pada saat ini adalah kepedulian dari nasabah
dari Harian Sumut Pos dikatakan ada beberapa contoh kasus yang melibatkan
biaya administrasi yang dikenakan kepada nasabah. Seperti sebuah kisah yang
juga menjadi persoalan banyak orang yang punya tabungan bernilai kecil,
nilai tabungan mereka terus tergerus. Yang mereka tahu, jika menabung, uang
akan bertambah karena berbunga. Saat ini, jangan pernah berharap duit
Ambil contoh BCA, bank yang memiliki jumlah penabung paling banyak di
Rp 10.000 per bulan. Adapun suku bunga untuk tabungan bersaldo Rp 1 juta-Rp
10 juta sebesar 2 persen per tahun. Dengan asumsi nilai tabungan awal Rp 5
juta dan tidak pernah ditambah selama setahun, nasabah akan mendapat bunga
Rp 1 juta. Sebab bunganya nol persen. Penabung tidak akan tergerus uangnya
jika saldonya minimal Rp 6 juta. Pada level itu, biaya administrasi dan bunga
persen untuk tabungan bernilai Rp 1 juta-Rp 5 juta. Kian tinggi nilai tabungan,
bunga akan semakin besar, namun biasanya tak lebih dari 4 persen per tahun.
harus membangun dan memelihara jaringan seperti ATM, yakni fasilitas untuk
untuk mengelola dan menjaga rekening nasabah tetap aman. Bank merasa
pantas memberi bunga kecil atas tabungan dengan alasan tabungan dapat
ditarik setiap saat sehingga bank tidak begitu leluasa menggunakan dana
jasa yang harus dibeli nasabah. Dengan menabung, nasabah memiliki banyak
bunganya bisa mencapai 12 persen per tahun. Semakin besar porsi tabungan
dalam struktur dana pihak ketiga, maka makin besar pula margin keuntungan
bank. Kasarnya, dengan memberi bunga tabungan hanya 3 persen, bank bisa
memberikan perhatian kepada penabung kecil. Saat ini ada 82 juta rekening
bank di Indonesia, atau baru 35 persen dari total penduduk. Masyarakat perlu
didorong menabung. Namun, jika masyarakat kecil tahu uang tabungan mereka
teori di atas. Penelitian yang dilakukan oleh Deasy Apriliani Kahar dengan judul
Wirausaha Syariah (WUS) dan Tunas Usaha Syariah (TUS) PT.BNI (Persero)
Musyarakah dan Murabahah produk WUS dan TUS serta mencari tahu
penyebab dominasi akad murabahah pada produk WUS dan TUS dibandingkan
Hal ini didasari oleh adanya fenomena yang terjadi pada perbankan
syariah di Indonesia saat ini yakni lebih popularnya akad murabahah pada
dan musyarakah. Kondisi ini dipicu oleh persoalan Principal Agent Problem yang
timbul diantara pihak bank dan nasabah. Masalah Principal agent dapat terjadi
pembiayaan murabahah.
penerapannya pada realitas. Hal ini memicu terjadinya principal agent problem
pasti. Selain itu dalam pembiayaan murabahah, bank tidak perlu mengenal
Carling dalam “The principal agent problem for egalitarians : Bowles, Gintis
and their critics”. Hasil dari penelitian ini adalah permasalahan principal agent
yang tidak percaya bahwa kedudukan semua orang sejatinya sama, akan
yang bersifat teoritis atau konsepsional mengenai masalah yang kita teliti. Selain
yang akan diteliti. Adapun kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir Analisis Persoalan Penguasaan Informasi Risk
Agent
principal agent
Nasabah bank
penabung
risk return
return
Penelitian ini didasarkan dari fakta objek yang ada. Selain itu, juga
antara nasabah penabung dan bank adalah hubungan antara debitur dan
kreditur. Pihak debitur disini adalah nasabah sebagai principal dan bank sebagai
agent juga selaku pihak kreditur. Hubungan keagenan ini muncul ketika principal
atau pemilik dana menggunakan orang lain atau disebut agent untuk
menjalankan bank.
memberikan informasi tentang risk and return kepada nasabah. Dan ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban dari bank dan nasabah penabung.
Namun, apabila hal itu tidak dapat dipenuhi maka hal tersebut bisa
nasabah terhadap risk and return yang mereka dapat, hal itu bisa sangat
merugikan mereka. Dan pihak bank selaku agent juga belum tentu mau
informasi nasabah tentang risk and return menabung di bank dan ingin
METODE PENELITIAN
nasabah penabung dan BTN dalam kerangka principle agent theory dan
mengetahui ada atau tidak persoalan dalam hubungan Principle Agent antara
nasabah penabung dan BTN dalam hubungannya dengan risk and return, maka
pendekatan fenomologi.
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
holistik dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
yang memandang perilaku manusia – yaitu apa yang dikatakan dan dilakukan
imajinasi, (3) berpikir secara abstrak, serta (4) dapat merasakan atau menghayati
1. Informan kunci:
Informan kunci dalam penelitian ini adalah nasabah penabung. Dari nasabah
tersebut.
