You are on page 1of 55

BAB II

BUDAYA DEMOKRASI MENUJU


MASYARAKAT MADANI

Standar Kompetensi:
B. Menganalisis budaya demokrasi menuju masyarakat madani.

Kompetensi Dasar:
2.1. Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi.
2.2. Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani.
2.3. Menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orde lama, orde baru dan
reformasi.
2.4. Menampilkan perilaku budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.

A. PENDAHULUAN

------------------------------- ada gambar tentang kehidupan masyarakat yang tertib, teratur,


sejahtera dan damai --------------------------

Perkembangan istilah ”demokrasi” sebagai sistem politik negara, merupakan suatu


bentuk tandingan bagi bentuk pemerintahan lama yang bersifat totaliter atau otokratis dan
yang otoriter. Sebagaimana kita ketahui, bahwa pemerintahan demokrasi dihasilkan oleh
ahli-ahli politik/ketatanegaraan sebagai jawaban atau jalan keluar untuk mengatasi kemelut
yang dialami oleh masyarakat selama ini telah ”dipaksa” menerima nilai-nilai dan sikap dan
perilaku budaya yang otoriter (monarkhi/feodalis). Dalam banyak pengalaman negara yang
menerapkan sistem politik otoriter, rakyat hanya dijadikan obyek pelaksanaan kekuasaan
yang pada akhirnya mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat banyak.
Dewasa ini, hampir semua negara-negara di dunia menamakan sistem politiknya dengan
“negara demokrasi”. Namun demikian tidak semua negara mampu menterjemahkan kata
demokrasi yang sejalan dengan kata perlindungan terhadap hak asasi manusia, menjunjung
tinggi hukum, tunduk terhadap kemauan orang banyak tanpa mengabaikan hak golongan
kecil, agar tidak timbul diktatur mayoritas. Demokrasi sebagai bagian budaya dari sistem
politik suatu negara akan menjadi kuat, jika bersumber pada “kehendak rakyat” dan
bertujuan untuk mencapai kebaikan atau kemaslahatan bersama.
Kata demokrasi akan selalu berkaitan dengan persoalan perwakilan kehendak rakyat.
Sehingga dalam perkembangannya, ada yang menggantikan istilah demokrasi dengan
republiken atau partisipatori untuk menekankan peranan warga negara dalam proses
pembuatan keputusan dan untuk menyarankan agar peranan tersebut diperkuat. Dan dalam
perkembangannya, untuk lebih memperkuat peranan warga negara dalam proses
pengambilan keputusan dalam bidang lain, maka timbul istilah : demokrasi ekonomi,
demokrasi kebudayaan dan bahkan demokrasi menjadi sikap hidup, sehingga akan
mencakup segala bidang kehidupan.
Paham demokrasi yang menekankan pada pemerintahan rakyat, mengandung arti bahwa
kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Dengan demikian, perlu kita pahami bahwa istilah
demokrasi bertolak dari suatu pola pikir bahwa manusia diperlakukan dan ditempatkan
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan. Keinginan, aspirasi, dan

1
pendapat individu dihargai, dan mereka diberikan hak untuk menyampaikan keinginan,
aspirasi, harapan dan pendapatnya. Salah satu hak asasi manusia adalah kebebasan untuk
mengejar kebenaran, keadilan, dan kebahagiaan. Kebebasan dan keadilan ini melandasi
keinginan ide atau gagasan dalam budaya demokrasi suatu bangsa.
A. PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI

1. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “demokratia” terdiri dari
dua kata, demos = rakyat dan kratos/kratein = kekuatan/pemerintahan. Secara harafiah,
demokrasi berarti kekuatan rakyat atau suatu bentuk pemerintahan negara dengan rakyat
sebagai pemegang kedaulatannya. Dalam konteks budaya demokrasi, maka rakyat
berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi anutan atau dipedomani akan mampu
diterapkan dalam praktik-praktik kehidupan demokratis yang tidak hanya dalam pengertian
politik saja, akan tetapi mampu diterjemahkan dalam berbagai bidang kehidupan. Menurut
Wakil Presiden RI yang pertama Mohammad Hatta disebutnya sebagai sebuah pergeseran
dan penggantian dari kedaulatan raja menjadi kedaulatan rakyat.
Pandangam-pandangan tentang pengertian demokrasi telah banyak dikaji oleh para ahli
meskipun terdapat perbedaan, namun pada dasarnya mempunyai kesamaan prinsip yaitu
sebagai berikut :
a. Abraham Lincoln (Presiden Amerika ke-16)
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
b. Giovanni Sartori
Memandang demokrasi sebagai suatu sistem di mana tak seorangpun dapat memilih
dirinya sendiri, tak seorangpun dapat menginvestasikan dia dengan kekuasaannya,
kemudian tidak dapat juga untuk merebut dari kekuasaan lain dengan cara-cara tak
terbatas dan tanpa syarat.
c. Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila
Demokrasi adalah suatu pola pemerintahan dalam mana kekuasaan untuk memerintah
berasal dari mereka yang diperintah. Atau : Demokrasi adalah pola pemerintahan yang
mengikutertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam keputusan yang diambil
oleh mereka yang berwenang. Maka legitimasi pemerintah adalah kemauan rakyat yang
memilih dan mengontrolnya. Rakyat memilih wakil-wakilnya dengan bebas dan melalui
mereka ini pemerintahannya. Di samping itu, dalam negara dengan penduduk jutaan,
para warga negara mengambil bagian juga dalam pemerintahan melalui persetujuan dan
kritik yang dapat diutarakan dengan bebas khususnya dalam media massa.
d. International Commision of Jurist (ICJ)
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-
keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih
oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang
bebas.
e. Diamond dan Lipset
Mendefiniskan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan yang memenuhi tiga syarat
pokok, yaitu :
 Kompetisi yang sungguh-sungguh dan meluas diantara individu-individu dan
kelompok-kelompok organisasi (terutama partai politik) untuk memperebutkan
jabatan-jabatan pemetintahan yang memiliki kekuasaan efektif, pada jangka waktu
yang reguler dan tidak melibatkan penggunaan daya paksa;

2
 Partisipasi politik yang melibatkan sebanyak mungkin warga negara dalam pemilihan
pemimpin atau kebijakan, paling tidak melalui pemilihan umum yang
diselenggarakan secara reguler dan adil, sedemikian rupa sehingga tidak satupun
kelompok sosial (warga negara dewasa) yang dikecualikan;
 Suatu tingkat kebebasan sipil dan politik, yaitu kebebasan berbicara, kebebasan pers,
kebebasan untuk membentuk dan bergabung ke dalam organisasi yang cukup untuk
menjamin integratis kompetisi dan partisipasi politik

Fokus Kita :
Demokrasi secara sederhana berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Dalam pengertian yang lebih kompleks, demokrasi berarti suatu sistem
pemerintahan yang mengabdi kepada kepentingan rakyat dengan tanpa memandang
partisipasi mereka dalam kehidupan politik, sementara pengisian jabatan-jabatan
publik dilakukan dengan dukungan suara rakyat dan mereka memiliki hak untuk
memilih dan dipilih.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, kiranya dapat dipahami bahwa di dalam negara
yang menganut sistem politik demokrasi maka negara/pemerintah senantiasa harus
mengingat kehendak dan keinginan rakyat. Jadi, tiap-tiap tindakan dalam melaksanakan
kekuasaan negara tidak bertentangan dengan kehendak dan kepentingan rakyat, dan sedapat
mungkin berusaha memenuhi segala keinginan rakyat.
Menurut Hans Kelsen, pada dasarnya demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan
untuk rakyat. Jadi, dalam perkembangan demokrasi dewasa ini dapat kita peroleh gambaran
sebagai berikut :
a. Yang melakukan kekuasaaan negara demokrasi adalah wakil-wakil yang terpilih, dimana
rakyat yakin bahwa segala kehendak dan kepentingannnya akan diperhatikan oleh wakil
rakyat dalam melaksanakan kekuasaan negara.
b. Cara melaksanakan kekuasaan negara demokrasi ialah senantiasa mengingat kehendak
dan keinginan rakyat.
c. Menyelesaikan setiap konflik secara damai melalui dialog yang terbuka mmelalui cara
kompromi, konsensus, kerjasama dan dukungan, baik memanfaatkan lembaga maupun
sarana komunikasi sosial.
Dalam sistem demokrasi posisi rakyat adalah sederajat dihadapan hukum dan
pemerintahan. Rakyat memiliki kedaulatan yang sama, baik itu kesempatan untuk memilih
atau pun dipilih. Tidak ada pihak lain yang berhak mengatur dirinya selain dirinya sendiri.
Hanya saja, sebagaimana diakui bersama oleh para ilmuwan politik, bahwa ciri utama sistem
demokrasi adalah berlakunya dan bisa tegaknya hukum dimasyarakat. Jika hukum tidak
berlaku, maka yang terjadi bukanlah demokrasi tetapi anarkhi.
Oleh karena itu, ciri utama dari sistem demokrasi adalah a) adalah tegaknya hukum
dimasyarakat (law enforcement), dan (b) diakuinya hak-hak asasi manusia (HAM) oleh
setiap anggota masyarakat tersebut. Dengan dua pilar ini, maka pola hubungan yang lainnya
akan turut terwarnai sebagai sebuah sistem sosial menuju sebuah masyarakat yang lebih
tertib berdasarkan hukum. Demokrasi dapat terwujud karena adanya proses yang dinamis
dalam kehidupan rakyat yang berdaulat. Namun motivasi utama yang mendorong proses itu
adalah keberanian moral. Tanpa keberanian moral dalam arti menyelaraskan nilai-nilai
moral termasuk di dalamnya keadilan dan kebenaran, maka proses itu akan tersumbat.
Demokrasi tidak akan efektif dan lestari tanpa substansi yang berujud ”jiwa, budaya atau
ideologi” yang mewarnai pengorganisasian berbagai elemen politik seperti partai politik,
lembaga-lembaga pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan. Kelestarian demokrasi

3
memerlukan partisipasi rakyat yang bersepakat mengenai makna dan paham bekerja dan
kegunaan demokrasi bagi kehidupan mereka. Demokrasi yang kuat bersumber pada
”kehendak rakyat” dan bertujuan untuk mencapai kemaslahatan bersama. Untuk itu,
demokrasi selalu berkaitan dengan persoalan perwakilan kehendak rakyat. Dalam
perkembangan dewasa ini, istilah demokrasi sudah lebih luas yaitu tidak hanya mencakup
sistem politik, tetapi juga sistem ekonomi, kebudayaan dan bahkan telah dijadikan sebagai
sikap hidup sehingga dapat mencakup segala sistem kehidupan.

2. Pemikiran Tentang Demokrasi


Paham demokrasi yang menekankan pada pemerintahan rakyat, mengandung arti bahwa
kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Dengan demikian, perlu kita pahami bahwa istilah
demokrasi bertolak dari suatu pola pikir bahwa :
a. Manusia diperlakukan dan ditempatkan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
mahluk Tuhan. Keinginan, aspirasi, dan pendapat individu dihargai, dan mereka
diberikan hak untuk menyampaikan keinginan, aspirasi, harapan dan pendapatnya.
b. Salah satu hak asasi manusia adalah kebebasan untuk mengejar kebenaran, keadilan, dan
kebahagiaan. Kebebasan dan keadilan ini melandasi keinginan ide atau gagasan
demokrasi.
c. Sesuatu yang diputuskan bersama akan memiliki kadar ketepatan dan kebenaran yang
lebih menjamin, karena keputusan yang dihasilkan akan berakibat terhadap dirinya,
maka masing-masing berusaha untuk menghasilkan keputusan yang terbaik.
d. Didalam kehidupan masyarakat pasti akan timbul selisih paham dan kepentingan antar
individu, sehingga perlu suatu cara untuk mengatur bagaimana mengatasinya. Cara ini
sangat ditentukan oleh paham yang dianut masyarakat yang dianut masyarakat yang
bersangkutan. Bagaimana paham ini memandang hubungan antar individu dan
masyarakat, akan menentukan pula cara untuk mengatasi selisih paham, pendapat dan
kepentingan.

Fokus Kita :
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan oleh sebahagian banyak orang sering disebut
dengan “rule by the people”, kemudian diartikan “pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat”. Artinya bahwa rakyat selaku mayoritas mempunyai suara
menentukan dalam proses perumusan kebijakan pemerintah melaui saluran-saluran
yang tersedia (infrastruktur politik), seperti partai politik, kelompok kepentingan,
kelompok penekan dan melalui pendapat umum.

Bertolak dari pola pikir tersebut maka tujuan dari demokrasi adalah untuk memanusiakan
dan memasyarakatkan manusia secara fungsional, penuh rasa kebersamaan, dan tanggung
jawab. Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan situasi demokratis dalam
kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut :

No Indikator Uraian / Keterangan


1. Kekuasaan Pemerintah yang demokratis sangat erat kaitannya dengan
pelaksanaan kekuasaan. Hak warga negara untuk menikmati
kekuasaan dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan
politik/pemerintah harus dihormati.
2. Keadilan Keadilan, terutama keadilan hukum harus benar-benar diupayakan

4
dan perlakuan yang sam didepan hukum, nyata adanya.
3. Kesejahteraa Adanya kesempatan yang sama untuk menikmati hasi-hasil
n pembangunan.

4. Peradaban Yang meliputi pengembangan pendidikan, kreativitas, dan kebebasan


dalam berinovasi/berkarya.
5. Afeksi Yaitu adanya hubungan antara masyarakat dan wakil rakyat
dilembaga perwakilan. Bagaiman ara wakil rakyat memperjuangkan
aspirasi dan kepentingan masyarakat.
6. Keamanan Yakni adanya jaminan keamanan bagi seluruh warga negara dalam
kehidupannya.
7. Kebebasan Terdapatnya kebebasan dalam berpikir, berbicara dan
mengemukakan pendapat sesuai aturan yang berlaku.
Pada abad 19 muncul gagasan demokrasi dalam wujud yang konkret sebagai program
dan sistem politik negara secara bersama-sama. Pada tahap ini demokrasi semata-mata
bersifat politis berdasarkan azas kemerdekaan individu. Abad 20 bentuk penyelenggaraan
demokrasi berubah pada pola klasik (urusan kepentingan politik bersama) menjadi pola
negara kesejahteraan, dimana negara dianggap bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat
dengan cara berupaya secara aktif meningkatkan taraf hidup warga negaranya. Pandangan
pragmatis meliputi bidang perekonomian ini merupakan tantangan sekaligus menjadi ukuran
keberhasilan suprastruktur dalam demokrasi.
Gagasan mengenai perlunya pembatasan kekuasaan dalam dalam pola demokrasi dengan
istilah rule of law meliputi empat unsur, yaitu sebagai berikut :
a. Pengakuan hak asasi manusia.
b. Pemisahaan atau pembagian kekuasaan (trias politika).
c. Pemerintahan menurut hukum.
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Dalam bidang hukum, ketentuan rule of law meliputi sebagai berikut :
a. Supermasi hukum, dalam arti hukum lebih utama dari kekuasaan.
b. Kedudukan yang sama diphadapan hukum (equality before law).
Terjaminnya hak individu oleh pengadilan dalam abad ke-20 (setelah PD II) terjadi
perubahan konsepsi tentang demokrasi sebagai akibat/ekses industrialisasi, sosialisme, dan
pengaruh kapitalisme. Henry B. Mayo mengatakan bahwa sistem politik yang demokratis
ialah apabila kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil rakyat
melalui pemilihan umum yang bebas dan kebersamaan politik. Bahwa rule of the law
meliputi sebagai berikut :
a. Jaminan hak individu secara konstitusional, termasuk prosedurnya.
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memilih.
c. Pemilihan umum yang bebas dan kebersamaan politik.
d. Kebebasan mengemukakan pendapat.
e. Kebebasan berserikat dan berposisi.
f. Pendidikan politik/ kewarganegaraan (civil education).
Disamping perumusan rule of the law juga muncul rumusan demokrasi politik, yang
nilainya dikemukakan oleh Henry B. Mayo sebagai berikut :
a. Menyelesaikan setiap konflik secaradamai melalui dialog yang terbuka mmelalui cara
kompromi, konsensus, kerjasama dan dukungan, baik memanfaatkan lembaga maupun
sarana komunikasi sosial.
b. Menjamin perubahan sosial secara damai terkendali melalui cara penyesuaian
kebijaksanaan dan pembinaan oleh pemerintah.

5
c. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur, damai, dan terbuka, artinya tidak
boleh atas dasar keturunan, paksaan, coup d’etat, atau tirani minoritas.
d. Membatasi tindak kekerasan terhadap kaum minoritas.
e. Mengakui keanekaragaman sikap secara wajar hingga batas toleransi persatuan bangsa.
f. Menjamin tegaknya keadilan.
Nilai-nilai demokrasi harus diselenggarakan dalam kehidupan bernegara.
Penyelenggaranya adalah lembaga negara. Adapun nilai-nilai demokrasi berjalan sesuai
dengan ide dasarnya, sehingga lembaga negara yang akan melaksanakannya harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Pemerintah yang bertanggung jawab, bersih dan berdedikasi tinggi.
b. DPR (parlemen) yang mewakili semua golongan dan kepentingan, yang dipilih melalui
pemilihan umum yang bebas, rahasia, dan atas dasar sekurang-kurangnya dua calon
untuk setiap kursi.
c. Organisasi politik sistem dwipartai atau multipartai serta organisasi massa yang
diinginkan masyarakat sebagai hubungan sosial.
d. Pers yang bebas dan terbuka untuk umum.
e. Lembaga peradilan yang independen agar lebih menjamin hak asasi manusia secara adil.
f. Menjamin perubahan sosial secara damai terkendali melalui cara penyesuaian
kebijaksanaan dan pembinaan oleh pemerintah. Menyelenggarakan pergantian pemimpin
secara teratur, damai, dan terbuka, artinya tidak boleh atas dasar keturunan, paksaan,
coup d’etat, atau tirani minoritas.
g. Membatasi tindak kekerasan terhadap kaum minoritas.
h. Mengakui keanekaragaman sikap secara wajar hingga batas toleransi persatuan bangsa.
i. Menjamin tegaknya keadilan.

3. Macam-macam Demokrasi
Terdapat bermacam-macam demokrasi yang sudah menjadi bagian dari pemerintahan
negara-negara di seluruh dunia. Keanekaragaman ini dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang dan yang pada umumnya berlaku.
 Atas Dasar Penyaluran Kehendak Rakyat
Menurut cara penyaluran kehendak rakyat demokrasi dibedakan atas :
a. Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung berarti paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga
negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum negara.
b. Demokrasi Tidak Langsung
Demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan. Penerapan demokrasi ini berkaitan dengan kenyataan suatu negara yang
jumlah penduduknya semakin banyak, wilayahnya semakin luas, dan permasalahan
yang dihadapinya semakin rumit dan kompleks.
 Atas Dasar Prinsip Ideologi
Berdasarkan paham ini ada dua bentuk demokrasi, yakni:
a. Demokrasi Konstitusional (demokrasi liberal)
Demokrasi konstitusional adalah demokrasi yang didasarkan pada kebebasan atau
individualisme. Ciri khas demokrasi konstitusional adalah kekuasaan pemerintahnya
terbatas dan tidak diperkenankan banyak campur tangan dan bertindak sewenang-
wenang terhadap warganya. Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi.

