You are on page 1of 35

1

BAB III
KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Standar Kompetensi:
3. Menganalisis budaya demokrasi menuju masyarakat madani.

Kompetensi Dasar:
3.1. Mendeskripsikan pengertian dan pentingnya keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3.2. Menganalisis dampak penyelenggaraa pemerintahan yang tidak transparan.
3.3. Menunjukkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

A. PENDAHULUAN

---------------------ada gambar sekelompok masyarakat yang menuntut keadilan


---------------------

Era keterbukaan atau lebih dikenal dengan globalisasi, merupakan resulatante


(akibat/hasil) dari sedemikian banyak perkembangan pemikiran menyeluruh baik ilmu
pengetahuan maupun teknologi dalam paruh kedua abad ke 20. Hal ini telah mendorong
dilakukannya serangkaian penyesuaian serta perkembangan kelambagaan serta tatanannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar dengan cepat mampu menyesuaikan diri.
Rangkaian penyesuaian yang diperlukan bukan hanya menyangkut kebijaksanaan
penyelenggaraan negara, strategi serta tata kerja pemerintahan, tetapi juga orientasi tata nilai
serta aspek kelembagaan masyarakat dan bangsa itu sendiri (aspek politik, ekonomi, sosial-
budaya, hukum, pertahanan dan keamanan).
Memasuki era keterbukaan, mengharuskan kita secara arif agar mampu merumuskan dan
mengaktualisasikan kembali nilai-nilai kebangsaan yang tangguh dalam berinteraksi
terhadap tatanan dunia luar dengan tetap berpijak pada jati diri bangsa, serta menyegarkan
dan memperluas makna pemahaman kebangsaan kita. Sudah saatnya makna nasionalisme
dan patriotisme yang memiliki dimensi dan cakupan yang makin kompleks, memerlukan
langkah-langkah arif dan bijaksana agar kita makin dapat mendekatkan wujud cita-cita
Proklamasi yang tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Secara psikologis, tumbuhnya sikap keterbukaan berkaitan erat dengan jaminan keadilan.
Keterbukaan merupakan sikap jujur, rendah hati dan adil serta mua menerima pandapat
orang lain. Sedangkan keadilan merupakan pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara
hak dan kewajiban. Dengan demikian penerapan jaminan keadilan perlu dilandasi oleh sikap
jujur rendah hati dan tindakan yang tidak berat sebelah.
Sebagai manusia kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan mengabaikan
kewajiban, karena hal yang demikian dapat mengarah pada pemerasan dan memperbudak
oran lain. Sebaliknya jika hanya menjalankan kewajiban dan mengabaikan apa yang
menjadi hak kita, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas oleh orang lain.
2

Contoh; seorang karyawan yang hanya menuntut hak kenaikan upah tanpa diimbangi
peningkatan kualitas kerjanya tentu dianggap sebagai pemeras. Sebaliknya seorang majikan
yang terus menerus memeras tenaga pegawainya tanpa memperhatikan kenaikan upah dan
peningkatan kesejahteraan pekerjanya, maka cenderung disebut telah memperbudak orang
lain.

B. PENTINGNYA KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM


KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

1. Pengertian Keterbukaan dan Keadilan


a.Keterbukaan
Keterbukaan merupakan perwujudan dari sikap jujur, rendah hati, adil, mau
menerima pendapat, kritik dari orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keterbukaan adalah hal terbuka, perasaan toleransi dan hati-hati serta merupakan
landasan untuk berkomunikasi. Dengan demikian dapat dipahami pula bahwa yang
dimaksud dengan keterbukaan adalah suatu sikap dan perilaku terbuka dari individu
dalam beraktivitas.

