You are on page 1of 5

Fadhail (Keutamaan) Dakwah

Author : Tim Kajian Manhaj Tarbiyah

Skema Fadhail (Keutamaan) Dakwah

Penjelasan Skema
Beberapa Keutamaan Dakwah:
1. Dakwah menjadi utama karena ia adalah muhimmatur rusul (tugas para nabi dan rasul).
2. Dakwah menjadi utama karena ia adalah ahsanul a’mal (sebaik-baik amal).
3. Dakwah menjadi utama karena dengan berdakwah seorang muslim meraih pahala yang teramat besar
(al-hushul ‘alal ajri al-azhim).
4. Dakwah menjadi utama karena dapat menyelamatkan da’i dari azab Allah swt dan
pertanggungjawaban di akhirat.
5. Dakwah menjadi utama karena ia adalah jalan menuju khairu ummah (terbentuknya umat yang
terbaik).
Dengan demikian berarti seorang da’i sedang menjalani kehidupan rabbaniyyah (al-hayah ar-rabbaniyyah)
dan kehidupan yang penuh keberkahan (a-hayah al-mubarakah).

Narasi
dakwatuna.com – Dakwah adalah aktivitas menyeru manusia kepada Allah swt dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dengan harapan agar objek dakwah (mad’u) yang kita dakwahi beriman kepada Allah
swt dan mengingkari thagut (semua yang di abdi selain Allah) sehingga mereka keluar dari kegelapan
jahiliyah menuju cahaya Islam.
Jika kita melihat ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-hadits Rasulullah saw, kita akan banyak
menemukan fadhail (keutamaan) dakwah yang luar biasa. Dengan mengetahui, memahami, dan menghayati
keutamaan dakwah ini seorang muslim akan termotivasi secara kuat untuk melakukan dakwah dan
bergabung bersama kafilah dakwah di manapun ia berada.
Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor terpenting yang mempengaruhi konsistensi seorang
muslim dalam berdakwah dan menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah
dapat menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah betapapun beratnya.

Beberapa keutamaan dakwah yang dapat kita sebutkan dalam pokok bahasan ini adalah:

1. Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)


Rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan tugas utama mereka
yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah terletak pada disandarkannya kerja dakwah ini kepada
manusia yang paling utama dan mulia yakni Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para nabi & rasul
alaihimussalam.
Katakanlah (Hai Muhammad): “Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah
(mengajak kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-
orang yang musyrik”. (Yusuf (12): 108).
Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah saw dan para pengikut beliau yakni jalan dakwah. Maka
barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau saw, ia harus terlibat dalam dakwah sesuai kemampuannya
masing-masing.
Tentang Nabi Nuh as, Allah mengisahkan kesibukan beliau yang tak kenal henti dalam menjalankan
tugas berdakwah siang dan malam:
Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah mendakwahi (menyeru) kaumku malam dan
siang. (Nuh (71): 5).
Tentang Nabi Ibrahim as, Allah mengisahkan dakwah yang beliau lakukan kepada ayah dan
umatnya:
69. dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.
70. ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?”
71. mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”.
72. berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa
(kepadanya)?,
73. atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudarat?”
74. mereka menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat
demikian”.
75. Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah,
76. kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?,
77. karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam,
78. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
79. dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
80. dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,
81. dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
82. dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (Asy-Syuara (26): 69-
82).

Tentang Nabi Musa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam banyak ayat-ayat Al-Quran, di
antaranya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami
kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: “Sesungguhnya aku adalah utusan
dari Tuhan seru sekalian alam”. Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-
mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya. (Az-Zukhruf (43): 46-47).
Tentang Nabi Isa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam firman-Nya: Dan tatkala Isa
datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa
hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka
bertaqwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku”. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu
maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf (43): 63-64).
Pintu kenabian dan kerasulan memang sudah tertutup selama-lamanya, namun kita masih dapat
mewarisi pekerjaan dan tugas mulia mereka, sehingga kita berharap semoga Allah swt berkenan
memuliakan kita.

2. Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik)


Dakwah adalah amal yang terbaik, karena dakwah memelihara amal Islami di dalam pribadi dan
masyarakat. Membangun potensi dan memelihara amal shalih adalah amal dakwah, sehingga dakwah
merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa
dakwah ini maka amal shalih tidak akan berlangsung.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah
diri?” (Fushilat (41): 33).
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: Allah swt menyeru manusia:
“Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang mengatakan Rabb kami adalah
Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah
(mengajak) hamba-hamba Allah untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia
lakukan.” (Tafsir Ath-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, 21/468).
Bagaimana tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang terbaik? Sementara dakwah adalah
pekerjaan makhluk terbaik yakni para nabi dan rasul alaihimussalam.
Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran: “Sesungguhnya kalimat dakwah
adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya.
Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang membenarkannya, dan disertai penyerahan diri
kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni
untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak pantas
kalimat seorang da’i kita sikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang
da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…” (Fi
Zhilal Al-Quran 6/295).