2. Informan pendukung:
nasabah penabung dan bank , oleh sebab itu, digunakan nonprobability sampling
dengan metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2007:218), non
kesempatan yang sama bagi setiap unsur untuk dipilih menjadi informan. Metode
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin
”redundancy” (datanya telah jenuh, dan apabila ditambah sampel lagi tidak
baru yang berarti. Dalam penelitian ini metode purposive sampling akan
a. Data Primer
dilakukan sendiri oleh peneliti dan sumber ataupun informan. Data-data tersebut
berupa data naratif, deskriptif, dalam kata-kata mereka yang diteliti, dokumen
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain selain
informan. Data tersebut berupa data dokumenter (arsip-arsip yang dimiliki oleh
antara lain:
1. Wawancara
leluasa melacak berbagai segi dan arah untuk mendapatkan informasi yang
selengkapnya dan secara mendalam. Dengan demikian, upaya understanding of
2. Observasi
sosial yang terjadi. Dalam hal ini, peneliti mengamati berbagai praktik kerja yang
dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Malang, bentuk transaksi yang
yang dilakukan.
3. Dokumentasi
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
penelitian dilaksanakan.
Menguji keabsahan data ditekankan pada uji kredibilitas. Dalam penelitian ini
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu.
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang diperoleh dari wawancara, lalu dicek kembali dengan
diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini, pengecekan dapat dilakukan
jauh data yang telah diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
hubungan antara nasabah penabung dan BTN. Selain itu akan diungkap
Tabungan Negara. Dari hasil penelitian ini, akan diketahui pendapat mereka
yang terjadi.
membahas tentang unit analisis dalam penelitian ini. Unit analisis dalam
informan yang penting untuk diteliti. Dalam penelitian ini, nasabah penabung
berbagai status baik sebagai nasabah penabung dan mantan nasabah penabung
Tabel 4.1 Daftar Nama Informan Nasabah dan Mantan Nasabah BTN
cabang Malang
Nama Usia
Alamat Keterangan
Informan (Th)
Ibu Hestani 35 tahun Malang Nasabah BTN
Bpk Solikin (samaran) 60 tahun Malang Nasabah BTN
Pak Hendra 43 tahun Malang Nasabah BTN
Bu Herliana 30 tahun Malang Nasabah BTN
Ibu Aris 35 tahun Malang Nasabah BTN
Nama Usia
Alamat Keterangan
Informan (Th)
Ibu Restu 67 Tahun Malang Nasabah BTN
Pak Santo 28 Tahun Malang Nasabah BTN
Pak Hermawan 40 Tahun Malang Nasabah BTN
Bu Sri 45 Tahun Malang Nasabah BTN
Meutia 21 Tahun Malang Nasabah BTN
Mantan Nasabah
Vina 21 Tahun Malang
BTN
Mantan Nasabah
Pak Imam Mul 50 tahun Malang
BTN
Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian, 2009
langsung pada persolan dalam penelitian. Informan yang dimaksud adalah pihak
menggali informasi lebih mandalam pada penguasaan informasi risk and return
Nama Usia
Alamat Profesi
Informan (Th)
Bapak Atjuk 44 tahun Malang Manager Customer Service
Ibu Wulan 25 tahun Surabaya Customer Service
Ibu Anita 25 tahun Malang Customer service
Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian, 2009
Nasabah merupakan raja bagi pihak perbankan. Karena selama ini yang
diketahui bahwa penyumbang dana terbesar bagi pihak bank adalah nasabah.
per tahun. Semakin besar porsi tabungan dalam struktur dana pihak ketiga,
maka makin besar pula margin keuntungan bank. Contohnya, dengan memberi
bunga tabungan hanya 3 persen, bank bisa menjualnya sebagai kredit dengan
bunga 14 persen. Dengan adanya kenyataan seperti ini tentu dapat disimpulkan
bahwa bank akan melakukan segala cara untuk membuat nasabah tetap
bertahan di bank tersebut. Dalam hal ini, bank baik secara langsung maupun
Keuntungan yang ditawarkan disini adalah dapat digunakan sebagai salah satu
Cabang (online) & Kantor Pos khusus untuk penyetoran, fasilitas Joint account
mendapatkan Kartu ATM batara yang digunakan bertransaksi di lebih dari 5.000
ATM Bank Pemerintah yang berlogo ”Link” dan lebih dari 12.000 ATM Bersama,
tagihan angsuran KPR, Telkom, Telkomsel & PLN melalui fasilitas : ATM, Sms
Batara, dan Autodebet, fasilitas auto transfer untuk transfer dana Anda secara
rutin ke rekening lain di Bank BTN atau bank lain. Suku bunga yang ditawarkan
melakukan pemahaman terhadap produk yang akan diambil dan penting juga
untuk menjaga hubungan yang telah di bina antara bank dan nasabah. Informasi
yang tidak tersampaikan dari pihak bank kepada nasabah pada awalnya akan
boomerang bagi nasabah. Saat nasabah tersadar bahwa dia merasa dirugikan,
nasabah akan membuat dua pilihan yaitu meninggalkan bank atau tetap
bertahan. Seperti yang telah dikatakan oleh Pak Imam (50 tahun) yang
”Nasabah itu kan punya hak untuk melakukan apapun, walaupun haknya
itu pasti dibatasi sama bank. Jadi kalo ada yang sreg di hati terus dapat
tanggapan yang nggak enak juga, ya bisa terserah nasabah, mau dilanjutkan
apa nggak nabungnya. Lha saya yang termasuk nggak mau melanjutkan nabung
di BTN”
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa nasabah memang memiliki
peraturan yang dimiliki oleh bank. Namun, saat dia tidak merasa nyaman dengan
segala peraturan bank, nasabah bisa memilih untuk tetap berdamai dengan
kondisi seperti itu atau memutuskan untuk mencari bank yang menurut dia bisa
rekening. Namun, bagi mereka itu belum mencukupi untuk memahami apa yang
tidak mau menuntut hal mereka untuk mengerti lebih banyak. Seperti yang
”Saya sudah lupa mbak dikasi informasi apa aja, yang saya ingat malah
syarat-syarat kredit rumah.Hahaha (dengan bercanda). Tapi yang saya ingat itu
informasi yang harus dibaca banyak trus waktu itu sama mbak CS nya uda mau
diambil, jadi ya cepet-cepet aja tak tandatangani.”