b. Keadilan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata keadilan yang berasal dari kata dasar
“adil”, mempunyai arti kejujuran, kelurusan dan keikhlasan yang tidak berat sebelah.
Sehingga keadilan mengandung pengertian sebagai suatu hal yang tidak berat sebelah
atau tidak memihak dan tidak sewenang-wenang.
Sedangkan di dalam Ensiklopedi Indonesia, disebutkan bahwa kata “adil” (bahasa
Arab ; ‘adl) mengandung pengertian sebagai berikut :
 Tidak berat sebelah atau tidak memihak ke salah satu pihak.
 Memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang harus
diperolehnya.
 Mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah,
bertindak jujur dan tepat menurut peraturan atau syarat dan rukun yang telah
ditetapkan. Tidak sewenang-wenang dan maksiat atau berbuat dosa.
 Orang yang berbuat adil, kebalikan dari fasiq (orang yang tidak mengerjakan
perintah).
Pengertian kata “adil” yang lebih menekankan pada “tindakan yang tidak
berdasarkan kesewenang-wenangan”, maka sesungguhnya pada setiap diri manusia telah
melekat sumber kebenaran yang disebut hati nurani. Tuhanlah yang menuntun hati
nurani setiap manusia beriman agar sanggup berbuat adil sesuai dengan salah satu sifat-
Nya yang Maha Adil. Kata “keadilan” dapat juga diartikan sebagai suatu tindakan yang
tidak berdasarkan kesewenang-wenangan; atau tindakan yang didasarkan kepada norma-
norma (norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, maupun norma hukum).

Fokus Kita :
Berdasarkan pemahaman kita tentang kata “keadilan”, maka sudah seharusnya kita
mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan martabatnya tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
serta warna kulit. Hal ini berarti kita seharunya mengembangkan sikap-sikap :
 Saling mencintai sesama manusia.
 Tenggang rasa atau tepa salira, dan
 Tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
3

Banyak ahli yang mencoba memberikan pendapat tentang kata “adil” atau keadilan.
Namun sebagaimana yang kita ketahui, mereka berdasarkan sudut pandang masing-
masing akan terdapat perbedaan, walaupun demikian akan tetap pada dasar-dasar atau
koridor yang sama. Berikut ini beberapa pengertian keadilan menurut para ahli.
 Aristoteles
Keadilan adalah kelayakan dalam tindakan menusia, kelayakan yang di maksud
adalah titik tengah antara kedua ujung ekstrim, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Menurut Aristoteles terdapat 5 (lima) jenis keadilan, yaitu:

No Keadilan Uraian / Keterangan Contoh


1. Keadilan Yaitu, perlakuan terhadap Seseorang yang telah melakukan
Komutatif seseorang dengan tidak kesalahan/pelanggaran tanpa me-
me-lihat jasa-jasa yang mandang kedudukannya, dia tetap
telah diberikannya. dihukum sesuai dengan kesalahan/
pelanggaran yang dibuatnya.
2. Keadilan Yaitu, perlakuan terhadap Beberapa orang pegawai suatu
Ditributif seseorang sesuai dengan perusahaan memperoleh gaji yang
jasa –jasa yang telah berbeda, berdasarkan masa kerja,
diberikan-nya. golongan, kepangkatan, jenjang
pendidikan, atau tingkat kesulitan
pekerjaannya.
3. Keadilan Yaitu, memberi sesuatu Seseorang yang menjawab salam
Kodrat Alam sesuai dengan yang diberi- yang diucapkan orang lain
kan oleh orang lain kepada dikatakan adil karena telah
kita. menerima salam dari orang
tersebut.
4. Keadilan Yaitu, jika seorang warga Penggunaan sabuk pengaman bagi
Konvensional. negara telah menaati pera- pengendara mobil dan helm bagi
turan perundang-undangan pengendara motor.
yang telah dikeluarkan.
5. Keadilan Yaitu, jika seseorang telah Tindakan klarifikasi terhadap
Perbaikan berusaha memulihkan kesala-han yang telah dilakukan
nama baik orang lain yang seseorang.
telah tercermar.

