Professional Documents
Culture Documents
Ibadah Puasa merupakan salah satu rukun islam dan merupakan kewajiban
bagi setiap muslim, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an, Surat AlBaqoroh : 183
Hai Orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa segaimana diwajibkan
kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.
Ibadah puasa adalah Menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti
Makan, minum, bersetubuh, haid nifas sejak terbitnya fajar sodiq sampai
terbenamnya mega merah (subuh sampai maghrib). Oleh karena itu memerlukan
persiapan yang sungguh –sungguh agar puasa menjadi optimal dapat meraih predikat
taqwa.
Persiapan itu antara lain meliputi: (1) Persiapan mental/Psikhis, (2) Persiapan
Fikriah (pemikiran), (3) Persiapan Jasadiah (kesehatan), (4). Persiapan Maal (harta),
(5) Persiapan Keluarga , (6) Persiapan Lingkungan Masyarakat. Persiapan-persiapan
ini mempermudah kita mendapatkan kesempurnaan Ibadah puasa Ramadhan.
Segi kesehatan merupakan faktor penting dalam menjalankan puasa
romadhon, karena bila seseorang tidak sehat maka Allah swt. Memberi keringanan
berupa penggantian puasa yang ditinggal itu di hari lain.
Salah satu upaya kita untuk mempersiapkan kesehatan dengan mengetahui
lebih dalam bagaimana perspektif Islam dalam memandang ibadah Puasa ramadhan .
FISIOLOGI PUASA
Kesempurnaan Ibadah puasa didapatkan dengan memenuhi rukun dan sunnah
yang telah diajarkan Rosulullah SAW. Adapun rukun puasa itu adalah (1) Niat dan.
(2) Meninggalkan apa saja yang membatalkan puasa. Sedangkan Sunnah puasa antara
lain: (1) Mengahirkan sahur, (2) Menyegerakan berbuka, dan berbuka dengan sesuatu
yang manis, (3) Memperbanyak bacaan al Quran, dan hadist (4) memperbanyak
sodaqoh .
Niat ketika hendak berpuasa dengan sadar dan motivasi yang tinggi akan
mengkoordinasi hipotalamus, dimana terdapat pusat makan dan pusat kenyang. Pusat
makan adalah area dalam otak kita di hipotalamus lateralis yang berfungsi
menentukan kapan kita berhenti makan, sedangkan pusat kenyang adalah area dalam
otak kita di nuclei ventralis medialis yang berfungsi menentukan kapan ingin makan.
Maka dengan niat yang benar dan ikhlas akan menahan dari keinginan makan, sesuai
dengan penekanan pada nuclei ventralis medialis.
Tidak makan dan tidak minum selama sehari ( sekitar 14 jam) tidak akan
menyebabkan seseorang kehabisan tenaga dan panas, oleh karena masih terdapat
cadangan-cadangan energi yang berasal dari KH (Karbohidrat) dalam bentuk
glikogen, ju berasal dari lemak yang berbentuj trigliserid dan dari protein..
Penyediaan tenaga mula-mula diuraikan dari KH baik langsung melalui proses
glikolisis maupun proses Glikogenolisis yang mampu bertahan selama 25 jam.
Haus akan timbul bila keadaan tubuh dehidrasi, apabila cairan tubuh yang
berjumlah sekitar 60 % BB tubuh dalam tonisitas dan volume yang normal maka otak
tidak mengisyaratkan haus, Namun bila tubuh dehidrasi, organ yang lain akan
mempertahankan tonisitas dan volume cairan dalam tubuh kita dengan cara
meningkatkan hormon Vasopresin agar dapat menahan air dan melalui cortec adrenal
mengeluarkan hormon Aldosteron untuk retensi Na+.
