Professional Documents
Culture Documents
1
Salman Rushdi, The Satanic Verses. (London Penguin Books, 1986)
2
Samual P. Huntington, The Clash of Civilizations and The Remaking of World Order, (New York, Simon & Schuster,
1996)
3
Marvin Centron & Thomas O’Toole, Ecounters with The Future : a Forecast of Life into The 21.st Century. New
York, 1991.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 1
segala bentuk kemajuan dunia hari ini, ataukah ada sebab-sebab lainnya sehingga
agama ini harus dimusuhi dan dihilangkan dari dunia ini.
Ada beberapa sebab utama, kenapa Islam dimusuhi, diantaranya :
Orang-orang seperti ini memang sudah ada penyakit dalam hati mereka, walau
apapun usaha yang dilakukan untuk meyakinkan mereka, mereka tetap akan membenci
dan memusuhi Islam. Bahkan mereka akan berusaha untuk melenyapkan Islam dari
muka bumi dengan segala taktik dan strategi.
7
Lihat misalnya : Dr. Yusuf al-Qardhawy, Aina al-Khalal,. Qatar, 1987. Prof. Muhammad Qutb, al-Jahiliyya al-Qorn
al-Isyrien, dan juga Hal Nahnu Muslimun ?. Prof. Ismail R. Faruqi, Islamization of Knewledge, op.cit. hlm. 5. Prof. Said
Hawwa, Durus fi al-Amal al-Islamy. Op.cit.
8
Lihat misalnya : Ali E Hilali Dessouki (ed). Islamic Resurgence in The Arab World, New York : Yale Univ. Press,
1988. James Piscatori (ed). Islamic Fundamentalism and The Gulf Crisis. Chicago : The American Academy of Art and
Science, 1991). Luqman Harun, Potret Dunia Islam, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1985. Richard F. Nyrop (ed). Saudy
Arabia : a Country Study, NY: Foregn Area Studies : The American Univ, 1985. Sandra Mackey, Saudis, inside Desert
Kingdom, New York : Penguin, 1990.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 7
Islam adalah ajaran sempurna yang diturunkan Allah SWT kepada manusia
melalui nabi Muhammad Saw. Ia adalah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan
ummat manusia, dari masalah-masalah individu sehingga masalah masyarakat dan
negara. Islam adalah way of live yang tertinggi dan tersempurna, ajaran yang akan
menghantarkan penganutnya menuju kemenangan sejati didunia dan diakhirat kelak.9
Maka dengan demikian, kegagalan kaum Muslimin masa kini bukan disebabkan
oleh kelemahan sistem Islam, namun disebabkan karena kaum Muslimin telah
meninggalkan ajaran Islam.
9
Untuk masalah ini lihat misalnya : Prof. Said Hawwa, al-Islam, Beirut : Dar al-Fiqr, 1979. Dr. Yusuf al-Qardhawy, al-Hall
al-Islam, Qatar : Jami’ah al-Islamiyah Qatar, 1986. Hamudah Abdalaty, Islam in Focus, Kuwait : IIFSO, 1978. Abu Urwah,
Sistem-sistem Islam, KL: Pustaka Salam, 1989.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 8
ala Barat. Dan akhirnya kaum Muslimin tetap bergelimang dalam keterbelakangannya
dalam semua aspek kehidupan. Kesalah fahaman ini bahkan berdampak lebih jauh, ada
sebagian kaum Muslimin yang menentang keras segala bentuk kemajuan sains-tehnologi
yang diidentikannya dengan Baratisasi ataupun sekulerisasi. Mereka masih menolak
mengajarkan ilmu pengetahuan modern seperti matematika, fisika, kimia, biologi dan
sejenisnya kepada kader-kader Islam dengan alasan ilmu tersebut adalah ilmu duniawi
yang tidak wajib dituntut dan tidak akan menghantarkan kebahagian akhirat. Itulah
sebabnya generasi Islam terpecah menjadi aliran agama yang diwakili oleh lulusan
sistem pendidikan tradisional Islam seperti pondok pesantren dan aliran umum lulusan
dari lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah. Akhirnya muncullah cendikiawan
Islam tradisional yang memahami Islam sebatas peribadatan keakhirat dan cendikiawan
Islam yang menguasai ilmu-ilmu umum. Dan ironisnya kadangkala terjadi pergesekan
pemikiran diantara kedua aliran ini, yang justru menambah lemahnya kaum Muslimin.