Dari pernyataan yang didapatkan diatas, bisa dilihat bahwa pihak bank
Namun, informasi memang tetap menjadi hal yang harus dibatasi bagi
BTN. Informasi yang dianggap penting bagi BTN, tidak akan dibuka kepada
pihak luar. Hanya informasi yang menurutnya merupakan informasi yang penting
bagi nasabah yang dibuka. Walaupun BTN telah mengaku bahwa memberikan
informasi sebanyak-banyaknya pada nasabah penabung dan masyarakat, tetapi
dan BTN, pihak BTN tidak mengijinkan. Begitu pula saat peneliti ingin bertanya
lebih jauh pada nasabah penabung di BTN cabang Malang, BTN tidak
dengan nasabah.
penting bagi nasabah. Namun untuk mencari informasi yang dianggap BTN
sangat penting atau bisa mempengaruhi dari keputusan nasabah, maka BTN
Cabang Malang
saling menghormati. Calon nasabah harus menyeleksi bank dan produk yang
diinginkan sebelum akhirnya memilih produk dan bank yang tepat baginya. Dan
mendukung, saling menguatkan, dan saling mengingatkan jika ada yang salah.
Dan untuk bisa melakukan hubungan yang saling menguatkan tersebut, antara
bank dan nasabah harus tranparan, tak ada yang ditutupi, serta penuh tanggung
jawab.
Posisi nasabah penabung sebagai pemilik dana, dan nasabah ingin
menyetor dana tadi ke Bank. Apa yang akan diperhatikan? Tentu nasabah akan
mana. Karena sebagai pemilik dana, nasabah berfungsi sebagai pembeli surat
berharga bank. Karena uang nasabah yang disimpan di bank, sebagai gantinya
nasabah akan menerima surat berharga dalam bentuk sertifikat deposito, buku
tabungan, maupun buku giro. Jadi, seperti halnya pembeli, nasabah harus
karena ada unsur saling percaya, sehingga hubungan timbal balik yang terjadi,
tersebut. Dengan adanya hubungan yang timbal balik, yaitu bank bekerja dengan
seimbang. Jangan sampai nasabah merasa dirinya seperti tidak memiliki arti di
depan bank, atau nasabah seperti merasa diremehkan. Seperti yang di katakan
oleh Bapak Solikin (nama samaran) ketika ditanya tentang keuntungan dalam
menabung di BTN.
Dari jawaban Pak Hendro dan Bu Hestani, dapat terlihat bahwa mereka
sebagai nasabah tidak memahami haknya sebagi nasabah dan merasa tidak
ambil pusing apa yang akan terjadi pada hak mereka. Hal tersebut adalah
kelengahan sebagian besar nasabah, dan bank tidak merasa bahwa sikap yang
diambil oleh nasabah ini adalah suatu kesalahan. Bank merasa tidak bersikap
salah hingga nasabah tidak bertanya atau menegur bank. Seperti yang tercermin
pada jawaban Ibu Wulan selaku customer service BTN Cabang Malang ketika
“Mereka itu kan punya hak untuk tanya, trus kita (bank) memperlakukan
sama tiap nasabah, jadi kalo ada nasabah yang berpendapat posisi mereka
nggak diperhatikan sama sini, itu salah besar. Semua tergantung sama nasabah
itu sendiri.”
Sikap yang ditunjukkan oleh bank sebenarnya tidak salah, namun bank
juga harus berhati-hati terhadap pendapat nasabah yang merasa dirinya tidak
dianggap oleh bank. Setiap bank pasti tidak menginginkan adanya pembedaan
perlakuan pada tiap nasabah, namun disadari atau tidak secara tidak sengaja
pembedaan perlakuan itu pasti ada walaupun sedikit. Hal ini tercermin dari
jawaban yang diberikan oleh Ibu Wulan (Customer Service) saat ditanya tentang
informasi apa saja yang didapatkan nasabah dengan nilai tabungan yang besar.
”Kalau nasabah dengan nominal yang besar itu sensitif sekali dengan
setiap kebijakan BTN. Jadi sebisa mungkin kita mesti menginformasikan tentang
kebijakan yang diambil. Soalnya kan mereka itu nominal tabungannya besar.
Jadi secara otomatis tanggung jawab kita besar juga ke mereka. Bayarnya
mereka juga lebih besar daripada nasabah biasa, jadi ada fasilitas lebih bagi
mereka.”
yang dikehendaki. Posisi nasabah bisa dengan mudah untuk berpindah dari satu
bank ke bank lain tanpa banyak pertimbangan. Sehingga dengan adanya
bank lain.
