You are on page 1of 35

KACA DAN PORSELIN

TUGAS BAHAN LISTRIK

PUTU RUSDI ARIAWAN


NIM. 0804405050

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN-BALI
2010
ABSTRAK

Kaca dan poselin tergolong bahan mineral yang dapat berfungsi


sebagai isolator, tetapi penggunaannya tidak pada bentuk atau keadaan alaminya
melainkan harus diproses terlebih dahulu dengan pemanasan (pembakaran),
pengerasan, dan pelumeran. Kaca adalah substansi yang dibuat dengan
pendinginan bahan-bahan yang dilelehkan, tidak bebentuk kristal tetapi tetap pada
kondisi berongga. Kaca silica di dalam keteknikan digolongkan menjadi tiga,
yaitu kaca alkali tanpa oksida berat, kaca alkali yang mengandung oksida berat,
kaca non alkali. Porselin adalah bahan isolasi kelompok keramik yang sangat
penting dan luas penggunaannya. Bahan dasar porselin adalah tanah liat. Ini
berarti bahan dasar tersebut mudah dibentuk pada waktu basah, tetapi menjadi
tahan tehadap air dan kekuatan mekaniknya setelah dibakar.

Kata kunci: Kacang dan Porselin.

PUTU RUSDI ARIAWAN ii


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan petunjuk-Nyalah Paper Kaca dan Porselin ini dapat
diselesaikan. Dengan karunia kesehatan dan kesempatan dari-Nya pula, laporan
ini pun dapat rampung tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih kami berikan kepada semua pihak yang telah
banyak membantu kami dalam penyusunan laporan ini. Khususnya kepada Bapak
Ir. Ketut Wijaya selaku dosen Mata Kuliah Bahan Listrik Jurusan Teknik Elektro
dan juga berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahan
Listrik. Disamping itu juga untuk memberikan informasi kepada para pembaca
mengenai materi Kaca dan Porselin.
Kami menyadari sepenuhnya laporan ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kami sebagai penyusun mengharapkan berbagai saran dan kritik yang
bersifat membangun, agar nantinya dapat dijadikan pedoman bagi kami dalam
penyusunan laporan berikutnya.

Denpasar, Juli 2010

Penyusun

PUTU RUSDI ARIAWAN iii


DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ............................................................................. 2
1.6 Sistematika Pembahasan .................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Tinjauan Umum .............................................................................. 4
2.2 Tingkat Ketahanan Isolasi ............................................................... 5
2.3 Koordinasi Isolasi............................................................................ 6
2.4 Jenis Polutan di Alam...................................................................... 7
2.5 Penggunaan Bahan Isolasi ............................................................... 8
III. METODELOGI ................................................................................... 11
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 11
3.2 Data ............................................................................................... 11
3.2.1 Sumber data ....................................................................... 11
3.2.2 Jenis data ............................................................................ 11
3.2.3 Metode pengumpulan data ................................................. 11
3.3 Tahap-tahap Pengolahan Data ....................................................... 12
3.4 Aspek-Aspek yang Dikaji .............................................................. 12

BAB PEMBAHASAN ................................................................................. 13


4.1 Kaca .............................................................................................. 13

PUTU RUSDI ARIAWAN iv


4.1.1 Pabrikasi dan peningkatan kualitas ........................................... 16
4.1.2 Jenis-jenis kaca silika ............................................................... 17
4.2.3 Pemakaian kaca pada keteknikan .............................................. 18
4.2 Sitol ............................................................................................... 20
4.3 Porselin .......................................................................................... 21
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................... 26
5.2 Saran-saran ....................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 27

PUTU RUSDI ARIAWAN v


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Resistivitas sebagai fungsi komposisi(%) Na2O dan KaO .............. 15
Gambar 4.2 Resistor tabung yang dilapisi enamel ............................................. 19
Gambar 4.3 Beberapa isolator porselin ............................................................ 21
Gambar 4.4 penampang oven terowongan.................................................... 24

PUTU RUSDI ARIAWAN vi


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel BIL untuk beberapa kelas referensi .................................... 6


Tabel 2.2 Klasifikasi bahan isolasi .............................................................. 10

PUTU RUSDI ARIAWAN vii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan listrik merupakan suatu bahan yang digunakan dalam peralatan listrik.
Isolasi memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik. Isolasi sangat
diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan
sehingga antara penghantar-penghantar tersebut tidak terjadi lompatan listrik atau
percikan. Bahan isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk
kegagalan listrik apabila tegangan yang diterapkan melampaui kekuatan isolasinya.
Kegagalan yang terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi bisa menyebabkan
kerusakan alat sehingga kontinuitas sistem terganggu.
Bahan listrik sudah digunakan oleh masyarakat luas untuk berbagai macam
aplikasi peralatan listrik dan tentunya peralatan tersebut didukung oleh keamanan
peralatan serta keamanan konsumen atau pengguna. Untuk itu harus pengguna harus
mengetahui bahan isolasi yang ada dan diperhatikan dalam ketepatan pemilihan bahan
oleh para pengguna. Pada kemajuan teknologi tegangan tinggi, isolasi listrik memegang
peranan yang sangat penting dalam teknik tegangan tinggi, Isolasi listrik sangat
diperlukan untuk menunjang keandalan di dalam penyaluran tegangan listrik.
Kaca dan poselin tergolong bahan mineral yang dapat berfungsi sebagai
isolator, tetapi penggunaannya tidak pada bentuk atau keadaan alaminya melainkan harus
diproses terlebih dahulu dengan pemanasan (pembakaran), pengerasan, dan pelumeran.
Untuk itu diperlukan suatu informasi bagi pengguna agar dapat menentukan
bahan-bahan isolasi yang digunakan pada peralatan listrik khususnya mengenai kaca dan
porselin.

PUTU RUSDI ARIAWAN 1


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu :
1 Bagaimana karakteristik, proses pembuatan, dan pemanfaatan kaca sebagai bahan
isolasi?
2 Bagaimana pengolahan dan peningkatan kualitas dari kaca dan porselin?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :


1. Mengetahui karakteristik, proses pembuatan, dan pemanfaatan kaca sebagai bahan
isolasi.
2. Mengetahui proses pengolahan dan peningkatan kualitas dari kaca dan porselin.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan laporan ini adalah:.


1. Sebagai referensi dalam pengembangan lebih lanjut mengenai kaca dan
porselin sebagai isolasi.
2. Sebagai acuan ataupun menjadi pertimbangan bagi industri kelistrikan di dalam
merencanakan pemakaian kaca sebagai bahan isolasi.
3. Menambah pengetahuan mengenai kaca dan porselin sebagai bahan isolasi baik
bagi mahasiswa atau mahasiswi maupun bagi masyarakat umum.

