You are on page 1of 37

BAB V

PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA


DALAM BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN

Standar Kompetensi :
5. Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai
aspek kehidupan

Kompetensi Dasar :
5.1. Mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan
di Indonesia.
5.2. Menganalisis persamaan kedudukan warga negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5.3. Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa
membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku.

A. PENDAHULUAN

----------------------------- diberikan gambar warga negara dengan berbagai


macam ragam yang diberikan hak dan kewajiban yang sama di dalam
negara ..................................................

Sebagai warga Indonesia yang telah merdeka lebih dari 50 tahun,


apakah kita sudah merasakan hak-haknya yang diberikan oleh negara
dengan baik ? Pertanyaan yang sering muncul manakala kita renungi dari
perjalanan bangsa dan negara Indonesia yang diperingati pada setiap
tanggal 17 Agustus. Memang perlu waktu dan pemikiran yang mendalam
jika memperhatikan Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal di dalam
batang tubuh UUD 1945 yang memiliki ”cita moral” dan ”cita hukum”
yang ingi diwujudkan dari sebuah negara yang dilahirkan.
Pada Alinea II Pembukaan UUD 1945, dengan jelas tertulis ”dan
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Salah satu makna yang
dapat kita tangkap dalam alinea tersebut adalah bahwa kemerdekaan
yang dicapai adalah bukanlah akhir perjuangan, tetapi harus diisi dengan
mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu , berdaulat, adil
dan makmur.
Untuk mewujudkan hal tersebut, peran penyelenggara negara sangat
penting dalam membuat kebijakan dan strategi-strategi pencapaianya.
Peran penyelenggara negara maupun pemerintahan baik di pusat
maupun di daerah, hendaknya fokus sebagaimana diamanatkan di dalam
Pembukaan UUD 1945 tersebut. Karena jika penyelenggara
negara/pemerintah salah dalam membuat strategi dan kebijakan, hal ini

1
akan berakibat langsung terhadap warganya untuk bisa menikmati hak-
haknya sebagai warga negara.
Siapapun warganya dan dimanapun negaranya, tentu ingin hidup
aman dan sejahtera. Setiap warga negara ingin hak-haknya juga
diberikan oleh negara adalah sama tanpa membeda-bedakan ras,
agama, gender, golongan, budaya dan suku. Jika hal ini benar-benar
mampu ditangkap oleh para pembuat kebijakan, tentu saja setiap warga
negara akan merasakan adanya ketenangan hidup. Dan pada gilirannya,
semangat nasionalisme dan patriotisme warga negara akan semakin
kokoh dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
dalam menuju kejayaannya.

B. KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA


1. Rakyat Dalam Suatu Negara
Rakyat di dalam suatu negara, yaitu meliputi semua orang yang
bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan negara dan tunduk
pada kekusaan negara itu. Awal rakyat di dalam suatu negara,
bermula hanya terdiri dari orang-orang dari satu keturunan yang
berasal dari satu nenek moyang yang masih memiliki hubungan
pertalian darah. Namun dalam perkembangan berikutnya, tahun demi
tahun berjalan banyak pula pendatang yang berasal dari nenek
moyang berbeda.

Fokus Kita :
Secara sosiologis, rakyat adalah sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh rasa persamaan, dan yang bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu. Secara hukum, rakyat
merupakan warga negara dalam suatu negara yang memiliki ikatan
hukum dengan pemerintah. Rakyat sebagai warga negara adalah
mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari

Dalam perkembangan dewasa ini, faktor bertempat tinggal


bersama ikut menentukan apakah seseorang termasuk dalam
pengertian rakyat daripada negara itu. Adapun rakyat di dalam suatu
negara dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Berdasarkan hubungannya dengan daerah tertentu di dalam
suatu negara, yaitu dapat dibedakan penduduk dan bukan
penduduk.
 Penduduk, adalah mereka yang bertempat tinggal atau
berdomisili di dalam suatu wilayah negara (menetap) untuk
jangka waktu yang lama. Secara sosiologis, penduduk adalah
semua orang yang pada suatu waktu mendiami wilayah negara.
Biasanya, penduduk adalah mereka yang lahir secara turun-
temurun dan besar di dalam suatu negara. Di Indonesia,

2
penduduk yang memiliki status kewarganegaraan disebut
sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang ditandai dengan
kepemilikan Akte Lahir atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi
yang telah berumur 17 tahun ke atas. Warga Negara Asing
(WNA) yang menetap di Indonesia karena suatu pekerjaan, juga
disebut sebagai penduduk.
 Bukan Penduduk, adalah mereka yang berada di dalam suatu
wilayah negara hanya untuk sementara waktu (tidak
menetap). Contoh : para turis mancanegara atau tamu-tamu
instansi tertentu di dalam suatu negara.

b. Berdasarkan hubungannya dengan pemerintah negaranya,


yaitu warga negara dan bukan warga negara.
 Warga Negara, adalah mereka yang berdasarkan hukum
tertentu merupakan anggota dari suatu negara, dengan status
kewarganegaraan warga negara asli atau warga negara
keturunan asing. Warga negara juga dapat diperoleh
berdasarkan suatu undang-undang atau perjanjian yang diakui
sebagai warga negara (melalui proses naturalisasi).
 Bukan Warga Negara (orang asing), adalah mereka yang
berada pada suatu negara tetapi secara hukum tidak menjadi
anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk pada
pemerintah di mana mereka berada. Contoh : Duta Besar,
Konsuler, Kontraktor Asing, dan sebagainya).
Warga negara dan bukan warga memiliki hak dan kewajiban
yang berbeda. Contoh : warga negara dapat memiliki tanah atau
mengikuti pemilu, suatu hak yang tidak dimiliki oleh orang yang
bukan warga negara.

2. Asas Kewarganegaraan
Dalam menentukan status kewarganegaraan lazim digunakan
stelsel aktif dan pasif. Menurut stelsel aktif, seseorang akan menjadi
warga negara suatu negara dengan melakukan tindakan-tindakan
hukum tertentu secara aktif. Sedangkan menurut stelsel pasif,
seseorang dengan sendirinya menjadi warga negara tanpa harus
melakukan tindakan hukum tertentu
Berkaitan dengan stelsel tersebut diatas, seseorang dalam suatu
negara pada dasarnya memiliki hak opsi dan hak repudiasi. Hak Opsi
adalah hak untuk memilik suatu kewarganegaraan (dalam stelsel
aktif). Sedangkan Hak Repudiasi adalah hak untuk menolak suatu
kewarganegaraan (dalam stelsel pasif)
Sedangkan penentuan Kewarganegaraan dapat dibedakan
menurut Asas Ius Sanguinis dan Asas Ius Soli.
a. Ius Soli, adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut daerah atau negara tempat di mana ia dilahirkan.
Contoh: Seseorang yang dilahirkan di negara A maka ia
akan menjadi warga negara A, walaupun orang tuanya

3
adalah warga negara B. Asas ini dianut oleh negara Inggris,
Mesir, Amerika, dan lain-lain.
b. Ius Sanguinis, adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari
orang yang bersangkutan. Jadi, yang menentukan
kewarganegaraan seseorang ialah kewarganegaraan orang
tuanya, dengan tidak mengindahkan di mana ia sendiri dan
orang tuanya berada dan dilahirkan. Contoh: Seseorang
yang dilahirkan di negara A, tetapi orang tuanya warga
negara B, maka orang tersebut tetap menjadi warga negara
B (dianut oleh negara RRC).

Fokus Kita :
Adanya ketentuan-ketentuan yang tegas mengenai
kewarganegaan adalah sangat penting bagi tiap warga negara,
karena hal itu dapat mencegah adanya penduduk yang a-
patride dan yang bi-patride. Ketentuan-ketentuan itu penting
pula untuk membedakan hak dan kewajiban-kewajiban bagi

Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan di


beberapa negara, baik yang menerapkan asas ius soli maupun
ius sanguinis, dapat menimbulkan dua kemungkinan yaitu
apatride dan bipatride.
a. Apatride, adalah adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak
mempunyai kewarganegaraan. Contoh: Seorang keturunan
bangsa A (ius soli) lahir di negara B (ius sanguinis). Maka
orang tersebut tidaklah menjadi warga negara A dan juga
tidak dapat menjadi warga negara B. Dengan demikian,
orang tersebut tidak mempunyai kewarganegaraan
(apatride).
b. Bipatride, adalah adanya seorang penduduk yang mempunyai
dua macam kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan
rangkap). Contoh: Seorang keturunan bangsa B (ius
sanguinis) lahir di negara A (ius soli). Oleh karena ia keturunan
bangsa B maka dianggap sebagai warga negara B. Akan
tetapi, negara A juga menganggap warga negaranya karena
berdasarkan tempat lahirnya.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

Asas-asas kewarganegaraan yang diterapkan :


a. Asas Ius Sanguinis (law of the blood), adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
keturunan, bukan berdasarkan negara tempat
kelahiran.
b. Asas Ius Soli (law of the soil) secara terbatas, adalah
asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-

4
undang ini.
c. Asas Kewarganegaraan Tunggal, adalah asas yang menentukan
satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
d. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas, adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuaio
dengan ketentuan yang diatur dengan undang-undang ini.

Dengan diterapkannya asas-asas tersebut di atas, maka masalah


kewarganegaraan di Indonesia sekarang ini tidak mengenal lagi istilah
kewarganegaraan ganda (bipatride) dan tanpa kewarganegaraan
(apatride).

