You are on page 1of 26

STUDI KELAYAKAN

INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK NILAM


PT. WANGI

Pendahuluan
Pemasaran minyak nilam secara internasional sangat dipengaruhi oleh
peranan broker atau agen internasional yang turut menentukan harga pasaran
minyak atsiri dunia. Hal ini berlangsung karena kebiasaan beberapa negara
tertentu mengimpor minyak atsiri secara teratur dalam jumlah yang sangat besar.
Ekspor minyak nilam Indonesia mengalami fluktuasi sesuai dengan
permintaan pasaran internasional. Angka tertinggi ekspor minyak nilam pada
dekade 80-an terjadi pada tahun 1986, yaitu sebesar 876 ton.
Peluang pasar dimasa yang akan datang, menurut laporan studi Essential
Oil dan Oleoresin (ITC) cukup cerah. Hal ini terlihat dari angka permintaan
negara-negara barat, terutama Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa yang
tergabung dalam MEE. Konsumsi masing-masing negara ini adalah diatas 200
ton.
1. Profil Perusahaan
Industri pengolahan minyak nilam PT. Wangi akan dibangun di satuan
pemukiman daerah transmigrasi Sumatra Utara dengan jenis utama minyak
nilam (patchouli oil). Lokasi industri terletak di tepi jalan utama, yaitu jalan
penghubung trans Sumatra. Jaraknya dari lokasi bahan baku rata-rata sekitar
5 km, sedangkan jarak dari ibukota kabupaten sekitar 100 km dan dari
ibukota provinsi sekitar 200 km.
Luas tanah yang akan digunakan sebagai lokasi industri adalah seluas
10.000 m2. Luas bangunannya adalah 3.000 m2. Tanah ini dibeli dengan
harga Rp30 juta.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan, adalah sarana transportasi,
sarana komunikasi, instalasi listrik dan air, peralatan kantor, serta sarana
penunjang lainnya, seperti unit kesehatan dan sarana mushola.
Industri pengolahan ini dipimpin oleh seorang direktur dan dibantu oleh
seorang manajer yang membawahi tiga kepala bagian, yaitu kepala bagian
produksi, kepala bagian pemasaran, dan kepala bagian keuangan dan
administrasi.
2. Profil Proyek

1
Produk minyak nilam PT. Wangi diperkirakan sebesar 21.600 kg pada
tahun pertama dan kedua, dengan kebutuhan bahan baku sebesar 1.080 ton
per tahun. Selanjutnya, produksi dapat ditingkatkan menjadi 28.800 kg pada
tahun ketiga dan seterusnya, dengan kebutuhan bahan baku sebesar 1.440
ton per tahun. Perincian lebih detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel; Rencana Produksi dan Kebutuhan Bahan Baku
Rencana Produksi Kebutuhan Bahan
Tahun
(Kg/tahun) Baku (ton/tahun)
I dan II 21.600 1.080
III dst 28.800 1.440

Pembelian bahan baku diatur melalui Koperasi Unit Desa dengan


harga Rp140.000/Kg daun nilam kering. Sedangkan bahan baku ini diperoleh
dari pemasok utama daun nilam di sekitar lokasi. Karena lokasi berada
didekat lokasi pemasok, maka transportasi pengadaan bahan baku relatif
tidak mengalami kesulitan sebab jarak rata-rata, dengan produsen daun
nilam adalah sekitar 5 km.
3. Kondisi Keuangan dan Ekonomi
Sumber dana dan struktur pengadaan dalarn pembangunan industri ini
adalah sebagai berikut :
Tabel; Sumber Dana Modal Tetap dan Modal Kerja
Modal Tetap Modal Kerja Jumlah
Sumber Dana
(Rp) (Rp) (Rp)
Kredit Bank (70%) 441.000.000 183.460.270 624.460.270
Modal Sendiri (30%) 189.000.000 78.625.830 267.625.830
Jumlah 630.000.000 262.086.100 892.086.100

Bunga kredit sebesar 24% per tahun. Bunga ini dibayar sejak awal
tahun proyek sampai dengan tahun keenam, terhitung sejak tahun pertama
industri ini didirikan.
Pengembalian kredit diproyeksikan mulai tahun ketiga sampai tahun
ketujuh. Pengembalian ini berlangsung selama 5 tahun. Nilai pengembalian
per tahunnya adalah sebesar Rp124.892.064. Seluruh pinjaman akan lunas
pada tahun kedelapan.Keadaan saldo awal (tahun pertama) adalah sebesar
Rp63.791.300 dan saldo akhir (tahun sepuluh) sebesar
Rp1.862.876.517,500.

Berdasarkan perhitungan break even point (BEP), terlihat bahwa

2
jumlah produksi yang memenuhi syarat untuk mencapai tingkat keuntungan
minimal adalah 4.256 kg/tahun. Berdasarkan standar ini, perhitungan BEP
terjadi antara tabun kedua dan ketiga.
Berdirinya industri pengolahan minyak nilam secara keseluruhan
memberikan dampak negatif yang sangat kecil. Bahkan perluasan pekerjaan
dan alih teknologi dapat meningkatkan pendapatan daerah.
4. Profil Produk
Daun nilam merupakan bahan baku minyak atsiri yang selanjutnya
diproses menjadi bahan baku bagi industri parfum. kosmetik, farmasi, dan
sebagainya. Minyak nilam juga sering disebut dengan minyak dilem, yang
berasal dari tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) melalui penyulingan
uap. Tanaman nilam termasuk famili Labietea, yaitu kelompok tanaman yang
mempunyai aroma yang mirip satu dengan lainnya. Selain varietas
Pogostemon Cablin Benth, ada juga varietas Pogostemon Hortensis. Varietas
ini pernah disuling, tetapi mutunya sangat rendah sehingga tidak pernah di-
kembangkan lagi. Selain itu terdapat varietas Pogostemon Heyneanus atau
sering disebut Nilam Hutan. Nilam hutan ini termasuk nilam yang tidak
berharga jika dibuat minyak nilam.
Nilam yang banyak disuling di Indonesia adalah berasal dari varietas
Pogostemon Cablin Benth. Daerah-daerah penghasil minyak nilam terutama
adalah Sumatra Utara, Aceh Barat dan Selatan, Sumatra Barat, Pulau Nias,
Lampung dan Bengkulu. Minyak nilam diproduksi dengan cara ekstraksi atau
penyulingan daun nilam. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam
dikenal dengan nama Patcholi Oil. Sifat minyak nilam adalah sukar tercuci
walaupun dengan air sabun, dapat dicampur dengan esteris lainnya, larut
dalam alkohol, dan sukar menguap. Karena sifat-sifatnya tersebut minyak
nilam digunakan sebagai bahan baku yang penting dalam industri wangi-
wangian (farfumery), kosmetik, dan sebagainya.
Selain itu, minyak nilam dapat digunakan sebagai fiksatif terhadap
bahan pewangi lain, sehingga dicampurkan dalam pembuatan suatu
senyawa. Pemakaian minyak nilam sebagai unsur pengikat wangi-wangian
belum bisa digantikan dengan minyak apa pun, sehingga minyak ini
merupakan salah satu minyak atsiri yang sangat penting dalam industri
wangi-wangian.

