You are on page 1of 26

MAKALAH BUDAYA

NUSANTARA
SUKU JAWA

Oleh Kelompok I Kelas 1-K ADM. PERPAJAKAN:

Affan Akhsani T (08320006387)


Brinda (0832000)
Haunan Eka R. (0832000)
Muhammad Arif (0832000)
Muhammad Yusuf (0832000)
Ramandika (0832000)
Rini Oktaviany (0832000)
Rofi’ (0832000)
Samsul (0832000)
Yugo Ardana (0832000)

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


2008/2009
Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia, dengan jumlahnya sekitar 90
juta. Untuk memudahkan penjelasan mengenai identifikasi suku Jawa, maka kami akan
menjelaskannya per wilayah.
1. Jawa Tengah
A. Lokasi
Merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa.
Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan
Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di
sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km². Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya
Jawa.
B. Pemerintahan
Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota.
2. Daerah Istimewa Yogyakarta
A. Lokasi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak
di bagian selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah utara.
DIY memiliki lembaga pengawasan pelayanan umum bernama Ombudsman Daerah
Yogyakarta yang dibentuk dengan Keputusan Gubernur DIY. Sri Sultan HB X pada tahun
2004.
B. Sejarah
Yogyakarta sebelum tahun 1945 dengan enklave-enklave Surakarta dan
Mangkunagaran Yogyakarta sebelum tahun 1945 dengan enklave-enklave Surakarta dan
Mangkunagaran Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah provinsi yang berdasarkan
wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.
C. Pemerintahan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas 4 kabupaten dan 1 kota. Ibukotanya
adalah Yogyakarta.
3. Jawa Timur
5 A. Lokasi
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa. Ibukotanya Surabaya.
Luas wilayahnya 47.922 km. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di
timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat
Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
B. Sejarah
Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi, dimana Jawa
Timur adalah salah satu provinsi tersebut. Gubernur pertama Jawa Timur adalah R. Soerjo,
yang juga dikenal sebagai pahlawan nasional. Tanggal 20 Februari 1948 di Madura dibentuk
Negara Madura, dan tanggal 26 November 1948 dibentuk Negara Jawa Timur, yang kemudian
menjadi salah satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Negara Jawa Timur
dibubarkan dan bergabung ke dalam Republik Indonesia tanggal 25 Februari 1950, dan tanggal
7 Maret 1950 Negara Madura memberikan pernyataan serupa. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1950, dibentuk Provinsi Jawa Timur.
C. Pemerintahan
Secara administratif, Jawa Timur terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota, menjadikan Jawa
Timur sebagai provinsi yang memiliki jumlah kabupaten/kota terbanyak di Indonesia.

MATA PENCAHARIAN
Pada dasarnya mata pencaharian utama dari masyarakat Jawa sejak dahulu adalah
bercocok tanam. Hal tersebut dikarenakan tanah yang ada di pulau Jawa termasuk tanah yang
subur. Selain tanahnya yang subur, tanah di pulau Jawa memiliki kontur yang baik sekali untuk
bercocok tanam. Di luar dari keadaan tanah pulau Jawa yang baik sekali untuk bercocok tanam,
sikap mental masyarakat Jawa sendirilah yang menjadikan bercocok tanam menjadi mata
pencaharian utama. Masyarakat Jawa jarang sekali yang mau merantau, mereka lebih senang
bisa berkumpul dekat dengan para kerabatnya. Walaupun bercocok tanam merupakan mata
pencaharian mayoritas masyarakat Jawa, namun sebagian besar masyarakat Jawa hanya
menjadi penggarap atau menjadi buruh. Peternakan juga merupakan suatu mata pencaharian
pada orang Jawa umumnya. Mereka terutama memelihara kerbau, sapi, kambing, ayam, dan
bebek. Tetapi tujuan utama berternak selain untuk membantu bercocok tanam adalah untuk
konsumsi sendiri atau sebagai komoditi perdagangan.
Perikanan juga termasuk salah satu mata pencaharian utama masyarakat Jawa.
Terutama bagi yang tinggal di daerah pesisir pulau Jawa, baik utara maupun selatan. Selain
yang sudah disebutkan di atas, mata pencaharian masyarakat Jawa telah berkembang ke arah
industri dan jasa kemasyarakatan. Hal itu tidak lepas dari pesatnya pembangunan yang ada di
5
Jawa. Sehingga sekarang sudah banyak industri yang ada di Jawa yang mampu menyerap
banyak tenaga kerja. Serta banyaknya penyedia jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Jawa yang semakain kompleks.

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
SISTEM KEKERABATAN DAN KEMASYARAKATAN
System Kekerabatan :
a. Perkawinan
System kekerabatan orang Jawa berdasarkan prinsip keturunan bilateral. Semua kakak
laki-laki atau wanita ayah dan ibu, beserta isteri-isteri dan suami-suaminya diklasifikasikan
menjadi satu dengan istilah siwa atau uwa. Sedangkan adik dari ayah dan ibu diklasifikasikan
menjadi 2 golongan menurut jenis kelamin menjadi paman untuk laki-laki dan bibi untuk
wanita.
Pada masyarakat berlaku adat yang melarang perkawinan saudara sekandung. Macam
perkawinan lain yang diperbolehkan adalah perkawinan ngarang wulu, yaitu perkawinan
seorang duda dengan seorang wanita salah satu adik dari almarhum istrinya, dan perkawinan
wayuh, yaitu perkawinan lebih dari seorang istri (poligami).
Sebelum dilakukan peresmian perkawinan, terlebih dahulu diselenggarakan serangkaian
upacara. Dalam perkawinan adat Jawa, akan diadakan berbagai rangkaian upacara, yang
meliputi:
1. Upacara Peningsetan
Peningsetan atau Srah-Srahan, berasal dari kata singset (berarti ikatan). Kedua keluarga
menyetujui pernikahan. Keluarga dari pengantin laki-laki berkunjung ke keluarga dari
pengantin perempuan. Mereka membawa hadiah.
Dalam kesempatan ini, kedua keluarga beramah tamah. Hanya pengantin laki-laki tidak
bisa bertamu ke kamar pengantin perempuan yang sudah bagus didekorasi. Hanya keluarganya
boleh masuk ke rumah. Selama itu, dia hanya diberi segelas air dan tidak boleh merokok. Dia
boleh makan hanya setelah malam hari. Dengan maksud, dia harus menahan lapar dan godaan.
Sebelum keluarganya meninggalkan rumah, utusan dari keluarga pengantin laki-laki
menyatakan kepada tuan rumah bahwa mereka akan mengambil alih tangung jawab pengantin
laki-laki. Setelah pengunjung meninggalkan rumah, pengantin laki-laki boleh masuk ke rumah,
tetapi tidak ke kamar pengantin. Itu disebut Nyantri. Nyantri dilakukan untuk keamanan dan
praktisnya, dengan pertimbangan bahwa besok dia harus berpakaian pengantin dan siap untuk
Ijab dan upacara pernikahan lain.
5
2. Upacara Siraman
Makna dari pesta Siraman adalah untuk membersihkan jiwa dan raga. Pesta Siraman ini
biasanya diadakan di siang hari, sehari sebelum Ijab dan Panggih. Siraman diadakan di rumah