Bank Tabungan Negara Cabang Malang adalah salah satu permasalahan yang
tindakan yang dilakukan seseorang memiliki dampak pada orang lain atau ketika
seseorang sangat tergantung pada tindakan orang lain (Stiglitz, 1987 dan Pratt &
berbagai tingkatan, seperti norma perilaku dan konsep kontrak. Dan akar dari
dananya kepada agen dan hanya menerima profit atau return dari dana yang
dipercayakan tersebut.
position yang dimiliki lemah sehingga mereka tidak mau untuk bertanya lebih
lanjut tentang risk and return yang mereka dapatkan dari Bank Tabungan
Negara. Mereka tidak mau bertanya kepada BTN tentang hal-hal atau informasi
yang kurang jelas bagi mereka karena jawaban yang diberikan bank cenderung
itu-itu saja sehingga mereka merasa malas membuang waktu untuk bertanya
tentang informasi dan ada yang ditutupi dari jawaban bank. Sementara pihak
bank sendiri tidak mau peduli apabila nasabah mereka bersikap begitu. Hal ini
dalam hubungan antara nasabah penabung dan bank, namun tetap saja ada
terpenuhi dari salah satu pihak, maka pihak yang merasa bahwa informasinya
kurang akan melakukan dua hal. Yang pertama adalah bertanya sejelas-jelasnya
tentang informasi yang seharusnya dia dapatkan dan yang kedua adalah
bersikap pasif dan tidak mau perduli terhadapa hak informasi yang seharusnya
dia dapatkan.
nasabah dan bank sebagai prisipal dan agen tidak terpenuhi dengan baik.
Karena hubungan yang sehat antara prinsipal dan agen seharusnya saling
terbuka dan saling setara. Tidak ada yang merasa bahwa salah satu pihak lebih
dan pada akhirnya timbul banyak persoalan yang terjadi. Persoalan yang terjadi
itu bisa dari biaya administrasi yang kurang jelas, ketimpangan informasi, dan
mengambil dua sikap yang berlawanan. Yang pertama akan menutup rekening di
Bank Tabungan Negara dan mencari bank yang dirasa cocok bagi mereka. Yang
kedua akan memilih untuk bertahan dengan banyak alasan, salah satunya
adalah masih merasa membutuhkan Bank Tabungan Negara. Dari data yang
adalah alasan klasik yaitu tentang biaya administrasi dan ketimpangan informasi
yang diberikan oleh pihak bank. Permasalahan yang berasal dari adanya
perbedaan yang mencolok antara biaya administrasi, jumlah tabungan, dan suku
bunga yang didapatkan bisa dicontohkan oleh kasus yang dialami oleh Pak
tinggi nilai tabungan, bunga akan semakin besar, namun biasanya tak lebih dari
4 persen per tahun. Bank tentu merasa berhak memungut biaya administrasi.
yakni fasilitas untuk para penabung. Bank juga harus membangun infrastruktur
teknologi informasi untuk mengelola dan menjaga rekening nasabah tetap aman.
Bank merasa pantas memberi bunga kecil atas tabungan dengan alasan
tabungan dapat ditarik setiap saat sehingga bank tidak begitu leluasa
Sebagai contoh dari pernyataan bahwa bunga bank rendah namun biaya
administrasi tinggi adalah seperti yang dikatakan oleh Pak Imam (50 tahun),
”Saya itu dulu kan punya 2 rekening mbak. Di BTN sama BNI. Tapi yang
giat nabung ya di BNI. BTN itu dulu kan karena mau beli rumah, jadi ya uda tetep
dipelihara aja rekeningnya. Dulu itu kalo nggak salah bunganya Cuma 2,5 persen
mbak. Soalnya tabungan saya cuma dikit. Sementara potongan ATM itu
sembilan ribu (Rp 9000,-). Nah, masalah itu muncul pas saya mau mulai nabung
lagi di BTN. Maksud saya, biar aktif lagi yang disitu. Di buku tabungan saya itu
saya liat print out yang lama uangnya tinggal seratus lima puluh ribu. Lha hari itu,
saya mau nabung empat ratus ribu. Saya waktu itu uda nggak nabung empat
bulan. Itungannya kan paling cuma dipotong tiga puluh enam ribu ya mbak.
Biaya ATM itu. Ternyata nggak mbak, potongannya banyak, saya juga nggak
ngerti potongan buat apa aja. Tau-tau tabungan saya tinggal tiga ratus lima puluh
ribu. Padahal saya nabung empat ratus ribu. Masak potongan saya sampe’ dua
ratus ribu. Buat saya ya termasuk banyak mbak itu. Trus saya tanya ke CS
(Customer Service) nya, katanya itu biaya administrasi sama biaya karena saldo
dibawah minimal. Padahal saya nggak pernah dikasi tau informasi itu. Saya
tanya apa bisa tutup rekening terus buka baru lagi, katanya nggak bisa. Padahal
saya pernah di BCA kaya’ gitu juga bisa. Ya udah mbak, jadi males nabung
disana lagi.”
informasi yang cukup kepada nasabah, dan nasabah merasa tidak perlu untuk
menanyakan informasi bisa kerena nasabah memang tidak paham apa yang
harus ditanyakan atau bisa juga karena pada saat itu nasabah sudah paham jadi
tidak bertanya lebih lanjut lagi. Namun, saat permasalahan itu muncul, nasabah
baru paham bahwa selama ini dirinya merasa dirugikan oleh keputusan-
keputusan bank. Ada satu pernyataan lain tentang ketimpangan informasi dan
Pernyataan yang pertama dari Vina (21 tahun) mahasiswi salah satu universitas
negeri di Malang dan dia merupakan mantan nasabah BTN Cabang Malang.