Pemasaran minyak nilam, mempunyai potensi yang akan berkembang

3
terus. Pemasarannya yang utama adalah ke luar negeri. Berkembangnya,
ekspor ini disebabkan karena perkembangan industri wangi-wangian di luar
negeri.
Potensi ekspor minyak nilam diperkirakan akan terus meningkat setiap
tahunnya. Dengan demikian produksi dalam negeri harus terus ditingkatkan.
Hampir seluruh hasil produksi minyak nilam Indonesia diekspor ke Iuar
negeri. Tingkat pertumbuhan ekspor minyak nilam per tahunnya diperkirakan
sebesar 0,24%. Penggantian dengan sintetis hingga saat ini dianggap belum
membahayakan kedudukan minyak nilam sebagai bahan alami. Minyak nilam
ini merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang menduduki urutan ketiga
dalam deretan kebutuhan minyak atsiri dunia.
Karena permintaan dari luar negeri semakin meningkat, maka adalah
sangat memungkinkan untuk mengembangkan pabrik-pabrik minyak nilam di
daerah-daerah potensial, terutama daerah yang banyak menghasilkan daun
nilam.
5. Analisis Pasar
Selain minyaknya, tanaman nilam juga diperdagangkan daunnya
dalam bentuk yang sudah dikeringkan. Biasanya dijual oleh petani ke
penyuling, karena petani belum mempunyai alat penyulingan daun nilam
sendiri. Daun nilam yang kering ini dapat dipakai sebagai pengharum pakaian
atau permadani.
Pemasaran minyak nilam secara internasional sangat dipengaruhi oleh
broker atau agen internasional yang turut menentukan harga pasaran minyak
atsiri dunia. Negara produsen (eksportir nasional) sulit berhubungan langsung
dengan pabrik pengguna minyak atsiri (industri hilir). Hal ini disebabkan
karena kebiasaan beberapa negara tertentu mengimpor minyak atsiri secara
teratur dalam jumlah melebihi kebutuhannya, karena negara tersebut
mengkhawatirkan ketidaklancaran suplai dari negara produsen, disamping
faktor-faktor lain, seperti tidak stabilnya mutu kemurnian minyak dan
pengemasan. Dengan adanya kelemahan ini, peran broker atau dealer
menjadi sangat besar dalam memasok kebutuhan dunia.
Memperpendek rantai pemasaran dan menetapkan harga dasar
merupakan langkah pertama untuk memecahkan masalah kendala dalam
tata niaga dan merupakan proteksi bagi penurunan produksi oleh petani.

6. Sistem Perdagangan Minyak Nilam

4
Diagram Saluran Distribusi Pemasaran.

7. Peluang Ekspor
Berdasarkan data ekspor yang ada, kita dapat melihat bahwa ekspor
minyak nilam Indonesia baik dalam volume maupun nilai mengalami fluktuasi.
Volume ekspor mengalami penurunan, seperti yang terjadi di tahun 1981
hingga 1983. Setelah itu ekspor mengalami peningkaran mulai tahun 1984
dan rnengalami puncaknya pada tahun 1987, yaitu sebesar 876 ton.
Konsumen yang paling besar adalah Amerika Serikat : mencapai 250 sampai
dengan 300 ton per tahun. Masyarakat Ekonomi Eropa dan Swiss
mengkonsumsi 200 sampai dengan 250 ton per rahun. Kemudian menyusul
Singapura 50 ton per tahun, Jepang 30 ton per tahun. Sedangkan India
hanya 25 ton per tahun. Sisanya dikonsumsi oleh negara-negara Asia
sebesar 15 ton per tahun.
8. Perkembangan Harga
Perkembangan harga minyak nilam di dalam negeri terus mengalami
perkembangan sesuai dengan fluktuasi harga minyak nilam di pasar
internasional. Harga disini sangat berpengaruh bagi para petani sebab
tingginya harga akan membuat semakin banyak petani yang bertanam nilam.

Tabel; Perkembangan
Harga Rata-rata Minyak Nilam
5
Tahun Harga (Rp/Kg)
1980 Rp 9.000
1981 Rp 11.000
1982 Rp 17.000
1983 Rp 19.000
1984 Rp 23.000
1985 Rp 23.000
1986 Rp 19.000
1989 Rp 25.000
1990 Rp 26.000

9. Kebutuhan Tenaga Kerja


Tenaga kerja perusahaan ini terutama berasal dari daerah sekitar
lokasi pabrik yang akan dibangun, sehingga masyarakat sekirar dapat
merasakan manfaat secara langsung dari pembangunan industri minyak
nilam tersebut. Kebutuhan tenaga kerja industri pengolahan minyak nilam ini
direncanakan sebanyak 35 orang. Perincian kebutuhan tenaga kerja tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel; Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan
No. Jabatan
Tenaga Kerja
1. Direktur 1 Orang
2. Manajer 1 Orang
3. Kabag. Keuangan 1 Orang
4. Kabag. Produksi 1 Orang
5. Kabag. Pemasaran 1 Orang
6. Kepala Seksi 3 Orang
7. Staf 6 Orang
8. Keamanan 3 Orang
9. Pengemudi 3 Orang
10. Operator, Mekanikdan buruh 15 Orang
Jumlah 35 Orang

10. Struktur Organisasi


Struktur organisasi perusahaan dibentuk untuk menciptakan suatu tata
kerja yang efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan
perlu rnenyusun pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang
jelas antar kegiatan. Setiap pimpinan bertanggung jawab penuh atas
bawahannya, sehingga tumpang tindih kewenangan antar bagian dapat
dihindari. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