 Plato
Keadilan di proyeksikan pada diri manusia sehingga orang yang dikatakan adil
adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
Dalam pandangan Plato, keadilan dapat dibedakan atas :
 Keadilan moral, yaitu suatu perbuatan yang dapat dikatakan adil secara moral
apabila telah mampu memberikan perlakuan yang seimbang (selaras) antara hak
dan kewajibannya.
Contoh; seorang karyawan yang menuntut kenaikan upah dengan diimbangi
peningkatan kuaitas kerjanya.
 Keadilan prosedural.
Suatu perbuatan dikatakan adil secara prosedural jika seseorang telah mampu
melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan.
4

Contoh; siswa yang berprestasi, dimana dalam pencapaian prestasi tersebut,


diawali dengan belajar keras, dan tidak mencontek saat ujian.
 Socrates
Bahwa keadilan terrcipta bilamana setiap warga negara sudah merasakan bahwa
pemerintah telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
 Kong Fu Tju
Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja,
masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.
 Thomas Hobbes
Keadilan adalah suatu perbuatan yang didasarkan pada perjanjian yang telah
disepakati.
 Notonagoro
Keadilan hukum “legalitas” adalah suatu keadaan yang didasarkan pada ketentuan
hukum yang berlaku.
 Panitia Ad-hoc MPRS 1966
Keadilan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu;
1) Keadilan idividual.
Yaitu keadilan yang bergantung pada kehendak baik atau kehendak buruk
masing-masing individu.
2) Keadilan sosial
Yaitu keadilan yang pelaksanaannya tergantung pada struktur yang terdapat
dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan ideologi. Dalam pancasila
setiap orang di Indonesia akan mendapat perilaku yang adil dalam bidang hukum,
politik, ekonomi dan kebudayaan.

2. Keterbukaan Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sudah saatnya ditumbuhkan
sikap keterbukaan dalam rangka memberikan jaminan pemerataan terhadap hasil-hasil
pembangunan. Sikap keterbukaan sangat diperlukan dalam upaya pelaksanaan pembangunan
nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak dan bukan kesejahteraan
sekelompok orang.
Pelaksanaan pembangunan nasional harus dilandasi oleh nilai-nilai yang tercermin dalam
sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip keadilan sosial yang melandasi
pelaksaan pembangunan nasional di Indonesia adalah sebagai berikut.
 Asas Adil dan Merata, yaitu mengandung arti bahwa pembangunan nasional yang
diselenggarakan itu pada dasarnya merupakan usaha bersama yang harus merata disemua
lapisan masyarakat Indonesia dan di seluruh tanah air. Setiap warga negara berhak
memperoleh kesempatan berperan dan menikmati hasil-hasilnya secara adil sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikan kepada bangsa dan
negara.
 Asas keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam peri kehidupan, yaitu berarti
bahwa dalam pembangunan nasional harus ada keseimbangan antara berbagai
kepentingan. Kepentingan tersebut adalah kepentingan dunia dan akhirat, materiil dan
spiritual.

a. Ciri-ciri Keterbukaan
5

Sikap keterbukaan, merupakan prasyarat dalam menciptakan pemerintahan yang


bersih dan transparan. Keterbukaan juga merupakan sikap yang dibutuhkan dalam
harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka dapat dilihat tentang ciri-ciri keterbukaan sebagai berikut.
1) Terbuka (transparan) dalam proses maupun pelaksanaan kebijakan publik.
2) Menjadi dasar atau pedoman dalam dialog maupun berkomunikasi.
3) Berterus terang dan tidak menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun yang dilakukan
orang lain.
4) Tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain.
5) Bersikap hati-hati dan selektif (check and recheck) dalam menerima dan mengolah
informasi dari manapun sumbernya.
6) Toleransi dan tenggang rasa terhadap orang lain.
7) Mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya atas segala yang dilakukan.
8) Sangat menyadari tentang keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan.
9) Mau bekerja sama dan menghargai orang lain.
10) Mau dan mampu menyesuaikan dengan berbagai perubahan yang terjadi.