3. Penduduk dan Warga Negara Indonesia


Rakyat sebagai penghuni negara, mempunyai peranan
penting dalam merencanakan, mengelola, dan mewujudkan
tujuan negara. Keberadaan rakyat yang menjadi penduduk maupun
warga negara, secara konstitusional tercantum dalam pasal 26
Undang-Undang Dasar 1945 perihal Warga Negara dan
Penduduk.
a. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia.
c. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur
dengan undangundang.
Di dalam penjelasan UUD 1945, yang dimaksud dengan
orang-orang bangsa lain adalah orang-orang peranakan
Belanda, peranakan Tionghoa, dan peranakan Arab yang
bertempat kedudukan di Indonesia, mengakui Indonesia
sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara
Republik Indonesia. Mereka ini dapat menjadi warga negara.
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, bahwa
yang dimaksud orang-orang banga Indonesia asli adalah
orang-orang Indonesia yang menjadi warga negara Indonesia
sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, penduduk di
Indonesia, berdasarkan Indische Staatsregeling (Peraturan
Ketatanegaraan Hindia Belanda) tahun 1927, terbagi dalam 3
golongan, yaitu seperti berikut ini :
 Golongan Eropa, yang terdiri atas:
1. Bangsa Belanda,
2. bukan Bangsa Belanda, tetapi orang yang asalnya dari Eropa
3. Bangsa Jepang (untuk kepentingan hubungan
perdagangan)

5
4. Orang-orang yang berasal dari negara lain yang hukum
keluarganya sama dengan hukum keluarga Belanda
(Amerika, Australia, Rusia, dan Afrika Selatan), dan
keturunan mereka yang tersebut di atas.
 Golongan Timur Asing, yang terdir atas :
1. Golongan Cina (Tionghoa), dan
2. Golongan Timur Asing bukan Cina (orang Arab, India, Pakistan,
Mesir, dan lain-lain).
 Golongan Bumiputera (Indonesia), yang meliputi:
1. Orang-orang Indonesia asli serta keturunannya yang tidak memasuki
golongan rakyat lain, dan
2. Orang yang mula-mula termasuk golongan rakyat lain, lalu masuk
dan menyesuaikan hidupnya dengan golongan Indonesia asli.

Berikut ini adalah yang menjadi warga negara Indonesia


berdasarkan peraturan perundangan yang pernah berlaku di Indonesia
:
N Peraturan
Uraian / Keterangan
o Perundangan
1. Undang-Undang a. Penduduk Asli dalam daerah RI, termasuk anak-
Repulbik anak dari penduduk asli itu.
Indonesia Nomor b. Isteri seorang warga negara.
3 Tahun 1946 c. Keturunan dari seorang warga negara yang kawin
dengan wanita warga negara Asing.
d. Anak yang lahir dalam daerah RI yang oleh orang
tuanya tidak diketahui dengan cara yang sah.
e. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah
ayahnya, yang mempunyai kewarganegaraan
Indonesia, meninggal.
f. Orang bukan penduduk asli yang paling akhir
bertempat tinggal di Indonesia selama 5 (lima)
tahun berturut-turut, dan telah berumur 21 tahun
atau telah kawin. Dalam hal ini, bila berkeberatan
menjadi warga negara Indonesia, ia boleh menolak
dengan keterangan bahwa ia adalah warga negara
dari negara lain.
g. Masuk menjadi warga negara Indonesia dengan
jalan pewarganegaraan (naturalisasi).
2. Hasil Konferensi a. Penduduk asli Indonesia, yaitu mereka yang dahulu
Meja Bundar termasuk golongan Bumiputera dan berkedudukan
(KMB) Tahun di wilayah RI. Apabila mereka lahir di luar Indonesia
1949 dan bertempat tinggal di negeri Belanda atau di
luar daerah peserta Uni (Indonesia - Belanda);
maka mereka berhak memilih kewarganegaraan
Belanda dalam waktu dua tahun setelah tanggal
27 Desember 1949.
b. Orang Indonesia, kawulanegara Belanda, yang
bertempat tinggal di Suriname atau Antilen (koloni
Belanda). Akan tetapi, jika mereka lahir di luar

6
Kerajaan Belanda, mereka berhak memilih
kewarganegaraan Belanda dalam waktu dua
tahun setelah tanggal 27 Desember 1949.
c. Orang Cina dan Arab yang lahir di Indonesia atau
sedikitnya bertempat tinggall enam bulan di
wilayah RI dan dalam waktu dua tahun sesudah
tanggal 27 Desember 1949 menyatakan memilih
menjadi warga negara Indonesia.
d. Orang Belanda yang dilahirkan di wilayah RI atau
sedikitnya bertempat tinggal enam bulan di
wilayah RI dan yang dalam waktu dua
tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949
menyatakan memilih warga negara Indonesia.,

e. Orang asing (kawula negara Belanda)


bukan orang Belanda yang lahir di
Indonesia dan bertempat tinggal di RI,
dan yang dalam waktu dua tahun
sesudah tanggal 27 Desember 1949
tidak menolak kewarganegaraan
Indonesia.
3. Undang-Undang a. Mereka yang telah menjadi warga
Republik negara berdasarkan UU/Peraturan/
Indonesia Nomor perjanjian yang berlaku surut,
62 Tahun b. Mereka yang memenuhi syarat-
1958 syarat tertentu yang ditetapkan dalam
UU No. 62 tahun 1958 yakni seperti berikut :
1) Pada waktu lahirnya
mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan seorang warga negara
Indonesia (misalnya, ayahnya WNI),
2) Lahir dalam waktu
300 hari, setelah ayahnya meninggal
dunia dan ayah itu pada waktu
meninggal dunia adalah warga
negara RI,
3) Lahir dalam wilayah
RI selama orangtuanya tidak
diketahui.
4) Memperoleh
kewarganegaraan RI menurut UU No.
62 tahun 1958.
4. Undang- a. Setiap orang yang berdasarkan
Undang peraturan perundang-undangan dan/atau
Nomor 12 berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik
Tahun 2006 Indonesia dengan negara lain sebelum
tentang Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi
Kewarganega Warga Negara Indonesia;
raan Republik b. Anak yang lahir dari perkawinan
Indonesia yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

7
Negara Indonesia;
c. Anak yang lahir dari perkawinan
yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing;
d. Yang lahir dari perkawinan yang
sah dari seorang ayah warga negara asing
dan ibu Warga Negara Indonesia;
e. Anak yang lahir dari perkawinan
yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia; tetapi ayahnya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau hukum negara asal
ayahnya tidak memberikan
kewargaanegaraan kepada anak tersebut;
f. Anak yang lahir dalam tenggang
waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah
dan ayahnya warga negara Indonesia;
g. Anak yang lahir di luar
perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia;
h. Anak yang lahir di luar
perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah
Warga Negara Indonesia sebagai anaknya
dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun
atau belum kawin;
i. Anak yang lahir di wilayah
negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan
ayah dan ibunya;
j. Anak yang baru lahir yang
ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak
diketahui;
k. Anak yang lahir di wilayah
negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak mempunyai kewargane-garaan
atau tidak diketahui keberadaannya.
l. Anak yang dilahirkan di luar
wilayah negara Republik Indonesia dari
seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia yang karena ketentuan dari negara
tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan.
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah
dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau

8
menyatakan janji setia.

4. Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia


Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945, undangundang tentang
kewarganegaraan di negara republik Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 tentang
Kewarganegaraan Indonesia.
b. Undang-Undang No. 2 Tahun 1958, tentang Penyelesaian Dwi
kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC,
c. Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Indonesia sebagai penyempurnaan Undang-
Undang No. 3 Tahun 1946,
d. Undang-Undang No. 4 Tahun 1969 tentang Pencabutan UU No. 2 Tahun
1958 dan dinyatakan tidak berlaku lagi,
e. Undang-Undang No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal
18 UU No. 62 Tahun 1958, dan
f. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Peraturan perundangan lain yang mendukung pelaksanaan
undang-undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
antara lain :
a. Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.
b. Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1994 Tentang Visa,
Izin Masuk dan Izin Keimigrasian.
c. Peraturan Pemerintah RI No.18 Tahun 2005 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1994
Tentang Visa, Izin Masuk dan Izin Keimigrasian.
d. Instruksi Presiden RI No. 26 Tahun 1998 Tentang
Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi Dalam
Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Kegiatan
Penyelenggaraan Pemerintahan Perencanaan Program ataupun
Pelaksnaan.
e. Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI
No.M.02.IZ.03.10 Tahun 2004 Tentang Menghentikan penggunaan
istilah Perubahan Ketiga Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor
M.01-IZ.03.10 Tahun 1995 Tentang Paspor Biasa, Paspor untuk
Orang Asing, Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara
Indonesia dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing,
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kehakiman RI
Nomor M.01.IZ.03.10 Tahun 1997.

Penugasan Praktik 1
Kewarganegaraan
Setelah mempelajari materi-materi tentang : Kewarganegaraan
Republik Indonesia (Rakyat dalam suatu negara, Asas 9
Kewarganegaraan, Penduduk dan Warga Negara Indonesia, UU
Kewarganegaraan, dilanjutkan Penugasan dengan menjawab
pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut :
1. Berikan pengertian kembali yang dimaksud rakyat di dalam
suatu negara !

No Tinjauan Teori Uraian Singkat

1. Secara Sosiologis ......................................................................................................


......................................................................................................

2. Secara Hukum ......................................................................................................


......................................................................................................

2. Berikan penjelasan mengapa kedudukan sebagai warga negara


Indonesia dan warga negara asing harus jelas !
a. Warga Negara
Indonesia : ..............................................................................................
......................
................................................................................................................
...................................................
b. Warga Negara
Asing : ....................................................................................................
.......................
................................................................................................................
...................................................

3. Dalam perkembangan lebih lanjut asas-asas kewarganegaraan


di Indonesia mengalami perubahan. Beri penjelasan singkat pada kolom
di bawah ini !
Asas Kewarganegaraan Tunggal Asas Kewarganegaraan Ganda
Terbatas
........................................................ ........................................................
......................... .........................
........................................................ ........................................................
......................... .........................
........................................................ ........................................................
......................... .........................
........................................................ ........................................................
......................... .........................

4. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa di dalam Undang-


Undang Nomor 12 Tahun 2006 sudah tidak mengenal lagi adanya
bipatride dan apatride ! .........................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................

1
.....................................................................................................................
.....................................................
.....................................................................................................................
.....................................................

5. Tuliskan hal-hal yang mendasar perbedaan pokok untuk menjadi


warganegara Indonesia !
Berdasarkan Undang-Undang Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 62 Tahun 1958 Nomor 12 Tahun 2006
........................................................ ........................................................
......................... .........................
........................................................ ........................................................
......................... .........................
........................................................ ........................................................
......................... .........................
........................................................ ........................................................
......................... .........................

C. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DAN PEWARGANEGARAAN


DI INDONESIA

1. Kedudukan Warga Negara


Kedudukan warga negara di dalam suatu negara, sangat
penting statusnya terkait dengan hak dan kewajiban yang
dimiliki sebagai warga negara. Karena perbedaan
status/kedudukan sebagai warga negara sangat berpengaruh
terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki baik yang mencakup
bidang politik, ekonomi, sosial – budaya maupun hankam.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar warga negara adalah
juga penduduk negara itu, dan ada juga sebagian kecil yang
tidak menjadi penduduk karena orang itu bertempat tinggal di luar
negeri. Contoh: seorang mahasiswa yang sedang belajar di luar
negeri atau tenaga kerja yang sedang bekerja di luar negeri.

Fokus Kita :
Hak dan kewajiban warga negara Indonesia secara
konstitusional telah dijamin di dalam Undang-Undang Dasar
1945. Beberapa acuan yang dapat kita pedomani sebagai
bukti adanya hak dan kewajiban warga negara Indonesia
dapat dilihat pada peraturan perundangan yang berlaku.

2. Hak dan Kewajiban Dasar Warga Negara


Hak-hak Dasar Warga Negara Kewajiban Dasar Warga Negara

1
Hak dasar sebagai suatu bangsa yang Kewajiban dasar sebagai
merdeka dan berdaulat serta bebas warga negara dalam berbagai
dari segala macam bentuk bidang kehidupan, antara
penjajahan (Pembukaan UUD lain :
1945, alinea I), dan hak dasar a. menjunjung tinggi nilai-
sebagai warga negara dalam nilai kemanusiaan dan keadilan
berbagai bidang kehidupan, (Pembukaan UUD 1945, alinea I),
antara lain : b. menghargai nilai-
a. menyatakan diri nilai persatuan,
sebagai warga negara dan kemerdekaan dan
penduduk Indonesia atau kedaulatan bangsa
ingin menjadi warga negara (Pembukaan UUD 1945, alinea
suatu negara (Pasal 26), II),
b. bersamaan kedudukan c. menjunjung tinggi
di dalam hukum dan dan setia kepada
pemerintahan (Pasal 27 ayat konstitusi negara dan
(1)), dasar negara (Pembukaan UUD
c. memperoleh pekerjaan 1945, alinea IV),
dan penghi-dupan yang d. setia membayar
layak (Pasa127 ayat (2)), pajak untuk negara (Pasal
d. kemerdekaan 23 ayat 2),
berserikat, berkumpul, e. wajib menjunjung
mengeluarkan pikiran lisan tinggi hukum dan
dan tuli-san (Pasal 28), pemerintahan dengan
e. Mempertahankan hidup tidak ada kecualinya (Pasal
dan kehidu-pannya sebagai 27 ayat 1),
hak asasi manusia (Pasal f. wajib ikut serta
28A) dalam usaha pertahanan
f. jaminan memeluk salah dan keamanan negara
satu agama dan pelaksanaan (Pasal 30 ayat (1)),
ajaran agamanya masing- g. wajib menghormati
masing (Pasal 29 ayat (2)), bendera negara Indonesia
g. ikut serta dalam usaha sang merah putih (Pasal
pertahanan dan keamanan 35),
negara (Pasal 30),
h. mendapat pendidikan h. wajib menghormati
(Pasal 31), bahasa negara bahasa
i. mengembangkan Indonesia (Pasal 36),
kebudayaan nasio-nal (Pasal i. wajib menjunjung
32), tinggi lambang negara
j. berhak dalam Garuda Pancasila dengan
mengembangkan usaha- semboyan Bhinneka
usaha bidang ekonomi (Pasal Tunggal Ika (Pasal 36A),
33) dan j. wajib menghormati
k. memperoleh jaminan lagu kebang-saan
pemeliharaan dari Indonesia Raya (Pasal
pemerintah sebagai fakir 36B).
miskin (Pasal 34).

1
Berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban dasar sebagai warga
negara, penting untuk dipahami dalam pelaksanaan demokrasi yang
berdampak pada penyelenggaraan negara dan stabilitas politik
negara. Untuk itu, sebagai salah satu perwujudan pelaksanaan hak
dan kewajiban warga negara dalam berdemokrasi, setiap warga
negara dituntut untuk menunjukan sikap positif dalam pengembangan
nilai-nilai Demokrasi Pancasila yang mencakup sebagai berikut :
a. Melaksanakan hak pilih dan dipilih dalam pemilihan umum;
b. Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan Republik Indonesia;
c. Mensukseskan pemilihan umum yang jujur dan adil;
d. Melaksanakan GBHN dan Ketetapan-Ketetapan MPR lainnya;
e. Bermusyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama;
f. Saling mendukung dalam usaha pembelaan negara;
g. Saling menghormati kebebasan dalam hidup beragama;
Berikut ini contoh hak dan kewajiban warga negara Indonesia
dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
a. Hak dibidang politik, misalnya mempunyai hak untuk memilih
dipilih, mendirikan dan memasuki suatu organisasi sosial politik,
dan ikut serta dalam pemerintahan.
b. Hak di bidang pendidikan, misalnya mempunyai hak untuk
memperoleh pendidikan, mengembangkan karir pendidikan,
mendirikan lembaga pendidikan swasta, dan ikut serta menangani
pendidikan.
c. Hak di bidang ekonomi, misalnya setiap warga negara mempunyai
hak untuk memperoleh pekerjaan, memperoleh penghidupan yang
layak, hak memiliki barang, dan hak untuk berusaha.
d. Hak di bidang sosial budaya, misalnya setiap warga negara
Indonesia mempunyai hak untuk mendapat pelayanan sosial,
kesehatan, pendidikan penerangan hak untuk mengembangkan
bahasa, adat-istiadat dan budaya daerah masing-masing, dan hak
untuk mendirikan lembaga sosial budaya.
Tanggungjawab warga negara dalam pelaksanaan Demokrasi
Pancasila antara lain sebagai berikut;
a. Setiap warga negara Indonesia bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan sistem Demokrasi Pancasila.
b. Setiap warga negara Indonesia bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan pemilihan umum secara langsung, umum, bebas dan
rahasia serta jujur dan adil
c. Setiap warga negara Indonesia bertanggungjawab atas
pelaksanaan hukum dan pemerintahan RI.
d. Setiap warga negara Indonesia bertanggungjawab atas usaha
pembelaan negara.
e. Setiap warga negara Indonesia bertanggungjawab atas pelaksaan
hak-hak asasi manusia, mempertahankan, dan mengisi
kemerdekaan Indonesia.
3. Dalam Peraturan Perundangan Lain
Penerapan prinsip-prinsip hak dan kewajiban warga negara akan
diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan yang

1
berlaku. Berikut ini akan disebutkan beberapa hak dan
kewajiban warga negara dalam bidangbidang tertentu yang
berkaitan dengan kehidupan kenegaraan.
a. TAP. MPR No. IV/ MPR / 1983 Jo. UU No. 5 Tahun 1985 tentang
Referendum, yaitu warga negara berhak memberikan
persetujuan / menolak adanya keinginan MPR untuk mengubah UUD
1945 (Pasal 37 ayat 1 UUD 1945). Pasca Orde Baru Ketetapan ini
dicabut dengan TAP MPR No. VIII/ MPR/ 1998, sehingga
masalah perubahan UUD sepenuhnya menjadi wewenang
MPR.
b. UU No. 3 Tahun 1975 Jo. UU No. 3 Tahun 1985 dan diubah
dengan UU No. 2/1999 tentang Partai Politik serta UU No. 8
Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, yaitu warga
negara berhak menentukan pilihannya untuk menjadi salah
satu anggota Parpol. Selain itu, warganegara juga berhak
mendirikan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan
dalam mewujudkan aspirasi-aspirasi kelompoknya. Untuk
yang terakhir ketentuan tentang Partai Politik dikeluarkan
dengan UU No. 31 Tahun 2002.
c. UU No. 15 Tahun 1969 Jo. UU No. 4 Tahun 1975 Jo. UU No. 1 Tahun 1985
kemudian diganti dengan UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu, yaitu
adanya hak warga negara dalam Pemilu, baik sebagai hak
pilih aktif (memilih) maupun hak pilih pasif (dipilih).
d. UU No. 11 Tahun 1966 Jo. UU No. 21 Tahun 1982 Jo. UU No. 40 tahun 1999
tentang Pers, yaitu warga negara mempunyai hak dalam
mengeluarkan pikiran lisan atau tulisan baik melalui media
masa, media cetak maupun media elektronik.
e. UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman, yaitu adanya hak menolak dikenakan
penangkapan tanpa perintah yang sah, hak praduga tak
bersalah (presumtion of innocence), hak memperoleh bantuan
hukum, dan sebagainya. Untuk selanjutnya tentang
Kekuasaan Kehakiman diperbaharui dengan keluarnya UU
No. 35 Tahun 1999 dan UU No.4 Tahun 2004.
f. UU No. 20 Tahun 2002 tentang Pokok-Pokok Pertahanan dan
Keamanan, yaitu kewajiban membela negara dengan ABRI
(sekarang TNI dan Polri) sebagai tulang punggungnya.
Selanjutnya sesuai dengan semangat reformasi ketentuan
tentang Pertahanan Negara diganti dengan UU No.3 Tahun
2002. Sedangkan khusus untuk Kepolisian Negara, diatur
tersendiri dengan UU No.2 Tahun 2002.

Penugasan Praktik 2
Carilah sumber informasi lain baik dari buku, koran, majalah,
Kewarganegaraan
internet, buletin dan sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut
:
Rumuskan kembali bagaimana kedudukan warga Indonesia di
depan hukum !
Berikan penjelasan apa sesungguhnya yang dimaksud hak-hak
dasar dan kewajiban dasar sebagai warga negara !
Berikan sekurang-kurangnya 3 (tiga) contoh hak dan kewajiban
warga negara dalam kehidupan berdemokrasi Pancasila ! 1
Berikan pendapat atau pandangan anda dari sudut pandang
HAM tentang kedudukan warga negara Indonesia dihadapan
4. Pewarganegaraan di Indonesia
Menurut Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 yang dapat
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia adalah
sebagai berikut :
a. Mereka yang menjadi warga negara menurut undang-
undang / peraturan/ perjanjian yang terlebih dahulu telah berlaku
(berlaku surut),
b. Kelahiran (asas ius soli),
c. Adopsi melalui Pengadilan Negeri (menyangkut anak orang
asing di bawah umur 5 tahun),
d. Anak-anak di luar perkawinan dari seorang wanita
Indonesia,
e. Pewarganegaraan (naturalisasi),
f. Setiap orang asing kawin dengan seorang laki-laki
Indonesia,
g. Anak-anak yang belum berumur 18 tahun / belum kawin mengikuti
ayah atau ibunya (asas ius sanguinis),
h. Anak orang asing dan tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayah
atau ibunya yang orang asing itu dapat menjadi warga negara RI setelah berumur
21 tahun atau sudah kawin melalui pernyataan.

