You are on page 1of 20

Ê Ê

   



‘   
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit
bagi hampir semua pasien.berbagai kemungkinan buruk yang akan membahayakan
bagi pasien bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran penting perawat dalam setiap
tindakan keperawatan dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk
mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis.
Oleh karena itu perlu diberikan informasi kepada pasien agar mampu
mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan
pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara memanajemen pemberian
perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik
yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi
masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan pasien
meningkatkan komplikasi (Perry & Potter, 2006).
Ketidak siapan pasien menghadapi pemulangan juga dapat terjadi
karena pasien terlalu cepat dipulangkan sehingga hal ini juga beresiko terhadap
terjadinya komplikasi pasca bedah setelah di rumah, dan juga dikarenakan
pemulangan yang tidak direncanakan yang dapat berakibat kepada hospitalisasi ulang
(Torrance, 1997). Hal tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Williams (2006) bahwa mayoritas pasien yang menerima informasi tentang
nyeri dan manajemen luka, aktivitas, nutrisi, dan komplikasi pada umumnya
merasakan bahwa tidak mengalami perasaan khawatir yang membuat mereka akan
mengadakan kunjungan tidak rutin ke fasilitas kesehatan setelah dipulangkan.
Sedangkan pasien yang tidak mendapat informasi tentang nyeri dan manajemen luka
menurut Williams (2006) mengalami kekhawatiran yang memaksa mereka untuk
melakukan kunjungan tidak rutin kepada suatu fasilitas kesehatan setelah
dipulangkan.
Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi
pemulangan. Orem (1985 dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa
intervensi keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk melakukan
perawatan diri sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah satu bentuk intervensi

c
keperawatan yang dapat dilakukan adalah discharge planning (perencanaan
pemulangan pasien) untuk mempromosikan tahap kemandirian tertinggi kepada
pasien, teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas
perawatan diri (The Royal Marsden Hospital 2004). Discharge planning yang tidak
baik dapat menjadi salah satu faktor yang memperlama proses penyembuhan di rumah
(Wilson-Barnett dan Fordham, 1982 dalam Torrance, 1997. Kesuksesan tindakan
discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan
yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry &
Potter, 2006).

Ê
‘     
1.‘ Pengertian Discharge planning
2.‘ Pemberi Layanan Discharge planning
3.‘ Penerima Discharge Planning
4.‘ Tujuan Discharge Planning
5.‘ Prinsip Discharge Planning
6.‘ Proses Pelaksanaan Discharge Planning
7.‘ Unsur-Unsur Discharge Planning
8.‘ Cara Mengukur Discharge Planning
9.‘ Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan
10.‘Kriteria Pemulangan
11.‘Pengertian Rehabilitasi
12.‘Beberapa Kepentingan Dalam Rehabilitasi Kardiovaskuler
13.‘Program Rehabilitasi Kardiovaskuler Ini Dapat Dibagi Menjadi:
14.‘Fase Bagi Penderita Yang Sedang Dalam Perawatan
15.‘Pelaksanakan rehabilitasi kardiovaskuler
16.‘Pelaksana Program Rehabilitasi

‰
‘  
1.‘ Mahasiswa Mampu Memahami tentangDischarge planning, Tahap-tahapnya,
metode pelaksanaannya, dan Kriteria Discharge planning
2.‘ Mahasiswa Mampu memahami tentang Rehabilitasi pada pasien Kardiovaskuler
dan mengetahui proses dan pelaksanaannya


Ê Ê
Ê   ‰  


‘   

Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses


mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain
di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Sedangkan Jackson
(1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge
planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya
dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu
lingkungan ke lingkungan lain. Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge
planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah.
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu
agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien
untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya
mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa
keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa
yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).

Ê
‘       ! 
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan
melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat
dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006). Discharge
planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta
pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial
bekerja sama (Nixon et al, 1998 dalam The Royal Marsden Hospital, 2004).
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan
berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi
sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas
kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit

r
untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning (Discharge
Planning Association, 2008).

‰
‘      
Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning
(Discharge Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang
menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit
terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter,
2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang
semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008).


‘     
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito,
1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan
asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi
komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008).
The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya
discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik
dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat
disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan
kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan,
memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas
pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien,
mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan
keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri.


