You are on page 1of 54

BAB VI

SISTEM POLITIK DI INDONSIA

Standar Kompetensi :
6. Menganalisis Sistem Politik di Indonesia.
Kompetensi Dasar :
6.1. Mendeskripsikan supra struktur dan infra struktur politik di Indonesia.
6.2. Mendeskripsikan perbedaan sistem politik di berbagai negara.
6.3. Menampilkan peran serta dalam sistem politik di Indonesia.

A. PENDAHULUAN

------------------------------- ada gambar suasana kampanye/pemilu


--------------------------------------

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk monodualis, artinya di samping sebagai


makhluk pribadi manusia juga merupakan makhluk sosial. Sebaagai makhluk sosial (homo
socius), manusia merupakan makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan manusia lain. Sebagai makhluk sosial, sesungguhnya manusia tidak dapat
memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain. Manusia dengan aktivitasnya, telah
membentuk kelompok-kelompok di dalam suatu wilayah tertentu yang dapat disebut dengan
masyarakat. Menurut Robert Mac Iver, masyarakat adalah suatu sistem hubungan-hubungan
yang tertib/teratur (Society means a system of ordered relations).
Diantara hubungan-hubungan yang dilakukan antarmanusia, terdapat suatu hubungan
yang sangat mempengaruhi sebagian besar aspek kehidupan manusia. Hubungan tersebut
adalah hubungan politik dalam satu kesatuan sistem. Dalam sistem politik, manusia akan
mengembangkan kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk membuat, melindungi, dan
mengubah aturan yang dimaksudkan untuk kebaikan bersama. Di dalam sistem politik inilah
manusia membentuk hubungan-hubungan yang mengarah pada terbentuknya suatu
masyarakat politik.
Pada sistem politik di Indonesia, peran masyarakat sangat penting dalam
mengembangkan lembaga-lembaga politik formal baik di daerah maupun di pusat. Pada
hakekatnya sistem politik merupakan seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari totalitas
perilaku sosial melalui nilai-nilai yang disebarkan untuk masyarakat. Suatu sistem politik
diharuskan memiliki kemampuan untuk mempertahankan kehidupan, kelanggengan,
berkelanjutan, mempunyai dorongan alamiah, serta bertahan dalam segala kondisi
lingkungan yang menekannya sampai batas tertentu.
Sistem politik identik dengan kehidupan politik masyarakat (social political life,
Infrastruktur) dan kehidupan politik pemerintah (governmental political life, supra struktur).
Pemerintah dalam sistem politik merupakan mekanisme formal atau mesin resmi negara
disamping pranata sosial-politik lainnya yang tidak resmi.

1
A. SISTEM POLITIK
Sebelum kita memahami tentang apa dan bagaimana tentang sistem politik, alangkah
baiknya jika pemahaman tentang ”sistem” dan ”politik” terlebih dahulu telah diketahui.
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari istilah ini sering dijumpai, namun penjelasan lebih
lanjut tentang sistem dan politik akan diuraikan sebagai berikut.

Fokus Kita :
Pengertian Sistem dalam Webster,s New Collegiate Dictionary teridiri dari kata “syn”
dan “histanai” (greek) yang berarti to place together, menempatkan bersama. Dijelaskan
lebih lanjut bahwa system is a complesx of ideas, principle etc forming a coherent whole,
as the American system of government yang artinya adalah suatu kumpulan pendapat-
pendapat, prinsip-prinsip dan lain-lain yang membentuk suatu kesatuan yang berhubung-
hubungan satu sama lain, seperti sistem pemerintahan Amerika.

Prof. Pamudji mengartikan ”sistem” sebagai suatu kebulatan atau keseluruhan yang
kompleks atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh. Suatu kebulatan atau
keseluruhan yang utuh, di mana di dalamnya terdapat komponen-komponen yang pada
gilirannya merupakan sistem tersendiri yang mempunyai fungsi masing-masing, saling
berhubungan satu sama lain menurut pola, tata atau norma tertentu dalam rangka mecapai
suatu tujuan.
Sistem dapat pula diartikan sebagai kumpulan fakta-fakta, pendapat-pendapat,
kepercayaan-kepercayaan dan lain-lain yang disusun dalam suatu cara yang teratur; seperti
sistem filsafat. Ada juga yang mengartikan bahwa sistem selalui dimulai dari suatu tempat
dan diakhiri di tempat lain pula. Kalau kita kaitkan langsung dengan sistem politik bukanlah
pekerjaan gampang, sebab sistem politik bukan diatur oleh orang perorangan, tapi oleh
peranan yang telah melembaga. Jadi sistem dianggap sebagai ”pola yang relatif tetap” dri
hubungan antara manusia yang melibatkan makna yang luas dari kekuasaan, aturan-aturan
dan kewenangan.
Kata ”politik” berasal dari kata Yunani ”polis” yang berarti kota yang berstatus
negara/negara kota, seperti dalam Webster,s New Collegiate Dictionary, berasal dari kata
“polis” yang berarti “city state” – negara kota. Segala aktivitas yang dijalankan oleh Polis
untuk kelestarian dan perkembangannya disebut “politike techne” (politika). Berdasarkan
pengertian tersebut, maka politik pada hakikatnya “the art and science of government” atau
seni dan ilmu memerintah.
Dalam pengertian umum, politik adalah “macam-macam kegiatan dalam suatu sistem
politik/negara yang menyangkut proses menentukan dan sekaligus melaksanakan tujuan-
tujuan sistem itu”. Dapat juga pengambilan keputusan mengenai apa yang menjadi tujuan
sistem politik, seleksi dari beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas tujuan-tujuan
yang telah dipilihnya. Politik juga merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
negara. Dalam sudut pandang yang berbeda, politik dapat diartikan sebagai berikut :
1. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.

2
2. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles).
3. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara.
4. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat.
5. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaskanaan kebijakan
publik.

1. Pengertian Sistem Politik


Suatu sistem politik terdiri dari interaksi peranan para warga negara. Orang sama
dalam sistem politik dapat sekaligus memainkan peranan lain seperti dalam sistem
ekonomi, sosial, keagamaan dan lain-lain. Para ahli politik dalam memberikan batasan
tentang sistem politik sangat beragam, antara lain sebagai berikut ;
a. Rusandi Simuntapura
Sistem politik ialah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur
politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang
langgeng.
b. Sukarna
Sistem politik ialah suatu tata cara untuk mengatur atau mengolah bagaimana
memperoleh kekuasaan di dalam negara, mengatur hubungan pemerintah dan rakyat
atau sebaliknya, dan mengatur hubungan antara negara dengan negara atau dengan
rakyatnya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa sistem politik ialah tata cara
mengatur negara.
c. David Easton
Sistem politik dapat diperkenalkan sebagai interaksi yang diabstraksikan dari seluruh
tingkah laku sosial sehingga nilai-nilai dialokasikan secara otoritatif kepada
masyarakat.
d. Robert Dahl
Sistem politik merupakan pola yang tetap dari hubungan antara manusia serta
melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang kekuasaan, aturan-aturan, dan
kewenangan.
e. Almond
Sistem politik adalah sistem interaksi yang ditemui dalam masyarakat merdeka serta
menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi. Fungsi integrasi yang dijalankan oleh
sistem politik adalah untuk mencapai kesatuan dan persatuan dalam masyarakat yang
bersangkutan. Fungsi adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan.

Fokus Kita :
Sistem politik dapat diartikan sebagai seperangkat interaksi yang diabstrasikan
dari totalitas perilaku sosial melalui nilai-nilai yang disebarkan untuk suatu
masyarakat. Suatu sistem politik harus mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan kehidupan (viability), langgeng dan berkelanjutan serta mempunyai
dorongan alamiah (propensity) bertahan (persisting) dalam segala kondisi
lingkungan yang menekannya sampai batas tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sistem politik
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Fungsi integrasi dan adaptasi terhadap masyarakat, baik ke dalam maupun keluar.
b. Penerapan nilai-nilai dalam masyarakat berdasarkan kewenangan.

3
c. Penggunaan kewenangan atau kekuasaan, baik secara sah ataupun tidak.

2. Ciri-ciri Umum Sistem Politik.


Sistem politik baik modern maupun primitif sifatnya memiliki ciri-ciri yang ada
padanya – Almond dalam The Politics of Developing Areas, mengatakan ada 4 (empat)
ciri dalam sistem politik :
a. Semua sistem politik termasuk yang paling sederhana mempunyai kebudayaan
politik. Dalam pengertian bahwa masyarakat yang paling sederhanapun mempunyai
tipe struktur politik yang terdapat dalam masyarakat yang paling kompleks sekalipun.
Tipe-tipe tersebut dapat diperbandingkan satu sama lain sesuai dengan tingkatan dan
bentuk pembidangan kerja yang teratur.
b. Semua sistem politik menjalankan fungsi-fungsi yang sama walaupun tingkatannya
berbeda-beda yang ditimbulkan karena perbedaan struktur. Hal ini dapat
diperbandingkan yaitu bagaimana fungsi-fungsi itu tadi sering dilaksanakan atau
tidak dan bagaimana gaya pelaksnaannya.
c. Semua struktur politik biar bagaiamanapun juga dispesialisasikannya baik pada
masyarakat yang primitif maupun yang yang modern melaksanakan banyak fungsi.
Oleh karena itu sistem politik dapat membandingkan sesuai dengan tingkat
kekhususan tugas.
d. Semua sistem politik adalah sistem campuran dalam pengertian kebudayaan. Secara
rasional tidak ada struktur dan kebudayaan yang semuanya modern atau semuanya
primitif melainkan dalam pengertian tradisional, semuanya adalah campuran atara
unsur modern dan tradisional.
Dalam memahami cara kerja sistem politik pada umumnya, peran input dan output
mempunyai pengaruh besar terhadap kebijakan publik. Hoogerwerf berpendapat bahwa
”input” bisa berasal dari sistem lain, misalnya sistem ekonomi, misalnya sistem ekonomi.
Sistem ekonomi yang terkena dampak dari kebijaksanaan pemerintah akan memberikan
reaksi tertentu, mungkin memperkuat atau bertentangan. Reaksi ini merupakan input bagi
sistem politik untuk diproses lebih lanjut. Di samping itu, input juga bisa berasal dari
perilaku politik berupa unjuk rasa/demonstrasi atau tindakan makar sebagai dampak dari
output sistem politik.
Cara kerja sistem politik berdasarkan input dan output yang demikian, digambarkan
SISTEM
oleh Hoogerwerf sebagai berikut : EKONOM
MASUKAN (INPUT) I

UMPAN BALIK
Dampak
kebijaksanaan
pemerintah
Sistem Budaya
Politik
MASUKAN (Input) HASIL (Output)
Referensi Kebijaksanaan Struktur Politik Kebijaksanaan
sarana kekuasaan Pengem- Integ- pemerintah
bangan rasi
Politik
Dampak
kebijaksanaan
pemerintah
UMPAN BALIK

SISTEM 4
TEKNIS
3. Macam-macam Sistem Politik
Macam-macam sistem politik yang hendak diuraikan, sesungguhnya merupakan tipe,
atau model yang mendasarkan pada sudut kesejarahan dan perkembangan sistem politik dari
berbagai negara yang disesuaikan dengan perkembangan kultur dan struktur masyarakatnya.
 Almond dan Powell, membagi 3 (tiga) katagori sistem politik yakni :
a. Sistem-sistem primitif yang intermittent (bekerja dengan sebentar-sebentar
istirahat). Sistem politik ini sangat kecil kemungkinannya untuk mengubah
peranannya menjadi terspesialisasi atau lebih otonom. Sistem ini lebih
mencerminkan suatu kebudayaan yang samar-samar dan bersifat keagamaan
(parachiale).
b. Sistem-sistem tradisional dengan struktur-struktur bersifat pemerintahan politik
yang berbeda-beda dan suatu kebudayaan “subyek”.
c. Sistem-sistem modern di mana struktur-struktur politik yang berbeda-beda
(partai-partai politik, kelompok-kelompok kepentingan dan media massa)
berkembang dan mencerminkan aktivitas budaya politik “participant”.
 Alfian, mengklasifikasikan sistem politik menjadi 4 (empat) tipe, yakni :
a. Sistem politik otoriter/totaliter
b. Sistem politik anarki
c. Sistem politik demokrasi
d. Sistem politik demokrasi dalam transisi.

Ramlan Surbakti dalam mengklasifikasikan sistem politik menggunakan model sistem


politik dengan empat macam kriteria, sebagai berikut :
Perbandingan Sistem Politik
Jenis Sispol Otokrasi Sistem Politik Sistem Politik Sispol Negara
Variabel Tradisional Totaliter Demokrasi Berkembang
Kebaikan Tidak ada persa- Tidak ada persa- Ada persamaan Tidak tetap/
Bersama maan dan maan dan dan kebebasan mencari bentuk.
kebeba-san kebeba-san politik. Tidak ada Tidak tentu.
politik. Ada politik. Sama rata stratifikasi
stratifikasi dan sama rasa ekono-mi
ekono-mi, nilai & dalam kebutuhan materiil/ moril.
moral. materiil.

5
Identitas Primordial (sara). Bersifat sakral. Bersatu dalam Campur tangan
Bersama Pemimpin lam- Ideologi sebagai perbedaan. pemerintah
bang kebersama- agama politik. begitu luas.
an.

Hubungan Pribadi negatif, Monopoli, Distribusi. Dominatif, ne-


Kekuasaan sedikit konsensus sentral, tunggal Kekua-saan yang gatif, paksaan
Ada pada Raja/ dan non- relatif merata. ta-pi dapat
Emir. konsensus. Ada Ada pada dengan
Pimpinan partai. Presiden/ Perda- konsensus. Ada
na Menteri. pada Presiden/
PM.

Legitimasi Otokrat, berdasar Totaliter, doktri- Rule of law dan Belum ada pola/
Kewena- tradisi. ner dan paksaan. konstitusional. pihak penguasa.
ngan.

Hubungan Penguasa kaya Partai pengendali Rakyat ambil Pola hubungan,


Politik & dan rakyat politik dan bagi-an secara baru mencari
Ekonomi. miskin. ekono-mi rakyat. aktif/ mekanisme bentuk (sentral/
pasar. desentralisasi).

Bonus Info Kewarganegaraan


David Easton dalam buku A Systems Analysis of Political Life, mengatakan “Sistim
politik adalah keseluruhan dari interaksi-interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai
secara autoritatif (berdasarkan wewenang) untuk dan atas nama masyarakat”.
Tentang “Bidang-bidang Ilmu Politik”, dalam Contemporary Political Science
(terbitan UNESCO 1950), ilmu politik dibagi dalam empat bidang :
1. Teori Politik :
a. Teori politik
b. Sejarah perkembangan idee-idee politik.
2. Lembaga-lembaga politik :
a. Undang-Undang Dasar
b. Pemerintahan Nasional
c. Pemerintah Daerah dan Lokal
d. Fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah
e. Perbandingan lembaga-lembaga politik.
3. Partai-partai, Golongan-golongan (groups) dan Pendapat Umum :
a. Partai-partai Politik
b. Golongan-golongan dan Asosiasi-asosiasi
c. Partisipasi warga negara dalam pemerintah dan administrasi
d. Pendapat umum
4. Hubungan Internasional :
a. Politik Internasional
b. Organisasi-organisasi dan Administrasi Internasional
c. Hukum Internasional

6
Menurut Almond dan Coleman terdapat bermacam-macam sistem politik yang
terpenting, khususnya yang banyak berlaku di negara-negara berkembang. Diantara sistem
politik yang ada antara lain sebagai berikut :

Nama Sistem
No Uraian/Keterangan
Politik
a. Demokrasi Demokrasi Politik adalah suatu sistem di mana ada kekuasaan
Politik legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang berfungsi. Kekuasaan
legislatif dipiliih secara periodik dalam pemilu yang bebas. Badan
tersebut mengontrol eksekutif. Terdapat macam-macam kelompok
dengan kepentingan yang sama yang otonom, partai-partai politik,
dan sarana-sarana yang bebas untuk pembentukan pendapat/opini.

b. Demokrasi Struktur formal sistem ini boleh dikatakan sama dengan demokrasi
Terpimpin politik. Karena kesulitan tertentu diusahakan untuk menyesuaikan
dengan struktur formal dan prakteknya untuk menjalin ada
pemerintahan secara efektif. Di sini kekuasaan lebih terkonsentrasi
kepada eksekutif dan ikatan kekuasaan eksekutif lebih erat dengan
partai pemerintah dengan ruang gerak terbatas kepada oposisi.
Pendapat umum didominasi oleh pemerintah.

c. Oligarki Sistem ini digunakan dengan mengingat masalah-masalah


Pembangunan mengenai pelaksanaan demokrasi dan perlunya mengadakan
modernisasi dengan cepat. Konsentrasi kekuasaan di tangan
pemerintah yang dianggap syarat pembangunan dan persatuan.
Sistem pengawasan ada di tangan militer atau rezim sipil yang
didukung oleh elit yang besar jumlahnya. Parlemen tidak punya
kekuasaan lagi dan hanya sebagai persetujuan serta pemberi nasihat
rencana peraturan. Tidak ada tempat untuk oposisi. Sebagai
pelaksanaan kekuasaan tergantung kepada birokrasi yang ada.
Kekuasaan yudikatif tidak bebas lagi. Militer dan politik bekerja
menumpas gerakan di bawah tanah. Kampanye dari nasional dan
melancarkan proyek-proyek pembangunan.

d. Oligarki Terdapat kekuasaan kepada rezim totaliter tradisional, seperti rezim


Totaliter fasis di jerman dan Italia dahulu serta rezim nasionalis jepang
sebelum PD II. Rezim ini tidak mentolelir ada kekuasaan lain di
sampingnya. Elite politiknya mempunyai ideologi yang konsisten
dan terperinci dan menjabarkan sistem pemerintahan.
e. Oligarki Sistem politik ini peninggalan dari kebudayaan pramodern. Elite
Tradisional dinasti dapat bertahan lama karena dapat menghindar dari
penjajahan, seperti Etiopia. Kekuasaan raja mendapat pengesahan
karena tradisi, aparat negara terbatas kewajibannya, desa-desa tidak
mendapat perhatian dan tak banyak mendapat pengaruh.
Pengangkatan jabatan atas pertimbangan pribadi.

4. Demokrasi Sebagai Sistem Politik

7
Kata demokrasi dalam sistem politik, memiliki makna umum yaitu : adanya
perlindungan hak asasi manusia, menjunjung tinggi hukum, tunduk terhadap kemauan
orang banyak, tanpa mengaikan hak golongan kecil agar tidak timbul diktator mayoritas.
Sebuh sistem politik demokrasi yang kuat, yaitu apabila bersumber pada “kehendak
rakyat” dan bertujuan untuk mencapai kebaikan atau kemaslahatan bersama. Untuk itu,
demokrasi selalu berkaitan dengan persoalan perwakilan kehendak rakyat.
Sistem politik demokrasi, menurut Bingham Powel, Jr. ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Legitimasi pemerintah didasarkan pada klaim bahwa pemerintah tersebut mewakili
keinginan rakyatnya, artinya klaim pemerintah untuk patuh pada aturan hukum
didasarkan pada penekanan bahwa apa yang dilakukan merupakan kehendak rakyat.
b. Pengaturan yang mengorganaisasikan perundingan (bargaining)untuk memperoleh
legitimasi dilaksanakan melalui pemilihan umum yang kompetitif. Pemilihan dipilih
dengan interval yang teratur, dan pemilih dapat memilih diantara beberapa alternatif
calon. Dalam praktiknya, paling tidak terdapat dua partai politik yang mempunyai
kesempatan untuk menang sehingga pilihan tersebut benar-benar bermakna.
c. Sebagian besar orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilihan, baik sebagai
pemilih maupun sebagai calon untuk menduduki jabatan penting.
d. Penduduk memilih ecara rahasia dan tanpa dipaksa.
e. Masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar, seperti kebebasan berbicara,
berkumpul, berorganisasi dan kebebasan pers. Baik partai politik yang lama maupun
yang baru dapat berusaha untuk memperoleh dukungan.