Apabila ada orang asing yang ingin menjadi warga negara


Indonesia melalui proses naturalisasi, ia harus mengajukan permohonan
kepada Menteri Kehakiman melalui kantor pengadilan negeri setempat di
mana ia tinggal atau Kantor Kedutaan Besar RI bagi di luar
negeri. Permohonan ini harus ditulis di atas materai dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya
perhatikan bagan prosedur cara memperoleh
kewarganegaraan Indonesia (sesuai dengan UU No. 62 tahun
1958) sebagai berikutP :R E S I D E N
SURAT KEPUTUSAN PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

xx) 5 xxx)
4 xxx)
5 3

7 PENGADILAN MENTERI KEHAKIMAN


NEGERI/
PERWAKILAN R I MENELITI SYARAT- x)
DI LUAR NEGERI SYARAT JURIDIS &
PEMOHO MENERUSKAN
6
N SUMPAH PERMOHONAN
PEWARGANEGARAAN 1
1 PERLENGKAPAN 2 KEPADA PRESIDEN
Lihat tanda x)
Keterangan :
x) : Syarat-syarat permohonan pewarganegaraan
xx) : Surat pemberitahuan bahwa pemohon dikabulkan
permohonannya
xxx) : Salinan petikan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Persyaratan Admin istrasi Yang Harus Dipenuhi

a. Salinan sah Akte Kelahiran/Surat Kenal Lahir Pemohon ;


b. Surat Keterangan Keimigrasian yang diberikan oleh Kantor Wilayah
imigrasi atau Kantor Imigrasi Daerah setempat yang menyatakan bahwa
pemohon bertempat tinggal secara sah di Indonesia selama 5 (lima) tahun
berturut-turut atau 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut ;
c. Salinan sah Surat Tanda Melapor Diri (STMD) ;
d. Surat Keterangan berkelakuan baik dari Kepala Kepolisian setempat ;
e. Salinan sah Akte Perkawinan dan Surat Persetujuan Isteri (bagi yang
sudah kawin) atau Salinan sah Akte Perceraian/Kematian suami atau Surat
Keterangan sah yang menyatakan bahwa wanita pemohon
pewarganegaraan benar-benar tidak terikat dalam tali perkawinan ;
f. Surat Keterangan Kesehatan dari Dokter ;
g. Bukti pembayaran uang pewarganegaraan dari Kas
Negara/Pos/Perwakilan RI ;
h. Surat keterangan bermata pencaharian tetap dari pejabat pemerintah
sekurang-kurangnya Camat ;
i. Surat keterangan dari perwakilan negara asal atau surat bukti bahwa
setelah memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, pemohon
tidak mempunyai kewarganegaraan lain, dan khusus bagi warganegara
Republik Rakyat Cina cukup melampirkan surat pernyataan melepaskan
kewarganegaraan asal yang ditandatangani oleh pemohon ;
j. Surat tanda pembayaran ongkos administrasi Pengadilan Negeri
sebesar Rp. 3.000,-
k. Pas foto

Pengadilan negeri atau perwakilan diplomatik RI berwenang untuk


memeriksa syarat-syarat dan menguji pemohonan tentang
kecakapannya berbahasa Indonesia dan penguasaan sejarah Indonesia.
Karena permohonan demikian merupakan syarat formal, maka Menteri
Kehakiman dapat menolak atau mengabulkan permohonan
tersebut dengan persetujuan Presiden. Apabila ditolak, ia dapat

1
mengajukan kembali permohonannya di lain waktu, tapi bila dikabulkan
maka ia harus mengucapkan sumpah atau janji setia di hadapan
Pengadilan Negeri atau Perwakilan Diplomatik RI.
Selanjutnya, pewarganegaraan akan diumumkan oleh
Menteri Kehakiman dalam Berita Negara. Apabila dalam waktu
3 bulan setelah hari ditetapkan SK Menteri Kehakiman si
pemohon tidak mengucapkan sumpah/janji setia, maka
keputusan itu dengan sendirinya batal (demi hukum).
Dalam memperoleh kewarganegaraan selain melalui cara
naturalisasi, dapat juga dengan cara berikut :
a. Kelahiran, yaitu pada dasarnya siapa saja yang lahir di
Indonesia adaiah warga negara RI (asas ius soli),
b. Pengangkatan, yaitu pengangkatan anak berusia lima tahun
ke bawah secara sah (adopsi) oleh orang tua angkatnya
maka anak tersebut dapat memperolehi kewarganegaraan
RI,
c. Dikabulkan permohonannya, yaitu permohonan yang
dikabulkan oleh Menteri Kehakiman seperti orang asing yang
lahir dan bertempat tinggal di wilayah RI tetapi tidak
mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan
ayahnya.
d. Akibat perkawinan, yaitu suatu perkawinan antara warga
asing dengan pria WNI. Dalam hal ini si istri akan
memperoleh kewarganegaraan Indonesia. Apabila prianya
warga negara asing sedangkan wanitanya WNI, maka wanita
(istri) tesebut akan kehilangan kewarganegaraan RI bila
dalam waktu 1(satu) tahun setelah perkawinan tidak
menyatakan menjadi Warga Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

Syarat – Syarat Dalam Memperoleh Kewarganegaraan


Indonesia

Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika


memenuhi persyaratan sebagai berikut: :

a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;


b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal
di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima )
tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh puluh)
tahun tidak berturut-turut;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
f. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia,

1
tidak menjadi berkewarganegaraan ganda;
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui
pewarganegaraan atau naturalisasi, yaitu kepada orang asing
yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan
alasan kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan
Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut
mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

Tata Cara Dalam Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia

a. Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh


pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas
bermeterai cukup kepada Presiden melalui Menteri, berkas
permohonan disampaikan kepada Pejabat ;
b. Menteri meneruskan permohonan yang disertai dengan
pertimbangan kepada Presiden dalam waktu paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak permohonan diterima;
c. Permohonan pewarganegaraan dikenai biaya yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
d. Presiden mengabulkan atau menolak permohonan
pewarganegaraan yang ditetapkan dengan Keputusan
Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
permohonan diterima oleh Menteri dan diberitahukan kepada
pemohon paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
Keputusan Presiden ditetapkan;
e. Penolakan permohonan pewarganegaraan harus disertai
alasan dan diberitahukan oleh Menteri kepada yang
bersangkutan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
permohonan diterima oleh Menteri ;
f. Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap
permohonan Pewargane-garaan berlaku efektif terhitung sejak
tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan janji
setia.
g. Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak Keputusan Presiden
dikirim kepada pemohon, Pejabat memanggil pemohon untuk
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia;
h. Dalam hal setelah dipanggil secara tertulis oleh Pejabat untuk
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu
yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak hadir tanpa
alasan yang sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi
hukum;
i. Dalam hal pemohon tidak dapat mengucapkan sumpah atau

1
menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan
sebagai akibat kelalaian Pejabat, pemohon dapat mengucapkan
sumpah atau menyatakan janji setia di hadapan Pejabat lain
yang ditunjuk Menteri;
j. Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dilakukan di
hadapan Pejabat; dan pejabat tersebut membuat berita acara
pelaksanaan pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia;
k. Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia, Pejabat
menyampaikan berita acara pengucapan sumpah atau
pernyataan janji setia kepada Menteri. Sumpah atau
pernyataan janji setia adalah sebagai berikut :
Yang mengucapkan sumpah, lafal sumpahnya sebagai berikut :
Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah
melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing,
mengakui, tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan
sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang
dibebankan negara kepada saya sebagai Warga Negara
Indonesia dengan tulus dan ikhlas.

Yang menyatakan janji setia, lafal janji setianya sebagai


berikut :
Saya berjanji melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada
kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan
membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan
menjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada saya
sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas.

l. Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia,


pemohon wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat
keimigrasian atas namanya kepada kantor imigrasi dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia ;
m. Salinan Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan dan
berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia
dari Pejabat, menjadi bukti sah Kewarganegaraan Republik
Indonesia seseorang yang memperoleh kewarganegaraan ;
n. Menteri mengumumkan nama orang yang telah memperoleh
kewarganegaraan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

1
Bonus Info Kewarganegaraan
UU KEWARGANEGARAAN, ANTARA UTOPIA DAN REALITA

Pada dasarnya, UU Kewarganegaraan yang baru ini (UU No.12 Tahun


2006) telah mengalami perubahan yang signifikan baik isi, bahasan,
maupun proses penyusunannya. Asas yang dianut, adalah asas Ius
Sanguinis dan Ius Soli dalam menyikapi masalah kewarganegaraan.
Sedangkan UU sebelumnya (UU No.62 Tahun 1958), lebih cenderung
menganut asas Ius Sanguinis saja. Sekarang ini, status kewarganegaraaan
ditentukan bukan hanya berdasarkan garis keturunan, tetapi juga melalui
tempat kelahiran. Hal ini akan membawa angin segar bagi WNI yang
melakukan kawin campur dikarenakan anak yang lahir telah mendapat
kepastian hukum.
UU Kewarganegaraan yang lama dibentuk kurang adanya pemahaman
mengenai konsep filsafat hukum kewarganegaraan. Beberapa kelemahan
yang ada adalah sebagai berikut :
a. Muatannya hanya bagaimana memperoleh kewarganegaraan,
kehilangan kewargane-garaan, dan mempertahankan kewarganegaraan
tunggal. Hal ini otomatis menimbulkan diskriminasi dan bias gender.
Status kewarganegaraan anak yang dilahirkan dari kawin campur akan
lebih ditentukan dari sang Ayah. Terjadi subordinasi perempuan
terhadap pria, karena wanita tidak dapat menentukan kewarganegaraan
anaknya.
b. Wanita akan kehilangan kewarganegaraannya jika sang suami
meninggal atau bercerai. sehingga dapat menyebabkan wanita dan
anak akan mengalami kesulitan keadilan hukum jika mereka mengalami
kekerasan rumah tangga dan berpotensi merusak keutuhan keluarga.
c. Dalam perkawinan campuran, jika suami WNA kehilangan pekerjaanya
di Indonesia, maka suami dan anak harus keluar dari Indonesia. Anak
tidak secara otomatis mendapatkan hak asuh dari ibunya, karena
berbeda status kewarganegaraannya.
Dengan disahkannya UU Kewargangegaraan yang baru, masalah
diskriminasi gender dan dikotomi ras dapat diminimalisir. Status anak akan
otomatis menjadi WNI dikarenakan menganut 2 (dua) asas. Jadi di
manapun ia dilahirkan, asal ia berasal dari WNI, maka anak tersebut diakui
secara hukum menjadi WNI, hingga ia harus menentukan
kewarganegaraanya di usia 18 tahun/kawin.
Sumber : Disarikan dari Yesa Lover - yesalover.blog.com 21
September 2006