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
orangtua pengantin masing-masing. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau di taman.
Daftar nama dari orang yang melakukan Siraman tidak hanya orangtua, tetapi juga keluarga
dekat dan orang yang dituakan. Jumlah orang yang melakukan Siraman itu biasanya tujuh
orang.
Keluarga dari pengantin wanita mengirim utusan untuk membawa air-bunga ke keluarga
dari pengantin laki-laki. Itu Banyu Suci Perwitosari, berarti air suci dan simbol dari intisari
kehidupan. Air ini diletakan di rumah pengantin laki-laki.
3. Upacara Midodareni
Pelaksanaan pesta ini mengambil tempat sama dengan Ijab dan Panggih. Midodareni itu
berasal dari kata Widodari yang berarti Dewi. Pada malam hari, calon pengantin wanita akan
menjadi cantik sama seperti Dewi. Menurut kepercayaan kuno, Dewi akan datang dari
kayangan.
Pengantin wanita harus tinggal di kamar dari jam enam sore sampai tengah malam di
temani dengan beberapa wanita yang dituakan. Biasanya mereka akan memberi saran dan
nasihat. Keluarga dan teman dekat dari pengantin wanita akan datang berkunjung; semuanya
harus wanita.
Orangtua dari pengantin wanita akan menyuapkan makanan untuk yang terakhir kalinya.
Mulai dari besok, suaminya yang akan bertanggung jawab.
4. Upacara Ijab
Upacara Ijab merupakan syarat yang paling penting dalam mengesahkan pernikahan.
Pelaksanaan dari Ijab sesuai dengan agama dari pasangan pengantin. Tempat diadakan Ijab
diletakkan Sanggan atau Sajen di sekitarnya.
5. Upacara Pernikahan
Upacara PANGGIH:
Suara sangat bagus dan mistik dari Gamelan digabungkan dengan tradisi Panggih atau
Temu: pertemuan antara pengantin wanita yang cantik dengan pengantin laki-laki yang tampan
di depan rumah yang dihias dengan tanaman Tarub. Pengantin laki-laki diantar oleh keluarga
dekatnya (tetapi bukan orangtuanya karena mereka tidak boleh berada selama upacara), tiba di
rumah dari orangtua pengantin wanita dan berhenti di depan pintu gerbang.
Pengantin wanita, diantar oleh dua wanita yang dituakan, berjalan keluar dari kamar
5
pengantin. Orangtuanya dan keluarga dekat berjalan di belakangnya. Di depannya dua puteri
disebut Patah, dengan membawa kipas. Dua wanita atau dua putera membawa dua Kembar
Mayang. Satu orang wanita dari keluarga pengantin laki-laki berjalan keluar dari barisan dan

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
memberi Sanggan ke ibu pengantin perempuan, sebagai tanda dari penghargaan kepada tuan
rumah dari upacara.
Selama upacara Panggih, Kembar Mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan di
persimpangan dekat rumah, melukiskan bahwa setan tidak akan menggangu selama upacara di
rumah dan di sekitarnya.
Upacara BALANGAN SURUH:
Pengantin wanita bertemu dengan pengantin laki-laki. Mereka mendekati satu sama
lain, jaraknya sekitar tiga meter. Mereka mulai melempar sebundel daun betel dengan jeruk di
dalamnya bersama dengan benang putih. Mereka melakukannya dengan keinginan besar dan
kebahagian, semua orang tersenyum bahagia. Menurut kepercayaan kuno, daun betel
mempunyai kekuatan untuk menolak dari gangguan buruk.
Upacara WIJI DADI:
Pengantin laki-laki menginjak telur dengan kaki kanannya. Pengantin perempuan
mencuci kaki pengantin laki-laki dengan menggunakan air dicampur dengan bermacam bunga.
Itu melukiskan bahwa pengantin laki-laki siap untuk menjadi ayah yang bertangung jawab dan
pengantin perempuan akan melayani setia suaminya.
Upacara SINDUR BINAYANG:
Setelah upacara Wiji Dadi, ayah pengantin perempuan mengantar pasangan pengantin
ke kursi pengantin, ibu pengantin perempuan menutup pundak pasangan pengantin dengan
Sindur. Itu berarti bahwa ayah akan menunjukan jalan kebahagiaan. Ibu memberi dorongan
moral.
Upacara TIMBANG:
Kedua pasangan pengantin duduk di atas pangkuan ayah dari pengantin wanita,
sementara dia bicara bahwa mereka sama beratnya, berarti dia cinta mereka sederajat.
Upacara TANEM:
Ayah pengantin wanita mendudukan pasangan pengantin ke kursi pengantin. Itu
melukiskan bahwa dia menyetujui perkawinan. Dia memberi restu.

Upacara TUKAR KALPIKA:


Pertukaran cincin pengantin simbol dari tanda cinta.
5
Upacara KACAR KUCUR atau TAMPA KAYA:
Dengan dibantu oleh Pemaes, pasangan pengantin berjalan bergandengan tangan
dengan jari kelingking ke tempat upacara Kacar Kucur atau Tampa Kaya. Di sana, pengantin

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
perempuan mendapat dari pengantin laki-laki beberapa kedelai, kacang, padi, jagung, beras
kuning, jamu dlingo benglé, bunga, dan beberapa mata uang yang berbeda nilainya (jumlah
dari mata uang harus genap). Itu melukiskan bahwa suami akan memberi semua gajinya ke
istrinya.
Upacara DAHAR KLIMAH atau DAHAR KEMBUL:
Pasangan pengantin makan bersama dan menyuapi satu sama lain. Pemaes, menjadi
pemimpin dari upacara, memberi piring ke pengantin wanita (dengan nasi kuning, dadar telur,
tahu, tempe, abon dan hati ayam). Pertama, pengantin laki-laki membuat tiga bulatan kecil dari
nasi dengan tangan kanannya dan di berinya ke pengantin wanita. Setelah pengantin wanita
memakannya, dia melakukan sama untuk suaminya. Setelah mereka selesai, mereka minum teh
manis. Upacara itu melukiskan bahwa pasangan akan menggunakan dan menikmati hidup
bahagia satu sama lain.
Upacara MERTUI:
Orangtua pengantin wanita menjemput orangtua pengantin laki-laki di depan rumah.
Mereka berjalan bersama menuju ke tempat upacara. Kedua ibu berjalan di depan, dan kedua
ayah berjalan di belakang.
Upacara SUNGKEMAN:
Mereka bersujut untuk mohon doa restu dari orangtua mereka. Pertama ke orang tua
pengantin wanita, kemudian ke orang tua pengantin laki-laki. Selama Sungkeman, Pemaes
mengambil keris dari pengantin laki-laki. Setelah Sungkeman, pengantin laki-laki memakai
kembali kerisnya.
Orangtua pasangan pengantin memakai motif batik yang sama (Truntum), berarti
pasangan akan selalu mempunyai cukup keuntungan untuk hidup baik, mereka juga memakai
Sindur seperti ikat pinggang. Warna merah dari Sindur dengan pinggir berliku berarti bahwa
hidup itu seperti sungai mengalir di gunung. Bila dalam suatu perkawinan tidak berhasil
memberikan kebahagiaan hidup bagi kedua suami istri, maka satu-satunya jalan yang diambil
adalah bercerai (pegatan). Perceraian hanya bisa dilakukan berdasarkan persetujuan kedua
belah pihak, jika si istri tidak dalam keadaan hamil, di hadapan penghulu, suami dapat
menceraikan istrinya dengan menjatuhkan talak dan istri berhak meminta cerai dengan
memberikan taklik.
5
Sebagai kelanjutan dari sebuah perkawinan adalah timbul keluarga batih, yang
merupakan suatu kelompok social yang berdiri sendiri, serta memegang peranan dalam proses
sosialisasi anak-anak yang menjadi anggotanya.