b. Sikap Terbuka Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Sikap terbuka, adalah suatu sikap berupa kesediaan seseorang untuk mau menerima
terhadap hal-hal yang berbeda dengan kondisi dirinya. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sikap terbuka diperlukan terutama dalam hal menjaga keutuhan bangsa,
mempererat hubungan toleransi serta untuk menghindari konflik. Karena dengan sikap
terbuka yang ditunjukkan, maka setiap orang mau mengakui dan menerima keberagaman
sehingga melahirkan sikap toleran terhadap orang lain.
Dalam kehidupan bernegara, pemerintah dan pejabat publik harus juga mampu untuk
bersikap terbuka dalam mengatur negara. Jika pemerintah dan pejabat publik mau dan
mampu melaksanakan dengan prinsip keterbukaan atau transparansi, hal ini dapat
meningkatkan kepercayaan rakyat untuk berpartisipasi dalam membangun bangsa dan
negara. Dan akan lebih baik lagi, jika pemerintah dan pejabat publik mampu
mewujudkan “Clean Government” atau pemerintah yang bersih, tentu saja akan semakin
menambah kepercayaan masyarakat secara luas.
Untuk merwujudkan sikap terbuka atau transparan tersebut, diperlukan kondisi-
kondisi sebagai berikut.
 Terwujudnya nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa sebagai sumber etika
dan moral untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan tercela, serta perbuatan
yang bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia.
 Terwujudnya sila Persatuan Indonesia yang merupakan sila ketiga dari Pancasila
sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa.
 Terwujudnya penyelenggara negara yang mampu memahami dan mengelola
kemajemukan bangsa secara baik dan adil sehingga dapat terwujud toleransi,
kerukunan sosial, kebersamaan dan kesetaraan berbangsa.
 Terwujudnya demokrasi yang menjamin hak dan kewajiban masyarakat untuk
terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik secara bebas dan bertanggung
jawab sehingga menumbuhkan kesadaran untuk memantapkan persatuan bangsa.
 Pulihnya kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara dan antara sesama
masyarakat sehingga dapat menjadi landasan untuk kerukunan dalam hidup
bernegara.
6

3. Jaminan Keadilan Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara masalah keadilan menjadi masalah penting
dalam rangka memberikan jaminan rasa aman dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, hak
asasi manusia dan memperkukuh persatuan dan kesataun bangsa. Keterbukaan dalam
pengertian sikap dan perilaku yang dilakukan pemerintah dan pejabat pulbik dewasa ini,
merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari dengan cara apapun dan oleh negara
manapun terkait dengan derasnya arus informasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Keterbukaan arus informasi di bidang hukum, telah menjadi bahan pemikiran bagi setiap
negara untuk dapat melaksanakan jaminan keadilan bagi warga negara sejalan dengan
tuntutan supremasi hukum , demokratisasi dan hak-hak asasi manusia.
Perbuatan adil, tidak hanya merupakan idaman manusia, tetapi juga diperintah Tuhan
apapun agamanya. Bila suatu negara – terutama pemerintah, pejabat publik dan aparat
penegak hukumnya -- mampu memperlakukan warganya dengan “adil” dalam segala bidang,
niscaya kepedulian (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab (sense of responsbility)
warga negara dalam rangka membangun negara serta memperkukuh persatuan dan kesatuan
dapat terwujud.
Keadilan pada umumnya relatif sulit diperoleh. Untuk memperoleh keadilan biasanya
diperlukan pihak ketiga sebagai penegak, dengan harapan pihak tersebut dapat bertindak adil
terhadap pokok-pokok yang berselisih. Oleh karena itu pihak ketiga tersebut harus netral,
tidak boleh menguntungkan salah satu pihak. Jadi adanya pihak ketiga dalam rangka
menghindari konfrontatif antara yang sedang berselisih.