“Gini mbak, 3 Juni 2009 tiba-tiba saldo tabungan ku hilang Rp.3500. Jadi
saldo pada tanggal sebelumnya jika kemudian ditambah atau dikurang transaksi
tanggal 3 Juni 2009 tiba-tiba hilang Rp.3.500. Intinya saldo tiba-tiba gak
nyambung. Kata customer servicenya karena koreksi tahun 2004/08. Tetapi
kalau dilihat pada 2004/08 memang terjadi pendebetan biaya admin dua kali,
tetapi pada 2004/09 tabungan sudah dikreditkan sau kali. Harusnya sudah gak
masalah. sementara pada 2004/09 tetap dikreditkan biaya admin bulan
bersangkutan. Jadi saldo yang dicetak di buku tabungan, berbeda dengan saldo
yang ada di komputer BTN. Soalnya aku ngintip komputer mereka. Ya udah
begitu ketemu masalah seperti ini, penjelasan yang gak masuk akal, uda gitu
rasanya mereka nganggep aku ini cuma mahasiswa jadi tabungan ku kecil,
langsung aku tutup tabungan itu”
dikemukakan oleh Mutia (21 tahun) mahasiswi salah satu universitas negeri di
Malang
”Rasane kalo ngantri di BTN itu kaya’ nggak kanggo gitu. Jadi males kalo
suruh antri (Rasanya kalau mengantri di BTN itu seperti tidak dibutuhkan. Jadi
malas kalau suruh antri).”
terjadi di BTN Cabang Malang ini yang pertama adalah kurangnya informasi bagi
nasabah seperti biaya administrasi dan ketentuan perhitungan yang berlaku. Dan
yang kedua adalah pelayanan yang dianggap oleh nasabah kurang menghargai.
Namun bank sendiri merasa bahwa tidak ada yang kurang tentang
informasi yang diberikan dan semua keputusan juga penilaian itu bergantung
kepada nasabah. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Atjuk (44 tahun),
yang paham dan tidak paham. Tetapi, nasabah yang tidak paham dibagi menjadi
dua lagi, yaitu yang mau bertanya dan tidak mau bertanya. Apabila nasabah
tidak bertanya, maka BTN juga tidak mau dianggap bahwa informasi yang
telah paham dan BTN tidak perlu menjelaskan untuk lebih lanjut. Hal ini tentu
lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat
suatu kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent)
dinginkan oleh prinsipal (dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang). Dalam
permasalahan ini, agen bertindak tidak seperti yang diinginkan oleh prinsipal,
ini, bisa diselesaikan dengan baik apabila kedua pihak mau saling terbuka dan
telah dibangun dengan bank (agen) namun, mereka memilih untuk mencari bank
pasti memiliki berbagai macam daya tarik nasabahnya untuk menabung di sana.
Namun, sebagai bank terbesar, BTN tidak terlepas dari kekurangannya sebagai
sebuah bank. Kekurangan itu bisa saja dalam pelayanan, fasilitas, maupun
disikapi secara baik oleh nasabah penabung. Walaupun nasabah merasa Bank
aksebilitas dan kebutuhan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Bu Sri, seorang
”Saya dulu menabung di BTN sejak tahun 1989. Awalnya untuk beli
rumah, tapi semakin kesini semakin banyak fasilitas, kaya autodebet rekening
telepon, PLN, sama air. Soalnya saya ini pelupa. Trus menurut saya semakin
mudah dan efisien aja. Selain itu ya gampang kalo mau kredit rumah. Jadi ya
saya memutuskan untuk tetap menabung disini aja mbak. Lagian males kalo
mau pindah mbak. Ribet.”
Selain pernyataan dari Bu Sri, ada juga pernyataan senada dari Mutia (21
”Ada dua alasan aku nabung di BTN itu, yang pertama waktu bayar SPP
itu lebih mudah, bisa lewat ATM banking, jadi ga perlu repot-repot antri ke BTN.
Soalnya kampus ku pake BTN buat bayar SPP. Kan tau sendiri kalo lagi antri
bayar SPP kaya’ gimana antrinya. Bikin males. Trus yang kedua, kemarin tu aku
dapat beasiswa, beasiswanya ditransfer ke rekening BTN, tadinya suruh daftar
lagi gitu, tapi berhubung aku uda punya rekening, jadi ga jadi daftar lagi.
Enaknya ya itu mbak, jadi walaupun pelayanannya kurang ramah, karena saya
butuh ya, tetap aja nabung disini.”