‘  !   
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan
yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah
beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004), yaitu :

-
1)‘ Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-
sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan
ditempatkan pada satu tempat.
2)‘ Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas
tinggi pada semua pasien
3)‘ Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4)‘ Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
5)‘ Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang terutama.
6)‘ Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim
kesehatan dengan pasien/ care giver , dan kemampuan terakhir disediakan dalam
bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.
7)‘ Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika
menyusun discharge planning .

D
‘  "       
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis,
sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge
planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada
fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning .
Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi
tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang
dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan
berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.
Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut :
#‘    
1.‘ Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan
menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care giver
; fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, status
fungsional, sistem pendukung sosial, sumber-sumber finansial, nilai
kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, tingkat pendidikan, serta
rintangan terhadap perawatan.
2.‘ Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan
berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah, penggunaan

Ñ
alat-alat medis di rumah, larangan sebagai akibat gangguan kesehatan, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih
diminati pasien (seperti membaca, menonton video, mendengarkan
petunjuk- petunjuk). Jika materi tertulis yang digunakan, pastikan materi
tertulis yang layak tersedia. Tipe materi pendidikan yang berbeda- beda dapat
mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda pada pasien.
3.‘ Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan
diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan,
fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat
perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).
4.‘ Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter
pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada pelayanan
perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang lebih luas.
5.‘ Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan
kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan
keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada
pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu
berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui
kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan diantara keduanya.
6.‘ Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan
pembatasan.
7.‘ Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan
setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis,
perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhan
rujukan pada waktu yang berbeda.

#‘  " $! % 


Penentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat individual
berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien. Adapun diagnosa keperawatan yang
dapat ditegakkan antara lain :
1). Kecemasan.
Hal ini dapat menginterupsi proses keluarga.

G
2). Tekanan terhadap care giver.
Hal yang menyebabkannya adalah ketakutan.
3). Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah.
Pasien mengalami defisit perawatan diri dalam hal : makan, toileting ,
berpakaian, mandi/kebersihan.
4). Stres sindrom akibat perpindahan.
Hal ini berhubungan dengan upaya meningkatkan pertahanan/pemeliharaan
di rumah.

#‘    
Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah
sebagai berikut :
1)‘ Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana
keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain),
penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan mencari
pengobatan akibat masalah yang timbul.
2)‘ Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau anggota
keluarga mampu melakukan aturan perawatan).
3)‘ Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam
setting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisi
kesehatannya telah diubah.

d#‘     


Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu
penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan
yang dilakukan pada hari pemulangan.

1)‘ Persiapan sebelum hari pemulangan pasien


o‘ Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi
kebutuhan pasien.
o‘ Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi
tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat
dilakukan sekalipun pasien masih di rumah.

Œ
o‘ Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk
belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga
secepat mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala
terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-
alat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang
disebabkan oleh penyakit atau pembedahan). Pamflet, buku-buku, atau
rekaman video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga dapat
diberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di internet.
o‘ Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan
usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang
terlibat dalam perawatan pasien.
2)‘ Penatalaksanaan pada hari pemulangan
Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari
pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun
aktivitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara lain :
o‘ Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang
berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk
mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat.
o‘ Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau
kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan
sedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan dan sediakan
alat-alat yang dibutuhkan sebelum pasien sampai di rumah (seperti
tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump ).
o‘ Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam
kebutuhan transportasi menuju ke rumah.
o‘ Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan mengepak semua
barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.
o‘ Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang
pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah
ditandatangani oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator
yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang berharga kepada
pasien.

º
o‘ Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien
sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan
terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman
untuk administrasi diri.
o‘ Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor
dokter.
o‘ Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran.
Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi kantornya.
o‘ Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda
untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang pulang
dengan menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans.
o‘ Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuh
dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit
dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari
kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk
transportasi. Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien
ke dalam kendaraan.
o‘ Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen
pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk
membersihkan ruangan pasien.

#‘ &  


1.‘ Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan
yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada
dokter.
2.‘ Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan
yang akan dilanjutkan di rumah.
3.‘ Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan rumah,
mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi pasien, dan
menganjurkan perbaikan.

u

‘  '    
Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur
yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain :
1)‘ Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan, dan
pengobatan yang harus dihentikan.
2)‘ Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang
umum terjadi.
3)‘ Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain,
dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan
diadakannya.
4)‘ Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan,
diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5)‘ Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin,
dan lain-lain).
6)‘ Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi
setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji
untuk control .
7)‘ Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8)‘ Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat yang
menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta
dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk
menyediakan pelayanan.