Penugasan Praktik Kewarganegaraan 1


Setelah mempelajari materi-materi tentang : Sistem Politik (Pengertian Sistem Politik,
Ciri-ciri Umum Sistem Politik, dan Macam-macam Sistem Politik, dilanjutkan
Penugasan dengan menjawab pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut :

1. Berikan pengertian tentang “sistem politik” sesuai pendapat anda dan tokoh-tokoh
terkenal !
Pendapat anda tentang sistem
politik ? ............................................................................................
...............................................................................................................................................
...................

No Tokoh Uraian Singkat


1.
2.

2. Di dalam salah satu pengertian politik dikatakan bahwa politik merupakan seni dan ilmu
untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Berikan
penjelasn singkatnya !
a. Secara
Konstitusional : ..............................................................................................................
...

8
.........................................................................................................................................
...................
b. Nonkonstitusional : .........................................................................................................
...............
.........................................................................................................................................
...................

3. Dalam perkembangan lebih lanjut tentang macam-macam sistem politik, terdapat antara
lain Oligarki Totaliter dan Oligarki Tradisional. Beri penjelasan singkat pada kolom di
bawah ini!
Oligarki Totaliter Oligarki Tradisional
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........

4. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa dalam sistem politik faktor input dan output
sangat berpengaruh terhadap kebijaksanaan
pemerintah ! ..........................................................................
...............................................................................................................................................
....................
...............................................................................................................................................
....................
...............................................................................................................................................
....................

5. Tuliskan pendapat Almond berkaitan dengan ciri-ciri umum sistem politik di bawah ini,
dan jelaskan sesuai pendapat anda !

Mempunyai Kebudayaan Politik Melaksanakan Fungsi-fungsi Politik


.................................................................... ......................................................................
......... ..........
.................................................................... ......................................................................
......... ..........
.................................................................... ......................................................................
......... ..........
.................................................................... ......................................................................
......... ..........
.................................................................... ......................................................................
......... ..........
B. SUPRA STRUKTUR DAN INFRA STRUKTUR POLITIK DI
INDONESIA

9
Pada setiap sistem politik negara-negara dunia, akan selalu dijumpai adanya struktur
politik. Struktur politik di dalam suatu negara, adalah pelembagaan hubungan organisasi
antara komponen-komponen yang membentuk bangunan politik. Struktur politik sebagai
bagian dari struktur yang pada umumnya selalu berkenaan dengan alokasi nilai-nilai yang
bersifat otoritatif, yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
Permasalahan politik menurut Alfian, dapat dikaji melalui berbagai pendekatan yaitu
dapat didekati dari sudut kekuasaan, struktur politik, komunikasi politik, konstitusi,
pendidikan dan sosialisasi politik, pemikiran dan kebudayaan politik.

Fokus Kita :
Struktur adalah suatu cara bagaimana sesuatu itu disusun/dibangun atau merupakan
pola peranan yang kait-mengkait atau hubungan yang sudah mapan diantara orang
seorang dan atau organisasi. Di dalam suatu situasi, struktur ini relatif mempunyai unsur-
unsur yang stabil, seragam dan terpola.

Sistem politik yang pada umumnya berlaku di setiap negara, meliputi dua struktur
kehidupan politik yakni ; Infra Struktur Politik dan Supra Struktur Politik.

1. Infra Struktur Politik


Di dalam suatu kehidupan politik rakyat (the social – political sphere), akan selalu
ada sangkut paut atau bersinggungan dengan kelompok-kelompok anggota masyarakat
lain ke dalam berbagai macam golongan yang biasanya disebut “kekuatan sosial politik
masyarakat”. Kelompok masyarakat tersebut yang merupakan kekuatan politik riil di
dalam masyarakat, disebut “infra struktur politik”. Berdasarkan teori politik, infra
struktur politik mencakup 5 (lima) unsur atau komponen sebagai berikut : a) partai politik
(political party), b) kelompok kepentingan (interest group), c) kelompok penekan
(pressure group), d) media komunikasi politik (political communication media), dan e)
tokoh politik (political figure).

 Partai Politik (Political Partai) di Indonesia


Partai politik sebagai institusi, mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
masyarakat dalam mengendalikan kekuasaan. Hubungan ini banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan masyarakat yang melahirkannya. Kalau kelahiran partai politik sebagai
pengejawantahan dari kedaulatan rakyat dalam politik formal, maka semangat kebebasan
selalu dikaitkan orang dalam membicarakan partai politik sebagai pengendali kekuasaan.

Fokus Kita :
Partai politik sering dianggap sebagai salah satu atribut negara demokrasi
modern, karena diperlukan kehadirannya bagi negara-negara yang berdaulat. Bagi
negara-negara yang merdeka dan berdaulat, eksistensi partai politik merupakan
prasyarat baik sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi rakyat, juga terlibat
langsung dalam proses penyelenggaraan negara melalui wakil-wakilnya yang duduk
dalam badan-badan perwakilan rakyat.

Sebagaimana dikatakan oleh Husazar dan Stevenson dalam bukunya Political


Science, bahwa partai politik (parpol) adalah sekelompok orang yang terorganisir serta

1
berusaha untuk mengendalikan pemerintahan agar supaya dapat melaksanakan program-
programnya dan menempatkan/mendudukkan anggota-anggotanya dalam jabatan
pemerintah. Suatu partai politik berusaha untuk memperoleh kekuasaan dengan dua cara;
pertama, ikut serta dalam pelaksanaan pemerintahan secara sah, dengan tujuan bahwa
dalam pemilu memperoleh suara mayoritas dalam badan legislatif. Dan kedua, mungkin
bekerja secara tidak sah/melakukan subversib untuk memperoleh kekuasaan tertinggi
dalam negara yaitu melalui revolusi atau coup d`etat.
Berdasarkan perjalanan sejarah kehidupan partai politik di Indonesia, secara garis
besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Masa Pra Kemerdekaan
Organisasi modern pertama di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap
penjajah (tidak secara fisik) adalah Budi Utomo yang di dirikan di Jakarta pada
tanggal 20 Mei 1908. Pada awalnya, organisasi ini berkembang di kalangan pelajar
dalam bentuk studieclub dan organisasi pendidikan. Namun dalam perkembangan
berikutnya menjadi partai-partai politik yang didukung kaum terpelajar dan massa
buruh tani.
Berikut adalah partai-partai yang berkembang sebelum kemerdekaan dengan tiga
aliran besar, yaitu Islam, Nasionalis, dan Marxisme/Komunisme.
No Nama Parpol Uraian / Keterangan
1. Sarekat Islam Partai Sarekat Islam (SI) dianggap pelopor partai yang
(1912), beraliran Islam. Hal yang menarik dari partai SI, adalah
Muhammadiyah mampu mengidentifikasi dirinya dengan aspirasi politik
(1912) Bumi Putera untuk memperjuangkan kemerdekaan.
2. PKI (1921) Partai yang bercorak ideologi Marxisme/Komunisme,
awalnya berhasil mempengaruhi massa rakyat dengan
memperke-nalkan analisa Lenin dan Bucharin tentang
imperalisme sebagai tingkat terakhir dari kapitalisme. PKI
awalnya mencoba mempelopori perjuangan anti
kolonialisme /imperialisme. Namun pada tahun 1926-
1927 kehilangan simpati rakyat setelah melakukan
pemberontakan berdarah.
3. Indische Partij Merupakan partai yang beraliran nasionalisme dengan
(1912), PNI perjuangan utama adalah untuk mencapai kemerdekaan
(1927) ,Partai dari kolonialisme/imperialisme bangsa penjajah.
Indonesia (1931), Golongan nasionalis yang dipersonifikasikan dengan
Partai Ra-kyat Sukarno-Hatta, dianggap sebagai rival utama golongan
Indonesia/ PRI Islam karena digerakan oleh kaum terpelajar yang berasal
(1930), Partai dari berbagai agama dan golongan. Dilihat dari
Indonesia Raya/ pengikutnya, merupakan runner up dari setelah golongan
Parindra (1931). Islam, kendatipun tokoh-tokohnya belum melebihi dari
golongan Islam sekaliber Mohammad Natsir.

b. Masa Pasca Kemerdekaan (Tahun 1945 – 1965)


Tumbuh suburnya partai-partai politik pasca kemerdekaan, didasarkan pada
Maklumat Pemerintah tertanggal 3 November 1945 yang ditandatangani Wakil Presiden
Moh. Hatta yang antara lain memuat keinginan pemerintah akan kehadiran partai politik
agar masyarakat dapat menyalurkan aspirasi (aliran pahamnya) secara teratur. Sejak

1
dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tersebut, dapat diklasifikasi sejumlah partai politik
yang ada sebagai berikut :
1) Dasar Ketuhanan : a) Partai Masjumi, b) Partai Sjarikat Indonesia, c) Pergerakan
Tarbiyan Islamiah (Perti), d) Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Nahdlatul Ulama
(NU)
dan e) Partai Katholik.
2) Dasar Kebangsaan : Alfian, mengelompokkan partai
 Partai Nasional Indonesia (PNI) politik hasil Pemilu 1955, sebagai
 Partai Indonesia Raya (Parindra) berikut :
 Persatuan Indonesia Raya (PIR) 1. Aliran Nasionalis : PNI,
 Partai Rakyat Indonesia (PRI) PRN, PIR Hazairin, Parindra,
 Partai Demokrasi Rakyat (Banteng) Partai Buruh, SKI, dan PIR-
 Partai Rakyat Nasional (PRN) Wongsonegoro.
 Partai Wanita Rakyat (PWR) 2. Partai Islam : Masjumi, NU,
 Partai Kebangsaan Indonesia (Parki) PSII, dan Perti.
 Partai Kedaulatan Rakyat (PKR) 3. Aliran Komunis : PKI,
 Serikat Kerakyatan Indonesia (SKI) SOBSI dan BTI.
 Ikatan Nasional Indonesia (INI) 4. Aliran Sosialis : PSI, dan
 Partai Rakyat Jelata (PRJ) GTI.
 Partai Tani Indonesia (PTI) 5. Aliran Kristen : Partai
 Wanita Demokrasi Indonesia (PTI)
3) Dasar Marxisme :
 Partai Komunis Indonesia (PKI)
 Partai Sosialis Indonesia
 Partai Murba
 Partai Buruh
 Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)
4) Dasar Marxisme :
 Partai Demokrat Tionghoa (PTDI)
 Partai Indonesia Nasional (PIN)
 Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)

Salah satu ciri utama kehidupan politik masa demokrasi liberal ditandai dengan
pergantian kabinet yang berulang kali rata-rata berumur 8 (delapan) bulan. Persaingan
antar elit partai politik besar (nasionalis, Islam dan Komunis), telah membawa negara
pada instabilitas politik berkepanjangan. Hal ini berakibat mandeknya pembangunan
ekonomi dan rawannya keamanan, karena perhatian lebih ditujukan pada pembenahan
bidang politik.
Melihat konflik yang berkepanjangan di tubuh Badan Konstituante dalam
merumuskan UUD yang bersifat tetap tidak segera terwujud, mendorong Presiden
Soekarno menggunakan kekuasaan ekstra-konstitusional dengan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang selanjutnya melahirkan demokrasi terpimpin. Dalam kurun waktu 1959 –
1965, tampak antara Soekarno, PKI dan TNI AD saling bersaing, sementara itu partai
politik lain kurang menunjukkan aset yang berarti dalam percaturan politik.

Fokus Kita :
Pemilu Tahun 1955, mengangkat posisi NU dan PKI ke panggung politik dan
mendesak PSI ke luar, karena partai ini sangat merosot dalam perolehan suara. Karena
tidak ada partai yang mayoritas dalam pemilu, membuka peluang adanya koalisi.
Kondisi semacam ini menjadi salah satu penyebab sering terjadinya pergantian
kabinet, dalam bahasa Orde Baru tidak mungkin menyelenggarakan pembangunan
1
ekonomi karena perhatian lebihn banyak ditujukan pada pembenahan bidang politik.
PKI dengan kelihaiannya telah mampu memobilisasi massa sampi pelosok desa
dengan kader-kadernya yang militan dengan memberi keyakinan kemenangan segera
diraih, akhirnya melakukan pengucilan kekuatan TNI dan melakukan pemberontakan G
30S/PKI dengan jatuhnya 7 (tujuh) korban perwira tinggi dan menengah TNI – AD. Dari
malapetaka G 30S/PKI, mendorong segenap potensi bangsa yang terdiri dari Militer,
Angkatan 66, Umat Islam dan ditambah kekuatan sosial keagamaan lain bergerak
menumpas PKI. Kehancuran Orde lama ditandai dengan surutnya politisi sipil dari
gelanggang politik dan naiknya peranan militer yang oleh Alfian, diberi istilah dengan
“format politik baru”.

c. Masa Orde Baru (Tahun 1966 - 1998)


Awal kebangkitan Orde Baru (1966) dalam melakukan pembenahan institusi politik,
tetap berpandangan bahwa jumlah partai politik yang terlalu banyak, tidak menjamin
stabilitas politik. Usaha pertama disamping memulihkan partai-partai yang tidak secara
resmi dilarang, adalah menyusun undang-undang tentang pemilu yang dianggap sesuai
dengan perkembangan masyarakat saat itu. Dan pemilu yang direncanakan dilakanakan
dalam waktu dekat, ternyata baru terlaksana tahun 1971 dengan peserta sebanyak 10
partai politik, yaitu :
1. Golongan Karya (Golkar)
2. Partai Nasional Indonesia (PNI)
3. Nahdatul Ulama (NU)
4. Partai Katolik
5. Partai Murba
6. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
7. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
8. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
9. Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), dan
10. Partai Islam Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah)
Hasil Pemilu 1971, menunjukkan kemenangan Golkar yang diikuti oleh Parmusi, NU,
dan PNI. Khusus untuk kemenangan Golkar, tidak lepas dari jasa ABRI yang dibantu
oleh pemerintah. Dalam perkembangan lebih lanjut, pemerintah melakukan
penyederhanaan partai politik secara melembaga melalui proses fusi ; partai yang
berbasis Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam) menjadi Partai Persatuan
Pembangunan (PPP); partai yang berbasis sosialis dan nasionalis (Parkindo, Partai
Katolik, PNI, Murba dan IPKI) menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Selanjutnya,
dengan diberlakukannya UU No.3 Tahun 1975 maka pemilu 1977 dan 1982 hanya 3
(tiga) peserta yang masing-masing mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. PPP dengan ciri ke-Islaman dan ideologi Islam
2. Golkar dengan ciri kekaryaan dan keadilan sosial
3. PDI dengan ciri demokrasi, kebangsaan (nasionalisme) dan keadilan.

Pada pemilu tahun 1987 dan 1992 dengan diberlakukannya UU No.3 Tahun 1985,
Partai Politik dan Golkar ditetapkan hanya mempergunakan satu-satunya asas yaitu
Pancasila dengan tujuan agar setiap kontestan setiap pemilu lebih berorientasi pada
program kerja masing-masing. Penerapan asas tersebut, berlangsung sampai dengan
pelaksanaan pemilu 1997. Fakta memperlihatkan, bahwa selama pemilu Orde Baru
Golkar selalu dominan. Dalam Pemilu 1971 Golkar meraih (62,8%), tahun 1977 (62,1%),

1
tahun 1982 (64,3%), tahun 1987 (73,2%), tahun 1992 (68,1%) dan pada tahun 1997
(70,2%).
Untuk lebih jelasnya tentang perbandingan perolehan suara partai peserta pemilu
selama Orde Baru dalam perolehan Jumlah Suara dan Kursi yang diperoleh setiap OPP
(Organisasi Peserta Pemilu), dapat dilihat pada tabel di bawah ini !

Partai Politik Peserta Pemilu


Tahun
No Partai Persatuan Golongan Karya Partai Demokrasi
Pemilu
Pembangunan (PPP) (Golkar) Indonesia (PDI)
1. 1971 14.833.942 (96) 34.348.673 (236) 5.516.849 (30)
2. 1977 18.722.138 (99) 39.313.354 (232) 5.459.987 (29)
3. 1982 20.871.880 (94) 48.334.724 (242) 5.919.702 (24)
4. 1987 13.701.428 (61) 62.783.680 (299) 9.324.708 (40)
5. 1992 16.624.647 (62) 66.599.331 (282) 14.565.556 (56)
6. 1997 25.340.028 (89) 84.187.907 (325) 3.463.225 (11)
Data diambil dari Lembaga Pemilihan Umum
(LPU).

