You are on page 1of 41

BAHAN ISOLASI GAS

Paper Gejala Medan Tinggi

Oleh :
PUTU RUSDI ARIAWAN
0804405050

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan tugas kelompok dengan
judul : BAHAN ISOLASI GAS tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Gejala Medan Tinggi
pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu ir.I A Dwi Giriantari,MengSc.PhD yang telah membimbing kami dari awal
perkuliahan hingga pertengahan semester ini sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini,.
Kami mengakui bahwa laporan ini jauh dari sempurna mengingat
terbatasnya kemampuan serta sulitnya mencari buku-buku yang dipakai sebagai
acuan atau referensi. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi sempurnanya laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga
laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat memenuhi fungsinya.

Denpasar, April 2010

Penulis

PUTU RUSDI ARIAWAN ii


ABSTRAK

Isolasi merupakan suatu peralatan yang digunakan sebagai pembatas dan


pengaman pada peralatan listrik yang mempunyai kekuatan listrik yang cukup
untuk menjamin faktor keselamatan yang diperlukan pada saat peralatan listrik
tersebut beroperasi maupun tidak beroperasi.Bahan isolasi gas digunakan sebagai
pengisolasi dan sekaligus sebagai media penyalur panas. Bahan isolasi gas dapat
berupa udara, sulphur hexa fluorida (SF6) dan gas-gas lainnya yang lazim
digunakan di dalam teknik listrik.
Begitu besarnya manfaat yang bisa diberikan oleh bahan isolasi Gas ini
sehingga menimbulkan keingintahuan tentang bagaimana cara isolasi udara (gas)
dalam mengisolasi atau mengamankan peralatan tegangan tinggi dan bagaimana
aplikasi dari isolasi gas pada peralatan pengaman maupun pada sakelar pemisah .
Tugas kelompok ini dilaksanakan untuk mengetahui cara isolasi udara
(gas) dalam mengisolasi atau mengamankan peralatan tegangan tinggi.Sehingga
dari tugas ini didapatkan suatu data yang bisa digunakan sebagai acuan untuk
mengetahui teknik mengamankan peralatan yang dipakai dalam aplikasi tegangan
tinggi. Sehingga peralatan tersebut bisa lebih awet dan tahan lama.Tugas
kelompok ini dikerjakan di Denpasar dari tanggal 24 maret sampai dengan
tanggal 31 maret 2010. Data yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari
buku yang berjudul MV switchgear, catalog HA 41.11,1993, unrevised edition
1997. SIEMENS; Analisa Sistem Tenaga Listrik dan Pengetanahan Netral Sistem
Tegangan Tinggi, Departemen Elektroteknik FTI, ITB, 1979/1978 (Edisi baru
1991), TB Hutauruk.
Bahan isolasi gas dapat dimanfaatkan dalam berbagai keperluan
atau berbagai aplikasi yaitu pada Panel Berisolasi Gas, Jaringan GIL. Keperluan
panel daya listrik untuk peralatan saklar daya di gardu induk transmisi dan
distribusi, gardu pabrik, gardu pembangkit dan di pusat-pusat beban listrik yang
sangat banyak, telah memberi dorongan untuk memahami operasi dan
perawatannya serta penciptaan sistem desain panel daya dan komponen-
komponennya yang menyesuaikan kondisi lingkungan, keselamatan, ukuran daya
dan tegangan serta pemasangannya.
Untuk tegangan rendah mungkin faktor keselamatan dan cara
pemasangan panel relatif belum begitu diperhatikan dibandingkan dengan untuk
tegangan menengah. Sedangkan untuk tegangan di atas 115 KV faktor ruangan
sudah menjadi terbatas untuk meletakkan panel indoor (dalam ruang), sehingga
ukuran komponen dan isolasi perlu diefisienkan. Cara pengoperasian panel,
antisipasi perluasan panel, cara perawatan, kekuatan rangka dan dinding panel,
kemungkinan kesalahan hubung singkat juga menjadi pertimbangan dalam
mendesain panel daya listrik tegangan menengah. Pada panel berisolasi udara
faktor kelembaban, kontaminasi, masuknya gas explosif, uap korosif, debu dan
binatang-binatang kecil masih merupakan masalah.

PUTU RUSDI ARIAWAN iii


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL…………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii

ABSTRAK ………………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… iv

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. vi

DAFTAR TABEL………………………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 1

1.3 Tujuan Pembuatan……………………………………………….. 2

1.4 Manfaat Pembuatan……………………………………………… 2

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah……………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 3

2.1 Isolasi…………………………………………………………… 3

2.1.1 Isolasi Udara……………………………………………... 3

2.1.2 Sulphur Hexa Fluorida (SF6)............................................. 4


2.1.3 Gas-gas lain....................................................................... 6
2.1.4 Tingkat Ketahanan Isolasi
(Basic Impuls Insulation Level/BIL).............................. 7
2.1.5 Koordinasi Isolasi 8
2.2 Jaringan GIL…………………………………………………….. 9

PUTU RUSDI ARIAWAN iv


2.3 Panel Berisolasi Gas…………………………………………… 10
2.3.1 Syarat Kelas Komponen Panel Berisolasi Gas ………… 10

2.3.2 Tipe Panel Berisolasi Gas ……………………………… 12

2.3.3 Desain Panel Siemens 8 DH 10 ……………………….. 13


2.3.4 Mekanisme Komponen Utama Pada Panel isolasi Gas… 17

2.4 Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas …………………………… 19

2.4.1 Mekanisme Kegagalan Townsend …………………….. 20


2.4.2 Mekanisme Kegagalan Streamer ……………………… 21

BAB III PENGGUNAAN ISOLASI PADA


PEMUTUS (CB) TEGANGAN TINGGI ……………………….. 23

3.1 Pengertian……………………………………………………… 23

3.2 Jenis CB………………………………….……………………. 24

3.3 Peralatan yang diisi gas……………………………………….. 25


3.3.1 Live -tank circuit breaker ……………………………... 25
3.3.2 Dead-tank circuit breaker ……………………………... 27
3.3.3 Trafo yang diisi gas …………………………………… 27
3.4 Gas-gas yang dipakai untuk CB ………………………………. 28
3.4.1 Gas-gas untuk CB …………………………………….. 29
3.4.2 gas-gas untuk CT dan busbar ………………………….. 30
3.5 Bushing ………………………………………………………… 31

BAB V PENUTUP ……………………………………………………….. 39

4.1 Simpulan……………………………………………………… 32

4.2 Saran …………………………………………………………. 32

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 33

PUTU RUSDI ARIAWAN v


DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Hubungan antara tegangan tembus dan jarak untuk udara …………... 3

2.2 Molekul sulphur hexa fluorida………………………………………… 4


2.3 Konstruksi Panel Circuit Breaker……………………………………… 14
2.4 Konstruksi panel transformator ………………………………………. 15
3.1 Konstruksi dasar dari CB……………………………………………... 23
3.2 a. CB tangki bertegangan (life-tank CB)
b. CB dengan tangki ta bertegangan (dead-tank)…………………….. 24
3.3 distribusi tegangan 4 breakers……………………………………….... 26
3.4 Trafo arus …………………………………………………………….. 26
3.5 KEkuatan listrik dari udara sebagai fungsi dari tekanan …………….. 29
3.6 Bushing dengan isolasi gas …………………………………………… 31