3. Dakwah memiliki keutamaan yang besar karena para da’i akan memperoleh balasan yang besar
dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala al-ajri al-‘azhim).
Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah swt menunjuki
seseorang dengan (dakwah)mu maka itu lebih bagimu dari unta merah.” (Bukhari, Muslim & Ahmad).Ibnu
Hajar Al-‘Asqalani ketika menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa: “Unta merah adalah
kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu.”
Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang da’i menyampaikan hidayah kepada seseorang adalah
sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah swt, lebih besar dan lebih baik dari kebanggaan seseorang
terhadap kendaraan mewah miliknya.
Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan:
“Wahai Ali, sesungguhnya Allah swt menunjuki seseorang dengan usaha kedua tanganmu, maka itu lebih
bagimu dari tempat manapun yang matahari terbit di atasnya (lebih baik dari dunia dan isinya). (HR. Al-
Hakim dalam Al-Mustadrak).
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya,
penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang
yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).
Berapakah jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia ini? Bayangkan betapa besar kebaikan
yang diperoleh oleh seorang da’i dengan doa mereka semua!
Imam Tirmidzi setelah menyebutkan hadits tersebut juga mengutip ucapan Fudhail bin ‘Iyadh yang
mengatakan:
“Seorang yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan dipanggil sebagai orang besar (mulia)
di kerajaan langit.”
Keagungan balasan bagi orang yang berdakwah tidak hanya pada besarnya balasan untuknya tetapi
juga karena terus menerus nya ganjaran itu mengalir kepadanya meskipun ia telah wafat.
Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:
“Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya dicontoh (orang
lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikit
pun pahala mereka yang mencontoh nya. Dan barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan
itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa
mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).

4. Dakwah dapat menyelamatkan kita dari azab Allah swt (An-Najatu minal ‘Azab)
Dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum manfaat itu
dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dakwahnya (mad’u). Manfaat itu antara lain adalah
terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah.
Tersebutlah sebuah daerah yang bernama “Aylah” atau “Eliah” sebuah perkampungan Bani Israil.
Penduduknya diperintahkan Allah untuk menghormati hari Jumat dan menjadikannya hari besar, namun
mereka tidak bersedia dan lebih menyukai hari Sabtu. Sebagai hukumannya Allah swt melarang mereka
untuk mencari dan memakan ikan di hari Sabtu, dan Allah membuat ikan-ikan tidak muncul kecuali di hari
Sabtu. Sekelompok orang kemudian melanggar larangan ini dan membuat perangkap ikan sehingga ikan-
ikan di hari Sabtu masuk ke dalam perangkap lalu mereka mengambilnya di hari Ahad dan memakannya.
Sementara orang-orang yang tidak melanggar larangan Allah terbagi menjadi dua kelompok yaitu mereka
yang mencegah kemungkaran dan mereka yang diam saja.
Terjadilah dialog antara orang-orang yang diam saja dengan mereka yang berdakwah mengingatkan
saudara-saudaranya yang melanggar larangan Allah. Dialog ini disebutkan dalam Al-Quran:
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar
aturan pada hari Sabtu , di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka
terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada
mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu
umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka
atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan
(pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu , dan supaya mereka bertakwa. Maka tatkala mereka
melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari
perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan
mereka selalu berbuat fasik.” (Al-A’raf (7): 163-165).
Perhatikan jawaban orang-orang yang berdakwah ketika ditanya mengapa mereka menasehati orang-
orang yang melanggar perintah Allah:
1. ‫م‬ ْ ُ ‫معْذ َِرة ً إ َِلى َرب ّك‬ َ (Kami berdakwah agar menjadi argumentasi & penyelamat kami dihadapan Allah
swt.)
2. ‫ن‬ َ ‫قو‬ ْ ُ‫( وَل َعَل ّه‬Mudah-mudahan mereka bertaqwa.)
ُ ّ ‫م ي َت‬
Perhatikan pula bahwa yang secara tegas diselamatkan oleh Allah dari adzab-Nya adalah orang-
orang yang melarang perbuatan maksiat.
Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar adalah kontrol sosial yang harus dilakukan oleh kaum
muslimin agar kehidupan ini selalu didominasi oleh kebaikan. Kebatilan yang mendominasi kehidupan akan
menyebabkan turunnya teguran atau adzab dari Allah swt. Rasulullah saw bersabda:
“Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang yang melanggarnya seperti
kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada sebagian yang mendapatkan tempat di atas, dan ada
sebagian yang mendapat tempat di bawah. Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air harus
melewati orang yang berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita melubangi bagian bawah milik kita
dan tidak mengganggu mereka..” Kalau mereka membiarkan keinginan orang yang akan melubangi,
mereka semua celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka maka selamatlah semuanya.” (HR.
Bukhari).
Dari Hudzaifah bin Yaman ra dari Nabi Muhammad Saw beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, kalian harus melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau Allah akan menurunkan
hukuman dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR
Tirmidzi, beliau berkata: hadits ini hasan).