‘ ‰     
Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah
dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang
diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien
diantarkan pulang sampai ke mobil atau alat
transportasi lainnya (The Royal Marsden Hospital, 2004). Kesuksesan
tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan
perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou,
2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini dapat dilihat dari kesiapan pasien untuk
menghadapi pemulangan, yang diukur dengan kuesioner.

c

‘ $ !   d !   
Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan
yaitu kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan atau
tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan
motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu. Kesiapan merupakan
kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda yang ditunjukkan seseorang
pada tiap-tiap tugas yang diberikan.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan pasien
menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen,
dan motivasi pasien pasca bedah akut abdomen untuk melakukan aktifitas atau
kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain. Pasien
dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui pengobatan,
tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan lanjutan di rumah (The
Royal Marsden Hospital, 2004).

ü
‘ $      
Capernito (1999) mengatakan bahwa sebelum pulang pasien pasca
bedah dan keluarga akan mampu menggambarkan pembatasan aktivitas di rumah,
menggambarkan penatalaksanaan luka dan nyeri di rumah, mendiskusikan kebutuhan
cairan dan nutrisi untuk pemulihan luka, menyebutkan tanda dan gejala yang harus
dilaporkan pada tenaga kesehatan, serta menggambarkan perawatan lanjutan yang
diperlukan. Sedangkan Perry dan Potter (2005) mengatakan bahwa pada saat pulang,
pasien harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi perawatan dirinya. Kesuksesan tindakan discharge planning
menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan
realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006).
Oleh karena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien
mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta
perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien dan
keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan tindakan
pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindak lanjut, dan respons yang
diambil pada kondisi kedaruratan (Perry & Potter, 2005).

cc
Ê Ê
 Ê   ( $ü 


‘   
Rehabilitasi penyakit jantung adalah suatu ilmu & seni untuk mengembalikan
penderita penyakit jantung pada tingkat aktifitas fisik & mental yang sesuai dengan
kapasitas jantungnya. Melalui program rehabilitasi yang terencana maka secara fisik
dan mental akan menjadi lebih kuat. Hal ini mengurangi kemungkinan serangan
infark kedua dan memperbaiki kesempatan hidup (survival)
Rehabilitasi kardiovaskuler yang ideal adalah merupakan program untuk
mencegah terjadinya penyakit jantung, oleh karena itu harus dimulai sejak masa anak-
anak. Untuk penderita yang sedang dalam perawatan sebaiknya diputuskan oleh
dokter yang merawatnya, yang mengenal kondisi penderita.

Ê
‘ Ê ! $!      $ d"&  
1.‘ Pencegahan terhadap penderita jantung dengan resiko tinggi, dimana belum
terjadi infark miokard.
2.‘ Menurunkan angka kesakitan dan kematian penderita infark miokard atau
pembedahan jantung.
3.‘ Memperpendek lama perawatan di rumah sakit
4.‘ Mengurangi biaya pengobatan

‰
‘  "   $ d"&   !   d)
1.‘ Progran yang membantu mengurangi kejadian infark miokard pada kelompok
pendrerita risiko tinggi ´cardiac prone´
2.‘ Program rehabilitasi jantung untuk orang-orang yang baru mengalami serangan
jantung
3.‘ Program penderita yang sudah berobat jalan (out patient) yang sudah mengalami
³physical conditioning´ dapat mengurangi kejadian infark miokard berulang, dan
mengurangi angka kematian bila terjadi serangan jantung kedua.