6
Menurut M. Carter dan John Herz, suatu negara dinyatakan sebagai negara
demokrasi apabila ; yang memerintah dalam negara tersebut adalah rakyat dan
bentuk pemerintahannya terbatas. Bila suatu lingkungan dilindungi oleh konvensi
dari campur tangan pemerintahan atau hukum, maka rezim ini disebut liberal.
b. Demokrasi Rakyat
Demokrasi rakyat disebut juga demokrasi proletar yang berhaluan Marxisme-
Komunisme. Demokrasi rakyat mencita-citakan kehidupan yang tidak mengenal kelas
sosial. Manusia dibebaskan dari keterikatannya kepada pemilikan pribadi tanpa ada
penindasan atau paksaan. Akan tetapi, untuk mencapai masyarakat tersebut dapat
dilakukan dengan cara paksa atau kekerasan.
Menurut peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah “bentuk khusus demokrasi
yang memenuhi fungsi diktatur proletar”. Bentuk khusus ini tumbuh dan berkembang
di negara-negara Eropa Timur (sebelum runtuhnya Uni soviet 1990), seperti
Cekoslovakia, Polandia, Hongaria, Rumania, Bulgaria, serta Yugoslavia dan
Tiongkok. Sistem politik demokrasi rakyat disebut juga demokrasi “proletar” yang
berhaluan Marxisme-komunisme. Demokrasi rakyat mencita-citakan kehidupan
yang tidak mengenal kelas sosial. Manusia dibebaskan dari keterikatannya kepada
pemilikan pribadi tanpa ada penindasan serta paksaan. Akan tetapi untuk mencapai
masyarakat tersebut, bila perlu dapat dilakukan dengan cara paksa atau kekerasan.
Dalam pandangan Georgi Dimitrov (Mantan Perdana Menteri Bulgaria), bahwa
demokrasi rakyat merupakan “negara dalam masa transisi yang bertugas untuk
menjamin perkembangan negara ke arah sosialisme”.
Ciri-ciri demokrasi rakyat dapat dibedakan menjadi dua :
1) Suatu wadah front persatuan (united front) yang merupakan landasan kerja sama
dari partai komunis dengan golongan-golongan lainnya dalam masyarakat di
mana partai komunis berperan sebagai penguasa.
2) Penggunaan beberapa lembaga pemerintahan dari negara yang lama.
Menurut Kranenburg demokrasi rakyat lebih mendewa-dewakan pemimpin.
Sementara menurut pandangan Prof. Miriam Budiardjo, komunis tidak hanya
merupakan sistem politik, tetapi juga mencerminkan gaya hidup yang berdasarkan
nilai-nilai tertentu. Negara merupakan alat untuk mencapai komusime. Kekerasan
dipandang sebagai alat yang sah.

 Atas Dasar Yang Menjadi Titik Perhatiannya


Dilihat dari titik berat “yang menjadi perhatiannya”, demokrasi dapat dibedakan :
a. Demokrasi Formal (negara-negara liberal)
Yaitu demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa
disertai upaya untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan dalam bidang
ekonomi.
b. Demokrasi Material (negara-negara komunis)
Yaitu demokrasi yang menitik beratkan pada upaya-upaya menghilangkan perbedaan
dalam bidang ekonomi, sedangkan persamaan bidang politik kurang diperhatikan dan
bahkan kadang-kadang dihilangkan.
c. Demokrasi Gabungan (negara-negara nonblok)
Yaitu demokrasi yang mengambil kebaikan serta membuang keburukan dari
demokrasi formal dan demokrasi material.

7
Sedangkan bentuk-bentuk demokrasi menurut Sklar, yaitu terbagi atas 5 (lima) macam
sebagai berikut.

No Bentuk Demokrasi Uraian / Keterangan


1. Demokrasi Liberal Yaitu pemerintahan yang dibatasi oleh undang-undang dan
pemilihan umum bebas yang diselenggarakan dalam waktu
yang ajeg. Banyak negara-negara di Afrika mencoba
menerapkan model ini, tetapi hanya sedikit yang bisa bertahan.
2. Demokrasi Para pemimpin percaya bahwa tindakan mereka dipercayai
Terpimpin rakyat, tetapi menolak persaingan dalam pemilihan umum
untuk menduduki kekuasaan.
3. Demokrasi Sosial Yaitu menaruh kepedulian pada keadaan sosial dan
egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh
kepercayaan politik.
4. Demokrasi Yaitu menekankan hubungan timbal balik antara penguasa dan
Partisipasi yang dikuasai.
5. Demokrasi Yaitu menekankan pada proteksi khusus bagi kelompok-
Konstitusional kelompok budaya dan menekankan kerja sama yang erat
diantara elite yang mewakili bagian budaya masyarakat utama.

Pelaksanaan demokrasi sebagai sistem dan sekaligus budaya politik di suatu negara dapat
berkembang dengan baik, jika tersedia faktor pendukungnya. Dalam arti umum, para pakar
sependapat bahwa kapitalisme-lah yang paling mendukung perkembangan demokrasi,
sehingga demokrasi sendiri dipersepsikan dari leberalisme. Dengan demikian, demokrasi
hanya dapat ditemukan di negara-negara maju. Sedangkan, liberalisme menurut Rawls
ditopang oleh prinsip egalitarianisme, yaitu adanya jaminan kebebasan politik yang adil,
persamaan kesempatan, dan prinsip mengakui adanya perbedaan.
Di negara sedang berkembang, kebanyakan perkembangan demokrasi tersendat-sendat,
jika kita menggunakan kategori Huntington bahwa di negara yang berkembang terdapat
sistem politik tradisional dengan dua corak yang dominan, yaitu negara feodal dan negara
birokratis yang ditandai dengan pemusatan kekuasaan. Oleh sebab itu, peluang
berkembangnya demokrasi sangat kecil. Penncok menetapkan tiga syarat tegaknya politik
demokratis, yaitu faktor historis, tatanan sosial ekonomi, dan budaya politik.
Dalam sistem politik dan budaya demokrasi, sangat dimungkinkan adanya perbedaan
pendapat, persaingan, pertentangan di antara individu/kelompok atau individu dengan
kelompok dan atau pemerintah. Hanya saja bagaimana upaya untuk menciptakan titik temu
(sinkronisasi) antara konflik dengan konsensus, dan bagaimana pula agar konflik yang
terjadi tidak merusak sistem. Untuk itulah sikap tanggap dari pemerintah sangat diperlukan
dengan menyedeiakan mekanisme dan prosedur yang mampu menyelesaikan konflik guna
mencapai konsensus (kesepakatan).
Persoalan lain adalah bagaimana rakyat memperoleh jaminan dari pemerintah agar
benar-benar tanggap terhadap kehendak dan aspirasi rakyat banyak dan mampu berperilaku
demokratis. Menurut Robert Dahl, bahwa untuk menjamin hal tersebut maka rakyat harus
diberi kesempatan untuk :
a. merumuskan preferensi atau kepentingannya sendiri,
b. memberitahukan perihal preferensinya itu kepada sesama warga negara dan kepada
pemerintah melalui tindakan individual maupun kolektif, dan
c. mengusahakan agar kepentingan itu dipertimbangkan secara setara dalam proses
pembuatan keputusan pemerintah, artinya tidak diskriminatif berdasarkan isi dan asal-
usulnya.
8
Kesempatan tersebut hanya mungkin terlaksana jika lembaga-lembaga dalam masyarakat
bisa menjamin adanya beberapa kondisi sebagai berikut :
a. Kebebasan membentuk dan bergabung dalam organisasi.
b. Kebebasan mengungkapkan pendapat.
c. Hak untuk memilih dalam pemilihan umum.
d. Hak untuk menduduki jabatan publik.
e. Hak para pemimpin untuk bersaing memperoleh dukungan dan suara.
f. Tersedianya sumber-sumber bersaing memperoleh dukungan dan suara.
g. Terselenggaranya pemilihan umum yang bebas dan jujur.
h. Adanya lembaga-lembaga yang menjamin agar kebijaksanaan publik tergantung pada
suara dalam pemilihan umum dan pada cara-cara penyampaian preferensi yang lain.
Dari penjelasan tersebut di atas, hal yang perlu dipahami bahwa sistem politik atau
budaya demokrasi akan mengatur bagaimana masyarakat melaksanakan tuntutan dan
dukungannya ke dalam sistem politik. Walaupun kondisi-kondisi berupa hak, kesempatan
dan kebebasan harus dipenuhi, tidak berarti bersikap dan bertingkah laku semaunya dalam
suasana keterbukaan atau kebebasan politik yang praktis atau relatif tak terbatas dan tak
terkendali, karena akan mengarah pada sistem politik anarki.

Bonus Info Kewarganegaraan

SEKILAS PERKEMBANGAN ”DEMOKRASI”

Bahwa dalam upaya untuk menciptakan suatu bentuk/sistem pemerintahan yang baru
yang dapat menjamin hak/kepentingan rakyat banyak (demokratis) sudah berlangsung
sejak berabad-abad sebelum tarikh Masehi. Salah seorang tokoh yang dalam hal ini tidak
boleh dilupakan namanyha adalah Solon, yang dikenal sebagai tokoh pencetus ide
demokrasi bagi masyarakat negara kota (polis) Athena di Yunani pada lebih kurang 600
tahun SM. Solon saat itu tampil untuk memimpin negara kota Athena di saat perang
saudara, saat polis Athena dipimpin oleh Draco.
Dalam perkembangan lebih lanjut, di Inggris tumbuh paham demokrasi yang ternyata
berbeda dengan negara-negara lain termasuk negara kota Athena. Perkembangan
demokrasi di Inggris didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan industri yang berpengaruh
bagi kondisi sosial bangsa Inggris. Semula, pemegang kekuasaan adalah kaum
bangsawan/tuan-tuan tanah dan para ulama (para satria dan ulama) yang selanjutnya
disebut sebagai House of Lord (Majelis Tinggi). Pada tahun 1295, parlemen Inggris
menambah kelengkapan dari unsur wakil-wakil kota-kota kecil yang selanjutnya disebut
sebagai House of Commons (Majelis Rendah).
Demokrasi modern mulai muncul di daratan Eropa setelah renaissanse (1350-1600)
dan reformasi (1500-1650), disusul kemudian teori trias politika (1700). Pertama kali
muncul kebenaran umum, bahwa ada hak politik manusia meliputi hak hidup, hak
kebebasan dan hak milik (life, liberty, and property). Perkembangan paham demokrasi
selanjutnya, seperti Perancis dan Amerika diawali dengan revolusi. Revolusi di Perancis
pada tahun 1774, dipicu oleh terbitnya buku Contract Social yang ditulis oleh J.J.
Rousseau pada tahun 1772 yang melahirkan pemikiran bahwa kedaulatan tidak dapat

9
dapat dibagi-bagi (bulat) dan ada di tangan rakyat. Dengan juga revolusi di Amerika,
diawali dengan lahirnya Piagam Virginia (1776) yang berisi tentang Hak-hak Asasi
Manusia dan Kedaulatan. Pada tanggal 4 Juli 1776, Thomas Jefferson di kota
Philadelphia telah menuliskan Piagam Pernyataan Kemerdekaan yang pada akhirnya
menjadi hari kemerdekaan bagi bangsa Amerika. Negara Amerika untuk pertama kalinya
di dunia yang mencantumkan Hak-hak Asasi Manusia di dalam konstitusinya. Demikian
juga akhirnya diikuti oleh negara-negara lain di dunia tentang paham demokrasi yang
meletakkan ”kedaulatan ada di tangan rakyat”.

Sumber : Drs. M. Taopan dalam ”Demokrasi Pancasila”


1987.

Penugasan Praktik Kewarganegaraan 1


Setelah mempelajari materi-materi tentang : Pengertian Demokrasi (Pengertian
Umum, Pemikiran Tentang Demokrasi, dan Macam-Macam Demokrasi),
dilanjutkan Penugasan dengan menjawab pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut :

1. Berikan ulasan pengertian kembali tentang “demokrasi” sesuai pendapat anda dan tokoh-
tokoh terkenal !
Pendapat anda tentang
demokrasi ? ....................................................................................................
...............................................................................................................................................
....................

No Tokoh Uraian Singkat


1.
2.

2. Pengertian demokrasi menurut Abraham Lincoln, dikatakan bahwa demokrasi adalah


pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Berikan penjelasan singkatnya !
a. Dari
rakyat : ..........................................................................................................................
.........

10
.........................................................................................................................................
...................
b. Untuk
rakyat : ..........................................................................................................................
.....
.........................................................................................................................................
...................

3. Macam-macam demokrasi antara lain dapat dilihat atas dasar yang menjadi titik
perhatiannya. Beri penjelasan singkat pada kolom di bawah ini!
Demokrasi Formal Demokrasi Material
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........

4. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa sebagai warga negara dirasakan penting untuk
memahami “budaya demokrasi ” dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara!
...............................................................................................................................................
....................
...............................................................................................................................................
....................
...............................................................................................................................................
....................
...............................................................................................................................................
....................

5. Tuliskan perbedaan dan persamaan mendasar antara bentuk demokrasi liberal


dan demokrasi konstitusional di bawah ini !
Persamaan Perbedaan
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
.................................................................... ....................................................................
......... ..........

4. Ciri-Ciri Demokrasi
11
Dalam negara dengan sistem politik demokrasi, pada umumnya ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Adanya pembatasan terhadap tindakan pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi
individu dan kelompok, baik dalam penyelenggaraan pergantian pimpinan secara
berkala, tertib damai dan melalui alat-alat perwakilan rakyat yang efektif. Pembatasan ini
tidak berarti bahwa tidak adanya campur tangan pemerintah dalam beberapa segi
kehidupan, sepanjang undang-undang memberikan wewenang untuk itu.
b. Prasarana pendapat umum baik pers, televisi, dan radio harus diberi kesempatan untuk
mencari berita secara bebas dalam merumuskan pendapat mereka. Karena kebebasan
untuk mengeluarkan pendapat, berserikat dan berkumpul, merupakan hak-hak politik dan
sipil yang sangat mendasar.
c. Sikap menghargai hak-hak minoritas dan perorangan, lebih mengutamakan musyawarah
dari pada paksaan dalam menyelesaikan perselisihan, sikap menerima legitimasi dari
sistem pemerintahan.

Fokus Kita :
Esensi ciri-ciri empiris demokrasi, adalah bahwa demokrasi senantiasa berkaitan erat
dengan pertanggungjawaban (account ability), kompetisi, keterlibatan, dan tinggi
rendahnya kadar untuk menikmati hak-hak dasar, seperti hak untuk berekspresi,
berserikat, berkumpul dan sebagainya.
Dalam pandangan Bingham Powel, Jr yang mengkaji demokrasi secara empirik,
deskriptif, institusional dan prosedural berdasarkan political performance, menegaskan
tentang ciri-ciri demokrasi sebagai berikut :
a. Legitimasi pemerintah didasarkan pada klaim bahwa pemerintah tersebut mewakili
keinginan rakyatnya, artinya klaim pemerintah untuk patuh pada aturan hukum
didasarkan pada penekanan bahwa apa yang dilakukan merupakan kehendak rakyat.
b. Pengaturan yang mengorganisasikan perundingan (bargaining) untuk memperoleh
legitimasi dilaksanakan melalui pemilihan umum yang kompetitif. Pemilihan dipilih
dengan interval yang teratur, dan pemilih dapat memilih di antara beberapa alternatif
calon. Dalam praktiknya, paling tidak terdapat dua partai politik yang mempunyai
kesempatan untuk menang sehingga pilihan tersebut benar-benar bermakna.
c. Sebagian besar orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilihan, baik sebagai
pemilih maupun sebagai calon untuk menduduki jabatan penting.
d. Penduduk memilih secara rahasia dan tanpa dipaksa.
e. Masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar, seperti kebebasan berbicara,
berkumpul, berorganisasi, dan kebebasan pers. Baik partai politik yang lama maupun
yang baru dapat berusaha untuk memperoleh dukungan.
Pandangan Henry B. Mayo dalam bukunya “Introduction to Democratic Theory” yang
memberikan ciri-ciri demokrasi dari sejumlah nilai (values), yaitu :
a. menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga;
b. menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah ;
c. menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur (Orderly succession of rulers);
d. membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum (Minimum of coercion);
e. mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman (deverity) dalam
masyarakat;
f. menjamin tegaknya keadilan.

12
Di negara-negara berkembang (dengan sistem politiknya yang sedang transisi), pada
umumnya masih mencari bentuk yang selaras dengan tingkat perkembangan masyarakat
untuk mencari dan menemukan identitas demi kebaikan bersama. Ciri yang menonjol adalah
eksekutif sangat berperan (dominatif) dalam mengembangkan identitas bersama dan
merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian, di satu sisi nampaknya berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya,
namun di sisi lain infra struktur politik hanya berperan sebagai pendukung saja.
Karena hubungan kekuasaan yang bersifat dominatif, maka pelaksanaannya cenderung
bersifat paksaaan “otoriter” dari pada konsensus. Hal ini berakibat akan semakin jauh dari
ciri-ciri khas demokrasi yang antara lain adanya jaminan hak-hak asasi manusia, warga
negara sama kedudukannya dihadapan hukum dan pengadilan, hak-hak politis seperti
berserikat, berkumpul, beroposisi diakui, dan sebagainya.

Bonus Info Kewarganegaraan


Dalam sistem politik demokrasi, mekanisme politik antara infra dan suprastruktur
politik sering mengalami perubahan atau pertukaran dengan cara yang tertib. Sukarna
menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan mekanisme politik demokrasi dapat
berjalan dengan tertib adalah sebagai berikut :
a. Dalam sistem politik demokrasi terdapat lebih dari satu partai politik, sehingga
memungkinkan adanya pemilihan yang selektif tergantung kepada prestasi kerjanya
untuk rakyat.
b. Adanya lembaga pemilihan umum yang bebas dan rahasia, sehingga pada pemilihan
tidak merasa tertekan oleh pihak manapun untuk menentukan pilihannya.
c. Adanya kebebasan pers, sehingga dapat membina opini masyarakat dan melakukan
sosial control.
d. Adanya kesadaran daripada anggota masyarakat, yang disebabkan oleh pengaruh
pengalaman dan pendidikan, bahwa terjadinya perubahan dalam mekanisme politik
merupakan suatu kewajaran dalam sistem demokrasi.
e. Disebabkan partai politik mendasarkan perjuangannya kepada program, maka
masyarakat dapat menilai mana program partai yang terbaik dan dapat menilai
hasilnya.
f. Perubahan mekanisme politik tidak menimbulkan perubahan dasar negara, bentuk
pemerintahan dan sistemnya, sehingga negara tetap dalam keadaan aman dan tertib,
karena tidak timbulnya perpecahan/ peperangan disebabkan ideologi yang berbeda.
g. Keadaan ekonomi yang telah maju dan relatif menyebar kepada seluruh lapisan
masyarakat, sangat membantu terhadap kestabilan politik, sehingga rakyat tidak bisa
dipengaruhi oleh sesuatu ideologi yang berbeda dengan ideologi negaranya. (Itulah
sebabnya partai komunis di Inggris, pada sekarang tidak dapat berkembang).
h. Keadaan masyarakat yang telah terbiasa hidup dalam demokrasi menganggap bahwa
perbedaan-perbedaan pemikiran perubahan-perubahan di dalam masyarakat yang
demokratis, sehingga terjadi pergantian pemerintahan sebagai hasil pemilihan umum
tidak dianggap sebagai sesuatu yang mengejutkan melainkan sesuatu yang wajar dalam
proses yang wajar.
i. Setiap kali pemerintah berganti berdasarkan hasil pemilihan umum tidak menimbulkan
perubahan fundamental dalam ketatanegaraan, melainkan perubahan konsepsional dan
operasional yang selaras dengan konstitusi, sehingga tidakmenimbulkan kegoncangan
terhadap masyarakat.
j. Rakyat mempercayai bahwa aparatur pemerintahan yang berkuasa dan yang akan
berkuasa akan bekerja dengan keras untuk menjadi public servant yang terbaik

13
daripada rakyatnya, bukan public oppressor terhadap rakyatnya.
Sumber : Arifin Rahman dalam ”Sistem Politik Indonesia” 1998.

5. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Untuk mewujudkan sistem politik yang demokratis di dalam suatu negara, bukanlah
sesuatu yang mudah. Demokrasi tidak dirancang demi efisiensi dan pembangunan, akan
tetapi demi pertanggungjawaban sebuah pemerintahan demokrasi untuk memperoleh
dukungan publik. Untuk memperoleh dukungan publik dengan baik, maka setiap bangsa
dalam satu kesatuan sistem politik negara, harus mampu menata pemerintahan yang berpijak
pada sejarah dan kebudayaan sendiri dengan berpedoman kepada prinsip-prinsip dasar
demokrasi yang diakui secara universal. Menurut Melvin I. Urofsky ada 11 (sebelas) prinsip
demokrasi yang dikenali dan diyakini sebagai kunci untuk memahami bagaimana demokrasi
bertumbuh kembang sebagai berikut :
a. Prinsip pemerintahan berdasarkan konstitusi,
b. Pemilihan umum yang demokratis,
c. Federalisme pemerintahan negara bagian dan lokal,
d. Pembuatan undang-undang,
e. Sistem peradilan yang independen,
f. Kekuasaan lembaga kepresidenan,
g. Peran media yang bebas,
h. Peran kelompok-kelompok kepentingan,
i. Hak masyarakat untuk tahu,
j. Melindungu hak-hak minoritas, dan
k. Kontrol sipil atas militer.