PUTU RUSDI ARIAWAN vi


DAFTAR TABEL

2.1 Sifat beberapa gas………….................................................................. 5

2.2 Tabel BIL untuk beberapa kelas referensi1…………………………… 8

2.3 Standar tegangan yang dipakai pada pengetesan…………………….. 17

3.1 gas-gas yang dapat dipakai untuk CT dan busbar……………………. 31

PUTU RUSDI ARIAWAN vii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada kemajuan teknologi tegangan tinggi , isolasi listrik memegang peranan
yang sangat penting dalam teknik tegangan tinggi. Isolasi listrik sangat diperlukan
untuk menunjang keandalan didalam penyaluran tegangan listrik. Isolasi listrik
diperlukan untuk memisahkan bagian-bagian yang bertegangan pada suatu
penghantar jaringan tegangan tinggi, sehingga dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan pada masyarakat yang ada pada areal yang terkena tegangan tinggi.
Isolasi listrik pada sistem transmisi tenaga listrik dalam mengisolasi atau
mengamankan konduktor dari tegangan membutuhkan suatu koordinasi isolasi.
Koordinasi isolasi yang merupakan korelasi kekuatan isolasi peralatan sistem
tenaga listrik, di satu pihak dengan alat-alat proteksinya dilain pihak, sehingga
peralatan sistem tenaga listrik terlindungi dari bahaya-bahaya tegangan lebih
secara ekonomis. Koordinasi isolasi didalam teknik tegangan tinggi mempunyai
tujuan untuk perlindungan terhadap peralatan dan penghematan.
Jenis-jenis isolasi yang digunakan dalam teknik tegangan tinggi antara lain :
isolasi udara (gas), isolasi padat, isolasi cair. Dalam hal ini lebih diberatkan pada
isolasi udara (gas). Isolasi udara (gas) aplikasinya lebih banyak digunakan pada
isolasi saluran transmisi udara dan pada GIL (Gas Insulated Transmission Lines)
,pada CB dan sakelar pemisah. Dalam pemilihan bahan isolasi lebih diberatkan
pada keandalan dari bahan isolasi itu sendiri maupu biaya operasional dari
isolasi itu sendiri. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memilih bahan
isolasi yang cocok digunakan pada suatu peralatan tegangan tinggi dengan
memperhitungkan keandalan dan keserhanaan dari isolasi itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Melihat masalah yang timbul dari latar belakang laporan di atas maka timbul
suatu permasalahan yaitu:

PUTU RUSDI ARIAWAN 1


1 Bagaimana cara isolasi udara (gas) dalam mengisolasi atau
mengamankan peralatan tegangan tinggi ?
2 Bagaimana aplikasi dari isolasi gas pada peralatan pengaman maupun
pada sakelar pemisah ?.

1.3 Tujuan Pembuatan


Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Untuk mengetahui fungsi dari isolasi udara (gas).
2. Untuk mengetahui kemampuan dari isolasi udara pada saluran transmisi
udara dengan isolasi gas pada CB dan pada GIL.

1.4 Manfaat Pembuatan


Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana fungsi dan kemampuan dari isolasi udara (gas) dalam mengisolasi dan
mengamankan konduktor dari tegangan lebih.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Dengan melihat permasalahan yang ada dan menghindari terjadinya perluasan
masalah, maka perlu adanya pembatasan dimana pada penulisan makalah ini akan
membahas mengenai :
1 Isolasi udara pada saluran udara tegangan tinggi
2 Isolasi gas pada GIL (Gas Insulated Transmission Lines) dan pada CB

PUTU RUSDI ARIAWAN 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Isolasi
Isolasi merupakan suatu peralatan yangyang digunakan sebagai pembatas dan
pengaman pada peralatan listrik yang mempunyai kekuatan listrik yang cukup
untuk menjamin faktor keselamatan yang diperlukan pada saat peralatan listrik
tersebut beroperasi maupun tidak beroperasi.bahan isolasi yang digunakan dalam
teknik tegangan tinggi dibedakan menjadi : bahan isolasi gas, bahan isolasi padat,
bahan isolasi cair. Dalam pembahasan kali ini lebih diberatkan pada jenis bahan
isolasi gas.bahan isolasi gas digunakan sebagai pengisolasi dan sekaligus sebagai
media penyalur panas. Bahan isolasi gas dapat berupa udara, sulphur hexa
fluorida (SF6) dan gas-gas lainnya yang lazim digunakan di dalam teknik listrik.
2.1.1 Isolasi Udara
Udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapatkan, mempunyai tegangan
tembus yang cukup besar yaitu 30 kV / cm. Contoh yang mudah dapat dijumpai
pada JTR, JTM, dan JTT antara hantaran yang satu dengan yang lain dipisahkan
dengan udara.
Hubungan antara tegangan tembus dan jarak untuk udara tidak linier seperti
ditunjukkan pada gambar 2.1

400

300
Tegangan
200

100

100 200 300 Jarak (mm)

Gambar 2.1 Vt = f (celah udara) pada p = 1 atm, F = 50 Hz

PUTU RUSDI ARIAWAN 3


Kalau dua buah elektroda yang dipisahkan dengan udara mempunyai beda
tegangan yang cukup tinggi yaitu tegangan yang melebihi tegangan tembus, maka
akan timbul loncatan bunga api. Bila tegangan tersebut dinaikkan lagi, maka akan
terjadi busur api.
Jika terdapat dua buah elektroda berbentuk bulat dipisahkan dengan udara
yang jaraknya cukup besar untuk harga tegangan dan memungkinkan terjadinya
ionisasi pada udara sekitarnya maka terbentuklah ozon. Pada sekitar elektroda
tersebut akan timbul sinar terang kebiru-biruan yang disebut korona.
Besarnya tegangan tembus pada udara dipengaruhi oleh besarnya tekanan
udara. Secara umum, makin besar tekanannya, makin besar juga tegangan
tembusnya. Tetapi untuk keadaan pakem justru tegangan tembus akan menjadi
lebih besar. Keadaan yang demikian inilah yang digunakan atau diterapkan pada
beberapa peralatan listrik.

2.1.2 Sulphur Hexa Fluorida (SF6)


Sulphur hexa Fluorida (SF6) merupakan suatu gas bentukan antara unsur
sulphur dengan fluor dengan reaksi eksotermis:
S + 3 F2 SF2 + 262 kilo kalori.
Molekul SF6 seperti ditunjukkan pada gambar 2.2
F

F S F

F
Gambar 2.2 Molekul sulphur hexa fluorida
Terlihat pada gambar 2.2 bahwa molekul SF6 mempunyai 6 atom fluor yang
mengelilingi sebuah atom sulphur, di sini masing-masing atom fluor mengikat 1
buah elektron terluar atom sulphur. Dengan demikian maka SF6 menjadi gas yang
inert atau stabil seperti halnya gas mulia.

PUTU RUSDI ARIAWAN 4


Sampai saat ini SF6 merupakan gas terberat yang mempunyai massa jenis
6,139 kg / m3 yaitu sekitar 5 kali berat udara pada suhu nol derajat celsius dan
tekanan 1 atmosfir.
Sifat lainnya adalah : tidak terbakar, tidak larut dalam air, tidak beracun, tidak
berwarna dan tidak berbau. SF6 juga merupakan bahan isolasi8 yang baik yaitu
2,5 kali kemampuan isolasi udara. Perbandingan SF6 dengan beberapa gas lain
seperti tercantum pada tabel : 2.1
Tabel 2.1 Sifat beberapa gas
Massa jenis Konduktivitas Tegangan
Gas Kg / m3 panas W /  . m Tembus KV / cm
-6
Udara 1,228 5 . 10 30
SF6 6,139 1,9 . 10 –5 75
Nitrogen (N2) 1,191 5,4 . 10 -6 30
Karbon dioksida 1,867 3,2 . 10 -6 27
Hidrogen 0,086 3,3 . 10 -5 18
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa untuk pembentukan SF6 menjadi
Sulphur dan Fluor memerlukan panas dari sekelilingnya sebesar 262k . kalori /
molekul.
Hal ini tepat sekali digunakan untuk bahan pendinginan pada peralatan listrik
yang menimbulkan panas atau bunga api pada waktu bekerja , misalnya: sakelar
pemutus beban.
Sifat dari SF6 sebagai media pemadam busur api dan relevansinya pada
sakelar pemutus beban adalah :
a. Hanya memerlukan energi yang rendah untuk mengoperasikan
mekanismenya. Pada prinsipnya, SF6 sebagai pemadam busur api
adalah tampa memerlukan energi untuk mengkompresikannya,
namun semata-mata karena pengaruh panas busur api yang terjadi.
b. Tekanan SF6 sebagai pemadam busur api maupun sebagai
pengisolasi dapat dengan mudah dideteksi.
c. Penguraian pada waktu pemadaman busur api maupun
pembentukannya kembali setelah pemadaman adalah menyeluruh
(tidak ada sisa unsur pembentuknya).