Era orde baru mengalami anti klimaks kekuasaan setelah pada tahun akhir tahun 1997
negara Indonesia mengalami krisis moneter yang selanjutnya berkembang menjadi krisis
multidimensi karena terperangkap hutang luar negeri yang besar dan banyaknya praktik-
praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang melibatkan pejabat birokrasi dan
pengusaha.

d. Masa/ Era Reformasi (Tahun 1999 s.d. Sekarang)


Era reformasi, benar-benar merupakan arus angin perubahan menuju demokratisasi
dan asas keadilan. Partai-partai politik diberikan kesempatan untuk hidup kembali
mengikuti pemilu dengan multi partai yang diselenggarakan pada tanggal tahun 1999
berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 1999. Sangat mengejutkan bagi semua elemen
masyarakat Indonesia, ternyata pasca orde baru (di era reformasi) pemilu diikuti
sebanyak 48 partai politik, yaitu :

No Nama Partai Politik No Nama Partai Politik


1. Partai Indonesia Baru (PIB) 26. Partai Nasional Indonensia (PNI)
2. Partai Kristen Indonesia (Krisna) Front Marhaenis
3. Partai Nasional Indonesia (PNI) 27. Partai Ikatan Pendukung
4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia 28. Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
5. Partai Kebangkitan Muslim 29. Partai Republik
6. Indonesia 30. Partai Islam Demokrat
7. Partai Umat Islam (PUI) Partai Nasional Indonesia (PNI)
8. Partai Kebangkitan Umat (PKU) 31. Massa Marhaen
9. Partai Masyumi Baru (PMB) 32. Partai Musyawarah Rakyat Banyak
10. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 33. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
11. Partai Syarikat Islam Indonesia 34. Partai Golongan Karya (Golkar)
(PSII) 35. Partai Persatuan

1
12. Partai Demokrasi Indonesia 36. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
13. Perjuangan (PDIP) 37. Partai Uni Demokrasi Indonesia
14. Partai Abul Yatama 38. Partai Buruh Nasional
Partai Kebangsaan Merdeka (PKM) Partai Musyawarah Kekeluargaan
15. Partai Demokrasi Kasih Bangsa 39. Gotong Royong (MKGR)
16. PDKB) 40. Partai Daulat Rakyat
17. Partai Amanat Nasional (PAN) 41. Partai Cinta Damai
18. Partai Rakyat Demokrat (PRD) 42. Partai Keadilan dan Persatuan
19. Partai Syarikat Islam Indonesia 1905 43. (PKP)
20. Partai Katolik Demokrat Partai Solideritas Pekerja Seluruh
21. Partai Pilihan Rakyat (Pilar) 44. Indonesia (SPSI)
22. Partai Rakyat Indonesia (PARI) 45. Partai Nasional Bangsa Indonesia
23. Partai Politik Islam Masyumi Partai Bhineka Tunggal Ika
24. Partai Bulan Bintang (PBB) 46. Partai Solideritas Uni Nasional
25. Partai Solideritas Pekerja 47. Indonesia (SUNI)
Partai Keadilan 48. Partai Nasional Demokrat (PND)
Partai Nahdlatul Ulama Partai Ummat Muslimin Indonesia
Partai Pekerja Indonesia

Bonus Info Kewarganegaraan


PARTAI MESTI SEDERHANA
(Penyederhaan Harus Lewat Seleksi Alam)

Sistem multipartai sederhana mesti tercipta lewat Pemilihan Umum 2009, Sistem
multipartai dalam Pemilu 1999 dan 2004 sudah cukup digunakan sebagai bahan
pelajaran dalam proses transisi demokrasi. Pandangan itu disampaikan Wakil Sekjen
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sutradara Ginting dan Wakil Sekjen Partai
Golkar Priyo Budi Santoso secara terpisah di Jakarta. Keduanya sependapat sistem
multipartai sederhaana didasari pada pertimbangan perlunya stabilitas pemerintahan
sistem presidential. Sepanjang jumlah partai politik banyak, pemerintahan cenderung
tidak stabil dan tidak produktif.
Penyederhanaan partai harus dilakukan lewat seleksi alam, dipandu mekanisme
yang demokratis, dan tidak top-down. “Multi partai sekarang ini hanya hebat dalam
ingar bingar demokrasi, tapi tidak bisa membangun ekonomi,” kata Priyo. Sutradara
menilai ambang batas (electoral threshold) pada Pemilu 1999 dan 2004 tidak sejalan
dengan ide multipartai sederhana. Parpol yang tidak mempunyai ambang batas tetap
saja punya wakil di DPR atau DPRD. Fenomena khas Indonesia itu bisa dipahami
karena kedua pemilu itu merupakan pemilu masa transisi.
Mestinya, ketentuan ambang batas diterapkan secara konsekuen, parpol yang tidak
memenuhinya tidak bisa mengirimkan wakilnya duduk di lembaga legislatif dan itu
diberlakukan dipusat ataupun di daerah. Cara itu sekaligus akan menegaskan adanya
parpol dengan basis lokal (political party with local base). Secara tidak langsung,
prinsip itu juga akan memangkas egoisme elite karena adanya “paksaan” berkoalisi
dengan parpol lain. Parpol yang lolos ambang bataspun mesti terbuka menampung
kader berkualitas dari parpol yang tidak lolos ambang batas.
Priyo menyebutkan, penyederhaan parpol bisa dimulai dengan penetapan sistem
pemilu. Sistim distrik memang memungkinkan penyederhanaan lebih cepat. Namu bisa

1
juga diintrodusir larangan membentuk parpol baru, kecuali untuk daerah khusus. Ketua
Partai Demokrat Anas Urbaningrum secara terpisah menyebutkan, electoral threshold
yang cocok di Indonesia adalah untuk seleksi pemilu berikutnya, bukan pola hilangnya
kursi bagi parpol yang tidak memenuhi ambang batas itu. Pola ambang batas dengan
hilangnya kursi kurang cocok dengan asas representasi karena kursi di lembaga
legislatif merupakan perwujudan dari perolehan suara.

Sumber : Kompas, 24/5/2006.

 Kelompok Kepentingan (Interest Group)


Kelompok kepentingan (interest group), dalam gerak langkahnya akan sangat
tergantung kepada sistem kepartaian yang diterapkan dalam suatu negara. Aktivitas
kelompok kepentingan umumnya menyangkut tujuan-tujuan yang lebih terbatas, dengan
sasaran-sasaran yang monolitis dan intensitas usaha yang tidak berlebihan. Kelompok
kepentingan bisa menghimpun ataupun mengeluarkan dana dan tenaganya untuk
melaksanakan tindakan-tindakan politik yang biasanya berada di luar tugas partai politik.
Dalam hal-hal tertentu, kelompok kepentingan seringkali bergandengan erat dengan
salah satu partai politik, adakalanya menjaga jarak/bersifat independen, tidak menutup
kemungkinan kelompok kepentingan melakukan negosiasi dan mencari dukungan dengan
berbagai partai yang diprediksikan akan dan mampu memperjuangkan kepentingannya
demi pencapaian tujuannya.

Fokus Kita :
Suatu kelompok kepentingan, adalah “setiap organisasi yang berusaha
mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah tanpa, pada waktu yang sama, berkehendak
memperoleh jabatan publik”. (Gabriel A. Almond).

Menurut Gabriel A. Almond, kelompok kepentingan dapat diidentifikasi ke dalam


jenis-jenis kelompok sebagai berikut :
a. Kelompok Anomik
Kelompok-kelompok anomik ini terbentuk di antara unsur-unsur dalam
masyarakat secara spontan dan hanya seketika, dan karena tidak memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang mengatur, kelompok ini sering bertumpang tindih (overlap)
dengan bentuk-bentuk partisipasi politik non-konvensional, seperti demonstrasi,
kerusuhan, tindak kekerasan politik dan sebagainya. Tetapi kita harus hati-hati
menilai, sebab seringkali yang nampak anomik itu kadang-kadang merupakan
tindakan yang direncanakan secara teliti oleh kelompok kepentingan yang
terorganisir.

b. Kelompok Non-Assosiasonal
Kelompok kepentingan non-asosiasional, biasanya jarang yang terorganisir rapi
dan kegiatannya bersifat kadang kala. Ini mungkin berwujud kelompok-kelompok
keluarga dan keturunan atau etnik, regional, status dan kelas yang menyatakan
kepentingan secara kadang kala melalui individu-individu, klik-klik, kepala keluarga
atau pemimpin agama, dan semacam itu. Misalnya, keluhan dari delegasi informal
suatu kelompok linguistik mengenai bahasa pengantar di sekolah, permintaan dari

1
beberapa tuan tanah kepada seorang birokrat dalam suatu klub sosial informal tentang
tarif hasil pertanian dan sebagainya.
Pertemuan-pertemuan sosial, pesta-pesta tidak resmi, dan semacamnya seringkali
menciptakan situasi yang memungkinkan pembicaraan tawar-menawar (bargaining)
antara para pembuat keputusan dan kelompok-kelompok warga negara yang memiliki
kepentingan yang sama.

c. Kelompok Institusional
Organisasi-organisasi seperti partai politik, korporasi bisnis, badan legislatif,
militer, birokrasi, dan gereja seringkali mendukung kelompok kepentingan
institusional atau memiliki anggota-anggota yang khusus bertanggung jawab
melakukan kegiatan lobbying. Kelompok ini bersifat formal dan memiliki fungsi-
fungsi politik atau sosial lain di samping artikulasi kepentingan. Tetapi, baik sebagai
badan hukum maupun sebagai kelompok-kelompok lebih kecil dalam badan hukum
itu (seperti fraksi-fraksi badan legislatif, klik-klik perwira, departemen, dan klik-klik
ideologis dalam birokrasi). Kelompok semacam ini bisa menyatakan kepentingannya
sendiri maupun mewakili kepentingan dari kelompok-kelompok lain dalam
masyarakat. Bila kelompok-kelompok kepentingan institusional sangat berpengaruh,
biasanya akibat dari basis organisasinya yang kuat.
Klik-klik militer, kelompok-kelompok birokrat, dan pemimpin-pemimpin partai
sangat dominan di negara-negara belum maju, di mana kelompok kepentingan
asosiasional sangat terbatas jumlahnya atau tidak efektif. Misalnya, di banyak negara
baru di Asia dan Afrika pemerintahan hasil pemilihan umum seringkali dijatuhkan
dan diganti oleh rezim-rezim militer otoriter.

d. Kelompok Assosiasonal
Kelompok asosiasional meliputi serikat buruh, federasi kamar dagang atau
perkumpulan usahawan dan insdustrialis, paguyuban etnik, persatuan-persatuan yang
diorganisir oleh kelompok-kelompok agama, dan sebagainya. Secara khas kelompok
ini menyatakan kepentingan dari suatu kelompok khusus, memakai tenaga staff
profesional yang bekerja penuh, dan memiliki prosedur teratur untuk memustuskan
kepentingan dan tuntunan.
Kegiatan politik utama dari kelompok asosiasional antara lain melakukan tawar
menawar (bargaining) di luar saluran-saluran partai politik dengan pejabat-pejabat
pemerintah tentang peraturan pemerintah dan usul rencana undang-undang di
parlemen. Mereka juga berusaha mempengaruhi opini masyarakat dengan
mengiklankan kampanye-kampanye, misalnya, penentangan terhadap usaha
nasionalisasi perusahaan tertentu.
Pelaksanaan kegiatan kelompok kepentingan di dalam suatu negara akan sangat
bergantung kepada sistem politik pemerintah dalam hal sistem kepartaiannya. Kiprah
suatu kelompok kepentingan, akan sangat berbeda pada negara yang menganut sistem
kepartaian tunggal dan sistem kepartaian dua partai/ lebih (dwi atau multi parti). Untuk
lebih jelasnya perhatikan pada matrik di bawah ini.

Sistem Kepartaian Suatu Negara


Partai Tunggal (Totaliter) Dwi Partai (Dua partai atau lebih)
 Kelompok kepentingan sangat dibatasi,  Kelompok kepentingan berpeluang
karena pemerintahan totaliter (Fasisme, tumbuh dan berkembang dengan
Komunisme, dan Nazisme). pesat (di negara-negara Demokrasi).
 Partisipasi politik sulit berkembang dan  Partisipasi politik yang pluralitas,
tidak kompetitif. sehingga terjadi suasana kompetitif.

1
 Rakyat dipaksa menerima satu ideologi  Ideologi diterima sebagai pedoman
yang menggiring ke arah pola tingkah tingkah laku yang perlu
laku yang seragam. dikembangkan dalam berbagai aspek
 Aspirasi rakyat/kebebasan dalam kehidupan.
berbicara dan media komunikasi pers  Adanya kebebasan berbicara dan
sangat dibatasi pemerintah. media komunikasi yang didukung
 Rakyat sering dimobilisir ke arah aksi struktur masyarakat yang
politik yang sudah digariskan penguasa. demokratis.
 Pemerintah sering membuat suasana  Tersedianya saluran untuk
yang secara psikologis menakutkan berhubungan dengan pusat-pusat
rakyatnya. pemerintahan.
 Pola kelompok kepentingan tidak lebih  Akses dalam mencapai tujuan-tujuan
hanya sekedar pendukung kelompok kebijakan umum, jauh lebih luas.
yang mapan saja.  Kelompok kepentingan berperan
seba-gai saluran yang meningkatkan
fungsi wakil-wakil dalam proses
pembuatan keputusan.

Kelompok kepentingan pada negara totaliter (partai tunggal), pada umumnya dianut
oleh negara komunis (Rusia, RRC, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan lain-lain). David
Lane, (seorang analisis politik) mengidentifikasi ada sebanyak 5 (lima) kategori
kelompok kepentingan di Uni Soviet (Rusia) sebagai berikut :
a. Elite politik, seperti anggota-angota politbiro.
b. Kelompok-kelompok institusional, seperti serikat-serikat dagang.
c. Kelompok-kelompok pembangkang yang setia, seperti para dokter dan guru.
d. Pengelompokkan-pengelompokkan sosial yang tidak terorganisir dalam satu
kesatuan, seperti petani dan tukang.
e. Kelompok-kelompok yang tidak terorganisir dalam satu kesatuan, yang bukan
merupakan bagian dari aparat Soviet (Rusia), atau yang mempunyai jarak dengan
rezaim penguasa, seperti kelompok intelektual yang menentang rezim atau anggota
sekte-sekte keagamaan tertentu.
Pada negara yang menerapkan sistem dua partai, disiplin partai baik dalam parlemen
maupun kabinet relatif lebih ketat dan hal ini merupakan kendala tersediri terutama untuk
mendukung sepenuhnya program-program kelompok-kelompok tertentu. Siasat yang
sering digunakan oleh kelompok kepentingan biasanya dengan mensponsori atau
menolak sama sekali amandemen undang-undang. Tidak bisa dipungkiri bahwa
kelompok kepentingan dapat memainkan peranan yang cukup penting pada negara-
negara yang menganut sistem dua partai.
Di negara berkembang pada umumnya, dan khususnya di Indonesia masyarakat yang
tergabung dalam kelompok kepentingan biasanya sensitif terhadap isu politik dalam
lingkup kelompok politik yang sempit. Masyarakat masih dibatasi realita hak politiknya
(terutama masa orde baru) oleh para pemegang kekuasaan negara/pemerintah, dengan
asumsi demi stabilitas politik. Nampak bahwa pada masa itu pemegang kekuasaan
negara/pemerintah cukup tangguh mengendalikan kehidupan politik supaya terdapat
keleluasaan bagi proses pembangunan bidang kehidupan lainnya. Hal ini berakibat
timpangnya distribusi sumber daya politik dan masyarakat menjadi ketergantungan
dengan elite politik, sehingga kedewasaan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan
positif dalam proses politik terhambat.

1
Namun pasca orde baru (tahun 1998) yang disebut dengan era reformasi, telah
membawa masyarakat dalam tumbuhkembangnya partisipasi politik “demokratisasi”
setelah selama 32 tahun dikekang dengan berbagai instrumen politik dan peraturan
perundangan. Berkembangnya sistem politik di Indonesia dewasa ini tidak lepas dari
peran kelompok kepentingan yang selama orde baru berkuasa berseberangan, terutama
dari kalangan akademisi, politikus, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha dan
sebagainya.

Bonus Info Kewarganegaraan


KELOMPOK KEPENTINGAN KEBINGUNGAN
(Partai Sebaiknya Ditata Ulang)

Marakanya pendirian parttai politik menegaskan kembali kebingungan pada


kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan yang bersalin diri menjadi parpol
merupakan respons terhadap parpol yang sudah ada yang dinilia tidak mampu
menangkap kegelisahan masyarakat. Selain menjadi jalan merebut kekuasaan, parpol
masih dianggap sebagai mekanisme tunggal penyaluran aspirasi.
Pakar ilmu politik Universitas Gadjah Mada (UGM) I Ketut Putra Erawan di
Yogyakarta, berpendapat akan lebih baik jika tetap ada kelompok kepentingan yang kuat
di luar parpol dan pusat kekuasaan negara. Namun, katanya yang terjadi sekarang, saat
parpol sebagai penyaring aspirasi belum optimal, kelompok kepentingan sebagai
infrapolitik-pun kebingungan menetapkan dirinya sendiri. Ketimbang menjadikan parpol
yang ada sebagai penyalur aspirasi, akhirnya kelompok kepentingan ini ada juga yang
mengubah diri menjadi parpol. Jika parpol baru itu menawarkan ideologi, program, dan
juga konstituen yang jelas, implikasinya pun lebih baik dan luas. Namun yang terjadi
saat ini tidak lebih dari upaya berebut kekuasaan. Menurut Ketut, pada akhirnya
membiarkan parpol-parpol kecil terus tumbuh juga akan menyulitkan. “Biarpun kecil,
mereka bisa meminta konsesi besar,” kata Ketut.
Di Jakarta, Direktur Eksekutif Indobarometer M. Qodari menilai, maraknya
pendirian parpol oleh politisi lama secara psikologis menunjukkan adanya
kecenderungan megalomania atau merasa diri besar. Ketika politisi lama sudah sekali-
dua kali mencoba membangun parpol dan akhirnya tidak mendapat kepercayaan rakyat
secara signifikan, akan lebih baik jika mereka berhenti saja. Mestinya ada kesadaran
bahwa posisi terbaik buat mereka bukanlah parpol. Namun, Qodari menenkankan hal itu
tidak bisa digeneralisasi begitu saja. Tumbuhnya parpol yang membawa gagasan yang
benar-benar baru menunjukkan ada segmen yang belum diisi.
Anggota DPR Sutradara Ginting (F-PDIP) di Jakarta, mengatakan bahwa sistem
pemerintahan presidensiil di Indonesia lebih efektif menggunakan sistem multipartai
sederhana. Menurut dia, dengan banyaknya partai politik yang ada saat ini, lebih baik
diadakan penataan ulang pada pemilu 2009 mendatang. Ketua Badan Pemenangan
Pemilu PAN Totok Daryanto di Jakarta mengatakan, partainya membuka diri untuk
menaungi semua parpol peserta pemilu 2004 yang tidak mencapai electoral threshold
(ambang batas minimal).

Sumber : Kompas, 26/12/2006

1
Penugasan Praktik Kewarganegaraan 2
Carilah sumber informasi lain baik dari buku, koran, majalah, internet, buletin dan
sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut :
Rumuskan kembali yang dimaksud dengan infra struktur politik yang pada
umumnya ada pada sistem politik negara-negara di dunia !
Berikan alasan penjelasan, mengapa pasca kemerdekaan dikeluarkan Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945 !
Berikan alasan penjelasan hal-hal yang mendorong pada masa pemerintah Orde
Baru, partai-partai politik disederhanakan !
Jelaskan dengan alasan, mengapa pada era reformasi bangsa Indonesia
menghendaki kembali munculnya banyak partai politik !
Berikan penjelasan singkat perbedaan pokok peran dan fungsi kelompok
kepentingan di Indonesai pada masa pemerintahan : Orde Baru dan Era
Reformasi !

 Kelompok Penekan (Pressure Group)


Kelompok penekan (pressure group) merupakan salah satu institusi politik yang dapat
dipergunakan oleh rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan kebutuhannya dengan sasaran
akhir adalah untuk mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan pemerintah.
Adapun cara yang dipergunakan dapat melalui persuasi, propaganda, atau cara-cara lain yang
dipandang lebih efektif. Kelompok penekan dapat terhimpun dalam beberapa asosiasi yang
mempunyai kepentingan sama, antara lain :
a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
b. Organisasi-organisasi sosial keagamaan,
c. Organisasi Kepemudaan,
d. Organisasi Lingkungan Hidup,
e. Organisasi pembela Hukum dan HAM, serta
f. Yayasan atau Badan hukum lainnya.
Mereka pada umumnya dapat menjadi kelompok penekan dengan cara mengatur orientasi
tujuan-tujuannya yang secara operasional (melakukan negosiasi/lobby) sehingga dapat
mempengaruhi kebijaksanaan umum. Kelompok pengusaha, industriawan dan asosiasi
lainnya sering menggunakan tenaga mereka (menjadi negosiator/pelobbyst) untuk
memperjuangkan kepentingannya.
Dalam realitas kehidupan politik, kita mengenal berbagai kelompok penekan baik yang
sifatnya sektoral maupun regional. Tujuan dan target mereka biasanya bagaimana agar
keputusan politik berupa undang-undang atau kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh
pemrintah lebih menguntungkan kelompoknya (sekurang-kurangnya tidak merugikan).
Manakala ada rancangan undang-undang/kebijaksanaan atau program yang merugikan

2
kelompoknya dan menguntungkan kelompok lain, dengan berbagai cara mereka akan
berusaha menghalang-halangi.
Kelompok penekan, kadang-kadang muncul lebih dominan dibanding dengan partai
politik, manakala partai politik peranannya tidak bisa lagi diharapkan untuk mengangkat isu
sentral yang mereka perjuangkan. Kondisi inilah yang mendorong kelompok penekan tampil
kedepan sebagai alternatif terkemuka. Untuk memperbesar pengaruh, mereka acapkali
berusaha menciptakan image masyarakat yang baik terhadap kelompoknya, yakni dengan
menampilkan program-program kemasyarakatan berupa aksi sosial, aksi politik guna
menumbuhkan kesadaran politik masyarakat. Tidak jarang mereka menampilkan aktivitas
rekreatif, olahraga dan kepemudaan serta menerbitkan laporan-laporan kegiatannya dalam
media massa. Hal ini dilakukan untuk menciptakan pendapat umum yang menguntungkan
kelompoknya.