Fokus Kita :
Berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi yang umum berlaku, dapat diperoleh cakupan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
 Demokrasi sebagai sumber utama dari semua kewenangan adalah rakyat.
 Harus adanya pembagian kekuasaan sehingga tak ada satu bagian pun dari
pemerintahan yang bisa menjadi begitu kuat yang akan menindas keinginan rakyat.
 Hak-hak individu dan minoritas harus dihargai, dan mayoritas tidak boleh memakai
kekuatannya untuk mencabut kemerdhekaan mendasar setiap orang.

Prinsip-prinsip dasar demokrasi secara univerasal, memberi ketegasan bahwa yang


disebut pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan yang menempatkan
kewenangan tertinggi berada di tangan rakyat, kekuasaan pemerintah harus dibatasi, dan
hak-hak individu harus dilindungi. Namun demikian, dalam praktiknya di banyak negara
masih banyak kelemahan dan ketidaksesuain dengan prinsip-prinsip demokrasi sebagaimana
dikemukakan Melvin tersebut. Penerapan prinsip-prinsip demokrasi di masing-masing
negara bersifat kondisional, artinya harus disesuaikan dengan situasi negara dan kondisi
masyarakat yang bersangkutan.
Sementara Lyman Tower Sargent, berpendapat ada beberapa unsur/prinsip-prinsip
yang secara umum dianggap penting dalam demokrasi, yaitu antara lain :
a. keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik,
b. tingkat persamaan tertentu di antara warga negara,
c. tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para warga
negara
d. suatu sistem perwakilan, dan

14
e. suatu sistem pemilihan – kekuasaan mayoritas.
Dalam negara demokrasi, warga negara seharusnya terlibat antara lain dalam pembuatan
keputusan – keputusan politik, baik langsung maupun melalui wakil pilihan mereka.
Keterlibatan tersebut baik melalui partisipasi aktif dalam partai politik, kelompok penekan,
atau menghadiri rapat-rapat politik dan mampu mengatakan sesuatu tentang kebijaksanaan
politik, terutama hal-hal yang dikerjakan atas nama publik.
Dalam sistem demokrasi perwakilan, keterlibatan warga negara diusahakan dapat
mendorong aparatur negara agar bersikap responsif terhadap tuntutan sebagian besar warga
negara. Ada dua pendekatan tentang keterlibatan warga negara yang telah dikembangkan
yakni teori elitis dan partisipatori :

No Pendekatan Uraian / Keterangan


1. Teori Elitis Menegaskan bahwa demokrasi adalah suatu metode pembuatan
keputusan yang mengokohkan efisiensi dalam administrasi dan
pembuatan kebijaksanaan namun menuntut adanya kualitas
ketanggapan pihak penguasa dan kaum elit terhadap pendapat umum.
2. Teori Menegaskan bahwa demokrasi menuntut adanya tingkat keterlibatan
Partisipator yang lebih tinggi, karena sangat diperlukan untuk mendatangkan
i keuntungan seperti ini- kita harus menegakkan kembali demokrasi
langsung.

Keterlibatan warga negara dalam sistem demokrasi, terutama merupakan suatu langkah
untuk mengendalikan tindakan-tindakan para pemimpin politik. Argumentasi teori elistis
berpusat pada efisiensi dan ketidak mampuan para pemilih untuk menetapkan keputusan
yang memadai. Dalam pandangan ini, warga negara yang memberikan suaranya, hanyalah
suatu mekanisme untuk menengahi persaingan dan kompetisi antar elit. Bahwa selama
persaingan itu bersifat jujur, tidak satupun kelompok tunggal/elit dapat melakukan dominasi.
Para penguasa dapat selalu dikontrol agar tidak menyalahgunakan kekuasaannya oleh
mayarakat melalui berbagai perwakilan kelompok kepentingan.
Dalam teori dan praktik politik demokrasi, masalah lain yang tidak kalah pentingnya
adalah “tingkat persamaan”. Beberapa negara baik yang menerapkan sistem politik
demokratis maupun bukan, selalu berupaya mencapai tingkat persamaan yang lebih besar.
Berkenaan dengan masalah tingkat persamaan di dalam masyarakat, terdapat 5 (lima) ide
yang terpisah atau merupakan kombinasi sebagai berikut : persamaan politik, persamaan di
muka hukum, persamaan kesempatan, persamaan ekonomi, dan persamaan sosial atau
persamaan hak.
a. Persamaan politik, yaitu mencakup dua hal yang terpisah :
 Persamaan hak suara, merupakan persamaan yang antara lain menuntut hal-hal
sebagai berikut :
1) setiap individu harus mempunyai akses yang mudah dan pantas ke tempat
pemilihan;
2) setiap orang harus bebas untuk menentukan pilihannya sesuai dengan
keinginannya;
3) setiap suara harus diberi nilai yang sama pada saat perhitungan.
Kondisi ini jarang terpenuhi karena ada pembedaan terhadap para penjahat dan
terhukum, tapi memberikan harapan dengan ukuran dan kriteria yang dapat memilih
tanpa diskriminasi terutama terhadap hak pilih kaum wanita.
 Persamaan untuk dipilih, sebagai pejabat pemerintah, berlaku persyaratan usia dan
kualifikasi khusus dengan tidak ditentukan oleh kekayaan.

15
b. Persamaan di depan hukum, yaitu menunjukkan adanya perlakuan dengan cara yang
sama oleh sistem resmi yang berlaku. Suatu fungsi utama hukum dan prosedur adalah
untuk membentuk hukum-hukum umum yang diharapkan diterima dan dipatuhi semua
orang atau bersedia menerima segala konsekuensinya. Hukum merupakan kekuatan yang
menyamakan semua anggota masyarakat yang ditetapkan secara adil.
c. Persamaan kesempatan, biasanya mengacu pada sejauh mana setiap individu dalam
masyarakat mengalami peningkatan dan penurunan dalam sistem kelas atau status
sosialnya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Bagi setiap individu tidak ada
halangan untuk bekerja keras guna mencapai prestasi tertinggi yang diraihnya.
d. Persamaan ekonomi, dapat diartikan bahwa setiap individu di dalam masyarakat
diupayakan memiliki kesempatan yang sama dalam mengelola produksi barang/jasa, dan
tingkat pendapatan serta kesejahteraan yang memadai. Ditinjau dari sudut keadilan
distributif, hal ini dirasakan tidak adil karena setiap individu kenyataannya berbeda
tingkat kebutuhannya dan kemampuan untuk meraihnya. Persoalan berikutnya adalah
bagaimana negara mampu memberikan jaminan minimum di bidang keamanan ekonomi
sebagai bentuk nyata berjalanya sistem demokratis.
e. Persamaan sosial, dalam arti sempit dapat dikatakan bahwa hal ini berarti tidak ada
asosiasi publik atau asosiasi pribadi yang bisa menciptakan halangan buatan bagi
kegiatan-kegiatan dalam asosiasi. Persamaan sosial mengacu pada alpanya perbedaan-
perbedaan status dan kelas yang telah dan masih dikenal di seluruh masyarakat. Boleh
jadi persamaan sosial mencakup aspek-aspek persamaan kesempatan.

Bonus Info Kewarganegaraan

PERWAKILAN DALAM SISTEM DEMOKRASI

Teori-teori tentang perwakilan muncul sebagai reaksi bahwa demokrasi berlangsung


hanya mampu berfungsi dalam suatu negara yang wilayah dan jumlah penduduknya agak
kecil. Maka sejumlah teori dikembangkan untuk menegaskan bahwa masalah ini harus
ditanggulangi oleh seorang individu yang mewakili wilayah atau sejumlah orang.
Seringkali ditandaskan bahwa, wakil harus menjadi makrokosmos dari kemajemukan
kepentingan yang ditemukan dalam diri para pemilih, karena masing-masing kepentingan
terpisah sampai tingkat tertentu.
Hanna Fenichal menandaskan bahwa teori-teori perwakilan sangat kompleks, di mana
kata mewakili yang membantu menciptakan suatu pemahaman terhadap masalahnya.
Pertama : kita sering berkata bahwa sesuatu mewakili suatu yang lain bila ia merupakan
reproduksi yang meyakinkan atau merupakan suatu salinan yang tepat dari
aslinya.
Kedua : kita menggunakan kata mewakili dalam arti bahwa satu benda menyimbolkan
benda yang lain.
Ketiga : kita juga sering menggunakan kata mewakili dalam arti di mana ahli hukum
bertindak untuk mewakili kliennya.
Masalah yang timbul bagi wakil, apakah ia sebagai agen bebas yang merupakan wakil
hanya dalam arti bahwa ia dipilih orang-orang dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai
agen bagi individu atau kelompok tertentu dengan harapan ia terpilih kembali. Atau ia
sebagai wakil partai yang bertindak atas nama partai, karena ia tidak terlibat langsung
terhadap masalah-masalah yang dihadapi para pemilih. Boleh jadi, sebagai wakil dan
bertindak dalam apa yang ia yakini sebagai kepentingan terbaik bagi bangsa sebagai suatu

16
kesatuan. Salah satu masalah pokok dalam demokrasi perwakilan adalah, bagaimana
menciptakan iklim yang kondusif agar masyarakat sebagai suatu kesatuan memainkan
peranan langsung dalam pembuatan keputusan politik.
Tujuan utama sistem perwakilan dalam negara demokrasi adalah menyediakan sarana
bagi para warga negara agar terbiasa melakukan kontrol tertentu terhadap pembuatan
keputusan politik pada saat mereka tidak dapat secara langsung membuat keputusan itu
sendiri. Hal ini didasari pemikiran, bahwa wakil rakyat tidak dapat mengabdi seumur
hidupnya, maka diciptakanlah sarana lain berupa sistem pemilihan yang dilakukan secara
periodik. Sistem pemilihan merupakan salah satu ciri utama sistem demokrasi.

Sumber : Arifin Rahman dalam ”Sistem Politik Indonesia” 1998.

6. Demokratisasi
Istilah “demokratisasi” yang muncul ke permukaan sejak tahun 1970-an, akhir-akhir ini
menjadi menarik setelah terjadi “transisi demokrasi” yaitu dengan adanya perubahan
perilaku para elit politik. Disebutkan oleh O’Donnell dan Schmitter bahwa “sikap para elit,
perhitungan-perhitungan dan kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuatnya umumnya
menentukan apakah pembukaan kesempatan (bagi demokrasi) akan terjadi atau tidak”.
Dalam pelaksanaan demokratisasi, bahwa kendala struktural sangat memegang peranan
penting walaupun bukan menjadi tumpuan. Banyak asumsi dan pendapat ahli bahwa budaya
demokrasi banyak yang hancur karena antara lain faktor-faktor sosial atau ekonomi pada
tingkat makro. Akan tetapi yang lebih menentukan adalah karena lemahnya para elit dalam
mengendalikan kepemimpian.
Kondisi ideal sebuah negara demokrasi, tentu saja banyak dicita-citakan oleh masyarakat
yang menginginkan kedamaian dan kesejahteraan hidup. Tetapi untuk menuju ke arah hal
tersebut, bukanlah sesuatu yang mudah. Proses dalam menuju kondisi-kondisi demokrasi
inilah yang disebut dengan “demokratisasi”. Demokratisasi dapat menjadi jalan untuk
keluar dari otoritarianisme, karena proses ini akan mengembalikan hak-hak rakyat yang
antara lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial – kebudayaan dan
sebagainya.
Demokratisasi, merupakan proses pendemokrasian segenap rakyat untuk turut serta
dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya. Atau turut serta dalam berbagai bidang
kegiatan (masyarakat/negara) baik langsung atau tidak langsung, dengan mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi warga negara.

Fokus Kita :
Menurut Diamond “bahwa di seluruh dunia sedang berkembang yang paling banyak
menyumbang pada pengembang demokrasi adalah gaya kepemimpinan yang fleksibel,
akomodatif, dan konsepsual”. Konseptualisasi yang muncul dari pengalaman transisi
demokrasi, nampak menonjolkan dua karakteristik sebagai berikut :
1. pendefinisian yang menekankan dimensi prosedural yaitu demokrasi yang
mempersoalkan tata cara memerintah.
2. eksplanasi atau penjelasan terhadap keberhasilan demokratisasi yang menekankan
peranan “agen” sebagai determinan pokok. Yaitu demokratisasi hanya akan terjadi
kalau ada aktor politik yang mencoba mencari peluang dalam berbagai kondisi yang
dihadapi.

Demokratisasi, biasanya diawali dengan adanya liberalisasi (meluasnya kebebasan) yang


selanjutnya berkembang dengan longgarnya media massa, akses masyarakat terhadap politik,

17
dan adanya penghargaan terhadap keberagaman (pluralisme). Demokratisasi merupakan
bentuk yang lebih luas dari pada sekedar liberalisasi, karena dalam tahap ini terdapat
persaingan terbuka untuk memperoleh dukungan rakyat yang antara lain dalam pengisian
jabatan-jabatan publik melalui pemilihan umum.
Sebagai sebuah proses, demokratisasi bukanlah proses yang berjalan linier (lurus) tahap
demi tahap. Akan selalu ada hambatan dalam menuju suatu titik aspek baik yang datang dari
sekelompok masyarakat atau dari pemerintah itu sendiri. Jadi, demokratisasi di dalam satu
negara tidak selamanya terus meningkat menuju suatu tahap kemajuan yang tetap (konstan).
Sekali waktu, timbul masa turun – naik, gerakan perlawanan, pemberontakan, perang
saudara atau mungkin saja terjadi revolusi, dan sebagainya.
Kriteria untuk sebuah masyarakat dan negara yang melakukan demokratisasi, dapat
dicermati sebagaimana pendapat Robert A. Dahl berikut ini :

No Kriteria Uraian / Keterangan


1. Partisipasi Sebelum sebuah kebijakan digunakan oleh asosiasi (negara), seluruh
Efektif anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan berpartisipasi
efektif, agar pandangan mereka diketahui oleh anggota-anggota lainnya
sebagaimana seharusnya kebijakan itu dibuat.
2. Persamaan Bila sebuah keputusan tentang kebijakan dibuat, maka setiap anggota
Suara harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk
memberikan suara dan seluruh suara harus dihitung sama.
3. Pemahama Dalam batas waktu yang rasional, setiap anggota harus mempunyai
n Yang kesempatan yang sama dan efektif untuk mempelajari kebijakan-
Jelas kebijakan alternatif yang relevan dan konsekuensi-konsekuensi yang
mungkin.
4. Pengawasa Setiap anggota harus mempunyai kesempatan eksklusif untuk
n Agenda memutuskan bagaimana dan apa permasalahan yang dibahas dalam
agenda.
5. Pencakupan Semua, atau paling tidak sebagian besar orang dewasa yang menjadi
Orang penduduk tetap seharusnya memiliki hak kewarganegaraan penuh yang
Dewasa ditunjukkan oleh empat kriteria sebelumnya.

Dalam pandangan Diamond, Linz, dan Lipset yang pernah melakukan penelitian
tentang demokrasi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, mengatakan bahwa “Prestasi dan
kemampuan rezim... sebagian adalah hasil kebijakan dan pilihan yang diterapkan oleh para
pemimpin, yang tentu saja bertindak dalam batas-batas kendala lingkungan struktual yang
mereka warisi. Bahkan struktur-struktur dan lembaga-lembaga, terutama struktur dan
lembaga politik, dibentuk oleh tindakan dan pilihan para pemimpin politik. Semakin tidak
menguntungkan dan semakin ketat kendala struktural-struktural yang dihadapi, maka demi
kelestarian demokrasi para pemimpin politik itu harus semakin pintar, semakin inovatif,
semakin berani, dan semakin berketetapan hati untuk memperjuangkan demokrasi.”
Nampaknya mereka berkeyakinan, bahwa kalau terdapat lingkungan struktural yang
tidak kondusif untuk demokratisasi, seringkali terjadi karena ketidakmampuan sebagian para
politisi dalam menghasilkan reformasi ekonomi dan inovasi kelembagaan yang diperlukan
bagi tumbuhnya demokrasi. Mereka menekankan pentingnya komitmen para pemimpin
politik yang kuat terhadap demokrasi. Pemimpin yang memiliki komitken terhadap
demokrasi, tentu tidak akan melakukan kekerasan, penggunaan sarana ilegal dan
inkonstitusional untuk mengejar kekuasaan, serta akan mencegah tindakan anti demokrasi
oleh partisipan lain.

18
Penugasan Praktik Kewarganegaraan 2
Carilah sumber informasi lain baik dari buku, koran, majalah, internet, buletin dan
sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut :
Rumuskan kembali tentang pemahaman ciri-ciri dan prinsip-prinsip demokrasi !
Berikan alasan penjelasan, mengapa di dalam kehidupan bernegara dalam sistem
politik demokrasi, legitimasi pemerintah sebagai dukungan rakyat banyak sangat
penting !
Berikan penjelasan pentingnya “keterlibatan warga negara dalam pembuatan
keputusan politik”, di dalam suatu negara !
Jelaskan yang dimaksud dengan “demokratisasi” pada negara yang menerapkan sistem
politik demokrasi !
Berikan penjelasan singkat perbedaan antara ciri-ciri demokrasi dengan prinsip-prinsip
demokrasi !
Bonus Info Kewarganegaraan

PARTISIPASI DEMOKRASI PUBLIK MEMBAIK

Partisipasi publik dalam demokratisasi di Indonesia dinilai makin baik. Patisipasi itu
ditunjukkan dengan munculnya kekuatan masyarakat madani yang mampu mempengarahi
munculnya kebijakan publik dan bahkan terlibat dalam proses pembentukannya. Rakyat
juga dinilai cepat menangkap pentingnya partisipasi itu.
Demikian diungkapkan Direktur Wilayah The Asian Foundation untuk Kajian Islam
dan Pembangunan, Robin Bush, sesuai mengikuti diskusi peluncuran buku baru, antara
lain Asas “Moral dalam Politik” karangan Ia Shapiro dan “Memperkuat Negara” karangan
Francis Fukuyama. “Saya agak optimis dalam beberapa tahun ke depan akan ada beberapa
sistem untuk memonitor pembentukan kebijakan dan tingkat kabupaten. Saya melihat
demokratisasi di Indonesia berjalan baik”, tuturnya.
Ia mengagumi proses itu karena dalam kurun waktu delapan tahun Indonesia mulai
memasuki arena demokratisasi yang makin dewasa. Kenyataan bahwa saat ini sebagian
besar masyarakat masih belum dapat merasakannya, Robin melihat persoalan yang
dihadapi Indonesia sangat banyak.

Sumber : Kompas,
19/04/2006.