PUTU RUSDI ARIAWAN 5


d. Relatif mudah terionisasi sehingga plasmanya pada CB
konduktivitasnya tetap rendah dibandingkan pada keadaan dingin.
Hal ini mengurangi kemungkinan busur api tidak stabil dengan
demikian ada pemotongan arus dan menimbulkan tegangan antar
kontak.
e. Karakteristik gas SF6 adalah elektro negatif sehingga
penguraiannya menjadikan dielektriknya naik secara bertahap.
f. Transien frekuensi yang tinggi akan naik selama operasi
pemutusan dan dengan adanya hal ini busur api akan dipadamkan
pada saat nilai arusnya rendah.

2.1.3 Gas-gas Lain


Gas bentukan fluoro organik misalnya C7F14, C7F8, C14 F24
mempunyaitegangan tembus yang tinggi, berkisar antara 6 sampai 10 kali
tegangan tembus udara. Ini berarti gas-gas tersebut baik sekali untuk bahan isolasi
misalnya: pada alat-alat pemutus.
Tampak pada tabel 2.1 bahwa hidrogen merupakan gas yang ringan walaupun
tegangan tembusnya tidak terlalu tinggi tetapi bagus untuk pendinginan karena
konduktivitas termalnya tinggi. Pada mesin-mesin listrik yang besar, penggunaan
hidrogen sebagai pendingin (misalnya : pada generator turbo, kondensor sinkron)
dapat mengurangi rugi-rugi pada belitannya. Dengan demikian daya guna mesin
dapat naik. Di samping itu kebisingan dapat dikurangi karena kepekatan hidrogen
lebih rendah dibandingkan dengan udara.Tetapi pemakaian hidrogen sebagai
pendingin harus disekat dengan sempurna, karena pencampuran hidrogen dengan
udara dengan perbandingan tertentu dapat menyebabkan letusan.
Gas karbon dioksida (CO2) dapat digunakan sebagai gas residu pada bahan
dielektrik cair (minyak) pada alat-alat tegangan tinggi antara lain : kabel,
transformator. Sifat-sifatnya antara lain : resistivitas termal 6880 C ο/ W /cm3 ,
tegangan tembusnya rendah yaitu 157 V/ cm , permitivitas relatif pada suhu 0οC
adalah 1.000985. Gas freon12 ( CCl2F2) yang umumnya digunakan pada teknik
pendinginan juga dapat digunakan sebagai bahan dielektrik pada
konndensator(kadang-kadang dicampur dengan gas nitrogen). Sifat-sifat Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 6


freon 12 antara lain resistivitas termalnya pada suhu 30 οC adalah 10400 Cο / W
/cm3, tegangan tembusnya lebih tinggi dari pada tegangan tembus CO2 yaitu 358
V / cm.
Gas neon adalah salah satu gas mulia yang banyak diginakan sebagai bahan
pengisi lampu-lampu tabung. Tegangan tembusnya sekitar 100 V / cm, resistivitas
termalnya 2150 Cο / W / cm3 dan mempunyai massa jenis 0,000833 g / cm3.
Dalam hal tegangan tembus, disamping gas-gas tersebut diatas, keadaan
2
pakem mempunyai tegangan tyembus yang tinggi yaitu 10 kV / cm. Itulah
sebabnya pada perkembangannya sejak tahun 60-an banyak digunakan CB pakem
disamping CB SF6 serta CB yang lain.

2.1.4 Tingkat Ketahanan Isolasi (Basic Impuls Insulation Level/BIL)


Basic Impuls Insulation Level/BIL adalah suatu referensi level yang
dinyatakan dalam impuls crest voltage dengan standar bentuk gelombang dari 1,5
mikro sekon ( di USA), sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus
mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL
tersebut.
Pemikiran tentang tingkat isolasi suatu sistem tenaga listrik pertama-tama
adalah penyusunan suatu level umum isolasi pada atau diatas level tertentu,
dimana hal ini akan membatasi persoalan pada tiga kebutuhan yang fundamental,
yaitu :
1 Pemilihan Level Isolasi yang Sesuai.
2 Jaminan bahwa break down dan flash over dari semua peralatan yang di
isolasi / isolator akan sama atyau melebihi level yang telah dipilih.
3 Penggunaan peralatan pengaman yang akan memberikan suatu perlindungan
pada peralatan-peralatan sistem tenaga listrik dengan baik dan ekonomis.

Suatu isolasi peralatan harus disesuaikan dengan tingkat ketahanan impuls


sebesar tidak kurang dari BIL. Dengan sendirinya peralatan harus mampu
terhadap tegangan spesifikasi baik impuls positif maupun negatif.

PUTU RUSDI ARIAWAN 7


Tabel 2.2 Tabel BIL untuk beberapa kelas referensi1
Kelas referensi
( KV ) BIL ( KV ) 80%BIL ( KV )
1,2 30 24
1,8 75 60
12 95 76
23 150 120
34,5 200 160
46 250 200
69 350 280
92 450 360
115 550 440
138 650 520
161 750 600
180 825 660
196 900 720
230 1050 840
260 1175 940
287 1300 1040
345 1550 1240

2.1.5 Koordinasi Isolasi


Koordinasi isolasi dapat di definisikan sebagai korelasi antara daya isolasi
alat-alat dan sirkuit listrik disatu pihak, dan karakteristik alat-alat pelindungnya
dilain pihak, sehingga isolasi tersebut terlindung dari bahaya-bahaya tegangan
lebih.
Koordinasi isolasi dilakukan dengan menentukan kesesuaian yang diperlukan
antara daya isolasi alat-alat listrik dan karakteristik alat-alat pelindung terhadap
tegangan lebih, yang masing-masing ditentukan oleh tingkat ketahanan impuls
dan tingkat perlindungan impulsnya.koordinasi isolasi mempunyai tujuan untuk
perlindungan terhadap peralatan dan penghematan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam koordinasi isolasi adalah:

PUTU RUSDI ARIAWAN 8


1 Penentuan sifat gangguan
2 Penentuan daya isolasi petralatan seperti: isolator, bushing, dan trafo.
3 Penentuan tegangan impuls standart.
4 Karakteristik alat-alat pelindung seperti CB, Arrester.
5 Penentuan tingkat isolasi impuls dasar ( BIL ) yang disingkat Basic Impuls
Insulation Level. Bil ini merupakan suatu besar tegangan yang masih
mampu ditahan oleh peralatan listrik, atau kemampuan peralatanlistrik
menahan tegangan maksimum pada saat terjadi tegangan lebih.

2.2 Jaringan GIL


Dari data yang didapat, isolasi gas SF6 memiliki nilai:
Tegangan rata-rata = 420 / 550 KV.
Impulse withstand voltage = 1425 / 1600 KV.
Arus rata-rata = 3150 / 4000 A.
Arus hubung singkat rata-rata = 63 KA / 3 s.
Transmisi beban rata-rata = 2.200 / 3000 MVA.
Kesanggupan menangani
beban lebih = 100%.
Isolasi gas = N2 / SF6 pada tekanan 0,7 Mpa.
Perbandingan kerugian daya antara OHL dan GIL
OHL GIL
Daya yang dapat ditransmisikan MW 1400 1400
Kerugian sistem per meter W/m 580 180
Kerugian sistem pada 32 KM MW 18,56 5,76
Perbedaan antara GIL dengan OHL MW Δ 12,80
Sehingga biaya energi pada OHL per tahun
= (0,10 /kWh x 8.600 h x 12.800 KW )
= $ 10.908.000 per tahun.