Fokus Kita :
Adil adalah sendi pokok di dalam soal hukum. Setiap orang dimanapun negaranya,
harus merasakan keadilan. Perbedaan tingkat dan kedudukan sosial, perbedaan derajat dan
keturunan, tidak boleh dijadikan alasan untuk memperbedakan hak seseorang di hadapan
hukum baik hukum Tuhan maupun hukum yang dibuat oleh manusia.

Dalam rangka jaminan keadilan di dalam suatu negara diperlukan peraturan yang disebut
Undang-undang atau hukum. Hukum merupakan suatu sistem norma yang mengatur
kehidupan dalam masyarakat. Oleh karena itu apabila ada seseorang yang merasa
mendapatkan ketidak adilan, maka ia berhak mengajukan tuntutan.
Setiap masyarakat memerlukan hukum, dikatakan “di mana ada masyarakat disana ada
hukum” (ubi societes ini ius). Hukum diciptakan untuk mencegah agar konflik yang terjadi
dipecahkan secara terbuka. Pemecahannya bukan atas dasar siapa yang kuat, melainkan
berdasarkan aturan (hukum) yang tidak membedakan antara orang kuat dan orang lemah.
Dalam Arti Formal Bahwa keadilan menuntut agar hukum berlaku,
Berdasarkan hal tersebut, maka keadilan merupakan salah satu ciri hukum dan jaminan
secara umum. Semua orang dalam situasi yang
keadilan hanya bisa tercapai apabila hukum diterapkan dengan tanpa memperhatikan aspek
sama diperlakukan secara sama. Dengan kata lain
subjektifitas.
hukum tidak mengenal pengecualian. Oleh karena
Dalam hukum, tuntutan keadilan memiliki dua arti yaitu;
itu dihadapan hukum kedudukan orang adalah
sama. Inilah yang disebut dengan “kesamaan
Tuntutan kedudukan”.
Keadilan Bahwa hukum harus adil. Adil di sini adalah adil
yang dianggap oleh masyarakat. Jadi bukan
sekedar secara formal saja seperti apa yang tertulis
itu adil. Itulah sebabnya perlu adanya penyesuaian
antara keputusan sidang dan penilaian masyarakat,
Dalam Arti walaupun sidang peradilan itu telah selesai. Oleh
Material karena itu, apabila yang diputuskan oleh
pengadilan dirasakan tidak adil, maka reaksi
masyarakat akan timbul.
7

Pelaksanaan jaminan keadilan sangat dituntut oleh penyelenggaraan negara (pemerintah