 Media Komunikasi Politik (Political Communication Media)


Media komunikasi politik merupakan salah satu instrumen politik yang dapat berfungsi
untuk menyampaikan informasi dan persuasi mengenai politik baik dari pemerintah kepada
masyarakat maupun sebaliknya. Media komunikasi antara lain berupa surat kabar, telefon,
faximile, internet, televisi, radio, film, dan sebagainya dapat memainkan peran penting
terhadap penyampaian informasi serta pembentukan/mengubah pendapat umum dan sikap
politik publik.

Fokus Kita :
Media komunikasi politik apabila disajikan secara komunikatif, hal ini akan
memberi efek bukan saja informatif tetapi juga komunikan akan mengerti dan tahu serta
bersedia menerima suatu paham atau keyakinan tertentu. Dewasa ini media cetak dan
elektronik kian dituntut terlibat dalam proses demokratisasi yang tidak hanya sebagai
alat artikulasi kepentingan masyarakat, akan tetapi juga mampu menjadi mitra
pemerintah. Oleh sebab itu, posisi media komunikasi politik sekarang ini diharapkan
mampu mencari, mengolah dan mengedarkan informasi secara berimbang dan
bertanggung jawab.

Ada beberapa terori komunikasi yang membahas tentang peranan komunikasi yang
membahas tentang peranan komunikasi massa dalam pembangunan.

No Teori Komunikasi Uraian / Keterangan


1. Null Peranan komunikasi sedikit sekali maknanya atau bahkan tidak
penting sama sekali, justru faktor-faktor yang betul penting
dalam pembangunan adalah faktor ekonomis, dan faktor-faktor
lain seperti pendidikan, kemajuan kebudayaan, stabilitas politik
dan komunikasi massa dianggap tidak relevan bahkan
tergantung pada perkembangan ekonomi.
2. The Enthusiastic Komunikasi media massa mempunyai peranan yang
Positition menentukan dalam perjuangan mencapai perdamaian dan
(Pandangan kemajuan kemanusiaan dalam setiap lingkup kegiatan. Bahkan
Antusias) potensi komunikasi massa dianggap sebagai kunci ajaib bagi
seluruh proses pembangunan.
3. The Coutious Komunikasi massa tidaklah terlalu besar pengarusnya
Position (omnipotent) yaitu bahwa penyebaran pesan-pesan (messages)
(Pandangan Hati- melalui media massa itu tidak menjamin akan timbulnya

2
hati) perhatian, penelaahan, perubahan sikap atau tindakan, terhadap
pesan itu; dan bahwa faktor sosial budaya dapat menghalangi,
mengaburkan atau bahkan menghapus sama sekali pesan-pesan
media itu.
4. The Pragmatic Komunikasi massa harus mampu menyesuaikan diri dengan
Posisition berbagai macam data dan hipotesa dari segala situasi dan
(Pandangan kultural. Ia mengakui bahwa media massa mungkin saja tidak
Pragmatis) berpengaruh, meskipun berpengaruh tetapi terbatas atau sangat
berpengaruh, tergantung pada kondisi-kondisi yang ada. Ia tidak
menolak kemungkinan efek-efek media yang langsung maupun
tidak langsung melalui orang-orang yang berpengaruh besar,
kemungkinan efek-efeknya yang segera bisa diukur maupun
efek-efek jangka panjang melalui pertambahan yang hampir-
hampir tidak dapat dilihat.

Bonus Info Kewarganegaraan


POSISI DILEMATIS MEDIA MASSA
Gunawan Muhammad mengatakan, ketika pengontrolan ketat terus dilakukan
terhadap pers, saat itu pula terjadi arus informasi yang kian deras lewat print out (hasil
cetakan), seperti internet, komputer atau faksimile. Fakta yang terjadi dalam dunia pers
Indonesia, mengingatkan perjuangan pers dalam usaha menegakkan demokratisasi yang
terjadi di Nigeria (Dele Giwa), Philipina (Evelio B. Javier) dan Colombia (Silvia) yang
meringkuk dalam penjara dan bahkan terbunuh untuk mempertahankan kemerdekaan pers
dan demokrasi.
Posisi dilematis sebagaimana dihadpi pers negara-negara berkembang dewasa ini yakni
antara mempertahankan kebenaran dan keadilan (boleh jadi oposisi), dan larus malam
kepentingan pemerintah (yang berarti fungsi kontrolnya tercerabut dari akarnya).
Mencermati kondisi di atas, mendorong pemikiran bagaimana memposisikan pers agar
tidak terbawa arus tarik menarik antara kepentingan kekuasaan dan kepentingan hukum.
Dalam konteks semacam ini, menurut Alfian, pengendalian komunikasi politik bersifat
“gelang karet”, seperti tersimpul dalam konsep “kebebasan pers yang bertanggungjawab”.
Kata-kata “bertanggungjawab” dibelakang kebebasan pers merupakan kewajiban pers
terhadap negara, seperti tercantum dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 tentang
Pokok-Pokok Pers, sehingga dalam pasalnya dinyatakan “Pers mempunyai hak kontrol,
kritik, dan koreksi yang bersifat konstruktif.

Sumber : Media Indonesia, 7/1/1996 dalam Arifin Rahman “Sistem Politik


Indonesia”.

 Tokoh Politik (Political Figure)


Pengangkatan tokoh-tokoh politik merupakan proses transformasi seleksi terhadap
anggota-anggota masyarakat dari berbagai sub-kultur, keagamaan, status sosial, kelas dan
atas dasar isme-isme kesukuan dan kualifikasi tertentu, yang kemudian memperkenalkan
mereka pada peranan-peranan khusus dalam sistem politik. Bagi aktor-aktor politik itu
sendiri, pengangkatan diri mereka selalu melalui proses, yaitu :

2
a. Transformasi dari peranan-peranan non-politis kepada suatu situasi dimana mereka
menjadi cukup berbobot memainkan peranan-peranan politik yang bersifat khusus.
b. Pengangkatan dan penugasan untuk menjalankan tugas-tugas politik yang selama ini
belum pernah mereka kerjakan, walaupun mereka telah cukup mampu untuk mengemban
tugas seperti itu. Proses pengangkatan itu melibatkan baik persyaratan status maupun
penyerahan posisi khusus pada mereka.

Fokus Kita :
Secara umum pengangkatan tokoh-tokoh politik, dilegitimasi melalui penjelmaan
nilai-nilai sebuah sistem, baik sistem otokrasi, oligarki, monarki, aristokrasi, totaliter
maupun demokrasi. Disamping itu ada tujuan-tujuan lain yang sifatnya terpadu yaitu
identifikasi diri, prestise internasional dan kebangkitan kebudayaan bangsa.

Faktor sebab dan akibat yang dapat berpengaruh dalam proses pengangkatan tokoh-tokoh
politik adalah sebagai berikut :

Pengangkatan Tokoh-Tokoh Politik


Faktor Sebab Faktor Akibat
Pengangkatan tokoh-tokoh politik akan Mengambarkan sistem nilai di dalam masya-
menentukan kesempatan bagi partisipasi rakat serta derajat konsistensi dan kontradik-
politik dan kesempatan untuk mendapatkan sinya, derajat dan tipe representativitas
status. Ia juga akan mempengaruhi segala sistem tersebut, dasar-dasar stratifikasi sosial
bentuk kebijaksanaan umum yang akan dan artikulasinya dengan sistem politik, serta
dike-luarkan, mempercepat atau struktur dan perubahan di dalam peranan-
memperlambat pertumbuhan dan perubahan peranan politik yang berlangsung.
sosial, mempe-ngaruhi distribusi kekuasaan
dan prestise sosial, serta stabilitas sistem itu
sendiri.

Di dalam benak masyarakat sering timbul pertanyaan apakah pengangkatan tokoh-tokoh


politik akan berpengaruh besar terhadap pembangunan dan perubahan ?. Pada umumnya
pengangkatan tokoh-tokoh politik akan memberikan angin segar dalam memaparkan
beberapa komponen perubahan dalam segala bentuk dan manifestasinya. Hal lain,
nampaknya pada negara-negara berkembang menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi
dari pola agraris ke arah ekonomi yang bertumpu pada kekuatan industri.
Pengangkatan tokoh-tokoh politik akan berakibat terjadinya pergeseran disektor
infrastruktur politik, organisasi, asosiasi-asosiasi, kelompok-kelompok kepentingan serta
derajat politisasi dan partisipasi masyarakat. Hal ini mungkin saja terjadi, manakala
terciptanya iklim yang kondusif dalam proses sosialisasi politik, pemberian kesempatan kerja
dan usaha yang adil dan merata di semua lapisan masyarakat.
Menurut Lester G. Seligman, bahwa proses pengangkatan tokoh-tokoh politik akan
berkaitan dengan beberapa aspek yakni :
a. Legitimati elit politik,
b. Masalah kekuasaan,
c. Representativitas elit politik, dan
d. Hubungan antara pengangkatan tokoh-tokoh politik dengan perubahan politik.
Di negara-negara demokrasi pada umumnya, pengangkatan tokoh-tokoh politik dilakukan
melalui pemilihan umum. Hal ini akan berbeda jika dilaksanakan di negara-negara totaliter,

2
diktator atau otoriter. Kriteria dan persyaratan politik lain dalam sistem politik masyarakat
yang sudah maju adalah “representativitas”. Tugas-tugas politik diluncurkan sekaligus
didesak oleh beberapa kelompok yang berpengaruh dan memiliki wakil-wakilnya, seperti
juru bicara dan wali-wali lainnya yang berperan dalam sistem. Pada negara-negara yang
sedang berkembang pengelompokan masih didasarkan atas persamaan daerah, suku bangsa,
bahasa dan agama. Ada juga yang berdasarkan persamaan profesi, dan keahlian tertentu.

2. Supra Struktur Politik


Di dalam kehidupan sehari-hari, antara suasana kehidupan politik rakyat (the social-
political sphere) dan suasana kehidupan politik pemerintah (the governmental political
sphere) kedua bidang kehidupan tersebut hanya dapat dibedakan, tetapi tidak dapat
dipisahkan. Demikian juga antara infrastruktur politik dan supra struktur politik di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam sistem politik negara.
Supra struktur politik (elit pemerintah), merupakan mesin politik resmi di suatu negara
sebagai penggerak politik formal. Kehidupan politik pemerintah bersifat kompleks, karena
akan bersinggungan dengan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi dan
wewenang/kekuasaan antara lembaga yang satu dengan lainnya. Suasana ini pada umumnya
dapat diketahui di dalam konstitusi atau undang-undang dasar dan peraturan perundangan-
undangan suatu negara.
Perihal yang menduduki kekuasaan pada supra struktur politik di suatu negara, secara
umum dapat dilihat berikut ini.
Supra Struktur Politik
Pada Negara Monarki Pada Negara Republik
Kelompok elit pemerintah biasanya dikuasi Tidak sedikit elit politik bersifat diktator,
oleh keluarga bangsawan, atau oleh suatu karena kekuasaannya dipegang sendiri atau
kabinet manakala raja/ratu berperan sebagai direkayasa untuk memegang jabatan
lambang kebesaran atau sebagai alat pemer- pemerin-tahan. Namun juga banyak yang
satu. Kabinet /dewan menteri dapat bersifat demokratis. Hal ini sangat
dibentuk berdasarkan pemilu atau karena tergantung pada Konstitusi/UUD-nya yang
restu raja/ ratu, tergantung tingkat mengatur pemba-gian kekuasaan di suatu
pendemokrasiannya. Raja atau ratu sebagai negara. Lembaga-lembaga kekuasaan inilah
elit politik kedudukan-nya adalah turun yang memegang kendali pemerintahan dalam
temurun. arti luas.

Dalam perkembangan ketatanegaraan modern, pada umumnya elit politik pemerintah


dibagi dalam kekuasaan eksekutif (pelaksana undang-undang), legislatif (pembuat undang-
undang), dan yudikatif (yang mengadili pelanggaran undang-undang) dengan sistem
pembagian kekuasaan atau pemisahan kekuasaan.
Untuk terciptanya dan mantapnya kondisi politik negara, maka supra struktur politik
harus memperoleh dukungan dari infra struktur politik yang mantap pula. Rakyat, baik secara
berkelompok berupa partai politik atau organisasi kemasyarakatan, maupun secara individual
dapat ikut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya. Dengan demikian
berarti bahwa sistem politik dan juga mekanisme pemerintahan (government mechanism)
dapat memenuhi fungsinya, manakala :
a. Sistem politik mampu mempertahankan pola, dalam arti dapat mempertahankan tata cara,
kebiasaan-kebiasaan, norma-norma dan prosedur-prosedur yang berlaku. Pola ini dapat
dipertahankan apabila rakyat menerima dan meyakini, sedangkan penerimaan dan
pengakuan sesuatu pola dalam satu sistem politik tergantung diikutsertakan/diwakili
tidaknya rakyat dalam mekanisme pemerintahan tersebut.

2
b. Sistem politik mampu menyelesaikan ketegangan, dalam arti dapat mendamaikan
perselisihan, konflik dan perbedaan pendapat yang selalu timbul dalam masyarakat
dengan cara dan prosedur yang sedapat mungkin memuaskan semua pihak. Cara-cara
penyelesaian berupa konsultasi, perundingan/negosiasi dan pencairan alternatif terbaik,
melalui musyawarah untuk mufakat merupakan cara penyelesaian yang sangat
menguntungkan semua pihak untuk menyelesaikan ketegangan.
c. Perubahan-perubahan, dalam arti memiliki kemampuan adaptasi yang besar untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan-perkembangannya yang terjadi baik di dalam
negeri maupun dalam rangka hubungan internasional yang bersifat interdependesi dan
interrelasi antar negara.
d. Sistem politik harus mampu mewujudkan tujuan nasional, dalam arti kristalisasi
keinginan anggota masyarakat menjadi tekad yang harus dicapai dan menentukan cara
untuk mencapai tujuan itu. Hal ini bisa berupa Garis-garis Besar Haluan Negara dan
peraturan perundang-undangan lainnya sebagai dasar yuridis formal dalam upaya
meraihnya.
e. Sistem politik harus mampu mengintegrasikan dan menjamin keutuhan seluruh sistem
sosial, karena ancaman, hambatan terhadap sistem sosial yang berupa rasa ketidakpuasan,
keresahan, ketegangan, perpecahan/disentegrasi merupakan masalah yang harus
diselesaikan oleh sistem politik itu sendiri.

Supra Struktur politik di negara Indonesia sejak bergulirnya gerakan reformasi tahun
1998 sampai dengan tahun 2006, telah membawa perubahan besar di dalam sistem politik
dan ketatanegaraan republik Indonesia. Era reformasi disebut juga sebagai “Era Kebangkitan
Demokrasi”. Presiden B.J. Habibie dalam pidato kenegaraan di hadapan DPR/MPR pada
tanggal 15 Agustus 1998, antara lain menyebutkan :
a. Esensi Reformasi Nasional, adalah koreksi terencana, melembaga dan berkesinambungan
terhadap seluruh penyimpangan yang telah terjadi dalam bidang ekonomi, politik dan
hukum.
b. Sasarannya, adalah agar bangsa Indonesia bangkit kembali dalam suasana yang lebih
terbuka, lebih teratur dan demokratis. Penetapan sasaran ini dilandasi oleh kesadaran
bahwa “penyakit utama” rezim Orde Baru adalah dikenal Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN) yang telah terbukti mengakibatkan lemahnya daya tahan bangsa dan negara di
segala bidang, terutama bidang ekonomi, politik dan hukum.

Program reformasi yang digulirkan oleh pemerintahan B.J. Habibie (sebagai peletak
dasar) dan K.H. Abdurahman Wahid (sebagai penerus), dalam bidang politik dapat
disebutkan sebagai berikut :

Strategi /Kebijaksanaan Keterangan / Tindak Lanjut

2
 Menegakkan kembali demokrasi yang
bertumpu pada partisipasi aktif rakyat.
Pemberian ruang gerak yang luas
terhadap hak-hak untuk mengeluarkan
pendapat secara lisan maupun tulisan
yang diwujudkan antara lain dalam
bentuk : a. Dikeluarkannya UU No. 2/1999 tentang
a. pembentukan partai-partai politik “Partai Politik”.
dan organisasi lainnya. b. Dikeluarkannya UU No. 9/1998 tentang
b. Kebebasan unjuk rasa/demonstrasi “Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat”
dalam menyampaikan aspirasi. a. Dikeluarkannya Ketetapan MPR No.IX/
 Menciptakan pemerintahan yang bersih, MPR/1998 tentang “Penyelenggaraan
berwibawa, dan bertanggung jawab Negara yang bersih dan bebas KKN”.
dengan cara : b. Keluarnya UU No. 5/1999 tentang “Pega-
a. bersih dari praktik-praktik Korupsi, wai Negeri yang menjadi anggota Partai
Kolusi dan Nepotisme (KKN). Politik”.
b. memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara adil dan merata.

Reformasi di bidang politik dan hukum ketatanegaraan, yaitu dengan dilaksanakannya


amandemen Undang-Undang Dasar 1945 selama 4 (empat kali) dari tahun 1999 – 2002.
Amandemen pertama, disahkan (19 Oktober 1999), kedua (18 Agustus 2000), ketiga (10
November 2001) dan keempat (10 Agustus 2002). Adanya amandemen UUD 1945 tersebut,
telah merubah struktur supra politik di Indonesia sebagai berikut :
Sebelum Amandemen Setelah Amanden
Lembaga Tertinggi Negara : Lembaga Negara :
 Majelis Permusyawaratan Rakyat 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
(MPR) 2. Presiden
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Lembaga Tinggi Negara :
4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
1. Presiden
5. Mahkamah Agung
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
6. Mahkamah Konstitusi
3. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
5. Mahkamah Agung

Penugasan Praktik Kewarganegaraan 3

Setelah mempelajari materi-materi tentang : Infra Struktur Politik dan Supra Struktur
Politik, lakukan Strategi Pembelajaran dengan Penugasan Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) atau Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis.
Langkah-langkah :
Bentuk kelompok dengan anggotanya antara 4 – 5 orang.
Diberikan “wacana” atau kliping sesuai dengan topik pembelejaran.
Setiap kelompok bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok serta
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping, dan ditulis pada lembar kertas.
Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
Buatlah kesimpulan bersama.
Penutup.

