You are on page 1of 12

PERENCANAAN JALAN

1 Jalan Perkotaan
A. Berdasarkan jenis hambatannya :
Tipe I : pengaturan jalan masuk secara penuh
Tipe II : sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk.
B. Kelas perencanaan :
Jalan-jalan tipe I terbagi dalam 2 kelas, dan jalan tipe
II terbagi dalam 4 kelas

Fungsi Kelas
Primer Arteri 1
Kolektor 2
Sekunder Arteri 3
Tabel 2.1 Jalan Tipe I

Fungsi LHR Kelas


(dalam SMP)
Primer Arteri - 1
Kolektor >10.000 1
< 10.000 2
Sekunder Arteri > 20.000 1
< 20.000 2
Kolektor > 6.000 2
< 6.000 3
Jalan lokal > 500 3
< 500 4
Tabel 2.2 Jalan Tipe II
Dasar klasifikasi perencanaan :

TIPE I
Kelas 1 Jalan dengan standard tertinggi dalam melayani lalu-lintas
cepat Antar- regional atau antar kota dengan pengaturan jalan
masuk secara penuh.
Kelas 2 Jalan dengan standar tertinggi dalam melayani lalu –lintas
cepat antar regional atau didalam melayani lalu lintas cepat
antar regional atau didalam kota-kota metropolitan dengan
sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk.

TIPE II
Kelas 1 Standard tertinggi bagi jalan-jalan dengan 4 lane atau
lebih,memberikan pelayanan Angkutan cepat bagi angkutan
antar kota atau dalam kota,dengan kontrol
Kelas 2 Standard tertinggi bagi jalan-jalan dengan 2 atau 4 lane
dalam memberikan pelayanan Angkutan cepat bagi angkutan
antar kota atau dalam kota,terutama untuk persimpangan
tanpa lampu LL
Kelas 3
Standard menengah bagi jalan dengan 2 jalur dalam
memberikan pelayanan Angkutan dalam distrik dengan
kecepatan sedang ,terutama untuk persimpangan tanpa lampu
Kelas 4 LL
Standard terendah bagi jalan satu arah yang melayani
hubungan dengan jalan-jalan lingkungan MHT.

2. Jalan Antar Kota


A. Klasifikasi menurut fungsi jalan.
1. Jalan Arteri :
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien
2. Jalan Kolektor :
Jalan yang melayani angkutan pengumpul/ pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal :
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi

B. Klasifikasi menurut kelas jalan.


1. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban
lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
2 Klasifikasi menurut kelan jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi menurut
fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.3 (Pasal 11, PP No. 43/1993).

Muatan Sumbu
Fungsi Kelas Terberat, MST (ton)
I >10
Arteri II 10
III A 8
Kolektor III A 8
III B

Tabel 2.3. Klasifikasi menurut kelas jalan

C. Klasifikasi menurut medan jalan.


1. Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang
diukur tegak lurus garis kontur.
2 Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam Tabel
2.4.

No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan


(%)

1 Datar D <3

2 Perbukitan B 3 - 25

3 Pegunungan G >25

Tabel 2.4. Klasifikasi menurut medan jalan


Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan.
 Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaan jalan sesuai PP. No. 26/1985 adalah jalan
Nasional, Jalan Protokol, Jalan Kabupaten /Kotamadya, Jalan Desa, dan Jalan Khusus.

Kriteria Perencanaan Geometrik Jalan Raya


 Kendaraan rencana
 Volume dan kapasitas jalan
 Tingkat pelayanan yang diberikan

Kendaraan Rencana :
 Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang.
 Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tendem atau oleh Bus Besar 2 as.
 Kendaraan Besar, diwakili oleh truk semi-trailer.
30
20

170 210 200 260

20 30

90 340 160 210 760 240


680 1210

Kendaraan Kecil Kendaraan Sedang

30

200 260

30

120 610 1280 90


2100

Kendaraan Besar

Gambar 2.1 Dimensi Kendaraan Rencana

KATEGORI RADIUS RADIUS


DIMENSI KENDARAAN PUTAR
KENDARAAN (cm) TONJOLAN (cm) TONJOLAN
RENCANA (cm)
Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Min. Maks. (cm)