Industri pengolahan minyak nilam ini dipimpin oleh seorang direktur


yang bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Direktur mempunyai

6
wewenang membuat keputusan tentang jalannya perusahaan secara
keseluruhan. Dalam pelaksanaan proses produksi, direktur memberikan
wewenang kepada seorang manajer untuk mengoperasikan seluruh kegiatan
produksi dengan dibantu oleh 3 orang kepala bagian (kabag), yaitu : Kabag
Keuangan dan Administrasi, Kabag Produksi, dan Kabag Pemasaran. Kabag
Produksi dibantu oleh 3 orang kepala seksi, yaitu Kasi Laboratorium, Kasi
Bahan Baku, dan Kasi Gudang dan Kemasan.
11. Manajemen dan Pengawasan
Setiap unit kegiatan dalam proses pengolahan minyak nilam ini
dipimpin oleh seorang ahli yang henar-benar profesional dan berpengalaman
di bidangnya. Tenaga operasional dan teknis yang dipekerjakan merupakan
orang-orang yang terlatih dan telah berpengalaman. Setiap kegiatan disertai
dengan penuntun dan pedoman kerja agar masing-masing personal merasa
bertanggung jawab atas pekerjaan yang sesuai dengan wewenangnya.
Industri pengolahan minyak nilam ini terdiri dari beberapa proses produksi
yang bersifatt terpadu, sehingga masing-masing kegiatan memerlukan
sinkronisasi untuk mencapai sasaran program.
Tenaga kerja yang berpotensi dan berprestasi diberi kesempatan untuk
mengikuti latihan dan mereka berhak mendapatkan kedudukan dan jaminan
hidup yang layak. Untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan, perusahaan
menerapkan sistem pengendalian mutu secara terpadu, mulai dari proses
awal (persiapan bahan baku) sampai proses akhir (pengemasan produk).
Unit-unit pengendalian mutu ada pada setiap tahap proses produksi dan
melibatkan seluruh tanaga kerja/operator produksi serta dipimpin oleh
seorang mandor pengawas.
12. Mekanisme Pengadaan Bahan Baku
Untuk memenuhi keburuhan bahan baku, perusahaan ini akan
membeli daun nilam dari petani. Pembelian bahan baku didasarkan atas
kontrak pembelian/pesanan dengan ukuran dan kualitas yang ditentukan
oleh perusahaan. Dengan demikian, kualitas dan kontinuitas bahan baku
dapat terjamin.
Pengangkutan bahan baku dapat dilakukan sendiri, atau dilakukan
olen pihak penjual---dalam hal ini perusahaan menerima bahan baku
di pabrik.
Harga rata-rata daun nilam kering sampai di lokasi pabrik adalah Rp140/kg.
Sistem pengadaan bahan baku adalah sebagai berikut :

7
Diagram Mekanisme Pengadaan Bahan Baku Nilam

13. Proses Produksi dan Operasional


Industri pengelolaan minyak nilam yang akan didirikan ini memiliki
beberapa sistem, yaitu : sistem pengadaan bahan baku, sistem penyulingan
minyak nilam, dan sisrem pemasaran.
Fasilitas-fasilitas lain yang akan dibangun untuk menunjang proyek
adalah kantor, mushola, unit kesehatan, bangunan-bangunan processing,
gudang, bengkel, instalasi Iistrik dan instalasi air.
Tahap dan jadwal pembangunan dari sistern produksi, sarana dan
prasarana disajikan secara terperinci dalam tabel jadwal kegiatan.
14. Sistem Pengadaan Bahan Baku
Kebutuhan bahan baku disuplai dari wilayah sekitar dengan luas efektif
10.000 ha. Bahan baku ini tersedia secara kontinyu, karena nilam merupakan
tanaman yang diniIai paling menguntungkan oleh masyarakat dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Perawatannya mudah.
b. Biaya input produksi relatif rendah.
c. Termasuk tanaman tahan penyakit.
d. Tidak memerlukan pascapanen yang rumit.
e. Tahan di musim kemarau.

15. Bahan Pembantu


Bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi minyak
8
nilam antara lain bahan bakar, listrik, dan air. Bahan bakar dapat berupa
minyak solar dan bensin.
Jumlah bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi dan
harga masing-masing per satuan adalah :
a. Bahan bakar solar yang dibutuhkan adalah 55 liter untuk setiap 1 ton
pengolahan daun nilam. Pada tahun pertama dan tahun kedua proyek,
solar yang dibutuhkan adalah sebanyak 686 liter per bulan. Sedangkan
pada tahun ketiga, berhubung kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 4
ton proses produksi daun nilam per hari, kebutuhan solar adalah sebesar
780 liter per bulan dengan harga Rp300 per liter.
b. Air yang digunakan diperkirakan sekitar 2.000 liter untuk setiap 1 ton
pengolahan daun nilam, sehingga untuk tahun pertama dan kedua air
yang dibutuhkan adalah sebanyak 6.000 liter per hari. Tahun keempat
menjadi 8.000 liter per hari.
c. Listrik dari generator digunakan untuk penerangan. Biaya yang
dianggarkan untuk listrik adalah sebesar Rp9.000 per hari atau sama
dengan kebutuhan minyak solar sebesar 30 liter per hari.
Secara terperinci, besarnya biaya untuk keperluan bahan pembantu pada
proses pengolahan minyak nilam dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel; Biaya Keperluan Bahan Pembantu
Tahun 1 dan 2
Jenis Kegiatan Unit Harga/Unit Nilai
1. Kebutuhan Minyak Solar 585 300 175.500
2. Kebutuhan Minyak Pelumas 10 10.000 100.000
3. Perawatan Kendaraan dan Bensin :
a. Perawatan Kendaraan 2 400.000 800.000
b. Bahan bakar/bensin 800 1.000 800.000
1.875.500
Catatan :
Tahun ke 3 dst mengalami kenaikan 10%