PUTU RUSDI ARIAWAN 9


2.3 Panel Berisolasi Gas
Keperluan panel daya listrik untuk peralatan saklar daya di gardu induk
transmisi dan distribusi, gardu pabrik, gardu pembangkit dan di pusat-pusat beban
listrik yang sangat banyak, telah memberi dorongan untuk memahami operasi dan
perawatannya serta penciptaan sistem desain panel daya dan komponen-
komponennya yang menyesuaikan kondisi lingkungan, keselamatan, ukuran daya
dan tegangan serta pemasangannya.

Untuk tegangan rendah mungkin faktor keselamatan dan cara pemasangan


panel relatif belum begitu diperhatikan dibandingkan dengan untuk tegangan
menengah. Sedangkan untuk tegangan di atas 115 KV faktor ruangan sudah
menjadi terbatas untuk meletakkan panel indoor (dalam ruang), sehingga ukuran
komponen dan isolasi perlu diefisienkan. Cara pengoperasian panel, antisipasi
perluasan panel, cara perawatan, kekuatan rangka dan dinding panel,
kemungkinan kesalahan hubung singkat juga menjadi pertimbangan dalam
mendesain panel daya listrik tegangan menengah. Pada panel berisolasi udara
faktor kelembaban, kontaminasi, masuknya gas explosif, uap korosif, debu dan
binatang-binatang kecil masih merupakan masalah. Susunan bus bar yang
memanjang di keseluruhan panel membentuk panel dengan dimensi panjang dan
jumlah panel yang tetap. Dengan menggunakan gas SF6 sebagai isolasi komponen
utama di dalam setiap panel baja kedap udara, maka semua komponennya
terlindung dari faktor-faktor di atas. Bus bar panel diletakkan dalam selubung
isolasi per-phasa, sambungan panel dengan panel atau blok panel diberikan
dengan menggunakan busbar sumbat CU berisolasi semi konduktif. Fleksibilitas
sambungan untuk perluasan panel bisa diletakkan di kanan atau kiri panel asal.

2.3.1 Syarat Kelas Komponen Panel Berisolasi Gas

Kekuatan komponen-komponen di dalam panel terhadap tegangan dan arus


diukur berdasarkan besaran-besaran sbb :

 Ketahanan Tegangan Daya Frekuensi; adalah besar tegangan maksimum


yang dikenakan pada material non induktif komponen tanpa terjadi break-
down atau pecah terbakar.

PUTU RUSDI ARIAWAN 10


 Ketahanan Terhadap Tegangan Impuls; adalah tegangan test impuls
maksimum pada konduktor komponen yang tidak mengakibatkan terjadi
break-down pada isolatornya.
 Ketahanan Terhadap Arus Hubung Singkat; adalah arus hubung singkat 3-
phasa yang terjadi tanpa menimbulkan kerusakan yang besarnya
tergantung pada daya sumber, impedansi sumber, impedansi kabel,
impedansi beban (daya balik beban), tegangan kerja dan tempat terjadi
hubung singkat.
 Ketahanan Terhadap Arus Pemutusan Beban ; yaitu besarnya arus beban
maksimum yang dapat diputus-sambungkan tanpa terjadi kegagalan.

Tegangan Kerja ; yaitu tegangan yang diperbolehkan masuk pada panel


dalam batas aman dioperasikan dan tidak merusak komponen dan peralatan. Arus
Kerja ; untuk Circuit Breaker (pemutus daya/CB) merupakan beban arus
maksimum yang akan men-trip CB dalam fungsinya sebagai pembatas dan
pelindung beban. Lalu arus ini dapat disetel sampai dengan rangka CB. Untuk
Fuse (sikring) merupakan beban arus maksimum yang akan memutus fusse dalam
fungsinya sebagai pelindung beban. Kapasitas sikring ini berubah dengan
temperatur sekitarnya, di mana temperatur naik lalu arus akan turun.

Untuk tegangan menengah 7.2 KV s/d 24 KV dan tegangan diatas 36 KV,


gabungan circuit breaker, saklar pemutus 3 posisi, trafo ukur tegangan, trafo ukur
arus atau trafo ukur bersaklar bila dirangkai dengan busbarnya bisa ditempatkan
dalam satu panel sendiri dengan busbar untuk sambungan sumber (feeder) dan
sambungan beban. Umumnya unit panel mempunyai dimensi yang hampir sama
untuk ukuran-ukuran tegangan 7.2KV - 24KV, 36KV -52KV, 115KV dan 220KV.
Sedangkan ukuran arus untuk CB dan busbar adalah 630A, 1600A dan 4000A.
Frekuensi bisa dipilih 50Hz atau 60Hz.

a. Peralatan Panel

- Tegangan daya-frekuensi : 50 KV
- Tegangan impuls : 125 KV
- Arus hubung singkat : 40 KA

PUTU RUSDI ARIAWAN 11


- Pada temperatus min. -25 mak. 55 der.C.
- Arus pemutus beban : 100x630 A
- Arus pemutusan sirkit trafo dan kabel : 40 A
- Arus pemutusan sirkit kapasitor : 150 A
- Kapasitas saklar pada kesalahan hubung tanah tanpa beban : 60A
- hubung tanah berbeban : 630 + 30 A
- Arus waktu pendek 1 detik : 16 KA

b. Pada Circuit Breaker

- Tegangan daya-frekuensi : 50 KV
- Tegangan impuls : 125 KV
- Arus pemutusan hubung singkat : 16 KA
- Arus Hubung singkat : 40 KA
- Arus waktu pendek 3 detik : 16 KA
- Tipe dari circuit breakeer adalah vacun CB atau gas insulasi CB

2.3.2 Tipe Panel Berisolasi Gas

Dilihat dari fungsinya ada beberapa tipe panel berisolasi gas antara lain :

 Panel Cb dengan isi CB, saklar 3 posisi, trafo ukur arus & tegangan dan
busbar.
 Panel transformer dengan isi sakalr 3 posisi, sikring dan busbar.
 Panel kabel dengan isi saklar 3 posisi dan busbar.
 Panel hubung (tie) bus dengan isi saklar 3 posisi,dengan CB atau sikring
dan busbar.
 Panel meter tarip dengan isi trafo ukur dan busbar.
 Panel meter bus dengan isi saklar, trafo ukur dan busbar.
 Panel pentanahan busbar dengan isi saklar dan busbar.

Panel-panel tersebut dibuat dengan dimensi standard yaitu lebar 500mm,


dalam 780mm, tinggi maksimum 2000mm. Bila panel sejenis dikelompokkan
maka akan membentuk blok yang kompak. Blok untuk panel-panel kabel akan

PUTU RUSDI ARIAWAN 12


lebih efisien ukurannya, misal blok (2 panel kabel) dimensinya L 700mm, D
780mm dan T 1400mm; Untuk blok (3 panel kabel) dimensinya L 1050mm, D
780mm, T 1400mm. Berat rata-rata panel berkisar antara 210-350 kg. Berat blok
(3 panel kabel) adalah 480 kg; Berat blok (3 panel transformer) 580 kg.

2.3.3 Desain Panel Siemens 8 DH 10

Sebagai contoh penggunaan isolasi gas SF6 adalah pada panel siemens 8 DH
10 . Konstruksi panel berisolasi gas SF6 adalah seperti Gambar 2.2 dan Gambar
2.3 . Semua tipe panel dikonstruksi sebagai single panel, panel-panel tersebut
dipasang di lokasi dan ditaruh dalam posisinya tanpa perlu untuk melibatkan gas
SF6.
Rumah untuk rangkaian utama panel ( Rign main unit/RMU housing). Semua
komponen tegangan tinggi di dalam RMU housing diisolasi dari selubung luarnya
yang ditanahkan dengan gas SF6. Tekanan gas 0.5 bar gauge, rumah RMU terbuat
dari lembaran baja yang dilas, pasangan batang berinsulator (cast-resin bushings)
untuk sikring, terminal kabel dan bus-bar dilas ke dalam rumah RMU. Metal
penyangga lengan penggerak saklar pemutus 3 posisi dan metal penyangga batang
penggerak CB dilas ke dalam potongan depan panel. Desain khusus rumah
tersebut cukup kuat untuk menahan tekanan dari dalam dan beban mekanis dari
luar tanpa mengalami gangguan yang berarti. Penggunaan baja tahan karat
dikombinasikan dengan pengelasan yang khusus menjamin rumah RMU handal
dan kedap gas.
Bus-bar (batang tegangan phasa). Bus-bar di dalam blok dan panel dipasang
dengan gas SF6. Sambungan bus-bar dari blok ke blok, blok ke single panel dan
single panel ke blok tambahan dibuat dengan cara sbb :

 Sambungan bus-bar sumbat CU (non reset), yang diisolasi secara persial;


 Sambungan bus-bar sumbat CU (reset) dengan lapisan semi konduktor di
luar.