C. CIRI-CIRI MASYARAKAT MADANI

1. Konsepsi Masyarakat Madani (Civil Society)


Mengenai penggunaan istilah masyarakat madani, sebagian besar scholars di Indonesia
sepakat bila digunakan sebagai padanan yang tepat untuk istilah civil society. Selain istilah

19
ini, civil society juga diterjemahkan ke dalam istilah-istilah lain, seperti masyarakat sipil,
masyarakat kewargaan, masyarakat warga, masyarakat beradab atau masyarakat berbudaya.
Bertolak dari hal tersebut, maka istilah masyarakat madani merupakan padanan dari
istilah civil society, sehingga eksplorasi konsep ini relevan dengan substansi istilah terakhir.
Hal yang dikemukakan di sini bukan konsep masyarakat madani disorot secara etimologis,
melainkan ke arah substansi dan indikator-indikatornya, sehingga mempermudah untuk
mengidentifikasi dalam konteks pembentukannya dari sisi politik.
Secara rinci substansi konsep masyarakat madani (civil society) dari beberapa ahli bisa
kita lihat berikut ini :

Sumber Substansi Indikator


M. Dawam “..suatu ruang (realm)  Mempunyai kekuasaan yang
Rahardjo partisipasi masyarakat, dalam memancar dari dalam dirinya, berupa
perkum-pulan-perkumpulan rasionalitas yang akan menuntun
sukarela (voluntary anggota masyarakat kearah kebaikan
association), media massa, umum (Locke, Rosseau, Adam
perkumpulan profesi, serikat Smith).
buruh tani, gereja atau  Memiliki potensi untuk bisa mengatur
perkumpulan-perkumpulan dirinya sendiri secara rasional dan
keagamaan..” (civil society). mengandung unsur kebebasan
(Gramsci).
 Terdiri dari organisasi-organisasi yang
melayani kepentingan umum, atau
memiliki rasionalitas dan mampu
mengatur dirinya sendiri secara bebas.
 Civil Society diterjemahkan menjadi
masyarakat madani, mengandung tiga
hal, yaitu: agama, peradaban dan
perkotaan.
Franz “..wilayah-wilayah kehidupan  Keberadaannya didekati secara faktual
Magnis sosial yang terorganisasi dan dan bukannya dengan pendekatan
Suseno bercirikan antara lain, kesuka- normatif.
relaan (voluntary), keswasem-  Terorganisasi, Sukarela, Swasembada,
badaan (self generating), dan Swadaya, dan Mandiri.
keswadayaan (self supporting),  Terikat dengan norma-norma atau
kemandirian tinggi berhadapan nilai-nilai hukum yang diikuti
dengan negara, dan keterikatan warganya.
dengan norma-norma atau  Secara hakiki harus bebas secara
nilai-nilai hukum yang diikuti internal.
oleh warganya (masyarakat  Masyarakat diatur oleh pihak-pihak
madani). yang dapat menjamin kebebasan sege-
nap warga masyarakat, individu, dan
kolektif untuk mewujudkan kehidupan
menurut cita-cita mereka sendiri.
 Kehidupan bersama harus didukung
oleh suatu konsensus dasar.
Nurcholis “..perkataan madinah, dalam  Adanya kedaulatan rakyat sebagai
Madjid peristilahan modern, menunjuk prinsip kemanusiaan dan musyawarah.
kepada semangat dan  Berpartisipasi dan mengambil bagian
pengertian civil society, suatu dalam proses-proses menentukan

20
istilah Inggris yang berarti kehidupan bersama, terutama di
masyarakat sopan, beradab dan bidang politik.
teratur dalam bentuk negara  Memiliki sikap-sikap terbuka, lapang
yang baik.” dada, penuh pengertian dan kesediaan
untuk senantiasa mem-beri maaf
secara wajar dan pada tempatnya.
Riswandha “..masyarakat madani  Menginginkan kesejajaran hubungan
Imawan merupakan konsep tentang antara warga negara dan negara atas
keberadaan satu masyarakat dasar prinsip saling menghormati.
yang dalam batas-batas  Berkeinginan membangun hubungan
tertentu mampu memajukan yang bersifat konsultatif antara warga
dirinya sendiri melalui negara dan negara.
penciptaan aktivitas mandiri,  Bersikap dan berperilaku sebagai
dalam satu ruang gerak yang citizen yang memiliki hak dan
tidak memungkinkan negara kebebasan.
melakukan intervensi”.  Memperlakukan semua warga negara
sebagai pemegang hak dan kebebasan
yang sama (Ramlan Subakti).
Adi Suryadi “..pemikiran civil society  Berwujud kelompok-kelompok sosial.
Culla memang umumnya dikaitkan  Memiliki sifat otonom terhadap
dengan pengelompokkan negara.
masyarakat, tepatnya
menunjuk kepada kelompok-
kelompok sosial yang salah
satu ciri utamanya ialah sifat
otonom terhadap negara”.
Fahmi “..masyarakat madani merupa-  Banyak partai, kelompok, himpunan,
Huwaydi kan simbol bagi realita yang ikatan, dan lainnya dari berbagai corak
dipenuhi berbagai kontrol yang di luar struktur negara.
bersifat fakultatif, yang meng-
ekspresikan kehadiran rakyat,
yang mana hal itu mengaki-
batkan didirikannya berbagai
macam lembaga swasta dalam
masyarakat, untuk
mengimbangi (melawan)
terhadap lembaga kekuasaan”.
Ernest Civil society: “..masyarakat  Tidak mengenal hierarki politik,
Gellner yang terdiri atas institusi non- ekonomi, ideologi yang tidak
pemerintah yang otonom dan mentolerir adanya saingan.
cukup kuat untuk dapat  Visi plural dalam mendefinisikan
mengimbangi negara” kebenaran dan menentukan ukuran
kebenaran.
 Terdapat desentralisasi dalam segenap
aspek kehidupan.
 Terciptanya tatanan masyarakat yang
harmonis, yang bebas dari eksploitasi
dan penindasan.
 Terciptanya tatanan sosial yang tidak
memerlukan penguatan yang bersifat

21
memaksa.
 Fungsi pemerintah hanya sebagai
penjaga perdamaian di antara berbagai
kepentingan besar.
United States Merupakan istilah pada
Agency for masyarakat sipil yang dapat
International diterima baik dalam
Development menjelaskan bidang non-
(USAID) pemerintahan, dan bukan
untuk mencari profit (laba),
serta bersifat mandiri bagi
masyarakat yang bersang-
kutan".

Kekuatan wacana masyarakat madani terletak pada sisi substansinya, yaitu sebagai rival
yang tepat ketika negara mengembangkan korporatismenya. Di negara-negara dengan tingkat
intervensi struktur yang tinggi dan masuk ke segala bidang kehidupan rakyat, maka wacana ini
akan mendapat respon yang cukup kuat. Dalam praktiknya, masyarakat madani akan
mengembangkan model-model organisasi kemasyarakatan semi otonom dan otonom, guna
melepaskan diri dari “gurita” negara yang telah merusak sisi kreativitas dan kebebasan
masyarakat.
Realitas politik yang terjadi negara kita dan negara-negara berkembang lainnya,
menunjukkan bahwa negara adalah struktur yang dominan, entitas yang dibenarkan mengatur
masyarakat sesuai visi dan keabsahannya. Dengan dalih “pembangunan”, kesejahteraan,
kepentingan rakyat, intervensi negara seolah-olah sah, hingga masuk ke sisi terkecil kehidupan
masyarakat sekalipun. Sehingga di sinilah letak “dominasi” perspektif dominasi struktur yang
dikembangkan negara, sebagai wacana satu-satunya yang berhak hidup dan berkembang,
mengabaikan adanya kekuatan masyarakat madani.
Satu titik yang kemudian bisa kita temukan dalam setiap definisi konsep masyarakat
madani, -- seperti yang dikemukakan beberapa ahli di muka -- adalah pembahasannya selalu
bergandengan dengan eksistensi negara. Baik itu dalam statement mengimbangi, bermitra atau
mengungguli negara. Namun yang pasti, masyarakat madani akan ada meskipun dalam negara
otoriter. Inilah poin utama yang akan ditemukan dalam setiap pembahsan masyarakat madani.
Sementara itu konsep masyarakat madani yang diabstraksikan para ahli memiliki
indikator sebagai identitas karakter yang dimiliki untuk bisa mengidentifikasi ada-tidaknya
perkembangan masyarakat madani.
Pertama : Sifat partisipatif, yaitu masyarakat madani tidak akan menyerahkan seluruh
nasibnya pada negara, tetapi mereka menyadari bahwa yang akan dominan
menentukan masa depan mereka haruslah berasal dari diri sendiri. Simulus dan
negara bukanlah penentu aktivitas dan program-program kemajuan masyarakat ke
depan, tetapi harus kekuatan masyarakatlah yang mewarnainya, sehingga apapun
konsekuensi dari setiap kebijakan, program aksi atas nama negara selalu terdapat
warna keinginan masyarakat madani di dalamnya. Dalam tataran praktis
masyarakat madani bisa terlihat dalam setiap proses politik di berbagai bidang,
yang akan dikeluarkan negara.
Kedua : Otonom, yaitu selain sebagai masyarakat pertisipatif, masyarakat madani juga
memiliki karakter mandiri, yaitu dalam mengembangkan dirinya tidak tergantung
dan menunggu “bantuan” negara. Masyarakat terbiasa dengan inisiatifnya mampu
berinovasi, sekaligus independen secara politik dan ekonomi. Meskipun mengakui
pluralisme, masyarakat konsisten memanfaatkannya. Begitu pula secara ekonomi,

22
masyarakat madani relatif mandiri dengan mengembangkan aktivitasnya, dengan
menghasilkan dan membiayai sendiri.
Ketiga : Tidak bebas nilai, yaitu seluruh komponen masyarakat madani memiliki
keterikatan terhadap nilai-nilai, yang merupakan kesepakatan hasil musyawarah
demokratis (bukan sekedar konsensus). Setiap anggota masyarakat, dalam
melakukan aktivitasnya tidak terlepas dari nilai, yang akan memagari agar
manifestasi kreativitas dan inovasinya berada dalam koridor “kebaikan” dan tidak
merugikan komponen masyarakat lainnya serta berimplikasi positif. Nilai yang
dianut bisa bersumber dari agama dan digali dari tradisi yang kondusif.
Keempat : Merupakan bagian dari sitem dengan struktur non-dominatif (plural), yaitu
meskipun eksistensinya yang partisipatif dan otonom terhadap kekuatan negara,
namun masyarakat madani adalah bagian dari komponen-komponen negara. Di
luar masyarakat madani, diakui keberadaan negara dan unsur-unsur masyarakat
lainnya. Namun masyarakat madani mengakuinya, dengan syarat kekuatan-
kekuatan yang berada di luar dirinya tidak mengembangkan interaksi dominatif,
seperti tetap memegang prinsip kompetisi, non-privilege, dan tidak memaksa, yang
intinya mengakui pluralisme sebagai satu dinamika yang dimaknai dan ditangai
secara tepat.
Kelima : Termanifestasi dalam organisasi, yaitu prinsip-prinsip organisasi dipegang oleh
masyarakat madani, sebagai perwujudan identitasnya secara material. Artinya,
masyarakat madani bukan merupakan individu-individu yang partisipatif dan
otonom saja, tetapi terdiri dari sekumpulan individu warga negara yang tergabung
dalam asosiasi-asosiasi yang memiliki tatanan yang mampu menjamin anggotanya
untuk mampu mengekspresikan diri, mengembangkan minat, saling tukar
informasi, memediasi perbedaan-perbedaan, dan menciptakan pola-pola hubungan
yang stabil. Di samping itu, mereka juga tertata dalam organisasi modern, yang
mengembangkan nilai-nilainya sendiri secara konsisten.

2. Pengertian Masyarakat Madani


Konsep Masyarakat madani; merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society
yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada
Simposium Nasional dalam rangka Forum Ilmiah pada acara Festifal Istiqlal, 26 September
1995 di Jakarta. Konsep yang dianjurkan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan
bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju.

Fokus Kita :
Masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri
secara mandiri dihadapan penguasa dan negara, memiliki ruang publik (public sphere)
dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat
menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik.

Paradigma dengan pemilihan terma masyarakat ini dilatarbelakangi oleh konsep kata
ilahi, kota peradaban atau masyarakat kota. Disisi lain, pemaknaan Masyarakat Madani ini
juga dilandasi oleh konsep tentang Al’Mujtama’ Al Madani yang diperkenalkan oleh Prof.
Naquib al-Attas, seorang ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia dan salah satu
pendiri dari Institute for Islamic Though and Civilization (ISTAC), yang secara defenitif
masyarakat madani merupakan konsep masyarakat ideal yang mengandung dua komponen

23
besar yakni masyarakat kota dan masyarakat yang beradab. Pendapat umum dan para ahli
dalam memberikan batasan-batasan tentang masyarakat madani adalah sebagai berikut :
a. Dato Seri Anwar Ibrahim
Masyarakat madani adalah masyarakat yang memiliki sistem sosial yang subur yang
diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
perorangan dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya usaha serta
inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintah mengikuti
undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu menjadikan keterdugaan atau
predict-ability serta ketulusan atau transparency sistem.
b. Nurcholish Madjid, M. Dawan Rahardjo, dan Azyumardi Azra
Pada prinsipnya masyarakat madani adalah sebuah tatanan komunitas masyarakat yang
mengedepankan toleransi, demokrasi dan berkeadaban serta menghargai akan adanya
pluralisme (kemajemukkan).
c. Zbigniew Rau (Dengan latar belakang kajian kawasan Eropa Timur dan Uni Soviet).
Masyarakat madani merupakan suatu masyarakat yang berkembang dari sejarah, yang
mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung,
bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. Ruang ini timbul
diantara hubungan-hubungan yang menyangkut kewajiban mereka terhadap negara dan
bebas dari pengaruh keluarga serta kekuasaan negara yang diekspresikan dalam bentuk
individualisme, pasar (market) dan pluralisme.
d. Han Sung-joo (Dengan latar belakang kasus Korea Selatan).
Masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan menjamin
hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbatas dari negara, suatu ruang
publik yang mampu mengartikulasikan isu-isu politik, gerakan warga negara yang
mampu mengendalikan diri dan independen, yang secara bersama-sama mengakui
norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk serta
pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society ini.
Konsep Han ini, mengandung 4 (empat) ciri dan prasyarat bagi terbentuknya masyarakat
madani, yakni Pertama, diakui dan dilindunginya hak-hak individu dan kemerdekaan
berserikat serta mandiri dari negara. Kedua , adanya ruang publik yang memberikan
kebebasan bagi siapapun dalam mengartikulasikan isu-isu politik. Ketiga, terdapatnya
gerakan-gerakan kemasyarakatan yang berdasar pada nilai-nilai budaya tertentu.
Keempat, terdapat kelompok inti diantara kelompok pertengahan yang mengakar dalam
masyarakat yang menggerakkan masyarakat dan melakukan modernisasi sosial ekonomi.
e. Kim Sunhyuk (Dalam konteks Korea Selatan).
Masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang
secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam masyarakat yang secara
relatif otonom dari negara, yang merupakan satuan-satuan dasar dari (re) produksi dan
masyarakat politik yang mampu melakukan kegiatan politik dalam suatu ruang publik,
guna menyatakan kepedulian mereka dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka
menurut prinsip-prinsip pluralisme dan pengelolaan yang mandiri.
Menurut Kim, pada adanya organisasi-organisasi kemasyarakatan yang relatif
memposisikan secara otonom dari pengaruh dan kekuasaan negara. Eksistensi
organisasi-organisasi ini mensyaratkan adanya ruang publik (public sphere) yang
memungkinkan untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan tertentu.

Bonus Info Kewarganegaraan


24
LAHIRNYA ”CIVIL SOCIETY”

Istilah civil society berasal dari frase Latin “civilis societies” yang mulanya
digunakan oleh Cicero (106 – 43 SM), sebagai seorang pujangga Roma. Civil society,
awalnya berarti “komunitas politik”, yaitu suatu masyarakat yang didasarkan pada
hukum dan hidup beradab; hal ini berbeda dengan bentuk masyarakat yang belum
terorganisir dan belum teratur.
Selanjutnya istilah ini berkembang terutama melalui pemikiran John Locke (1632
– 1704) dan J.J. Rousseau (1712 – 1778). Walaupun tidak sama persis, tetapi kurang
lebih mereka mengartikannya sebagai “masyarakat politik” (political society). Dalam
pengertian ini, civil society dibedakan dari keadaan alami ketika belum terbentuk
negara. Dalam kehidupan politik ini, masyarakat terstruktur dalam sautu negara
mendasarkan tata kehidupan mereka pada hukum. Selain itu, telah ada pula kehidupan
ekonomi dalam bentuk pasar dan penggunaan mata uang, juga pemanfaatan teknologi.
Pengertian civil society seperti tersebut di atas, mendapat penentangan dari Hegel.
Menurutnya, civil society bukanlah satu-satunya hal yang dibentuk dalam perjanjian
masyarakat (social contract). Bagi Hegel, secara keseluruhan tatanan politik teridiri
atas negara di satu pihak dan civil society di pihak lain.
Pada masa kini, istilah civil society digunakan untuk membedakan suatu
komunitas di luar negara atau di luar lembaga politik. Yaitu suatu lembaga privat yang
mandiri dari pemerintah dan terdiri atas individu yang membentuk kelompok untuk
mewujudkan kepentingan mereka sendiri secara aktif. Di Indonesia istilah ini mulai
populer pada era 1990-an. Pada masa itu berkembang keterbukaan politik menuju
demokrasi. Terdapat berbagai pandangan dari para ahli yang mencoba menerjemahkan
konsep civil society dalam konteks Indonesia.
Beberapa istilah diperkenalkan untuk menyebarluaskan gagasan tentang civil
society, diantara istilah-istilah yang banyak digunakan adalah ; masyarakat sipil,
masyarakat warga, dan masyarakat madani. Walaupun istilah tersebut berbeda-beda,
namun bentuk masyarakat yang dimaksudkan oleh beberapa pemikir tersebut adalah
sama, yaitu masyarakat yang menghargai keragaman (pluralisme), kritis dan partisipatif
dalam berbagai persoalan sosial dan serta mampu mandiri.

3. Karakteristik/Ciri-ciri Masyarakat Madani


Penyebutan karakteristik masyarakat madani dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa
dalam merealisasikan wacana masyarakat madani diperlukan prasyarat-prasyarat yang
menjadi nilai universal dalam penegakan masyarakat madani. Prasyarat ini tidak bisa
dipisahkan satu sama yang lain atau hanya mengambil salah satunya saja, melainkan
merupakan satu kesatuan yang integral yang menjadi dasar dan nilai bagi eksistensi
masyarakat madani. Karakteristik/ciri-ciri tersebut antara lain adalah adanya Free Public
Sphere, Demokrasi, Toleansi, Pluralisme, Keadilan Sosial (social justice), dan berkeadaban.

No Kriteria Uraian / Keterangan


1. Free Public Yaitu adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam
Sphere mengemukakan pendapat. Menurut Arendt dan Habermas yang
dimaksud dengan ruang publik secara teoritis bisa diartikan sebagai
wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses
penuh terhadap setiap kegiatan publik. Warga negara berhak
melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,

25
berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada
publik.
2. Demokratis Merupakan satu identitas yang menjadi penegak wacana masyarakat
madani, dimana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki
kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya,
termasuk berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti
masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi
dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku,
ras dan agama. Demokrasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi
penegakan masyarakat madani. Penekanan demokrasi (demokratis) di
sini dapat mencakup sebagai bentuk aspek khidupan seperti politik,
sosial, budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.
3. Toleran Toleran adalah suatu sikap yang dikembangkan dalam masyarakat
madani untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati
aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Toleransi ini memungkinkan
adan adanya kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan
menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat lain yang berbeda.
Toleransi menurut Nurcholish Madjid merupakan persoalan ajaran
dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan
adanya tata cara pergaulan yang “enak” antara berbagai kelompok
yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai “hikmah”
atau “manfaat”dari pelaksanaan ajaran yang benar.
4. Pluralisme Sebagai sebuah prasyarat penegakan masyarakat madani, maka
pluralisme harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan
sebuah tatanan kehidupan yang menghargai dan menerima
kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Pluralisme tidak
bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan
masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai dengan sikap yang
tulus untuk menerima kenyataan pluralisme itu sebagai bernilai positif,
merupakan rahmat Tuhan.
Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme adalah pertalian sejati
kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of
diversities within the bonds of civility). Bahkan pluralisme adalah juga
suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui
mekanisme pengawasan dan pengimbanagn (check and balance).
5. Keadilan Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan
Sosial pembagian yang proposional terhadap hak dan kewajiban setiap warga
(Social negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hal ini
Justice) memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek
kehidupan pada suatu kelompok masyarakat. Secara esensial,
masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).

4. Menuju Masyarakat Madani


Sistem politik suatu negara, senantiasa akan berhubungan dengan ruang publik yaitu
kehidupan yang berkaitan dengan orang kebanyakan atau rakyat. Dalam kehidupan inilah
diatur proses serta mekanisme agar seluruh aspek kehidupan menjadi teratur. Untuk itu,
dibentuk lembaga-lembaga yang membidangi urusan eksekutif, legislatif dan yudikatif.

26
Secara umum, lembaga-lembaga tersebut diandaikan mewakili sebuah organisasi besar yang
bernama ”negara”. Selain itu ada juga lembaga lain seperti organisasi partai politik yang
akan berbicara tentang bagaimana cara memperoleh, mengendalikan dan mempertahankan
kekuasaan.
Di luar negara, terdapat sekelompok masyarakat yang disebut sebagai civil society yang
biasanya terbentuk dari kelompok-kelompok kecil di luar lembaga negara dan lembaga lain
yang berorientasi kekuasaan. Sebagai sebuah komunitas, posisi masyarakat madani berada di
atas keluarga dan di bawah negara atau diantara keduanya.