2
C. PERBEDAAN SISTEM POLITIK DI BERBAGAI NEGARA
1. Pendekatan Sistem Politik Negara
Untuk mengetahui adanya perbedaan sistem politik diberbagai negara, terlebih dahulu
perlu dipahami fungsi dari sistem politik tersebut. Terdapat 3 (tiga) fungsi politik yang
tidak secara langsung terlibat dalam pembuatan dan pelaksanaan pemerintahan (public
policy), tetapi sangat penting dalam menentukan cara bekerjanya sistem politik, yaitu
sebagai berikut :
a. Sosial Politik. Setiap sistem politik merupakan fungsi pengembangan dan
memperkuat sikap-sikap politik di kalangan penduduk umum, bagian-bagian dari
penduduk, atau melatih rakyat untuk menjalankan peranan-peranan politik,
administratif, dan judicial tertentu. Fungsi ini melibatkan keluarga, sekolah, media
komunikasi, lembaga keagamaan, pekerjaan dan berbagai struktur politik.
b. Rekrutmen Politik (Political Recruitment). Rekrutmen merupakan fungsi
penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan masa jabatan pemerintahan melalui
penampilan dalam media kemunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri
untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian.
c. Komunikasi Politik. Komunikasi Politik merupakan jalan mengalirnya informasi
melalui masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik.
Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dalam
mempelajari proses politik suatu negara diperlukan beberapa pendekatan sebagai berikut
:

No Pendekatan Uraian / Keterangan


1. Pendekatan Sistem politik dipelajari dari sejarah bangsa. Ada tiga faktor
Sejarah yang mempengaruhi pendekatan ini, yakni masa silam (the
past), masa sekarang (the present), dan masa yang akan datang
(the future).

2. Pendekatan Untuk mempelajari sistem politik suatu negara perlu


Sosiologis mempelajari sistem sosial/sistem kemasyarakatan yang ada di
suatu negara. Perbedaan-perbedaan sistem sosial akan
mempengaruhi terhadap sistem politik suatu negara.

3. Pendekatan Pendekatan ini diliihat dari pendidikan dan budaya


Kultural / masyarakatnya. Suatu masyarakat yang anggota-anggotanya
Budaya telah terdidik dan mempunyai budaya yang tinggi akan
berpengaruh terhadap suatu sistem politik dari negara tersebut.
Suatu masyarakat yang pendidikan dan budayanya masih
rendah akan merupakan hambatan untuk dibawa ke arah
pengembangan suatu sistem politik yang modern.

4. Pendekatan Dalam pendekatan dilihat dari sikap-sikap masyarakat yang


Psycho-Sosial / akan berpengaruh terhadap sikap-sikap politik. Suatu
Kejiwaan masyarakat yang tertutup atau menolak, terhadap segala
masyarakat perubahan atau pengaruh luar, akan mempengaruhi sistem
politik sehingga sistem politik itu pun akan bersifat tertutup.

5. Pendekatan Dalam pendekatan ini dibicarakan tentang filsafat yang

2
Filsafat menjadi way of life dari masyarakat atau bangsa itu. Sistem
politik suatu bangsa/negara akan sulit dipisahkan dari way of
life masyarakat/ bangsanya. Suatu masyarakat yang dalam
hidupnya selalu mengutamakan kepentingan-kepentingan
masyarakat dan pola pikir yang menjunjung tinggi norma-
norma adat dan agama maka sistem politiknya tidak akan kepas
dari filsafat yang dianut oleh masyarakat/bangsanya.

6. Pendekatan Di dalam pendekatan ini, suatu sistem politik dilihat dan


Ideologi dipelajari dari ideologi bangsa/negara yang berlaku di dalam
negara itu. Ideologi sebagai ajaran yang dihasilkan oleh
pemikiran manusia tentang konsep-konsep politik, sosial,
ekonomi dan budaya. Dengan kata lain, sistem politik tidak bisa
lepas dari doktrin politik, sosial, ekonomi dan budaya yang
telah diterima oleh sebagian besar rakyatnya.

7. Pendekatan Dalam pendekatan ini, suatu sistem politik dilihat dari


Konstitusi dan konstitusi dan undang-undang serta hukum yang berlaku di
Hukum dalam negara itu. Jadi, suatu sistem politik tidak bisa dipisahkan
dari konstitusi negara atau hukum yang berlaku dalam negara
itu. Dengan demikian, segala kegiatan dari suatu sistem politk
akan selalu bersumber dan berpedoman kepada undang-undang
dasar dan undang-undang yang dapat mencerminkan apakah
sistem politik yang berlaku di negara itu demokratif atau
kediktatoran.

2. Perbedaan Sistem Politik Negara


Untuk memahami tentang perbedaan sistem politik yang ada pada setiap negara,
bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu waktu untuk mengadakan studi mendalam tentang
apa dan bagaimana suatu negara dijalankan dengan sistem politik yang dianutnya.
Berikut ini akan disajikan 3 (tiga) contoh negara yang diharapkan dapat mewakili dari
komunitas negara-negara yang ada di dunia, yaitu : a) Sistem politik negara Inggris
(liberal), b) Sistem politik negara Republik Rakyat China (Komunis), dan c) Sistem
politik negara Indonesia.

a. Sistem Politik Negara Inggris


Faktor Yang
No Mempengaruh Uraian / Keterangan
i
1. Latar Masyarakat Inggris sejak abad 19, mulai merubah bentuk
Belakang ekonominya dari ekonomi pertanian dan kerajinan tangan
Sejarah menjadi masyarakat industri modern. Para politisi mulai
menyesuaiakan sistem politik dan pemerintahannya dengan
membuat undang-undang pembaharuan (reform acts) yang
disahkan pada tahun 1918. Inggris juga dihadapkan pada
masalah upaya membangun kesejahteraan warganegaranya dan
persaingan sebagai negara industri muda dengan negara
Amerika Serikat, Jerman dan Jepang.

2
2. Kondisi Kondisi masyarakat Inggris yang semula agraris feodal, dengan
Sosiologis cepat menyesuaikan menjadi masyarakat industri modern. Oleh
sebab itu, masyarakat Inggris dalam waktu cepat mampu
bersaing dengan negara –negara lain yang lebih dahulu merintis
ke arah industrialisasi. Hal ini dapat difahami, karena
sesungguhnya masyarakat Inggris adalah bangsa yang paling
”bersifat kekotaan” atau urban. Meskipun demikian, masyarakat
Inggris tetap menghendaki sistem monarki dengan satu raja dan
banyak bangsa.

3. Kondisi Sebagian masyarakat Inggris memiliki tingkat pendidikan dan


Kultural/ kesejateraan yang baik. Mereka dikenal sebagai masyarakat
Budaya yang disiplin dan taat pada aturan. Nilai-nilai, keyakinan-
keyakinan dan perasaan-perasaan dari kebudayaan politik
diwariskan dari generasi ke generasi melalui suatu rangkaian
pengalaman dalam keluarga, di sekolah dan ditempat kerja.
Pandangan-pandangan politik sekarang, merupakan
pencerminan sikap yang mereka pelajari semasa kanak-kanak
dan sikap-sikap yang berkembang sesudah dewasa.

4. Kondisi Mayoritas masyarakat Inggris sangat menghormati simbol-


Psycho-Sosial / simbol kekuasaan negara, seperti ratu/raja, lembaga pemerintah,
Kejiwaan dan lain-lain. Mereka sangat setia kepada wewenang kekuasaan
masyarakat politik dan senantiasa menunjukkan ketaatannya kepada
undang-undang politik azasi.

5. Pedoman Masyarakat Inggris akan sangat mendukung rejim yang


Filsafat berkuasa, manakala para penguasa juga mentaati undang-
undang politik asasi, dan jika dilanggar maka akan
mengahadapi perlawanan. Konsep kejahatan politik atau
”kejahatan melawan negara”, hampir tidak dikenal. Siapapun
orangnya yang melanggar undang-undang dianggap anti sosial,
sehingga orang yang jahat sangat tercela dan dianggap melawan
masyarakat.

6. Paham atau Penerapan ideologi negara Inggris yang juga pada umumnya
Ideologi yang dianut oleh negara-negara Eropa (Barat) adalah ideologi liberal.
diterapkan Masyarakat Inggris dalam kehidupan sehari-hari sangat
menghormati kebebasan dan hak-hak asasi manusia. Meskipun
simbol kebebasan ada dalam berbagai bidang kehidupan,
namun mereka sangat mematuhi peraturan perundang-
perundangan. Negara Inggris tidak memiliki konstitusi tertulis,
namun jika terjadi perdebatan atas tindakan pemerintah,
biasanya diselesaikan oleh kekuatan politik terkuat. Kekuasaan
pemerintah Inggris tergantung pada raja/ratu, akan tetapi
raja/ratu tersebut hanya berperan sebagai simbol kolektif bagi
lembaga-lembaga pemerinah dalam sistem Inggris.

7. Pedoman Kekuasaan pemerintah Inggris lebih banyak dibatasi oleh


Konstitusi dan konvensi (hukum tidak tertulis) dari pada hukum formal.
Hukum Rakyat hidup dalam ketenangan dan kepastian hukum karena

2
pemerintah memberikan perlindungan hukum yang baik dan
penghormatan terhadap hak-hak asasi warganegaranya. Aparat
penegak hukum tidaklah merasa sebagai wasit yang senantiasa
mengawasi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
maupun warganya. Aturan yang dibuat, ditaati oleh semua
komponen elit politik, pemerintah maupun masyarakat demi
jaminan keamanan dan kesejahteraan bersama.

Dalam struktur politik pemerintahan Inggris, pemegang peranan politik pusat


digolongan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu : para menteri kabinet, para pegawai negeri
senior, dan para pegawai tidak tetap lainnya. Para pemegang peranan politik pusat,
pengalaman/senioritas sangat dihargai. Bagi seseorang yang ingin ke jenjang karier
politik, harus sejak muda mengarah ke jalan karier itu. Pada awalnya, karir seseorang
harus memperoleh peranan politik pusat, kemudian secara perlahan-lahan menghimpun
pengalaman dan senioritas di samping kecakapan.
Penyelenggaraan pemerintah, dilaksanakan oleh kabinet (Perdana menteri dan dewan
menteri) serta parlemen yang terdiri dari Majelis Rendah dan Majelis Tinggi. Peranan
parlemen dalam merumuskan kebijaksanaan pemerintah dibatasi, karena cara bekerjanya
diawasi oleh kabinet. Sedangkan Perdana Menteri dapat memastikan bahwa setiap usul
yang diajukan oleh pemerintahnya akan diputuskan dalam parlemen tepat pada waktu
yang telah ditetapkan, dan disetujui dalam bentuk yang dikehendaki oleh parlemen.
Dalam hal komunikasi politik, media massa televisi dan pers, merupakan industri
yang besar dan kompleks, karena dijadikan sebagai saluran-saluran komunikasi politik
yang sangat terpusat tetapi kompetitif. Dan untuk itu, masyarakat umum mempercayai
kejujuran media siaran itu. Baik koran, radio maupun televisi sangat mempengaruhi pola
perilaku politik masyarakat. Antara politisi dan pers sudah terjalin komukasi yang baik,
satu sisi wartawan membutuhkan politisi untuk menjadi sumber berita; disisi lain para
politisi juga membutuhkan wartawan untuk mempublikasikan pandangan-pandangan dan
diri mereka sendiri.

b. Sistem Politik Negara Republik Rakyat Cina (RRC)


Faktor Yang
No Mempengaruh Uraian / Keterangan
i
1. Latar Proses kehidupan sistem politik di China, merupakan produk
Belakang revolusi antara tahun 1911 s.d. 1949. Revolusi pertama (1911),
Sejarah menggantikan sistem kerajaan yang telah bertahan berabad-
abad. Revolusi kedua (1928), dibentuk pemerintah pusat yang
baru di bawah Kuomintang dengan dominasi satu partai yang
lebih bersemangat, terorganisir, dan terpusat. Revolusi ketiga
(1949), menjadikan Partai Komunis Cina (PKC) sebagai
penguasa dan membentuk pemerintahan komunis sampai
dengan sekarang.

2. Kondisi Pada masyarakat Cina tradisional, lembaga-lembaga sosial yang


Sosiologis dominan adalah keluarga; setiap individu harus menyesuaikan
tindakan-tindakan mereka demi pemeliharaan dan kemakmuran
unit itu. Mereka mengakui wewenang kekuasaan para
pemimpinnya atas tingkah laku sosial mereka. Wewenang

3
kekuasaan politik, pada tingkat apapun, adalah lebih tinggi
daripada tuntutan unsur-unsur dalam masyarakat. Kesetiaan
harus diarahkan pada kepentingan kolektif dan bukan pada
ikatan-ikatan pribadi.

3. Kondisi Pemerintah Cina sejak tahun 1949, telah mengupayakan


Kultural/ pendidikan sabagai salah satu alat yang paling efektif untuk
Budaya mengubah sikap politik orang-orang Cina. Pemerintah
berkepentingan dengan pendidikan, karena dapat
mempermudah melakukan mekanisme kontrol dalam
mengendalikan warganegara yang mencapai usia sekolah.
Melalui pendidikan, masyarakat ikut menanggung beban
sosialisasi dan menciptakan masyarakat yang melek huruf
sebagai syarat pendidikan politik dan keterlibatan politik.
Pemerintah menyadari bahwa beban penduduk yang besar
dengan corak agraris, perlu kerja keras dalam memajukan
warganegaranya.

4. Kondisi Negara Cina yang memiliki wilayah dan penduduk terbesar di


Psycho-Sosial / dunia, sebelum menjadikan Partai Komunis Cina berkuasa
Kejiwaan selalu dilanda perang saudara. Hal ini menyebabkan negara
masyarakat menjadi lemah dan banyak mengalami penyerbuan bangsa
asing. Namun dewasa ini, dengan kepercayaan diri yang tinggi
telah mampu berada dalam suatu posisi menguasai pengaruh
atas suatu wilayah yang sangat luas dan penting. Mereka juga
bangga telah memiliki kekayaan budaya yang tinggi yang telah
diwariskan oleh para pendahulunya.

5. Pedoman Mayoritas masyarakat Cina memiliki tingkat kepercayaan diri


Filsafat yang tinggi. Mereka memiliki keyakinan bahwa mobilisasi dan
perjuangan adalah inti dari politik. Sifat-sifat seperti militer
--antusiasme, kepahlawanan, pengorbanan, dan usaha bersama
– mendapatkan nilai yang tinggi. Azas percaya diri sendiri
mempunyai implikasi nasional maupun internasional. Dalam
dukungan internasional, meskipun mereka bersimpati, namun
mereka tetap menegaskan bahwa setiap gerakan harus
bersandar pada sumber-sumber dayanya sendiri demi mencapai
tujuannya.

6. Paham atau Sistem komunis timbul secara langsung dari periode


Ideologi yang revolusioner yang bukan diciptakan oleh kaum komunis.
diterapkan Revolusi Cina telah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun
sebelum partai komunis menjadi kekuatan yang besar dalam
politik Cina dan mulai menguasai pemerintahannya. Tidak
dapat disangkal bahwa Uni Soviet mempunyai pengaruh kuat
melalui penyebaran Marxisme-Leninisme. Anti imperialisme
merupakan unsur paling kuat dalam pembentukan ideologi
komunis. Penindasan oleh bangsa asing harus dihapuskan dan
menjadikan Marxisme-Leninisme sebagai suatu gagasan yang
secara langsung relevan dengan kenyataan kehidupan politik
Cina.

3
7. Pedoman Berdasarkan Konstitusi tahun 1954, organ wewenang negara
Konstitusi dan tertinggi dan pemegang wewenang legislatif satu-satunya dalam
Hukum sistem politik negara adalah ”Konggres Rakyat Nasional”
(KRN). KRN merupakan badan perwakilan yang terdiri dari
wakil-wakil yang dipilih oleh konggres tingkat provinsi,
angkatan bersenjata, dan orang-orang Cina perantauan. KRN
merupakan forum proses politik untuk mempelajari,
mendukung, dan mengesahkan tindakan-tindakan pimpinan
pusat yang melambangkan dukungan rakyat. Selain KRN,
organ administratif utama dalam struktur politik negara adalah
Dewan Negara yang terdiri dari Perdana Menteri, Wakil-wakil
Perdana Menteri dan kepala-kepala dari semua kementerian dan
komisi. Mereka merupakan pusat kekuasaan negara yang
sesungguhnya. Sedangkan Mahkamah Rakyat Tertinggi dan
Kejakasaan Rakyat Tertinggi, berdasarkan konstitusi
merupakan organ-organ pengadilan yang menyelidiki masalah-
masalah dan memberikan putusan pengadilan. Kejaksaan
mempunyai kekuasaan yang bebas, termasuk penyelidikan,
penuntutan, dan pengawasan secara umum terhadap semua
organ negara, termasuk pengadilan-pengadilan.

Dalam menumbuhkan peran serta masyarakat di bidang politik, penguasa komunis


berusaha menciptakan kehidupan masyarakat yang sesuai dengan norma-norma
sosialisasi politik yang diciptakannya. Hal ini dilakukan oleh para penguasa dengan cara
mulai meninggalkan tradisi keluarga yang tidak sesuai dengan nilai-nilai komunisme,
menetapkan persamaan hukum antara laki-laki dan wanita, melaksanakan pendidikan
umum dan membangun jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi yang mencakup
berbagai jenis dan isi pesan (message), merupakan usaha partai atau negara secara resmi
yang isinya dan pengelolaannya dikendalikan oleh para penguasa pusat.
Sebagian besar jaringan komunikasi sangat dipengaruhi oleh ideologi resmi yang
merupakan mekanisme penyatuan bagi yang menyetujui dan yang tidak menyetujui.
Jaringan komunikasi lebih banyak ditujukan kepada elite atau sub-elite yang memahami
perbincangan ideologi dan merasa ikut bertanggung jawab menerapkannya, menurut
kondisi masing-masing daerah kepada seluruh rakyat. Sistem komunikasi merupakan alat
komunikasi yang paling efektif dalam memperluas pengetahuan tentang politik dan
meningkatkan kepekaan terhadap soal-soal politik.
Penguasa komunis juga berupaya mengikutsertakan setiap warganya dalam kegiatan
politik secara teratur dan terorganisir, terutama melalui gerakan-gerakan masa,
perwakilan tingkat rendah, keanggotaan dalam organisasi masa, dan partisipasi dalam
pengelolaan unit-unit produksi dan unit-unit pemukiman. Untuk kepentingan kaderisasi
calon-calon pemimpin komunis, dilakukan rekruitmen aktivis, kader dan anggota partai.
Mereka diambil dari organisasi partaim lokal dan para aktivis dilingkungn kekuasaan.
Masuk menjadi anggota PKC merupakan tindakan yang menentukan dalam rekruitmen
politik yang pada gilirannya akan memperoleh promosi dan kekuasaan.

c. Sistem Politik Negara Republik Indonesia


Faktor Yang
No Mempengaruh Uraian / Keterangan
i

3
1. Latar Terjadinya negara kesatuan republik Indonesia telah melalui
Belakang perjalanan politik yang panjang. Bangsa Indonesia harus
Sejarah menghadapi kolonial Belanda selama lk. 350 tahun, dan bala
tentara Jepang selama lk. 3,5 tahun untuk mewujudkan
Proklamasi Kemerdekaan yang akhirnya terwujudnya pada
tanggal 17 Agustus 1945. Pasca proklamasi kemerdekaan, para
pemimpin Indonesia terlibat dalam proses politik dengan
mencari format berdasarkan demokrasi Pancasila. Namun
dalam perjalannya mengalami pasang surut politik kenegaraan,
karena pernah diterapkan demokrasi liberal (1949 - 1955),
demokrasi terpimpin (1955 – 1965) dan selanjutnya adalah
demokrasi Pancasila.