Letak bus-bar sumbat CU ini dibelakang ruang sambung kabel beban dan
ditutup pelat baja. Petunjuk kesiapan beroperasi. Bagian utama penunjuk kesiapan
ini adalah sel tekanan kedap gas yang dipasang di dalam rumah RMU. Magnet

PUTU RUSDI ARIAWAN 13


pasangan yang diikat di dasar sel tekanan mengirimkan posisinya melalui rumah
(dinding non magnet) ke armatur di luar. Armatur ini mengaktifkan penunjuk
"Ready for Service" dari panel.

Gambar 2.3 Konstruksi Panel Circuit Breaker

Ket:
1. Laci tegangan rendah
2. Mekanisme pengoperasi CB
3. Bushing tipe pipa hembus
4. Kinematik diujung kutub
5. Mekanisme dibantu per
6. Mekanisme toggle
7. Saklar 3 posisi
8. Terminal kabel unit utama
(insulator kerucut udara)

PUTU RUSDI ARIAWAN 14


9. Rumah RMU di las kedap udara
10. bus-bar 630A (konduktor diisolasi + adapter/penyesuaian silikon)
11. Ventilasi jalan asap.

Gambar 2.4 Konstruksi panel transformator

Ket
1. Perangkat sikring
2. Saklar 3 posisi
3. Sambungan transformer
4. Rumah RMU di las kedap udara
5. Bus-bar sumbat CU 630A

Hanya perubahan density gas dalam kejadian kehilangan gas yang banyak,
untuk kapasitasnya sebagai isolasi yang akan ditunjukkan. Perubahan tekanan gas
sehubungan dengan temperatur tidak ditunjukkan.

Rangka Penyangga inti terbuat dari lembar baja di-elektrogalvanis dan


mendukung rumah RMU, menyangga perangkat sikring (untuk panel transformer)
atau perangkat trafo ukur arus Ritz, trafo ukur tegangan isolasi udara (untuk panel
CB), panel operasi dengan diagram mimik. Rangka penyangga dapat menahan

PUTU RUSDI ARIAWAN 15


percikan di dalam s/d 20 KA untuk 1 detik min. (sesuai ukuran tegangan).
Gambar D. menunjukkan panel berislasi gas dengan bus-bar tersambung.

Rangka penyangga menahan juga terminal kabel dan tutupnya. Di belakang


ruang terminal kabel ada ruang untuk sambungan bus-bar sumbat CU (plug-in
connection). Ketinggian rangka unit panel 1400mm atau 2000mm termasuk
ruangan untuk tegangan rendah dan sistem kontrol dan meter jarak jauh. Tinggi
titik sambung (terminal) kabel power adalah pada 575mm. Sambungan Kabel.
Kabel berisolasi thermoplastic atau berisolasi masa jenuh dengan penampang s/d
300 mm2 dapat disambungkan ke terminal panel, melalui suatu sistem adapter.
Cara pengetesan kabel dan pengerjaannya mudah dilakukan di titik ini. Fasilitas
ujung seal terminal adalah simetris dan dapat dipertukarkan antar phasa-phasanya.
Selubung metal yang ditanahkan dan ruang terminal kabel di-interlokkan dengan
saklar feeder ke luar yang sesuai. Lubang pada ujung seal terminal hanya
mungkin setelah kabel feeder yang bersesuaian telah terisolasi dan ditanahkan.
Bilamana feeder kabel atau feeder transformer tidak disambungkan atau diputus
sesaat, feeder harus di isolasi, ditanahkan dan diamankan terhadap pembebanan
ulang dengan alat yang memadai, misalnya menggunakan gembok kunci saklar.

Kemungkinan sambungan kabel pada panel kabel adalah dengan :

 Sumbat T dan bushing dengan terminal ulir ;


 Dengan sistem adapter untuk kabel isolasi mada jenuh (masa
impregnated). Kemungkinan sambungan kabel panel transformer adalah
dengan sambungan sumbat kabel dengan bushing.

Petunjuk kesalahan hubung singkat pada feeder circuit utama unit panel;
Dipasang dengan 3 pole (3 phasa), masing-masing mempunyai elemen petunjuk
merah yang menunjukkan bilamana terjadi kesalahan dan dapat direset secara
manual atau otomatis. Pengetesan kabel pada unit panel; Dengan menggunakan
tegangan DC dilakukan dengan sumbat -T kabel tetap dibuat pada unitnya. Tutup
isolasi dilepas dan batang tembaga pengetes DC disodokkan sesuai dengan
tegangan dan standard yang dipakai pada tabel 2.3

PUTU RUSDI ARIAWAN 16


Tabel 2.3 Standar tegangan yang dipakai pada pengetesan

Tegangan tes DC (kabel disambungkan)


Tegangan kerja
IEC Umum VDE

24 KV 48 KV 70 KV 96 KV

Surge Arester; Pemasangan surge arrester-sumbat pada unit panel akan


menambah dimensi kedalaman menjadi 900mm. Surge arrester disarankan untuk
aplikasi sbb :

 Kabel dari unit panel tersambung langsung ke saluran kabel atas.


 Daerah proteksi dari arrester pada tiang saluran kabel atas terakhir tidak
sampai pada unit rangkaian utama panel.
 Posisi saklar pemutus 3 posisi pada off atau sudah tidak ada kabel circuit
utama yang on lagi.

2.3.4 Mekanisme Komponen Utama Pada Panel isolasi Gas

Saklar Pemutus 3 Posisi. Saklar ini berupa saklar putar multi ruang yang
mengkombinasikan saklar pemutus daya dan saklar ke pentanahan, di mana poros
dengan kontak bergerak di dalam ruang yang berisi kontak-kontak tetap.
Kemudian ada lempengan yang menempel kontak gerak (sudu-sudu) dan berputar
dengan poros saklar membagi ruang ke dalam 2 sub-ruang yang berubah dengan
putaran. Pergerakan saklar mengakibatkan beda tekanan antara sub-ruang. Gas
akan mengalir melalui celah atau nosel ke atas percikan yang terjadi karena
pemisahan kontak dan gas SF6 tersebut mendinginkan dan memadamkan dalam
waktu singkat. Saklar ini adalah saklar pemutus berfungsi banyak (mengikuti
standard DIN VDE & IEC), di mana dapat mengalihkan arus hubung singkat
paling tidak 10 x tanpa rusak dan dapat digunakan sebagai pemutus arus 100 x
ukuran arus nominal. Posisi saklar adalah "closed", "open" dan "earthed", tidak
perlu interlocking karena closed dan earthed tidak mungkin terjadi
bersamaan.Operasi Penutupan. Selama operasi penutupan poros saklar berputar
menggerakkan lempengan dan kontak gerak (sudu-sudu) dari posisi open (buka)
ke posisi closed (tutup). Mekanisme per akan mempercepat langkah penutupan

PUTU RUSDI ARIAWAN 17


kontak gerak dan sambungannya dengan rangkaian utama menjadi sama. Sifat
isolasi SF6 yang bagus menghambat pukulan ujung percikan api di kontak-kontak
tetap.