dan pejabat publik) yang baik, bersih dan transparan. Penyelenggaraan pemerintahan yang
baik tersebut didasarkan pada beberapa asas umum, di antaranya adalah;
a. Asas Kepastian hukum (principle of legal security = Rechts zekerheid beginsed). Asas ini
menghendaki agar sikap dan keputusan pejabat administrasi negara yang mana pun tidak
boleh menimbulkan keguncangan hukum atau status hukum. Dalam menjamin adanya
kepastian hukum, pejabat administrasi negara wajib menentukan masa peralihan untuk
menetapkan peraturan baru atau perubahan status hukum suatu peraturan. Tanpa masa
peralihan, suatu keputusan administrasi negara yang sah (legal) secara mendadak (tanpa
masa peralihan) menjadi tidak sah sehingga dapat merugikan masyarakat. Keadaan
tersebut akan menimbulkan ketidakpastian hukum dan dapat mengurangi kepercayaan
masyarakat kepada hukum, peraturan-peraturan serta wibawa pejabat administrasi
negara.
b. Asas Keseimbangan. Asas ini menyatakan bahwa tindakan disiplin yang dijatuhkan oleh
pejabat administrasi negara harus seimbang dengan kesalahan yang dibuatnya. Hal ini
diatur dalam undang-undang kepegawaian dan peraturan tentang pegawai negeri umum
(Ambtenarenwet juncto algemene rijksambte narenreglement). Dalam undang-undang ini
terdapat banyak cara untuk menjatuhkan putusan terhadap suatu kelalaian, tetapi harus
diingat tindakan yang dijatuhkan harus seimbang/sebanding dengan kelalaian yang
dibuat.
c. Asas Kesamaan. Dalam asas ini dinyatakan bahwa pejabat administrasi negara dalam
menjatuhkan keputusan tanpa pandang bulu. Sebelum keputusan diambil, harus
dipikirkan dulu secara masak-masak agar untuk kasus yang sama dapat diambil
keputusan yang sama pula. Pejabat Administrasi negara tidak boleh melakukan
diskriminasi dalam mengambil keputusan. Jika beberapa orang dalam situasi dan kondisi
hukum yang sama mengajukan suatu permohonan, mereka harus mendapatkan keputusan
dikenai syarat-syarat tambahan yang subjektif. Misalnya, karena mereka mendapat
masalah pribadi sehingga keputusannya lebih berat. Hal demikian sangat terlarang
karena selain akan merusak tujuan hukum objektif juga akan merongrong hukum dan
menurunkan wibawa pejabat administrasi negara.
d. Asas Larangan Kesewenang-wenangan. Bahwa keputusan sewenang-wenangan adalah
keputusan yang tidak mempertimbangkan semua faktor yang relevan secara lengkap dan
wajar sehingga secara akal kurang sesuai. Contohnya, sikap sewenang-wenang pejabat
administrasi negara ialah menolak meninjau kembali keputusannya yang dianggap
kurang wajar oleh masyarakat. Pada prinsipnya, keputusan yang sewenang-wenang
adalah dilarang dan keputusan semacam itu dapat digugat melalui pengadilan Perdata
(pasal 1365 KUH Perdata).
8

e. Asas larangan Penyalahgunaan wewenang (detoumement de pouvoir). Asas ini


menyatakan bahwa penyalahgunaan wewenang adalah bilamana suatu wewenang oleh
pejabat yang bersangkutan dipergunakan untuk tujuan yang bertentangan atau
menyimpang dari apa yang telah ditetapkan semula oleh undang-undang.
f. Asas Bertindak Cermat. Jika pejabat administrrasi negara telah mengambil keputusan
dengan kurang hati-hati sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat, keputusan
tersebut secara otomatis menjadi berat. Jika terjadi tanpa menunggu instruksi atasan atau
pejabat, yang bersangkutan wajib memperbaiki keputusannya dengan menerbitkan
keputusan baru.
g. Asas Perlakukan yang Jujur. Asas ini menghendaki adanya pemberian kebebasan yang
seluas-luasanya kepada warga masyarakat untuk kebenaran. Asas ini memberikan
penghargaan yang lebih pada masyarakat dalam mencari kebenaran tersebut melalui
instansi banding. Pengajuan banding ini dapat dilakukan pada pejabat administrasi
negara yang lebih tinggi tingkatannya (administratief beroep) atau kepada badan-badan
peradilan (judicial review). Asas ini penting untuk diketahui masyarakat karena pejabat
administrasi negara diberikan kebebasan untuk bertindak. Dengan adanya asas ini berarti
masyarakat dapat melakukan banding.
h. Asas meniadakan Akibat Suatu keputusan yang Batal. Dalam asas ini dimaksudkan
bahwa keputusan Centrale Raad van Beroep, 20 september 1920 tentang seorang
pegawai yang berdasarkan Peradilan kepegawaian (Amotenarengerecht) tingkat pertama
diberhentikan, tetapi oleh peradilan tingkat banding, putusan pemberhentian dibatalkan.
Di Indonesia, asas ini telah memperoleh pengaturannya dalam pasal 9 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970, yang berbunyi; “Seorang yang ditangkap, ditahan,
dituntut, ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang, atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan, berhak menuntut ganti
kerugian dan rehabilitas”.

i. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum. Dalam asas ini bahwa tindakan aktif dan
positif dari pejabat administrasi negara adalah penyelenggaraan kepentingan umum.
Kepentingan umum meliputi kepentingan nasional, yaitu kepentingan bangsa,
masyarakat, dan negara. Berdasarkan asas ini, kepentingan umum harus lebih
didahulukan daripada kepentingan individu, yaitu memberikan hak mutlak pada hak-hak
pribadi.
Jaminan keadilan bagi warga negara, dapat ditemukan dalam beberapa contoh peraturuan
perundang-undangan antara lain sebagai berikut :
a. Undang-Undang Dasar 1945 :
1) Bidang Hukum dan Pemerintahan (Pasal 27);
2) Bidang Politik (Pasal 28);
3) Bidang Hak Asasi Manusia (Pasal 28A – 28J);
4) Bidang Keagamaan (Pasal 29);
5) Bidang Pertahanan Negara (Pasal 30);
6) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan (Pasal 31 dan 32);
7) Bidang Kesejahteraan Sosial (Pasal 33 dan 34).
b. Undang-Undang :
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP).
2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
9

3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tentang Konvensi Menentang Penyiksaan


dan Perlakuan atau Penghukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi , atau
Merendahkan Martabat Manusia.
4) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat Di Muka Umum.
5) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
6) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak-hak Asasi Manusia.
7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
8) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik.
9) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Pertahanan Negara.
10) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Beberapa contoh peraturan perundang-undangan yang dibuat dalam rangka memberikan
jaminan kepada warga negara, merupakan bukti nyata kesungguhan pemerintah. Sikap
keterbukaan yang telah ditunjukkan pemerintah melalui berbagai peraturan perundangan
yang dibuat, menuntut komitmen masyarakat dan mentalitas aparat dalam melaksanakan
peraturan tersebut. Kesiapan infrastruktur, fisik dan mental aparat penegak hukum (Polisi,
Jaksa dan hakim) sangat menentukan jalannya “jaminan keadilan” yang dibutuhkan
masyarakat bila berurusan dengan hukum agar ”taat asas” dan ”taat aturan”.
Sikap keterbukaan yang dituntut kepada aparat penegak hukum, adalah adanya
transparansi, akuntabilitas dan profesionalisme dalam bekerja serta hasil kinerja yang
optimal. Jika suatu negara aparat penegak hukumnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN), maka akan terjerumus dalam keterpurukan pemerintahan mobokrasi atau dalam
istilah Polybios disebut okhlokrasi. Pemerintahan okhlokrasi digambarkan sebagai suatu
pemerintahan yang banyak diwarnai dengan kekacauan, kebobrokan dan korupsi yang
merajalela sehingga hukum dan keadilan sulit ditegakkan. Bila keadaan tersebut tidak segera
diperbaiki, akan muncul krisis kepercayaan masyarakat yang pada gilirannya timbul konflik
kepentingan, konflik vertikal dan horizonal, hukum berpihak kepada penguasa dan orang-
orang berduit, sehingga jaminan keadilan hanya dalam mimpi-mimpi.

Penugasan Praktik Kewarganegaraan 1

Setelah mempelajari materi-materi tentang : Sikap Keterbukaan dan Keadilan


(Pengertian Keterbukaan dan Keadilan, Keterbukaan dan Jaminan Keadilan
dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara), dilanjutkan Penugasan dengan
menjawab pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut :

1. Berikan ulasan pengertian kembali tentang “adil atau keadilan” sesuai pendapat anda dan
tokoh-tokoh terkenal !
Pendapat anda tentang
Keadilan ? ......................................................................................................
...............................................................................................................................................
....................
No Tokoh Uraian Singkat
1. Socrates .........................................................................................................
...............
.........................................................................................................
10

...............
.........................................................................................................
Thomas ...............
2.
Hobbes .........................................................................................................
...............

2. Pengertian keadilan menurut Plato, bahwa orang adil adalah orang yang “mengendalikan
diri” dan perasaannya “dikendalikan oleh akal”. Berikan penjelasan singkatnya !
a. Mengendalikan
diri: ....................................................................................................................
.........................................................................................................................................
...................
b. Dikendalikan oleh
akal: .............................................................................................................
.........................................................................................................................................
...................