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

Melihat luasnya permasalahan dalam penyusunan laporan ini, maka perlu dibatasi
permasalahannya pada masalah pembuatan, pemanfaatan dan karakteristik Kaca dan
Porselin sebagai bahan isolasi.

PUTU RUSDI ARIAWAN 2


1.6 Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan yang digunakan dalam penulisan laporan ini


adalah :

BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan secara lengkap gambaran umum isi tulisan, mulai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah yang akan dibahas dan
sistematika penulisan mengenai bahan isolasi kaca dan porselin.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Dalam bab ini memaparkan kepustakaan yang berisikan tentang konsep dan
penggunaan bahan isolasi secara umum dan karakteristik bahan isolasi dalam
bidang keteknikan.

BAB III : METODE


Dalam bab ini diuraikan tempat dan waktu penelitian, sumber data dan jenis
data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini membahas hasil penelitian yang telah dilakukan guna
mengetahui cara kerja Bahan Isolasi Cair dan Minyak Transformator sebagai
bahan pengisolasi dan pendingin.

BAB V : PENUTUP
Merupakan bab yang berisikan kesimpulan dari uraian pembahasan dan saran-
saran yang menghubungkan dengan pembahasan sebelumnya.

PUTU RUSDI ARIAWAN 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Isolasi merupakan suatu peralatan yang digunakan sebagai pembatas dan


pengaman pada peralatan listrik yang mempunyai kekuatan listrik yang cukup untuk
menjamin sistem keselamatan yang diperlukan pada saat peralatan listrik tersebut
beroperasi maupun tidak beroperasi. Bahan isolasi digunakan untuk memisahkan bagian-
bagian yang bertegangan atau bagian-bagian yang aktif. Untuk itu sifat kelistrikannya
memegang peran yang sangat penting. Namun, sifat mekanis, termal, ketahanan terhadap
bahan kimia, serta sifat-sifat lainnya juga perlu diperhatikan. Untuk itu bahan isolasi yang
digunakan dalam teknik tegangan tinggi dibedakan menjadi : bahan isolasi gas, bahan
isolasi padat, bahan isolasi cair.
Pada dasarnya suatu bagian yang aktif peralatan listrik harus diisolasi sehingga
mempunyai sistem keamanan dan kenyamanan. Pada umumnya bahan isolasi mineral
(padat) didasarkan pada kemampuan bahan untuk bekerja pada suhu dan kondisi tertentu.
Bahan isolasi padat meliputi bahan-bahan isolasi berserat, plastik, mika, kaca, dan
porselin.
Koordinasi isolasi dapat di definisikan sebagai korelasi antara daya isolasi alat-
alat dan sirkuit listrik disatu pihak, dan karakteristik alat-alat pelindungnya dilain pihak,
sehingga isolasi tersebut terlindung dari bahaya-bahaya tegangan lebih. Koordinasi
isolasi dilakukan dengan menentukan kesesuaian yang diperlukan antara daya isolasi alat-
alat listrik dan karakteristik alat-alat pelindung terhadap tegangan lebih, yang masing-
masing ditentukan oleh tingkat ketahanan impuls dan tingkat perlindungan impulsnya.
Koordinasi isolasi mempunyai tujuan untuk perlindungan terhadap peralatan dan
penghematan.
Dalam pembahasan laporan ini lebih ditekankan pada kaca dan porselin sebagai
bahan isolasi.

PUTU RUSDI ARIAWAN 4


Beberapa sistem yang perlu diperhatikan dalam koordinasi isolasi adalah:
1. Penentuan sifat gangguan
2. Penentuan daya isolasi petralatan seperti: isolator, bushing, dan trafo.
3. Penentuan tegangan impuls standart.
4. Karakteristik alat-alat pelindung seperti CB, Arrester.
5. Penentuan tingkat isolasi impuls dasar ( BIL ) yang disingkat Basic Impuls Insulation
Level. Bil ini merupakan suatu besar tegangan yang masih mampu ditahan oleh
peralatan listrik, atau kemampuan peralatan listrik menahan tegangan maksimum
pada saat terjadi tegangan lebih.

2.2 Tingkat Ketahanan Isolasi (Basic Impuls Insulation Level/BIL)

Basic Impuls Insulation Level/BIL adalah suatu referensi level yang dinyatakan
dalam impuls crest voltage dengan standar bentuk gelombang dari 1,5 mikro sekon (di
USA), sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan lebih tinggi atau sama dengan nilai BIL-nya.
Pemikiran tentang tingkat isolasi suatu sistem tenaga listrik pertama-tama
adalah penyusunan suatu level umum isolasi pada atau di atas level tertentu, dimana hal
ini akan membatasi persoalan pada tiga kebutuhan yang fundamental,

yaitu :

1. Pemilihan Level Isolasi yang sesuai.


2. Jaminan bahwa break down dan flash over dari semua peralatan yang di isolasi /
isolator akan sama atau melebihi level yang telah dipilih.
3. Penggunaan peralatan pengaman yang akan memberikan suatu perlindungan pada
peralatan-peralatan sistem tenaga listrik dengan baik dan ekonomis.
Suatu isolasi peralatan harus disesuaikan dengan tingkat ketahanan impuls sebesar
tidak kurang dari BIL. Dengan sendirinya peralatan harus mampu terhadap tegangan
spesifikasi baik impuls positif maupun negatif.

PUTU RUSDI ARIAWAN 5


Tabel 2.1 Tabel BIL untuk beberapa kelas referensi
Kelas referensi
( KV ) BIL ( KV ) 80%BIL ( KV )
1,2 30 24
1,8 75 60
12 95 76
23 150 120
34,5 200 160
46 250 200
69 350 280
92 450 360
115 550 440
138 650 520
161 750 600
180 825 660
196 900 720
230 1050 840
260 1175 940
287 1300 1040
345 1550 1240

2.3 Koordinasi Isolasi

Koordinasi isolasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara daya isolasi alat-
alat dan sirkuit listrik disatu pihak, dan karakteristik alat-alat pelindungnya di lain pihak,
sehingga isolasi tersebut terlindung dari bahaya-bahaya tegangan lebih.
Koordinasi isolasi dilakukan dengan menentukan kesesuaian yang diperlukan
antara daya isolasi alat-alat listrik dan karakteristik alat-alat pelindung terhadap tegangan
lebih, yang masing-masing ditentukan oleh tingkat ketahanan impuls dan tingkat
perlindungan impulsnya.koordinasi isolasi mempunyai tujuan untuk perlindungan
terhadap peralatan dan penghematan.