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
Masih ada bentuk kekerabatan lain, yang disebut aturwaris. Kelompok ini terdiri dari
semua kerabat sampai tujuh turunan sejauh masih dikenal tempat tinggalnya. Tugas terpenting
anggota aturwaris adalah memelihara makam leluhur.
Pada umumnya orang Jawa tidak mempersoalkan tentang tempat menetap seseorang
sesudah ia kawin, sehingga seseorang itu bebas untuk menentukan apakah ia hendak menetap
di sekitar tempat kediaman kerabat sendiri atau kerabat isterinya, atau di tempat tinggalnya
yang baru.
b. Pembagian harta warisan
Dalam pembagian harta warisan dipakai 2 cara, yaitu cara perdamaian dan cara sepikul
segendongan. Cara perdamaian merupakan suatu permusyawaratan di antara para ahli waris
yang terdiri dari anak-anak atau anggota-anggota kerabat kedua belah pihak orang tua, dimana
akan ditentukan siapakah yang berhak dan wajib memperoleh bagian lebih ataupun sama dari
lain-lainnya. Cara sepikul segendongan menetapkan bahwa anak laki-laki mendapat bagian
sebanyak 2/3, sedangkan anak perempuan 1/3 bagian dari seluruh jumlah warisan orang tua.

System Kemasyarakatan
A. Falsafah hidup masyarakat Jawa
Pengertian filsafat hidup disini meliputi sistem kepercayaan, tradisi-tradisi budaya yang
turun-temurun, dan nilai-nilai sosio-psikologis, yang kesemuanya itu diyakini kebenarannya
serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh misalnya ungkapan-ungkapan
yang melekat pada sikap dan perilaku orang Jawa seperti alon-alon waton kelakon, urip mung
mampir ngombe, mangan ora mangan asal kumpul, dan sebagainya.
Ungkapan mangan ora mangan asal kumpul pada dasarnya ingin mengatakan bahwa
orang Jawa merasa menjadi bagian integral dari masyarakatnya dan bersedia mendahulukan
kepentingan kelompok/umum dari pada kepentingan individu.
Demikian pula terhadap ungkapan alon-alon waton kelakon. Hal itu menandakan
manusia yang berpandangan optimis yang mampu melihat jauh kedepan, disamping merupakan
anjuran untuk melakukan pekerjaan secara cermat agar selesai dengan baik. Orang Jawa dengan
kekuatan spiritual atau kebatinannya yang didapatkan dari kegiatan-kegiatan sketis seperti
semadi/tapa, pasa atau nglakoni (melaksanakan suatu syarat untuk suatu tujuan), selalu yakin
5
akan kekuatan diri sendiri dan yakin pula bahwa apa yang dicita-citakan pasti akan terwujud.
Adapun ungkapan urip mung mampir ngombe menunjukkan bahwa kehidupan manusia didunia

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
begitu cepatnya, ibarat sepeminuman segelas air. Disini terkandung makna bahwa setelah
selesai minum, masih ada kewajiban lain yang lebih penting.

B. Susunan lapis social di Jawa


Masyarakat Jawa juga terkenal kerana pembahagian golongan sosialnya. Pada dekad
1960-an, Clifford Geertz, pakar antropologi Amerika Syarikat yang ternama, membahagikan
masyarakat Jawa kepada tiga buah kelompok:
1. kaum santri
Santri adalah sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di pondok pesantren.
Panggilan Santri Pondok X artinya ia pernah/lulus dari Pondok Pesantren X. Panggilan Santri
Kyai KH artinya ia pernah diajar oleh Kyai KH.
2. kaum abangan
Kaum abangan adalah penganut Islam pada nama saja atau penganut Kejawen. kejawen
adalah kepercayaan yang hidup di Jawa, yang dasarnya dari Animisme yang dipengaruhi ajaran
Hindu dan Budha
3. kaum priyayi.
Dalam kebudayaan Jawa, istilah priyayi atau berdarah biru merupakan suatu kelas
sosial yang mengacu kepada golongan bangsawan. Golongan priyayi tertinggi disebut Priayi
Ageng (bangsawan tinggi). Beberapa gelar dari yang tertinggi hingga dengan hanya satu gelar
saja yaitu Raden. Gelar seorang priyayi juga dapat meningkat seiring dari usianya. Dan setiap
kedudukan yang ia jabat ia akan memilki gelar tambahan atau gelar yang berubah nama.

C. Religi
Sebagian besar orang Jawa menganut agama Islam pada nama sahaja. Yang menganut
agama Kristen Protestan dan Katolik juga banyak, termasuk di kawasan luar bandar, dengan
penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan di kalangan masyarakat Jawa. Terdapat juga
agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. penganut dari ajaran ini
adalah orang Islam yang tidak menjalankan salah, puasa dan tidak bercita-cita naik haji, tetapi
percaya kepada ajaran keimanan agama Islam. Masyarakat Jawa terkenal karena sifat asimilasi
kepercayaannya, dengan semua budaya luar diserap dan ditafsirkan mengikut nilai-nilai Jawa
5
sehingga kepercayaan seseorang kadang kalanya menjadi kabur.
Ciri khas utama agama Kejawen ialah adanya perpaduan antara animisme, agama Hindu
dan Buddha. Namun pengaruh agama Islam dan juga Kristen nampak pula. Kepercayaan ini

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
merupakan sebuah kepercayaan sinkretisme.
Kejawen juga merupakan atau menunjuk pada sebuah etika dan sebuah gaya hidup yang
diilhami oleh pemikiran Jawa. Sehingga ketika sebagian mengungkapkan kejawaan mereka
dalam praktik beragama islam, misalnya seperti dalam mistisme, pada hakekatnya hal itu
adalah suatu karakteristik keanekaragamanman religius. Meskipun demikian mereka tetap
orang Jawa yang membicarakan kehidupan dalam prespektif mitologi wayang, atau
menafsirkan shalat lima waktu sebagai pertemuan pribadi dengan Tuhan.
Di dalam masyarakat Jawa juga hidup tradisi selamatan. Selamatan adalah suatu
upacara makan bersama makanan yang telah diberi doa sebelum dibagi-bagikan. Upacara
selamatan digolongkan ke dalam beberapa macam seperti : selamatan dalam rangka laingkaran
hidup seseorang, selamatan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian dan
setelah panen padi, selamatan yang berhubungan dengan hari-hari serta bulan-bulan besar Islam
dan selamatan pada saat yang tidak tertentu, berkenaan dengan kejadian-kejadian.
Selain selamatan, adapula sesajen. Sesajen merupakan ramuan 3 macam bunga
(kembang telon), kemenyan, uang recehan dan kue apem yang ditaruh di dalam besek kecil atau
bungkusan daun pisang.
Karena sikap dan pembawaan orang Jawa yang suka mengadakan orientasi, maka
timbul banyak aliran kebatinan, seperti aliran kebatinan yang keuaniyahan yang percaya akan
adanya anasir-anasir ruh halus serta jin-jin, aliran yang keislam-islaman, aliran yang kehindu-
jawian dan aliran yang bersifat mistis.