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006


“Harus Diketahui Semua Pejabat Daerah”

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, yang


menghapis diskriminasi terhadap etnis Tionghoa, sudah disahkan. Namun,

2
kenyataannya di daerah Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia
atau SKBRI tetap saja dipakai. Selain masyarakat, para birokrat daerah,
terutama di Dinas Catatan Sipil dan Imigrasi, saatnya mendapatkan
sosialisasi undang-undang tersebut.
Sebenarnya, diskriminasi terhadap etnis Tionghoa telah dihapuskan
sejak terbit Keppres Nomor 56 Tahun 1999 yang mengatakan SKBRI tidak
berlaku lagi. Setelah itu muncul Inpres Nomor 4 Tahun 1999, Surat Wakil
Presiden, Surat Mendagri, dan Surat Edaran Dirjen Imigrasi yang intinya
menghilangkan SKBRI. Kenyataannya, di lapangan SKBRI tetap saja
dipakai. Dengan demikian, sesungguhnya pemerintah sudah punya
kemauan yang baik untuk menghapuskan diskriminasi dengan
mengeluarkan berbagai aturan.

Sumber : Disarikan dari Harian Kompas,


16/10/2006.

5. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

Berdasarkan Undang- Berdasarkan Undang-Undang


Undang Nomor 62 Tahun Nomor 12 Tahun 2006
1958
a. Kawin dengan seorang a. Memperoleh kewarganegaraan lain
laki-laki asing; atas kemauannya sendiri;
b. Putusnya perkawinan b. Tidak menolak atau tidak
seorang wanita asing melepaskan kewarganegaraan lain,
dengan laki-laki warga sedangkan orang yang bersangkutan
negara Indonesia; mendapat kesempatan untuk itu;
c. Anak yang orang tuanya c. Dinyatakan hilang
kehilangan kewarganegaraannya oleh Presiden
kewarganegaraan atas permohonannya sendiri, yang
Indonesia; bersangkutan sudah berusia 18
d. Memperoleh (delapan belas) tahun, bertempat
kewarganegaraan lain tinggal di luar negeri, dan dengan
karena kemauan sendiri, dinyatakan hilang Kewarganegaraan
e. Tidak menolak atau Republik Indonesia tidak menjadi
melepas-kan tanpa kewarganegaraan;
kewarganegaraan lain; d. Masuk dalam dinas tentara asing
f. Diakui oleh orang orang tanpa izin terlebih dahulu dari
asing sebagai anaknya; Presiden;
g. Diangkat anak secara sah e. Secara sukarela masuk dalam dinas
oleh seorang orang asing; negara asing, yang jabatan dalam
h. Dinyatakan hilang dinas semacam itu di Indonesia
kewargane-garaannya sesuai dengan ketentuan peraturan
oleh menteri kehaki-man perundang-undangan hanya dapat
dengan persetujuan dijabat oleh Warga Negara
dewan menteri; Indonesia;
i. Masuk dalam dinas asing tanpa f. Secara sukarela mengangkat
izin lebih dahulu dari menteri sumpah atau menyatakan janji setia
kehakiman Republik kepada negara asing atau bagian

2
Indonesia; dari negara asing tersebut;
j. Mengangkat sumpah g. Tidak diwajibkan tetapi turut serta
atau menyatakan janji dalam pemilihan sesuatu yang
setia kepada negara bersifat ketatanegaraan untuk suatu
asing; negara asing;
k. Turut serta dalam h. Mempunyai paspor atau surat yang
pemilihan sesuatu yang bersifat paspor dari negara asing
bersifat ketatane-garaan atau surat yang dapat diartikan
untuk suatu negara asing; sebagai tanda kewarganegaraan
l. Mempunyai paspor dari yang masih berlaku dari negara lain
negara asing; dan atas namanya;
m. Bertempat tinggal di i. Bertempat tinggal di luar wilayah
luar negeri selama 5 negara Republik Indonesia selama 5
tahun berturut-turut (lima) tahun terus-menerus bukan
dengan tidak dalam rangka dinas negara, tanpa
menyatakan alasan yang sah dan dengan sengaja
keinginannya untuk tidak menyatakan keinginannya
tetap men-jadi warga untuk tetap menjadi Warga Negara
negara Indonesia kecuali Indonesia sebelum jangka waktu 5
jika ia ada dalam dinas (lima) tahun itu berakhir, dan setiap
negara Republik 5 (lima) tahun berikutnya yang
Indonesia. bersangkutan tidak mengajukan
pernyataan ingin tetap menjadi
Warga Negara Indonesia kepada
Perwakilan Republik Indonesia yang
wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal yang bersangkutan padahal
perwakilan Republik Indonesia
tersebut telah memberitahukan
secara tertulis kepada yang
bersangkutan, sepanjang yang
bersang-kutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.

Bagi warga negara Indonesia di luar negeri yang kehilangan


kewarganega-raannya bukan karena kemauan sendiri, mereka
masih diberi kesempatan untuk tetap menjadi warga negara Indonesia
dengan persyaratan tertentu, antara lain : pernyataan atas kelalaiannya dan
kesetiaannya kepada pemerintah Indonesia. Dalam hal ini, orang
tersebut harus mengajukan pernyataan kepada menteri kehakiman
melalui KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) tempat ia berada dan
sekaligus dapat ditentukan apakah pernyataannya dapat
diterima atau ditolak.

Bonus Info Kewarganegaraan


Hal Lain

2
“Hilangnya Kewarganegaraan Indonesia”
(Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

a. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ayah


tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya yang
mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai dengan
anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
b. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ibu
tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya yang tidak
mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai dengan
anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
c. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia karena
memperoleh kewarganegaraan lain bagi seorang ibu yang putus
perkawinannya, tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya
sampai dengan anak tersebut berusia 18 ( delapan belas tahun atau
sudah kawin.
d. Dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap
anak yang berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah
berusia 18 (delapan belas tahun) atau sudah kawin anak tersebut
harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.
e. Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki
warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik
Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya,
kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai
akibat perkawinan tersebut.
f. Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan
warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik
Indonesia jika menurut hukum negara asal istrinya,
kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai
akibat perkawinan tersebut.
g. Laki-laki jika ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia dapat
mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada
Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya
meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali
pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda.
h. Surat pernyataan dapat diajukan oleh perempuan setelah tiga (3)
tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung.
i. Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat
perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status
Penugasan Praktik
kewarganegaraan dari istri atau suami. 3
Kewarganegaraan
j. Setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia
Setelah berdasarkan
mempelajari materi-materi keterangan yang kemudian
tentang : Pewarganegaraan hari dinyatakan
di Indonesia dan
palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau terjadi
Hilangnya kewarganegaraan di Indonesia, lakukan Strategi Pembelajaran dengankekeliruan
mengenai
Penugasan orangnya
Cooperative oleh
Integrated instansi
Reading yang berwenang,
and Composition dinyatakan
(CIRC) atau Kooperatif
batal
Terpadu kewarganegaraannya.
Membaca dan Menulis.
k. Menteri mengumumkan nama orang yang kehilangan
Langkah-langkah :
Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Bentuk kelompok dengan anggotanya antara 3 – 4 orang.
Diberikan “wacana” atau kliping sesuai dengan topik pembelejaran.
Setiap kelompok bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok serta
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping, dan ditulis pada lembar kertas.
Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok. 2
Buatlah kesimpulan bersama.
Penutup.
D.PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN
BERNEGARA

1. Makna Persamaan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sadari bahwa setiap manusia
selain kodratnya sebagai makhluk pribadi adalah juga sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, sangat merasakan bantuan,
pertolongan dan bantuan dari orang lain. Untuk mewujudkan dirinya
sebagai makhluk sosial tersebut, maka timbul perasaan dan sikap
ingin dihormati dan dihargai orang lain. Dengan dihormati dan
dihargai tersebut, maka setiap manusia merasakan adanya
pengakuan dari orang lain, dari kelompok atau masyarakat sekitar.
Penting bagi setiap manusia untuk dapat mengembangkan sikap
hormat dan menghargai orang lain agar di dalam kehidupannya
terwujud kerukunan dan kerja sama yang baik sehingga tercapai
keingin kedamaian dan ketenteram hidup. Karena setiap manusia
sangat mendambakan suasana kehidupan yang akrab, ramah dan
penuh kedamaian.

