You are on page 1of 11

KETERAMPILAN MENYIMAK

Oleh Dra. Ida Zulaeha, M.Hum.

Pengantar
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap hari kita mendengar orang berbicara, baik langsung maupun
melalui media elektronik. Dalam pengertian sempit berarti kita melakukan kegiatan
menyimak yang mengacu pada proses mental pendengar menerima rangsang bunyi dari
pembicara, kemudian menyusun penafsirannya. Dalam pengertian yang lebih luas,
penyimak tidak hanya mengerti dan membuat penafsiran tentang pesan/materi yang
disimaknya, lebih dari itu ia berusaha melakukan isi pesan yang disimaknya.
Meskipun menyimak itu penting dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kurang
mendapat perhatian di sekolah-sekolah di negara kita, bahkan di negara-negara yang telah
maju. Penelitian yang telah dilakukan oleh Paul T. Rankin (1929 dalam Tarigan, 1980)
terhadap 68 orang dari berbagai pekerjaan dan jabatan di Detroit sampai pada suatu
kesimpulan bahwa mereka mempergunakan waktu untuk berkomunikasi: 9% menulis, 16%
membaca, 30% berbicara, dan 45% menyimak. Pada waktu yang berbeda, Water Loban
(dalam Tompkins & Kenneth, 1991) dalam penelitiannya terhadap anak-anak dan orang
dewasa menyimpulkan adanya perbandingan bahwa mereka setiap hari menyimak satu
buku, berbicara satu buku satu tahun, membaca satu buku satu bulan, dan menulis satu buku
dalam satu tahun.

Menyimak sebagai Proses


Para orang tua ketika sedang menasehati anak-anaknya berkata, “Kalau orang tua
sedang berbicara jangan hanya sekadar didengarkan saja, masuk dari telinga kiri keluar
melalui telinga kanan, tetapi simaklah, dengarkanlah baik-baik, masukkan ke dalam hati.”
Petuah orang tua kepada anak-anaknya itu memberi gambaran yang jelas akan
makna menyimak. Menyimak tidak sama dengan mendengar. Menyimak bermakna
mendengarkan dengan penuh perhatian, pemahaman, dan apresiasi. Tarigan (1980:28)
memberi batasan menyimak sebagai suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, dan apresiasi serta intepretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan pembicara melalui ujaran/bahasa lisan.

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 1 of 11


Tujuan dan Kategori Menyimak
Ruth G. Strickland mengemukakan 9 tahapan menyimak berdasarkan
pengamatannya terhadap para siswa sekolah dasar dan Anderson (1972 dalam Tarigan,
1980:29) mewujudkannya sebagai kategori penyimak berdasarkan maksud dan tujuan.
a. Menyimak berkala, terjadi pada saat penyimak merasakan keterlibatan langsung dalam
pembicaraan mengenai dirinya.
b. Menyimak dengan perhatian dangkal, terjadi pada saat penyimak mendapat
gangguan/selingan-selingan perhatian terhadap hal-hal di luar pembicaraan.
c. Setengah menyimak, terjadi pada saat penyimak terganggu oleh kegiatan menunggu
kesempatan atau mengekpresikan isi hati, mengutarakan apa yang terpendam di dalam
hatinya.
d. Menyimak serapan, terjadi karena penyimak asyik menyerap atau memperhatikan ha-hal
yang kurang penting.
e. Menyimak sekali-sekali, terjadi karena penyimak hanya memperhatikan dan menyimpan
perkataan pembicara yang menarik hatinya saja.
f. Menyimak asosiatif, terjadi karena penyimak hanya mengingat pengalaman-pengalaman
pribadi secara konstan yang mengakibatkan ia tidak memberikan reaksi terhadap pesan
yang disampaikan pembicara.
g. Menyimak dengan reaksi berkala, terhadap pembicara dengan memberi komentar
ataupun mengajukan pertanyaan.
h. Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran
pembicara.
i. Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan dan menemukan pikiran, pendapat, dan
gagasan pembicara.
Perbedaan tahap-tahap menyimak itu mencerminkan perbedaan tingkat keterlibatan
seseorang terhadap isi pembicaraan seorang pembicara.