PUTU RUSDI ARIAWAN 6


Beberapa sistem yang perlu diperhatikan dalam koordinasi isolasi adalah:
1 Penentuan sifat gangguan
2 Penentuan daya isolasi petralatan seperti: isolator, bushing, dan trafo.
3 Penentuan tegangan impuls standart.
4 Karakteristik alat-alat pelindung seperti CB, Arrester.
5 Penentuan tingkat isolasi impuls dasar ( BIL ) yang disingkat Basic Impuls
Insulation Level. BIL ini merupakan suatu besar tegangan yang masih mampu
ditahan oleh peralatan listrik, atau kemampuan peralatan listrik menahan tegangan
maksimum pada saat terjadi tegangan lebih.

2.4 Jenis Polutan di Alam


Polutan yang dapat mempengaruhi ketahanan permukaan suatu isolator terdiri
dari dua komponen yaitu komponen yang bersifat konduktif dan lembab (inert).
Komponen yang bersifat konduktif terdiri dari garam-garam yang dapat terurai menjadi
ion-ion, seperti natrium chlorida (NaCl), magnesium chlorida (MgCl2), natrium sulfat
(Na2SO4) dan lainnya. Jika garam-garam ini terurai dalam suatu larutan, maka akan
terbentuk suatu lapisan konduktif pada permukaan isolator yang akan mempengaruhi
besarnya tegangan lewat-denyar. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kecepatan larut
dari garam-garam tersebut. Pengaruh garam yang sukar larut seperti magnesium chlorida
terhadap tegangan lewat-denyar lebih kecil daripada pengaruh garam yang mudah larut
seperti natrium chlorida.
Beberapa komponen konduktif, terutama yang ada di daerah industri, dapat larut
membentuk suatu larutan asam yang bersifat konduktif seperti gas sulfur dioksida (SO2)
dan nitrogen dioksida (NO2). Jenis pengotor ini sulit dideteksi karena saat permukaan
isolator menjadi kering, gas SO2 segera menguap. Komponen yang bersifat lembab
adalah bagian dari zat padat yang tidak dapat terurai menjadi ion-ion dalam larutan, tetapi
komponen lembam ini dapat menurunkan ketahanan permukaan isolator. Zat-zat seperti
silikon dioksida (SiO2), tanah liat (kaolin, bentonit dan lainnya), dan semen portland
dapat membentuk suatu ikatan mekanis yang mengikat partikel-partikel komponen
konduktif. Ikatan mekanis ini menurunkan pengaruh proses pencucian permukaan
isolator.

PUTU RUSDI ARIAWAN 7


Komponen lembam dapat bersifat hydrophilic dan hydrophobic. Komponen
lembam bersifat hydrophilic akan meningkatkan tingkat kebasahan permukaan isolator
karena bersifat menyerap air, seperti SiO2, tanah liat, dan semen-semen anorganik.
Sedangkan komponen lembam yang bersifat hydrophobic menurunkan tingkat kebasahan
permukaan isolator karena bersifat menolak air (water repellent). Komponen hydrophobic
seperti lemak dan minyak akan menyebabkan air bemanik-manik jika permukaan
isolator ada proses pembasahan, sehingga lapisan konduktif yang terbentuk tidak kontinu.

2.4 Penggunaan Bahan Isolasi Mineral


Bahan-bahan isolasi mineral memiliki peran dan penggunaan yang cukup besar
pada teknik listrik. Bahan isolasi yang akan dibahas dalam laporan ini adalah kaca, yang
merupakan salah satu contoh bahan isolasi mineral. Akan tetapi, kaca memiliki sedikit
perbedaan dengan bahan isolasi mineral yang lainnya. Bahan isolasi mineral lain, seperti
mika atau mikanit digunakan sebagai isolasi pada ikatan kimia atau keadaan alaminya
tanpa mengalami proses kimia atau termal sebelumnya, sedangkan penggunaan kaca
tidak pada bentuk atau keadaan alaminya, melainkan harus diproses terlebih dahulu
dengan pemanasan (pembakaran), pengerasan, dan pelumeran. Itulah sebabnya mengapa
kaca dikatakan sedikit berbeda dengan bahan isolasi mineral lainnya.

Kaca adalah substansi yang dibuat dengan pendinginan bahan–bahan yang


dilelehkan, tidak berbentuk kristal tetapi tetap pada kondisi berongga. Kaca pada
umumnya terdiri dari campuran silikat dan beberapa senyawa antara lain : borat, pospat.
Kaca dibuat dengan cara melelehkan beberapa senyawa silikat (pasir), alkali (Na dan K)
dengan bahan lain (kapur, oksida timah hitam). Karena itu sifat dari kaca tergantung dari
komposisi bahan–bahan pembentuknya. Massa jenis kaca berkisar antara 2 hingga 8,1
g/cm3, kekuatan tekannya 6000 hingga 21000 kg/cm2, kekutan tariknya 1 hingga 300
kg/cm2. Karena kekuatan tariknya relatif kecil, maka kaca adalah bahan yang regas.

Walaupun kaca adalah substansi berongga, tetapi tidak mempunyai titik leleh
yang tegas, karena pelelehannya adalah perlahan-lahan ketika suhu pemanasan dinaikkan.
Titik pelembekan kaca berkisar antara 500 hingga 17000 C. Makin sedikit kandungan
SiO2 makin rendah titik pelembekan kaca. Demikian pula halnya dengan muai panjang

PUTU RUSDI ARIAWAN 8


(α) nya, makin banyak kadar SiO2 yang dikandungnya akan makin kecil α nya. Muai
panjang untuk kaca berkisar antara 5,5. 10-7 hingga 150. 10-7 per derajat celcius.

Kaca merupakan bahan kuat, tahan panas, keras, dan secara biologi merupakan
bahan yang tidak aktif, yang dapat dibentuk menjadi permukaan yang tahan dan licin.
Ciri-ciri ini menjadikan kaca sebagai bahan yang sangat berguna. Komponen utama kaca
ialah silika. Silika ialah galian yang mengandungi silikon dioksida. Nama IUPAC silikon
dioksida ialah silikon(IV) oksida. Wujud silika awalnya adalah pasir, yaitu pasir silika.
Kaca merupakan substansi kimia yang serupa dengan kuarsa. Silika mempunyai titik
lebur sekitar 2000 derajat celsius. Dua komponen penting dalam pembuatan kaca yang
baik adalah mencampurkan soda (sodium karbonat Na2CO3), atau potasy dengan kalium
karbonat, yang dapat menurunkan titik lebur kaca menjadi sekitar 1000 derajat celsius.
Bahan soda menjadikan kaca larut, sedangkan kapur (kalsium oksida, CaO) adalah bahan
yang menyebabkan kaca sukar larut.
Kaca merupakan bahan yang terbentuk apabila bahan cair tidak berkristal
disejukkan dengan cepat, dengan itu tidak memberikan cukup masa untuk jaringan kristal
bisa terbentuk.