Kesalah fahaman jalannya. Akibat yang paling kentara dengan pemahaman salah ini
adalah kaum dalam memahami konsep Al-Dien Al-Islam ini telah membawa dampak
sangat negatif bagi perkembangan dan kemajuan kaum Muslimin. Karena dengan
pemahaman yang salah ini, kaum Muslimin telah memisahkan Islam dari kehidupan
dunia nyata, sedangkan Islam adalah agama yang diturunkan untuk mengatur kehidupan
manusia didunia ini dan menjanjikan kebahagian akhirat bagi mereka yang mengikuti
Muslimin telah menyerahkan kehidupan politik ataupun ekonominya kepada orang lain,
karena mereka beranggapan masalah ini adalah urusan dunia yang tidak berkaitan
dengan Islam. Dan tidak diragukan lagi, bahwa kemunduran dan keterbelakangan kaum
Muslimin masa ini akibat dari kesalahan mereka memahami konsep Al-Dien Al-Islam
sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.
Seorang pemikir ulung Islam dari Pakistan, Abu al-Ala al-Maududy,10 membahas
pengertian Al-Dien secara terperinci. Menurut Maududy, Al-Dien (menggunakan al)
ditujukan hanya untuk penggunaan Islam, sementara tanpa al- digunakan untuk selain
Islam, sebagaimana yang disebutkan Al-Qur’an :
“Sesungguhnya Al-Dien yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam”
(Ali Imran:19)
“Dan barang siapa yang mengambil selain Islam sebagai Dien-nya, maka ia tidak
akan diterima,dan diakhirat mereka termasuk orang-orang yang rugi” (Ali
Imran:83).
Selanjutnya, Maududy menjelaskan, pengertian Dien adalah seluruh sistem yang
mengatur kehidupan manusia, baik sistem politik, ekonomi, etika, peribadatan, sosial,
budaya, hukum, perundang-undangan, filsafat, idiologi, way of live dan lain-lainnya.
10
Abu A’la al-Maududy, al-Mustalahat al-Arba’at fi al-Qur’an : al-Ilah, al-Robb, al-Ibadat, al-Dien. Kaherat : 1975. Khususnya
bagian keempat.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 9
Dalam konsep Islam ada dua Dien, Al-Dien Al-Islam dan Dien Al-Ghoir Al-Islam (Dien
selain Islam) sebagaimana yang dimaksudkan ayat diatas.
Dengan demikian, Al-Dien Al-Islam adalah seluruh sistem kehidupan yang
diajarkan Islam yang terdiri dari sistem Aqidah (keyakinan), sistem Ibadah (ritual), sistem
Akhlaq (etika) dan sistem Muamalat (kemasyarakatan). Sistem Aqidah adalah sistem
yang mengatur segala bentuk yang menyangkut kepercayaan kepada Allah dan perkara-
perkara tang menyertainya. Sistem Ibadah adalah sistem yang mengatur segala bentuk
ritus penyembahan dan pengabdian manusia kepada Allah dan tata caranya, seperti
sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lainnya. Sistem Akhlaq adalah sistem yang mengatur
etika perhubungan manusia, baik kepada Allah ataupun sesama mahluknya. Sedangkan
sistem Muamalat adalah segala bentuk sistem yang mengatur hubungan kehidupan
manusia dimuka bumi, seperti sistem hukum, perundang-undangan, sosial, ekonomi,
politik, budaya, pertahanan dan lainnya.11
Prof Said Hawa12 menggambarkan Al-Dien Al-Islam seumpama rumah. Rumah
terdiri dari pondasi, bangunan dan atap. Pondasi Islam (arkan al-Islam) adalah rukun
Iman yang enam dan rukun Islam yang lima, sedangkan bangunan Islam (bina al-Islam)
adalah sistem kemasyarakatan, seperti sistem politik, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, sains tehnologi dan lainnya sedangkan atap (muayyadat al-Islam) adalah
amar ma’ruf nahi mungkar dan jihad fi sabilillah. Sebuah rumah dikatakan sempurna
apabila memiliki tiga bagian tersebut, pondasi, bangunan dan atap, jika kurang salah
satunya maka ia tidak dapat disebut rumah. Demikian pula halnya, dikatakan al-Dien al-
Islam apabila seluruh konsep yang terkandung dalam ajaran Islam menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, pemisahan antara Ketunggalan dan Kekuasaan
Allah dalam sistem kemasyarakatan, baik ekonomi maupun politik, sama halnya dengan
pemisahan pondasi rumah dengan bangunannya. Anak kecilpun akan mentertawakan
jika pondasi disebut rumah, sama halnya jika hanya menjalankan rukun Iman dan rukun
Islam saja, kemudian mengklaim sebagai telah melaksanakan ajaran al-Dien al-Islam.
Dalam bidang ekonomi misalnya, sistem ekonomi Islam tidak bediri sendiri
sebagai sistem yang terpisah dengan keseluruhan sistem Islam, sebagaimana sistem
ekonomi Sekuler yang terpisah dari agama dan etika. Dalam konsep ekonomi
Kapitalisme, modal adalah milik para pemodal sedangkan menurut Marxisme modal
adalah milik bersama masyarakat. Sedangkan menurut ekonomi Islam, modal pada
hakikatnya adalah milik Allah Sang Pemilik Alam Raya yang diamanahkn kepada
sipemodal dan akan digunakan untuk kemakmuran masyarakatnya. Pemodal dalam
menjalankan aktivitas ekonominya tidak terlepas dari kehendak pemilik (aspek Aqidah),
11
Untuk masalah ini lihat misalnya : Prof. Said Hawwa, al-Islam, op.cit. Dr. Yusuf al-Qardhawy, al-Hall al-Islam, op.cit.