16. Pabrik Pengolahan Minyak Nilam


a. Kapasitas Pabrik dan Jenis Produksi

9
Kapasitas terpasang pabrik industri pengolahan minyak nilam ini adalah
sebesar 6 ton pengolahan daun nilam kering untuk 2 shift kerja. Namun
pada produksi tahun pertama dan tahun ketiga, realisasinya adalah 3 ton
pengolahan daun nilam kering yang menghasilkan minyak nilam sebanyak
60 kg per hari atau 1.080 Kg/bulan.
Sedangkan pada tahun ketiga, produksi ditingkatkan menjadi 4 ton proses
pengolahan daun nilam kering yang menghasilkan minyak nilam sebesar
80 Kg per hari atau 2.800 Kg/bulan.
Jenis produksi yang dihasilkan adalah minyak nilam yang sesuai dengan
standar perdagangan sebagaimana terlihat dalam lampiran standar
kualitas minyak nilam.
b. Sistem Produksi
Pengolahan daun nilam adalah suatu proses untuk memperoleh minyak
nilam yang terkandung dalam daun nilam. Minyak hasil olahan itu disebut
minyak nilam yang terdiri dari komponen-komponen antara lain :
Seskuipenten, Patchouli Alkohol, Patchoulena, Eugenol Benzoat.
Sebelum diolah dengan cara destilasi (penyulingan), daun nilam yang
telah dipanen dikeringkan terlebih dulu di bawah sinar matahari selama
lebih kurang 4 jam sampai mencapai kadar air antara 12–24%. Hal ini
dilakukan dengan tujuan mengurangi kandungan air dan menghasilkan
rendemen minyak yang tinggi serta mutu minyak nilam yang baik. Setelah
kering, daun dimasukkan ke dalam ketel penyulingan yang bagian
bawahnya diisi dengan air dan dibatasi dengan saringan.
Uap yang terbentuk akan naik dan disalurkan melalui pipa pendingin yang
dibuat melingkar (seperti spiral) dan direndam di dalam tempat yang berisi
air. Uap yang mengembun (mengalami kondensasi) dalam pipa pendingin
ditampung pada suatu wadah yang berkapasitas 10–20 liter. Dalam alat
ini minyak nilam (bagian atas) dan air dipisahkan karena adanya
perbedaan berat jenis. Skema teknis pengolahan minyak nilam ini dapat
dilihat pada diagram berikut.

Diagram Proses Pengolahan Minyak Nilam

10
c. Mesin dan Peralatan
Industri pengolahan minyak nilam ini pada dasarnya terdiri dari alat
perajangan, penyulingan (ketel uap, cooler), dan alat pengepakan.
Penyusunan tata letak mesin sesuai dengan aliran proses produksl serta
memperhitungkan ukuran bahan yang masuk dan keluar dari masing-
masing mesin atau peralatan. Hal ini penting untuk menjamin kelancaran
aliran proses dari satu alat ke alat pengolahan yang lain selama proses
produksi berlangsung. Di samping itu, tata letak mesin dan tata ruangnya
memperhitungkan kenyamanan dan keselamatan kerja para karyawan.
d. Ruang Pengolahan Bahan Baku
Ruang pengolahan bahan baku akan dibangun di sebelah belakang dari
bagian paling depan lokasi pabrik dengan ukuran 550 m2 dan dengan
konstruksi baja. Lantainya adalah beton cor dan atapnya terbuat dari
seng. Sekitar 25% dari dinding bangunan ini berupa kisi-kisi angin sebagai
alat sirkulasi udara. Bangunan ini terdiri dari ruang perajangan dan ruang
drying.

e. Ruang Processing atau Produksi Utama

11
Ruang produksi utama berukuran 315 m2, dibangun di sisi selatan lokasi
bangunan. Konstruksi bangunan ini sama persis dengan konstruksi ruang
pengolahan bahan baku. Ruangan ini terdiri dari ruang penyulingan dan
ruang laboratorium.
f. Ruang Gudang Kemasan
Bangunan gedung kemasan akan dibangun di sebelah tengah lokasi
pabrik. Bangunan ini berukuran 100 m2, dengan pintu menghadap ke jalan
untuk mempermudah pengeluaran barang-barang hasil produksi yang
siap dipasarkan.
g. Jadwal Pelaksanaan Proyek
Realisasi pembangunan fisik proyek industri pengolahan minyak nilam
diperkirakan selama 8 bulan pada tahun pertama, dan pada akhir tahun
pertama industri pengolahan minyak nilam ini sudah dapat berproduksi.
Jadwal lengkap pelaksanaan proyek ini dapat dilihat pada diagram
berikut.
Diagram Jadwal Pelaksanaan Proyek.
Bulan
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
- Perencanaan
- Sosialisasi dengan petani
- Pengukuran tanah
- Rekrutmen karyawan
- Pembangunan pabrik
- Pemasangan mesin
- Uji coba produksi

17. Analisa Keuangan


Proyek industri pengolahan minyak nilam yang meliputi pengadaan
bahan baku dan bahan pembantu, mesin penyulingan, sarana dan prasarana,
misalnya bangunan kantor, gudang, instalasi listrik, instalasi air ini
direncanakan selesai dalam tahun pertama. Dasar perhitungan harga diambil
dari harga yang berlaku sekarang (nilai terakhir) dan analisis keuangan yang
dilakukan per tahun selama 10 tahun. Pelaksanaan pembangunan industri
pengolahan minyak nilam serta sarana pendukungnya memerlukan investasi
sebesar Rp628.860.000 yang terdiri dari biaya pra-investasi dan biaya
investasi.

a. Biaya Pra-Investasi

12
Kebutuhan biaya pra-investasi meliputi pembebasan tanah dan
pengurusan HGU, pengurukan tanah, studi kelayakan dan biaya-biaya
perizinan lainnya, yaitu sebesar Rp110.000.000. Pembebasan tanah
seluas 10.000 m2 dan pengurusan HGU membutuhkan biaya sebesar
Rp30.000.000. Pengurukan tanah, yaitu persiapan keadaan tempat pra-
operasional sehingga siap bangun membutuhkan biaya sebesar
Rp3.000.000 per hektar tanah. Sedangkan biaya studi kelayakan, seperti
supervisi, dan biaya perizinan adalah sebesar Rp60.000.000.
b. Biaya Investasi
Kebutuhan biaya investasi industri pengolahan minyak nilam ini meliputi
biaya untuk bangunan pabrik, sarana pabrik, instalasi air, instalasi listrik,
sarana transportasi, peralatan mesin penyulingan, serta fasilitas
penunjang lainnya, misalnya mushola, unit kesehatan, dan sebagainya.
c. Biaya Bangunan
Pendirian industri pengolahan minyak nilam ini memerlukan biaya
pembuatan beberapa unit bangunan yang dihitung menurut tipe
bangunan. Besarnya biaya untuk kebutuhan bangunan tersebut adalah
Rp199.750.000. Biaya per jenis bangunan yang diperlukan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel; Biaya Pembangunan Fasilitas Industri
Pengolahan Minyak Nilam
Jenis Bangunan Luas Jumlah Harga Nilai
(Ruang) (m2) Unit (Rp/m2) (Rp)
- Kantor 70 1 350.000 24.500.000
- Perajangan 150 1 300.000 45.000.000
- Penyulingan 300 1 150.000 45.000.000
- Gudang Pengeringan 200 1 150.000 30.000.000
- Gudang Packing 100 1 150.000 15.000.000
- Laboratorium 15 1 250.000 3.750.000
- Bengkel 35 1 250.000 8.750.000
- Pos Keamanan 15 1 200.000 3.000.000
- Unit Kesehatan 15 1 250.000 3.750.000
- Moshola 20 1 200.000 4.000.000
- Lapangan Pengering 200 1 20.000 4.000.000
- Pagar 2.000 1 5.000 10.000.000
Total 3.120 12 2.275.000 196.750.000