c

‘ D Ê d  ( d    % 
*
‘   D)
a)‘ Rehabilitasi pada Fase Akut (Program di Rumah Sakit):
Diberikan segera setelah masa krisis dilewati (atas konsul Dokter Ahli
Jantung). Diberikan selama 2-3 minggu:
1)‘ Hari ke 2-7: bed exercise, brething exercise, gentle massage, latihan
pasif/ aktif ringan untuk kelompok otot, & latihan relaksasi.
2)‘ Hari ke 7-10: latihan diatas dilanjutkan, ditambah latihan duduk ditepi
tempat tidur tanpa pertolongan, & latihan berdiri ditepi tempat tidur.
3)‘ Hari ke 10: latihan seperti diatas, latihan lengan & tungkai secara gentle,
latihan jalan 100 m.
4)‘ Hari ke 15: latihan diatas lanjutkan, ditingkatkan dengan naik tangga,
latihan tubuh & latihan berjalan lebih lama.
5)‘ Minggu ke 3: latihan lebih ditingkatkan, naik tangga 1 lantai/ 1 tingkat
rumah, latihan berjalan 400 m/keliling rumah, & home program.
Latihan dari tahap pertama ke tahap berikutnya tidak boleh diteruskan bila
ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1)‘ Frekuensi nadi meningkat > 30x/ menit dari nadi awal atau turun > 10x/
menit dari nadi awal.
2)‘ Ada gangguan irama jantung yang timbul selama atau sesaat setelah
latihan.
3)‘ Sesak nafas, nyeri angina dan kelelahan yang timbul selama atau setelah
latihan.
4)‘ Pucat, keringat dingin, bradikardi, hipotensi, pusing atau syncope.
b)‘ Fase di rumah (4-8 minggu):
1)‘ General exercise: jalan naik tangga, naik sepeda tanpa tahanan, latihan
Pernafasan, & latihan relaksasi. Latihan dilakukan 3 kali seminggu.
2)‘ Health education: Konsultasi dengan Ahli Jantung, Psikolog, Gizi,
masalah pekerjaan, masalah hubungan seksual.
3)‘ Evaluasi Treadmill minggu ke 4 & minggu ke 8.

cr
c)‘ Fase lanjutan (3-6 bulan):
1.‘ Penderita berlatih diluar atau ditempat masing-masing dengan kontrol ke
bagian jantung untuk mengevaluasi dan pengawasan program yang telah
dikerjakan.
2.‘ Pada fase ini penderita sudah bisa bergabung dengan Klub Jantung
Sehat.
d)‘ Fase Pemeliharaan:
Usaha-usaha yang dilakukan untuk pencegahan sekunder: latihan fitness.
Program seumur hidup.

‘   "")
Tindakan yang dapat dilakukan berupa memberikan psikoterapi,
menyarankan pada keluarga untuk memberikan suasana yang tenang, konsultasi
dengan Team Rehabilitasi yang lain tentang perkembangan penyakitnya.

r
‘     )
Untuk menentukan jenis pekerjaan/ aktifitas fisik dikemudian hari harus
dilakukan Exercise Stress Test.


‘         d"& 
Program rehabilitasi tidak bisa dipisahkan dari program latihan fisik
(exercise), oleh sebab itu kedua hal tersebut harus menjadi satu bagian kegiatan di
dalam mengelola rehabilitasi kardiovaskuler.
Lebih kurang 20 tahun penelitian tentang program latihan jasmani
diberbagai tempat baik untuk orang normal maupun penderita penyakit jantung
koroner memberikan hasil yang positif, terutama tampak perbaikan pada
hemodinamik yaitu penurunan denyut nadi dan tekanan darah pada waktu istirahat
maupun pada waktu latihan jasmani, gambaran iskemia pada EKG menjadi lebih
ringan, makin berkurangnya aritmia yang ditimbulkan oleh latihan jasmani,
perbaikan psikologis dalam arti makin berkurangnya sifat depresi, ansietas dll.
Konsep ini diterapkan pada program rehabilitasi, sehingga aktifitas fisik
tidak lagi merupakan hal yang dipantang , malah pemulangan penderita dari rumah
sakit dipercepat agar kemudian dapat diberikan latihan fisik yang terarah untuk
mempercepat pemulihan dari sisa-sisa penyakit secara fisiologis maupun psikologis
sehingga dapat berfungsi kembali di masyarakat.

c-
Semua penulis sependapat bahwa rehabilitasi harus dilakukan dalam suatu
wadah terorganisir, mempunyai kaitan dengan fasilitas rumah sakit (kardiologi),
sehingga pengaturan dan pengawasan dapat dilakukan lebih cermat.
P ‘ PPPP PP
  
1.‘ Seleksi pengelompokan anggota
2.‘ Menentukan dosis latihan
3.‘ Menentukan bentuk-bentuk latihan
4.‘ Evaluasi
• ‘ 

PPP
1)‘ Menghitung denyut nadi awal, untuk mengetahui kondisi kardiovaskuler
saat itu.
2)‘ Senam pemanasan berupa latihan peregangan disertai latihan pernafasan
yang berlangsung sekitar 5-10 menit.
3)‘ Latihan utama berupa jalan kaki, jogging, lari, bersepeda sekitar 20-30 menit,
sesuai dengan dosis latihan.
4)‘ Senam pendinginan berupa latihan pernafasan ataupun teknik-teknik
relaksasi selama 5-10 menit.
5)‘ Menghitung nadi akhir latihan
Latihan minimal dilakukan 3 kali seminggu dengan teratur, dengan ketaatan
latihan tiadak boleh kurang dari 70% dalam sebulan.