Operasi pembukaan. Sewaktu saklar membuka, gas SF6 dalam ruang saklar
ditekan dan dipaksa melalui celah di dalam lempengan kontak gerak untuk
mendinginkan percikan api pemutusan arus di antara kontak gerak dan kontak
tetap, kemudian memadamkannya di dalam beberapa mili detik. Lapisan
pengisolasi yang diciptakan oleh pembukaan saklar dan hembusan gas yang
dikontrol di dalam luar saklar yang dihasilkan oleh gerakan kontak menjamin
bahwa arus beban besar dan arus beban nol diputuskan secara baik. Saklar
pemutus 3 posisi digerakkan melalui batang yang menembus dan di las kedap gas
kedapan RMU. Mekanisme pergerakan dengan per bantu dan energi yang
tersimpan. Operasi saklar tidak tergantung pada kecepatan handle digerakkan.
Alat penyimpan energi digunakan untuk membuka (tripping) saklar mengikuti
putusnya sikring (HV HRC), CB atau aktifnya pembebas shunt. Setelah terbuka
petunjuk merah muncul pada indikasi posisi saklar. Saklar didesain untuk tidak
berpindah langsung dari posisi closed lewat open ke posisi earthed, jadi saklar
hanya dioperasikan sebagai saklar pemutus dan saklar proteksi pentanahan. Pada
ke tiga posisi saklar bisa digrendel. Bisa digunakan motor sebagai penggerak
saklar; dan dengan selenoid memungkinkan saklar diputus (tripped) dari jauh
misal sewaktu transformer temperaturnya tinggi. Pembebas shunt di-reset dengan
kontak bantu yang dihubungkan secara mekanik ke saklar 3 posisi. Ruang sikring
dan ruang kabel tutupnya hanya dapat dibuka setelah feeder (sumbernya) telah
diisolasi dan ditanahkan, saklar panel kabel dikunci untuk mencegah penutupan
saklar ketika tutup ruang kabel terbuka . Motor penggerak saklar disuplai dengan
tegangan DC 24-220V atau AC 50/60Hz, 110-230V.

Sikring. Sikring HV HRC digunakan untuk melindungi transformer dari


kesalahan hubung singkat. Sikring dipasang dengan insulator phasa tunggal x3 di
dalam tempat ber-insulator yang diletakkan di atas rumah RMU. Jika sikring HV
HRC terbakar putus, saklar dibuka mekanisme toggle yang dipasang ditutup ruang
sikring. Suatu thermostar melindungi sikring dari kejadian sikring terbuka

PUTU RUSDI ARIAWAN 18


(tripping) karena kesalahan beban lebih thermal, misalnya sikring terpasang salah
di mana terjadi tekanan berlebih membuka saklar lewat membran silikon ditutup
ruang sikring dengan suatu saklar togle. Arus dengan demikian terputus sebelum
sikring menderita kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Fungsi proteksi
thermostatic mengabaikan tipe dan desain sikring HV HRC yang dipakai,
perangkat tersebut bebas rawat dan tidak terpengaruh iklim luar. Penyodok
dibebaskan oleh sikring yang tergantung temperaturnya sendiri dan saklar unit
panel dibuka di dalam daerah beban lebih sikring. Pemanasan yang tidak diijinkan
dari sikring dengan demikian dihindari. Untuk mengganti sikring, transformer dan
jalan masuk ke sikring harus diisolasi dan ditanahkan dengan saklar 3 posisi yang
sesuai, dan sikring diganti dengan menggunakan tangan.

Circuit Breaker. Circuit Breaker (pemutus daya) merupakan pemutus 3 pole


(kutup) yang dipasang di unit panel CB atau panel hubung bus. Pemutus 3 kutup
ini diakomodasikan dalam rumah baja anti karat diseal kedap udara, dengan
mekanisme operasi yang disusun di luar rumah RMU di belakang pelat depan
panel. Operasi mekanis menggerakkan kutup-kutup pemutus dengan batang
penggerak yang terbuat tanpa seal dalam ruang gas SF6; barang tersebut berupa
pipa hembus metal yang dilas. Mekanisme kerja CB ini berdasarkan energi yang
disimpan per. Sewaktu penutupan CB per penutup dibuka dengan alat lokal,
tombol atau remote, sehingga energi per lepas ke kontak dan ke per pembuka. Per
penutup yang kendor diisi energi lagi dengan motor atau tangan, sehingga punya
simpanan energi untuk urutan operasi OPEN-CLOSE-OPEN; misalnya untuk
operasi penutupan ulang otomatis yang gagal. Pada tegangan lebih dari 220 KV
CB menempati 1 panel khusus.

2.4 Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas

Proses dasar dalam kegagalan isolasi gas adalah ionisasi benturan oleh
elektron. Ada dua jenis proses dasar yaitu :

 Proses primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran elektron


 Proses sekunder, yang memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran
elektron

PUTU RUSDI ARIAWAN 19


Saat ini dikenal dua mekanisme kegagalan gas yaitu :

 Mekanisme Townsend
 Mekanisme Streamer

2.4.1 Mekanisme Kegagalan Townsend

Pada proses primer, elektron yang dibebaskan bergerak cepat sehingga timbul
energi yang cukup kuat untuk menimbulkan banjiran elektron. Jumlah elektron Ne
pada lintasan sejauh dx akan bertambah dengan dNe, sehingga elektron bebas
tambahan yang terjadi dalam lapisan dx adalah dNe =  Ne.dx . Ternyata jumlah
elektron bebas dNe yang bertambah akibat proses ionisasi sama besarnya dengan
jumlah ion positif dN+ baru yang dihasilkan, sehingga dNe = dN+ =  Ne.(t).dt;
dimana :

 : koefisien ionisasi Townsend

dN+: junlah ion positif baru yang dihasilkan

Ne : jumlah total elektron

Vd : kecepatan luncur elektron

 x
Pada medan uniform,  konstan, Ne = N0, x = 0 sehingga Ne = N0 
Jum;lah elektron yang menumbuk anoda per detik sejauh d dari katoda sama
dengan jumlah ion positif yaitu N+ = N0   x

Jumlah elektron yang meninggalkan katoda dan mencapai anoda adalah :

Arus ini akan naik terus sampai terjadi peralihan menjadi pelepasan yang

bertahan sendiri. Peralihan ini adalah percikan dan diikuti oleh


d d
perubahan arus dengan cepat dimana karena   >> 1 maka  0  secara

PUTU RUSDI ARIAWAN 20


teoritis menjadi tak terhingga, tetapi dalam praktek hal ini dibatasi oleh impedansi
rangkaian yang menunjukkan mulainya percikan.

2.4.2 Mekanisme Kegagalan Streamer

Ciri utama kegagalan streamer adalah postulasi sejumlah besar foto ionisasi
molekul gas dalam ruang di depan streamer dan pembesaran medan listrik
setempat oleh muatan ruang ion pada ujung streamer. Muatan ruang ini
menimbulkan distorsi medan dalam sela. Ion positif dapat dianggap stasioner
dibandingkan elektron-elektron yang begerak cepat dan banjiran elektron terjadi
dalam sela dalam awan elektron yang membelakangi muatan ruang ion positif.
Medan Er yang dihasilkan oleh muatan ruang ini pada jari jari R adalah :

x
Pada jarak dx, jumlah pasangan elektron yang dihasilkan adalah    dx
sehingga :

R adalah jari jari banjiran setelah menempuh jarak x, dengan rumus diffusi
R= (2Dt).

Dimana t = x/V sehiungga dimana :

N : kerapatan ion per cm2, e : muatan elektron ( C ),  0 : permitivitas ruang


bebas, R: jari jari (cm), V : kecepatan banjiran, dan D : koefisien diffusi.