Ragam Menyimak
Tujuan menyimak adalah memperoleh informasi, menangkap isi, dan memahami
makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh pembicara melalui ujaran. Tujuan itu
menyebabkan adanya aneka ragam menyimak. Para ahli komunikasi (dalam Tompkins &
Kenneth, 1991:109) memetakan 5 tujuan menyimak yang lebih khusus, yaitu (1) menyimak

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 2 of 11


diskriminatif, (2) menyimak komprehensif, (3) menyimak kritis, (4) menyimak apresiatif,
dan (5) menyimak terapeutik.
Menyimak diskriminatif dilakukan untuk menyimak suara-suara yang berbeda dan
mengembangkan daya sensitif dalam komunikasi nonverbal, seperti menyimak suara
binatang pada anak-anak di playgroup atau taman kanak-kanak. Menyimak komprehensif
dilakukan untuk memahami pesan yang sampaikan oleh pembicara. Ini merupakan
menyimak umum secara intensif. Bahkan, menyimak komprehensif merupakan menyimak
yang utama dikembangkan di sekolah-sekolah, selain menyimak kritis dan menyimak
apresiatif. Menyimak kritis adalah menyimak untuk mengevaluasi pesan yang merupakan
kelanjutan menyimak komprehensif. Menyimak apresiatif adalah menyimak pembicaraan
atau pembacaan untuk mendapat kenikmatan. Adapun menyimak terapeutik adalah
menyimak untuk memperbaiki suatu masalah, misalnya seorang guru menyimak dengan
baik ketika para siswanya datang kepadanya dan menyampaikan permasalahan yang
dialami.
Nurhadi (1995:339) mengemukakan ragam menyimak yang lebih utama
dikembangkan di sekolah, yaitu:
A) menyimak hati-hati atau careful listening, yaitu kemampuan memperhatikan ide-ide
utama yang disampaikan oleh pembicara
B) menyimak kritis atau critical listening, yaitu mempertanyakan menguji kebenaran apa
yang disimak, untuk kemudian penyimak menolak atau menerima ide yang didengarnya;
C) menyimak perseptif atau perseptive listening, yaitu menyadari dan memahami apa yang
dikatakan pembicara, meskipun tidak jelas apa yang disampaikannya;
D) menyimak kreatif atau creative listening, yaitu menggunakan pemikiran, menilai apa
yang disimak, dan membuat kreasi terhadap hasil simakan. Misalnya memberi kritik dan
saran, mengulas, atau mengomentari melalui media massa.
Keempat ragam menyimak tersebut dikemukakan dengan maksud untuk
kepentingan pembelajar/siswa mengetahui tingkatan kemampuan menyimaknya sehingga
ketika mereka menjadi pendengar, mereka akan menjadi pendengar yang kritis.
Faktor-faktor yang turut mempengaruhi proses menyimak dan perlu diperhatikan
dalam menyajikan materi menyimak sehingga proses menyimak berhasil dengan baik, yaitu:
(1) kejelasan pesan dari pembicara;
(2) bahasa yang digunakan;
(3) alat dengar penyimak;

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 3 of 11


(4) suasana kejiwaan pembicara dan penyimak;
(5) gangguan dari luar, seperti kebisingan dan keributan.
Beberapa hal yang disarankan untuk keberhasilan pembelajaran menyimak dan
menyimak dalam pembelajaran lainnya, yaitu:
(a) tujuan menyimak;
(b) kecepatan menyajikannya;
(c) tingkat kesulitan bahasa sesuai dengan tingkat kemampuan berbahasa siswa;
(d) topik harus sesuai dengan minat siswa;
(e) topik menyimak harus berganti-ganti.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Keterampilan Menyimak


di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP/MTs
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), standar kompetensi
keterampilan menyimak yang harus dicapai oleh siswa sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah, meliputi:
1) menyimak wacana lisan berita (dari radio/televisi);
2) menyimak wacana lisan wawancara;
3) menyimak dialog interaktif (dari radio/televisi);
4) menyimak wacana lisan laporan;
5) menyimak isi pidato/khotbah/ceramah.
Kelima standar kompetensi tersebut diperinci dalam kompetensi dasar yang harus dimiliki
siswa agar meraka nantinya dapat menjadi penyimak yang baik. Strategi apakah yang dapat
digunakan oleh siswa sebagai penyimak agar mereka dapat terampil menyimak.