Fazlur Rahman, Islam, Lahore : 1973. Hamudah Abdalaty, Islam in Focus. Op.cit. Abu Urwah, Sistem-sistem Islam, op.cit.
12
Prof. Said Hawwa, al-Islam, op.cit. khususnya muqaddimah.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 10
melakukan aktivitas yang halal (aspek Ibadah), tidak boleh berlaku curang, merugikan
orang lain dan etika jelek lainnya (aspek Akhlaq), dan diwajibkan mengeluarkan sebagian
dari keuntungannya untuk orang-orang yang memerlukannya (aspek Muamalat) akhirnya
kelak ia akan diminta pertanggung jawabannya diakhitat, jika ia menjalankan amanah
mendapat balasan kebaikan dan jika berkhianat akan mendapat siksaan. Jadi konsep
ekonomi Islam tidak terbatas hanya mengatur mekanisme pasar dalam rangka
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan aspek Ketuhanan
dan etika sebagaimana sistem ekonomi Kapitalisme, namun sistem ekonomi Islam
langsung berkaitan dengan kebahagian seseorang dalam hidup sesudah mati yang
berkaitan dengan Aqidah.13
Demikian pula dalam sistem politik, jika menurut teori politik Demokrasi-Liberal,
kekuasaan ditangan rakyat. Jika rakyat menghendaki putih, maka putihlah sebuah
negara, dan jika mereka menghendaki hitam, maka jadilah hitam. Demikian pula dalam
sistem ini yang menentukan adalah suara mayoritas, jika suara mayoritas menghendaki
seseorang menjadi pimpinan, maka jadilah ia pimpinan, walaupun ia tidak memiliki
kelayakan sebagai seorang pemimpin, sebagaimana yang terjadi pada Ronald Regent
sang bintang film koboi yang menjadi President Amerika Serikat ataupun Yukio Aoshima,
badut lawak gaek yang menjadi gubernur Tokyo. Namun dalam kontek politik Islam,
kekuasaan tirtinggi adalah ditangan Allah sebagai penguasa alam, manusia adalah wakil
(Kholifah) yang akan melaksanakan segala ketentuan dan peraturan yang ditentukan
oleh Allah dan Rasul-Nya. Hitam dan putihnya sesuatu ditentukan oleh Allah dan Rasul-
Nya, baik menyangkut undang-undang, hukum dan kriteria pemilihan pemimpin, yang
dalam Islam dikenal dengan istilah syuro. Para anggota Majelis syuro adalah wakil rakyat
yang dipilih oleh rakyat sebagai wakilnya dalam mengukur masalah yang berkaitan
dengan kehidupan bermasyarakat. Para anggota syuro tidak dapat memutuskan sesuatu
yang bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian anggota
syuro adalah pemegang amanah rakyat sekaligus pemegang amanah Allah dan Rasul-
Nya. Kemenangan bukan ditentukan oleh suara mayoritas, tetapi oleh kebenaran ajaran
agama Islam, walaupun seluruh rakyat menghendaki sesuatu undang-undang, namun
jika undang-undang itu bertentangan dengan ajaran agama Allah dan Rasul-Nya, maka
secara otomatis batallah undang-undang tersebut. Disinilah perbedaan menyolok antara
konsep demokrasi Barat dengan sistem Islam yang menghendaki integrasi diantara
ajarannya.14
Dengan demikian jelaslah bahwa konsep al-Dien al-Islam adalah satu kesatuan
sistem kehidupan yang menyeluruh dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Sistem sosialnya adalah berkaitan erat dengan sistem Ketuhanan dan
13
Untuk masalah ini lihat misalnya : Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam, London, LMS Publ. 1990.