2. Kondisi Kondisi bangsa Indonesia yang pernah mengalami penjajahan,


Sosiologis sangat merasakan penderitaan dan keterbelakangan dalam
berbagai bidang kehidupan. Masyarakat Indonesia yang multi
bangsa, agama, ras dan antar golongan telah dipersatukan dalam
kesatuan politik dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Sangat disadari bahwa banyaknya perbedaan akan membawa
konsekuensi terjadinya konflik sosial vertikal maupun
horizontal. Dengan demikian, upaya saling menghormati dan
kerja sama dalam membangun kerukunan hidup penting untuk
ditegakkan.

3. Kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia dibangun atas dasar


Kultural/ sendi-sendi multi kultural, berbeda-beda suku, agama, ras dan
Budaya antar golongan. Semangat menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan, serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara telah tertanam di dada setiap warga negara. Budaya
musyawarah, toleransi, gotong royong dan saling menghormati
telah dapat diwariskan kepada generasi mendatang baik sebagai
anggota masyarakat maupun calon pemimpin bangsa melalui
jalur-jalur pendidikan formal, in-formal, maupun nor-formal.

4. Kondisi Bangsa sebelum menjadikan Pancasila sebagai dasar negara


Psycho-Sosial / selalu dapat dipecah belah oleh bangsa lain. Hal ini
Kejiwaan menyebabkan negara pernah mengalami penjajahan dari
masyarakat kolonial Belanda maupun Jepang. Dengan semangat pantang
menyerah, rela berkorban dan cinta tanah air bangsa Indonesia
mampu sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bangsa
Indonesia secara politik dan dinyatakan di dalam Pembukaan
UUD 1945, sangat menentang segala mecam bentuk penjajahan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan.

5. Pedoman Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang merdeka dan
Filsafat berdaulat, berhak menentukan pandangan hidup, cita-cita dan
tujuan negaranya. Pandangan hidup bangsa Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuannya. Pancasila dalam sistem
politik Indonesia, telah dijadikan dasar dan motivasi dalam
segala sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan

3
nasionalnya sebagaimana terkandung di dalam Pembukaan
UUD 1945.

6. Paham atau Ideologi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, akan


Ideologi yang selalu dikaitkan dengan proses politik dalam pengaturan
diterapkan penyelengga-raan pemerintahan negara yang meliputi bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan. Hal ini akan dituangkan di dalam konstitusi negara
dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam struktur
politik, Pancasila menjadi sumber segala sumber hukum yang
berarti semua peraturan perundang-undangan harus bersumber
pada Pancasila.

7. Pedoman Berdasarkan Konstitusi UUD 1945 (amandemen), implementasi


Konstitusi dan demokrasi Pancasila telah memberikan kekuasaan yang besar
Hukum kepada Presiden. Sejak pemilu 2004, presiden dipilih oleh
rakyat sehingga tanggung jawab besarnya adalah kepada rakyat.
Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai kekuasaan
memerintah dan melaksanakan undang-undang dengan
pengawasan dari legislatif (DPR). Dalam sistem politik, DPR
berhak menyuarakan aspirasi dan tuntutan-tuntutan rakyat yang
diwakilinya. Oleh karena DPR tidak dapat dibubarkan oleh
Presiden, maka dalam menjalankan kebijaksanaan politiknya
kepada eksekutif perlu memperhatikan suara-suara para wakil
rakyat tersebut. Pengawasan terhadap pelaksanaan penggunaan
anggaran negara oleh lembaga-lembaga penyelenggara negara,
dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK). Sedangkan
dalam hal pelaksanaan pelanggaran terhadap undang-undang
akan dilakukan oleh lembaga yudikatif (Mahkamah Agung) dan
Kejaksaan Agung.
Negara Indonesia dalam sistem politik, menerapkan sistem demokrasi Pancasila yang
merupakan suatu paham demokrasi yang bersumber pada pandangan hidup atau falsafah
hidup bangsa Indonesia yang digali dari kepribadian rakyat Indonesia sendiri. Dari
falsafah hidup bangsa Indonesia inilah kemudian timbul dasar falsafah negara kita
bernama falsafah negara Pancasila yang tercermin dan terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia harus dijiwai oleh sila-sila yang terkandung
dalam Pancasila. Oleh karena itu, demokrasi menurut Pancasila atau disebut Demokrasi
Pancasila adalah demokrasi yang merupakan perwujudan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang mengandung semangat
ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun isi pokok pelaksanaan
Demokrasi Pancasila sebagai berikut :
a. Pelaksanaan demokrasi harus berdasarkan Pancasila sebagaimana disebut di dalam
Pembukaan UUD 1945, serta penjabarannya dalam Batang Tubuh dan Penjelasan
UUD 1945.
b. Demokrasi ini harus menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia.
c. Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan atas kelembagaan
(institusional). Melalui kelembagaan ini diharapkan segala sesuatunya dapat
diselesaikan melalui saluran-saluran tertentu sesuai dengan UUD 1945.

3
d. Demokrasi ini harus bersendi atas hukum sebagaimana dijelaskan di dalam
penjelasan UUD 1945.
Menurut Dardji Darmadiharjo, Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang
bersumber pada kepribadian dan falsafah hidup Bangsa Indonesia yang perwujudannya
seperti dalam Pembukaan UUD 1945. Makna demokrasi Pancasila pada dasarnya adalah
perluasan keikutsertaan rakyat dalam berbagai kehidupan bermasyarakat dan kehidupan
bernegara yang ditentukan dalam peraturan perundangan yang berlaku. Aturan permainan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara diatur secara melembaga. Keinginan-
keinginan rakyat dapat disalurkan, baik melalui lembaga-lembaga negara (suprastruktur)
maupun melalui organisasi politik, organisasi masa, dan media politik lainnya
(infrastruktur).
Demokrasi Pancasila tidak hanya meliputi demokrasi dibidang pemerintahan atau
politik (demokrasi dalam arti sempit), tetapi juga telah berkembang menjadi demokrasi
dalam arti yang luas, yaitu meliputi berbagai sistem dalam masyarakat, seperti sistem
politik ekonomi, sosial dan sebagainya.
Sistem politik Demokrasi Pancasila menghargai nilai-nilai musyawarah. Oleh karena
itu, kita pun harus memahami bagaimana tata cara bermusyawarah sebagai berikut:
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat;
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama;
d. Musyawarah harus diliputi oleh semangat kekeluargaan;
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakan keputusan
musyawarah;
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur;
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta nilai-
nilai kebenaran dan keadilan.
Adapun tata cara musyawarah dalam berbagai kehidupan harus mengandung prinsip-
prinsip sebagai berikut :
a. Musyawarah bersumber pada paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
b. Setiap putusan yang diambil harus selalu dapat dipertanggungjawabkan dan sama
sekali tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 beserta penjelasan.
c. Setiap peserta musyawarah mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam
mengeluarkan pendapat.
d. Hasil musyawarah atau setiap putusan, baik sebagai hasil mufakat maupun
berdasarkan suara terbanyak harus diterima dan dilaksanakan.
e. Apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak dapat mempertemukan pendapat yang
berbeda dan hal ini sudah diupayakan berkali-kali maka dapat digunakan cara lain,
misalnya cara pengambilan dengan keputusan suara terbanyak (voting).
Cara pengambilan suara terbanyak (voting) dalam demokrasi Pancasila dilakukan
dengan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Jika jalan musyawarah untuk mufakat sudah ditempuh secara maksimal, tetapi tidak
berhasil mencapai mufakat.
b. Musyawarah untuk mufakat tidak mungkin diusahakan lagi karena terjadi perbedaan
pendapat dan pendirian yang tidak mungkin lagi ditemukan atau didekatkan.
c. Karena faktor waktu yang mendesak sehingga harus segera diambil keputusan.
d. Sebelum dilakukan voting kepada semua peserta rapat diberikan kesempatan untuk
mempelajari pendirian-pendirian atau pendapat-pendapat yang berbeda itu.

3
e. Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah jika diambil dalam
rapat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah anggota rapat
(quorum) dan disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir memenuhi
quorum.
Setiap peserta musyawarah hendaknya menyadari bahwa yang menjadi tugas
utamanya bukan sekadar ikut musyawarah, melainkan turut bertanggungjawab atas
terlaksananya semua keputusan musyawarah. Adapun nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam setiap pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
a. Legawa atau berlapang dada, artinya bahwa setiap peserta musyawarah harus secara
sadar menerima dan melaksanakan keputusan musyawarah itu dengan sepenuh hati.
b. Religuis, artinya bahwa hasil musyawarah itu harus dapat dipertanggung jawabkan
secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c. Tenggang rasa, artinya bahwa dalam pelaksanaan musyawarah setiap peserta harus
mau mendengarkan pendapat orang lain walaupun pendapatnya tersebut kurang
berkenan dengan pendapat kita.
d. Keadilan, artinya bahwa dalam pengambilan keputusan hendaknya setiap peserta
musyawarah diperlakukan secara adil. Maksudnya, seluruh peserta diikutsertakan
secara layak sebagai peserta lainnya.
e. Kemanusiaan, artinya bahwa keputusan yang diambil hendaknya menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia jangan sampai merendahkan martabat manusia.
Berikut aspek - aspek yang terkandung dalam Demokrasi Pancasila yaitu sebagai
berikut :
a. Aspek formal
yaitu aspek yang mempersoalkan proses dan cara rakyat dalam menunjuk wakil-wakil
dalam badan-badan perwakilan rakyat dan pemerintahan serta cara mengatur
permusyawaratan wakil-wakil rakyat secara bebas, terbuka dan jujur untuk mencapai
konsensus bersama.
b. Aspek materiil
yaitu aspek yang mengemukakan gambaran manusia dan mengakui harkat dan
martabatnya dan menjamin terwujudnya Indonesia sesuai dengan gambaran, harkat,
dan martabat manusia.
c. Aspek normatif (kaidah)
yaitu aspek yang mengungkapkan seperangkat norma-norma atau kaidah-kaidah yang
menjadi pembimbing dan kriteria dalam mencapai tujuan kenegaraan.
Dalam Demokrasi Pancasila terdapat beberapa norma penting yang harus
diperhatikan, yaitu keterbukaan, keadilan, dan kebenaran. Ketiga norma tersebut dapat
menjadi aturan permainan dalam melaksanakan Demokrasi Pancasila yang harus ditaati
oleh siapapun. Selain itu, norma tersebut harus didukung oleh aspek-aspek sebagai
berikut :
1. Aspek Optatif
Aspek ini mengetengahkan tujuan atau keinginan yang hendak dicapai. Tujuan ini
meliputi tiga hal, yaitu terciptanya negara hukum, negara kesejahteraan, dan negara
kebudayaan.
2. Aspek Organisasi
Aspek ini mempersoalkan organisasi sebagai wadah pelaksanaan Demokrasi
Pancasila. Wadah tersebut harus cocok dengan tujuan yang hendak dicapai.
Organisasi ini meliputi organisasi sistem pemerintahan atau lembaga-lembaga negara
dan organisasi-organisasi sosial politik di masyarakat.

3
3. Aspek Kejiwaan
Aspek kejiwaan dalam Demokrasi Pancasila ialah semangat, yakni semangat para
penyelenggara negara dan semangat para pemimpin pemerintahan. Dalam jiwa
Demokrasi Pancasila dikenal beberapa aspek kejiwaan, yaitu :
a. Jiwa Demokrasi Pancasila pasif, yakni hak untuk mendapat perlakuan secara
Demokrasi Pancasila.
b. Jiwa Demokrasi Pancasila aktif, yakni jiwa yang mengandung kesediaan untuk
memperlakukan pihak lain sesuai dengan hak-hak yang diberikan oleh Demokrasi
Pancasila;
c. Jiwa Demokrasi Pancasila nasional, yakni jiwa objektif dan masuk akal tanpa
meninggalkan jiwa kekeluargaan dalam pergaulan masyarakat;
d. Jiwa pengabdiaan, yakni kesediaan berkorban demi menunaikan tugas jabatan
yang dipangkunya dan jiwa kesediaan berkorban untuk sesama manusia dan
warga negara.

d. Penerapan Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila


Demokrasi Pancasila pada hakikatnya demokrasi yang bercorak khas Indonesia, yang
penerapannya dijabarkan dalam :
 Pemerintahan Berdasarkan Hukum.
Demokrasi Pancasila menghendaki suatu pemerintahan yang benar-benar
menjunjung tinggi hukum (Rechtstaate) dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka
(Machstaate). Dengan demikian, segala tindakan atau kebijaksanaan harus
berdasarkan pada hukum yang berlaku.
 Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
Hak asasi menusia merupakan hak-hak yang dianugerakan Tuhan kepada manusia
sebagai makhluk ciptaan-Nya. Konstitusi negara Republik Indonesia memberikan
jaminan atas pelaksanaan hak-hak manusia yang dituangkan dalam Pembukaan
dan Batang Tubuh UUD 1945, ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang
hak asasi manusia, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, dan Undang-Undang
No. 26 tentang Peradilan HAM.
 Pengambilan Keputusan Berdasakan Musyawarah
Prinsip ini sudah membudaya, baik dalam kehidupan bermasyarkat, berbangsa
dan bernegara. Oleh karena itu, dalam setiap pengambilan putusan diusahakan
melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Jika musyawarah tidak tercapai,
putusan diambil berdasarkan suara terbanyak (voting).

 Peradilan yang Bebas dan Merdeka


Badan peradilan (kehakiman) merupakan badan yang merdeka, artinya terlepas
dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lainnya. Hal ini penting
untuk menegakkan keadilan di bumi Indonesia. Untuk itu, UUD 1945 menjamin
keberadaan badan peradilan sebagai badan yang merdeka sebagaimana yang
tercantung dalam Pasal 24 dan Pasal 25.
 Partai Politik (Parpol) dan Organisasi Sosial Politik (Orsospol)
Walaupun dalam pasal 28 UUD 1945, negara menjamin kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pendapat baik dengan lisan maupun tulisan, hal ini
tidak berarti rakyat (warga negara) dapat menggunakan haknya dengan sesuka
hatinya, tetapi disalurkan melalui partai politik atau orsospol. Dengan demikian,
keberadaan partai politik atau orsospol di dalam Demokrasi Pancasila, diperlukan

3
guna menyalurkan aspirasi atau kehendak rakyat, membina pendidikan politik
para kader dan simpatisannya. Hal ini terdapat dalam UU No. 31 Tahun 2002
tentang partai politik.
 Pelaksanaan Pemilihan Umum (pemilu)
Negara Republik Indonesia merupakan negara yang berkedaulatan rakyat, artinya
rakyat diakui sebagai sumber dan pendukung kedaulatan dalam negara.
Kedaulatan rakyat tersebut harus berdasarkan permusyawaratan perwakilan.
Dengan demikian, rakyat tidak secara langsung mengatur negara, melainkan
melalui wakil-wakilnya. Wakil-wakil rakyat tersebut memusyawarahkan segala
sesuatu yang menyangkut masalah kenegaraan. Untuk pengisian wakil-wakil
rakyat yang akan duduk dalam lembaga perwakilan rakyat (MPR, DPR, DPD, dan
DPRD), dilakukan melalui cara pemilihan umum. Pemilihan umum telah diatur
dalam UU No 12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa pemilihan umum merupakan perwujudan dari demokrasi
Pancasila.

e. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan sesuai dengan prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila
menekankan pada empat prinsip penting sebagai berikut :
a. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu prinsip dalam melaksanakan
musyawarah ketika setiap orang mengetahui apa yang menjadi hak pribadi, hak
orang lain dan kewajiban terhadap orang lain.
b. Persamaan, yakni prinsip yang menekankan bahwa setiap orang memiliki
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
c. Kebebasan yang bertanggungjawab, artinya bahwa setiap orang bebas untuk
mengemukakan pendapat.
d. Mengutamakan persatuan dan kesatuan, artinya setiap pelaksanaan musyawarah
harus mengutamakan kepentingan umum.
Contoh Proses Pengambilan Keputusan sebagai perwujudan Demokrasi pancasila
diantaranya adalah :
Pemilihan Anggota DPR dan DPD Periode 2004 – 2009
Pada Hari Sabtu, 2 Oktober 2004 telah terpilih Ketua DPR dan DPD. Setelah sidang
yang berakhir sabtu dini hari dalam pemungutan suara yang dipimpin oleh Pimpinan
sementara DPR Agung Laksono (PG) dan Yacobus Camario (PDIP), akhirnya
terpilih Paket A (Agung Laksono) mendapatkan suara 280 suara, mengalahkan Paket
B (Endin. S) dengan 257 suara. Dengan demikian Agung Laksono terpilih sebagai
Ketua DPR untuk masa jabatan 2004 – 2009 dengan Wakil terpilihnya Soetardjo
Soerjo Goeritno (PDIP), Muhaimin Iskandar (PKB) dan Zaenal Ma’arif (PBR).

Penugasan Praktik Kewarganegaraan 4


Setelah mempelajari materi-materi tentang : Sistem Politik di Berbagai Negara
(Negara Inggris, Republik Rakyat Cina dan Negara Indonesia), dilanjutkan
Penugasan dengan menjawab pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut :
1. Berikan penjelasan singakt, apa sajakah perbedaan pokok dalam menentukan cara
bekerjanya sistem politik sebagai berikut :
No Cara Kerja Uraian Singkat

3
.....................................................................................................
Sosial ..............
1.
Politik
.....................................................................................................
..............
.....................................................................................................
Rekruitmen ..............
2.
Politik
.....................................................................................................
..............
.....................................................................................................
Komunikasi ..............
3.
Politik
.....................................................................................................
..............

2. Berikan penjelasan tentang pendekatan yang diperlukan dalam mempelajari sistem


politik suatu negara sebagai berikut !
a. Pendekatan
Sosiologis : ...........................................................................................................
...................................................................................................................................
..................
b. Pendekatan
Filsafat : ................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................

3. Dalam sistem politik negara Cina berdasarkan Konstitusi Tahun 1954, terdapat 3 elit
politik yang sangat berpengaruh. Berikan penjelasan singkat tugas pokok elit politik
tersebut !
Konggres Rakyat Dewan Mahkamah Rakyat
Nasional Negara Tertinggi
......................................... ......................................... ............................................
...... ...... ...
......................................... ......................................... ............................................
...... ...... ...
......................................... ......................................... ............................................
...... ...... ...

4. Berikan tanggapan penjelasan, bagaimanakah pola pembinaan dan proses politik pada
masyarakat Inggris yang dikenal sangat patuh kepada peraturan perundangan dan
disiplin dalam kehidupan sehari-
hari ! .......................................................................................................
.........................................................................................................................................
...................
.........................................................................................................................................
...................

5. Tuliskan persamaan dan perbedaan Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi


Pancasila yang pernah dipraktikkan dalam sistem politik negara Inodnesia !