Cabang Malang karena fasilitas dan akses kemudahan yang bisa didapatkan.
tetapi dia enggan untuk berpindah ke bank lain. Alasannya adalah dia masih
membutuhkan BTN untuk membayar SPP tiap bulannya dan penerimaan
beasiswa.
pertimbangan pemberian kredit yang tidak sulit. Seperti yang dikatakan oleh Ibu
Selama ini, BTN memang terkenal sebagai bank milik pemerintah yang
bergerak pada kredit perumahan. Sehingga setiap orang atau nasabah akan
memiliki persepsi apabila ingin membeli rumah melalui sistem kredit melalui
Suatu studi empiris yang dilakukan oleh Barone dan Quantara (2008),
Case of South Italy”, The Icfai Journal of Behavioral Finance, Vol. 5., No. 1
dalam artikel ”Menggapai Loyalitas Bank” oleh Dr. Hargo Utomo, MBA., M.Com
tersebut dan aksesibilitas geografis atau lokasi bank yang dimaksud. Faktor
empiris, sehingga faktor-faktor heuristic and emotional bisa saja menjadi penentu
bahwa nasabah yang menyatakan tidak puas terhadap suatu bank tidak selalu
otomatis mempunyai niatan untuk beralih ke bank lain terutama karena alasan
tentang kelemahan dari tiap-tiap bank. Namun, nasabah masih merasa bisa
hanya dirugikan di bidang pelayanan dan informasi, bukannya dalam hal finansial
maka nasabah tidak akan menjadikan itu sebagai masalah. Namun sebaliknya,
nasabah akan menganggap itu adalah hal yang biasa dalam hubungan antara
Dalam bab ini akan dibahas tentang pemahaman terhadap risk and return
banyak hal yang menjadi dasar dalam pemilihan sebuah produk tabungan juga
bank, para calon nasabah melihat dari ratio keuangan terlebih dahulu. Namun
ternyata hal itu bukanlah faktor utama dalam menentukan produk tabungan dan
bank. Bisa jadi ratio keuangan merupakan hal terakhir yang menjadi
yang diinginkan. Seperti yang di sampaikan oleh Ny. Hestani (35 tahun) ketika
“Waktu itu karena saya ambil kredit perumahan, terus kan harus buka
rekening, akhirnya ya ambil rekening batara”
harus mengetahui kriteria bank yang sehat dan bank yang tidak sehat. Menurut
dari dua sisi yakni, fundamental dan teknikal. Sisi fundamental merupakan
kinerja keuangan perusahaan, yang terdiri atas total aset, rasio kecukupan
bermasalah), return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) untuk laba, net
interest margin (NIM), loan to deposit ratio (LDR), dan produktivitas pegawai
kinerja saham bank-bank yang telah melantai (listed) di BEJ. Penilaian ini
terhadap pasar.
bahwa untuk menilai sisi teknikal ini diperlukan metode snail trail (jejak bekicot).
yakni lima tahun. Dimulai mulai dari asset, besarnya aset yang dimiliki sebuah
bank tidak berarti apa-apa jika seluruhnya merupakan aset berisiko. Oleh karena
itu, untuk mengukur kesehatan suatu bank, indikator total aset harus dipadukan
dengan indikator lainnya. Lalu, CAR atau daya tahan suatu bank. Makin besar
CAR suatu bank, berarti kesiapannya menghadapi kredit macet besar pula. Bank
Artinya, untuk setiap ekspansi kredit seribu rupiah, bank harus menyediakan
modal sendiri minimal delapan puluh rupiah. Tanpa modal yang kuat, mustahil
bank bisa melanjutkan ekspansi kredit. Selanjutnya, NPL atau kredit tidak lancar.
Yang termasuk kategori NPL jika kredit yang diberikan berada dalam perhatian
khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank yang memiliki tingkat NPL
lebih rendah dari tahun sebelumnya, layak memperoleh nilai maksimal. Namun,
sebuah bank yang memiliki NPL sangat kecil tidak serta-merta hampir seluruh
kredit bank tersebut adalah kredit lancar, dan menunjukkan betapa sehatnya
bank tersebut. NPL yang sangat kecil dapat saja dicapai bank yang hanya sedikit
disalurkan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan, baik berupa
tabungan dan deposito. Bank yang memiliki LDR sangat kecil berarti bank
tersebut tidak menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Bank-bank seperti
Hal ini telah seperti yang telah dijelaskan oleh Bapak Atjuk, manager
customer service BTN Cabang Malang ketika ditanya tentang motif nasabah
Dari hal yang telah disampaikan oleh para nasabah dan Bapak Atjuk
diketahui bahwa motif nasabah untuk menabung itu ada berbagai macam
diberikan selama memabung di bank tersebut, dan layanan yang diberikan pada
nasabah.
penabung tidak terlalu peduli dengan kesehatan dari bank itu sendiri. Misalnya
mereka tidak akan peduli dengan resiko yang ada dalam Tabungan Batara atau
mereka tidak akan peduli dengan laporan keuangan Bank Tabungan Negara.
Pernyataan diatas dapat dibuktikan oleh pernyataan Ibu Herliana, salah seorang
yang telah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Seharusnya, orang dengan
tingkat pendidikan tinggi pasti akan memiliki kesadaran yang tinggi akan resiko
yang mereka terima dan bagaimana caranya mereka untuk dapat menghindari
nasabah tentang resiko dalam suatu produk atau resiko bank itu sendiri tidak
Untuk melihat resiko dari suatu produk atau bank itu sendiri, selain dilihat
dari laporan keuangan dapat juga dilihat dari keikutsertaan bank dalam program
di tabungan. Walaupun nilai maksimal yang dijamin sebesar dua milyar rupiah,
tentunya itu akan lebih memberikan rasa aman dan jaminan kepada nasabah
bahwa apabila terjadi sesuatu dengan bank, maka dana para nasabah akan
kembali.