Tabel 2.2 Klasifikasi bahan isolasi


Kelas Bahan Suhu kerja
maks.
Y Katun, sutera alam, wolsintesis, rayon, serat poliamid, 90 oC
kertas, prespan, kayu, poliakrilat, polietilen, polivinil, karet.
A Bahan kelas Y yang diimpregnasi dengan vernis, aspal, 105 oC
minyak trafo.
Email yang dicampur dengan vernis dan poliamid.
E Email kawat yang terbuat dari: polivinil formal, poli 120 oC
urethan dan damar, bubuk plastik, bahan selulosa pengisi
pertinaks, tekstolit, triasetat, polietilen tereftalat.
B Bahan anorganik (mika, fiberglas, asbes) bitumen, bakelit, 130 oC
poli monochloro tri fluor etilen, poli etilen tereftalat, poli
karbonat, sirlak.

PUTU RUSDI ARIAWAN 9


F Bahan-bahan anorganik yang diimpregnasi atau direkat 155 oC
dengan dengan epoksi, poliurethan, atau vernis dengan
ketahanan panas yang tinggi.
H Mika, fiberglas, dan asbes yang diimpregnasi dengan 180 oC
silikon tanpa campuran bahan berserat, karet silikon, email
kawat poliamid murni.
C Bahan-bahan anorganik tanpa diimpregnasi atau diikat Di atas
dengan substansi organik yaitu: mika, mikanit tahan panas, 180 oC
mikaleks, gelas,keramik, teflon(politetra fluoroetilen)
adalah satu-satunya substansi organik.

PUTU RUSDI ARIAWAN 10


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pencarian Data

Pencarian data dalam penyusunan laporan ini dilakukan di Kampus Bukit


Jimbaran, pada bulan juli 2007.

3.2 Data

3.2.1 Sumber data


Data yang digunakan pada proses penyusunan laporan Kaca dan Porselin ini
diperoleh dari literatur-literatur yang berupa konsep dan aplikasi dari bahan isolasi cair
serta sumber online (internet).
3.2.2 Jenis data
Data yang digunakan dalam menganalisis adalah data sekunder yang berasal dari
kajian pustaka dengan data-data sebagai berikut :
1. Bahan-bahan listrik untuk Politeknik
Oleh : Drs.Muhaimin
2. Media internet
- www.elektroindonesia.com
- Maryati Doloksaribu : pembuatan keramik porselin sebagai bahan isolator
Listrik dan karakteristiknya, 2005 USU Repository @ 2006
- Http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=120
- Http;//www. wikipedia.org/wiki.com

3.2.3 Metode pengumpulan data


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data laporan ini adalah metode studi
literatur, yaitu mengumpulkan data dari buku-buku referensi, modul-modul yang relevan
dengan objek permasalahan.

PUTU RUSDI ARIAWAN 11


3.3 Tahap-Tahap Pengolahan Data
Adapun tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:
1 Mencari hal-hal penting yang berhubungan dengan penulisan dari buku-buku atau
literatur lainnya.
2 Menentukan rumusan masalah yang akan dibahas.
3 Menyusun data yang diperoleh menurut sistematika laporan.
4 Menarik kesimpulan yang bisa menjawab rumusan masalah.

3.4 Aspek-Aspek yang Dikaji


Adapun aspek-aspek ysng dikaji adalah sebagai berikut:
1. Kaca dan Porselin
2. Pengolahan Kaca dan Porselin
3. Peningkatan kualitas Kaca dan Porselin

3.5 Teknik Mengambil Kesimpulan


Berbagai pertimbangan penulis dalam menarik kesimpulan adalah sebagai
berikut.
1. Kesimpulan langsung berhubungan dengan rumusan masalah yang dibuat.
2. Kesimpulan diperoleh dari hasil pertimbangan yang tidak sepihak, tetapi
berdasarkan berbagai referensi.
3. Kesimpulan merupakan jawaban dari masalah dan tujuan penulisan

PUTU RUSDI ARIAWAN 12


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Isolasi

Isolasi merupakan suatu peralatan yang digunakan sebagai pembatas dan


pengaman pada peralatan listrik yang mempunyai kekuatan listrik yang cukup untuk
menjamin Sistem keselamatan yang diperlukan pada saat peralatan listrik tersebut
beroperasi maupun tidak beroperasi. Bahan isolasi yang digunakan dalam teknik
tegangan tinggi dibedakan menjadi : bahan isolasi gas, bahan isolasi padat, bahan isolasi
cair.

4.2 Bahan Isolasi Kaca


Kaca merupakan bahan yang terbentuk apabila bahan cair tidak berkristal
disejukkan dengan cepat, dengan itu tidak memberikan cukup masa untuk jaringan kristal
bisa terbentuk.
Kaca merupakan bahan kuat, tahan panas, keras, dan secara biologi merupakan
bahan yang tidak aktif, yang dapat dibentuk menjadi permukaan yang tahan dan licin.
Ciri-ciri ini menjadikan kaca sebagai bahan yang sangat berguna. Komponen utama kaca
ialah silika. Silika ialah galian yang mengandungi silikon dioksida. Nama IUPAC silikon
dioksida ialah silikon(IV) oksida. Wujud silika awalnya adalah pasir, yaitu pasir silika.
Kaca merupakan substansi kimia yang serupa dengan kuarsa. Silika mempunyai titik
lebur sekitar 2000 derajat celsius. Dua komponen penting dalam pembuatan kaca yang
baik adalah mencampurkan soda (sodium karbonat Na2CO3), atau potasy dengan kalium
karbonat, yang dapat menurunkan titik lebur kaca menjadi sekitar 1000 derajat celsius.
Bahan soda menjadikan kaca larut, sedangkan kapur (kalsium oksida, CaO) adalah bahan
yang menyebabkan kaca sukar larut.
Kaca dibuat dengan pendinginan bahan-bahan yang dilelehkan, tidak berbentuk
kristal tetapi tetap pada kondisi berongga. Kaca pada umumnya terdiri dari campuran
silikat dan beberapa senyawa antara lain borat, pospat. Kaca dibuat dengan cara