14
Untuk masalah ini lihat misalnya : Abul A’la al-Maududi, al-Khilafat wa al-Mulk, Kuwait : Dar Qalam, 1978
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 11
Peribadatan, demikian pula halnya dengan sistem politik, ekonomi, pendidikan, dan
lainnya. Satu ajaran dengan ajarannya saling berkaitan, seumpama tubuh. Dipisahkan
satu bagian akan menimbulkan ketimpangan pada sistemnya, sebagaimana
dipisahkannya salah satu anggota tubuh. Tangan misalnya, jika dipisahkan dari tubuh,
maka jelas tidak akan berfungsi sama sekali, sama halnya jika diterapkannya sistem
ekonomi Islam saja, tanpa menerapkan keseluruhannya sistem Islam akan menimbulkan
kepincangan, karena ekonomi Islam, ataupun sistem kemasyarakatan Islam akan
berjalan baik apabila diterapkan pada masyarakat yang telah menganut ajaran Islam
secara menyeluruh, terutama sistem Aqidahnya. Kegagalan kaum Muslimin masa ini
karena mereka terburu-buru ingin menerapkan sistem kemasyarakatan Islam, seperti
sistem politik ataupun sistem ekonomi, sementara sistem Aqidah dan Ibadah belum
tertanam dengan baiknya. Perbuatan seperti ini samalah seperti orang yang
membangun rumah, sementara tidak membuat pondasi. Rumah tanpa pondasi pasti
akan hancur dalam waktu singkat, seperti cepatnya hancur sistem masyarakat yang
tidak berlandaskan Aqidah dan Ibadah.
Islam adalah ajaran yang lengkap dan sempurna, sehingga tidak memerlukan
tambahan-tambahan dari sistem lainnya. Penambahan sistem Islam dengan sistem
lainnya, bukan akan menambah kesempurnaan Islam, tapi justru akan menghilangkan
semangat Ketuhanan yang terkandung dalam ajaran Islam. Jika Islam dicampur dengan
sistem ekonomi ala Kapitalisme atau Sosilisme sebagaimana yang dilakukan sebagian
besar kaum Muslimin masa ini, maka jelas akan menghasilkan masyarakat terbelakang
sebagaimana kaum Muslimin masa ini. Ajaran Islam yang dilandaskan Ketunggalan Allah
tidak mungkin dicampur dengan ajaran yang menolak keberadaan Tuhan. Itulah
sebabnya dengan tegas Islam memberlakukan doktrin : Terima Islam seluruhnya, atau
tolak seluruhnya. Tentu dengan memperhatikan tahapan demi tahapan yang diperlukan
dalam penerapan Islam.
Mungkin ada yang mempertanyakan, jika al-Dien al-Islam dikatakan sebagai
ajaran sempurna, kenapa tidak dibahas dalam ajarannya segala sesuatu persoalan
kehidupan secara mendetil. Ini dibuktikan al-Qur’an ataupun Al-Sunnah, sumber utama
ajaran Islam hanya mengandung beberapa sisi kehidupan manusia secara global ?
Disinilah letak keunikan sistem Islam yang diturunkan Yang Maha Mengetahui. Islam
sebagai sistem yang diturunkan untuk seluruh ummat manusia, sejak diturunkannya
hingga akhir zaman, tidak membicarakan persoalan kehidupan manusia secara mendetil,
karena jika itu dilakukan berarti diperlukan beribu-ribu kitab ajaran yang akan
membingungkan manusia. Namun Allah Yang Maha Mengetahui menurunkan sebuah
Kitab yang mengandung ajaran sempurna. Kesempurnaan disini bukan berarti
didalamnya terdapat undang-undang jalan raya, macam-macam jenis transaksi ekonomi
15
Lihat misalnya : Thabary, Tarikh Umam wa al-Mulk, Beirut : Dar Fiqr, 1979. Abul Hasan an-Nadwy, Madza Khasira al-
Alam bi inhithoth al-Muslimun ?. op.cit. Abul A’la al-Maududi, al-Khilafah wa al-Mulk, op.cit. Khalid Muhammad Khalid,
Rijal Haula al-Rasul, Beirut : Dar Fiqr, 1975. Muhammad al-Ghazaly, Fiqh al-Sirah, Beirut : Dar Fiqr, 1978. Yusuf al-
Khandahlawy, Hayat al-Shahabah, Lucnow : Dar Ulum, 1980. Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, London : Chiristopher,
1955. R.A. Nicholson, Literary History of the Arab. Chambridge : Cambridge Univ. Press,1930.
16
Lebih detil lihat : Hilmy Bakar Almascaty, Generasi Penyelamat Ummah, Kuala Lumpur : Berita Publ., 1995.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 16
ataupun Post-Modernisme, Islam lebih unggul daripada seluruh sistem danagama-agama
dunia.17
Dalam dunia modern ini, konsep-konsep Islam tetap relevan dan akan menjadi
jalan keluar dari segala bentuk krisis dan problema yang dihadapi dunia. Islam sekali lagi
akan membuktikan keunggulan konsepnya dari seluruh sistem hidup diabad modern ini.