Kendaraan Kecil 130 210 580 90 150 420 730 780

Kendaraan 410 260 1210 210 240 740 1280 1410


Sedang

Kendaraan Besar 410 260 2100 1.20 90 290 1400 1370

Tabel 2.1. Dimensi Kendaraan Rencana


2. Satuan Mobil Penumpang (SMP)
 Angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, dimana mobil penumpang ditetapkan
memiliki satu SMP.

Datar/
No Jenis Kendaraan Perbukitan Pegunungan
.

1. Sedan, Jeep, Station Wagon 1,0 1,0

2. Pick-Up, Bus Kecil, Truck Kecil 1,2 - 2,4 1,9 - 3,5

3. Bus dan Truck Besar 1,2 - 5,0 2,2 - 6,0

Tabel 2.2 Ekivalen Mobil Penumpang (EMP)

Dalam standard perencanaan untuk jalan perkotaan pada kondisi jalan pada
daerah datar adalah sebagai berikut :
  Sepeda motor : 0.5
 Kendaraan penumpang/ kendaraan bermotor : 1.0
 Truk kecil ( berat < 5 ton ) Bus - mikro : 2.5
 Truk sedang (berat > 5 ton) : 2.5
 Bus : 3.0
 Truk berat (berat < 10 ton) : 3.0

Volume Lalu Lintas


 Sebagai pengukur jumlah dari arus lalu lintas digunakan volume. Volume lalu lintas
menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam suatu satuan
waktu (hari, jam , menit).
 Volume lalu lintas yang tinggi, membutuhkan lebar perkerasan jalan yang lebih lebar
sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan. Sebaliknya jalan yang terlalu lebar untuk
volume lalu lintas yang rendah cenderung membahayakan.

Satuan umum volume lalu lintas


 Volume lalu lintas rencana (VLHR)
Adalah jumlah lalu lintas dalam satu tahun dibagi hari-hari dalam setahun dinyatakan dalam
SMP/hari
 Volume perjam perencanaan
LHR merupakan volume lalu lintas dalam satu hari per volume harian, sehingga nilai LHR
tidak dapat memberikan gambaran tentang fluktuasi arus lalu lintas lebih pendek dari 24
jam, maka suatu interval waktu yang layak dan cukup menunjukkan keadaan arus lalu lintas
harus ditetapkan, untuk dipergunakan sebagai satuan volume. Volume dalam 1 jam yang
dipakai untuk perencanaan adalah volume perjam perencaanaan.
 Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun
rencana lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam, dihitung dengan rumus :
VJR = VLHR x K
F
dimana : K = faktor volume lalu lintas jam sibuk
F = faktor variasi tingkat lalu lintas per seperempat jam dalam satu jam.
VJR digunakan untuk meghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang
diperlukan.

VLHR FAKTOR-K FAKTOR-F


(%) (%)

> 50.000 4-6 0.9 - 1


30.000 - 50.000 6-8 0.8 - 1
10.000 - 30.000 6-8 0.8 - 1
5.000 - 10.000 8 - 10 0.6 - 0.8
1.000 - 5.000 10 - 12 0.6 - 0.8
<1.000 12 - 16 < 0.6

Tabel 2.3 Faktor-K dan faktor -F berdasarkan VLHR Rata-rata


 Volume Perjam Perencanaan (DHV)
Volume harian lalu lintas kedua arah. Volume per jam dihitung sebagai berikut :
Untuk jalan-jalan 2 jalur :
DHV = DTV * (K/100)

Untuk jalan-jalan berjalur banyak :


DHV = DTV * (K/100) * (D/100)
dengan :
DHV = Volume Per Jam Perencanaan (PCU/2
arah/jam) untuk jalan 2 jalur.
(PCU/arah/jam) untuk jalan berjalur banyak.
DTV = Volume Lalu Lintas Rencana
(PCU/2arah/hari)
K = Koefisien Puncak (%), biasanya diambil 10%
D = Koefisien Arah (%), dapat digunakan 60

C. Kapasitas jalan
Jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan
selama 1 jam dengan kondisi serta arus lalu lintas tertentu.