PUTU RUSDI ARIAWAN 21


Lokasi dan Pengukuran Partial Discharge

Partial discharge yang merupakan peristiwa pelepasan/loncatan bunga api


listrik pada suatu bagian dari bahan isolasi padat kemungkinan terjadinya meliputi
pada :

o Rongga terhubung langsung pada elektroda


o Rongga dalam isolasi
o Rongga yang dipisahkan oleh elektroda
o Permukaan elektroda
o Titik elektroda yang berbentuk kanal
o Rongga isolasi yang berbentuk kanal

PUTU RUSDI ARIAWAN 22


BAB III
PENGGUNAAN ISOLASI GAS PADA PEMUTUS (CB)
TEGANGAN TINGGI

3.1 Pengertian
Pada dasarnya konstruksi CB adalah adanya kontaktor yang dapat dipisah
(diputus) dengan suatu media isolasi. CB ini dibuat dalam rumah logam yang
tertutup dengan menggunakan dua buah bushing atau dalam rumah isolasi dimana
kedua ujungnya dibuat dari metal atau penghantar.

Gambar 3.1
Konstruksi dasar dari CB

Cukup banyak bahan isolasi yang dapat dipakai untuk memadamkan busur api
pada saat kontaktor memutus arus dan bahan isolasi ini tergantung dari rating CB
tersebut. Bahan isolasi ini tergantung dari rating CB tersebut. Bahan isolasi yang
banyak dipakai adalah : udara (pada tekanan atmosfer); udara dengan tekanan
tinggi; minyak (yang menghasilkan hydrogen untuk memadamkan busur api);
vacuum dan sulfur hexafluoride (SF6).
Untuk bahan isolasi dimana tidak terdapat busur api misalnya untuk bahan
pengisi/isolasi trafo arus, trafo tegangan dan lain-lain ini lebih banyak bahan
isolasi yang dapat dipakai misalnya Arcton 12 (difluoro dichloromethane) ini
dipakai untuk bahan isolasi dari busbar tegangan tinggi hanay bahan ini tidak
cocok untuk memadamkan busur api karena bila ada busur api dalam media

PUTU RUSDI ARIAWAN 23


isolasi ini akan terbentuk carbon dan chlorine. Kedua bahan ini lambat laun akan
menurunkan sifat isolasi bahan sehingga bahan akan tembus dengan mudah.

3.2 Jenis CB
Secara umum CB dapat dikelompokkan menurut media isolasi yang dipakai :
 Sampai 11 kV biasanya dipakai udara pada tekanan atmosfer sebagai
media isolasi atau juga jenis CB minyak.
 Dari 11 kV sampai 66 kV kebanyakan dipakai CB minyak.
 132 dan 375 kV ini biasanya Oil CB atau Gas Blast CB (CB dengan
tekanan gas).
 Untuk system 400-700 kV ini semua memakai Gas Blast CB.
Untuk CB Tegangan Ekstra Tinggi gas ditekan sampai 1000lb/in2 untuk dapat
memadamkan busur api pada saat CB memutus arus. Akhir-akhir ini Suphur
Hexefluoride (SF6) juga dipakai pada Gas Blast CB dan SF6 ini diberi tekanan
sampai 200 lb/in2. dalam praktek, selain ada isolasi gas tentu diperlukan isolasi
padat yaitu untuk mengisolasi tempat CB.

Gambar 3.2
a. CB dengan tangki bertegangan (life-tank CB)
b. CB dengan tangki tak bertegangan (dead tank CB)

PUTU RUSDI ARIAWAN 24


Gambar 3.2 menunjukkan prinsip CB modern (a) tangki CB diisolasi terhadap
tanah, media isolasi pemutus adalah gas dengan tekanan tinggi dan tangki
diisolasi terhadap tanah dengan isolasi porselen. Beberapa unit ini dapat diseri
untuk memperoleh tegangan yang lebih besar (b) tangki pada potensial tanah dan
kontaktor disiolasi dengan gas bersama dengan isolasi padat. System seperti ini
disebut “Dead Tank” karena tangki tak bertegangan.

3.3 Peralatan yang diisi gas


3.3.1 live tank circuit-breakers
untuk sistem tegangan sangat tinggi biasanya beberapa kontaktor dipasang
secara seri. Ada 12 kontaktor ini untuk tegangan 400 kV dan sampai 24 kontaktor
untuk tegangan 750 kV. Tangki diisi dengan gas dan pada saat kontaktor dibuka
gas akan keluar melalui nozzle ke udara luar. Karena gas keluar melalui kontaktor
yang berfungsi sebagai nozzle maka busur api akan terpadamkan dalam waktu
yang singkat sehingga pada saat arus atau tegangan mencapai titik nol akan putus
sama sekali.
Masalah yang sering dihadapi adalah isolator untuk mensupport live-tank, ini
sering terpengaruh oleh polusi dan tegangan tembus permukaan menjadi tirun
biasanya diperlukan panjang permukaan sekitar 2,5 – 3,5 cm/kV dari tegangan
line. Untuk beberapa kontaktor yang dipasang seri, distribusi tergangan
tergantung dari harga relative dari kapasitance antara kontaktor-kontaktor dan
bumi.
Untuk live-tank CB, transformator arus yang diperlukan untuk pengukuran
dan pengamanan biasanya adalah dari jenis post type seperti gambar 3.4. CT ini
terpisah dari CB kecuali bila CB dimasukkan dalam satu ruangan tertutup dimana
dapat dipakai CT jenis ring dan dimasukkan pada bushing pada tembok.

PUTU RUSDI ARIAWAN 25


Gambar 3.3 Distribusi tegangan 4 breakers : c1 = cap. ke bumi :
C2 = cap. antar kontaktor, c3 = cap. tambahan.
a. tanpa tambahan kapasitor
b. dengan tambahan kapasitor
c. ideal

Gambar 3.4 Trafo arus


a. diisolasi dengan kertas
b. diisolasi dengan gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 26


3.3.2 Dead-tank circuit breaker
Konstruksinya seperti pada gambar 1.2 dan ini merupakan system tertutup
sehingga dapat dipakai gas-gas yang mahal seperti SF6 sebagai media isolasi.
Pada saat kontaktor membuka, katub gas terbuka unuk beberapa cycle
sehingga gas dengan tekanan tinggi turun melalui pipa dan nozzel peutus masuk
ke dalam tangki utama. Tekanan pada tangki utama mungkin akan naik sedikit
tetapi ini dikembalikan lagi ke keadaan normal dengan memompa gas masuk ke
dalam penyimpanan bertekanan tinggi (high pressure-reservoir). Biasanya tekanan
pada reservoir 200 lb/m2 dan pada tangki utama = 30 lb/in2 ini untuk bahan isolasi
SF6.
Keuntukngan system dead-tank :
 Suara pada saat pemutus arus kurang karena system tertutup rapat .
 Dibandingkan dengan live-tank dimana gas yang keluar mungkin masih
cukup panas maka system dead-tank memerlukan tempat yang lebih.
 Gas yang dibuangt ke udara hamper tidak ada (kecuali bocor).
Distribusi tegangan untuk system dead-tank biasanya lebih baik karena dalam
system ini semua kontaktor terletak berdekatan sehingga kapasitansi antara
mereka dapat dibuat cukup tinggi.
Trafo arus unutk system dead-tank biasanya jenis ring dan dapat dipasang
sekalian bersama dalam CB seperti pada gambar. Tidak seperti post type CT maka
penggunaan dead-tank akan memperkecil biaya untuk pemasangan CT.

3.3.3 Trafo arus yang diisi gas


Peralatan-peralatan yang diisi gas sebagai media isolasi sebenarnya belum
banyak dikembangkan, sekalipun ada busur api yang diisi atau diberi isolasi gas
Arcton-12 (Freon) sejak tahun 1940. Akhir-akhir ini mulai orang tertarik lagi
untuk menggunakan gas sebagai media pengisi atau isolasi tendensi peralatan
yang memakai tegangan tinggi dan juga factor ekonomis.
Perhatikan CT pada gambar 3.4, trafo arus diisi dengan gas mempunyai beberapa
keuntungan yang menonjol :

PUTU RUSDI ARIAWAN 27


 Pembuatan CT mudah dan cepat (relatif)
 Gelembung udara dapat dengan mudah fitiadakan juga dielektrik loss bisa
diperkecil.
 Bahaya kebakaran lebih kecil, ini untuk peralatan dalam gedung.
 Berat peralatan dapat dikurangi cukup banyak.
 Komduktor primer yang lurus bisa membawa arus s/c yang lebih besar.