Konsepsi Islam tidak akan pernah lapuk dimakan waktu, karena ia diturunkan untuk
seluruh ummat manusia hingga akhir zaman.18
17
Untuk masalah ini secara mendetil lihat misalnya : Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, Kuala
Lumpur : ABIM, 1974. Abul A’la al-Maududi, Capitalism, Socialism and Islam. Kuwait : Islamic Books Publ., 1987. M. Mirza
Hussain, Islam and Socialism, a Critical Analisis of Capitalism, Fascism and Nazims as Contrasted with the Qur’an
Conception of a New World Order, Lahore : SM, 1974. Maxime Radinson, Islam and Capitalism, Paris : Penguin Books,
1980. Ali Shari’ati, Marxism and Other Western Fallacies, Trans by R. Campbell. Berkeley : Mizan Press, 1980. Mustafa
Mahmoud, Marxism and Islam, trans. By MM. Enany, Kaherah : Cairo Univ. 1990. Khalifa Abdul Hakim, Islam and
Communism. Lahore : Siddiq Printer, 1976. David Westerwind, From Socialism to Islam, Uppsala : The Scandinavia Inst.
Of African Studies, 1982. HOS Cokroaminoto, Islam and Socialism, Kuala Lumpur : Iqrak, 1988. Asghar Ali Engineer,
Islam and Liberation Theology. New Delhi : Sterling Publ, 1990. Ahmad Abdul Ghaffar Affar, Humanisme in Islam. Trans.
By Albin Michel, Indiana : The American Trust Publ,. 1979. Maryam Jameelah, Islam and Modernism. Lahore : Muhd Yusuf
Khan, 4th. Edt. 1977. Dr. Ali Muhd. Nagvi, Islam wa al-Qaumiyah, Tehran : 1404. Muhammad Asad, Islam at the Cross
Road, Spain : Dar al-Andalaus : 14th. Edt. 1404 H. Akbar S. Ahmad, Postmodernism and Islam, London : Routledge, 1992.
18
Lihat misalnya : Syed Abdul Wahab Bukhory, Islam and Modern Challenges. Madras : Dar al-Tasneef, 1966. GW.
Choudury, Islam and the Contemporary World, London : Indus Thames Publ, 1990. Ahmad al-Shahi dan Denis Mac Eoin,
Islam in Modern World, New York : St. Martin’s Press, 1983. John J. Donohue, and John L. esposito (ed), Islam in
Transition, Muslim Perspective, New York : Oxford Univ. Press, 1982. Ilse Lilhtenstadter, Islam and Modern Age, An
Analysis and Appraisal, New York: Bookman Associates. 2nd. Edt. 1960.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 17
Islam adalah sistem kehidupan yang fitri, yaitu sistem kehidupan yang sesuai
dengan kehendak dan keperluan hati nurani manusia yang menginginkan terwujutnya
keadilan, kebahagiaan dan kedamaian sejati. Sebagaimana ditegaskan Al-Qur’an :
“Maka hadapkanlah dirimu dengan lurus kepada agama itu, yaitu fitrah Allah
adalah sesuai dengan fitrah manusia, dan janganlah ada penukaran terhadap
ciptaan Allah, ialah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (Al-Rum : 30)
Jika diselidiki secara jujur, maka jelaslah ajaran-ajaran Islam sangat sesuai dengan
tuntutan hati nurani manusia, karena ia adalah ajaran yang senantiasa mengajak menuju
kebaikan, keamanan, keadilan dan kebahagian sejati. Realitas ini tidak dapat dinafikan,
kecuali oleh orang-orang ada penyakit dalam hatinya dan menolak kebenaran.
19
Lihat : Prof. Said Hawwa, al-Islam, op.cit. Dr. Yusuf al-Qardhawi, op.cit.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 18
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara
keseluruhan, dan janganlah mengikuti langkah-langkah Syaitan, karena
sesungguhnya Syaitan adalah musuh kamu yang nyata”. (Al-Baqarah : 208)
Keaslian dan kehebatan Al-Qur’an inipun diakui oleh intelektual Barat. Filosof dan
sastrawan besar Jerman, Goethe menulis tentang al-Qur’an :
“Bagaimana juga saya membaca Al-Qur’an itu, pertama ia menggerakkan saya
pada setiap masa, dengan kesegaran dan dengan cepat menganjurkan pendirian
hati serta keheranan, yang akhirnya ia mendorong saya kepada pengetahuan
agama. Al-Qur’an itu mempunyai susunan kata-kata yang molek dan indah, isi dan
tujuannya mengandung suatu pedoman bahagia. Dia adalah memberi ingatan dan
menakutkan selamanya, dan seterusnya ia adalah kemulian Yang Maha Tinggi.
20
Goethe, Hughe’s Dictionary of Islam, dikutip dari : O. Hashem, Kekaguman Dunia Terhadap Islam. Bandung : Pustaka
Salman, 1985.