Menyimak Berita (dari radio/ televisi)


Menyimak berita adalah jenis menyimak intensif yang diarahkan pada kegiatan yang
diawasi dan dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Tujuan menyimak berita sesuai
kompetensi dasar (KD) dalam KTSP adalah:
a) menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana)
yang didengar/disimak melalui radio/televisi;
b) menyimpulkan isi berita yang dibacakan oleh pembaca berita;
c) mengemukakan kembali berita yang didengar/disimak melalui radio/televisi.

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 4 of 11


Menyimak berita dengan tujuan tersebut termasuk jenis menyimak komprehensif. Penyimak
hendaknya mengetahui apa pesan yang sebenarnya hendak disimak.
Cara menemukan pokok-pokok berita, di antaranya (a) mengidentifikasi berita-berita
utama dari berita-berita yang dibacakan dan (b) menggunakan kata tanya 5W 1H untuk
melacak kelengkapan isi berita.
a) Mengidentifikasi berita-berita utama dari berita-berita yang dibacakan.
Untuk mengidentifikasi berita utama dari seluruh berita yang dibacakan, penyimak
harus tahu atau tanggap pada posisi mana si pembaca berita meletakkan penekanan atau
berita utama. Umumnya, berita utama diletakkan setelah pendahuluan alinea, dinyatakan
secara singkat, diulas kembali di sepanjang berita (biasanya pembaca berita mengulang-
ulang konsep penting), kemudian dinyatakan kembali dalam kesimpulan (penutup).
Berita utama juga dapat diidentifikasi dari perubahan perilaku non-verbal pembaca
berita ketika membacakan berita utama, misalnya perubahan volume suara, jeda pembacaan,
mimik, pandangan mata, dan petunjuk-petunjuk non-verbal lainnya.
b) Menggunakan kata tanya 5W 1H untuk melacak kelengkapan isi berita.
Kata tanya 5W 1H (who, what, when, where, why, dan how = siapa, apa, kapan, di
mana, mengapa, bagaimana) dapat membantu melacak kelengkapan isi berita. Selain itu,
kata itu dapat membatasi/memfokuskan perhatian penyimak agar tidak terlalu meluas atau
menyempit. Dengan cara tersebut, pokok-pokok berita dapat ditemukan dengan efektif oleh
penyimak berita.
Kemampuan lain yang perlu dimiliki olah penyimak berita (komprehensif) adalah
menyimpulkan isi berita yang didengar/disimak. Kesimpulan adalah data yang tidak
disampaikan dalam berita, tetapi hanya diimplikasikan saja. Kesimpulan adalah hasil
penafsiran murni dari penyimak terhadap berita yang didengarnya. Karena itu, penyimak
berita yang baik harus dapat menyimak gagasan utama maupun rinciannya secara eksplisit
maupun implisit.
Mengemukakan kembali isi berita yang didengar/disimak dari radio atau televisi
merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah penyimak telah menyimak dengan
efektif dan komprehensif atau tidak. Catatan garis besar dengan 5W 1H dapat membantu
penyimak mengungkapkan kembali isi berita yang didengar/disimak secara sistematis.