3
Demokrasi Terpimpin Demokrasi Pancasila
................................................................. ...................................................................
......... .........
................................................................. ...................................................................
......... .........
................................................................. ...................................................................
......... .........
................................................................. ...................................................................
......... .........
D. PERAN SERTA DALAM SISTEM POLITIK DI INDONESIA

1. Partisipasi Politik Warga Negara


Istilah partisipai politik diterapkan kepada aktivitas orang dari semua tingkat sistem
politik, misalnya ; pemilih (pemberi suara) berpartisipasi dengan memberikan suaranya;
menteri luar negeri berpartisipasi dalam menetapkan kebijaksanaan luar negerinya, dan
sebagainya.
Dengan demikian, partisipasi politik dapat diartikan penentuan sikap dan keterlibatan
hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya
mendorong individu tersebut berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta
ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.

Fokus Kita :
Dengan partisipasi politik, kita mengacu pada semua aktivitas yang sah oleh semua
warga negara yang kurang lebih langsung dimaksudkan untuk mempengaruhi
pemilihan pejabat pemerintahan dan/ atau tindakan-tindakan yang mereka ambil.

Beberapa pengertian Partisipasi Politik menurut para ahli :


1) Herbert Mc. Closky, dalam “International Encyclopedia of The Social Science”
Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui
mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara
langsung, dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum.
2) Norman H. Nie dan Sidney Verba, dalam “Handbook of Political Science”
Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit
banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara
dan/atau tindakan-tindakan yang diambil oleh mereka.
3) Prof. Miriam Budiardjo, dalam “Dasar-Dasar Ilmu Politik”
Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang dalam partai politik. Partisipasi
politik mencakup semua kegiatan sukarela melalui mana seseorang turut serta dalam
proses pemi-lihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta – secara langsung atau
tak langsung – da-lam pembentukan kebijaksanaan umum.

a. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik


Bentuk-bentuk partisipasi politik yang terjadi diberbagai negara, dapat dibedakan
dalam kegiatan politik yang berbentuk konvensional dan non-konvensional, termasuk
yang mungkin legal (seperti petisi) maupun ilegal, penuh kekerasan, dan revolusioner.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Almond.
KONVENSIONAL NON-KONVENSIONAL

4
 Pemberian Suara (voting)  Pengajuan petisi
 Diskusi politik  Berdemonstrasi
 Kegiatan kampanye  Konfrontasi
 Membentuk dan bergabung  Mogok
dalam kelompok Kepentingan.  Tindak kekerasan politik terhadap harta
 Komunikasi individual dengan benda; perusakan, pemboman, pembaka-ran.
pejabat politik/administratif.  Tindak kekerasan politik terhadap manu-
sia ; penculikan, pembunuhan, perang
gerilya /revolusi.
Dalam hal partisipasi politik, Rousseau menyatakan bahwa hanya melalui partisipasi
seluruh warga negara dalam kehidupan politik secara langsung dan berkelanjutan,
maka negara dapat terikat ke dalam tujuan kebaikan sebagai kehendak bersama.
Berbagai bentuk partisipasi politik tersebut dapat dilihat dari berbagai kegiatan warga
negara yg mencakup antara lain :
a. Terbentuknya organisasi-organisasi politik maupun organisasi masyarakat sebagai
bagian dari kegiatan sosial, sekaligus sebagai penyalur aspirasi rakyat yang ikut
menentukan kebijakan negara.
b. Lahirnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai kontrol sosial maupun
pemberi input terhadap kebijakan pemerintah.
c. Pelaksanaan pemilu yang memberi kesempatan kepada warga negara untuk dipilih
atau memilih, misalnya : berkampanye, menjadi pemilih aktif, menjadi anggota
perwakilan rakyat, menjadi calon presiden yang dipilih langsung, dan sebagainya.
d. Munculnya kelompok-kelompok kontemporer yang memberi warna pada sistem
input dan output kepada pemerintah, misalnya : melalui unjuk rasa, petisi, protets,
demonstrasi, dan sebagainya.

Fokus Kita :
Bentuk-bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran
untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas kehidupan politik,
kepuasan/ketidakpuasan warga negara.
Dari berbagai aktivitas-aktivitas ini, kita bisa melihat keberagaman aktivitas dalam
partisipasi politik. Dalam hal yang paling sederhana hingga yang kompleks, dari bentuk-
bentuk yang mengedepankan kondisi damai sampai tindakan-tindakan kekerasan. Namun
seluruh aktivitas ini termasuk dalam kerangka partisipasi politik, setiap tindakan yang
berhadapan dengan pembuat dan pelaksana lebijakan, dan partisipan terlibat untuk
mempengaruhi jalannya proses tersebut agar sesuai kepentingan dan aspirasinya.
Di tingkat individu, secara lebih spesifik Milbrath M.L. Goel mengidentifikasi tujuh
bentuk partisipasi politik individual:

No Bentuk Partisipasi Uraian / Keterangan


1. Aphatetic Inactives Tidak beraktifitas dan partisipatif, tidak pernah memilih.
2. Passive Supporters Memilih secara reguler/teratur, menghadiri parade patriotik,
membayarseluruh pajak, “mencintai negara”.
3. Contact Specialist Pejabat penghubung lokal (daerah), propinsi dan nasional
dalam maslaah-masalah tertentu.
4. Communicators Mengikuti informasi-informasi politik, terlibat dalam
diskusi-diskusi, menulis surat pada editor surat kabar,
mengirim pesan-pesan dukungan dan protes terhadap

4
pemimpin-pemimpin partai politik.
5. Party and Bekerja untuk partai politik atau kandidat, meyakinkan
Campaign Workers orang lain tentang bagaimana memilih, menghadiri
pertemuan-pertemuan, menyumbang uang pada partai
politik atau kandidat, bergabung dan mendukung partai
politik, dipilih jadi kandidat partai politik.
6. Community Activist Bekerja dengan orang-orang lain berkaitan dengan masalah-
masalah lokal, membentuk kelompok untuk menangani
problem-problem lokal, keanggotaan aktif dalam organisasi-
organisasi kemasyarakatan, melakukan kontak terhadap
pejabat-pejabat berkenaan dengan isu-isu sosial.
7. Protesters Bergabung dengan dmonstrasi-demonstrasi publik di
jalanan, melakukan kerusuhan bila perlu, melakukan protes
keras bila pemerintah melakukan sesuatu yang salah,
menghadapi pertemuan-pertemuan protes, menolak
mematuhi aturan-aturan.

b. Tingkatan Partisipasi Politik


Tingkat-tingkat partisipasi politik, menurut Huntington dan Nelson terbagi dua
kriteria. Pertama, dilihat dari ruang lingkup atau proporsi dari suatu kategori warga
negara yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan partisipasi politik. Kedua,
intensitasnya, atau ukuran, lamanya, dan arti penting dari kegiatan khusus itu bagi sistem
politik.
Hubungan tingkat-tingkat partisipasi nampak dalam hubungan “berbanding terbalik”.
Lingkup partisipasi politik yang besar biasanya terjadi dalam intensitas yang kecil atau
rendah, misal partisipasi dalam pemilihan umum. Sebaliknya jika lingkup partisipasi
rendah atau kecil, maka intensitasnya semakin tinggi. Contoh, kegiatan aktivis-aktivis
partai politik, pejabat partai politik, dan kelompok-kelompok penekan.
Semakin luas ruang lingkup partisipasi politik, maka semakin rendah atau kecil hasil
intensitasnya. Dan sebaliknya, semakin kecil ruang lingkup partisipasi politik, maka
intensitasnya semakin tinggi”. Sebagai contoh, kita lihat piramida partisipasi politik dari
David F. Roth dan Frank L. Wilson (1980).
(Menyimpang)
Pembunuh politik, teroris,
pembajak
Aktivis
Pejabat umum, pejabat parpol
sepenuh waktu, pimpinan kelompok
kepentingan

Petugas kampanye, aktif dalam


Partisipan parpol/kelompok kepentingan, aktif dalam
proyek-proyek sosial

Menghadiri rapat umum, anggota kelompok kepentingan, usaha


meyakinkan orang, memberikan suara dalam pemilu,
mendiskusikan masalah politik, perhatian pada perkembangan
politik.
Pengamat 4

Orang Yang apolitis


Berdasarkan piramida partisipasi politik, bisa ditemukan tentang tingkatan partisipasi
politik memiliki kesusaian. Semakin tinggi tingkat partisipasi politik, semakin tinggi
tingkat intensitasnya, dan semakin kecil luas cakupannya. Sebaliknya, semakin menuju
ke bawah, maka semakin semakin besar lingkup partisipasi politik dan semakin kecil
intensitasnya.
 Tingkatan Pengamat
Pada tingkat pengamat, seperti menghadiri rapat umum, memberikan suara dalam
pemilu, menjadi anggota kelompok kepentingan, mendiskusikan masalah politik,
perhatian pada perkembangan politik, dan usaha meyakinkan orang lain, merupakan
contoh-contoh kegiatan yang banyak dilakukan oleh warga negara, artinya proporsi
atau lingkup jumlah orang yang terlibat di dalamnya tinggi.
Namun tidak demikian dengan intensitas partisipasi politiknya, terutama kalau
dikaitkan dengan arti pentingnya bagi sistem politik, praktik-praktik tersebut
pengaruhnya rendah atau tingkat efektifitasnya dalam mempengaruhi kebijakan yang
dibuat pemerintah, membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup banyak.
 Tingkatan Aktivis
Pada kategori aktivis, para pejabat umum, pejabat partai penuh waktu, pimpinan
kelompok kepentingan merupakan pelaku-pelaku politik yang memiliki intensitas
tinggi dalam berpartisipasi politik. Mereka memili akses yang cukup kuat untuk
melakukan contacting dengan pejabat-pejabat pemerintah, sehingga upaya-upaya
untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan pemerintah menjadi sangat efektif.
Terutam bagi pejabat umum, secara politis mereka memiliki peluang yang cukup
kuat dalam mempengaruhi kebijakan politik yang dibuat pemerintah, bahkan secara
individual bisa mempengaruhi secara langsung. Namun warga negara yang terlibat
dalam praktik-praktik partisipasi politik di tingkatan aktivis jumlahnya terbatas,
hanya diperuntukkan bagi sejumlah kecil orang (terutama elit politik), yang memiliki
kesempatan untuk terlibat dalam proses politik dengan mekanisme dan kekuatan
pengaruh seperti ini.
Kegiatan partisipasi politik ditingkat aktivis bukan saja ditempuh dengan cara-
cara yang formal-prosedural atau mengikuti aturan yang ditetapkan. Dapat juga
ditempuh dengan cara-cara non-formal, tidak mengikuti jalur yang ditetapkan secara
hukum, bahkan sampai tindakan kekerasan. Tindakan yang dilakukan bisa berupa
pembunuhan, tindakan-tindakan terorisme nasional dan internasional, dan
pembajakan.
Tingkatan atau hierarki yang terdapat pada parisipasi politik, sangat tergantung
dari akibat yang disebabkannya terhadap sistem politik. Tingkatan partisipasi politik
ini disampaikan sebagai berikut:
a. Menduduki jabatan politik atau administratif.
b. Mencari jabatan politik atau administratif.

4
c. Keanggotaan aktif suatu organisasi politik.
d. Keanggotaan pasif suatu organisasi politik.
e. Keanggotan aktif suatu organisasi semu politik (quasi-political ).
f. Keanggotan pasif suatu organisasi semu politik (quasi-political ).
g. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya.
h. Partisipasi dalam diskusi politik informal minat dalam bidang politik.
i. Voting (pemberian suara).

Fokus Kita :
Tingkatan partisipasi politik, mencerminkan kapasitas partisipan dalam
berpartisipasi politik. Semakin tinggi tingkatan yang ditempati oleh seseorang
atau sekelompok orang, maka semakin tinggi pula tingkatan parisipasi politiknya.
Namun tidak demikian dengan lingkup partisipasi politiknya, semakin tinggi
malah semakin sedikit, artinya semkain mengerucut pada jumlah orang tertentu.
Voting merupakan tingkatan partisipasi politik terendah, yang membedakan satu
tingkat di atas orang yang apatis total, sementara di atasnya terdapat orang atau
sekelompok orang yang sering terlibat dalam diskusi-diskusi politik informal, yang
dalam lingkup atau proporsinya lebih rendah namun intensitasnya lebih tinggi. Posisi
puncak diduduki oleh warga negara yang menduduki jabatan politik atau
administratif, maka terseleksi dengan cukup ketat sehingga jumlahnya relatif sedikit
namun memiliki posisi yang cukup kuat untuk terlibat lebih jauh dalam proses-proses
politik dan aktivitas-aktivitas tersebut memiliki akibat yang cukup kuat terhadap
sistem politik.

Bonus Info Kewarganegaraan

HIRARKI
Menduduki PARTISIPASI
jabatan POLITIK
politik atau administratif
Menurut THALHA HI ABU
Mencari jabatan politik atau administratif
Keanggotaan aktif suatu organisasi politik
Keanggotaan pasif suatu organisasi politik
Keanggotaan aktif organisasi semu politik
Keanggotaan pasif organisasi semu politik
Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dsb.
Partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam
politik
Voting (pemberian suara)

Apatis total (masa bodoh)

c. Sebab-sebab Timbulnya Gerakan Partisipasi Politik

4
Menurut Myron Weiner, bahwa paling tidak terdapat 5 (lima) hal yang dapat
menyebabkan timbulnya gerakan ke arah partisipasi yang lebih luas dalam proses politik
antara lain :
a. Modernisasi
Sejalan dengan berkembangnya industrialisasi, perbaikan pendidikan dan media
komunikasi massa, maka pada sebagian penduduk yang merasakan terjadinya
perubahan nasib akan menuntut berperan dalam kekuasaan politik.
b. Perubahan-perubahan Struktur Kelas Sosial
Salah satu dampak modernisasi adalah munculnya kelas pekerja baru dan kela
menengah yang semakin meluas, sehingga mereka merasa berkepntingan untuk
berpartisipasi secara politik dalam pembuatan keputusan politik.
c. Pengaruh Kaum Intelektual dan Komunikasi Massa Modern
Kaum intelektual (sarjana, pengarang, wartawan dan sebagainya) melalui ide-idenya
kepada masyarakat umum dapat membangkitkan tuntutan akan idenya kepad
masyarakat umum dapat membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa dalam
pembuatan keputusan politik. Demikian juga berkembangnya sarana transportasi dan
komunikasi modern mampu mempercepat penyebaran ide-ide baru.
d. Konflik diantara Kelompok-kelompok Pemimpin Politik
Para pemimpin politik berkompetisi merebutkan kekuasaan. Sesungguhnya apa yang
mereka lakukan adalah dalam rangka mencari dukungan rakyat. Berbagai upaya yang
mereka lakukan untuk memperjuangkan ide-ide partiipasi massa dapat menimbulkan
gerakan-gerakan yang menuntut agar “hak-haknya” terpenuhi.
e. Keterlibatan Pemerintah yang Meluas dalam Urusan Sosial., Ekonomi, dan
Kebudayaan.
Perluasan kegiatan pemerintah dalam berbagai bidang membawa konsekuensi adanya
tindakan-tindakan yang semakin menyusup ke segala segi kehidupan rakyat. Ruang
lingkup aktivitas atau tindakan pemerintah yang semakin luas mendorong timbulnya
tuntutan-tuntutan yang terorganasir untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan
politik.

4. Faktor-faktor Pendukung Partisipasi Politik


a. Pendidikan Politik
Menurut Ramdlon Naning, Pendidikan politik adalah usaha untuk
memasyarakatkan politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat,
meningkatkan kesadaran setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; serta meningkatkan kepekaan dan kesadaran rakyat terhadap hak,
kewajiban dan tanggungjawabnya terhadap bangsa dan negara.
Sedangkan dalam pandangan Alfian, Pendidikan politik dapat diartikan sebagai
usaha yang sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga
mereka memahami dan menghayati betul-betul nilai-nilai yang terkandung dalam
suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. Hasil dari penghayatan itu
akan melahirkan sikap dan tingkah laku politik baru yang mendukung sistem politik
yang ideal itu, dan bersamaan dengan itu lahir pulalah kebudayaan politik baru.

Fokus Kita :
Pendidikan politik sebenarnya dimaksudkan untuk mewujudkan atau setidak-
tidaknya menyiapkan kader-kader yang dapat diandalkan untuk memenuhi
harapan masyarakat luas, dalam arti yang benar-benar memahami semangat
yang terkandung di dalam perjuangan sebagai kader bangsa. 4
Melalui pendidikan politik, diharapkan kader-kader anggota partai politik tersebut
akan memperoleh manfaat atau kegunaan :
1) Dapat memperluas pemahaman, penghayatan dan wawasan terhadap masalah-
masalah atau isu-isu yang bersifat politis.
2) Mampu meningkatkan kualitas diri dalam berpolitik dan berbudaya politik sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Lebih meningkatkan kualitas kesadaran politik rakyat menuju peran aktif dan
partisipasinya terhadap pembangunan politik bangsa secara keseluruhan.

Bonus Info Kewarganegaraan


Agar pendidikan politik dapat berjalan dengan baik, maka salah satu kuncinya
adalah dengan menamkan disiplin yang benar kepada anak, mulai dari pemupukan
disiplin pribadi yang dinamis dan pemberian keteladanan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan disiplin sosial dan disiplin nasional yang positif dan kuat.
Dengan menanamkan dasar landasan kepribadian yang sehat sejak dini, secara
tidak langsung telah meletakkan dasar bagi pendidikan politik masyarakat dan
pembentukan kader bangsa (generasi muda / penerus), yang selanjutnya secara
mutlak diperlukan dalam mempertahankan eksistensi dan untuk menjaminn
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sasaran pendidikan politik adalah orang dewasa, dan lebih diutamakan Generasi
Muda yang memiliki potensi sebagai generasi penerus bangsa. Adapun potensi-
potensi yang dimiliki generasi muda, antara lain :
1. Memiliki idealisme dan daya kritis
2. Memiliki dinamika dan kreatifitas
3. Mempunyai keberanian mengambil resiko
4. Bersifat optimis dan memiliki kegairahan semangat
5. Memiliki sikap kemandirian dan disiplin murni (self disipline)
6. Terdidik dan terpelajar
7. Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan bangsa
8. Patriotisme dan nasionalisme yang tinggi
9. Fisik (jasmani) kuat dan jumlahnya banyak
10. Mempunyai sikap kesatria
11. Memiliki kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi.

b. Kesadaran Politik
Menurut Drs. M. Taopan, kesadaran politik adalah suatu proses batin yang
menampakkan keinsafan dari setiap warga negara akan urgensi (hal terpenting)
urusan kenegaraan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kesadaran politik
atau keinsafan hidup bernegara menjadi penting dalam kehidupan kenegaraan,

4
mengingat tugas-tugas negara bersifat menyeluruh dan kompleks sehingga tanpa
dukungan positif dari seluruh warga masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang
terbengkelai.

Fokus Kita :
Tingkat kesadaran politik masyarakat tidaklah sama, sangat tergantung pada
latar belakang pendidikannya. Kaum elit dan kelompok menengah, nampak
relatif lebih baik. Sedangkan kelompok masyarakat yang tingkat pendidikannya
rendah, diperlukan pembinaan yang intensif.