21
Lebih terinci lihat misalnya : Dr. Subhi Shaleh, Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, Beirut : Dar Ilm li al-Maliyin, tt. Syaikh
Muhammad Ali al-Shabuni, al-Tibyan fi ‘ulum al-Qur’an, Damsyik : Maktabah al-Ghazaly, Thabaah Tsalist, 1981. Dr. M. Ali
al-Hasan, al-Manar fi ‘ulum al-Qur’an, Amman : Matbaah al-Syuruq, 1983. Dr. Shabir Thayyimah, Hazha al-Qur’an,
Bairut : Dar al-Jiil, 1989. Syaikh Muhammad Rasyid Ridho, al-wahy al-Muhammady, Bairut : Dar al-Fiqr, 1968.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 20
Islam adalah sistem hidup yang tidak membeda-bedakan tingkatan manusia satu
dengan lainnya. Manusia adalah sama, dijadikan dari tanah, tidak ada yang lebih utama
ataupun tinggi drajatnya. Tidak ada kelebihan kulit putih daripada kulit hitam, tidak ada
perbedan kelas, baik kelas buruh ataupun pemodal, tidak kelas bangsawan yang harus
dihormati secara berlebih-lebihan oleh masyarakat awwam. Keutamaan dan kemulian
seseorang dipandang adalah berdasarkan pada ketaqwaannya kepada Allah semata,
sebagaimana yang disebutkan Al-Qur'an :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari laki-laki dan
perempuan, dan Kami telah jadikan kamu beberapa bangsa dan suku, supaya
kamu berkenal-kenalan, sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah ialah yang
paling bertaqwa diantara kamu”.
(Al-Hujurat : 13)
Dengan dihilangkannya kasta-kasta manusia ini, Islam bermaksud akan menghantarkan
dunia menuju keadilan dan kedamaian sejati, sehingga tidak ada satu ras ataupun satu
golongan manusia agar dapat mengeksploitasi manusia lainnya dengan alasan yang satu
memiliki drajat yang tinggi daripada lainnya. Dengan demikian pertentangan kelas yang
selama ini menghantui dunia akan hilang dengan sendirinya, karena Islam menganggap
semua manusia adalah sama drajatnya disisi Tuhannya.
- Islam Tegak Atas Keadilan
Islam adalah sistem hidup yang ditegakkan atas dasar keadilan sesama manusia,
mengutamakan persaudaraan dan kebaikan. Bukannya seperti sistem dunia lainnya
yang menganjurkan pertentangan dan perkelahian yang didasari pada kebencian.
Ataupun tidak sama dengan sistem yang mengeksploitasi pekerja untuk mendapat
keuntungan sebesar-besarnya sebagaimana diamalkan kaum Kapitalis. Namun Islam
adalah sistem yang senantiasa mengajarkan kebajikan umum, dengan sistem
ekonominya yang khas. Pengikutnya dianjurkan untuk mendapatkan dan memiliki harta
sebanyak kemampuannya, namun dalam hartanya itu terdapat hak Allah dan hak
masyarakat yang harus ditunaikan.22
22
Lebih detil lihat : Sayyid Qutb, Al-Adalah al-Ijtimaiyyah, Beirut : Dar Fiqr, 1976.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 21
menyelesaikan krisis dunia hari ini dengan menyelesaikan manusianya terlebih dahalu,
karena semua krisis pada hakikatnya bersumber dari manusia. Jika manusia sudah
menjadi baik, maka tentu dunia ini akan menjadi baik pula. Manusia ini terlebih dahulu
dididik dan dipimpin Islam dengan pendekatannya yang unik, sehingga menjadi manusia
sempurna, secara jasmani maupun rohani.23
23
Lebih detil lihat ; Prof. Muhammad Qutb, Islam and The Crisis of Modern World, Leicester : The Islamic Foundations,
1979. Prof. Sayyed Hussaein Nashr, Islam and The Plight of Modern Man. London : Longman, 1975.
24
Lihat : Prof. Sayyed Hussaein Nashr, Islam and The Plight, op.cit.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 22
5. Janji-janji Allah dan Rasul-Nya tentang Kemenangan Islam dan Umatnya
Islam adalah ajaran yang diturunkan Sang Pencipta alam untuk menyelamatkan
seluruh umat manusia sebagai pelengkap dan penutup agama langit sebelumnya.
Sebagai agama penyelamat manusia yang terunggul dan tersempurna, Islam mendapat
garansi kemenangan dari Allah yang telah menurunkannya dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan-Nya kepada para pendukung dan pengikut setianya. Allah SWT telahpun
menegaskan didalam Al-Qur’an tentang kemenangan Islam, sebagaimana difirmankan-
Nya :
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ad-Dien
al-Haq (ajaran kebenaran) agar memenangkannya diatas segala dien (ajaran).
Walaupun orang-orang yang musrik tidak menyukainya”.
(Al-Shoff : 9)
“Sesungguhnya dien yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam”.