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 5 of 11


Menyimak Wawancara
Menyimak wawancara termasuk salah satu jenis menyimak pemahaman/
komprehensif (comprehensive listening), yaitu menyimak untuk memahami isi pesan yang
disampaikan para tokoh atau narasumber dalam sebuah wawancara. Tujuan menyimak
wawancara sesuai kompetensi dasar (KD) dalam KTSP adalah:
a) menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber yang
disampaikan dalam wawancara;
b) menulis dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan nara sumber dalam
wawancara.
Strategi yang dapat digunakan dalam menyimak wawancara kepada tokoh atau
narasumber, antara lain: menggambar dalam pikiran (membayangkan), mengelompokkan
informasi, mengajukan pertanyaan, membuat skema, mencatat isi pembicaraan, dan
memperhatikan perilaku nonverbal pembicara (Tompkins & Kenneth, 1991:112-118).
Strategi 1: Menggambar dalam pikiran (membayangkan). Penyimak/siswa dapat
menggambar secara mental informasi yang disimak untuk membantu ingatannya. Strategi
ini terutama digunakan ketika wawancara tentang gambaran suatu objek tempo dulu yang
memerlukan gambaran yang lengkap dan terperinci atau deskripsi suatu benda/kata,
misalnya gubernur masa depan sehingga penyimak dapat ‘santai’ dalam wawancara.
Gambar yang dibuat bergantung pada kreativitas penyimak.
Strategi 2: Mengelompokkan informasi. Penyimak/siswa dapat mengelompokan
pesan/informasi yang ditangkap menjadi sebuah kelompok-kelompok (cluster) ketika pesan
berisi beberapa informasi, pembandingan, atau perlawanan. Misalnya, wawancara
perbedaan binatang reptil dan amphibi. Penyimak/siswa menyiapkan dua kolom pada
catatan. Satu kolom dituliskan reptil dan kolom lainnya dituliskan amphibi. Kemudian
penyimak mencatat informasi/hal-hal yang penting dari wawancara kepada
tokoh/narasumber tentang perbedaan dua binatang itu pada kolom-kolom yang telah
disiapkan. Akhirnya, penyimak dapat menyimpulkan pikiran, pendapat, atau gagasan
tokoh/narasumber tentang kedua binatang itu.
Jika penyimak/siswa menyimak informasi yang berisi lebih dari tiga kelompok,
misalnya tentang “Lima besar alumni siswa SMP/MTs ‘Cerdas’” kepada kepala sekolah,
mereka dapat membuat sebuah bagan seperti berikut.

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 6 of 11


SMAN 1 MAN 2

Alumni
Siswa
SMA SMP/MTs
Permata Cerdas SMA
Cerdas Intan

MA Persada

Strategi 3: Mengajukan pertanyaan Penyimak/siswa dapat mengajukan pertanyaan


untuk meningkatkan pemahamannya terhadap pesan pembicara. Dua tipe pertanyaan yang
sangat membantu penyimak adalah pertanyaan yang ditujukan kepada pembicara untuk
mengklarifikasi dan pertanyaan ditujukan kepada diri sendiri untuk memonitor penyimakan
dan pemahamannya. Umumnya pertanyaan ditujukan kepada pembicara. Namun, perlu
dikembangkan pertanyaan untuk diri sendiri, seperti berikut.
 Mengapa saya bertanya tentang itu?
 Apakah saya bisa memahami maksud pesan itu?
 Untuk apa informasi itu bagi saya?
Strategi 4: Membuat skema. Pembicara umumnya menggunakan tipe yang sama
untuk mengorganisasikan struktur sebuah pesan, yaitu deskripsi (description), urutan
(sequence), pembandingan (comparison), sebab-akibat (cause and effect), dan masalah dan
solusi (problem and solution).
1. _________________
2. _________________
____ ____
3. _________________ ____ ____
4. _________________ ____ ____

DESCRIPTION SEQUENCE COMPARATION

Effect 1
Problem Solution
Cause
Effect 2

CAUSE PROBLEM & SOLUTION

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 7 of 11


Strategi 5: Catatan isi pembicaraan. Penyimak/siswa mencatat hal-hal penting yang
dikemukakan tokoh/narasumber dalam wawancara atau “responding-with-pen-in-hand”.
Strategi ini membantu dalam menyimak, terutama penyimak pemula.
Strategi 6: Memperhatikan gerak-gerik/non-verbal pembicara. Pembicara selalu
menggunakan petunjuk verbal dan nonverbal. Petunjuk non-verbal/visual, seperti
gestur/gerak anggota tubuh, penekanan (suara), jeda, menulis atau menggarisbawahi hal-hal
yang penting, dan perubahan mimik saat berbicara. Penyimak yang baik memperhatikan
petunjuk non-verbal itu sehingga dapat menemukan ha-hal yang penting dan menyimpulkan
pendapat atau pikiran pembicara.