PUTU RUSDI ARIAWAN 13


melelehkan beberapa senyawa silikat (pasir), alkali (Na dan K) dengan bahan lain (kapur,
oksida timah hitam). Karena itu sifat dari kaca tergantung dan komposisi bahan-bahan
pembentuknya tersebut. Massa jenis kaca berkisar antara 2 hingga 8,1 g/cm3, kekuatan
tekannya 6000 hingga 21000 kg/cm2, kekuatan tariknya 100 hingga 300 kg/cm2. Karena
kekuatan tariknya relatif kecil, maka kaca adalah bahan yang regas.
Walaupun kaca merupakan substansi berongga, tetapi tidak mempunyai titik leleh
yang tegas, karena pelelehannya adalah perlahan-lahan ketika suhu pemanasan dinaikkan.
Titik pelembekan kaca berkisar antara 500 hingga 1700° C. Makin sedikit kandungan
Si02 nya makin rendah titik pelembekan suatu kaca. Demikian pula halnya dengan muai
panjang (  ) nya, makin banyak kadar SiO2 yang dikandungnya akan makin kecil  nya.
Muai panjang untuk kaca berkisar antara 5,5 . 107 hingga 150. 107 per derajat celcius.
Nilai dan angka muai panjang adalah sangat penting bagi suatu kaca hitam
hubungannya dengan kemampuan kaca menahan perubahan suhu. Piranti dan kaca yang
dipanaskan atau didinginkan secara tiba-tiba akan meregang. Hal ini disebabkan
distribusi suhu tidak merata pada lapisan luarnya dan keadaan tersebut menyebabkan
retaknya piranti. Jika kekuatan tarik dan piranti kaca lebih rendah daripada kekuatan
tekannya, maka pendinginan yang mendadak pada penmukaannya akan lebih
memungkinkan terjadinya keretakan dibandingkan dengan pemanasan tiba-tiba.
Kaca silika jenis Red-Hot akan lebih aman dalam hal pendinginan atau
pemanasan tiba-tiba karena kaca jenis ini mempunyai  yang sangat rendah. Piranti kaca
yang dindingnya tipis. Ketahanannya terhadap perubahan panas mendadak lebih baik
dibandingkan dengan piranti kaca yang dindingnya tebal. Hal ini karena dipengaruhi
faktor kerataan pemuaian permukaan kaca bagian luar dan dalam dinding piranti adalah
tidak sama.
Kaca yang digunakan untuk suatu perangkat dam pada perangkat tersebut terdapat
juga logam, misalnya: lampu pijar, tabung sinar katode; maka nilai  nya harus
disesuaikan, yaitu harus rendah karena selalu bekerja pada suhu yang cukup tinggi.
Dengan demikian maka tidak terjadi keretakan di bagian kacanya pada waktu perangkat
tersebut digunakan.
Kemampuan larut kaca terhadap bahan lain akan bertambah sesuai dengan
kenaikan suhunya. Kaca yang mempunyai kekuatan hidrolitik rendah ketahanan

PUTU RUSDI ARIAWAN 14


permukaannya pada media yang lembab adalah kecil. Kaca silika mempunyai ketahanan
hidrolitik yang paling tinggi. Kekuatan hidrolitik akan sangat berkurang jika kaca diberi
alkali. Pada kenyataannya kaca silika adalah tidak peka terhadap asam kecuali asam
fluorida.
Pada pabrikasi kaca, asam fluorida digunakan untuk membuat kaca-embun. Pada
umumnya kaca tidak stabil terhadap pengaruh alkali. Sifat-sifat elektris dan kaca
dipengaruhi oleh komposisi dan kaca itu sendiri. Kaca yang digunakan untuk teknik
listrik pada suhu normal diperlukan syarat-syarat antara lain resistivitas berkisar antara 10
hingga  17 — cm, perinitivitas relatif  r berkisar antara 3,8 hingga 16,2, kenugian sudut
dielektniknya (tan  ) 0,0003 hingga 0,01, tegangan break-down 25 hingga 50 kv/mm.
Kaca silika mempunyai sifat kelistrikan yang paling baik. Pada suhu kamar besarnya
resistivitas adalah 107  -cm,  r 3,8 dan tan  pada 1 MHz adalah 0.0003. Jika kaca
silika ditambahkan natrium atau kalium, maka resistivitasnya akan turun, tan  nya akan
naik sedikit.
Seringkali oksida logam alkali ditambahkan pada pembuatan kaca dengan maksud
agar sifat-sifat kaca menjadi lebih baik. Oksida-oksida tersebut dimasukkan ke dalam
kaca sebagai pemurnian bahan-bahan mentah. Keberadaan natrium di dalam kaca adalah
lebih tidak menguntungkan dibanding kalium. Karena ion Na adalah sangat kecil
ukurannya dan sangat mudah bergerak di dalam medan listrik. Itulah sebabnya mengapa
Na dapat menambah konduktivitas kaca. Perbandingan antara Na dan K dan pengaruhnya
di dalam suatu kaca dapat ditunjukkan pada Gb.4.1

Gambar 4.1 Resistivitas sebagai fungsi komposisi(%) Na2O dan KaO

PUTU RUSDI ARIAWAN 15


Kaca yang mengandung oksida-oksida 2 logam alkali yang berbeda
dimungkinkan mempunyai sifat isolasi yang lebib tinggi dibandingkan jika kuantitas
oksidanya hanya mengandung 1 bagian dan kuantitas oksida 2 logam (efek netralisasi
atau polialkalin). Kemampuan isolasi kaca juga dapat lebih baik jika padanya di tambah
PbO atau BaO.

4.1.1. Pabrikasi dan peningkatan kualitas


Kaca dibuat dengan cara mendinginkan secara cepat beberapa bahan yang
dilelehkan atau kristalisasi. Proses tersebut dinamakan devtrivikasi. Pendinginan yang
cepat tersebut diikuti dengan naiknya kekentalan substansi atau pembentukan keadaan
kristal.
Pabrikasi kaca diawali dengan pemotongan, penghalusan dan mencampur bahan-
bahan mentah antaralain pasir silika(SiQz),soda(Na2CO3),kapur(CaC03), kalsium
magnesium karbonat (CaCO3.Mg C03), borak (Na B407), asam borik (FbBO3), ininium
(P1304), tanah kaolin dan feldspar. Semua bahan tersebut difusikan.
Kaca dapat dilelehkan dalam suatu wadah yang kapasitasnya dapat mencapai 2
ton bahan mentah. Setelah bahan-bahan tersebut meleleh (bahan-bahan yang mudah
menguap hilang dengan sendirinya) makaterjadi rcaksi antara komponen-komponen
pembentuknya. Kaca yang masih dalam keadaan lunak disebut metal. Metal ini
selanjutya dihaluskan kembali di dalam sebuah tangki khusus. Dari tangki ini kaca
diambil untuk dibentuk.
Karena kaca kental adalah kenyal, maka sangat mudah dibentuk yaitu dengan :
peniupan (misalnya untuk: bola lampu, piranti gelas reaksi), penarikan (misalnya: tatakan
gelas, pipa dan tabung) atau dengan penekanan dan pencetakan. Kaca yang masih panas
dapat disolder dengan baik satu sama lain seperti halnya logam. Umumnya kaca
diproduksi dengan bentuk datar antara lain: kaca jendela dan bentuk kemasan antara lain :
botol, bola lampu.
Setelah pembentukan, kaca harus didinginkan perlahan-lahan dalam sistem
anealing, biasanya dilakukan di dalam oven panjang yang disebut lehr. Pendinginan
perlahan-lahan ini adalah sangat penting dilakukan untuk mengurangi regangan termal

PUTU RUSDI ARIAWAN 16


dalam. Regangan ini kemungkinan besar dapat menyebabkan retaknya kaca ketika terjadi
pendinginan.
Kaca dingin dapat direkayasa yaitu dengan pemotongan menggunakan intan
pemotong, pembubutan, perataan, pengeboran (mata bornya adalah logam yang eksira
keras misalnya : pobedit atau dengan bor perunggu yang menggunakan berbagai abrasip),
kaca juga dapat dipoles.