d. Biaya Sarana dan Prasarana Pabrik


13
Biaya ini meliputi pembangunan instalasi listrik dan instalasi air yang
membutuhkan biaya sebesar Rp13.000.000. Perincian biaya tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel; Biaya Sarana dan Prasarana Pabrik.
Nilai
Jenis Pembangunan Unit
(Rp)
- Instalasi Listrik 1 8.000.000
- Instalasi Air 1 5.000.000
Total 2 13.000.000

e. Sarana Transportasi
Jenis sarana transportasi yang dibutuhkan dalam menunjang kegiatan
industri pengolahan minyak nilam adalah 1 unit Kijang dan 2 unit Kijang
box. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan sarana transportasi
tersebut adalah sebesar Rp90.000.000. Rirician kebutuhan saran
transportasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
TabeI; Biaya untuk Sarana Transportasi
Harga/Unit Nilai
Jenis Kendaraan Unit
(Rp) (Rp)
- Kijang Box 2 32.500.000 65.000.000
- Kijang Station 1 25.000.000 25.000.000
Total 3 57.500.000 90.000.000
f. Biaya Peralaran dan Fasilitas Lain
Kelancaran mekanisme kerja dalam proses pengolahan minyak nilam
membutuhkan beberapa perangkat mesin dan perangkat penunjang
lainnya, seperti mesin pengolah, mesin pembantu, peralaran bengkel, dan
inventaris kantor. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan
peralatan/mesin adalah sebesar Rp207.200.000. Agar lebih jelas, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel; Biaya Peralatan dan Fasilitas
untuk lndustri Pengolahan Minyak Nilam
Nilai
Jenis Pelaratan dan Fasilitas Unit Harga/Unit
(Rp)
- Mesin Pengolah 20 6.925.000 138.500.000
- Alat-alat Bantu 26 - 38.700.000
- Inventaris Kantor Ls - 30.000.000
Total 6.925.000 207.200.000

g. Biaya Operasional

14
Biaya operasional merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam rangka
memenuhi input produksi agar kegiatan produksi pengolahan minyak
nilam dapat berjalan dengan lancar. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya tetap
yang meliputi keperluan untuk biaya administrasi dan umum, biaya
perawatan aktiva, biaya upah dan gaji, biaya pajak bumi dan bangunan,
biaya asuransi dan biaya variabel yang meliputi biaya pengadaan bahan
baku dan bahan pembantu, biaya packaging, biaya pemasaran. Perincian
biaya operasional dapat dilihat pada Tabel Biaya Operasional.
1) Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan pengeluaran rutin yang setiap tahun harus
dikeluarkan sehubungan dengan pengoperasian industri pengolahan
minyak nilam. Biaya tersebut meliputi biaya perawatan aktiva, biaya
asuransi, biaya pajak bumi dan bangunan, biaya gaji dan upah tenaga
kerja. Sedangkan biaya administrasi dan umum diperinci sebagai
berikut : biaya listrik dan air Rp270.000 per bulan, biaya administrasi,
biaya komunikasi, dan biaya umum lainnya Rp600.000 per bulan.
2) Biaya Variabel
Biaya variabel yang dimaksud adalah biaya-biaya yang timbul dari
proses produksi sejak dari bahan baku sampai menjadi barang jadi
berupa minyak nilam. Biaya variabel tersebut meliputi : biaya
pengadaan bahan baku, biaya bahan pembantu, biaya packaging, dan
biaya pemasaran.
(i) Biaya Pengadaan Bahan Baku
Rencana pengadaan bahan baku industri minyak nilam adalah
membeli daun nilam kering dari petani, dengan harga beli bahan
baku Rp140 per kg, yang diterima di pabrik.
Kebutuhan bahan baku pabrik pengolahan minyak nilam ini adalah
90 ton per bulan atau 1.080 ton per tahun, pada tahun pertama dan
kedua. Pada tahun ketiga kebutuhan itu menjadi 120 ton per bulan
atau 1.440 per bulan. Perincian biaya kebutuhan bahan baku dari
tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel; Perincian Biaya Kebutuhan Bahan Baku.

15
Jumlah Harga/Unit Total
Tahun
(ton) (Rp) (Rp)
1 1.080 140.000 151.200.000
2 1.080 140.000 151.200.000
3 1.440 161.000 231.840.000
4 1.440 161.000 231.840.000
5 1.440 161.000 231.840.000
6 1.440 161.000 231.840.000
7 1.440 161.000 231.840.000
8 1.440 161.000 231.840.000
9 1.440 161.000 231.840.000
10 1.440 161.000 231.840.000

(ii) Biaya Bahan Pembantu


Biaya pengadaan bahan pembantu dalam proses pengolahan
minyak nilam meliputi biaya pembelian bahan bakar (bensin dan
solar) serta servis transportasi (oli). Harga beli dari bahan baku
masing-masing adalah : bensin Rp550 per liter, solar Rp300 per
liter, pelumas Rp10.000 per liter. Perincian biaya bahan penolong
dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel; Biaya Bahan Pembantu.
Jenis Biaya Tahun 1 - 2 Tahun 3 dst
- Minyak solar 175.500 234.000
- Pelumas 100.000 200.000
- Bensin dan perawatan 1.165.900 1.165.900
Total 1.441.400 1.599.900

(iii) Biaya Packaging


Biaya packaging merupakan biaya yang diperlukan untuk
pengepakan minyak nilam, yaitu dengan menggunakan jerigen
(volume 40 liter). Harga beli jerigen adalah Rp5.000 per unit. Setiap
bulan diperlukan jerigen sebanyak 90 buah dengan biaya sebesar
Rp450.000 per bulan. Biaya pengepakan per tahun menjadi
Rp6.400.000 (pada tahun pertama dan kedua). Sedangkan pada
tahun ketiga dan seterusnya, sesuai dengan peningkatan produksi,
biaya itu meningkat menjadi Rp7.200.000
(iv) Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang diperhitungkan dengan biaya
pengangkutan dari pabrik ke lokasi pemasaran. Biaya angkut
sampai ke eksportir di Jakarta, untuk satu unit kendaraan Kijang
Pick-up Box, adalah sebesar Rp172/km. Setiap tahun diperlukan
biaya pemasaran sebesar Rp1.185.900
h. Biaya Depresiasi