PRODUK BUDAYA
A. Perlengkapan Busana Adat Jawa Jogjakarta

Selop Polos, semacam sandal yang bagian mukanya tertutup biasanya terbuat dari kulit berwarna
hitam bagian ujungnya meruncing.
Nyamping/ jarik, mempunyai berbagai macam motif. Nyamping yang dikenakan berupa batik tulis
5
dan batik cap-capan. Ketentuan enggunaan motif batik dibedakan berdasarkan:

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
a. Keturunan, motif yang hanya boleh dipergunakan untuk kaum bangsawan terdiri dari parang
barong, parang garudo, parang rusak, parang kusumo, parang klitik, parang tuding, ceplok
kasatriyan.
b. Jabatan, pejabat yang diangkat oleh raja boleh menggunakan motif sama dengan sentana
dalem.
c. Kesempatan, setiap motif batik mempunyai angsar terhadap suatu upacara tertentu.
Kendhit, ikat pinggang untuk mengencangkan kain agar tidak melorot. Terbuat dari kain yang
dibentuk menjadi seutas tali ataupun dari lawe.
Lonthong, sabuk panjang yang disesuaikan dengan lingkar pinggang seseorang, dengan lebar 13
cm.
Kamus, semacam sabuk untuk mengancing lonthong. Letak dibagian tengah lonthong.
a. Keris branggah/ladrangan : biasanya dipakai oleh orang yang masih muda dan mempunyai
bentuk tubuh besar dan tinggi
b. Keris gayaman : biasanya dipakai mereka yang berusia lanjut.
Timang, berfungsi mengancing kamus. Contoh bahan: emas, perak, gading gajah yang diukir, emas
dilengkapi permata, dsb.
Keris/wangkingan/duwung, ada dua macam:
a. Untuk bangsawan biasanya dihiasi ornamen yang terbuat dari emas.
b. Untuk umum biasanya polos
Rasukan, meliputi :
a. Surjan, kemeja khas yogya. Pemakaiannya bagian kanan baju menutup bagian kiri baju
sehingga bagian dada ditutup kain rangkap. Dalam istana yang boleh memakai surjan hanya
kerabat raja dengan kain sutra/ kain bermotif kembangbatu.
b. Peranakan, semacam surjan berpentuk kaos, biasa dipakai abdi dalem yang melaksanakan
caos di istana, bermotif lu pat berwarna hitam biru tua/hitam hijau tua
c. Beskap, sejenis surjan dengan kancing dibagian tengah seperti kemeja. Ada dua jenis beskap
yaitu: beskap pethak dan beskap cemeng. Biasa dikenakan pejabat istana yang
berkedudukan bupati saat upacara grebeg dan pertemuan resmi di istana. Beskap pethak
siang hari, beskap cemeng malam hari.
d. Desthar / blangkon, hiasan kepala berfungsi agar rambut tidak terurai kesana-kemari. Untuk
5
gaya yogya terdapat mondolan dibelakang, konon merupakan sanggul yang ditutup kain
dikanan-kiri mondolan terdapat kain melebar disebut sinthingan. Motif batik untuk
blangkon : gadung melati dan modang dengan beberapa macam warna.

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
B. Rumah Jawa
Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional Jawa yang berkembang sejak abad ke-13
terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu :
1. Joglo (atap joglo)
2. Limasan (atap limas)
3. Kampung (atap pelana)
4. Panggang Pe
5. Mesjidan/Tajugan
C. Aksara Jawa
Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya.
Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk
dilestarikan. Aksara Jawa yang berjumlah 20 yang terdiri dari Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La
Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Ta Nga dinamakan Aksara Legena.
Sebagai pendamping, setiap suku kata tersebut mempunyai pasangan, yakni kata yang
berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau tertutup, dengan suku kata berikutnya, kecuali
suku kata yang tertutup oleh wignyan, cecak dan layar. Tulisan Jawa bersifat Silabik atau
merupakan suku kata. Sebagai tambahan, di dalam aksara Jawa juga dikenal huruf kapital yang
dinamakan Aksara Murda. Penggunaannya untuk menulis nama gelar, nama diri, nama geografi,
dan nama lembaga.
Aksara Jawa ternyata juga mengalami peralihan. Ada Aksara Jawa Kuno dan Aksara
Jawa baru. Namun sulit untuk mengetahui secara pasti kapan masa lahir, masa jaya, dan masa
peralihan aksara Jawa kuno dan aksara Jawa baru.Aksara Jawa Kuno juga mirip dengan Aksara
Kawi.
Dari penulisannya pada jaman dahulu pun, ternyata Aksara Jawa dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu aksara yang ditulis oleh orang-orang Kraton dan aksara yang ditulis oleh
masyarakat biasa - lebih dikenal dengan sebutan Aksara Pesisir. Aksara Kraton mempunyai
bentuk yang jauh lebih rapi. Aksara-aksaranya ditulis dengan jelas dan rapi, serta naskah sering
dihiasi dengan gambar ornamen-ornamen yang mempunyai arti tersembunyi. Sedangkan aksara
Pesisir, penulisannya kurang rapi.
D. Wayang kulit
5
Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah milenium.
Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan masuknya Islam Jawa. Salah satu
anggota Wali Songo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang berkembang

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan
orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam, sementara
agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya
bisa melihat bayangan.
Salah satu tokoh dalam wayang kulit yang sangat terkenal adalah Semar. Semar dalam
bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya.
• Bebadra = Membangun sarana dari dasar
• Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya :Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi
kesejahteraan manusia.
• Javanologi : Semar = Haseming samar-samar
• Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan
E. Sastra Jawa
a. Serat Centhini
Serat Centhini (dalam aksara Jawa: ), atau juga disebut Suluk
Tambanglaras atau Suluk Tambangraras-Amongraga, merupakan salah satu karya sastra
terbesar dalam kesusastraan Jawa Baru. Serat Centhini menghimpun segala macam ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Jawa, agar tak punah dan tetap lestari sepanjang waktu. Serat
Centhini disampaikan dalam bentuk tembang, dan penulisannya dikelompokkan menurut jenis
lagunya.