Fokus Kita :
Masyarakat madani (civil society), merupakan wujud masyarakat yang memiliki
keteraturan hidup dalam suasana perikehidupan yang mandiri, berkeadilan sosial, dan
sejahtera. Masyarakat madani mencerminkan tingkat kemampuan dan kemajuan
masyarakat yang tinggi untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam menghadapi berbagai
persoalan hidup.
Bentuk nyata masyarakat madani secara sederhana dapat kita lihat yaitu dengan
berkembangnya budaya gotong royong di berbagai daerah di Indonesia. Budaya gotong
royong mampu mendorong anggota masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan bersama
secara partisipatif. Hasil kegiatan tersebut, diarahkan pada pemberdayaan masyarakat yang
secara tradisional juga terdapat mekanisme pengaturan sosial yang dikembangkan secara
turun temurun. Misalnya, dalam menentukan nilai bersama, norma, sanksi sosial yang
diberlakukan dalam masyarakat tersebut.
Kita juga dapat melihat bagaimana masyarakat mampu mengembangkan musyawarah dan
toleransi dengan berdasarkan nilai-nilai tradisional. Mereka juga telah mampu
mengembangkan budaya kebebasan berpendapat, menghormati perbedaan dan menghargai
keberagaman.
Masing-masing masyarakat di Indonesia dengan keberagaman etnik, bahasa, agama dan
adat istiadat, mereka telah memiliki mekanisme dan pengaturan sosial yang berbeda-beda.
Namun demikian seluruh aktivitas tersebut dilakukan secara mandiri dan mendorong
partisipasi dalam kebersamaan. Bentuk-bentuk masyarakat partisipatif yang demikian inilah
yang harus kita kembangkan agar kehidupan yang demokratis dapat ditopang oleh
masyarakat madani.
Beberapa prasyarat guna menuju masyarakat madani setelah tumbuh dan berkembangkan
SISTEM
demokratisasi, dapat dilihat pada bagan berikut ini.
POLITIK NEGARA

Memilliki kemampuan DEMOKRASI Secara umum telah memiliki


meme-nuhi kebutuhan pokok kemampuan ekonomi, sistem
sendiri (mampu mengatasi politik, sosial budaya dan
ketergan-tungan) agar tidak pertahanan keamanan yang
menimbul-kan kerawanan, DEMOKRATISASI dinamis, tangguh serta
terutama bidang ekonomi. berwa-wasan global.

MASYARAKAT
MADANI
(CIVIL SOCIETY)

Kualitas sumber daya manusia yang Semakin mantap mengendalikan sumber-


tinggi yang mencerminkan antara lain sumber pembiayaan dalam negeri
dari kemampuan tenaga-tenaga (berbasis kerakyatan) yang berarti
profesional untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan kepada sumber-sumber27
pembangu-nan serta penguasaan ilmu pembangunan dari luar negeri semakin
pengetahuan dan teknologi kecil atau tidak ada sama sekali.
Bonus Info Kewarganegaraan

PEMBANGUNAN MASYARAKAT MADANI


JANGAN DITELANTARKAN

Hiruk pikuk pasca peledakan bom Bali jangan sampai menelantarkan kehendak kita
bersama membangun masyarakat madani alias masyarakat kewargaan atau civil society.
Yakni masyarakat yang bersendikan, berkerangka, serta bersosok hidup kemanusiaan
yang inklusif (terbuka), yang memahami dan menghayati perbedaan justru untuk
memperkokoh serta mewujudkan kebersamaan.
Pembangunan masyarakat madani bukan saja penting, melainkan ia merupakan
kondisi serta jaringan yang harus menyertai terbangun dan bisa bekerjanya demokrasi,
penegakan hukum, persamaan tanpa diskriminasi, serta keadilan sosial dan perdamaian.
Gerakan reformasi berserta pendukung, promotor dan aktivitasnya, tidak salah
mengerahkan perjuangan kepada kekuasaan eksekutif, legislatif, yudikatif serta bisnis
ekonomi. Juga diarahkan kepada berbagai perangkatnya, termasuk lembaga dan
perangkat keamanan. Namun jangan pula dialpakan pekerjaan lain yang barangkali
kurang spektakuler, kurang memperoleh panggung, kurang seketika hasilnya, yakni
pengembangan dan pembangunan masyarakat madani.
Pemahaman tentang vicil society, menurut kita adalah pengembangan dan
pembangunan masyarakat warga yang sekali lagi membangun komunitas yang tidak
pecah menjadi sana dan sini secara eksklusif aleh perbedaan pandangan dan kepentingan.
Perbedaan justru disadari sebagai pentingnya komunitas warga yang inklusif, toleran,
terbuka dan berbudaya serta harus kita kembangkan dan kita bangun.

Sumber : Disadur dari Tajuk Rencana Kompas, 4/11/2002.

Penugasan Praktik Kewarganegaraan 3

Setelah mempelajari materi-materi tentang : Ciri-Ciri Masyarakat Madani (Pengertian


dan ciri-cirinya), lakukan Strategi Pembelajaran dengan Penugasan Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) atau Kooperatif Terpadu Membaca dan
Menulis.
Langkah-langkah :
Bentuk kelompok dengan anggotanya antara 4 – 5 orang.
Diberikan “wacana” atau kliping sesuai dengan topik pembelejaran.
Setiap kelompok bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok serta
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping, dan ditulis pada lembar kertas.
28
Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
Buatlah kesimpulan bersama.
Penutup.
D. PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA SEJAK ORDE LAMA,
ORDE BARU DAN REFORMASI

Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha untuk
membangun sistem politik demokrasi sejak dinyatakan merdeka dan berdaulat tahun 1945.
Namun banyak kalangan berpendapat bahwa sesungguhnya negara Indonesia hingga
sekarang ini masih dalam tahap “demokratisasi”. Artinya, demokrasi yang kini dibangun
belum benar-benar berdiri dengan mantap. Masih banyak yang harus dibangun dalam hal
demokrasi, karena bukan saja berkaitan dengan sistem politik kenegaraan, tetapi dalam arti
yang lebih luas adalah mencakup bidang budaya, hukum dan perangkat-perangkat lain yang
penting bagi tumbuhnya demokrasi dan masyarakat madani.

Fokus Kita :
Realitas demokrasi sebagai sebagai sistem juga belum mampu menjamin keadilan
distributif, karena akibat hakikat politik yang memang memberikan peluang arena
persaingan. Esensinya adalah bagaimana mengatur/membuat distribusi tersebut lebih adil
melalui cara-cara yang lebih bisa diterima oleh semua pihak.

Sebagai sebuah gagasan negara demokrasi yang memenuhi persyaratan-persayaratan


ideal-universal, negara Indonesia telah mencoba untuk menerapkannya. Sejak awal
kemerdekaan negara Indonesia, berbagai hal berkenaan dengan hubungan negara dan
masyarakat telah diatur di dalam UUD 1945. Para founding fathers (pendiri negara)
berkeinginan kuat agar sistem politik Indonesia mampu mewujudkan pemerintahan yang
melindungi segenap tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut
serta dalam perdamaian dunia. Hal-hal inilah yang melandasi gagasan-gagasan besar bangsa
dan rakyat Indonesia yang ingin diwujudkan melalaui “cita moral” dan “cita hukum”
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Langkah awal demokratisasi di Indonesia, dilakukan melalui penerbitan Maklumat
Wakil Presiden No. X, tanggal 3 November 1945 tentang anjuran untuk membentuk partai
politik. Kemudian langkah berikut, adalah segera dilaksanakan pemilu untuk memilih
anggota DPR yang diselenggarakan pada tahun 1946. Namun belum siapnya perangkat
perundang-undangan yang mengatur pemilu dan instabilitas akibat pemberontakan dan silih
bergantinya kabinet, mengakibatkan pemilu sampai dengan tahun 1950 belum dapat
terselenggara. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1953, pelaksanaan
pemilu pertama di Indoensia yang ditunggu-tunggu dapat terselenggara pada tahun 1955
yang diikuti oleh lebih dari 30 (tiga puluh) peserta dari perorangan (independen) dan partai
politik.
Pada era berikutnya, pelaksanaan pemilu sebagai sarana demokrasi baik pada masa orde
baru maupun era reformasi terselenggara dengan baik. Pilihan ideologi dan sistem politik
demokrasi Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Indonesia, merupakan hasil
29
kristalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa yang akan menjadi pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Meskipun praktik-praktik demokrasi Pancasila
pada masa lalu menunjukkan pengalaman yang kurang baik, bukan berarti nilai-nilai
Pancasila tidak memiliki hubungan dengan sistem politik demokrsi yang berkembang selama
ini.
Sejak awal kemerdekaan para pendiri negara dan bangsa Indonesia telah sepakat
merumuskan pancasila sebagai dasar negara sehingga sila-sila Pancasila yang tercantum di
dalamnya merupakan nilai-nilai dasar yang sepatutnya melandasi penyelenggaraan
pemerintahan yang demokratis.

1. Pengertian Demokrasi Pancasila


Rumusan singkat Demokrasi Pancasila tercantum di dalam sila keempat Pancasila, yaitu
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”. Rumusan tersebut pada dasarnya merupakan rangkaian
totalitas yang terkait erat antara satu sila dan sila lainnya (bulat dan utuh). Dalam arti umum,
demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang
dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila lain (nilai-nilai luhur Pancasila).
Beberapa pendapat mengenai Demokrasi Pancasila :
a. Prof. Dr. Drs. Notonagoro, S.H.
Demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Prof. Dardji Darmodihardjo, S.H.
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan
falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
c. Drs. S. Pamudji, M.P.A.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Berdasarkan rumusan-rumusan tersebut di atas, bahwa dapat dipahami demokrasi
Pancasila adalah suatu sistem pemerintahan rakyat yang berdasarkan kedaulatan rakyat
dengan asas musyawarah untuk mufakat sebagai sarana utama bagi pemecahan masalah-
masalah politik, ekonomi, sosial religi dan hankamnas demi terwujudnya suatu kehidupan
masyarakat yang adil dan makmur, merata material dan spiritual. Dalam rumusan-rumusan
pengertian oleh para ahli, nampak terdapat penekanan-penekanan pada hal-hal sebagai
berikut :
a. Kedaulatan rakyat, bahwa demokrasi Pancasila menolak adanya niat untuk
memanipulasi kekuasaan rakyat, seperti yang lazim terjadi pada :
 demokrasi liberal oleh kelompok ekonomi kuat (pemilik modal);
 demokrasi rakyat oleh kelompok yang karena kelihaiannya berhasil merebut,
menguasai dan mengendalikan partai/negara.
b. Asas musyawarah mufakat, karena dengan asas ini dapat dihindari penyelewengan
terhadap prinsip-prinsip demokrasi Pancasila.
Fokus
c. Jenis Kita masalah
dan kategori : disebut eksplisit/lengkap karena kesemuanya menyangkut
kepentingan
Musyawarah dan mufakat,
kedaulatanmerupakan
rakyat. salah satu sarana untuk mengambil keputusan
dalam kehidupan bersama di tengah-tengah masyarakat yang sesuai dengan Pancasila.
Supaya hal ini dapat terlaksana dengan baik, perlulah kita bersikap saling
30
menghormati dan menghargai dengan tetap mengingat kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan sistem politik demokrasi
Pancasila dituntut adanya semangat cinta tanah dan rela berkorban.
2. Konsepsi Demokrasi Pancasila
Konsepsi demokrasi Pancasila sebagaimana yang para ahli berikan rumusannya adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia, dan yang bersama-sama menjiwai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Negara Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sejak awal
telah dirintis oleh para pendiri negara dan segenap bangsa Indonesia merupakan negara
dengan sistem politik demokrasi yang bersifat monodualis yang bersumber dari sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara demokrasi monodualis,
bukan merupakan demokrasi perseorangan atau demokrasi perseorangan/liberal dan bukan
pula demokrasi golongan (kelas). Demokrasi monodualis juga bukan demokrasi organis,
yaitu massa sebagai suatu kesatuan hanya menganggap manusia sebagai makhluk sosial.
Rumusan sila keempat Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan dasar politik negara
terkandung tiga unsur, yaitu : a) kerakyatan, b) Permusyawaratan dan c) kedaulatan rakyat.
Hubungan yang terkandung di antara ketiga unsur tersebut adalah sebagai berikut.
Kedaulatan rakyat berarti penjelmaan dari sila keempat Pancasila (Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan ini
merupakan cita-cita kefilsafatan dari demokrasi Pancasila, di dalamnya ada dua arti, yaitu :
a. Demokrasi politik, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
dalam bidang politik atau persamaan dalam politik.
b. Demokrasi sosial ekonomi, yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara di bidang sosial ekonomi atau persamaan dalam bidang kemasyarakatan dan
ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

3. Aspek-Aspek Demokrasi Pancasila


Demokrasi Pancasila mengandung enam aspek berikut :

No Aspek Uraian / Keterangan


1. Aspek Formal Bahwa paham demokrasi menunjukkan cara partisipasi rakyat
dalam menyelenggarakan pemerintah, yakni dengan
mempergunakan demokrasi perwakilan (indirect democracy).
Rakyat berpartisipasi dalam pemerintahan/penyelenggara negara
melalui wakil-wakilnya yang duduk menjadi anggota Badan
Perwakilan Rakyat.
2. Aspek Paham demokrasi yang memberikan penegasan dan pengakuan
Material bahwa manusia sebagai makhluk tuhan mempunyai moral dan
martabat yang sama. Manusia bukan merupakan obyek
melainkan subyek. Oleh sebab itu manusia Indonesia mempunyai

31
kesamaan derajat, baik itu dimuka hukum (equality before the
law) maupun dalam memperoleh kesempatan (equility for the
opportunity). Adanya pengakuan terhadap rakyat dan martabat
manusia sebagai makhluk tuhan membawa konsekuensi adanya
pengakuan terhadap hak asasi dan kewajiban asasi.
3. Aspek Bahwa paham demokrasi yang berdasarkan pada norma-norma
Normatif, persatuan dan solideritas serta keadilan. Persatuan dan solideritas
(Kaidah), berarti menghendaki adanya saling keterbukaan antara warga
negara dengan penguasa, sedangkan keadilan berarti
mementingkan keseimbangan antara pemenuhan hak dan
kewajiban asasi manusia.
4. Aspek Optatif Yaitu bahwa paham demokrasi yang menitik beratkan pada
tujuan atau keinginan untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera dalam negara hukum kesejahteraan.
5. Aspek Yaitu menggambarkan perwujudan demokrasi dalam organisasi
Organisasi pemerintahan atau lembaga-lembaga negara dan organisasi
kekuatan sosial politik serta organisasi kemasyarakatan dalam
masyarakat negara.
6. Aspek Pada aspek ini menekankan bahwa dalam demokrasi Pancasila
Kejiwaan/ dibutuhkan warga negara yang berkepribadian, berbudi pekerti
Semangat luhur, bersikap rasional dan tekun dalam pengambdian.

4. Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila


Bagi bangsa Indonesia, pilihan yang tepat dalam menerapkan paham demokrasi,
adalah demokrasi Pancasila yang sesuai dengan kepribadian bangsa yang merupakan
kristalisasi tata nilai sosial budaya sendiri. Hal itu telah dipraktikkan secara turun-
menurun jauh sebelum Indonesia merdeka. Kenyataan ini dapat kita lihat pada
masyarakat desa yang menerapkan “musyawarah mufakat” dan “gotong royong” dalam
menyelesaikan masalah-masalah bersama.
Demokrasi Pancasila secara essensial menjamin bahwa rakyat mempunyai hak yang
sama untuk menentukan dirinya sendiri. Pancasila menarik perhatian kita pada
pentingnya untuk secara bertanggung jawab menciptakan keselarasan antara manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, serta manusia dengan lingkungannya
dalam arti luas.
Secara umum, sila-sila dan nilai-nilai dari Ideologi Pancasila sudah mencerminkan
ada hubungan atau keterkaitan dengan prinsip-prinsip demokrasi sebagaimana
dikemukakan oleh Melvin I. Urofsky. Meskipun tidak terkait dengan semua prinsip,
namun sebagian besar sudah memiliki hubungan atau keterkaitan. Apalagi, rumusan sila
keempat pada dasarnya juga merupakan rangkaian totalitas yang terkait antara satu sila
dengan sila lainnya.
Secara ideologi maupun konstitusional, demokrasi Pancasila mengajarkan prinsip-
prinsip sebagai berikut :
a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia,
b. Keseimbangan antara hak dan kewajiban,
c. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
d. Mewujudkan rasa keadilan sosial,
e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat,
32
f. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan, dan
g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
Dari pengertian dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam demokrasi Pancasila,
dalam implementasinya dapat dibedakan atas aspek material dan aspek formal.
a. Aspek Material (Segi substansi/isi)
Demokrasi Pancasila harus dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila lainnya. Karena
itulah, pengertian demokrasi Pancasila tidak hanya merupakan demokrasi politik,
tettapi juga demokrasi ekonomi dan sosial (lihat penjelasan pasal 27, 28, 29, 30, 31,
33, dan 34 UUD 1945).
b. Aspek Formal
Demokrasi Pancasila, merupakan bentuk atau cara pengambilan keputusan
(demokrasi politik) yang dicerminkan oleh sila keempat, yakni “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan”.

Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila sebagaimana tertuang dalam sila keempat yaitu


“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/
perwakilan “, adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Pemerintah Berdasarkan Konstitusi
Kata “Kerakyatan” dalam sila keempat ini sesungguhnya mencerminkan bahwa
Pancasila sepakat kalau sumber utma dari semua kewenagan dalam demokrasi
ada di tangan rakyat. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 1ayat (2) Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar
(amandemen ketiga).
b. Adanya Pemilu Berkesinambungan
Berdasarkan sila keempat, Indonasia menerapkan demokrasi perwakilan, bukan
demokrasi langsung. Sejak pemilu 1955 sampai dengan 1999, pemilihan presiden
selalu dilakukan oleh DPR/MPR (tidak langsung) namun mulai pemilu 2004
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia dipilih secara langsung. Sesuai dengan
sistem pemerintahan presidensial, maka sudah seharusnya Presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat.
c. Adanya Peran Kelompok-kelompok kepentingan
Kelompok-kelompok kepentingan seperti organisasi masyarakat dan LSM
(Lembaga Sosial Masyarakat) dapat menyalurkan aspirasi melalui komisi-komisi
sebelum diadakannya sidang umum ataupun sidang tahunan. Oleh fraksi-fraksi
kemudian aspirasi ini diperjuangkan di sidang komisi. Dalam sidang-sidang
komisi di DPR dan rapat badan pekerja MPR selama ini, dalam mengambil
keputusan selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Jika musyawarah
untuk mufakat tidak tercapai, baru disepakati pengambilan suara berdasarkan
pemungutan suara terbanyak (voting). Jika voting masih juga sulit, dicari titik
temu maka biasanya diadakan lobbying (upaya mencapai kesepakatan di luar
sidang resmi).
d. Demokrasi Pancasila menghargai HAM dan Melindungi Hak Minoritas
Demokrasi Pancasila sedapat mungkin mencoba menghormati hak-hak individu
dan minoritas, sedangkan kelompok mayoritas tidak boleh memakai kekuatannya
untuk mencabut kemerdekaan mendasar setiap orang.