4.1.2. Jenis-jenis kaca silika


Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kaca silika mempunyai sifat isolasi yang
tinggi, ketahanan panas yang tinggi dan kuat terhadap pengaruh hidrolitik. Pabrikasi
piranti kaca silika menggunakan dapur tinggi khusus.
Terdapat 2 macam kaca silika yaitu kaca silika bening dan kaca silika tidak
bening tetapi tembus cahaya (translucent).
1. Kaca silika bening mempunyai sifat yang lebih baik daripada kaca silika yang
tidak bening.
2. Pada kaca silika yang tidak bening terdapat gelembung-gelembung udara di
dalamnya. Hal ini dapat dimaklumi, karena proses pembuatan kaca silika bening
lebih sulit daripada kaca silika tidak bening.
Jika kristal kuarsa dalam jumlah besar diperlukan,bisa digunakan pasir kuarsa
biasa (pasir kali). Massajenis kaca silika adalah 2.2 g/cm3. Kebanyakan kaca silika yang
digunakan di dalam keteknikan mernpunyai berbagai substansi yang ditambahkan ke
SiO2, sehingga membuatnya lebih mudah direkayasa, tetapi titik fusinya menjadi lebih
rendah.

Kaca-silika di dalam keteknikan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:


1. Kaca alkali tanpa oksida berat.
Kaca ini mempunyai tilik lebur yang agak rendah. Pemakaiannya antara lain
untuk: botol, kaca jendela.
2. Kaca alkali yang mengandung oksida berat
Kaca ini mempunyai sifat kelistrikan yang tinggi dibandingkan dengan kaca alkali
kelompok 1. Kaca Flint ditambah dengan PbO atau kaca Crown ditambah dengan

PUTU RUSDI ARIAWAN 17


BaO digunakan sebagai kaca optik. Kaca khusus untuk bahan dielektrik kapasitor
adalah kaca flint yang disebut minos. Di antara kaca-kaca crown terdapat jenis
yang disebut Pireks. Pireks mempunyai koefisien termal 33. 107 per° C dan
mampu menahan perbedaan suhu yang mendadak.
3. Kaca non alkali
Penggunaan kaca ini adalah sebagai kaca optik dan bahan isolasi listrik. Beberapa
jenis kaca dan kelompok ini mempunyai titik pelunakan yang sangat tinggi.

4.1.3 Pemakaian kaca pada keteknikan


Pemakaian kaca pada keteknikan antara lain :
a. Pembuatan bola lampu. tabung elektronik, penyangga filamen.
Titik pelunakan kaca ini tidak terlalu tinggi, muai panjangnya hendaknya
dibuat mendekati muai panjang logam maupun paduannya yang disangga
Logam yang dimaksud adalah wolfram, molibdenum.
b. Untuk bahan dielektrik pada kapasitor.
Minos adalah salah satu jenis kaca yang mempunyai permeabilitas relative
tinggi yaitu 7,5, sudut kerugian dielektrik (tan δ) kecil pada frekuensi 1 MHz,
suhu 20°C, tan δ = 0,0009 pada frekuensi 1 MHz, suhu 200° C,tan δ = 0,0012.
Kaca ininos mempunyai α = 82. 107 per ° C. massajenis 3,6 g/cm3.
c. Untuk membuat berbagai isolator
Misalnya: isolatorpenyangga, isolator antena, isolator len dan
isolatorbushing.
Untukpenggunaan ini,selain sifatkelistrikan yangbaikjuga dituntut mempunyai
kekuatan mekanis yang tinggi, tahan terhadap perubahan suhu yang
mendadak, tahan terhadap pengaruh kiinia. Jenis kaca yang digunakan untuk
keperluan ini antara lain: kaca silika, pireks kalium - natrium.
d. Pelapisan logam
Salah satu jenis kaca adalah enamel (bukan enamel vernis). Enamel dalam
hal ini dapat digunakan untuk pelapisan logam atau benda lain sejenisnya,
misalnya: dudukan lampu, reflektor, barang-barang dekoratif; yang tujuannya

PUTU RUSDI ARIAWAN 18


adalah melindungi barang-barang tersebut dan korosi dan sekaligus untuk
mendapatkan permukaan yang lebih bagus.
Enamel juga dapat digunakan sebagai isolasi listrik yaitu untuk melapisi
resistor tabung (kawat yang dililitkan pada tabung tersebut adalah resistor
antara lain: nikrom, konstanian). Enamel dileburkan dan kemudian tabung
keramik yang sudah dililiti kawat tersebut dicelupkan sehingga sela-sela
antara lilitan tersisi enamel. Tujuannya di samping untuk mengisolasi lilitan,
juga melindungi lilitan terhadap uap, debu dan oksidasi udara pada suhu kerja
yang tinggi. Resistor tabung yang dilapisi enamel seperti ditunjukkan pada
Gb. 2.

Gambar 4.2 Resistor tabung yang dilapisi enamel


Enamel dipabrikasi dengan meleburkan komponen-komponennya yang
halus kemudian dituangkan sedikit deini sedikit dalam keadaan meleleh ke
dalam air yang dingin hingga membentuk seperti bola, selanjutnya dihaluskan
menjadi bubuk. Pemakaian enamel untuk pelapisan dapat dilakukan dengan
cara kering dan dapat pula dengan cam basah. Pada pelapisan kering,
perangkat yang akan dilapisi dipanasi hingga suhu tertentu kemudian
dimasukkan ke dalam bubuk enamel. Dengan demikian maka bubuk di
sekelilingnya akan meleleh dan melapisi perangkat tersebut. Proses ini
diulang-ulang hingga diperoleh ketebalan pelapisan yang diinginkan.Pada
pelapisan basah, mula-mula enamel diaduk dengan air sehingga menjadi
bubur enamel yang digunakan untuk melapisi perangkat yang dimaksud.
Selanjutnya perangkat yang sudah dilapis tersebut dikeringkan dan setelah
kering dipanaskan dengan oven sehingga enamel meleleh dan dengan

PUTU RUSDI ARIAWAN 19


demikian dilapisi perangkat. Untuk keperluan pelapisan ini koefisien muai
panjang enamel harus diusahakan sama dengan muai panjang perangkat yang
dilapisi. Komponen enamel untuk pelapisan resistor Labung (kaca boron-
timab hitam dengan mangan peroksida) adalah sangat sederhana yaitu : 27 %
PbO, 70 % FbBO3 dan 3 % MnOi. Titik lebur enamel ± 600° C. Enamel akan
hilang wamanya dan sebagian akan melarut jika direndam di dalam air dalam
waktu yang lama. Untuk menambah ketahanan enamel terhadap air dan panas
biasanya ditambahkan pasir kuarsa. Sedangkan untuk menambahkan
kemampuan lekatnya enamel yang digunakan melapis baja atau besi Wang,
ditambah Ni dan Co.