b. Serat Kalatidha
Situasi politik saat ini yang masih juga tidak menentu mengingatkan apa yang pernah
diungkap oleh pujangga Keraton Surakarta, Ronggowarsito. Saat itu, sekitar tahun 1873,
Srakarta yang secara de facto dikuasi Pemerintah Hindia Belanda mengalami masa suram, yang
mirip dengan konsisi Indonesia saat ini. Dalam kondisi susah itulah, Ronggowarsoto menilus
syair yang dikenal dengan Serat Kalatidha.
F. Gamelan
5 Kata “gamelan” merupakan alat musik yang terdiri dari berbagai alat perkusi, yang pada
umumnya dipukul dengan palu. Memang, kata “gamelan” berasal dari kata “gamel” yang berarti
“palu” dalam bahasa Jawa. Sebuah gamelan biasanya terdiri dari gong, lonceng, metallofon,
drum, suling, alat musik senar, yang terbuat dari perunggu, baja, kayu, dan bambu. Bisa juga
Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
terdiri dari penyanyi-penyanyi. Berbagai jenis musik gamelan bisa ditemukan di kalangan suku-
suku Jawa, Bali, Sunda dan Madura.
Di Indonesia, gamelan sangat dihargai dan dianggap keramat. Gamelan dipercayai
memiliki kekuatan gaib. Maka dari itu, orang –orang Indonesia menawarkan dupa dan kembang
ke gamelan. Sebagai tambahan, para musisi melepas sepatunya saat memainkan gamelan.
Menurut orang-orang Indonesia, setiap alat musik dalam gamelan dipandu roh-roh. Juga
dipercayai bahwa seseorang dilarang melangkahi gamelan karena akan menyakitkan roh
tersebut.
G. Ketoprak
Ketoprak (bahasa Jawa kethoprak) adalah sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa.
Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi
dengan gamelan disajikan.
Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil
dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema
cerita tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabharata.
Sebab nanti pertunjukkan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang.

H. Ludruk
Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu
drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang digelar di sebuah panggung
dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain
sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
I. Reog
Reog adalah salah satu seni yang ada di Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo
dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Pada dasarnya masyarakat Ponorogo hanya
mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat
kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya
aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan
syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis
keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih
5
berlaku.
J. Wayang Klitik

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
Wayang klitik (Jawa wayang klithik) adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda
dengan wayang golek yang mirip dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih seperti wayang
kulit.
Repertoar cerita wayang klitik juga berbeda dengan wayang kulit. Di mana repertoar
cerita wayang kulit diambil dari wiracarita Ramayana dan Mahabharata, repertoar cerita wayang
klitik diambil dari siklus cerita Panji dan Damarwulan.
K. Klana Sewandana
Klana Sewandana atau Klono : Penari dan tarian yang menggambarkan sosok raja dari
kerajaan Bantarangin ( kerajaan yang dipercaya berada di wilayah Ponorogo jaman dahulu.
Sosok ini digambarkan dengan topeng bermahkota, wajah berwarna merah, mata besar melotot,
dan kumis tipis. Selain itu ia membawa Pecut Samandiman; berbentuk tongkat lurus dari rotan
berhias jebug dari sayet warna merah diseling kuning sebanyak 5 atau 7 jebug.
L. Keraton
 Keraton Yogyakarta
Kraton ( istana )Kasultanan Yogyakarta terletak dipusat kota Yogyakarta. Lebih dari 200
tahun yang lalu, tempat ini ini merupakan sebuah rawa dengan nama Umbul Pacetokan, yang
kemudian dibangun oleh Pangeran Mangkubumi menjadi sebuah pesanggrahan dengan nama
Ayodya.Pada tahun 1955 terjadilah perjanjian Giyanti yang isinya membagi dua kerajaan
Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dibawah pemerintah Sunan Pakubuwono III dan
Kasultanan Ngayogyakarta dibawah pemerintah Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar
Sultan Hamengkubuwono I.
Pesanggrahan Ayodya selanjutnya dibangun menjadi Kraton Kasultanan Yogyakarta .
Kraton Yogyakarta berdiri megah menghadap ke arah utara dengan halaman depan berupa alun-
alun ( lapangan ) yang di masa lalu dipergunakan sebagai tempat mengumpulkan rakyat, latihan
perang bagi para prajurit, dan tempat penyelenggaraan upacara adat. Pada tepi sebelah selatan
Alun- alun Utara , terdapat serambi depan istana yang lazim disebut Pagelaran. Ditempat ini Sri
Sultan, kerabat istana dan para pejabat pemerintah Kraton menyaksikan latihan para prajurit atau
beberapa upacara adat yang diselenggarakan di alun - alun utara.
Dihalaman lebih dalam yang tanahnya sengaja dibuat tinggi ( sehingga disebut Siti
Hinggil ), terdapat balairung istana yang disebut bangsal Manguntur Tangkil. Di tempat ini para
5
wisatawan dapat menyaksikan situasi persidangan pemerintahan Kraton jaman dulu, yang
diperagakan oleh boneka - boneka lengkap dengan pakaian kebesaran. Kraton sebagai pusat
pemerintahan dan Kraton sbg tempat tinggal Sri Sultan Hamengku buwono beserta kerabat
Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
istana, dipisahkan oleh halaman dalam depan yang disebut Kemandungan utara atau halaman
Keben, karena disini tumbuh pohon yang dalam tahun 1986 dinyatakan Pemerintah Indonesia
sbg lambing perdamaian , dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Internasional.
Di dalam lingkungan Kraton sebelah dalam terdapat halaman Sri Manganti dengan regol
( gapuro ) Danapratopo yang dijaga sepasang Dwarapala : Cingkarabala dan Bala Upata,
Bangsal Traju Mas, Bangsal Sri Manganti yang kini dipergunakan untuk menyimpan beberapa
perangkat gamelan antik dan dari masa silam, yang memiliki laras merdu sewaktu
diperdengarkan suaranya. Di dalam halaman Inti yang terletak lebih ke dalam,para wisatawan
dapat menyaksikan gedung Kuning yang merupakan gedung tempat Sri Sultan beradu, bangsal
Prabayekso. Bangsal manis, tempat Sri Sultan menjamu tamu - tamunya, lingkungan Kasatriyan
sebagai tempat tinggal putera Sri Sultan yang belum menikah. Tempat terakhir ini terlarang bagi
kunjungan wisatawan.
 Keraton Kasunanan
Keraton Kasunanan juga disebut Keraton Surakarta Hadiningrat, dibangun pada tahun
1745 oleh Raja Paku Buwono ke II. Ini merupakan pokok kraton Surakarta, dan dibangun pada
waktu bersamaan dengan kota ini ditemukan. Kota itu dihiasi dengan patung batu pualam,
rangka batu dan relief kuno.
Sebagai pusat kekuasaan yang menjalankan roda pemerintahan, Kompleks Keraton
Surakarta merupakan kesatuan utuh dari puluhan bangunan di sekelilingnya. Tiap bangunan itu
mempunyai nama-nama khusus sesuai dengan fungsinya masing-masing. Di dalam istana atau
kraton, dapat ditemukan galeri seni yang menawan dan museum dengan pusaka2 kerajaan yang
menawan, tempat kereta dan kusir2nya, senjata kuno dan keris, serta barang-barang antik. Di
halaman istana didominasi oleh sebuah menara bernama Panggung Sanggabuwono, menara
yang misterius tempat bertemu antara Raja dengan Kanjeng Ratu Kidul yaitu Penguasa Laut
Selatan.
Para wisatawan yang mengunjungi keraton biasanya berdatangan dari arah utara, tepat
di pusat Kota Solo. Tapal batas keraton ditandai gapura besar bernama Gapura Gladak. Gapura
ini mudah dikenali dengan adanya dua arca raksasa kembar yang dinamakan Pandhito Yakso.
Sebelum mencapai Alun-alun Utara, masih ada gapura besar lainnya, diselingi
pohon-pohon beringin raksasa yang berumur raturan tahun. Keberadaan pohon perlambang
5
pengayoman dan keadilan itu masih dianggap keramat oleh sebagian orang. Di tengah alun-
alun utara ada sepasang pohon beringin yang dikurung pagar besi, sehingga disebut ”Ringin
Kurung”.