Fokus Kita :
Berdasarkan pendekatan kultural, bangsa Indonesia
sesungguhnya sangat memahami makna ”persamaan” hidup
dengan senantiasa mengedepankan nilai-nilai saling menghormati
dan menghargai antar sesama manusia tanpa membedakan suku,
agama, ras dan antar golongan melalui semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang sampai sekarang ini masih melekat dan tertanam kuat
Persamaan, merupakan perwujudan kehidupan di dalam
masyarakat yang saling menghormati dan menghargai orang lain

2
dengan tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA). Timbulnya berbagai suasana tidak nyaman dan
ketakutan bagi setiap manusia (masyarakat) di suatu tempat, karena
adanya segelintir orang yang mempunyai keinginan/kepentingan
tertentu dengan cara-cara yang tidak beradab (melanggar nilai, norma
dan moral). Miskinnya pengetahuan dan pemahaman tentang
kehidupan yang beradab serta kehidupan sosial-budaya yang
terkebelakang, sering menjadi penyebab ”makna persamaan” hilang
dan berubah menjadi ”diskriminasi”.
Di negara-negara berkembang pada umumnya (termasuk
Indonesia), memaknai ”persamaan hidup” lebih bersifat kultural
karena faktor adat istiadat dan budaya yang diterapkan secara turun
temurun. Rasa penghormatan dan penghargaan tulus yang kita
terima, terutama pada masyarakat di pedesaan yang masih menjaga
dan memelihara dengan baik adat-istiadat dan budaya mereka.
Namun di kota-kota besar pada umumnya dengan masyarakatnya
yang sudah sangat kompleks (heterogen) dan multi kultural, tentu
tidak banyak yang diharapkan.

2. Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultural)


Dalam kehidupan bangsa Indonesia secara kultural bahwa jaminan
terhadap persamaan hidup telah tertanam dalam-dalam melalui adat
dan budaya daerah yang relatif memiliki nilai-nilai yang hampir sama.
Kehidupan masyarakat yang bersahaja dan sangat bersahabat dengan
sesama, yaitu saling menghargai dan menghormati sampai sekarang
masih nampak dalam perisai lambang burung Garuda Pancasila
”Bhinneka Tunggal Ika”. Hal ini menandakan bahwa dalam kurun
waktu perjalanan hidup bangsa Indonesia hingga saat ini, masalah
perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan tidaklah menjadi
penghalang dalam pergaulan hidup, akan tetapi justru sebaliknya
mampu menjadi perekat dalam kehidupan yang serasi, selaras dan
seimbang.
Beberapa nilai kultural bangsa Indonesia yang patut kita lestarikan
dalam upaya memberikan jaminan persamaan hidup dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, antara lain :
a. Nilai Religius
Realitas kehidupan bangsa Indonesia sejak jaman nenek
moyang hingga sekarang ini sarat dengan nilai-nilai religius,
meskipun disadari bahwa tata cara ritual dan bentuk-bentuk yang
disembah berbeda. Ada sebagian masyarakat yang menganut
persembahan ritual dengan perantara roh (animisme), melalui
benda-benda/pohon-pohon tertentu (dinamisme), kepada dewa-
dewa (pantheisme) dan kepada Tuhan Yang Maha Esa
(monteisme).
Esensi nilai religius, sangat menghargai persamaan hidup dan
memberi jaminan kepada umatnya bahwa setiap manusia
diciptakan adalah sama dihadapan yang kuasa/Tuhan. Sedangkan
yang membedakan adalah derajat ilmu pengetahuan, adab, dan
keimanan dari setiap masing-masing manusia.

2
b. Nilai Gotong Royong
Pada sebagian masyarakat Indonesia, nilai-nilai gotong royong
masih sangat kuat dipertahankan sebagai wujud kepedulian dan
mau membantu sesama. Bentuk perbuatan gotong royong seperti ;
membantu dalam membangun rumah, bersama-sama membuat
jembatan, menolong yang kena musibah bencana alam, menjaga
keamanan bersama (ronda/siskamling) dan sebagainya, merupakan
wujud ”jaminan persamaan hidup” dengan tidak membeda-
bedakan status sosial maupun suku, agama, ras dan antar
golongan.
Esensi nilai gotong royong adalah adanya keinginan kuat dalam
setiap anggota masyarakat dalam meringankan beban orang lain,
sehingga mampu hidup mandiri layaknya masyarakat lain.
c. Nilai Ramah Tamah
Kebiasaan dalam pergaulan hidup yang mengembangkan sopan
santun dan ramah tamah, merupakan salah satu ciri khas bangsa
Indonesia yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Salah satu keunggulan dan sekaligus kebanggaan warisan nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang harus dilestarikan kepada generasi
penerus bangsa adalah sikap sopan dan ramah kepada siapapun
tamu yang hadir yang memiliki itikad baik. Banyak bangsa lain jika
berkunjung ke tempat-tempat wisata atau ke daerah-daerah
tertentu di Indonesia sangat terkesan dengan sikap sopan dan
ramah tamah tersebut.
Esensi sikap sopan dan ramah tamah adalah adanya ketulusan
melakukan suatu perbuatan dengan berprasangka baik terhadap
orang lain baik yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal.
Terdapat juga keinginan untuk membantu dan bekerja sama
dengan mengedepankan rasa hormat dan penghargaan kepada
orang lain tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan antar
golongan. Dengan demikian, sesungguhnya nilai sopan santun dan
ramah tamah sangat memberi peluang dan kesempatan dalam
memberikan jaminan persamaan hidup yang tulus kepada siapapun
mereka yang hadir bersama-sama untuk hidup di dalam
masyarakat.

d. Nilai Kerelaan Berkorban dan Cinta Tanah Air


Melalui nilai-nilai semangat rela berkorban dan cinta tanah air,
bangsa Indonesia telah teruji selama penjajahan berlangsung
dalam merebut kemerdekaan. Rela berkorban dan cinta tanah air,
merupakan wujud ketulusan pengorbanan seseorang dalam bentuk
harta benda maupun nyawa untuk kepentingan harga diri, harkat
martabat bangsa dan negara.
Dalam lingkup kepentingan masyarakat, kerelaan berkorban
waktu dan tenaga serta kemauan untuk memelihara kelestarian
lingkungan, hal ini sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat. Karena
sangat disadari bahwa hidup tanpa mau berkorban untuk
kepentingan orang lain dan memelihara rasa kebersamaan, tidak
akan mempunyai arti di dalam masyarakat.

2
Esensi rela berkorban dan cinta tanah air dalam jaminan
persamaan hidup adalah bahwa dalam kehidupan manusia ada
rasa kebanggaan yang mendalam jika sanggup melakukan
pengorbanan untuk kepentingan orang lain atau bangsa dan
negara sebagai wujud rasa cinta yang tulus dan mendalam.

3. Jaminan Persamaan Hidup Dalam Konstitusi Negara


Masa penjajahan yang telah berlangsung sejak jaman Belanda
(lk.350 tahun) dan jaman Jepang (lk.3,5 tahun), telah membuka mata
seluruh masyarakat dan pemimpin bangsa Indonesia agar mampu
menata kehidupan bangsa yang merdeka dan berdaulat serta sejajar
dengan bangsa-bangsa lain yang beradab. Perjuangan panjang dalam
merebut kemerdekaan tanpa kenal lelah dan pantang menyerah, telah
membawa sebuah tonggak kemerdekaan sebagai pintu gerbang
menuju ”kejayaan bangsa dan negara Indonesia” untuk mencapai cita-
cita masyarakat adil makmur yang berkelanjutan.
Para pendiri negara (founding fathers) sangat menyadari bahwa
setelah bangsa Indonesa merdeka, negara yang akan dibangun adalah
negara yang berisi masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika
dengan keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dari
Sabang sampai Merauke. Oleh sebab itu, dasar negara yang menjadi
pedoman penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara haruslah mampu mewadahi (mengakomodir) kepentingan-
kepentingan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.

Fokus Kita :
Dasar Negara Pancasila yang digali dari nilai-nilai luhur
masyarakat dan bangsa Indonesia telah dipilih dan ditetapkan
sebagai pandangan hidup (way of life) dan filsafat hidup dalam
penyelenggaraan negara di Indonesia baik yang mencakup bidang
politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan.

Mengingat konstruksi yang dibangun oleh bangsa Indonesia dalam


wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bersumber dari
keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, maka sudah menjadi kewajiban negara untuk
mampu memberikan “jaminan persamaan hidup” dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jaminan persamaan hidup
warga negara di dalam konstitusi negara, dapat disebutkan antara lain
:
a. Pembukaan UUD 1945
Pada alinea 1 Pembukaan UUD 1945, disebutkan bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kalimat
tersebut mengandung makna adanya pengakuan jaminan
persamaan hidup bagi bangsa beradab manapun di dunia ini,
karena tidak satupun bangsa yang mau dijajah oleh bangsa lain.

2
Dengan semangat kebangsaan yang tinggi baik internal maupun
eksternal untuk memperoleh jaminan persamaan hidup di dunia,
bangsa Indonesia telah melakukan berbagai upaya-upaya nyata
untuk mendorong bangsa-bangsa lain terutama di Asia dan Afrika
untuk memperoleh hak kemerdekaannya. Hal ini dilakukan melalui
banyaknya hubungan bilateral dan kerja sama multilateral dalam
wadah Gerakan Negara-Negara non Blok, ASEAN, PBB dan
sebagainya.
Demikian di dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945, yang
antara lain berbunyi “ ........ .......... Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, dan seterusnya. Pada kalimat
”melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia”, hal ini mengandung makna merupakan wujud keinginan
kuat dari penyelenggara negara untuk mampu memberikan
jaminan persaman hidup yang berkeadilan sosial baik internal
bangsa Indonesia maupun partisipasi aktif terhadap dunia
internasional. Jadi, jelaslah bahwa perihal jaminan persaman hidup
di Indonesia secara konstitusional seperti yang termaktub di dalam
Pembukaan UUD 1945, telah secara eksplisit dinyatakan untuk
selanjutnya diimplementasikan ke dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

b. Sila-Sila Pancasila
Pengakuan jaminan persamaan hidup dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, juga telah
dirumuskan secara filosofis dalam dasar negara Pancasila melalui
sila-sila Pancasila sebagai berikut :
N Sila-Sila Uraian/Keterangan
o Pancasila
1. Ketuhanan Yang Bahwa segala agama dan kepercayaan
Maha Esa. yang berada di Indonesia terpusat pada
Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh sebab
itu, makna utama dalam sila pertama ini
yaitu adanya pengakuan persamaan
jaminan hidup bagi warga negara
Indonesia untuk bergama dan
melaksanakan ajaran agamanya sesuai
dengan keyakinan masing-masing.
Siapapun warga dan agamanya harus
saling menghormati dan menghargai
sehingga terwujud toleransi dalam
kehidupan umat beragama.
2. Kemanusiaan Yang Menunjukkan ekspresi bangsa Indonesia
Adil dan Beradab. yang mempunyai keinginan kuat bahwa
dalam aspek-aspek hubungan antar