(Ali Imran : 19)
“Dan barang siapa yang mengambil selain Islam sebagai dien-nya, maka ia tidak
akan diterima, diakhirat mereka termasuk orang-orang yang merugi”. (Ali Imran :
83)
Sebagaimana dijelaskan terdahulu, Dien bermakna seluruh sistem kehidupan
manusia, dan Islam adalah satu-satunya al-Dien yang akan mendapat kemenangan, dan
sejarah telah membuktikannya. Walaupun Islam pada awalnya didukung oleh bangsa
yang terbelakang dan primitif, namun berkat ajaranya, Islam telah mengangkat martabat
mereka menjadi bangsa yang maju dan besar sebagai mercusuar peradaban dunia. Dan
Islam pasti akan mendapat kemenangan sebagaimana ummat terdahulu, asalkan
mereka menerapkan kembali dalam kehidupannya metode yang telah mengantarkan
kemenangan dan kejayaan ummat terdahulu.
Demikian pula banyak hadits Rasulullah yang menyatakan Umat Islam akan
kembali gemilang sekali lagi diakhir zaman untuk menguasai kepemimpinan peradaban
dunia, diantaranya :
Bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda :
“Tegaklah pada kamu masa Kenabian sampai beberapa lama yang dikehendaki
Allah, maka terjadilah ia, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah selepas itu pada
kamu masa Kholifah atas manhaj Kenabian, maka terjadilah ia kepadamu
beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian ia diangkat. Kemudia terjadilah
padamu masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan adhudhan), maka terjadilah ia
beberapa masa yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah
selepas itu Kerajaan rusak (Mulkan Jabbariyyan) terjadilah ia beberapa lama yang
dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Selepas itu tegaklah padamu Kholifah atas
25
Hadits ini diriwayatkan dari Abu Ubaidullah al-Jarrah dan diriwayatkan oleh Imam Tabrany. Diriwayatkan pula oleh
Khuzaifah al-Yaman oleh Imam Ahmad (4/273) dalam Musnadnya. Telah berkata al-Hatamy dalam Majmu’ al-Zawaid,
(5/179), diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Bazzar, dan Tabrany dalam al-Ausath menyatakan perawinya adalah thiqah.
Dan al-Hafidz al-Iraqi berkata :’ini adalah hadits Shohih’. Sebagaimana dinukil dari Muhammad Nasiruddin al-Bany
dalam Salsilah al-Hadits al-Shahih. (Damsyik : al-Maktab al-Islamy tt, hal. 9.
26
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no 4282) dalam Sunan bab al-Mahdi, dan al-Tirmidzi berkata : Hadits ini adalah Hasan
Shohih. Dan Ibn Thaymiyah telah menshohihkannya dalam Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah (4/211) dan dihasankan
isnadnya oleh al-Bany dalam “Takhrij Ahadits al-Miskah”.
27
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shoheh (no.2913) bab al-Fitan dan Imam Ahmad dalam Musnad (no. 3/37, 318,333).
28
Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (no. 4/577,558). Berkata al-Bany : Sanadnya Soheh dan perawinya
tsiqoh”.. Dikutip dari Salsilah al-Hadits al-Shohihah, op.cit hal. 117.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 24
Menurut keterangan beberapa hadits diatas, dapatlah disimpulkan bahwa akan
lahir dimasa yang akan datang seorang pemimpin besar Islam dari keturunan Rasulullah
yang bernama Muhammad bin Abdullah bergelar sebagai Imam al-Mahdi al-Muntazar
yang akan menegakkan Islam dan menjadikannya sebagai satu-satunya jalan keluar bagi
problem dan krisis yang dihadapi masyarakat dunia. Dia akan membawa kegemilangan
Islam dan ummat sekali lagi seperti dizaman Rasulullah dan para sahabat terdahulu.
Dialah Kholifah yang akan menegakkan keadilan dan kemakmuran, yang akan membagi-
bagikan harta tanpa menghitungnya. Seluruh manusia akan merasa keadilan dan
kemakmuran yang dibawanya.