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
Di sebelah barat Alun-alun utara, berdiri dengan megah Masjid Agung Surakarta.
Masjid yang menghadap ke timur ini mulai didirikan saat pemerintahan Sinuhun Pakubuwono
III. Sampai saat ini, masjid dengan gapura bergaya Timur Tengah dan menara azan yang tinggi
itu menjadi pusat upacara Sekatenan, perayaan agung dilaksanakan tiap tahun untuk
memperingati hari lahir Nabi Muhammad saw. Di sebelahnya, terpisahkan jalan raya, terdapat
pasar Klewer yang terkenal sebagai pusat penjualan batik terbesar di Indonesia.
Selanjutnya, para wisatawan akan menemukan beberapa bangunan pendopo atau
bangsal dengan ragam bentuk, ukuran, serta fungsi khusus yang menyertainya. Misalnya saja,
ada bangsa yang digunakan untuk upacara keraton, latihan tari, sidang perkara pidana dan lain-
lain. Lantas ada pula pendopo yang disebut Siti Hinggil yang kedudukannya lebih tinggi.
Biasanya dipakai untuk menyimpan benda-benda tanda kebesaran raja, gamelan kuno, dan
pusaka keraton.
Semakin mendekati pusat keraton yang disebut ”Kedhaton”, wisatawan akan
berhadapan dengan benteng tembok yang tebal dan tinggi. Benteng yang memagari jalan
masuk ke ”Kedhaton” itu bentuknya melingkar-lingkar, seolah membentuk dinding labirin
yang mengelilingi keraton. Sampai saat ini penerus tahta Keraton Surakarta beserta
keluarganya menempati bangunan utama ”Kedhaton” yang berbentuk joglo, rumah tradisional
Jawa. Demi menghormati aturan dan nilai kesakralan, tak sembarangan orang bisa
memasukinya.
M. Rumah Adat Jawa (Joglo)
Rumah atap Joglo merupakan ciri khas arsitektur Jawa Tengah. Ukiran-ukiran dengan
berbagai motif di hampir setiap bangunan, dengan berbagai simbol dan makna menunjukan
betapa masyarakat Jawa selalu menjunjung tinggi aturan-aturan serta nilai-nilai luhur
budayanya.
Pada umumnya susunan rumah adat Jawa Tengah terdiri dari 3 bagian yakni : Pendopo,
Pringitan dan Dalem. Khusus di kediaman para raja-raja dan bangsawan masih dilengkapi
dengan beberapa bengunan. Bangunan pendopo yang terbuka dan dapat mencerminkan sifat
pradah, yakini sifat lapang dada, ramah tamah dan pemurah, yang selalu bersedia menerima
tamu setiap saat. Selain itu juga dipergunakan untuk menyelenggarakan kursus seni karawitan
dan senitari yang terbuka umum serta menyajikan barang-barang hasil kerajinan Jawa Tengah.
5
Di belakang pendopo disebut pringgitan, walaupun bangunan ini bersambung, namun
mempunyai bentuk atap tersendiri yakni limas, yang banyak pula dimiliki oleh masyarakat
pada umumnya. Nama pringitan berasal dari kata ringit yang berarti wayang. Memang ruangan

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
ruangan ini fungsinya untuk tempat pementasan wayang kulit bila ada upacara. Di padepokan
Jawa Tengah, pringitan ini dipergunakan untuk penampilan display pakaian adat daerah Jawa
Tengah.
Ruangan paling belakang dari bangunan ini adalah Dalem, yang aslinya dibagi menjadi
tiga bagian, yakni sentong kiwo, sentong tengah dan sentong tengen. Sentong kiwo dan
sentong tengen ini berfungsi untuk tempat tidur, sedangkan yang di tengah tidak dipergunakan,
tapi dibiarkan saja, biasanya untuk menyimpan senjata karena tempat ini diperuntukkan bagi
dewi Sri atau dewi Padi.
Selain bangunan-bangunan yang disebut tadi di halaman padepokan terlihat 3 buah
bangunan candi dalam ukuran kecil yakni Borobudur dan Mendut yang mewakili candi agama
Budha dan candi Prambanan mewakili agama Hindu, yang banyak bertebaran di daerah Jawa
Tengah.
Pada bangunan pendopo Agung terdapat ragam hias berupa ukiran-ukiran Jepara, antara
lain pada blandar atap paningrat di depan pringgitan berupa sebuah papa berukit dengan
bingkai motif cemukuan, bertuliskan huruf Jawa tentang ajaran Tri Dharma. Tulisan tadi
berbunyi: Rumongso melu handerbeni, wajib melu hanggondeli, mulat sariro Hanggrosowani.
Adapun artinya dalam bahasa Indonesia adalah: Merasa ikut memiliki, berkewajiaban ikut
memelihara atau membela, dengan mawas diri atau tenggang rasa bila hendak menegur orang
lain. Sedangkan sisi depan tratag dan saka guru semua dihiasi dengan ukiran bermotif
tumbuhan sulur-suluran, bunga-bungaan serta tumpal. Semuanya ini melambangkan kehidupan
dan kesuburan.
N. Tembang-tembang Jawa (Macapat)
Waosan Macapat dan Kidungan biasanya dilaksanakan untuk mengiringi kegiatan
"tuguran" atau melekan wanci wengi pada saat warga sedang ada suatu kegiatan antara lain :
sepasaran atau selapanan bayi lahir, mendirikan bangunan rumah. Selain dapat digunakan juga
untuk "njapani" anak-anak yang sedang sakit, sebagai mantra ketika menghadapi berbagai
situasi yang mengganggu "kahanan" dan ketenteraman bebrayan, digunakan pula sebagai
sarana komunikasi untuk menyampaikan atau "medharake" berbagai "ngelmu".
Laku budaya nembang macapat dan kidungan terkandung filosofi bahwa "Sejatinging
Swara" itu kagungane Kang Murbeng Dumadi dan dimaksudkan untuk "Memayu Hayuning
5
Bawana". Tembang Jawa bisa dianggap sebagai salah satu "karya budaya luhur", sebab seluruh
tembang Jawa mempunyai "Daya Pangaribawa" kepada para pendengarnya. Suara dan irama
tembang macapat mempunyai daya magis disesuaikan dengan "watak dan pasemon" serta