16
Perhitungan biaya penyusutan (depresiasi) dihitung berdasarkan asumsi
umur ekonomis dari masing-masing aktiva yang digunakan dan
berdasarkan aktivitasnya dalam industri pengolahan minyak nilam.
Besarnya tingkat dan nilai depresiasi dari masing-masing aktiva dapat
dilihat pada tabel di bawah ini, sedangkan nilai depresiasi dari tahun
ketahun dapat dilihat padaTabel Nilai Depresiasi.
Tabel; Tingkat Depresiasi Kelompok Aktiva.
Depresiasi Nilai Depresiasi
Jenis Aktiva
per Tahun (%) Per Tahun (Rp)
- Bangunan 5 9.987.500
- Mesin dan alat bantu 10 17.720.000
- Kendaraan 18 18.000.000
- Sarana lain 10 1.300.000
Total 47.007.500

18. Analisa Keuangan


Pengertian keuangan dalam proyek ini adalah sirkuIasi penerimaan
dan pengeluaran dana selama proyek berlangsung. Dalam hal ini, analisis
keuangan bisnis minyak nilam akan dibuat selama 10 tahun.
a. Struktur Permodalan
Dana yang diperlukan agar proyek industri pengolahan minyak nilam ini
berhasil adalah sebesar Rp892.085.100 yang terdiri dari biaya investasi
dan modal kerja. Sumber dana diperoleh dari pinjaman bank berupa kredit
investasi dan kredit modal kerja, dengan tingkat bunga sebesar 24%
setiap tahun serta dari modal sendiri.
Tabel; Struktur dan Sumber Permodalan
Modal Tetap Modal Kerja Jumlah
Sumber Dana
(Rp) (Rp) (Rp)
- Kredit Bank (70%) 441.000.000 183.460.270 624.460.270

- Modal Sendiri (30%) 189.000.000 78.625.830 267.625.830

Jumlah 630.000.000 262.086.100 892.086.100


Struktur dan pembiayaan pembangunan pabrik tersebut terdiri dari : 70%
dari pinjaman kredit bank dan 30% modal sendiri. Pemenuhan biaya
proyek berasal dari biaya investasi sebesar Rp630.000.000 dan modal
kerja sebesar Rp262.086.100. Modal yang diharapkan dari bank adalah
sebesar Rp624.460.270. Sedangkan modal yang disediakan sendiri
adalah sebesar Rp267.625.830, yang terdiri dari modal tetap sebesar Rp

17
189.000.000 serta modal kerja sebesar Rp78.625.830. Penjelasan secara
terperinci mengenai dana proyek selama 10 tahun dapat dilihat pada
Tabel Anggaran Proyek selama 10 tahun.

18
Tabel; Anggaran Proyek

PROYEKSI CASH FLOW


Bisnis Minyak Nilam
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10
Sumber Dana :
a. Laba Besih 121.532.342 121.532.342 137.678.377 164.655.060 191.631.744 218.608.428 245.585.111 357.987.960 357.987.960 357.987.960
b. Penyusutan Aktiva - 73.695.000 73.695.000 73.695.000 73.695.000 73.695.000 73.695.000 73.695.000 73.695.000 73.695.000
c. Pajak terhutang 13.503.594 13.503.594 15.297.597 18.296.007 21.292.416 24.289.825 27.287.235 39.776.440 39.776.440 39.776.440
d. Kredit Investasi (KI) 441.000.000 - - - - - - - - -
e. Kredit Modal Kerja (KMK) 183.460.270 - - - - - - - - -
f. Modal Sendiri 267.625.830 - - - - - - - - -

Total Sumber Dana 1.027.122.036 208.730.936 226.670.974 256.646.067 286.619.160 316.593.253 346.567.346 471.459.400 471.459.400 471.459.400

Penggunaan Dana :
a. Investasi Proyek 630.000.000 - - - - - - - - -
b. Modal Kerja 183.460.270 - - - - - - - - -
c. Pelunasan Pajak 13.503.594 13.503.594 15.297.597 18.296.007 21.292.416 24.289.825 27.287.235 39.776.440 39.776.440 39.776.440
d. Pelunasan Bunga KI dan KMK 149.870.465 149.870.465 119.896.372 89.922.279 59.948.186 29.974.093 - - - -
e. Angsuran Pokok KI dan KMK - - 124.892.054 124.892.054 124.892.054 124.892.054 124.892.054 - - -

Total Penggunaan Dana 976.834.329 163.374.059 260.086.023 233.110.340 206.132.656 179.155.972 152.179.289 39.776.440 39.776.440 39.776.440

Surplus (minus) Kas :


Kas Awal 50.287.707 45.356.877 (33.415.049) 23.535.727 80.486.504 137.437.281 194.388.057 431.682.960 431.682.960 431.682.960
Kas Akhir - 50.287.707 95.644.584 62.229.535 85.765.262 166.251.766 303.689.047 498.077.104 929.760.064 1.361.443.024
Kas Kumulatif 50.287.707 95.644.584 62.229.535 85.765.262 166.251.766 303.689.047 498.077.104 929.760.064 1.361.443.024 1.793.125.984

19
b. Alokasi Dana
Alokasi dana dari biaya investasi terdiri dari biaya persiapan, prasarana
pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan, bahan pembantu, sarana
transportasi, inventaris kantor, dan pembangunan sarana pabrik.
Sedangkan alokasi dana dari modal kerja berupa biaya tetap, biaya
variabel, dan biaya overhead. Besarnya alokasi dana adalah sebagai
berikut :
Tabel; Biaya Investasi dan Modal kerja

Jumlah
Uraian Persentase
(Rp)
A. INVESTASI
1. Persiapan prasarana pabrik 110.000.000 11,84%
2. Bangunan pabrik 199.750.000 21,50%
3. Mesin dan peralatan 138.500.000 14,91%
4. Alat-alat bantu 38.700.000 4,17%
5. Sarana transportasi 90.000.000 9,69%
6. Inventaris kantor 30.000.000 3,23%
7. Sarana pabrik 13.000.000 1,40%
Biaya Investasi 619.950.000 66,73%