5. Dakwah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah


Rasulullah saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman
dengan dakwah beliau. Dakwah secara umum dan pembinaan kader secara khusus adalah jalan satu-satunya
menuju terbentuknya khairu ummah yang kita idam-idamkan. Rasulullah saw melakukan tarbiyah mencetak
kader-kader dakwah di kalangan para sahabat beliau di rumah Arqam bin Abil Arqam ra, beliau juga
mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk membentuk basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di
Madinah (Anshar).
Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw ini adalah juga jalan yang harus kita tempuh untuk
mengembalikan kembali kejayaan umat. Imam Malik bin Anas ra berkata:
Akhir umat ini tidak menjadi baik kecuali menggunakan cara yang digunakan untuk memperbaiki generasi
awalnya. (Nashiruddin Al-AlBani, Fiqhul Waqi’ hlm 22).
Umat Islam harus memainkan peran dakwah & amar ma’ruf nahi munkar dalam semua keadaannya,
baik ketika memperjuangkan terbentuknya khairu ummah maupun ketika cita-cita khairu ummah itu telah
terwujud. Allah swt berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran (3): 110).

Al-Hayatu Ar-Rabbaniyyah
Dengan semua keutamaan dakwah di atas, berarti seorang da’i dengan dakwahnya sedang menjalani
hidupnya dengan kehidupan rabbaniyyah yakni kehidupan yang selalu berorientasi kepada Allah swt dan
kehidupan yang selalu diisi dengan belajar Al-Quran yang menjadi sumber kebaikan serta mengajarkannya
kepada orang lain.
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian,
lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah.” akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (Ali Imran (3): 79).
Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah swt untuk mengajak umatnya agar menjadi orang-orang
yang Rabbani yakni mereka yang selalu belajar dan mengajarkan Al-Quran sehingga hidup mereka menjadi
rabbani pula. Dakwah adalah aktivitas belajar dan mengajarkan Al-Quran baik dalam membacanya,
memahaminya, mengamalkannya, memperjuangkan tegaknya hukum-hukumnya, dan konsisten dalam
melakukan itu semua.
Kehidupan rabbaniyyah adalah kehidupan seorang da’i yang selalu mengorientasikan semua
aktivitasnya kepada Allah swt Rabbnya, di mana kehidupan, kematian, ibadah mahdhah maupun ghairu
mahdhah semuanya dipersembahkan untuk Allah swt. Ibadah yang menjadi tujuan hidup semua manusia
dilaksanakan untuk mengagungkan Allah swt seagung-agungnya dan untuk menyatakan kehinaan dan
kelemahan kita di hadapan-Nya. Dakwah adalah salah satu bentuk pengagungan kepada Allah yang paling
utama, karena di dalamnya seorang da’i meninggikan kalimat-Nya melalui lisannya, amalnya, dan
ajakannya kepada orang lain. Di dalam dakwah seorang da’i bersabar menghadapi berbagai ujian berat
semata-mata demi mengagungkan Allah swt. Semakin berat tantangan dan ujian dalam mengagungkan
Allah swt, semakin besar dan mulia bentuk pengagungan itu di sisi Allah swt.
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb
semesta alam.” (Al-An’am (6): 162).

Al-Hayah Al-Mubarakah (Kehidupan yang Diberkahi)


Dengan selalu berdakwah di jalan Allah swt serang da’i telah menjadikan hidupnya penuh
keberkahan. Yang dimaksud dengan keberkahan adalah kebaikan yang banyak dan melimpah di sisi Allah
swt. Para Nabi alaihimussalam adalah orang yang paling diberkahi dan kehidupannya adalah kehidupan
penuh keberkahan, perhatikan ucapan Nabi Isa as tentang dirinya:
Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan
kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (Maryam (19): 31).
Penyebab utama kehidupan Nabi Isa dan para Nabi lainnya diberkahi oleh Allah swt adalah
pekerjaan mereka sebagai orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk mendakwahkan ajaran-Nya kepada
manusia. Inilah yang dipahami oleh Ibnul Qayyim – salah seorang ulama besar – ketika menjelaskan surat
Maryam ayat 31 di atas. Beliau berkata:
Keberkahan seseorang itu ada pada:
• pengajarannya terhadap segala macam kebajikan di mana pun ia berada, dan
• Nasehat yang ia berikan kepada semua orang yang ijtima’ (berkumpul) dengannya.
Saat menceritakan tentang nabi Isa – ‘alaihissalam – Allah swt berfirman: “Dan Dia menjadikan aku
seorang yang diberkati di mana saja aku berada”. (Q.S. Maryam: 31)
Nabi ‘Isa – ‘alaihissalam – menjadi manusia yang membawa berkah adalah karena ia:
1. Menjadi guru kebajikan
2. Juru dakwah yang menyeru manusia kepada Allah – subhanahu wa ta’ala –
3. Mengingatkan manusia tentang Allah – subhanahu wa ta’ala –
4. Mendorong dan memotivasi manusia untuk taat kepada Allah – subhanahu wa ta’ala.
Demikian Ibnul Qayyim melihat keberkahan dalam hidup seseorang, di mana kehidupan yang berkah
itu – menurut beliau & sesuai arahan Al-Quran – ditentukan oleh aktivitas memberi manfaat kepada orang
lain melalui dakwah dan kebaikan yang disebarkan demi meninggikan kalimat Allah swt.

You might also like