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
kegunaannya. Ada yang hanya digunakan untuk "rengeng-rengeng" sebagai pengayem-ayem
penggalih, tetapi ada yang digunakan untuk persembahan keindahan melalui suara kepada
seluruh khalayak / bebrayan, tidak hanya itu saja keindahan, suara dan irama Tembang
Macapat juga menciptakan suasana Religius yang ber-Ketuhanan dan Humanis yang
berkemanusiaan.
O. Tatacara Terkait Kelahiran, Perkawinan Dan Kematian
Tata cara yang menyangkut hidup manusia diletakkan pada masa manusia dalam
kandungan, setelah lahir dan setelah mati.
Waktu Kehamilan
Manusia hidup pada masa tinggal dalam kandungan ibu, pada masa itu kehidupan bayi
dan ibu menjadi perhatian besar. Kehidupan mereka diatur dengan sebuah tatacara dan upacara
yang sedapat mungkin dipatuhi oleh ibu yang mengandung dan suaminya. Ibu hamil harus
memperhatikan larangan dan pantangan demi keselamatan bayi dan dirinya. Sang suami atau
keluarga mengadakan selamatan dan sesaji, demi keselamatan mereka, tatacara selamatan
(wilujengan) dilakukan sejak kandungan berusia satu bulan bulan sampai sembilan bulan (10
bulan)
Tatacara bisa dilakukan kecil-kecilan (climen) sederhana dan besar-besaran, yang
disebut akhir ini biasanya dilaksanakan bila kandungan menginjak usia tujuh bulan, dan
dilaksanakan pada tanggal ganjil yang jatuh pada hari rabu atau sabtu sebelum bulan purnama
itu disebut Tingkeban. Tingkeban bisa dilakukan dengan selamatan ala kadarnya dan bagi yang
mampu dengan kemasan upacara yang dilakukan sepanjang satu hari satu malam.
Setelah bayi lahir keluarga mengadakan selamatan dengan tatacara yang diatur
masyarakat lingkungannya, seperti: penguburan tembuni (ari-ari), brokohan (selamatan pada
hari pertama kelahiran), sepasaran (selamatan hari ke lima dan pemberian nama bayi),
selapanan (selamatan pada hari ke ke tiga puluh lima hari), dan siraman (memandikan sang ibu,
jatuh pada hari ke 40, sesudah melahirkan juga disebut upacara Wiladah).
Waktu Hidup
Tatacara sesudah melahirkan dilakukan pada masa kanak-kanak, menjelang masa
dewasa dan masa lanjut usia. Tatacara pada masa kanak-kanak yaitu tedhak siten (anak berusia
7 X 35 hari) hari ulang tahun pertama dan menyapih (menghentikan disusui ibu).
5
Tatacara pada masa menjelang dewasa disebut: tetesan (bagi wanita), supitan (bagi anak
laki-laki), ruwatan (bagi wanita atau pria yang disebut Sukerta misalnya: anak tunggal (hanya
satu). Anak lima semua wanita atau semua pria dll, kemudian pangur (gosok gigi), dan tarapan

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
bagi anak wanita yang selesai datang bulan.
Tatacara pada masa dewasa yaitu perkawinan, yang prosesnya meliputi: congkok
nakekake (minta keterangan mengenai anak yang akan dilamar) nontoni (memperkenalkan
calon istri-suami) melamar, meningseti (menyampaikan tanda pengikat), srah-srahan
(penyerahan tanda pengikat), ijab-kabul (di depan pejabat agama yang berwenang), dan
pawiwahan (syukuran atau resepsi).
Yang sering diperhatikan terutama upacara perkawinan, sebelum ijab sering dilakukan
upacara beras tumpeng, putus benang, pati tumper. Upacara sesudah ijab ialah panggih
(bertemunya temanten pria dan wanita) dengan tatacara: balangan suruh (saling melempar daun
sirih) wijik (mencuci kaki) munggah pasangan, pangkon (timbang bobot) asrah kaya
(memberikan sejumlah uang kepada temanten putri) dhahar klimah (saling menyuapi nasi)
sungkeman (mohon doa restu orang tua).
Tatacara pada masa dewasa (32 tahun) disebut Tumbuk sepisan, bila berusia 64 disebut
Tumbuk agung (8 windu = 8 X 8).
Waktu Kematian
Tatacara kematian dilakukan dengan mengadakan selamatan pada hari pertama sewaktu
meninggal (surtanah) hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, setelah setahun , setelah dua tahun dan
1000 hari. Bisa pula pada tiap tahun hari kematian atau dengan nyekar (pasang batu nisan).

EKONOMI
Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
Bertani merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat
jawa. Selain bertani, sumber penghidupan masyarakat jawa berasal dari
pekerjaan-pekerjaan kepegawaian, pertukangan, dan perdagangan
Selain itu, ada pula beberapa sumber pendapatan lain yang diperoleh
dari usaha-usaha kerja sambilan.
Sumber penghidupan masyarakat suku bangsa Jawa sebagian
besar adalah petani, dan tinggal di pedesaan. Dalam melakukan
pekerjaan pertanian ini, ada yang menggarap tanah pertaniannya untuk
kebun kering (pategalan), dan juga sawah. Selain mengusahakan
tanaman padi, biasanya juga mengusahakan tanaman palawija, baik di
pategalan sebagai tanaman utama maupun tanaman penyela di sawah,
misalnya tanaman ketela pohon, jagung, ubi jalar, kedelai, kacang tanah,
kacang tunggak, dan lain-lain.
Sumber penghidupan lain yaitu bekerja sebagai buruh tani,
misalnya sebagai buruh dalam mencangkul, membajak, nggaru, matun,
dengan sistem angkatan (satu angkatan 4 jam). Ada pula cara
memperoleh penghasilan dengan jalan meminjamkan uangnya kepada
pemilik sawah yang memerlukan biaya, misalnya satu masa panen
disebut adol oyodan atau denga cara maro artinyamemperoleh separo
bagian hasil panenan antara yang punya modal dan yang punya lahan.
Kalau hanya memperoleh sepertiganya disebut mertelu. Selain
berpenghasilan dari mengolah tanah, sumber penghasilan lain adalah
sebagai pegawai, pedagang, tukang, dan sebagainya.

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
BUDAYA JAWA DITENGAH ARUS MODERNISASI

Eksistensi budaya Jawa telah mengalami pengikisan, dan bisa


dikatakan hampir punah. Kemusnahannya itu, tentu menjadi sesuatu
yang ironis, terutama bagi orang Jawa yang telah kehilangan perilaku
dan pola pikir yang sebenarnya memiliki nilai yang luhur.
Keterasingan atau kepunahan budaya Jawa, adalah kesalahan
pelakunya yang mudah terjebak pada transformasi budaya asing yang
kuat berinteraksi dalam tataran psikis orang Jawa yang haus pembaruan
dan perubahan. Dalam konteks itu, mereka tidak sadar kalau dalam
dirinya ada sesuatu yang hilang dan tak bisa ditebus dengan harta
benda.
Realitas keterpurukan budaya Jawa itu, berakibat pada perilaku dan
pola pikir yang berubah. Kalau kita cermati, budaya Jawa memiliki esensi
ke ''rasa''; dan kalau didiskripsikan secara luas dalam berkomunikasi,
silaturahmi, maupun dalam bersikap, budaya itu selalu mengedepankan
rasa pangrasa atau egoh pakewuh. Untuk menjaga perasaan di antara
sesama, selalu diusahakan untuk tidak ada yang tersinggung. Dengan
paradigma itulah, kita bisa melihat sebuah kebersamaan yang selama ini
dimiliki orang Jawa.
Budaya Jawa itu sangat halus, tak ubahnya kain sutra membalut
jiwa. Dan jiwa itu bisa hangat dan tentram. Maka, wajar kalau ada
tudingan bahwa kelembuatan budaya Jawa itu menyebabkan
eksistensinya mudah ''ditipu'' sehingga mengalami keterpurukan.
Kondisi seperti itu, bisa dirasakan sekarang. Budaya yang
adiluhung tersebut kini hampir tinggal sejarah, akibat transformasi dan
5 intervensi budaya asing yang begitu gencar merasuki generasi muda
kita. Bahkan pada kenyataan, bahasa jawa sebagai tali cinta dalam
pengembangan budaya, juga makin tak terpedulikan di sekolah maupun