belum dianggap oleh para nasabah. Para nasabah measih menganggap bahwa
pemerintah) itu perlindungan kepada nasabah dan rasa amannya lebih tinggi
dibandingkan dengan bank swasta. Begitu pula dengan Bank Tabungan Negara
ini. Bank Tabungan Negara ini masih dianggap oleh sebagian besar masyarakat
mendaftar sebagai bank yang ikut dalam program penjaminan LPS, secara
otomatis mereka akan ikut. Pernyataan diatas didukung oleh pernyataan dari Bu
Sri saat ditanya tentang keikutsertaan Bank Tabungan Negara dalam program
penjaminan LPS
”Saya nggak tau mbak BTN itu ikut LPS apa nggak. Tapi persepsi saya
ya kalo bank pemerintah itu mesti terjamin. Walaupun nggak ikut macem-
macem. Pokoknya kalau di bank pemerintah itu aman lah mbak.”
Walaupun apa yang dikatakan oleh Bu Sri berbeda jauh dengan yang
dikatakan oleh Ibu Wulan, Customer Service Bank Tabungan Negara Cabang
Malang
”Setiap nasabah pasti diberi tahu kalo BTN itu sudah ikut LPS. Terus
syarat-syarat tabungan yang dijamin sama LPS itu juga nasabah sudah diberi
tahu. Selain itu kan ada media koran, internet dan sebagainya. Pastinya mereka
sudah bisa mengetahui dari media juga selain dari kita.”
sebagai bank milik pemerintah. Sementara pihak bank sendiri walaupun paham
bank tidak mau menernagkan dengan lebih detail dan lebih memilih untuk
media. Namun, ini tentunya sangat kontras dengan kenyataan bahwa walaupun
bank milik pemerintah, tetapi apabila kesehatan dari bank tersebut tidak
Sebagai contoh adalah merger empat bank yaitu Bank Dagang Negara
(BDN), Bank Expor Impor (Bank Exim), Bank Bumi Daya (BBD) and Bank
buruk.
delapan persen, batas minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada
waktu itu. Bank-bank tersebut memiliki hutang dan non performing kredit yang
besar. Bank Bumi Daya dan Bank Dagang Negara bahkan punya hutang yang
negatif sampai mencapai ribuan kali modal yang dimiliki. Hutang Bank Dagang
Negara sebesar Rp 28.314.824 milyar dan sementara modal Bank Bumi Daya
memiliki moal yang minus sebesar Rp 28.034.552 milyar dan Bank Exim minus
Pada 1993-1997, Bank Bumi Daya dan Bank Dagang Negara sudah
mencapai nilai hutang hampir sama dengan aset mereka dan ketika krisis
melanda pada tahun 1998, hutang mereka bahkan membengkak melebihi aset
mereka. Bapindo menjadi bank yang paling tidak sehat di antara bank-bank
negara dengan pengembalian aset (ROA) minus 30,44% dan return on equity
dengan baik. Bank yang dikelola pemerintah pun bisa terkena krisis dan
aman yang didapatkan oleh nasabah hanya merupakan persepsi dan sugesti
semata. Karena tidak ada kaitannya antara bank milik pemerintah dan laporan
keuangan yang baik. Apalagi sekarang, Bank Tabungan Negara sudah bergerak
menjadi perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO). IPO (Initial
Public Offering) adalah penawaran umum pertama kali saham atau obligasi
efek yang dilaksanakan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat
Sebuah hal yang lumrah dalam kehidupan sekarang ketika interaksi antar
nasabah dengan bank terjadi dalam intensitasnya yang tinggi. Bank bergerak
intermediasi bank memberikan gambaran bahwa interaksi terjadi dalam dua sisi.
Sisi pertama adalah interaksi antara bank dengan nasabah yang memiliki
giro, tabungan dan deposito, sedangkan dari sisi kedua, interaksi terjadi ketika
nasabah yang memerlukan dana meminjam dana tersebut dari bank, interaksi
antara bank dengan nasabah juga terjadi ketika nasabah menggunakan jasa
perbankan semisal jasa transfer dana, inkaso atau safe deposit (Hadad, 2006 )
keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Barang sendiri didefinisikan sebagai setiap benda, baik berwujud maupun tidak
berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak
potensi sengketa tersebut dapat disebabkan oleh empat hal yaitu informasi yang
nasabah peminjam dana dan tidak adanya saluran yang memadai untuk
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/
sengketa perlindungan konsumen secara patut dan hak untuk diperlakukan atau
Hak atas informasi barang atau jasa merupakan hak yang fundamental
bagi konsumen karena menjadi dasar konsumen untuk menentukan pilihan atas
Bank Indonesia No.7 tahun 2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank
dalam bahasa Indonesia secara lengkap dan jelas mengenai karakteristik produk
tertulis atau lisan dan tidak mengandung informasi yang menyesatkan (mislead)
setidaknya meliputi nama dan jenis produk bank, manfaat dan resiko yang
melekat pada produk bank, persyaratan dan tata cara penggunaan produk bank,
Dalam hal produk bank terkait dengan penghimpunan dana, Bank wajib
nasabah yang sedang memanfaatkan produk bank paling lambat tujuh hari kerja
informasi dan atau keterangan mengenai karakteristik produk bank yang letak
dan atau bentuknya sulit terlihat dan atau tidak dapat dibaca secara jelas dan
informasi karakteristik produk bank yang dapat diperoleh secara mudah oleh
masyarakat.