Di negara berkembang khususnya di Indonesia, masyarakat yang hidup di


pedesaan (lk. 70%) dan yang di perkotaan (lk.30%) menuntut penanganan sungguh-
sungguh dari aparat pemerintah atau penguasa setempat. Masyarakat pedesaan yang
secara kuantitatif jauh lebih besar, sangat minim dalam hal kesadaran berpolitik
sehingga berdampak pada kehidupan politik nasional. Hal ini jelas akan berpengaruh
terhadap kemajuan pembangunan nasioanl di segala bidang. Dalam hal kesadaran
politik masyarakat, Drs. Arbi Sanit antara lain menyatakan “ …. Sekalipun sudah
bangkit kesadaran nasional dan meningkatnya aktivitas kehdiupan politik di tingkat
pedesaan, namun masyarakat tani masih belum terkait secara aktif kepada
pemerintah nasional dalam hubungan timbal balik yg aktif dan responsif. Hubungan
yang ada baru bersi-fat berat sebelah, yaitu dari atas ke bawah …. “
Bila dihubungkan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara, maka partisipasi politik merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan sebagai wujud tanggung jawab negara yang berkesadaran politik tinggi dan baik. Secara teknis operasional,
partisipasi politik anggota masyarakat dapat dilaksanakan dengan cara-cara seperti nampak pada matrik di bawah ini.

No Bidang Implementasi Partisipasi politik


1. Politik Setiap warga negara dapat ikut serta secara langsung ataupun
tidak langsung dalam kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Ikut memilih dalam pemilihan umum,
b. Menjadi anggota aktif dalam partai politik, kelompok
penekan (presure group), maupun kelompok kepentingan
tertentu.
c. Duduk dalam lembaga politik, seperti MPR, Presiden,
DPR, Menteri, dan sebagainya,
d. Mengadakan komunikasi (dialog) dengan wakil-wakil
rakyat,
e. Berkampanye, menghadiri kelompok diskusi, dan lain-
lain.
f. Mempengaruhi para pembuat keputusan sehingga produk-
produk yang dihasilkan/dikeluarkan sesuai dengan aspirasi
atau kepentingan masyarakat.
2. Ekonomi Setiap warga negara dapat ikut serta secara aktif dalam
kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Menciptakan sektor-sektor ekonomi yang produktif baik
dalam bentuk jasa, barang, transportasi, komunikasi, dan
sebagainya.
b. Melalui keahlian masing-masing, dapat menciptakan
produk-produk unggulan yang inovatif, kreatif dan
kompetititf dari pada produk luar.
c. Kesadaran untuk membayar pajak secara teratur demi

4
kesejahteeraan dan kemajuan bersama.
3. Sosial- Setiap warga negara dapat mengikuti kegiatan-kegiatan antara
Budaya lain :
a. Sebagai pelajar atau mahasiswa, harus dapat menunjukkan
prestasi belajar yang tinggi.
b. Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar
hukum , seperti misalnya tawuran, narkoba, merampok,
berjudi, dan sebagainya.
c. Profesional dalam bidang pekerjaannya, disiplin, dan
produktivitas tinggi untuk menunjang keberhasilan
pembangunan nasional.
4. Hankam Setiap warga negara dapat ikut serta secara aktif dalam
kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Bela negara dalam arti luas, sesuai dengan kemampuan
dan profesinya masing-masing.
b. Senantiasa memelihara ketertiban dan keamanan wilayah
atau lingkungan tempat tinggalnya.
c. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa demi tetap
tegak negara republik Indonesia.
d. Menjaga stabilitas dan kemanan nasional agar pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan sesuai dengan rencana.

Kebalikan dari partisipasi politik adalah sikap apatis. Seseorang dinamakan apatis
(secara politis), jika dia tidak mau ikut serta dalam berbagai kegiatan politik
kenegaraan di berbagai bidang kehidupan seperti tersebut di atas. Dengan demikian
sesungguhnya kegiatan-kegiatan pendidikan politik, kesadaran politik, dan
partisipasi politik masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan perlu terus
didorong dan ditingkatkan demi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan nasional.

c. Sosialisasi Politik
Studi tentang sosialisasi politik, telah menjadi bidang kajian yang sangat menarik
akhir-akhir ini. Ada dua alasan yang melaterbelakangi sehingga sosialisasi politik
menjadi kajian tersendiri dalam politik kenegaraan.
Pertama : Sosialisasi politik dapat berfungsi untuk memelihara suatu sistem, yaitu
agar stabilitas berjalan dengan baik dan positif. Dengan demikian
sosialisasi merupakan alat agar individu sadar dan merasa cocok dengan
sistem serta kultur (budaya) politik yang ada.
Kedua : Sosialisasi politik ingin menunjukkan relevansinya dengan sistem politik
dan data mengenai orientasi anak-anak terhadap kultur politik orang
dewasa, dan pelaksana-annya di masa mendatang mengenai sistem politik.

Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses


dengan jalan mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada
politik. Adapun alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi
politik, antara lain :
1) Keluarga (family)

4
Wadah penanaman (sosialisasi) nilai-nilai politik yang paling efisien dan
efektif adalah di dalam keluarga. Di mulai dari keluarga inilah antara orang tua
dengan anak, sering terjadi “obrolan” politik ringan tentang segala hal, sehingga
tanpa disadari terjadi tranfer pengetahuan dan nilai-nilai politik tertentu yang
diserap oleh si anak.
2) Sekolah
Di sekolah melalui pelajaran civics education (pendidikan kewarganegaraan),
siswa dan gurunya saling bertukar informasi dan berinteraksi dalam membahas
topik-topik tertentu yang mengandung nilai-nilai politik teoritis maupun praktis.
Dengan demikian, siswa telah memperoleh pengetahuan awal tentang kehidupan
berpolitik secara dini dan nilai-nilai politik yang benar dari sudut pandang
akademis.
3) Partai Politik
Salah satu fungsi dari partai politik adalah dapat memainkan peran sebagai
sosialisasi politik. Ini berarti partai politik tersebut setelah merekrut anggota kader
maupun simpati-sannya secara periodik maupun pada saat kampanye, mampu
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Partai politik harus mampu men-ciptakan “image” memperjuangkan
kepentingan umum, agar mendapat dukungan luas dari masyarakat dan senantiasa
dapat memenangkan pemilu.

Penugasan Praktik Kewarganegaraan 5


Setelah mempelajari materi-materi tentang : Partisipasi Politik (Pengertian, Bemtuk-
bentuknya, Tingkatan, Sebab-sebab Timbulnya Gerakan Partisipasi Politik) Faktor-
faktor Pendukung Partisipasi Politik (Pendidikan Politik, Kesadaran Politik),
dilanjutkan Penugasan dengan menjawab pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut
:
1. Berikan penjelasan singkat tentang bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut :
Bentuk
No Partisipas Uraian Singkat
i
......................................................................................................
Passive ..............
1.
Support
......................................................................................................
..............
......................................................................................................
Contact ..............
2.
Specialist
......................................................................................................
..............
......................................................................................................
Communit ..............
3.
y Activist
......................................................................................................
..............

4
2. Berikan penjelasan pentingnya partisipasi politik warga negara di dalam sistem
politik negara Indonesia !
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
......................................
Berikan 2 (dua)
KESIMPULAN contoh yang anda
E
ketahui : ................................................................................
.........................................................................................................................................
Sistem dapat diartikan sebagai kumpulan fakta-fakta, pendapat-pendapat,
...................
kepercayaan-kepercayaan dan lain-lain yang disusun dalam suatu cara yang teratur;
seperti sistem filsafat. Ada juga yang mengartikan bahwa sistem selalui dimulai dari
3.suatu
Tingkatan
tempat Partisipasi
dan diakhiripolitik di tempat menurut David F. Roth dan Frank L. Wilson mencakup
lain pula.
hal – hal berikut. Beri penjelasan singkat !
Pengertian sistem politik secara sederhana dapat dikatakan sebagai interaksi yang
diabstrasikanAktivis dari seluruh tingkah lakuPartisipan masyarakat di dalam negaranya. Pengamat Sedangkan
macam-macamnya, ada yang otoriter,
......................................... anarkis, demokrasi, dan.........................................
............................................ sebagainya.
...... politik yang diterapkan
Sistem ...... di setiap negara, terdapat ...... perbedaan-perbadaan
.........................................
mendasar yang sangat dipengaruhi ............................................
oleh ideologi atau sejarah .........................................
terbentuknya negara
...... Oleh sebab itu, kita......
tersebut hendaknya dalam menghadapi ...... negara lain harus
......................................... ............................................ .........................................
proporsional.
...... ...... ......
Pada setiap sistem politik negara-negara dunia, akan selalu dijumpai adanya struktur
......................................... ............................................ .........................................
politik. Struktur politik di dalam suatu negara, adalah pelembagaan hubungan
...... ...... ......
organisasi antara komponen-komponen yang membentuk bangunan politik. Struktur
politik sebagai bagian dari struktur yang pada umumnya berlaku di setiap negara,
4.meliputi
Berikandua tanggapan
struktur penjelasan,
kehidupan pentingnya pendidikan politik warga Politiknegara dalam
politik yakni ; Infra Struktur dan Supra
sistem Politik. politik negara Indonesia dan berikan
Struktur
contohnya ! .....................................................................
Di.........................................................................................................................................
dalam kehidupan politik rakyat terdapat “kekuatan sosial politik masyarakat” yang
merupakan kekuatan politik riil yang disebut “infra struktur politik”. Infra struktur
...................
politk, mencakup 5 (lima) komponen sebagai berikut : a) partai politik (political
.........................................................................................................................................
party), b) kelompok kepentingan (interest group), c) kelompok penekan (pressure
...................
group), d) media komunikasi politik (political communication media), dan e) tokoh
5.politik
Berikan (political figure).
penjelasan singkat sebab-sebab timbulnya gerakan partisipasi politik dalam
Supra struktur politik (elit berikut
proses politik masyarakat ini !
pemerintah), merupakan mesin politik resmi di suatu
negaraPerubahan
sebagai penggerak
Strukturpolitik Kelas Sosialformal, danKelompok-kelompok
akan bersinggungan dengan Pemimpin lembaga-
Politik
lembaga negara yang ada, fungsi dan wewenang/kekuasaan antara lembaga yang satu
.................................................................
dengan lainnya. Suasana ini pada umumnya dapat ...................................................................
diketahui di dalam konstitusi atau
.........
undang-undang dasar dan peraturan perundangan-undangan ....... suatu negara.
................................................................. ...................................................................
Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda,
......... ....... oleh sebab itu untuk mempelajari
proses politik yang ada pada suatu negara diperlukan beberapa pendelatan antara lain :
................................................................. ...................................................................
pendekatan
......... sejarah, sosiologis, kultur/budaya, .......psycho-sosial/kejiwaan masyarakat,
filsafat, idelogi dan konstitusi/hukum yang diberlakukan. Sebagai contoh yang
................................................................. ...................................................................
mewakili
......... barat/liberal (negara Inggris), komunis (cina), dan negara Indonesia.
.......
.................................................................
Sistem politik demokrasi Pancasila, mengajarkan ...................................................................
kepada bangsa Indonesia agar dalam
menyelesaikan berbagai masalah diupayakan .......
......... menggunakan pendekatan musyawarah
mufakat, karena hal tersebut sebagai bagian dari implementasi prinsip-prinsip
demokrasi Pancasila yang dalam praktik kehidupan sehari lebih mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat.
Partisipai politik merupakan penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu
dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu
tersebut berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam
setiap pertang-gungjawaban bersama.
Suksesnya kegiatan kalender politik kenegaraan adalah apabila setiap warganya5
memiliki tingkat partispasi dan kesadaran politik yang baik. Karena hal tersebut,
merupakan penentuan sikap dan keterlibatan hasrat individu dalam situasi dan kondisi
LATIHAN UJI KOMPETENSI

A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar !

1. Ciri utama dari sebuah sistem adalah 6. Salah satu bentuk partisipasi politik
berupa …. dalam bentuk non konvensional, adalah
a. kumpulan sejumlah fakta-fakta ….
b. proses penentuan dan pelaksanaan a. pemberian suara
c. kumpulan pendapat-pendapat ahli b. diskusi politik
d. wujud suatu kebulatan yang utuh c. membentuk kelompok kepentingan
e. seluruh yang komplek dan utuh d. mogok makan
e. komunikasi dengan pejabat politik
2. Kegiatan politik biasanya lebih banyak
dilaksanakan atau diimplementasikan 7. Aspek formal sistem demokrasi
untuk kepentingan …. Pancasila, dapat dilihat dalam bentuk
a. pribadi/perseorangan ….
b. organisasi kemasyarakatan a. pelaksanaan pemilu
c. partai politik semata b. asas kekeluargaan
d. organisasi profesional c. asas musyawarah
e. bangsa dan negara d. musyawarah mufakat
e. pengambilan keputusan
3. Penerapan sistem politik di dalam suatu
negara, harus bersifat …. 8. Demokrasi rakyat yang diterapkan di
a. memaksa untuk mengikat negara-negara komunis (Cina) pada
masyarakat umumnya, yakni mencita-citakan ….
b. memaksa agar semua orang a. pengekangan kebebasan individu
mematuhinya b. masyarakat tanpa kelas sosial
c. sukarela untuk menarik masyarakat c. melarang kebebasan beragama
d. memaksa agar negara memiliki d. kaum proletar yang berkuasa
wibawa e. masyarakat tanpa keteraturan
e. sukarela guna mencari simpati 9. Salah satu tujuan perlunya masyarakat
masyarakat memiliki partisipasi politik di dalam
4. Menurut Almond dan Powell, sistem negaranya yaitu …
politik dapat dikategorikan antara lain a. untuk mempengaruhi pemilihan
sebagai berikut : …. pejabat publik/pemerintahan
a. primitif, anarki dan modern b. melaksanakan kewajiban sebagai
b. tradisional, modern & demokrasi warga negara yang bertanggung
c. primitif, tradisional dan modern jawab
d. modern, tatoliter dan demokrasi c. mewujudkan sistem politik yang
e. tradisional, totaliter dan demokrasi berbasis pada perwakilan rakyat
d. untuk mengawasi sekaligus
5. Salah satu indikator kuatnya sebuah
mengontrol setiap peraturan yang
sistem politik demokrasi di suatu negara
ada
adalah ….
e. mengadakan pengawasan terhadap
a. mempunyai tujuan yang jelas
setiap keputusan pemerintah
b. adanya komunikasi politik yang baik
c. pemimpinnya bukan dari militer 10. Suatu aktivitas seseorang/ sekelompok
d. bersumber pada kehendak rakyat orang untuk belajar tentang politik dan
e. peran sipil lebih dominan mengembangkan orientasi politiknya

5
secara aktif dalam kehidupan politik c. Dinamika politik
dinamakan … . d. Sosialisasi politik
a. Sistem politik e. Komunikasi politik
b. Partisipasi politik
B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Rumuskan kembali dari berbagai sumber yang dimaksud dengan sistem politik !
2. Jelaskan mengapa penerapan sistem politik di dalam suatu negara harus dipaksakan !
3. Berikan penjelasan, ciri-ciri umum sistem politik menurut Almond !
4. Jelaskan dengan memberi alasan, mengapa sistem politik pada negara-negara komunis
bersifat totaliter !
5. Apa yang dimaksud “legitimasi” dalam salah satu ciri sistem politik demokrasi menurut
Bingham Powel, Jr. ?
6. Dalam hal penerapan, jelaskan perbedaan orientasi tujuan partai politik di Indonesia pada
masa orde baru dan era reforamsi !
7. Jelaskan perbedaan tingkatan politik menurut pendapat David F. Roth dan Frank L.
Wilson, yaitu aktivis dan pengamat !
8. Pada akhir abad 20-an, gerakan partisipasi politik di Indonesia semakin meningkat,
berikan alasan penjelasannya !
9. Berikan penjelasan tentang pentingnya “pendidikan politik ! dalam kegiatan partisipai
politik di Indonesia !
10. Berikan masing-maing 2 (dua) contoh wujud sosialisasi politik baik di dalam keluarga,
sekolah maupun melalui partai politik !

C. Studi Kasus
PARTAI POLITIK ALAMI KRISIS,
DAYA ARTIKULASI MENURUN

Setelah pemilu (2004), daya artikulasi partai politik menurun. Tidak heran jika
sekarang kekuatan di luar negara muncul dengan kekuatan yang lebih kentara. Kondisi ini
memperlihatkan betapa partai politik sekarang mengalami krisis. Hal ini disampaikan oleh
pengamat Fachry Ali dalam diskusi tentang sikap partai politik terhadap masalah diplomasi
pertahanan dan keamanan nasional yang diselenggarakan Majelis Pakar Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) di Jakarta, Kamis 4 Mei 2006.
Menurut Fachry, partai politik memang sudah bisa menerima hasil pemilu. Namun,
pemerintah yang terpilih tidak mampu membuatg koalisi nasional secara besar-besaran.
“Problemnya, presiden terpilih yang berasal dari partai kecil akan bermasalah ketika
berhadapan dengan parlemen. Untungnya ada Jusuf Kalla, yang berhasil menguasai Golkar
sehingga bisa membuat stabilitas politik lebih kuat di parlemen,” ujarnya.
Sayangnya, partai seperti PPP hampir tidak bersuara pada kebijakan pemerintah dan
rakyat. Bahkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang sudah menempatkan
diri sebagai oposisi, tidak punya kepandaian menangkap esensi persoalan. Mereka tidak

5
punya kemampuan meluncurkan persoalan pada saat yang tepat. “Jadinya, fungsi oposisi
hampir tidak berjalan, dan yang dilakukan hanya hal-hal kecil. Padahal, PDIP potensial
tampil berhadapan dengan pemerintah, ujarnya.
Sumber : Harian Kompas, 5/5/2006

Tagihan Tugas :
1. Setelah disimak dan baca baik-baik, jelaskan kembali apa telah ditulis sesuai dengan
persepsi yang ada dibenak anda !
2. Berikan beberapa penjelasan indikasi tentang terjadinya “krisis” dan “menurunnya daya
artikulasi” partai politik di Indonesia pasca pemilu 2004 !
3. Jelaskan dengan memberi alasan, mengapa partai politik sebesar PPP dan PDIP kurang
mampu menangkap esensi persoalan bangsa dan negara dalam memberi usulan-usalan
konstruktif kepada pemerintah !
4. Tentukan langkah-langkah konkrit upaya-upaya dalam membangun artikulasi partai
politik guna meningkatkan kinerja di parlemen !
5. Berikan usulan konkrit, apa yang harus anda lakukan guna meningkatkan kinerja
pemerintah dengan mitra kerjanya parlemen :
a. Sebagai salah satu kelompok kepentingan !
b. Sebagai ketua suatu partai politik !
c. Sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat !
d. Sebagai Presiden Republik Indonesia !

D. Inquiri (Tugas Kelompok)


Carilah referensi dari berbagai sumber untuk mengkaji ulang tentang rumusan dan penerapan
sistem politik demokrasi Pancasila (berikut gambar-gambar pendukungnya) yang berkaitan
dengan tata cara pengambilan keputusan !
1. Pahami kembali tentang rumusan “demokrasi Pancasila ”, dan buatlah skenario (simulasi
atau role play) wujud demokrasi Pancasila dalam pengambilan keputusan di sekolah !
2. Carilah topik-topik dari berbagai sumber (mass media cetak atau elektronik) sekitar
pelaksanaan sistem politik demokrasi Pancasila (cara pengambilan keputusan),
3. Kemudian lakukan demonstrasi dalam bentuk simulasi atau role play di dalam kelas !

5
5

You might also like