2
manusia adanya jaminan persaman hidup
dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, berdasarkan moralitas yang
adil dan beradab.
3. Persatuan Dengan dasar persatuan dan kesatuan
Indonesia. Indonesia, maka setiap bangsa Indonesia
mampu meletakkan kepentingan,
keselamatan bangsa dan rakyat di atas
kepentingan diri sendiri dan golongan.
Bahwa setiap warga negara harus
sanggup memberikan jaminan
persamaan hidup antar warga dan siap
berkorban untuk bangsa dan negara atas
dasar cinta tanah terhadap bangsanya.
4. Kerakyatan yang Merupakan keinginan hidup berbangsa
dipim-pin oleh dan bernegara yang demokratis baik
hikmah kebi- dalam arti formal maupun material
jaksanaan dalam berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
permu- dan moralitas kemanusiaan yang adil dan
syawaratan/perwa beradab dengan senantiasa menjunjung
kilan. tinggi persatuan dan kesatuan bangsa.
Kehidupan demokrasi dengan
memberikan jaminan persaman hidup
bagi setiap warga negara, merupakan
cita-cita luhur yang ingin diwujudkan
melalui konsensus adanya persamaan
politik, hukum, ekonomi dan sosial
budaya.
5. Keadilan sosial Dimaksudkan dalam rangka pengaturan
bagi se-luruh hubungan manusia dalam kehidupan
rakyat Indonesia. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur, materiap maupun spiritual.
Dalam pelaksanaan hubungan antar
manusia yang mencakup jaminan
persamaan hidup, semua bentuk
eksploitasi manusia oleh manusia lain
sangat dilarang. Sangat diharapkan agar
setiap anggota masyarakat mampu
menciptakan kondisi untuk semua
golongan mendapatkan kesempatan yang
sama dan berkeadilan menuju
penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.

c. UUD 1945 dan Peraturan Perundangan Lainnya


Bila memperhatikan komitmen bangsa Indonesia dalam
penyelenggaraan negara yang ingin mewujudkan “jaminan
persaman hidup” dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

2
bernegara, sudah sangat jelas bahwa hal tersebut ingin segera
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guna lebih mempertajam
keinginan penyelenggara negara dalam memberikan jaminan
persamaan hidup bagi warganya, berikut ini dapat dilihat pada
pasal-pasal UUD 1945 dan peraturan perundangan lainnya.

UUD
N
1945/Peraturan Isi/Uraian
o
Perundangan
1. Pasal 26 ayat (1) “Yang menjadi warga negara ialah
orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara”.
2. Pasal 27 ayat (1) “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”.
3. Pasal 27 ayat (2) “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”
4. Pasal 27 ayat (3) “Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”
5. Pasal 28 ”Kemerdekaan berserikat,
berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang”
6. Pasal 28A “Setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya”
7. Pasal 29 ayat (2) ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.”
8. Pasal 30 ayat (1) “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”.
9. Pasal 31 ayat (1) “Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan”
10 Pasal 32 ayat (1) “Negara memajukan kebudayaan
. nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
11 Pasal 33 ayat (3) “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
. terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-

3
besar kemakmuran rakyat”.
12 Pasal 34 ayat (1) “Fakir miskin dan anak-anak yang
. terlantar dipelihara oleh negara”.
13 UU No. 40 Tahun Jaminan kepada warga negara untuk
. 1999 mengeluarkan pikiran dan tulisan melalui
media massa “Pers”.
14 UU No. 3 Tahun Jaminan kepada warga negara dalam
. 2002 membela negara melalui “Pertahanan
Negara”.
15 UU No. 31 Tahun Jaminan kepada warga negara untuk
. 2002 mendirikan “Partai Politik”
16 UU No. 4 Tahun Jaminan kepada warga negara untuk hak
. 2004 praduga tak bersalah melalui “Kekuasaan
Kehakiman”.

Penugasan Praktik 4
Kewarganegaraan
Carilah sumber
sumberinformasi
informasilain
lainbaik
baik
daridari
buku,
buku,
koran,
koran,
majalah,
majalah,
internet,
internet,
buletinbuletin
dan dan
sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut :
Rumuskan kembali
kembali bagaimana
makna persamaan
suatu bangsa
dalamsecara
kedududkan
sosiologissebagai
maupunwarga
politisnegara
dapat
terbentuk
dalam kehidupan
! bermasyarakat, berbangsa dan bernegara!
Berikan penjelasan
penjelasan hubungan
bahwa di antara
dalamadanya
nilai-nilai
manusia
budaya
dengangotong
terbentuknya
royong terkandung
bangsa di
dalam suatu
makna tentang
negara
jaminan
tertentu
persaman
! hidup !
Berikan penjelasan
penjelasan kembali
kembalibahwa
mengapaPembukaan
unsur konstitutif,
UUD 1945 merupakan
mempunyai unsur
citramutlak
moral
dalammendukung
yang berdirinya suatu
persmaan
negara
hak! antar bangsa di dunia !
Berikan
Berikan
sekurang-kurangnya
sekurang-kurangnya 2 (dua)
3 (tiga)
contoh
contohpersamaan
nilai-nilai dan
Pancasila
berbedaan
yang antara
berhubungan
warga
negara
erat dengan
dengan
jaminan
bukanpersamaan
warga negarahidup
berdasarkan
! hak dan kewajibannya !
Identifikasikan kembali
kembali dalam
pasal-pasal
bentuk di
apadalam
sajakahUUDbatas1945
suatuyang
negara
memuat
dengantentang
negara
lain ! persaman hidup sebagai warga negara !
jaminan

E. MENGHARGAI PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA


NEGARA TANPA MEMBEDAKAN RAS, AGAMA, GENDER,
GOLONGAN, BUDAYA DAN SUKU

Bagi setiap warga negara Indonesia berdasarkan pendekatan kultural


muapun konstitusional, sangatlah kecil untuk melakukan tindakan-
tindakan yang tidak menghargai persamaan kedudukan warga negara
karena faktor ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku bangsa.
Sejarah telah mencatat bahwa nilai-nilai luhur budaya bangsa sangat
menjunjung tinggi keberagaman bangsa Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Oleh sebab itu, semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan wawasan
nusantara tidak henti-hentinya kita gelorakan untuk kepentingan
keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa.

3
Sangat riskan bagi bangsa Indonesia yang dihuni oleh masyarakat
multi etnis dan budaya apabila ada sebagian masyarakat yang tidak
menghargai perbedaan (diskriminasi) dengan apapun alasannya.
Diskriminasi merupakan sikap dan perbuatan yang harus dihindari,
karena cepat atau lambat akan menjadi bom waktu perpecahan dan
sangat berpotensi terjadinya konflik vertikal (dengan penguasa) maupun
konflik horizontal (dengan sesama masyarakat). Dalam rangka
menghargai persaman kedudukan bagi setiap warga negara, perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Regulasi yang dilakukan oleh lembaga eksekutif maupun legistlatif,
sebelum disahkan sudah seharusnya dibuat dalam kajian akademis
yang memadai dan analisis-analisis psikologi sosial yang mendalam,
sehingga menghasilkan peraturan dan kebijakan yang tidak
diskriminatif yang dirasakan oleh sebagian warga negara/masyarakat.
2. Implementasi suatu kebijakan atau aturan, agar pelaksanaanya
dilakukan oleh aparat yang betul-betul memahami, proporsional dan
profesional. Hal ini penting untuk dipahami, agar pada saat terjadi
penindakan pelanggaran (law enforcement) mampu berlaku adil dan
sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Sosialisasi suatu peraturan atau kebijakan diperluas jangkauan dan
publikasinya agar warga masyarakat yang berkepentingan merasa
berperan aktif untuk memahami. Jika sosialisasi telah terpahami
dengan baik, warga masyarakat akan semakin cerdas untuk
melaksanakannya tanpa ada rasa curiga atau salah paham.
4. Masyarakat harus dilatih dan diberikan pembelajaran pentingnya
“taat asas” dan “taat aturan” sehingga dalam menyelesaikan suatu
masalah atau urusan adminstrasi tertentu betul-betul mematahu
rambu-rambu yang telah ditentukan. Jangan sampai ada diantara
mereka karena kenal sehingga semua urusan dapat dengan mudah,
sementara yang tidak punya akses atau kenalan merasa dipersulit
sehingga terjadi diskriminasi.
5. Aparatur penyelenggara negara/pemerintah dan masyarakat tidak
saling memberi peluang munculnya tindak Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Karena sesungguhnya KKN merupakan salah satu
sumber diskrimanasi perlakukan terhadap warga masyarakat, karena
ada yang diistimewakan dan sementara yang lain diacuhkan.
6. Keteladanan dan pembelajaran yang berkelanjutan dijalur
pendidikan melalui jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan
tinggi untuk melestarikan nilai-nilai budaya bangsa yang sangat
menghargai dan menghormati adanya perbedaan dalam masyarakat.
Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, akan tetapi harus selalu
dicari titik temu sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
7. Aparat penegak hukum senantiasa mewaspadai dan antisipatif
terhadap potensi-potensi konflik yang mengarah pada perbedaan ras,
gender, golongan, budaya dan suku yang ada di dalam masyarakat.
Upayakan kejelian dalam pendeteksian dini sehingga segala sesuatu
dapat dicegah sebelum konflik muncul ke permukaan.