Kerugian :
 Sealing gas sulit
 Isolator porselen harus kuat menahan tekanan gas.
 Voltage grading pada isolator.

3.4 Gas-gas yang dipakai untuk CB


Gas-gas yang dipakai untuk CB atau untuk peralatan lain misalnya trafo arus
adalah :
 Gas-gas sederhana : udara, oxygen, nitrogen, carbon dioxide.
 Gas-gas elektronegatif : SF6, Arcton, Nitriles.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan gas yang cocok :
 Kekuatan listrik yang tinggi.
 Stabil secara kimia dan panas.
 Temperature dimana gas menjadi cair.
 Untuk Negara-negara dingin peralatan yang dipasang di luar gasnya tidak
boleh jadi cair bila udara menjadi dinging.
 Tidak mudah terbakar.
 Thermal conductivity harus tinggi agar dapat melewatkan panas yang
timbul dan juga dapat dengan mudah memadamkan api.
 Murah.
Tambahan untuk CB, gas perlu punya kemampuan untuk mematikan busur api
dan tidak boleh menghasilkan carbon.

PUTU RUSDI ARIAWAN 28


3.4.1 Gas-gas untuk CB
Yang paling murah dan sederhana adalah udara. Hydrogen mempunyai
kemampuan memadamkan busur api lebih baik (thermal conductivity 7x daripada
udara) tetapi kekuatan listriknya hanya 0,5 dari udara, seperti pada gambar 3.5

Gambar 3.5 Kekuatan listrik dari udara sebagai fungsi dari tekanan

Hydrogen juga sulit dipakai dalam praktek karena bila bercampur dengan
udara, dapat menimbulkan ledaka biasanya yang dipakai adalah campuran
hydrogen-sulphur hexafluoride. Nitrogen mempunyai kekuatan listrik sama
seperti udara, dan tam mempunyai kelebihan memadamkan busur api seperti
hydrogen. Carbon dioxide ini dipakai untuk CB experiment; kekuatan listriknya
sama seperti udara tetapi kemampuan memadamkan api beberapa kali lebih baik
daripada udara. Oxygen ini juga baik untuk memadamkan api tetapi gas ini sangat
aktif secara kimiawi sehingga tidak banyak dipakai.
Gas elektronegatif SF6 mempunyai kekuatan listrik yang tinggi dan juga
kemampuan memadamkan busur api yang baik. Dari semua gas hanya udara dan
SF6 yang dipakai saat ini pada gas blast CB.

PUTU RUSDI ARIAWAN 29


Udara, sekalipun udara pada tekanan tinggi misalnya 75 atm ini jelas
memakan biaya. Juga udara yang dipakai pada CB harus benar-benar kering untuk
kadang-kadang perlu dipakai refrigerator (lemari es) atau bahan-bahan kimia
untuk dapat mengringkan udara tersebut. Dibandingkan dengan gas elektronegatif
maka udara punya keuntungan dapat ditekan sampai tekanan yang cukup tinggi
dan pada tekanan tersebut kekuatan listriknya tinggi.
Sulfurhexafluoride. Gas ini sangat baik sekali dan dibuat pertama kali di paris
tahun 1990. tetapi baru dipakai untuk CB pada tahun 1953. pada tekanan 200
lb/in2. SF6 mempunyai kapasitas memutuskan tegangan 4x daripada udara. Pada
tekanan yang sama.
Sebagai bahan isolasi gas SF6 mempunyai kekuatan listrik 2-3 kali udara pada
tekanan yang sama dan pada tekanan 2 atm kekautan listriknya kira-kira sama
dengan minyak transformator. Sekalipun SF6 biasanya berbentuk gas tetapi dapat
dengan mudah menjadi cair dan disimpan dalam tabung besi.
Pada saat perbaikan CB yang memakai SF6 gas tersebut dipompa pada tempat
penyimpanan dan disimpan dalam bentuk cair. Juga metal fluorides yang mungkin
timbul pada sat busur api dilekuarkan dengan melakukan tersebut pada filter
dengan alumina aktif. Setelah CB diperbaiki dan ditutup rapat udara dikeluarkan
dan SF6 dimasukkan kembali.
Sekalipun SF6 mempunyai kemampuan listrik dan mematikan busur api yang
lebih baik dari udara tetapi gas ini mempunyai kerugian yaitu tidak dioperasikan
pada tekanan tinggi.

3.4.2 Gas-gas untuk CT dan busbar


Untuk keperluan ini gas tidak perlu baik dalam memadamkan busur api. Gas-
gas yang dapt dipakai ada dalam daftar berikut :

PUTU RUSDI ARIAWAN 30


Tabel 3.1 gas-gas yang dapat dipakai untuk CT dan Busbar
Gas Boilling point at Approximate relative
o
1 atm ( c) electric strength at 1
atm , pressure 50 c/s
Nitrogen N2 -196 1
Hexafluorethane C2F6 -78 1,4
Sulfur Hexafluoroide SF6 -64 2,3
Arcton-12 CF2CL2 -30 2,4
Trifluoroacetonirile CF3CN -63 3,5
Pentafluoropropionitrile -35 4,5
C2F5CN
Heptafluorobutyronnitrile
1 5,5
C3F7CN

Yang perlu diperhatikan disini adalah untuk penggunaan peralatan di udara


o
bebas dimana suhu bisa mencapai - 40 C seperti CF2CL2 (Arcton-12) ini
mempunyai kekuatan listrik yang cukup tinggi pada suhu – 30 o C sudah cair. SF6
mempunyai suhu cair – 64oC ini bisa dipakai pada tekanan 40 lb/in2.

3.5 Bushing
Banyak dipakai bushing dengan isolasi gas tekanan tinggi seperti gambar 3.6
untuk pengisi bisa udara atau SF6 dan karakteristik flas over .

Gambar 3.6 Bushing dengan isolasi gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 31


BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

 Unit panel dengan gas SF6 sebagai isolasi adalah bebas rawat, dengan
keselamatan operasi, reliability dan availability yang tinggi.
 Unit panel berisolasi gas SF6 ini sesuai untuk tegangan menengah dan
tinggi dengan penyesuaian seperlunya mengingat proses pembuatannya
yang khusus, kesalahan dalam panel kecil karena selubung phasa tunggal
dari komponennya (luar RMU) dan komponen berselubung gas SF6
(dalam RMU) dan tidak akan terjadi arus bocor ke tanah.
 Urutan pemindahan saklar 3 posisi tidak akan salah karena susunan
logiknya, dan saklar ini memberikan proteksi pentanahan hubung singkat
pada feeder dan panel.
 Tingkat proteksi panel adalah dalam ruang/ruang bawah tanah.
 SF6 mempunyai kemampuan listrik dan mematikasa busur api yang lebih
baik dari udara tetapi gas ini mempunyai kerugian yaitu tidak dapat
dioperasikan pada tekanan yang tinggi.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu dalam pemilihan isolasi


hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dari tingkat BIL isolasi itu sendiri
sehingga tidak terjadi kegagalan isolasi.

PUTU RUSDI ARIAWAN 32


Daftar Pustaka

1. Analisa Sistem Tenaga Listrik dan Pengetanahan Netral Sistem Tegangan


Tinggi, Departemen Elektroteknik FTI, ITB, 1979/1978 (Edisi baru 1991),
TB Hutauruk.
2. Bahan-Bahan Listrik Untuk Politeknik, PT Pradnya Paramita, 1993,Drs.

Muhaimin.

3. MV switchgear, catalog HA 41.11,1993, unrevised edition 1997.


SIEMENS

4. Peralatan Tegangan Tinggi, Jurusan Teknik Elektro Fakultas


TeknologiIndustri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 1999.

PUTU RUSDI ARIAWAN 33


BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : turusdi.info@gmail.com

www.facebook.com/turusdi

PUTU RUSDI ARIAWAN 34

You might also like