33
Bonus Info Kewarganegaraan

PANDANGAN LAIN TENTANG ”DEMOKRASI PANCASILA”

Beberapa pendapat atau pandangan tentang demokrasi Pancasila, baik dari sudut
pandang teori maupun implementasinya, antara lain sebagai berikut :
1. Abdurahman Wahid, demokrasi di Indonesia adalah sesuatu yang masih dalam
proses demokrartisasi. Negara Indonesia “seolah-olah” negara demokrasi, padahal
masih semu.
2. Afan Gafar, “Kita dihadapkan pada kekuatan yang tidak memungkinkan demokrasi
dilaksanakan di Indonesia. Apalagi dengan adanya konsep negara integralistik,
sangat fasistik dan tidak masuk akal dan orang tidak mungkin memperjuangkan
demokrasi memperjuangkan demokrasi kalau masih berpegang pada konsep
integralistik.
3. Amir Santoso, berkeyakinan bahwa di dalam masyarakat yang belum memiliki
sistem ekonomi yang demokratik, sistem hukum yang demokratik, dan budaya
politik demokratik, belum akan tercipta sistem politik yang demokratik.
4. Peter Tanner, bahwa Indonesia jangan dulu didorong untuk demokratisasi sekarang
ini, melainkan nanti 25 tahun yang akan datang. Kalau demokratisasi dijalankan
sekarang, seluruh proses kemajuan ekonomi yang sudah dicapai selama ini akan
berantakan. Jadi, biarlah keadaannya seperti sekarang ini.
5. Sutjipto Wirosardjono, yang perlu diwaspadai aalah bahwa yang sesungguhnya
memegang kendali kehidupan politik kita bukanlah the formal player atau kekuatan-
kekuatan formal politik yang ada undang-undangnya, tetapi the real player atau
kekuatan-kekuatan riil yang mempunyai leverage yang jauh lebih besar dari
kekuatan-kekuatan politik formal itu. Walaupun kekuatan politik formal itu
memainkan peran, dia semata-mata akan dipakai sebagai kendaraan yang
ditumpangi oleh the real palyer tadi.
Demokrasi Indonesia merupakan demokrasi yang khas dengan ciri pokok mengacu
pada nilai-nilai Pancasila. Rumusan formal demokrasi Pancasila mendasarkan diri pada
kerakyatan namun tidak hanya berarti kedaulatan rakyat, melainkan mencakup demokrasi
politik, ekonomi, hukum, dan kebudayaan. Demokrasi diwujudkan dalam suatu proses
musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam prinsip ini terkandung kegotong-royongan.
Demokrasi
Penugasan jugaPraktik
diwujudkan dalam sistem perwakilan. Kesimpulannya, demokrasi
Kewarganegaraan
Pancasila adalah suatu sistem politik yang sedang diperjuangkan melalui proses
Carilah sumber informasi
demokratisasi, lain baik
yakni meuju dari ideal
kondisi buku,yang
koran, majalah,
mengacu internet,
kepada buletinPancasila.
nilai-nilai dan
sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut :
Rumuskan kembali bagaimana bangsa Indonesia memilih sistem politik kenegaraannya
dengan demokrasi Pancasila !
4
Berikan penjelasan hubungan antara nilai-nilai budaya bangsa dengan konsepsi
demokrasi Pancasila di Indonesia !
Berikan penjelasan kembali mengapa aspek material dan formal penting dalam
implementasi demokrasi Pancasila !
Berikan sekurang-kurangnya 2 (dua) contoh implementasi prinsip demokrasi Pancasila34
tentang “Keseimbangan antara hak dan kewajiban”!
Identifikasikan kembali prinsip “Pemerintah berdasarkan konstitusi” !
5. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Masa ORLA, ORBA, dan Orde
Reformasi
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dalam perjalanannya mengalami pasang surut, hal
itu ditandai dengan perubahan bentuk demokrasi yang pernah dilaksanakan di Indonesia.
Berikut adalah prkembangan demokrasi yang pernah dilaksanakan, yaitu :

 Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)


Negara Indonesia adalah salah satu negara merdeka yang lahir setelah Perang Dunia II
(17 Agustus 1945). Meskipun sebagai sebuah negara muda, tetapi negara Indonesia sudah
memiliki perangkat-perangkat kenegaraan yang memadai. Saat itu, kita sudah memiliki
UUD 1945 sebagai konstitusi negara, Pancasila sebagai dasar negara, Indonesia Raya
sebagai lagu kebangsaan, Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, Bendera Merah Putih
sebagai sebagai bendera nasional dan Presiden-Wakil Presiden Soekarno-Hatta. Perangkat
ini kemudian dilengkapi pula dengan adanya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada
tanggal 29 Agustus 1945.
Fungsi KNIP semula dalah sebagai pembantu presiden, selanjutnya kemudian beralih
menjadi DPR/MPR. Perjalanan berikutnya, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang
pembentukan partai politik. Sebagai realisasinya, maka pada November 1945, kabinet
presidensial yang dipimpin presiden diganti oleh kabinet parlementer yang dipimpin oleh
seorang perdana mentri. Sultan Syahrir diangkat sebagai perdana mentri dalam kabinet
parlementer ini.
Dengan demikian, kabinet presidensil berlaku dari Agustus - November 1945,
sedangkan kabinet parlementer dari November 1945 - Desember 1948. Pasca agresi militer
Belanda II (19 Desember 1945), negara Indonesia terpecah belah dan mudah diadu domba
dengan dibentuknya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang menerapkan sistem
politik demokrasi liberal. Kedaulatan rakyat diserahkan kepada sistem multi partai sehingga
muncul banyak partai di masyarakat. Akibatnya, suara rakyat terpecah-pecah ke dalam
banyak partai dengan efek negatif adalah adanya sikap politik yang saling menjatuhkan
antara partai satu dengan partai yang lainnya. Hal demikian adalah sangat mungkin,
mengingat pada masa itu tidak ada satupun partai besar yang memiliki suara lebih dari 50%
sehingga umur kabinet di masa demokrasi liberal tidak berusia panjang.
Peristiwa jatuh bangunnya kabinet dapat dilihat dalam data berikut ini :
a. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 27 April 1951)
b. Merupakan kabinet pertama yang memrintah pada masa demokrasi liberal. Natsir berasal
dari Masyumi.
c. Kabinet Soekiman-Soewiryo (27 April 1951 – 3 April 1952)
d. Kabinet ini dipimpin oleh Soekiman-Soewiryo dan merupakan kabinet koalisi Masyumi
– PNI.
e. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)

35
f. Kabinet ini merintis sistem zaken kabinet, bahwa kabinet yang dibentuk terdiri dari para
ahli dibidangnya masing-masing.
g. Kabinet Ali Sastrowijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
h. Merupakan kabinet terakhir sebelum pemilihan umum, kabinet ini didukung oleh PNI –
NU sedangkan Masyumi menjadi oposisi.
i. Kabinet Bahanudin Harahap dari Masyumi (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1959).
j. Kabinet Ali II (20 Maret 19955 – 14 Maret 1957), kabinet koalisi PNI, Masyumi, dan
NU.
k. Kabinet Juanda (9 April 1957) merupakan zaken kabinet.
Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo, telah dipersiapkan pelaksanaan pemilu II pada 29
September 1955. Namun, justru kabinet tersebut menyerahkan mandatnya kepada presiden,
kemudian dilanjutkan oleh kabinet Bahanuddin Harap. Pada masa inilah kemudian
terlaksananya pemilu 1955, yang dinilai banyak kalangan sebagai satu pelaksanaan Pemilu
Indonesia yang bersih.
Jatuh bangunnya kabinet diera ini terus berlanjut hingga pada 1959. Pada masa inilah
terjadi kekacauan dikalangan konstituante yang tiada berakhir, maka kemudian Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 juli 1959.

a. Demokrasi Terpimpin (5 Juli 1959 – 1965)


Setelah negara kesatuan Republik Indonesia selama hampir sembilan tahun menjalani
sistem politik demokrasi liberal, rakyat Indonesia sadar bahwa sistem demokrasi tersebut
tidak efektif. Ketidak cocokannya terhadap sistem demokrasi liberal dengan sistem politik
Indonesia ini bisa dilihat dari dua hal.
Pertama : sistem demokrasi liberal bertentangan dengan nilai dasar Pancasila, khususnya
sila ketiga dan keempat tentang persatuan Indonesia, dan permusyawaratan yang
dilandasi nilai hikmah kebijaksanaan.
Kedua : adanya ketidakmampuan konstituante untuk menyelesaikan masalah-masalah ke-
negaraan, khususnya tentang pengambilan keputusan mengenai UUD 1945.
Konflik-konflik yang berkepanjangan ini sangat tidak menguntungkan bagi
negara Indonesia.
Dengan adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka UUD 1945 berlaku kembali dan
berakhirlah UUDS 1950. Dekrit presiden diterima oleh rakyat dan didukung oleh TNI AD,
serta dibenarkan oleh Mahkamah Agung. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR,
kedudukan DPR dan presiden berada di bawah MPR.
Dekrit presiden memuat ketentuan pokok yang meliputi :
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi segenap bangsa Indonesia.
c. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat.
Sila keempat Pancasila yang menyatakan bahwa “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan” ditafsirkan sebagai sistem
demokrasi terpimpin. Presiden Soekarno ketika itu mengatakan bahwa kata ‘terpimpin’ itu
artinya dipimpin oleh seorang pemimpin atau panglima besar revolusi. Praktik sistem politik
demokrasi terpimpin, diwujudkan dalam kedudukan politiknya lembaga-lembaga negara.
Menurut UUD 1945 presiden ada dibawah MPR, namun dalam kenyataan tunduk pada
presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPR. Hal ini dilihat dari
tindakan presiden dengan pengangkatan ketua MPR yang dirangkap wakil perdana menteri
II dan pengangkatan wakil-wakil ketua MPR dari parta-partai besar (PNI dan NU) serta dari

36
ABRI yang masing-masing diberi kedudukan sebagai menteri yang tidak memiliki
departemen. Hal ini menggambarkan bahwa presiden bisa berbuat apa saja terhadap
lembaga tertinggi negara tersebut.
Bukti lain tentang adanya demokrasi terpimpin yang berpusat pada presiden, puncaknya
dalam dalam Sidang Umum MPRS tahun 1963, yaitu Presiden Soekarno diangkat menjadi
presiden seumur hidup. Sebelumnya pada 1960, DPR hasil pemilu dibubarkan oleh presiden
dan dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong. Gagasan lain dalam
melanggengkan kedudukan presiden sebagai memimpin besar revolusi, yaitu dengan
mengusulkan prinsip Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis).
Pada 1965 merupakan anti klimaks kekuasaan demokrasi terpimpin. Pada September
1965 terjadi peristiwa besar yaitu dengan terbunuhnya tujuh Jenderal TNI di Lubang Buaya
Jakarta. Peristiwa ini dikenal sebagai Gerakan 30 September 1965 atau lebih dikenal dengan
G.30 S/PKI. Hal ini mengundang reaksi mahasiswa dan rakyat Indonesia yang menuntut
presiden Soekarno untuk mundur dari jabatannya. Kemudian, Mayjen Soeharto naik
menjadi pucuk pimpinan Negara Republik Indonesia dengan sebutan Orde Baru (Orba).
b. Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru (1966 – 1998)
Awal kebangkitan orde baru, bercita-cita untuk menjalankan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Atas dukungan mahasiswa, TNI, dan rakyat ketika itu, orba
baru menampakkan sistem politik baru dengan nama ”demokrasi konstitusional” atau
demokrasi Pancasila yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Proses pembanguna sistem
demokrasi Pancasila ini ditandai dengan memperbaiki kondisi rakyat Indonesia.
Pemerintahan orde baru mengedepankan ekonomi sebagai alat komunikasi dengan rakyat,
merencanakan dan melakukan program pembangunan ekonomi disegala bidang untuk
memperbaiki keadaan bangsa Indonesia.
Sampai dengan tahun 1970-an, proses pembangunan di Indonesia masih berada di bawah
koridor Pancasila dan UUD 1945. Namun, era tahun 1980 dan 1990-an proses pembangunan
ekonomi menjadi mercusuar dan panglima. Kesenjangan ekonomi terjadi antara pusat dan
daerah sehingga tingkat kesejahteraan tidak merata serta semakin meraja lelanya ”budaya”
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam tubuh pemerintahan. Di bidang politik, terjadi
tirani mayoritas oleh salah satu partai politik, bahkan peran militer lebih dominan dibanding
dengan sipil. Akibatnya, demokrasi Pancasila menjadi bias dan kabur lagi. Bahkan, posisi
MPR ”menyerupai” zaman demokrasi terpimpin yang berada di bawah kendali presiden
Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun.
Puncak kekuasaan orde baru berakhir pada tahun 1997, yaitu dengan munculnya
perlawanan rakyat melalui gerakan reformasi 21 Mei 1998 yang berhasil menurunkan
Presiden Soeharto dari sebagai presiden Republik Indonesia yang telah berkuasa selama 32
tahun.

c. Demokrasi Era Reformasi


Reformasi lahir setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri sejak 21 Mei 1998 dan
digantikan oleh wakil presiden Dr. Ir. Bj. Habibie. Berhentinya Soeharto sebagai presiden,
karena tidak adanya lagi kepercayaan dari masyarakat serta menghadapi krisis moneter dan
ekonomi yang berkepanjangan. Pelaksanaan pemilu 7 Juni 1999 yang dianggap paling jujur
dan adil dibandingkan dengan pemilu sebelumnya, diikuti oleh 48 partai politik dengan
melahirkan partai politik besar yaitu : PDIP, Golkar, PPP, PKB, PAN, dan PBB.
Hasil pelaksanaan pemilu yang dirasakan lebih demokratis dalam Sidang Umum MPR-
RI pada bulan Oktober 1999 terpilih Ketua MPR-RI periode 1999-2004 Dr. Amien Rais,
dan Ketua DPR Ir. Akbar Tanjung. Selanjutnya pada tanggal, 20 Oktober 1999 diadakan
penyelenggaraan pemilihan presiden RI melalu voting yang menghasilkan K.H.

37
Abdurahman Wahid sebagai presiden dengan memperoleh 373 suara, dan Megawati
Soekarno Putri dengan 313 suara menjadi wakil presiden untuk periode 1999 - 2004. Untuk
selanjutnya pelantikan presiden dilakukan pada tanggal 30 Oktober 1999.
Dalam perkembangan demokrasi selanjutnya di Indonesia, peran mahasiswa, kelompok
kepentingan dan komponen rakyat Indonesia ingin agar dilaskanakan ”reformasi total”
disegala bidang. Agenda utama adalah pemberantasan terhadap Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN), kebebesan dalam menyampaikan pendapat (unjuk rasa), penegakkan
hukum dan jaminan terhadap pelaksanaan hak-hak asasi manusia. Sangat disayangkan
fenomena yang muncul pada saat itu, pergantian menteri dan pengapusan departemen
tertentu terjadi dalam era pemerintahan Gusdur (panggilan akrab Presiden Abdurahman
Wahid).
Akibat banyaknya kontradiksi tentang ucapan dan hal-hal yang dilakukan pemerintahan
pada saat itu sehingga dirasakan kontraproduktif terhadap agenda reformasi, Gusdur pun
terpaksa harus melepaskan kursi kepresidenannya karena diguncang isu Bulogatte.
MPR/DPR pun bersidang lagi untuk mengadakan pemilihan presiden dan wakil presiden
yang baru pada 23 Juli 2001. Hasilnya Megawati Soekarno Putri terpilih menjadi presiden
dan Hamzah Haz sebagai wakil presiden, untuk periode 2001-2004.

2. Pemilihan Umum Sebagai Sarana Demokrasi


Pemilihan umum adalah suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara di bidang
politik. Untuk itu sudah menjadi keharusan suatu pemerintahan dengan sisteim politik
demokrasi untuk melaksanakan pemilihan umum dalam waktu-waktu yang telah ditentukan.
Pemilihan umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Cara langsung berarti rakyat secara langsung memilih wakil-wakilnya yang akan duduk
dibadanbadan perwakilan rakyat, contonya: pemuli di Indonesia untuk memilih anggota
DPRD II, DPRD I, dan DPR.
b. Cara bertingkat berarti rakyat memilih dulu wakilnya (senat), kemudian wakilnya itulah
yang akan memilih wakil rakyat yang akan duduk dibadan-badan perwakilan rakyat.
Dalam pemilihan umum diharapkan wakil-wakil yang dipilih benar-benar sesuai dengan
aspirasi dan keinginan dari rakyat yang memilihnya. Oleh sebab itu dalam ilmu politik serta
teoritis dikenal cara atau sistem memilih wakil rakyat agar mewakili rakyat yang
memilihnya. Berdasarkan kondisi tersebut di atas terdapat 3 (tiga) sistem pemilihan umum
yaitu :
 Sistem Distrik
Sistem distrik merupakan sistem pemilu yang paling tua dan didasarkan kepada kesatuan
goegrafis, dimana satu kesatuan geografis mempunyai satu wakil di parlemen. Sistem
distrik sering dipakai dalam negara yang mempunyai sistem dwi partai, seperti
Inggris serta bekas jajahannya (India dan Malaysia) dan Amerika. Namun, sistem distrik
juga dapat dilaksanakan pada satu negara yang menganut sistem multi partai, seperti di
Malaysia. Disini sistem distrik secara alamiah mendorong partai-partai untuk berkoalisi,
mulai dari menghadapi pemilu.
Sistem distrik mempunyai beberapa keuntungan, yaitu sebagai berikut :
1) Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk
distrik itu, hubungannya dengan penduduk distrik lebih erat. wakil tersebut lebih
condong untuk memperjuangkan kepentingan distrik. Wakil tersebut lebih
independen terhadap partainya karena rakyat lebih memberikan pertimbangan untuk

38
memilih wakil tersebut karena faktor integritas pribadi sang wakil. Namun demikian,
wakil tersebut juga terikat dengan partainya, seperti untuk kampanye dan lain-lain.
2) Sistem ini lebih cenderung kearah koalisi partai-partai karena kursi yang
diperebutkan dalam satu daerah, distrik hanya satu. Sehingga mendorong partai
menonjolkan kerjasama dari perbedaan, setidak-tidaknya menjelang pemilu, melalui
stembus record.
3) Fragmentasi partai atau kecendrungan untuk membentuk partai baru dapat
terbendung, malah dapat melakukan penyederhanaan partai secara alamiah tanpa
paksa. Di Inggris dan Amerika Serikat sistem ini menunjang bertahannya sistem dwi
partai.
4) Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam
parlemen, tidak perlu diadakan koalisi partai lain, sehingga mendukung stabilitas
nasional.
5) Sistem ini sederhana dan serta mudah untuk dillaksanakannya.

Disamping keuntungan dari sistem distrik ini, terdapat juga beberapa kelemahannya,
yaitu sebagai berikut :
1) Kurang memperhatikan adanya partai-partai kecil dan golongan minoritas, apabila
golongan tersebut terpencar dalam beberapa distrik.
2) Kurang representatif, dimana partai yang kalah dalam suatu distrik kehilangan suara
yang telah mendukungnya. Dengan demikian, suara tersebut tidak diperhitungkan
lagi. Kalau sejumlah partai ikut dalam setiap distrik akan banyak jumlah suara yang
hilang, sehingga dianggap kurang adil oleh partai atau golongan yang dirugikan.
3) Ada kecendrungan si wakil lebih mementingkan kepentingan daerah pemilihannya
dari pada kepentingan nasional.
4) Umumnya kurang efektif bagi suatu masyarakat heterogen.

 Sistem Proporsional
Sistem perwakilan proporsional adalah presentasi kursi di DPR dibagi kepada tiap-
tiap partai politik, sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dalam pemilihan
umum, khusus di daerah pemilihan. Jadi, jumlah kursi yang diperoleh satu golongan atau
partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dalam masyarakat. Untuk
keperluan itu kini ditentukan satu pertimbangan, misalnya 1 (satu) orang wakil : 400.000
penduduk. Sistem proporsional ini sering dikombinasikan dengan beberapa prosedur
lain, seperti sistem daftar (list system), dimana partai mengajukan daftar calon dan
sipemilih memilih satu partai dengan semua calon yang diajukan oleh partai itu untuk
bermacam-macam kursi yang sedang diperebutkan.
Sistem proporsional memiliki beberapa keuntungan, yaitu sebagai berikut :
1) Sistem proporsional dianggap lebih demokratis, dalam arti lebih egalitarian, karena
asas one man one vote dilaksanakan secara penuh tanpa ada suara yang hilang.
2) Sistem ini dianggap representatif, karena jumlah kursi partai dalam parlemen sesuai
dengan jumlah suara yang diperolehnya dari masyarakat dalam pemilu.
Disamping segi-segi politif atau keuntungan tersebut, sistem proporsional juga
mempunyai kelemahan, yaitu sebagai berikut.
1) Mempermudah fragmentasi (pembentukan partai baru). Jika terjadi konflik intern
partai, anggota yang kecewa cendrung membentuk partai baru, sehingga peluang
untuk bersatu kurang. Bahkan, ada kecendrungan partai bukan diletakkan pada

39
landasan ideologi atau asas, melainkan kepentingan untuk memperebutkan jabatan
atau kursi diparlemen.
2) Sistem ini lebih memperbesar perbedaan yang ada dibandingkan dengan kerjasama
sehingga ada kecendrungan untuk memperbanyak jumlah partai, seperti di Indonesia
setelah reformasi 1998.
3) Sistem ini memberikan peranan atau kekkuasaan yang sangat kuat kepada pemimpin
partai, karena kepemimpinan menentukan orang-orang yang akan dicalonkan
menjadi wakil rakyat. Bahkan ada kecendrungan wakil rakyat lebih menjaga
kepentingan dewan pimpinan partainya dari pada kepentingan rakyat. Pada zaman
orde baru sistem ini dapat digunakan oleh pimpinan partai untuk me-recall
anggotanya yang vokal atau tidak sejalan dengan haluan partai diparlemen.
4) Wakil yang dipilih renggang ikatannya dengan warga yang telah memilihnya, karena
saat pemilihan umum yang lebih menonjol adalah partainya dan wilayah pemilihan
sangat besar (sebesar propinsi). Peranan partai lebih menonjol dari pada kepribadian
sang wakil. Di Indonesia banyak kritikan pada sistem ini dengan sebutan seperti
memilih “kucing dalam karung”, artinya rakyat memilih tanda gambar peserta
pemilu, tetapi siapa wakil yang dipilih kurang diketahui rakyat pemilih.
5) Karena banyaknya partai bersaing sulit bagi suatu partai untuk meraih mayoritas (50
% + 1) dalam parlemen.