Menyimak dialog interaktif


Menyimak dialog interaktif adalah menyimak percakapan dari berbagai arah.
Pembicara dalam dialog itu lebih dari dua orang. Para pembicara berbicara mengikuti aturan
secara berganti-ganti yang diatur oleh seorang pemandu atau moderator. Tujuan menyimak
dialog interaktif sesuai kompetensi dasar (KD) dalam KTSP adalah:
a) menyimpulkan isi dialog interaktif beberapa nara sumber pada tayangan televisi/siaran
radio;
b) mengomentari pendapat narasumber dalam dialog intaraktif pada tayangan
televisi/siaran radio.
Untuk dapat menyimpulkan isi dialog beberapa narasumber, penyimak melakukan
menyimak pemahaman dengan strategi seperti dalam menyimak wawancara. Kemudian
penyimak menyimak kritis untuk dapat mengomentari pendapat nara sumber dalam dialog.
Menyimak kritis yaitu menyimak untuk mengevaluasi atau menemukan kekurangan,
kesalahan atau kekeliruan atau butir-butir pesan yang tidak baik dan benar dari pembicara.
Menyimak kritis dilakukan ketika seseorang menyimak debat, iklan komersial, pernyataan-
pernyataan politis, pernyataan-pernyataan filosofis, dan argumen-argumen yang lain.
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah:
a) memperhatikan bahasa yang digunakan oleh pembicara, seperti pilihan kata, pemakaian
kata, unsur-unsur kalimat, dan kalimat efektif;
b) menentukan alasan ‘mengapa’;
c) mengenal dan menentukan pengaruh-pengaruh berbagai alat yang mungkin dipakai oleh
pembicara untuk mempengaruhi penyimak, misalnya: (a) musik, (b) sarat kata-kata yang

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 8 of 11


tidak penting, (c) intonasi suara, (d) permainan isue emosional dan kontroversial, serta
(e) propaganda;
d) membedakan fakta dari fantasi/khayalan menurut kriteria tertentu;
e) membedakan pernyataan-pernyataan yang didukung dengan bukti-bukti yang tepat dari
opini dan pendapat dan mengevaluasinya;
f) memeriksa, membandingkan, mengkontraskan gagasan dan menyimpulkan
pembicaraan, misalnya mengenai ketepatan dan kesesuaian suatu deskripsi;
g) menemukan jawaban bagi masalah tertentu;
h) menentukan informasi baru/informasi tambahan untuk suatu topik;
i) menafsirkan, mengintepretasi ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum lazim dipakai;
kata atau frasa yang halus untuk menyamarkan keadaan nyatanya (eufemisme), jargon
untuk kelompok tertentu.
j) bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya
prasangka, kecerobohan, kekurangtelitian, dan kekeliruan (Anderson dalam Tarigan,
1980:43; Tompkins & Kenneth, 1991:120-123).