Sehubungan dengan adanya ketentuan yang diberikan oleh Bank
tidak mengerti atau lebih baik paham atas return yang mereka dapatkan selain
fasilitas dan akses. Karena fasilitas dan akses merupakan hal yang riil yang bisa
memperhatikan suku bunga, dimana suku bunga juga merupakan hak dari
berkaitan dengan kredit yang akan mereka ambil. Namun untuk tabungan, para
diperkuat oleh jawaban Bapak Solikin ketika ditanya tentang seberapa sering dia
melakukan print out untuk melihat jumlah suku bunga yang dia dapatkan.
”Nggak pernah mbak, tabungan saya itu sedikit. Paling juga berapa yang
diterima.”
Jawaban dari pak Solihin ini merupakan jawaban pasif yang sering kali
terlontar dari nasabah ketika ditanya tentang suku bunga. Nasabah saat ini tidak
mengutamakan lagi suku bunga sebagai return yang berarti lagi dalam rekening
mereka. Namun, yang lebih diutamakan oleh nasabah saat ini adalah fasilitas,
”Kalo suku bunga saya nggak pernah ngecek mbak, pokoknya percaya
aja gitu. Lagipula sepertinya yang dibutuhkan orang sekarang itu kan cenderung
ke fasilitas sama akses aja. Kalau saya yang penting aman mbak. Jadi uda
nggak mikir lagi sama suku bunga.”
nasabah tidak memahami dan tidak peduli pada resiko. Namun di sisi lain,
oleh Mbak Anita , Customer Service Bank Tabungan Negara Cabang Malang
dan kesempatan untuk bertanya lebih lanjut pada para nasabah, sebenarnya
nasabah untuk mencari tahu tentang suku bunga yang ada. Namun, hampir tidak
ada nasabah yang peduli dengan suku bunga yang diberikan pada tabungannya.
mengetahui return apa saja yang berhak mereka terima. Apabila mereka
terlalu peduli. Karena saat ditanya masalah resiko, mereka tidak pernah peduli
No Indikator Keterangan
1 Dasar Informasi Informasi dasar (kelebihan dan kekurangan
produk bank) pada nasabah di awal
pembukaan rekening
2 Kesadaran akan hak dan Kemauan untuk bertanya tentang risk dan
kewajiban return yang nasabah dapatkan, pemahaman
tentang perturan-peraturan yang dimiliki
oleh bank
dengan efektif, kegiatan usaha yang dilakukan bank serta produk dan jasa yang
dapat terpenuhi.
tentang fungsi dan peran bank serta produk dan jasa perbankan dapat
PENUTUP
Bagian penutup ini memuat inti dari hasil penelitian yang telah
dan Bank Tabungan Negara, serta penguasaan informasi nasabah tentang risk
dan return produk Tabungan Batara. Saran yang diberikan peneliti berkaitan
6.1. Kesimpulan
1. Informasi suatu hal yang kurang dianggap penting bagi nasabah. Nasabah
hanya menerima informasi yang diberikan bank sehingga saat ada yang
mereka lemah terhadap bank, maka hal ini membuat mereka merasa malas
secara rasional ekonomis seperti tingkat suku bunga yang diberikan, namun
lebih kepada faktor keamanan dan aksebilitas akan kemudahan KPR yang
Adapun rekomendasi yang dapat diajukan oleh peneliti dari hasil penelitian
melalui iklan pada media komunikasi yang efektif seperti televisi sehingga
tersebut.
2. BTN seyogianya memberikan sikap yang sama rata pada semua nasabah
sehingga tidak ada nasabah yang merasa bahwa posisinya lebih lemah
3. Adanya edukasi yang lebih mendalam dari Bank Indonesia tentang edukasi
bank milik pemerintah dan bank swasta. Edukasi ini termasuk resiko dan
return yang didapatkan saat menabung di bank milik pemerintah atau swasta.
Sehingga tidak ada persepsi yang salah di nasabah penabung terkait dengan
Konsumen
Komputindo
Behavioral Finance, Vol. 5., No. 1. Dalam Dr. Hargo Utomo, MBA., M.Com.
Gintis, and Their Critics. Jurnal. Science and Society, Vol. 66, No 3.
109-138.
Usaha Nasional
Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2009. Hubungan dan Masalah Keagenan di
www.bppk.depkeu.go.id/...pemerintah/hubungan-dan-masalah-keagenan-
http://www.hariansumutpos.com/2009/11/uang-nasabah-dieksploitasi.htm
Iqbal, Munawar dan David T. Llewellyn. 2002. Islamic Banking and Finance.
Edward Elgar. UK
Oktober 2009)
Prentice Hall
Rosdakarya
Jakarta.
Prasetya, Hari. 2005. LPS dan Upaya Meningkatkan Disiplin Pasar. Artikel.
04 Februari 2010)
Retnadi, Djoko. 2006. Memilih Bank Yang Sehat (Kenali Kinerja dan
Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk. 2000. Consumer Behavior. 7th Ed.
Prentice Hall
Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk. 1997. Consumer Behavior. 6th Ed.
Prentice Hall
Alfabeta
(http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/toswari/2009/04/17/masih-
Bu Sri
Mutia
Bu Sri
Ibu wulan, CS
Pak Solikin
Bapak Hendra
Ibu Anita, CS