4.2. Sitol
Sitol mempunyai bahan dasar kaca yang merupakan pengembangan baru.
Pemakaian sitol adalah sangat luas, struktur dan sifat-sifamya adalah di antara kaca dan
keramik. Sitol juga disebut keramik-kaca atau kaca-kristal. Yang banyak dijumpai di
pasaran antara lain : pyroceram, vitoceram. Sitol mempunyai struktur kristal yang halus
(hal ini yang membedakannya dengan kaca biasa) tetapi berongga. Tidak seperti halnya
keramik biasa, sitol tidak dibuat dengan pembakaran tetapi cenderung dengan fusi dan
bahan-bahan mentahnya dengan menjadikannya meleleh dan kemudian kristalisasi. Agar
bahan ini mempunyai ketahanan terhadap suhu dan kelisitrikan lebih baik maka perlu
bahan tambahan yaltu : Fe S. Ti 02, alkali fluorida, alkali fospat dan logam- logam alkali
tanah.
Sitol mempunyai sifat mekanis yang tinggi,  yang rendah sehingga tahan
terhadap perubahan suhu yang mendadak. Permitivitas relatif (Zr) berkisar antara 5
sampai 6, tan δ pada frekuensi 1 MHz sekitar 0,01 dan pada 10.000 MHz sekitar 0,001.

PUTU RUSDI ARIAWAN 20


4.3. Porselin
Porselin adalah bahan isolasi kelompok keramik yang sangat penting dan luas
penggunaannya. lstilah bahan-bahan keramik adalah digunakan untuk semua bahan
anorganik yang dibakar dengan pembakaran pada suhu tinggi dan bahan asal berubah
substansinya. Bahan dasar dan porselin adalah tanah liat. ini berarti bahan dasar tersehut
mudah dibentuk pada waken basah, tetapi menjadi tahan terhadap air dan kekuatan
mekaniknya naik setelah dibakar. Penggunaan isolator dan porselin antara lain: isolator
tank, isolator penyangga, rol isolator seperti dapat dililiat pada Gb.4.3

Gambar 4.3 Beberapa isolator porselin

Tanah liat khusus misalnya tanah liat Cina dan tanah liat yang sudah diolah
digunakan pada pabrikasi porselin setelah dicampur dengan kuarsa. Proses pembuatan
perangkat dari porselin secara garis besar adalah sebagai berikut:

PUTU RUSDI ARIAWAN 21


Setelah tanah liat dibersihkan dan kotoran-kotoran misalnya : kerikil; kemudian dicampur
dengan air hingga homogen (tetapi tidak terlalu amen seperti bubur). Selanjutnya adalah
tahap pembentukan yaitu dengan putaran, penekanan, cetakan dan ekstrusi. Selanjutnya
setelah perangkat terbentuk, dikeringkan lalu diadakan pelapisan dengan gelas (glazing)
dan terakhir adalah tahap pembakaran. Perlu diingat bahwa pada proses pembuatan
perangkat dan keramik sejak masih basah hingga selesai dibakar akan terjadi pengecilan
dimensi. Sedangkan pada proses pelapisan dengan gelas dan pembakanan menentukan
sekali kualitas produk.
Pada proses pelapisan dengan gelas, kaca halus atau bahan dasar kaca atau
campuran keduanya dipanaskan hingga meleleh, kemudian digunakan melapisi perangkat
yang dikehendaki dengan cara mencelupkan benda dalam permukaan yang diinginkan
untuk dilapisi. Pelapisan dengan gelas semacam ini digunakan untuk memperkuat dan
sekaligus menghiasi permukaan, akan menjadikan produk porselin makin sedikit
kemampuannya menyerap air, mudah dibersihkan, menghilangkan retak-retak yang ada
dipermukaan. Dengan pelapisan gelas, arus bocor yang melalui permukaan isolator akan
lebih kecil terutama pada keadaan basah dan sekaligus dapat menaikkan tegangan
terjadinya loncatan busur api (flashover).
Seperti pada penggunaan kaca bersama-sama dengan logam, koefisien termal
antara pelapis dan yang dilapisi harus sama. Jika gelas pelapisnya mempunyai  lebih
kecil daripada  yang dilapisi akan terjadi kompresi pada waktu terkena suhu yang
rendah. Sedangkan jika kaca pelapis mempunyai  yang lebih besar daripada  yang
dilapisi pada waktu terkena suhu di alas suhu normal pelapisnya akan retak (bentuk
retaknya kecil memanjang) yang disebut crazing. Retakan ini akan menurunkan kekuatan
mekanik benda.
Untuk pelapisan benda-benda porselin yang besar dapat dilakukan dengan
menuangkan bahan pelapis pada permukaannya. Selanjutnya setelah benda tersebut
dilapis dikeringkan dan dilakukan pcmbakaran.Maksud dan pembakaran adalah untuk
mendapatkan kekuatan mekanik, kemampuan isolasi dan ketahanan terhadap air yang
lebib tinggi. Selama pembakaran, struktur kristal dan tanah liat (bahan dasar keramik)
akan berubah, air yang dikandung akan hilang. Selama pembakaran juga akan terjadi
lubang-lubang kecil. Untuk menutup lubang-lubang ini digunakan bahan yang disebut

PUTU RUSDI ARIAWAN 22


feldspar. Feldspar selama pembakaran akan meleleh sehingga mengisi lubang-lubang
kecil yang terjadi tersebut, sekaligus berfungsi scbagai bahan penguat. Untuk pembuatan
isolator porselin diperlukan suhu yang berkisar antara 13000 hingga 15000 C dalam
jangka waktu 20 hingga 70 jam.
Kenaikan suhu dari suhu normal hingga suhu di atas adalah perlahan-lahan.
Setelah mencapai suhu yang diinginkan, pendinginannya dilakukan sec.ara perlahan-
lahan sebelum dikeluarkan dan oven. Untuk pembakaran atau pemanasan dalam oven
dapat digunakan solar, gas, batubara atau listrik. Cara pembakaran pada benda yang akan
dibuat (sebelumnya dikeringkan) diletakkan di ruang bakar agar tidak berhubungan
langsung dengan nyala api aiau hilitan elemen pemanas jika yang digunakan pemanas
histrik. Hal ini untuk menghindari pemanasan yang tidak merata dan Pembentukan
jelaga. Bagian dasar dan benda tidak perlu dilapis dengan gelas agar tidak melekat
dengan dasar ruang pembakaran jika sudah dingin.
Terdapat 2 macam oven untuk pembakaran porselin yaitu jenis pemanggang (kiln)
dan jenis terowongan.
1. Oven jenis pemanggang . Pada oven jenis pemanggang proses pembakaran dan
pendinginan dilakukan secara serentak untuk beberapa benda kerja. Untuk
industri kecil, oven ini tepat digunakan.
2. Oven jenis terowongan. Oven jenis ini penampangnya seperti ditunjukkan pada
Gb. 4.3. Dalam oven ini benda yang dipanaskan dilewatkan melalui oven secara
perlahan-lahan. Panjang oven ini dapat mencapai 100 meter, terdiri dan 3 bagian
proses yaitu daerah pemanasan, daerah pemanggang dan derah pendinginan. Suhu
tertinggi adalah di daerah tengah yaitu daerah pemanggang dan bagian pinggir
lebih dingin.