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
dalam dialog masyarakat. Dalam kondisi itu, rasa memiliki atas bahasa
atau budaya lambat laun pun menjadi hilang dengan sendirinya.
Mungkin akan lebih pas bila kondisi Budaya Jawa dewasa ini
ibaratnya kali tempuran, maksudnya pertemuan banyak anak sungai
menjadi sungai yang lebih besar. Arus air pada kali tempuran bila arus
anak-anak sungai yang bertemu sama kuatnya, maka akan membentuk
pusaran-pusaran ganas yang bisa menenggelamkan apa saja yang
mengapung padanya. Meskipun demikian setelah menyatu menjadi satu
sungai besar dengan arus kuat, yang terjadi adalah sungai tenang
dengan arus kuat menghanyutkan.
Demikian pulalah perumpamaan Budaya Jawa dalam menempuh
alur sejarahnya. Pada mulanya adalah Jawa asli yang kemudian
kedatangan agama-agama Asia Selatan- Hindu dan Budha - kemudian
ketika seusainya perang salib dan jatuhnya Baghdad oleh bangsa
Mongol, agama Islam juga masuk ke Jawa. Sebagai agama-agama besar
Hindu, Budha dan Islam sudah barang tentu juga membawa budaya
bangsa pemeluknya. Sebagai agama besar, maka budaya-budaya yang
menyertainya itu adalah "arus besar" pada masanya. Walaupun
demikian – ibaratnya anak sungai - budaya jawa tidak hilang
sepenuhnya. Akan tepi budaya-budaya 'asing' itu masuk, diterima dan
berasimilasi dengan budaya Jawa, membentuk budaya Jawa yang
terbarukan. Bahkan hasil asimilasi budaya ini telah membangun budaya
Jawa yang lebih 'luhur' dan lebih cocok diterima oleh suku-bangsa Jawa
sebagai pelaku kebudayannya.
Pada waktu agama Hindu dan Budha masuk ke Jawa, maka kedua
agama itu justru seolah bercampur dan memperkaya rona budaya Jawa.
Asimilasi budaya ini diantaranya menghasilkan bangunan megah yang
5 terkenal di dunia, Candi Prambanan dan Candi Borobudur dan candi-
candi sejamannya yang sangat berdekatan letaknya. Bagaimana ketika
agama Islam masuk?

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
Ketika agama Islam masuk, yang terjadi justru memperkaya
kebudayaan dan kesenian Jawa, seperti seni gamelan dan wayang yang
sama sekali tidak hilang, meskipun sebenarnya agama Islam kurang
cocok dengan seni-budaya ini. Memang boleh dikatakan suku Jawa ini
tergolong jenius dalam mengelola konflik budaya. Apalagi yang
bersangkut paut dengan keagamaan.
Dalam agama Islam seharusnya hari raya keagamaan yang besar
adalah Idul Adha. Tetapi mengapa di Jawa yang dirayakan secara besar-
besaran justru Idul Fithri? Bahkan perayaan hari raya ini diistilahkan
dengan Lebaran, dari kata asal lebar yang bermakna selesai, lepas dan
bebas. Maksudnya orang Jawa Islam menganggap bahwa hari itu mereka
memasuki masa kehidupan dengan awal kebebasan dari dosa. Bebas
dosa setelah ditebus sebulan penuh dengan puasa Ramelan
(Ramadhan).
Pada waktu lebaranlah orang Jawa merayakannya dengan berbagai
tindakan yang berupa ‘peningkatan diri’. Baikdalam berpakaian maupun
menyantap makanan. Dalam merayakannya mereka perlu memakai
pakaian baru, setidaknya lebih bagus dan bersih dari keseharian mereka.
Dengan berpakaian ‘istimewa’ itu mereka berziarah ke makam para
leluhur. Mereka juga membuat masakan khas lebaran, ketupat dan opor
ayam, menyambut para tetamu dalam pesta rakyat yang tulus dalam
bermaaf-maafan.
Jaman sekarang kebiasaan berlebaran ini terus dibawa oleh orang-
orang Jawa di perantauan. Jutaan orang tergerak untuk merayakannya di
bumi Nusantara ini. Ribuan armada angkutan umum, ratusan rangkaian
kereta api, ratusan armada laut bahkan angkutan udara sibuk melayani
arus manusia Jawa ini dalam berlebaran yang diistilahkan dengan mudik.
5 Aparat keamanan dan ketertiban menggelar berbagai gelar pengamanan
di sepanjang perjalanan mudik. Bisa dibayangkan berapa besar arus
finansial dalam kegiatan mudik lebaran ini mengalir ke pulau Jawa. Dan

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
semua peristiwa ini tidak terdapat di negeri-negeri Timur Tengah sebagai
asal agama Islam. Negara jiran – Malaysia – konon tertular gejala mudik
ini lewat para TKI.
Seorang ahli budaya menyatakan bahwa Jawa sekarang telah ikut
keli (hanyut) dan tergerus oleh arus besar nilai-nilai yang diusung
modernisasi. Mungkin saja pernyataan itu ada benarnya, namun
sebenarnya budaya Jawa itu tidak hanyut dan tergerus hilang sama
sekali. Kembali lagi bila menengok kejeniusan orang Jawa dalam
mengelola konflik dan potensi konflik dalam budayanya, pasti akan
bertahan. Siapa tahu nanti akan terbangun kembali budaya Jawa modern
dengan kepiawaian khas mengelola konflik. Bisa jadi akan menjadi
penyebab menyebarnya nilai-nilai humanisme Jawa (Indonesia). Siapa
tahu denganpengalaman sejarahnya dalam mengelola konflik budaya itu
budaya Jawa modern dapat menjadi tauladan masyarakat dunia dalam
menghadapi arus radikalisme, terorisme dan lain sebagainya.

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]
SOLUSI

- Demi membendung pengaruh-pengaruh budaya asing yang berasal


dari media cetak atau elektronik kemunculan berbagai stasiun TV
Lokal dapat menjadi satu angin segar. Hendaknya stasiun TV
semacam ini didukung oleh pemda setempat dan masyarakat Jawa
agar tetap eksis dan mampu mempromosikan budaya Jawa.
- Sebaiknya produk-produk budaya Jawa dipatenkan agar tidak
dicaplok oleh suku bangsa asing.
- Penggalakan pelajaran Muatan Lokal di sekolah-sekolah berupa
pelajaran Bahasa Daerah Jawa, Kesenian seperti menari, karawitan
(gamelan).
- Diadakannya festival kebudayaan Jawa oleh pemerintah daerah
secara rutin untuk melestarikan dan mempromosikan kebudayaan
Jawa kepada generasi muda dan juga masyarakat umum.
- Intinya kita sebagai suku Jawa harus memiliki kesadaran dari diri
sendiri untuk berusaha melestarikan kebudayaan Jawa agar tidak
terus-menerus terkikis oleh budaya asing.

Makalah Kebudayaan Jawa oleh Kelompok I[Type the company name] | [Type the
company address]

You might also like