D
‘     "   
Program latihan bagi penderita penyakit kardiovaskuler harus dilakukan
dengan pengawasan dan monitoring yang cermat, karena itu petugas yang
melaksanakannya harus memahami masalah tersebut.Agar program ini berjalan
dengan baik dibutuhkan tenaga:
1.‘ Dokter Spesialis Jantung sebagai konsulen (1orang)
2.‘ Dokter umum sebagai pengawas harian (1orang)
3.‘ Perawat yang menguasai kegawatdaruratan dan menyenangi olah raga (sesuai
jumlah peserta)
V P  
 P P P
PP PP P PP
P P
1.‘ Ruangan latihan
2.‘ Alat latihan (ergocycle, treadmill,dll)
3.‘ Dokumen untuk monitoring dan evaluasi.


Ê Ê+



‘ $! 
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team
atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke
kelompok lainnya.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu
dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal
dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk
mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim
kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan
tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien
memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

Ê
‘  
1.‘ Mahasiswa Dapat Mempraktekkan dan Melaksanakan Discharge Planning
dengan baik dan mandiri.
2.‘ Mahasiswa Dapat Melaksanakan Rehabilitasi Pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler dengan mandiri dan benar.

cG
Ê Ê+
 D  $ 

1.‘ http://belajar90.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
gangguan -kardiovaskuler.html
2.‘ http://www.omdhani.info/topik/discharge-planning.html
3.‘ http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25
4.‘ http://id.wikipedia.org/wiki/dischargeplanning.html
5.‘ http://www.infopenyakit.com/2008/01/rehabilitasi-penyakit-jantung-bawaan.html
6.‘ http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/174-rehabilitasi-
penyakit-jantung-bawaan.html
7.‘ http://medicastore.com/penyakit/4/rehabilitasi-pasien-kardiovaskuler.html


^    
‘

Y ji   li jt it


ll tl it
i t i i tlil
j l i Yli  Riliti Yi  i  l tt  
t 

Mlii it liit l it i t


t li^  ^
‘t i ttt

 iliiil   l


l  it      iti    i
 lii


! lil"##


$Y li%
 

ii

 D 


Cover i
Kata pengantar ii
Daftar isi ................................ ................................ ................................ ................. iii
Ê Ê)d  
A.‘ Latar belakang ................................ ................................ ....................... 1
B.‘ Rumusan Masalah ................................ ................................ ................. 2
C.‘ Tujuan ................................ ................................ ................................ ...
Ê Ê)Ê   ‰  
A.‘ Pengertian Discharge planning 3
B.‘ Pemberi Layanan Discharge planning 3
C.‘ Penerima Discharge Planning 4
D.‘ Tujuan Discharge Planning 4
E.‘ Prinsip Discharge Planning 4
F.‘ Proses Pelaksanaan Discharge Planning 5
G.‘ Unsur-Unsur Discharge Planning 6
H.‘ Cara Mengukur Discharge Planning 10
I.‘ Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan 11
J.‘ Kriteria Pemulangan 11
Ê Ê) Ê   $ ,+ $ 
A.‘ Pengertian Rehabilitasi 12
B.‘ Beberapa Kepentingan Dalam Rehabilitasi Kardiovaskuler 12
C.‘ Program Rehabilitasi Kardiovaskuler Ini Dapat Dibagi Menjadi: 12
D.‘ Fase Bagi Penderita Yang Sedang Dalam Perawatan 13
E.‘ Pelaksanakan rehabilitasi kardiovaskuler 14
F.‘ Pelaksana Program Rehabilitasi 15

Ê Ê+) !
A.‘ Kesimpulan ................................ ................................ ........................... 16
B.‘ Saran ................................ ................................ ................................ .... 16

Ê Ê+) -   ................................ ................................ ....................... 17

iii
cu
 ^ 
V 
 V 
 
V   V 


MMM

‘

V  
M:#&'"#(

Y  


  
¦ 

  ¦  
|    
ü 
 



M

You might also like