PUTU RUSDI ARIAWAN 23


Gambar 4.4 Penampang oven terowongan

Dengan demikian selama perjalanan benda-benda kerja akan terjadi pemanasan


dan pendinginan secara bertahap dan perlahan-lahan. Karena pada oven jenis terowongan
ada bagian yang selalu bergerak (untuk menempatkan benda kerja) maka pemanasan
terhadap benda kerja adalah terus-menerus, demikian pula pengambilan bagi benda kerja
yang selesai dipanasi tidak perlu memadamkan oven. Pengecilan yang terjadi selama
proses pembuatan benda porselin dan keadaan basah hingga pembakaran adalah sebesar
20%. Karena itu untuk pembuatan benda porselin pada waktu masih mentah harus lebih
besar dan ukuran akhir yang dikehendaki. Namun pada prakteknya sulit didapat ukuran
yang presisi,karena hal ini dipengaruhi komposisi bahan dan kondisi pembakarannya.
Umumnya produk-produk porselin toleransi yang masih dapat ditolerir berkisar antara 2
hingga 5 %.
Benda-benda porselin disarankan tidak disambung dengan menggunakan sekrup
tetapi untuk menyambungnya menggunakan 1cm, semen atau diikat dengan logam. Sifat-
sifat porselin adalah sebagal benikut: massa jenis berkisar antara 2,3 hingga 2,5 g/cm3,

PUTU RUSDI ARIAWAN 24


koeffisien muai panjang (  ) 3. 106 hingga 4,5 . 10-6 per° C. Hal ini penlu mendapatkan
perhatian jika dilem dengan semen atau diikat dengan logam, karena  semen = 11 . 10-6
per° C,  baja = 14 . 10-6 peoC. Kekuatan tekan porselin adaiah 4000 hingga 6000 kg/
cm3, kekuatan tarik 300 hiagga 500 kg/cm3 untuk yang menggunakan pelapis, 200 hingga
300 kg/cm3yang tanpa pelapis. Kekuatan tekuk 80 hingga 100 kg/cm3. Porselin lebih
regas daripada kaca.
Sifat kelistrikan porselin anlara lain tegangan tembus berkisar antara 10 hingga 30
kV/mm, resistivitas 1011 hingga 1014  cm, perinitivilas (C ) berkisar antara 6 hingga 7,
tan  0,015 hingga 0,02. Sudut kerugian dielektrik akan naik jika suhu dinaikkan seperti
ditunjukkan pada Gb 6.4.
Penggunaan porselin sebagai isolator adalah luas sekali baik sebagai isolator
penyangga maupun sebagai isolator tank. Untuk itu penggunaan porselin sebagai isolator
harus diperhatikan kemampuan mekanisnya disamping kemampuan elektnisnya.
Penggunaan isolator pada tegangan tinggi, yang juga harus menjadikan pertimbangan
adalah tegangan pelepasan (discharge-voltage)nya. Tegangan pelepasan adalah tegangan
yang dikenakan pada isolator yang menyebabkan mengalirnya arus listrik melalui
permukaan di antara elektroda-elektroda. Dalam banyak kasus, pelepasan ini
menyebabkan busur api pada permukaan isolator. Busur api ini dapat terjadi pada
keadaan kering maupun basah (curah hujan 4,5 hingga 5,5 mm/menit).
Pada pengujian busur api dilaboratorium kondisi ini dapat diciptakan, untuk
mengetahui kelayakan suatu isolator digunakan di lapangan. Isolator gantung atau
isolator tank pada tegangan tinggi (bentuknya seperti cakram) pada bagian bawahnya
dibuat berlekuk-lekuk agar air hujan tidak merambat melaluinya. Banyak isolator
gantung atau isolator tank tergantung besarnya tegangan yang diisolasi. Contoh: untuk
tegangan 110 kV diperlukan 10 hingga 12 isolator, sedangkan untuk 400 kV terdiri dan
20 hingga 24 isolator. Hubungan atau korelasi antara besarnya tegangan kerja dengan
banyaknya isolator yang diperlukan seperti ditunjukkan pada Gb. 4.4.

PUTU RUSDI ARIAWAN 25


BAB V
SIMPULAN

5.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Bahan isolasi kaca dapat digunakan dalam berbagai keperluan isolasi listrik.
2. Kaca sangat cocok dan aman dalam penggunaannya karena karakteristiknya akan
tahan terhadap panas
3. Kaca dan porselin dibuat dengan cara dengan pemanasan (pembakaran ),
pengerasan, pelumeran dan mendinginkan secara cepat beherapa bahan yang
dilelehkan atau kristalisasi.
4. Sitol mempunyai bahan dasar kaca dimana struktur dan sifat-sifatnya adalah di
antara kaca dan keramik, dan memiliki sifat mekanis yang tinggi,  yang rendah
sehingga tahan terhadap perubahan suhu yang mendadak

5.2 Saran
Bahan isolasi kaca dan porselin merupakan salah satu bahan listrik yang sering
digunakan oleh masyarakat. Yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
mulai sekarang ini adalah meningkatkan pengetahuan mengenai bahan isolasi kaca
dan porselin dan melestarikan bahan-bahan anorganik maupun organik sebagai bahan
dasar pembuat bahan isolasi kaca dan porselin ini.

PUTU RUSDI ARIAWAN 26


DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin. 1993. Bahan-Bahan Listrik Untuk Politeknik. Jakarta : PT Pradnya


Paramita.
Sumanto, MA.Drs. 1944. Pengetahuan Bahan Untuk Mesin Dan Listrik. Yogyakarta:
Andi Offset.
_ _ _ . 2007. Http;//www. wikipedia.org/wiki.com

PUTU RUSDI ARIAWAN 27


BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : turusdi.info@gmail.com

www.facebook.com/turusdi

PUTU RUSDI ARIAWAN 28

You might also like