Firman Allah:
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menjurus kepada kejahatan kecua;I nafsu yang
diberi rahmat oleh Allah (Robku)……… (SQ> Yususf: 53)
Hadist:
Dari Abu Dzar, Rosululloh SAW. Telah bersabda: Senantiasa umatku dalam
kebaikan selama mereka mengahkhirkan sahur dan menyegeerakan berbuka. (HR
Ahmad)
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk bagi
orang-orang beriman, (SQ: Yunus : 57)
Stressor yang kita hadapi sangat tergantung dengan cara kita
mengadaptasinya, Kalau berhaasil maka berdampak positif terhadap pertumbuhn dan
perkembangan Jiwa, Identitas diri dan harga diri. Sebaliknya bila gagal (maladaptasai)
maka akan terjadi gangguan kesehatan fisik maupun rohani.
Adaptasi
Perkembangan Jiwa
Identitas Diri
Harga Diri
Respon
Stimulus/str Neuroendokrin
essor/masal Mekanisme
ah Pertahanan
Respon Perilaku Sakit (fisik/mental)
Kematian
maladaptasi
Kadar SGOT dan SGPT dalam darah menggambarkan normal tidaknya fungsi
liver. Penurunan SGOT dan SGPT dalam darah merupakan indikasi semakin
membaiknya fungsi liver. Menurut penelitian DR. dr. H. Wahjoetomo menyatakan
bahwa semakin tinggi motivasi, semakin nyata perbedaan yang dihasilkan dan pada
motivasi tinggi ini akan diperoleh peningkatan fungsi liver yang sangat nyata (tabel.1)
Dan Juga didapatkan peningkatan fungsi liver yang nyata dihasilkan pada individu
yang merasakan beban yang ringan terhadap puasa Ramadhan (tabel.2). Hal ini
dikarenakan ketika berpuasa pola makanan lebih dapat dikendalikan, baik dari segi
frekweunsi dan jumlah atau kuantitasnya, maka liver dapat lebih istirahat atau lebih
ringan kerjanya.
Tab. 1. Puasa Ramadhan dan Fungsi Liver Menurut tingkat motivasi
Tk. Motivasi Prapuasa Berpuasa Pascapuasa P
Rendah 25,67 17,00 13,33* 0,62
22,00 18,33 23,79**
Sedang 21,09 14,27 13,82 0,35
17,73 12,82 17,91
Tinggi 18,00 13,75 11,31 0,007
18,06 11,06 14,50
Sumber: Buku Puasa dan Kesehatan , DR.dr. H. Wahjoetomo
* SGOT
** SGPT
Tab. 2. Fungsi Liver dan Tingkat Beban yang dirasakan terhadap Puasa Romadhon
Tk. Beban prapuasa Puasa Pasca puasa P
Berat 22,58 15,75 14,33* 0,17
22,00 14,25 21,33**
Sedang 28,00 12,64 11,45 0,18
16,36 11,27 15,73
Ringan 18,28 14,29 10,71 0,02
15,14 11,14 10,14
Sumber: Data primer Penelitian Puasa dan Kesehatan ,1994 (dari Buku Puasa dan
Kesehatan, DR.dr. Wahjoetomo , Gema Insani Press,1999)
Hasil penelitian DR.dr. Wahjoetomo juga mengenai kadar trigliserida yang mana
menunjukkan pada motivasi rendah terjadi kecenderungan peningkatan triglesrida,
tetapi pada motivasi yang tinggi terjadi sebaliknya, walaupun secara statistika tidak
berbeda nyata. Dengan penurunan Trigleserida yang merupakan unsur lemak yang
memberi resiko buruk terhadap kesehatan maka berarti berpuasa dengan motivasi
tinggi bermanfaat pada kesehatan manusia.
Disamping itu ditemukan pula korelasi negatif terhadap Gula darah,
Kolesterol, dan LDL terjadi peningkatan, dan pada HDL terjadi penurunan. Hal ini
disebabkan karena kurang sempurnanya pelaksanaan puasa Ramadhan dengan
motivasi yang rendah dan puasa dirasakan sebagai beban yang berat.
KESIMPULAN
Ibadah puasa Ramadhon apabila dilakukan dengan ikhlas, dan motivasi yang
tinggi, serta menjalani rukun dan sunnah puasa dengan sempurna dapat meningkatkan
derajat kesehatan. Baik dari segi Fisik (fisiologis), Psikhis, maupun Sosial.