B. MODAL KERJA
1. Biaya tetap 81.447.300 8,77%
2. Biaya veriabel 180.638.800 19,44%
3. Biaya penyusutan aktiva 47.007.500 5,06%
Biaya Modal Kerja 309.093.600 33,27%

TOTAL 929.043.600 100,00%

Berdasarkan tabel di aats, kita dapat melihat bahwa pemakaian modal


terbesar terdapat pada biaya bangunan pabrik sebesar Rp199.750.000
atau sebesar 21,50%, dan biaya untuk mesin pengolah sebesar
Rp138,500.000 atau 14,91%. Sedangkan alokasi terbesar untuk modal
kerja terdapat pada biaya variabel, yaitu sebesar Rp180.638.800 atau
19,44% dari keseluruhan biaya proyek.
1) Jangka Waktu Pengembalian Kredit
Perhitungan jangka waktu pengembalian kredit didasarkan pada
beberapa asumsi, yaitu :
harga jual produk, bunga kredit, dan pajak yang akan dikenakan pada
perusahaan. Harga jual produk minyak nilam adalah Rp28.000 per kg,
pajak pendapatan dikenakan sebesar 10%, sedangkan bunga
pinjaman sebesar 24% per tahun.

20
Pembayaran bunga pinjaman dilakukan mulai tahun pertama sampai
tahun keenam. Sedangkan pembayaran angsuran kredit investasi dan
kredit modal kerja dimulai pada tahun ke-3 proyek sampai dengan
tahun ke-7.
Besarnya pembayaran bunga dan angsuran pokok dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel; Pembayaran Bunga dan Angsuran Pokok
Angsuran
Tahun Bunga
Pokok
1 149.870.476,80 -
2 149.870.476,80 -
3 119.896.381,44 124.892.064,00
4 89.922.286,08 124.892.064,00
5 59.948.190,72 124.892.064,00
6 29.974.095,36 124.892.064,00
7 - 124.892.064,00
599.481.907,20 624.460.320,00

2) Biaya Produksi
Besarnya biaya produksi sangat erat hubungannya dengan besarnya
tingkat rendemen bahan baku, bahan pembantu, profitabilitas serta
sistem manajemen yang digunakan. Biaya produksi secara garis besar
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : biaya produksi langsung, biaya
produksi tidak langsung, dan biaya bunga. Perincian biaya produksi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel; Biaya Produksi
Volume Produksi
Jenis Biaya
21.600 Kg/tahun
1 Biaya Tetap 81.447.300,00
2 Biaya Variabel 180.638.800,00
3 Biaya Penyusutan 47.007.500,00
4 Biaya Bunga 149.870.464,80
Biaya Produksi/tahun 458.964.064,80
Biaya Produksi/Kg 21.248,34

21
3) Break Even Point (BEP)
Untuk mengetahui jumlah produksi minimal yang harus diproduksi
untuk memperoleh titik impas, maka perlu dilakukan perhitungan break
even point sebagai berikut :
Biaya Tetap
BEP =
Harga Jual - Biaya Variabel per Unit

Rp. 81.447.300
BEP =
Rp. 27.500 - Rp. 8.362,90

BEP = 4.256 Kg/tahun

Biaya tetap untuk memproduksi 21.600 kg/tahun minyak nilam adalah


sebesar Rp81.447.300 dan biaya variabel adalah sebesar Rp8.362,90
per kg.
Harga jual minyak nilam yang dipergunakan dalam perhitungan
adaIah Rp27.500.
Berdasarkan nilai BEP di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah
produksi yang harus dihasilkan minimal sebesar 4.256 kg per tahun.
4) Penggunaan Dana
Perencanaan penggunaan dana dibuat berdasarkan perencanaan
produksi dan dihitung mulai dari tahun pertama sejak pabrik
berproduksi. Rekapitulasi penggunaan dana selama 10 tahun adalah
sebagai berikut :
Tabel; Rekapitulasi ProyeksiPenggunaan Dana
Proyeksi
Tahun
Penggunaan Dana
1 Rp 963.330.734,80
2 Rp 163.374.058,90
3 Rp 258.292.019,40
4 Rp 230.111.930,30
5 Rp 203.135.246,60
6 Rp 146.184.470,00
7 Rp 149.181.879,30
8 Rp 27.287.234,60
9 Rp 39.776.440,00
10 Rp 39.776.440,00

22
Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa tahun pertama memerlukan
dana yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena biaya investasi
diperlukan untuk membeli mesin dan peralatan serta untuk
membangun pabrik. Selanjutnya, pada tahun ketiga sampai tahun
keempat, dana yang diperlukan meningkat karena terjadinya kenaikan
kapasitas produksi dan dimulainya pembayaran angsuran kredit
investasi dan kredit modal kerja. Pada tahun kedelapan, penggunaan
dana merosot drastis karena angsuran kredit berikut bunganya sudah
lunas.
5) Analisis Proyeksi Laba-Rugi
Proyeksi pendapatan didasarkan pada besarnya volume penjualan
dan harga jual produk, serta selisihnya terhadap biaya produksi setiap
tahun. Beberapa asumsi yang digunakan dalam menganalisis proyeksi
laba rugi industri pengolahan minyak nilam ini adalah harga jual
produk dan pajak yang dikenakan pada perusahan.
Jumlah produksi ditargetkan 1.800 kg (1,8 ton) per bulan atau
21.600 kg (21,6 ton) per tahun.
Harga jual minyak nilam ke eksportir adalah Rp27.500 per kg.
Sedangkan pajak yang dikenakan sebesar rata-rata 10% setiap
tahunnya.
Rekapitulasi proyeksi pendapatan selama 10 tahun berturut-turut dari
tahun pertama sampai tahun ke 10 dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

23
Tabel; Rekapitulasi Pendapatan Industri Pengolahan Minyak Nilam

PROYEKSI LABA / RUGI


Bisnis Minyak Nilam
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10
Produksi yang dijual (Kg)
Minyak Nilam 21.600 21.600 28.800 28.800 28.800 28.800 28.800 28.800 28.800 28.800

Penerimaan
Minyak Nilam 594.000.000 594.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000
Total Penerimaan 594.000.000 594.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000 792.000.000