4 Kecepatan rencana
 Kecepatan yang dipilih untuk keperluan perencanaan. Setiap bagian jalan seperti tikungan,
kemiringan jalan, jarak pandangan dan lain-lain.
 Standar Perencanaan Geometrik Jalan untuk jalan perkotaan memberikan batasan
kecepatan bagi jalan-jalan perkotaan haruslah sesuai dengan tipe dan kelas jalan yang
bersangkutan.
Kecepatan
Tipe Kelas rencana
(km/jam)
Tipe I Kelas 1 100,80
Kelas 2 80,60
Tipe II Kelas 1 60
Kelas 2 60,50
Kelas 3 40,30
Kelas 4 30,20
Tabel 2.4 Kecepatan rencana untuk Jalan Perkotaan

Kecepatan Rencana (VR)


Fungsi (km/jam)
Datar Bukit Pegunungan

Arteri 70-120 60-80 40-70


Kolektor 60-90 50-60 30-50
Lokal 40-70 30-50 20-30

Tabel 2.5 Kecepatan Rencana Jalan Antar Kota

5 Jarak pandangan
 suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian
sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat
melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya tersebut dengan aman.
 Dibedakan dua Jarak Pandang ,yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang
Mendahului (Jd).
Jarak Pandang Henti (Jh)
 Jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya
dengan aman begitu melihat adanya halangan didepan.
 Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi Jarak Pandang Henti. Jarak Pandang Henti
diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan
15 cm diukur dari permukaan jalan.
Jarak Pandang Henti terdiri 2 elemen :
 Jarak tanggap (Jht)
adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang
menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem ;
 Jarak pengereman (Jhr)
adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi mengijak
rem sampai kendaraan berhenti

Jarak Pandang Henti dapat dihitung dengan rumus :

Jh = Jht + Jhr

2
Jh = Vr T + Vr
3,6 2g fp
dengan :
Vr = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu reaksi (2.5 detik)
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9.8 m/det2
fp = koefisiensi gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0.35-0.55.
Persamaan sebelumnya disederhanakan :
 Jh = 0.278 Vr T + Vr2 untuk jalan datar
254 fp
 Jh = 0.278 Vr T + Vr2 utk jalan dg kelandaian ttentu
254 (fp+L) dg L = landai jalan dlm

VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20


Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
Tabel 2.11 Jarak Pandang Henti (Jh) minimum.
Jarak Pandang Mendahului (Jd)
 Jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain didepannya dengan
aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula.
 Jarak Pandang Mendahului diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah
105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm

Jd = d1 + d2 + d3 + d4

d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap(m)


d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului dampai dengan kembali ke lajur semula (m),
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah
berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, yang besarnya
diambil sama dengan 2/3 d2 (m).
d1 = 0.278 T1 (VR – m + a. T1)
2
d2 = 0.278 VR T2
d3 = antara 30 – 100

VR (km/jam) 50-65 65-80 80-95 95-100


d3 (m) 30 55 75 90

d4 = 2/3 d2
dengan:
T1 = waktu (dalam detik)
T2 = waktu kendaraan berada di jalur lawan (detik)
= 6.56 + 0.048 VR
a = Percepatan rata-rata (km/jam/detik)
= 2.052 + 0.0036 VR
m = Perbedaan percepatan dari kendaraan yang
menyiap dan kendaraan yang disiap biasanya
diambil 10-15 km/jam

VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20


Jd (m) 800 670 550 350 250 200 150 100

Tabel 2.12 Panjang Jarak Pandang Mendahului

You might also like