 Sistem Gabungan
Sistem gabungan merupakan sistem yang menggabungkan sistem distrik dengan
proporsional. Sistem ini membagi wilayah negara dalam beberapa daerah pemilihan. Sisa
suara pemilih tidak hilang, melainkan diperhitungkan dengan jumlah kursi yang belum
dibagi. Sistem gabungan ini diterapkan di Indonesia sejak pemilu tahun 1977 dalam
memilih anggota DPR, DPRD I, dan DPRD II. Sistem ini disebut juga sistem
proporsional berdasarkan stelsel daftar.
Penugasan Praktik Kewarganegaraan 5
Setelah mempelajari materi-materi tentang : Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
(Demokrasi Terpimpin, Masa Orde Baru, Era Reformasi), Pemilu Sebagai Sarana
Demokrasi, dilanjutkan Penugasan dengan menjawab pertanyaan atau pernyataan sebagai
berikut :

1. Berikan ulasan kembali tentang pelaksanaan sistem politik demokrasi di Indonesia era orde
lama, orde baru dan era reformasi sesuai pendapat anda secara
umum ! .................................. .................................................................................................
......................................................................
..................................................................................................................................................
.....................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..........................................

2. Pada masa berlakunya demokrasi liberal antara tahun 1950 s.d. 1959, hal-hal yang
menonjol adalah tumbuh suburnya partai-partai politik dan ketidak stabilan pemerintahan,
berikan penjelasan dengan singkat !
a. Tumbuh suburnya partai-partai
politik : ..................................................................................
............................................................................................................................................
....................

40
............................................................................................................................................
....................
............................................................................................................................................
....................
b. Ketidak stabilan
pemerintahan : .................................................................................................
............................................................................................................................................
....................
............................................................................................................................................
....................
............................................................................................................................................
....................

3. Selama Pemerintahan orde lama pernah diberlakukan “demokrasi liberal” dan “demokrasi
terpimpin”. Jelaskan maksudnya !
Demokrasi Liberal Demokrasi Terpimpin
....................................................................... ....................................................................
....... ..........
....................................................................... ....................................................................
....... ..........
....................................................................... ....................................................................
....... ..........
....................................................................... ....................................................................
....... ..........

4. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa di era reformasi tuntutan masyarakat lebih


mengarah ke upaya pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) !
..................................................................................................................................................
.....................
..................................................................................................................................................
.....................
..................................................................................................................................................
.....................
..................................................................................................................................................
.....................

5. Tuliskan perbedaan dan persamaan mendasar antara pelaksanaan pemilu dengan


“sistem distrik” dan “sistem proporsional” di bawah ini !
Perbedaan Persamaan
....................................................................... ......................................................................
...... ..........
....................................................................... ......................................................................
...... ..........
....................................................................... ......................................................................
...... ..........
....................................................................... ......................................................................
...... ..........

41
3. Pemilihan Umum di Indonesia (Era Reformasi)
Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi Pancasila dimaksud untuk membentuk
sistem kekuasaan negara berdaulat rakyat dengan permusyawaratan / perwakilan sesuai
dengan UUD 1945.
a. Landasan Hukum
Pelaksanaan pemilihan umum tahun 2004 didasarkan pada:
1) UUD 1945 pasal 22E; pemilu yang luber dan jurdil, 5 tahun sekali, memilih anggota
DPR, DPD, presiden dan wakil presiden, dan DPRD, diselenggarakan oleh KPU
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
2) UU No. 31 tahun 2002 tentang partai politik.
3) UU No. 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD.
4) UU No. 22 tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan
DPRD.
5) UU No. 23 tahun 2003 tentang pemilu presiden dan wakil presiden.
6) UU No. 24 tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi

b. Dasar Pemilihan Umum


1) Pelaksanaan pemilu tahun 2004 didasarkan pada pembukaan UUD 1945 alinea
keempat, antara lain, menyatakan bahwa, “kemerdekaan bangsa Indonesia disusun
dalam suatu Undang-Undang Dasar yang terbentuk suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berdaulatan Rakyat”.
2) Perubahan UUD 1945 pasal 2 ayat 1 yang mengatakan bahwa “kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Perubahan tersebut bermakna
bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, tetapi
dilaksanakan menurut UUD.
3) Dalam negara Republik Indonesia yang majemuk, yang berwawasan kebangsaan,
partai politik adalah saluran utama untuk memperjuangkan kehendak masyarakat
sekaligus sebagai sarana kaderisasi dan rekruitmen kepemimpinan nasional dan
penyelenggaraan negara.
4) Sesuai amanat reformasi, penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan lebih
berkualitas agar menjamin derajat kompetisi yang sehat, partisipatif, dan memiliki
mekanisme pertanggung jawaban yang jelas.

b. Tujuan Pemilihan Umum 2004


Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah,
serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan
rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional berdasarkan UUD 1945.

d. Asas Pemilihan Umum 2004


Berdasarkan UUD 1945 pasal 22E ayat 1, pemilu dilaksanakan secara luber dan
jurdil.
Pengertian asas pemilu :
1) Langsung
Rakyat memilih wakilnya secara langsung sesuai dengan hati nuraninya tanpa
perantara.
2) Umum

42
Semua warga negara yang sudah memenuhi persyaratan untuk memilih berhak
mengikuti pemilu. Kesempatan memilih ini berlaku untuk semua warga negara, tanpa
diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, dan lain-lain.
3) Bebas
Setiap warga negara bebas menentukan pilihannya tanpa ada tekanan atau paksaan
dari siapapun juga.
4) Rahasia
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui
oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun.
5) Jujur
Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah,
peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih serta semua pihak
yang berkaitan harus bersikap dan bertindak jujur.
6) Adil
Dalam penyelenggaraan pemilu setiap peserta dan pemilih, mendapat perlakuan yang
sama sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Peserta Pemilihan Umum 2004


Pelaksanaan pemilu tahun 2004 diikuti oleh 24 partai politik (parpol). Sebagian
parpol merupakan parpol yang telah mengikuti pemilu sebelumnya, sedangkan
sebagiannya lagi merupak parpol gabungan dari berbagai partai. Dibawah ini adalah
nama-nama partai politik peserta pemilu tahun 2004, yaitu:
1) PNI Marhaenisme 12) Partai Nahdatul Ummah
2) Partai Buruh Sosial Demokrat Indonesia
3) Partai Bulan Bintang 13) Partai Amanat Nasional
4) Partai Merdeka 14) Partai Karya Peduli Bangsa
5) Partai Persatuan Pembangunan 15) Partai Kebangkitan Bangsa
6) Partai Demokrat Kebangsaan 16) Partai Keadilan Sejahtera
7) Partai Perhimpunan Indonesia 17) Partai Bulan Reformasi
Baru 18) Partai Demokrasi Perjuangan
8) Partai Nasional Banteng Indonesia
Kemerdekaan 19) Partai Damai Sejahtera
9) Partai Demokrat 20) Partai Golkar
10) Partai Keadilan dan Persatuan 21) Partai Patriot Pancasila
Indonesia 22) Partai Serikat Islam
11) Partai Penegak Demokrasi 23) Partai Persatuan Daerah
Indonesia 24) Partai Pelopor

Disamping partai politik, peserta pemilu 2004 adalah perseorangan calon, yaitu
dalam rangka memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Partai-partai politik
yang ada di Indonesia tidak begitu saja mudah menjadi peserta pemilu tahun 2004 karena
parpol-parpol tersebut harus mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditentukan panita
KPU. Dan prosedur-prosedur tersebut harus diikuti dengan baik.
Parpol yang ingin mendaftar menjadi peserta pemilu harus mendatangi KPU dengan
membawa bukti-bukti sebagai berikut :
1) Salinan surat menteri kehakiman dan HAM tentang pengesahan parpol sebagai badan
hukum.

43
2) Surat pernyataan yang ditanda tangani pimpinan parpol tingkat pusat berkenaan
dengan jumlah kepengurusan parpol ditingkat propinsi yang sekurang-kurangnya
2/3 jumlah seluruh provinsi.
3) Surat pernyataan memiliki nama anggota parpol sekurang-kurangnya seribu orang
atau 1/1000 dari jumlah penduduk dari setiap kepengurusan parpol di kabupaten,
dilampirkan nama daftar nama anggota dan kartu tanda anggota parpol yang masih
berlaku.
4) Surat keterangan domisili kantor tetap dan dokumen yang sah.
5) Nama dan tanda gambar parpol dengan ukuran 10 X 10 cm berwarna.

Selain bukti-bukti yang telah disebutkan di atas, surat pendaftaran parpol juga harus
dibawa ke KPU pada saat mendaftar. Surat pendaftaran yang sah adalah apabila ditanda
tangani oleh pimpinan parpol tingkat pusat dibubuhi cap / stempel.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas dinamakan verifikasi administrasi yang dilakukan
oleh KPU dan hasilnya akan diberitahukan kepada parpol yang bersangkutan. Bagi parpol
yang belum lulus verifikasi administrasi, diberikan satu kali perbaikan selama-lamaya tujuh
hari sejak pemberitahuan dari KPU.
Sedangkan verifikasi faktual adalah penelitian dan pengecekan kebenaran data mengenai
hal-hal berikut :
1) Jumlah dan susunan kepengurusan parpol ditingkat provinsi berdasarkan surat pimpinan
parpol ditingkat pusat.
2) Jumlah dan susunan kepengurusan parpol ditingkat kabupaten berdasarkan surat
keputusan pimpinan parpol ditingkat pusat.
3) Jumlah anggota parpol sekurang-kurangnya seribu orang atau 1/1000 dari jumlah
penduduk pada setiap kepengurusan parpol dikabupaten berdasarkan lampiran daftar
nama anggota dan kartu tanda anggota.
4) Domisili kantor tetap dan dokumen yang sah.
Verifikasi faktual dilakukan oleh KPU provinsi terhadap susunan kepengurusan dan
domisili kantor tetap parpol di provinsi yang bersangkutan dan dilakukan juga oleh KPU
kabupaten terhadap susunan kepengurusan, domisili kantor tetap, dan keanggotaan parpol di
kabutan yang bersangkutan.

f. Penyelenggraan Pemilu 2004


Penyelenggaraan pemilu yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan parpol harus
mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku dan dijiwai oleh semangat
kekeluargaan dan gotong royong. Oleh sebab itu, asas luber dan jurdil, sebagai prasyarat
yang telah disepakati, harus dilaksanakan oleh semua organisasi peserta pemilu secara murni
dan konsekuen.
 Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Satu tahun setelah penyelenggaran pemilu tahun 1999, pemerintah bersama DPR
mengeluarkan UU No. 4 tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 3/1999 tentang
pemilu. Pokok isi UU No. 4 tahun 2000 adalah mengenai perubahan penting,
penyelenggaraan pemilu tahun 2004 dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
yang independen dan nonpartisan.
Pemilihan umum diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang
bersifat nasional, tetap dan mandiri, sesuai dengan pasal 22E ayat (5).
1) Sifat “nasional” dimaksudkan bahwa KPU sebagai penyelenggara mencakup seluruh
wilayah negara kekuasaan Republik Indonesia.

44
2) Sifat “tetap” dimaksudkan bahwa KPU sebagai lembaga menjalankan tugasnya
secara berkesinambungan, meskipun keanggotannya dibatasi oleh masa jabatan
tertentu.
3) Sifat “mandiri” dimaksudkan dalam menyelenggarakan dan melaksanakan pemilu
KPU bersifat mandiri dan bebas dari pengaruh pihak manapun, disertai serta dengan
transparansi dan pertanggungjawaban yang jelas sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, untuk menjamin tercapainya penyelenggaraan pemilu.

 Tugas dan Wewenag KPU


Tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum adalah :
1) Merencanakan penyelenggaraan Pemilu.
2) Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan pemilu.
3) Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilu.
4) Menetapkan peserta pemilu.
5) Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi dan calon anggota DPR, DPD, DPRD
provinsi dan DPRD kabupaten / kota.
6) Menetapkan waktu, tanggal, tatacara pelaksanaan kampanye, dan pemungutan suara.
7) Menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota DPR, DPD,
DPRD provinsi dan DPRD kabupaten / kota.
8) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu.
9) Melaksanakan tugas dan kewengan lain yang diatur undang-undang.

 Kewajiban Komisi Pemilihan Umum (KPU)


KPU berkewajiban :
1) Memperlakukan semua peserta pemilu secara adil dan setara guna mensukseskan
pemilu.
2) Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemilu berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3) Memelihara arsip dan dokumen pemilu serta mengelola barang inventari KPU
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4) Menyampaiakan informasi kepada masyarakat.
5) Melaporkan penyelenggaraan pemilu kepada presiden selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari sesudah mengucapkan sumpah / janji anggota DPR dan DPD.
6) Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima APBN.
7) Melaksanakan kewajiban lain yang diatur undang-undang.

 Komisi Pemilu Umum (KPU) Provinsi


1) Tugas dan wewenang KPU provinsi adalah
a) Melancarkan pelaksaan pemilu ditingkat provinsi;
b) Melaksanakan pemilu di provinsi;
c) Menetapkan hasil pemilu di provinsi;
d) Mengkordinasi kegiatan KPU kabutan / kota; dan
e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU

2) Kewajiban KPU provinsi


KPU provinsi berkewajiban :
a) Memperlakukan peserta pemilu secara adil dan setara.
b) Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat.
c) Menjawab pertanyaan serta menampung dan memproses pengaduan dari peserta
pemilu dan masyarakat.

45
d) Menyampaikan laporan secara periodik dan mempertanggung jawabkan seluruh
kegiatan pelaksaan pemilu kepada KPU.
e) Menyampaikan laporan secara periodik kepada gubernur.
f) Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBN dan
APBD.
g) Melaksanakan kewajiban lain yang diatur undang-undang

 Komisi Pemilihan Umum Kabupaten / Kota


1) Tugas dan wewenang KPU kabupaten / kota :
a) Merencanakan pelaksaan pemilu di kabupaten / kota.
b) Melaksanakan pemilu di kabupaten / kota.
c) Menetapkan hasil pemilu di kabupaten / kota.
d) Membentuk PPK, PPS, KPPS dalam wilayah kerjanya.
e) Mengkordinasi kegiatan panitia pelaksana pemilu dalam wilayah kerjanya.
f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU dan KPU provinsi.
2) Kewajiban KPU kabuten / kota :
a) Memperlakukan peserta pemilu secara adil dan setara.
b) Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat.
c) Menjawab pertanyaan serta menampung dan memproses pengaduan dari peserta
pemilu dan masyarakat.
d) Menyampaikan laporan secara periodik dan mempertanggung jawabkan seluruh
kegiatan pelaksanaan pemilu kepada KPU provinsi.
e) Menyampaikan laporan secara periodik kepada Bupati dan walikota.
f) Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBN dan
APBD.
g) Melaksanakan seluruh kewajiban lainnya yang diatur undang-undang.

Sifat Independen dan non-partisan KPU saat ini tercermin dari proses seleksi calon
anggota KPU. Dari semua calon anggota KPU yang diajukan kepada presiden untuk
mendapat persetujuan DPR, tidak satupun berasal dari parpol. Pada umumnya para calon
berasal dari kalangan perguruan tinggi / LSM. Persyaratan untuk menjadi anggota KPU
antara lain :
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Berhak memilih dan dipilih.
3) Mempunyai komitmen yang kuat terhadap tegaknya demokrasi dan keadilan.
4) Mempunyai integritas pribadi yang kuat, jujur dan adil.
5) Memiliki pengetahuan yang memadai tentang politik, kepartaian, pemilu dan
kemampuan kepemimpinan.
6) Tidak menjadi anggota atau pengurus partai politik.
7) Tidak sedang menduduki jabatan politik dan jabatan struktural dalam jabatan
pegawai negri.
Untuk lebih mengefektifkan kinerja KPU, pimpinan KPU juga membentuk alat
kelengkapan, berupa devisi-devisi, badan urusan rumah tangga dan panitia kerja atau tim
yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Badan urusan rumah tangga bertugas
melaksanakan pengurusan hak-hak anggota KPU dan sekretariat umum serta
merumuskan rancangan anggran tahunan KPU dan rencana anggran penyelenggaraan
pemilu.
Adapun susunan keanggotaan KPU adalah sebagai berikut :
 Ketua : Prof. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin, MA.
 Wakil ketua : Prof. Ramlan Surbaki, MA. PhD.

46
Anggota : Drs. Mulyana W. Kusumah
Anggota : Drs. Daan Dimara, MA.
Anggota : Prof. Dr. Rusadi Kantaprawira
Anggota : Drs. Anas Urbaningrum, MA
Anggota : Chusnul Mar’iyah, PhD.
Anggota : Dr. Hamid Awaludin
Anggota : Dra. Valina Singka Subekti, Msi

 Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu)


Panita Pengawas Pemilu adalah sebuah lembaga pengawasan yang dibentuk dengan
dasar hukum UU No. 12 tahun 2003 tentang tata cara penyelenggaraan pemilu.
Berdasarkan pasal 112 UU No. 12 tahun 2003, panwaslu ditugaskan untuk
mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilu. Selain itu panwaslu juga mendapat
perintah untuk menerima laporan, menyelesaikan sengketa, serta meneruskan temuan
dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang.
Pemilu tahun 2004 sangat strategis sebagai bagian dari pelaksanaan proses
demokrasi, dan lebih penting lagi dalam upaya menciptakan pemerintah yang bersih.
Tugasnya, pelaksanaan pemilu 2004 harus sukses. Untuk itu, diperlukan kerjasama yang
baik antara KPU, Panwaslu, media masa, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), serta
segenap lapisan masyarakat secara umum, dalam mensukseskan pemilu tersebut.
Adapun anggota-anggota panwaslu diangkat oleh KPU adalah sebagai berikut :
 Ketua : Prof. Dr. Komaruddin Hidayat
 Wakil ketua : Pdt. Saut Hamonangaan Sirait, M. Th.
Anggota : H.M. Rozy Munir, S.E., M. Sc.
Anggota : Brigjen Polisi Drs. Bambang Aris Sampoerna Djati, S.H.
Anggota : Kombes Drs. Johnny Tangkudung, S.H.,M.H.
Anggota : Masyudi Ridwan, S.H.,M.H
Anggota : Dra. Siti Noordjannah Djohantini, M.M
Anggota : Topo Santoso, S.H.,M.H.
Anggota : Didik Supriyanto

 Jadwal Pemilu 2004


Pelaksanaan pemilu tahun 2004 berbeda dari pemilu sebelumnya, karena pemilu
sekarang merupakan pemilihan secara langsung dan dilaksanakan 3 kali, yaitu :
1) Tanggal 5 April 2004, Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten,
2) Tanggal 1 – 5 Juli 2004, Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden (putaran
pertama),
3) Tanggal 20 September 2004, Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden
(putaran kedua apabila dalam putaran pertama jumlah suara yang didapat tidak
memenuhi ketentuan). Yang dimaksud dengan ketentuan adalah, jika calon Presiden
dan Wakil Presiden belum memperoleh jumlah suara di atas 50 % dengan minimal
20% suara terbesar di lebih 16 provinsi.

 Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)


1) KPPS bertugas melaksanakan pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilu di
TPS.
2) Anggota KPPS sebanyak 7 (tujuh) orang.
3) Untuk melaksanakan tugas KPPS, di setiap TPS diperbantukan petugas keamanan
dari satuan pertahanan sipil / perlindungan masyarakat sebanyak 2 (dua) orang.

47
4) KPPS berkewajiban membuat berita acara pemungutan dan penghitungan suara serta
membuat sertifikat hasil perhitungan suara untuk disampaikan kepada PPS.

1. Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten / Kota dan DPD.
1) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota,
masing-masing ditetapkan Daerah Pemihan sebagai berikut :
a) Daerah Pemilihan anggota DPR adalah provinsi atau bagian-bagian provinsi;
b) Daerah pemilihan anggota DPRD provinsi adalah kabupaten/kota atau gabungan
kabupaten / kota sebagai daerah pemilihan;
c) Daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten / kota adalah kecamatan atau
gabungan kecamatan sebagai daerah pemilihan.
2) Penetapan daerah pemilihan anggota DPRR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten /
kota ditentukan oleh KPU dengan ketentuan setiap daerah pemilihan mendapatkan
alokasi kursi antara 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) kursi.
3) Jumlah kursi DPR ditetapkan sebanyak 550.
4) Jumlah kursi anggota DPR untuk setiap provinsi ditetapkan berdasarkan jumlah
penduduk dengan memperhatikan perimbangan yang wajar. Yang dimaksud dengan
perimbangan yang wajar dalam ayat ini adalah :
a) Alokasi provinsi dihitung berdasarkan tingkat kepadatan penduduk dengan kuota
setiap kursi maksimal 425.000 untuk daerah yang tingkat kepadatan
penduduknya tinggi dan kuota setiap kursi minimum 325.000 untuk daerah yang
tingkat kepadatan penduduknya rendah.
b) Jumlah kursi pada setiap provinsi dialokasikan tidak kurang dari jumlah kursi
provinsi sesuai pada pemilu tahun 1999.
c) Provinsi baru hasil pemekaran setelah pemilu 1999 memperoleh alokasi
sekurang-kurangnnya 3 (tiga) kursi.
5) Tata cara perhitungan jumlah kursi anggota DPR untuk setiap provinsi ditetapkan
oleh KPU.
6) Jumlah kursi anggota DPRD provinsi ditetapkan sekurang-kurangnnya 35 (tiga puluh
lima) kursi dan sebanyak-banyaknya 100 (seratus) kursi. Jumlah anggota DPRD
provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan DPRD provinsi Papua disesuaikan dengan
ketentuan Undang-Undang no. 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi
Nangroe Aceh Darussalam dan Undang-undang no. 21 tahun 2001 tentang otonomi
khusus bagi provinsi Papua.
7) Jumlah kursi anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didasarkan pada jumlah penduduk privinsi yeng bersangkutan dengan ketentuan:
a) Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa
mendapat 35 (tiga puluh lima) kursi;
b) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) jiwa sampai
dengan 3.000.000 (tiga juta) jiwa mendapat 45 (empat puluh lima) kursi;
c) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 3.000.000 (tiga juta) jiwa sampai
dengan 5.000.000 (lima juta) jiwa mendapat 55 (lima puluh lima) kursi;
d) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 5.000.000 (lima juata) jiwa sampai
dengan 7.000.000 (tujuh juta) jiwa mendapat 65 (enam puluh lima) kursi;
e) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 7.000.000 (tujuh juta) jiwa sampai
dengan 9.000.000 (sembilan juta) jiwa mendapat 75 (tujuh puluh lima) kursi;
f) Provisi dengan jumlah penduduk lebih dari 9.000.000 (sembilan juta) jiwa
sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa mendapat 85 (delapan puluh
lima) kursi;

48
g) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 (dua belas juta) jiwa
mendapat 100 (seratus) kursi;
8) Jumlah kursi anggota DPRD setiap provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh KPU.
9) Jumlah kursi anggota DPRD kabupaten / kota ditetapkan sekurang-kurangnya 20
(dua puluh) kursi dan sebanyak-banyaknya 45 (empat puluh lima) kursi.
10) Jumlah kursi anggota DPRD kabupaten / kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan pada jumlah penduduk di kabupaten / kota dengan ketentuan :
a) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 100.000 (seratus ribu)
jiwa mendapat 20 (dua puluh) kursi;
b) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (seratus ribu)
sampai dengan 200.000 (dua ratus ribu) jiwa mendapat 25 (dua puluh lima) kursi;
c) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 200.000 (dua ratus ribu)
sampai dengan 300.000 (tiga ratus ribu) sampai dengan 300.000 (tiga ratus ribu)
jiwa mendapat 30 (tiga pulu) kursi;
d) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 (tig aratus ribu)
sampai dengan 400.000 (empat ratus ribu) jiwa mendapat 35 (tiga lupuh
lima) kursi;
e) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 400.000 – 500.000 jiwa
mendapat 40 (empat puluh) kursi;
f) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 jiwa mendapat 45
(empat puluh lima) kursi.
11) Daerah pemilihan untuk anggota DPD adalah provinsi.
12) Jumlah anggota DPD untuk setiap provinsi ditetapkan 4 (empat) orang.

2. Panitia Pemilihan Luar Negri (PPLN)


1) PLN berkedudukan dikantor perwakilan RI.
2) Anggota PPLN sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh)
orang dan berasal dari wakil masyarakat Indonesia.
3) Anggota PPLN diangkat dan diberhentikan oleh KPU atas usul Kepala Perwakilan
Republik Indonesia sesuai dengan wilayah kerjanya.
4) Susunan keanggotaan PPLN terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, dan
anggota.
5) Tugas dan wewenang PPLN adalah :
a) Melakukan pendaftaran pemilih warga negara Republik Indonesia;
b) Mengangkat petugas pencatat dan pendaftar;
c) Menyampaikan daftar pemilih warga negara Republik Indonesia kepada KPU;
d) Membnetuk KPPSLN;
e) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh TPSLN dalam
wilayah kerjanya.

E. PERILAKU BUDAYA DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-


HARI

Budaya demokrasi Pancasila, merupakan paham demokrasi yang berpedoman pada asas
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia, dan yang bersama-sama menjiwai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

49
Budaya demokrasi Pancasila mengakui adanya sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Rumusan sila keempat Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan dasar politik negara
yang di dalamnya terkandung unsur kerakyatan, permusyawaratan, dan kedaulatan rakyat,
merupakan cita-cita kefilsafatan dari demokrasi Pancasila. Oleh sebab itu, dalam perilaku
budaya demokrasi yang perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari dapat adalah hal-
hal sebagai berikut :
1. Menjunjung tinggi persamaan
Budaya demokrasi Pancasila, mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki persamaan
harkat dan derajat dari sumber yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa. Oleh sebab itu, dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita mampu berbuat dan
bertindak untuk menghargai orang lain sebagai wujud kesadaran diri mau menerima
keberagaman di dalam masyarakat. Menjunjung tinggi persamaan, terkandung makna
bahwa kita mau berbagi dan terbuka menerima perbedaan pendapat, kritik dan saran dari
orang lain
2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
Setiap manusia diberikan fitrah hak asasi dari Tuhan YME berupa hak hidup, hak
kebebasan dan hak untuk memiliki sesuatu. Penerapan hak-hak tersebut bukanlah sesuatu
yang mutlak tanpa batas. Dalam kehidupan bermasyarakat, ada batas-batas yang harus
dihormati bersama berupa hak-hak yang dimiliki orang lain sebagai batasan norma yang
berlaku dan dipatuhi. Untuk itu, dalam upaya mewujudkan tatanan kehidupan sehari-hari
yang bertanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri, dan orang lain, perlu diwujudkan
perilaku yang mampu menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dengan sebaik-
baiknya.
3. Membudayakan sikap bijak dan adil
Salah satu perbuatan mulia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari baik
kepada diri sendiri maupun kepada orang lain adalah mampu bersikap bijak dan adil.
Bijak dan adil dalam makna yang sederhana adalah perbuatan yang benar-benar
dilakukan penuh dengan perhitungan, mawas diri, mau memahami apa yang dilakukan
orang lain dan proporsional (tidak berat sebelah). Perlu bagi kita di dalam masyarakat
untuk senantiasa mengembangkan budaya bijak dan adil dalam kerangka untuk
mewujudkan kehidupan yang saling menghormati harkat dan martabat orang lain, tidak
diskrimanatif, terbuka dan menjaga persatuan dan keutuhan lingkungan masyarakat
sekitar.
4. Membiasakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat, merupakan salah satu nilai dasar
budaya bangsa Indonesia yang sejak lama telah dipraktikkan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam musyawarah mufakat, terkandung makna bahwa pada
setiap kesempatan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan diperlukan
kesadaran dan kearifan untuk untuk memutuskan. Untuk itu, sebelum suatu keputusan di
terapkan selalu didahului dengan dialog dan mau mendengar dari berbagai pihak, juga
selalu diupayakan untuk memahami terlebih dahulu persoalan-persoalan yang ada.
Keputusan dengan musyawarah mufakat akan menghasilkan keputusan yang mampu
memuaskan banyak pihak, sehingga dapat terhindar dari konflik-konflik vertikal maupun
horizontal.
5. Mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sikap hidup untuk lebih
mengutamakan kepentingan orang lain/umum dari kepentingan pribadi sangat penting
untuk ditumbuhkan. Kesadaran setiap warga negara untuk mengutamakan persatuan dan

50
kesatuan sebagai wujud rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara. Kita harus
mau berfikir cerdas dan bekerja keras untuk kepentingan kemajuan bangsa dan negara
melalui berbagai bidang kehidupan yang dapat kita lakukan. Makna penting dalam
memahami sikap mengutamakan persatuan dan kesatuan adalah bagaimana kita mampu
berbuat tanpa pamrih untuk kepentingan bangsa dan negara, betapapun yang kita lakukan
F sampai KESIMPULAN
dari hal-hal yang terkecil dengan yang besar dalam berbagai status dan profesi.

Paham demokrasi yang menekankan pada pemerintahan rakyat, mengandung arti


bahwa kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Dengan demikian, perlu kita pahami
bahwa istilah demokrasi bertolak dari suatu pola pikir bahwa manusia diperlakukan
dan ditempatkan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan.
Dalam negara yang menganut sistem politik demokrasi maka negara/pemerintah
senantiasa harus mengingat kehendak dan keinginan rakyat. Jadi, tiap-tiap tindakan
dalam melaksanakan kekuasaan negara tidak bertentangan dengan kehendak dan
kepentingan rakyat, dan sedapat mungkin berusaha memenuhi segala keinginan
rakyat.
Demokrasi tidak akan efektif dan lestari tanpa substansi yang berujud ”jiwa, budaya
atau ideologi” yang mewarnai pengorganisasian berbagai elemen politik seperti partai
politik, lembaga-lembaga pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan.
Keadaan masyarakat yang telah terbiasa hidup dalam demokrasi menganggap bahwa
perbedaan-perbedaan pemikiran perubahan-perubahan di dalam masyarakat yang
demokratis, sehingga terjadi pergantian pemerintahan sebagai hasil pemilihan umum
tidak dianggap sebagai sesuatu yang mengejutkan melainkan sesuatu yang wajar
dalam proses yang wajar.
Terdapat bermacam-macam demokrasi yang sudah menjadi bagian dari pemerintahan
negara-negara di seluruh dunia yang dapat dilihat : atas dasar penyaluran kehendak
rakyat (demokrasi langsung dan tidak langsung), atas dasar prinsip ideologi (demokrasi
konstitusional, dan rakyat), dan atas dasar yang menjadi titik perhatiannya (demokrasi
formal, material dan gabungan).
Esensi ciri-ciri empiris demokrasi, adalah bahwa demokrasi senantiasa berkaitan erat
dengan pertanggungjawaban (account ability), kompetisi, keterlibatan, dan tinggi
rendahnya kadar untuk menikmati hak-hak dasar, seperti hak untuk berekspresi,
berserikat, berkumpul dan sebagainya.
Demokratisasi, merupakan proses pendemokrasian segenap rakyat untuk turut serta
dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya. Atau turut serta dalam berbagai bidang
kegiatan (masyarakat/negara) baik langsung atau tidak langsung, dengan
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi warga
negara.
Banyak pendapat yang memberi pengertian tentang civil society atau lebih dikenal
dengan masyarakat madani. Masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan
masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan negara, memiliki
ruang publik (public sphere) dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-
lembaga yang mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik.
Negara republik Indonesia, telah menetapkan sistem politik demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila sesuai dengan sila keempat Pancasila, yaitu merupakan
rangkaian totalitas yang terkait erat antara satu sila dan sila lainnya (bulat dan utuh).
Dalam arti umum, demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa
dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila lain (nilai-nilai 51
luhur Pancasila).
Perilaku budaya politik demokrasi yang perlu kita kembangkan dalam kehidupan
hak dan kewajiban, membudayakan sikap bijak dan adil, membiasakan musyawarah
mufakat dalam mengambil keputusan serta mengutamakan persatuan dan kesatuan
nasional.

LATIHAN UJI KOMPETENSI

A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar !

1. Konsepsi tentang demokrasi adalah e. John Locke


suatu pemerintahan yang bersendikan 3. Di bawah ini yang bukan merupakan
…. ciri-ciri masyarakat madani adalah … .
a. kedaulatan rakyat a. pengakuan dan perlindungan HAM
b. kedaulatan hukum b. partisipasi warga negara dalam
c. kedaulatan negara pemilu
d. kedaulatan penguasa c. pengutamaan kepentingan warga
e. kedaulatan raja negara
2. Tokoh yang mengemukakan ”demokrasi d. pemerintahan yang memperhatikan
adalah pemerintahan dari, oleh, dan kesejahteraan dan keadilan rakyat.
untuk rakyat”, dikemukakan oleh …. e. pemerintahan yang mewujudkan
a. F.D. Roosevelt kesejahteraan rakyat disegala bidang.
b. Abraham Lincoln 4. Faham demokrasi Pancasila, secara
c. John F. Kennedy essensial menjamin bahwa ….
d. J.J. Rousseau

52
a. rakyat mempunyai hak sama untuk b. melaksanakan kedaulatan rakyat
menentukan dirinya sendiri c. perwujudan dari hak politik rakyat
b. persamaan dalam hukum dan d. kesinambungan pembangunan
pemerintahan e. memilih wakil-wakil rakyat
c. asas kekeluargaan dan musyawarah 8. Salah satu kelebihan dari penerapan
mufakat diantara masyarakat pemilu dengan sistem distrik adalah … .
d. ketertiban dalam bidang hukum a. sangat mengenal daerah dan
e. pelaksanaan pemilu yang jujur dan kepentingan rakyatnya
adil b. suara pemilu yang kalah tetap akan
5. Tokoh yang berpendapat bahwa diakui
Demokrasi Pancasila bersumber dari c. golongan mayoritas dapat akani jadi
kepribadian dan falsasfah hidup bangsa oposisi
Indonesia adalah … . d. lebih demokrastis dan mewakili
a. Prof. Dardji Darmodihardjo semua unsur
b. Soerjono Soekanto e. DPR benar-benar menjadi wadah
c. Prof. S. Pamudji aspirasi rakyat
d. Prof. Dr. Soepomo 9. Berdasarkan UU No. 12 tahun 2003, yang
e. Koentjaraningrat menjadi penanggung jawab Pemilu adalah … .
6. Berikut ini yang bukan merupakan ciri a. Pemerintah Pusat
umum demokrasi Pancasila ialah …. b. Unsur Parpol
a. mengutamakan musyawarah mufakat c. PPI
b. tidak memaksakan kehendak kepada d. KPU
orang lain e. Menteri Dalam Negeri
c. selalu meliputi semangat
kekeluargaan 10. Pada masa pemerintahan orde lama,
d. dilakukan dengan akal sehat dan prak-tik demokrasi yang menonjol
sesuai hati nurani adalah ....
e. adanya rasa gotong royong a. liberalisme
b. terpimpin
7. Tujuan Pemilu secara umum adalah c. komunisme
sebagai berikut, kecuali … . d. sosialisme
a. memilih presiden dan parlemen e. fasisme
B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Berikan penjelasan sesuai pendapat anda yang dimaksud dengan budaya demokrasi !
2. Beri penjelasan dan alasan, mengapa dalam negara yang menerapkan budaya demokrasi
harus memberikan jaminan hukum dan perlindungan hak asasi manusia !
3. Jelaskan bagaimana suatu perubahan dalam budaya politik suatu negara dapat disebut
dengan ”demokratisasi” !
4. Uraikanlah secara singkat, bagaimana suatu proses demokrasi dapat dikatakan menuju
masyarakat madani “Civil Society” !
5. Beri penjelasan, apakah masyarakat madani telah menjadi bagian dalam kehidupan
kenegaraan ? Jelaskan pendapat Anda !
6. Jelaskan bentuk-bnetuk demokrasi dalam sistem pemerintahan negara !
7. Uraikan faktor-faktor penghambat bagi terciptanya demokratisasi di Indonesia,
teruturama pada masa orde baru !
8. Beri penjelasan dan alasan, bagaimana hubungan antara pelaskanaan pemilu dengan
demokrasi di dalam suatu negara !

53
9. Tuliskan, perbedaan mendasar penerapan demokrasi di era orde baru dan era reformasi !
10. Bandingkan pelaksanaan pemilihan umum tahun 1999 dengan pemilu tahun 2004 !
11. Berikan 3 (tiga) contoh perilaku yang mendukung tegaknya prinsip demokrasi di
Indonesia !

C. Studi Kasus
Demokrasi Indonesia Dinilai Tanpa Demokrat

Demokrasi sebangun dengan cita-cita ideal yang diinginkan pendiri bangsa, mulai dari
kemanusiaan, perwakilan, kesejahteraan, dan keadilan sosial. Sayangnya, demokrasi yang
berjalan di Indonesia saat tanpa demokrat. Dosen Universitas Paramadina Jakarta, Yudi
Latif, mengatakan hal ini dalam Refleksi Kritis Pengalaman Indonesia Pascakemerdekaan
di Kampus Universitas Islam Syarif Hidayatullah di Jakarta. Tampil pula sebagai
pembicara, anggota DPR Partai Golkar Ade Komarudin, Ketua Lembaga Pengkajian
Demokrasi dan Kebangsaan M. Fadjroel Rachman, serta peneliti Pusat Studi Islam dan
Kenegaraan Universitas Paramadina Abbas Al-Jauhari.
“Demokrasi kita kehilangan kepemimpinan yang punya otoritas. Meski demokrasi
tidak menghendaki otoriter, tetapi otoritas harus ada sehingga ada kepastian hukum.
Demokrasi tanpa regulasi yang baik jauh lebih buruk dari kondisi ekonomi yang buruk,”
ujarnya. Dalam konsilidasi demokrasi saat ini, menurut Yudi, diuntungkan dengan
mencairnya kutub ideologis sebagai salah satu warisan Orde Baru. Orang bisa masuk partai
yang beda dengan ormasnya di masa lalu.

Sumber : Kompas, 12/1/2007

Tagihan Tugas :
1. Setelah disimak dan baca baik-baik, jelaskan kembali apa telah ditulis sesuai dengan
persepsi yang ada dibenak anda !
2. Berikan beberapa penjelasan indikasi tentang munculnya “demokrasi di Indonesia tanpa
demokrat” dalam pelaksanaan sistem politik di Indonesia !
3. Jelaskan dengan memberi alasan, mengapa budaya demokrasi di Indonesia belum
menyentuh pada cita-cita ideal kesejahteraan, dan keadilan sosial !
4. Tentukan langkah-langkah nyata bagaimana agar pelaksanaan demokrasi di Indonesia
mampu memberikan otoritas kepada pemimpinan negara dalam mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan sosial !
5. Berikan usulan konkrit, apa yang harus anda lakukan guna mewujudkan demokrasi yang
sebangun dengan cita-cita ideal di Indonesia, jika anda :
a. Sebagai ketua organisasi pemuda !
b. Sebagai ketua suatu partai politik !
c. Sebagai pejabat kepala pemerintahan (presiden) !

D. Inquiri (Tugas Kelompok)

54
Carilah referensi dari berbagai sumber untuk mengkaji ulang tentang konsepsi dan rumusan
tentang “Masyarakat Madani” (berikut gambar-gambar pendukungnya) yang berkaitan
dengan cita-cita ideal negara demokrasi Indonesia !
1. Pahami kembali tentang rumusan “masyarakat madani”, dan buatlah skenario
(simulasi atau role play) wujud implementasinya di sekolah dan masyarakat !
2. Carilah topik-topik dari berbagai sumber (mass media cetak atau elektronik) sekitar
wujud masyarakat madani (civil society) dalam pemikiran anda !
3. Kemudian lakukan demonstrasi dalam bentuk simulasi atau role play di dalam
kelas !

55

You might also like