Walaupun ada yang menolak hadits-hadits al-Mahdi ini, seperti Ibn Khaldun
misalnya, namun banyak imam-imam dan ulama-ulama besar yang membenarkannya,
karena hadists-hadists tentang al-Mahdi adalah hadists mutawattir. Diantara yang
mensohehkan dan menghasankan hadists-hadists al-Mahdi yaitu : al-Imam Abu Dawud,
al-Imam Tirmizi, al-Hafidz Abu Ja’far al-Aqili, al-Imam al-Hasan bin Ali bin Khilaf Abu
Muhammad al-Barbahary, al-Imam Abu al-Hasan Ahmad bin Ja’far al-Munady, al-Imam
Ibnu Hibban, al-Hafidz Abu al-Hasan Muhammad bin al-Husain al-A’bari as-Sajzy, al-Imam
Abu Sulaiman al-Khotoby, al-Imam Baihaqi, al-Qodhi Abu Bakar bin al-Arbi, al-Qodhi Iyad,
al-Imam as-Suhaily, al-Imam Abu Faraj al-Jauzy, al-Imam Ibnu Athir, al-Imam Qurthubi, al-
Imam Ibn Thaimiyah, al-Imam al-Hafidz adz-Dzahby, al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah,
al-Hafidz Ibn Kathir, al-Hafidz Ibnu Hajar al-asqolany, al-Hafidz Suyuthy, al-Allamah Ibn
Hajar al-Haithami, al-Allamah al-Barzanji, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, al-
Allamah al-Qodhi as-Saukani dan lain-lainnya.29
Ulama dari kalangan Wahibi yang terkenal kehati-hatiannya dalam memelihara
ajaran salafpun mengikuti tentang akan hadirnya al-Mahdi, sebagaimana dinyatakan
oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Mufti Saudi Arabia yang berkata :
“Adapun pengingkaran terhadap al-Mahdi al-Muntazar dengan segala yang
berkaitan dengannya sebagaimana yang difahami sebagian orang masa ini, maka
pengingkaran itu adalah perkataan yang bathil. Karena sesungguhnya hadists-
hadists tentang keluarnya (al-Mahdi) diakhir zaman, dan ia akan memenuhi bumi
dengan keadilan dan kemakmuran untuk menggantikan kerusakan, adalah
hadists-hadists yang mutawattir dan sangat banyak serta diakui sebagaimana
telah disyahkan oleh kebanyakan Ulama, diantaranya Abul Hasan al-Aburi as-
Sajastani daripada Ulama kurun keempat, al-Allamah as-safarany, al-Allamah
Syaukany dan lain-lainnya. Dan hal ini seakan-akan telah ijma (sepakat) dari ahli
ilmu…”.30
29
Muhammad bin Ahmad bin Ismail, al-Mahdi Haqiqoh la Khurafah, Kaherah : al-Maktabah al-Tarbiyat al-Islamiyah, 1990.
Hal. 59-62.
30
Dikutip dari Jaridah Ukadz, 18 Muharram 1400.
Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H 25
Maka dengan demikian, jelaslah bahwa Islam telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-
Nya akan mendapat kemenangan dan kejayaan sekali lagi dimasa depan untuk
membuktikan kebenaran ajarannya. Namun kemenangan ini tidak akan datang dengan
sendirinya, karena bertentangan dengan akal sehat dan semangat agama Islam sendiri.
Infrastruktur kemenangan dan kejayaan ini harus dipersiapkan dengan matang dan
sistematis oleh para pemimpin dan cendikiawan Islam sebagaimana telah dicontohkan
oleh Rasulullah dan para sahabatnya terdahulu. Generasi Islam pertama telah
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemenangan mereka melalui
perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa seriusnya. Karena janji Allah dan Rasul-Nya
adalah janji yang bersyarat, dan kemengan akan diperoleh apabila Ummat memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. Pemahaman sebagian umat yang menunggu al-
Mahdi dengan perbuatan statis adalah bertentangan dengan ajaran Islam yang
memerintahkan pengikutnya untuk berjuang dengan seluruh daya upaya mereka.
Kedatangan al-Mahdi sebagai pemimpin Ummat dimasa depan harus disambut dengan
persiapan-persiapan matang, terutama infrastruktur masyarakat, terutama pemahaman
dan pengalaman mereka pada Islam harus sudah sesuai dengan kehendak ajaran Islam.
Maka hal ini adalah tugas para pemimpin dan intelektual Islam untuk mengarahkan dan
membimbing Umat agar sesuai dengan ajaran yang dikehendaki Islam.
6. Kebangkitan Islam
Demikian pula halnya, di akhir abad 20 ini kaum Muslimin diseluruh penjuru dunia
mulai sadar dan bangun menuju era kebangkitan Islam. Akhir abad ini adalah abad
kebangkitan Islam dan Umatnya diseluruh aspek kehidupan setelah beberapa abad
tertidur pulas dibawah buaian Imprialis Barat yang meracuni mereka dengan segala
sistem hidup yang akhirnya menghilangkan identitas mereka sebagai Umat terbaik.
Kebangkitan kembali Umat untuk mewarisi kegemilangan peradaban yang telah
dibangun generasi mereka terdahulu yang berlandaskan spirit Islam sehingga
mengantarkan mereka sebagai cendikiawan-cendikiawan ulung dan briliyan.
Kebangkitan kembali untuk menghidupkan sunnah Rasulullah dan pelanjut-pelanjut
setianya yang telah berhasil gilang gemilang memimpin dunia dengan penuh keadilan
dan menyelamatkannya dari kehancuran dan kezaliman penguasa-penguasa diktator.
Kebangkitan kembali untuk mendaulatkan Islam diatas segala sistem kehidupan
manusiawi dan sebagai satu-satunya jalan hidup yang dapat menyelesaikan krisis
masyarakat modern. Kebangkitan kembali Ummat menjadi Super Power yang akan
menggantikan penguasa-penguasa dunia masa kini yang telah mengalami kegagalan.