Pengeluaran
a. Biaya Tetap 81.447.300 81.447.300 92.247.300 92.247.300 92.247.300 92.247.300 92.247.300 92.247.300 92.247.300 92.247.300
b. Biaya Variabel 180.638.800 180.638.800 254.980.800 254.980.800 254.980.800 254.980.800 254.980.800 254.980.800 254.980.800 254.980.800
c. Biaya Penyusutan Aktiva 47.007.500 47.007.500 47.007.500 47.007.500 47.007.500 47.007.500 47.007.500 47.007.500 47.007.500 47.007.500
Total Pengeluaran 309.093.600 309.093.600 394.235.600 394.235.600 394.235.600 394.235.600 394.235.600 394.235.600 394.235.600 394.235.600

Laba Rugi sebelum bunga 284.906.400 284.906.400 397.764.400 397.764.400 397.764.400 397.764.400 397.764.400 397.764.400 397.764.400 397.764.400

a. Bunga KI dan KMK 149.870.465 149.870.465 119.896.372 89.922.279 59.948.186 29.974.093 - - - -


b. Angsuran Pokok KI dan KMK - - 124.892.054 124.892.054 124.892.054 124.892.054 124.892.054 - - -

Laba Rugi sebelum pajak 135.035.935 135.035.935 152.975.974 182.950.067 212.924.160 242.898.253 272.872.346 397.764.400 397.764.400 397.764.400

Pajak 13.503.594 13.503.594 15.297.597 18.295.007 21.292.416 24.289.825 27.287.235 39.776.440 39.776.440 39.776.440

Laba (Rugi) Bersih 121.532.342 121.532.342 137.678.377 164.655.060 191.631.744 218.608.428 245.585.111 357.987.960 357.987.960 357.987.960

24
Laba bersih adalah laba perusahaan setelah dikurangi pajak
penghasilan. Nilai laba perusahaan, baik laba kotor maupun laba
bersih pada tahun pertama dan kedua, adalah sama, meskipun pada
tahun ketiga perusahaan mulai mengangsur pembayaran kredit
investasi dan kredit modal kerja. Tetapi pendapatan kotor dan
pendapatan bersih mengalami kenaikan yang sangat berarti karena
dibarengi dengan peningkatan produksi. Peningkatan cukup tajam
terjadi mulai tahun kedelapan karena seluruh angsuran telah lunas.
6) Proyeksi Cash Flow
Cash flow menggambarkan kemampuan posisi keuangan perusahaan.
Proyeksi cash flow digambarkan dalam 10 tahun. Dalam proyeksi cash
flow ini juga dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam
mengembalikan kreditnya.
Sejak industri ini mulai berproduksi perhitungan proyeksi cash flow
proyek ini sudah menunjukkan nilai positif hingga akhir masa proyek.
Namun demikian pembayaran angsuran kredit investasi dan kredit
modal kerja mulai dibayarkan pada tahun ketiga sampai tahun ketujuh
proyek.
7) Internal Rate of Return (IRR)
Hasil perhitungan Net Cash Flow menunjukkan bahwa Net Present
Value (NPV) pada discount factor 28% menunjukkan angka positif
Demikian pula pada discount factor 26%, sehingga diperoleh nilai IRR
sebesar 26,9%.
Nilai IRR tersebut memperlihatkan bahwa pembangunan pabrik yang
menggunakan pinjaman modal dengan tingkat bunga 24% masih layak
dilaksanakan.
8) Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Kriteria keuangan dalam menentukan layak tidaknya suatu usaha
(investasi) adalah nilai NPV yang positif. Nilai NPV pada discount
factor 24% adalah Rp419.510.736,90 dengan nilai B/C ratio sebesar
2,2. Artinya keuntungan yang dihasilkan dari proyek ini, nilainya jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan,
sehingga proyek ini layak untuk dilaksanakan.

25
19. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dalam usaha industri pengolahan minyak nilam ini
diarahkan pada peningkatan harga bahan baku. Dalam hal ini diasumsikan
bahwa harga bahan baku dari Rp140 per kg akan meningkat rata-rara
sebesar 10% menjadi Rp154 per kg. Sedangkan nilai-nilai yang lain
diasumsikan tetap.
Berdasarkan analisis sensitivitas, proyeksi cash flow, sebagian besar
kas proyek sudah menunjukkan nilai posirif. Pelunasan kredit investasi
dimulai sejak tahun ketiga dan berakhir pada tahun ketujuh. Besarnya
angsuran yang dibayarkan tiap tahun adalah sama.
20. Kriteria Investasi
IRR : Berdasarkan perhitungan Net Cash Flow, dapat diketahui bahwa NPV
dengan DF sebesar 26% menunjukkan angka positif, yaitu sebesar
Rp173.350.903,70. Begitu juga pada DF 28%, diperoleh angka sebesar
Rp134.178.027,80 sehingga IRR yang diperoleh adalah sebesar 28%. Hal ini
berarti bahwa usaha bisnis minyak nilam tersebut dalam kriteria sensitivitas
layak dilaksanakan.
NPV dan B/C ratio : Nilai NPV pada tingkat DF sebesar 24% selama masa
proyek adalah Rp218.111.217,80 dan B/C ratio yang diperoleh sebesar 1,6.
Nilai ini menunjukkan bahwa usaha industri pengolahan minyak nilam ini
layak dilaksanakan, meskipun ada asumsi kenaikan harga bahan baku
sebesar 10%.
BEP : Keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran selama proyek
terjadi antara tahun kedua dan tahun ketiga.
Tabel; Kebutuhan Biaya Operasional PT. Wangi
Jenis Biaya Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 dst
Biaya Tetap
1. Biaya Administrasi dan Umum 7.200.000 7.200.000 7.200.000
2. Biaya Perawatan Aktiva 7.621.250 7.621.250 7.621.250
3. Gaji dan Upah tenaga kerja 62.640.000 62.640.000 73.440.000
4. PBB 294.300 294.300 294.300
5. Asuransi 3.691.750 3.691.750 3.691.750
Total Biaya Tetap 81.447.300 81.447.300 92.247.300

Biaya Variabel
1. Biaya Bahan Baku 151.200.000 151.200.000 231.840.000
2. Bahan Penolong 3.306.000 3.306.000 5.208.000
3. Biaya Packaging 5.400.000 5.400.000 7.200.000
4. Biaya Ekspedisi 10.732.800 10.732.800 10.732.800
5. Biaya Penyuluhan 10.000.000 10.000.000 -
Total Biaya Variabel 180.638.800 180.638.800 254.980.800
Total Biaya Seluruhnya 262.086.100 262.086.100 347.228.100

26

You might also like