3
Siapapun warganya dan dimanapun negaranya, tentu ingin hidup
aman dan sejahtera. Setiap warga negara ingin hak-haknya juga
KESIMPULAN
diberikan oleh negaraF adalah sama tanpa membeda-bedakan ras,
agama, gender, golongan, budaya dan suku.
Secara sosiologis, rakyat adalah sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh rasa persamaan, dan yang bersama-sama mendiami
suatu wilayah tertentu. Secara hukum, rakyat merupakan warga
negara dalam suatu negara yang memiliki ikatan hukum dengan
pemerintah.
Rakyat di dalam suatu negara dapat dibedakan, berdasarkan
hubungannya dengan daerah tertentu di dalam suatu negara
(penduduk dan bukan penduduk). Sedangkan hubungannya dengan
pemerintah negaranya, yaitu warga negara dan bukan warga negara.
Adanya ketentuan-ketentuan yang tegas mengenai kewarganegaan
adalah sangat penting bagi tiap warga negara, karena hal itu dapat
mencegah adanya penduduk yang a-patride dan yang bi-patride.
Ketentuan-ketentuan itu penting pula untuk membedakan hak dan
kewajiban-kewajiban bagi warganegara dan bukan warganegara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganega-raan Republik Indonesia, bahwa yang dimaksud
orang-orang bangsa Indonesia asli adalah orang-orang
Indonesia yang menjadi warga negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain
atas kehendak sendiri.
Hak dan kewajiban warga negara Indonesia secara
konstitusional telah dijamin di dalam Undang-Undang Dasar
1945. Beberapa acuan yang dapat kita pedomani sebagai bukti
adanya hak dan kewajiban warga negara Indonesia dapat dilihat
pada peraturan perundangan yang berlaku.
Berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban dasar sebagai warga negara,
penting untuk dipahami dalam pelaksanaan demokrasi yang
berdampak pada penyelenggaraan negara dan stabilitas politik negara.
Untuk itu, sebagai salah satu perwujudan pelaksanaan hak dan
kewajiban warga negara dalam berdemokrasi, setiap warga negara
dituntut untuk menunjukan sikap positif dalam pengembangan nilai-
nilai Demokrasi Pancasila.
Apabila ada orang asing yang ingin menjadi warga negara
Indonesia melalui proses naturalisasi, ia harus mengajukan permohonan
kepada Menteri Kehakiman melalui kantor pengadilan negeri setempat di mana
ia tinggal atau Kantor Kedutaan Besar RI bagi di luar negeri.
Persamaan, merupakan perwujudan kehidupan di dalam masyarakat
yang saling menghormati dan menghargai orang lain dengan tanpa
membeda-bedakan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Mengingat konstruksi yang dibangun oleh bangsa Indonesia dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bersumber dari
keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, maka sudah menjadi kewajiban negara untuk
mampu memberikan “jaminan persamaan hidup” dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3
LATIHAN UJI KOMPETENSI

A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar !

1. Rakyat di dalam suatu e. kedudukannya


negara, berdasarkan
pendekatan sosiologis 5. Asas yang menentukan
dipersatukan oleh .... kewargane-garaan
a. rasa saling membutuhkan seseorang berdasarkan
b. keinginan hidup perta-lian darah, disebut
berkelompok asas ....
c. keinginan memenuhi a. ius soli
kebutuhan b. ius sanguinis
d. rasa persamaan senasib c. tunggal
e. rasa ingin merdeka d. ganda terbatas
e. keturunan
2. Bukan penduduk adalah
mereka yang berada di 6. Pokok Pikiran dalam
dalam suatu negara .... pembukaan UUD 1945 yang
a. untuk selama-lamanya menyatakan bahwa bangsa
b. mempunyai pekerjaan Indonesia menentang
tetap penjaja-han, terdapat pada
c. mempunyai pekerjaan pokok pikiran .....
sementara a. pertama
d. untuk sementara waktu b. kedua
e. sesuai dengan keinginan c. ketiga
d. keempat
3. Hak yang sekaligus menjadi e. kedua dan keempat
kewajiban warga negara
menurut UUD 1945 terdapat 7. Pengolongan penduduk
pada ..... menurut Indische Staats-
a. Pasal 26 UUD 1945 regeling Tahun 1927 yang
b. Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 masuk golongan timur asing
c. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 bukan Cina adalah berikut,
d. Pasal 28 UUD 1945 kecuali ....
e. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 a. orang Arab
b. orang India
4. Dasar yang menyebabkan c. orang Persia
warga negara memiliki d. orang Pakistan
perbedaan hak dan e. orang Mesir
kewajiban dengan warga
negara lainnya adalah 8. Undang-undang
ditinjau dari ..... Kewaranegaraan Republik
a. fungsinya Indonesia yang terbaru .....
b. legal formal a. Nomor 11 Tahun 2006
c. statusnya b. Nomor 12 Tahun 2006
d. hukum Positif c. Nomor 13 Tahun 2006

3
d. Nomor 14 Tahun 2006 e. 7 tahun tidak berturut-
e. Nomor 15 Tahun 2006 turut

9. Proses naturalisasi 10. Batas maksimal seorang


warganegara biasa, anak dapat menentukan
sekurang-kurangnya telah kewarganegaraannya akibat
tinggal di Indonesia perkawinan campuran, pada
selama.... umur ......
a. 3 tahun berturut-turut a. 16 tahun
b. 4 tahun berturut-turut b. 17 tahun
c. 5 tahun berturut-turut c. 18 tahun
d. 6 tahun tidak berturut- d. 19 tahun
turut e. 20 tahun

Uraian
Berikan jawaban dengan singkat dan jelas pada pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini !

1. Berikan penjelasan kembali perbedaan antara penduduk dengan


bukan penduduk !
2. Jelaskan Hak Opsi dengan Stelsel Aktif dalam sistem pewarganegaraan
di Indonesia !
3. Uraikan penggolongan kewarganegaraan pada Masa Kolonial
Belanda !
4. Jelaskan Konsep Penduduk dan Warga Negara berdasarkan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2006 !
5. Uraikanlah Hak dasar Warga Negara menurut UUD 1945 !
6. Berikan penjelasan, mengapa seseorang yang melakukan perkawinan
campuran memiliki resiko status kewarganegaraan !
7. Berikan Contoh hak dan kewajiban warga negara di Bidang Politik !
8. Bagaimanakah
Undang-Undang kewajiban negara terhadap RI
Kewarganegaraan warga negara
2006, ”Whatyang
memiliki keterbatasan ekonomi dan sosial. Jelaskan Jawaban anda !
Next”?
9. Berikan penjelasan, Oleh bagaimana
: Bennyupaya kita dalam mewujudkan
G. Setiono
jaminan persaman hidup di dalam sekolah atau masyarakat !
10. Setelah menunggu
Sebutkan puluhan
hal-hal tahun, akhirnya
apa sajakah DPR-RI menyebabkan
yang dapat mengesahkan
Undang-Undang Kewarganegaan baru untuk
seseorang kehilangan kewarganegaraan Indonesia ! menggantikan Undang-
Undang Kewarganegaraan Nomor 62 Tahun 1958, dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI ini
disebut-sebut sebagai undang-undnag yang ”revolusioner”, karena
Studiberhasil
Kasusmenyingkarkan dikotomi ”asli” dan ”tidak asli” yang selama ini
menghantui warga negara keturunan Tionghoa, Arab, India, Belanda
dan sebagainya.
Terlepas dari itu, lahirnya UU ini mendapat sambutan positif kalau
tidak disebut euforia dari kalangan etnis Tionghoa yang selama ini
merasakan diskriminasi oleh birokrasi, terutama dalam masalah Surat
Bukti Kewarganegaraan Indonesia (SBKRI). Setiap ada urusan dengan
instansi-instansi pemerintah harus dapat menunjukkannya dan
prosedur yang berbelit-belit dan mahal untuk memperolehnya. 3
Namun, dengan mulai disosialisasikannya undang-undnag ini, di
masyarakat Tionghoa timbul berbagai pertanyaan antara lain, apakah
Tagihan Tugas :
1. Setelah disimak dan baca baik-baik, jelaskan kembali apa
telah ditulis sesuai dengan persepsi yang ada dibenak anda !
2. Jelaskan dengan memberi alasan, mengapa lahirnya Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI yang
baru disahkan dianggap “revolusioner” !
3. Berikan beberapa indikasi tentang kasus selama ini (sebelum
lahirnya UU No.12 Tahun 2006) lahir, bahwa warga negara
keturunan Tionghoa, Arab, India, Belanda dan sebagainya
merasakan adanya diskriminasi oleh aparat birokrasi !
Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama (Nomor
4. Tentukan
62/1958), banyaklangkah-langkah
yang menilai konkrit
dibentukupaya-upaya
tanpa adanyadalam
menghapus
pemahaman diskrimasi
mengenaiyang konsep
dirasakan oleh
filsafatwargahukum
negara
keturunan Tionghoa, Arab, India, Belanda dan sebagainya
kewarganegaraan. Karena muatannya hanya pada bagaimana dalam
berurusan
memperoleh dengan aparat birokrasikehilangan
kewarganegaraan, ! kewarganegaraan,
dan
5. mempertahankan kewarganegaraan
Berikan usulan konkrit, apa yang harus tunggal. Hal ini
kita lakukan agar
otomatis
warga menimbulkan
negara diskriminasi
keturunan Tionghoa,danArab,
bias gender.
India, Belanda dan
Status kewarganegaraan
sebagainya mau berbaur dengan anak yg dilahirkan
masyarakat sekitar !dari kawin
campur akan lebih ditentukan dari sang Ayah, sehingga
menimbulkan subordinasi perempuan terhadap pria, karena
Inquiri wanita tidak dapat menentukan kewarganegaraan anaknya.
Wanita akan kehilangan kewarganegaraannya jika sang suami
meninggal atau bercerai, sehingga akan mengalami kesulitan
keadilan hukum jika mereka mengalami kekerasan rumah
tangga.
Lebih dari itu, juga berpotensi merusak keutuhan keluarga
yang dikarenakan permpuan dapat kehilangan hak pengasuhan
anak karena perpisahan. Bila suami WNA kehilangan
pekerjaanya di Indonesia, maka suami dan anak harus keluar
dari Indonesia. 3

(Sumber : Disarikan dari


Tagihan Tugas :
1. Menurut anda, dimanakah sisi kelemahan yang utama dari
Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama (UU No. 62 Tahun
1958) !
2. Dari sudut Hak Asasi Manusia, mengapa disebut adanya
“diskriminasi dan bias gender“ terhadap warga yang melakukan
perkawinan campuran !
3. Apa solusi yang terbaik (dengan keluarnya UU No.12 Tahun
2006) jika sekarang ini :
a. menjadi salah satu warga keturunan !
b. menjadi aparat birokrasi !
c. menjadi salah satu warga yang melakukan perkawinan
campuran!

You might also like