Menyimak Laporan
Menyimak laporan dilakukan dengan menyimak komprehensif dan menyimak kritis.
Menyimak komprehensif dilakukan untuk memahami informasi/pesan/isi laporan yang
diujarkan oleh pembicara atau reporter. Kemudian dilakukan menyimak kritis untuk
menganalisis isi laporan dan menanggapi isinya. Tujuan menyimak laporan sesuai dengan
kompetensi dasar (KD) dalam KTSP adalah:
a) menganalisis isi laporan;
b) menanggapi isinya.
Laporan yang menjadi bahan simakan dapat berupa laporan resmi (official reports)
atau laporan khusus (special reports). Laporan resmi dapat diterima dan disetujui oleh pihak
yang dilapori setelah tidak ada keberatan-keberatan yang timbul. Adapun laporan khusus
tidak memerlukan prosedur pengajuan keberatan dan persetujuan. Karena itu, penyimak
laporan resmi perlu menyimak kritis untuk dapat mengajukan kebertan dan persetujuan.
Strategi menyimak laporan dapat menggunakan strategi menyimak wawancara/
komprehensif untuk memahami isi laporan dan menyimak dialog interaktif/menyimak kritis
untuk menganalisis dan menanggapi isinya.

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 9 of 11


Menyimak isi pidato/khotbah/ceramah
Berpidato, berkhotbah, dan berceramah merupakan keterampilan berbicara bebas.
Teks pidato, khotbah, dan ceramah sebagai wahana penuangan ide gagasan hendaknya telah
diolah melalui berpikir kritis dan sistematis sehingga diharapkan mengandung kebenaran
yang tidak hanya berdasarkan rasio, tetapi juga dapat dibuktikan secara empirik. Berpidato,
berkhotbah, dan berceramah hendanya menggunakan bahasa formal atau resmi sesuai
dengan kaidahnya sehingga penyimak dapat memahami pesan yang disampaikan.
Berdasarkan hal itu, menyimak isi pidato, khotbah, dan ceramah memerlukan keterampilan
menyimak komprehensif untuk dapat memahami isi pesan dan menyimpulkannya. Selain
itu, penyimak perlu menyimak kritis agar dapat mengomentari isi pidato dan ceramah yang
disimak. Kegiatan itu berkaitan dengan tujuan menyimak isi pidato, khotbah, dan ceramah
dan kompetensi dasar (KD) yang harus dimiliki siswa di dalam KTSP, yaitu:
a) menyimpulkan pesan pidato/khotbah/ceramah yang didengar;
b) mengomentari isi pidato/khotbah/ceramah.
Menyimak isi pidato, khotbah, dan ceramah dapat menggunakan strategi menyimak
komprehensif seperti yang digunakan dalam menyimak wawancara untuk dapat memahami
dan menyimpulkan isinya. Untuk dapat mengomentari isi, penyimak dapat menggunakan
strategi menyimak kritis seperti yang digunakan pada menyimak wawancara. Lebih dari itu,
seorang penyimak yang kritis oleh Ahmadi (1990:17) disarankan dapat:
a) mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pembicara, seperti (1)
kontradisksi diri sendiri, (2) generalisasi yang tergesa-gesa, (3) analogi yang salah, dan
(4) gagal dalam menyajikan contoh;
b) mengevaluasi niat dan tujuan pembicara dengan secara implisit mengajukan pertanyaan:
(1) siapakah yang berkata itu, (2) mengapa ia berkata demikian, (3) apa tujuannya, dan
(4) apakah kewenangannya berkata begitu?
Berbagai jenis keterampilan menyimak yang diharapkan menjadi kompetensi dasar
siswa SMP/MTs, meliputi menyimak wacana berita, menyimak wawancara, menyimak
dialog interaktif, meyimak laporan, dan meyimak isi pidato, khotbah, ceramah dari media
elektronik radio atau televisi merupakan ragam menyimak komprehensif dan menyimak
kritis. Keduanya merupakan keterampilan menyimak yang penting dan bermakna bagi siswa
dalam pembelajaran di sekolah maupun di masyarakat.

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 10 of 11


Daftar Pustaka
Ahmadi, Mukhsin. 1990. Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa dan
Apresiasi Sastra. Malang: Y A 3.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Tarigan. Henry Guntur. 1980. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

Tompkins, Gail E. & Kenneth Hoskisson. 1991. Language Art, Content and Teaching
Strategies. New York: Macmillan .

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa.
Semarang: IKIP Semarang Press.

Keterampilan Menyimak, Ida Zulaeha, 11 of 11

You might also like