3. Dalam pelaksanaan jaminan keadilan bagi setiap warga negara, akan sejalan dengan
supremasi hukum, demokratisasi dan hak-hak asasi manusia. Beri penjelasan singkat
pada kolom di bawah ini hubungannya dengan sikap keterbukaan !
Supremasi Hukum Hak-hak Asasi Manusia
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........
.................................................................... ....................................................................
.......... ..........

4. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa sikap ketrerbukaan sangat diperlukan dalam


penyelenggaraan negara, terutama oleh pemerintah dan pejabat publik !
...............................................................................................................................................
....................
...............................................................................................................................................
....................
...............................................................................................................................................
....................

5. Tuliskan perbedaan dan persamaan mendasar antara tuntutan keadilan “dalam


arti formal” dan “dalam arti material” di bawah ini !
Persamaan Perbedaan
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
.................................................................... ....................................................................
11

......... ..........
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
C. DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG TIDAK
TRANSPARAN

1. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan


Istilah pemerintah (government) dapat dibedakan dengan pemerintahan (governing).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pemerintah berarti lembaga atau orang yang
bertugas mengatur dan memajukan negara dengan rakyatnya. Sedangkan pemerintahan
adalah hal cara, hasil kerja memerintah, mengatur negara dengan rakyatnya. Pemerintah
dalam arti organ merupakan alat kelengkapan pemerintahan yang melaksanakan fungsi
negara. Dalam arti organ, pemerintah dapat dibedakan baik dalam arti luas maupun dalam
arti sempit.

Dalam Arti Luas Adalah suatu pemerintah yang berdaulat sebagai


gabungan semua badan atau lembaga kenegaraan
yang berkuasa dan memerintah di wilayah suatu
negara, meliputi badan eksekutif, legislatif dan
yudikatif.

Pemerintah

Adalah suatu pemerintah yang berdaulat sebagai


badan atau lembaga yang mempunyai wewenang
melaksanakan kebijakan negara (eksekutif) yang
terdiri dari presiden, wakil presiden, dan para
Dalam Arti Sempit menteri (kabinet).

Berikut ini adalah pengertian pemerintah menurut ahli :


a. Kooiman
Pemerintahan (governing), merupakan proses interaksi antara berbagai aktor dalam
pemerintahan dengan kelompok sasaran atau berbagai individu masyarakat. Oleh sebab
itu, pola penyelenggaraan pemerintahan dalam masyarakat dewasa ini pada intinya
merupakan proses koordinasi (coordinating), pengendalian (steering), pemengaruhan
(influencing) dan penyeimbangan (balancing) setiap hubungan interaksi tersebut.

b. Offe
Bahwa pemerintahan merupakan hasil dari tindakan administratif dalam berbagai
bidang dan bukan merupakan hasil dari pelaksanaan tugas pemerintah berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan sebelumnya; tetapi lebih merupakan
hasil dari kegiatan produksi bersama (coproduction) antara lembaga pemerintahan
dengan klien masing-masing.

Dewasa ini, sudah banyak negara yang meninggalkan pola penyelenggaran pemerintahan
tradisional yang lebih mendasarkan pada persepektif hubungan yang bersifat “top-down”,
atau pendekatan “aturan-pusat-rasional” (Rule-Central-Rule Approach). Pemerintahan
12

sekarang, mulai menyadari pentingnya peran swasta dan masyarakat untuk secara bersama-
sama mewujudkan tujuan nasional secara kolaboratif, sehingga terjadi perubahan paradigma
dimana pola-pola yang dikembangkan lebih banyak “bottom up” dan kemitraan. Untuk lebih
jelasnya perubahan paradigma dan pengaruhnya terhadap hubungan antara pemerintah,
swasta dan masyarakat dapat dilihat pada gambar di bawah ini !

Government Governance

Pemerintah
Pemerintah

Swasta Masyarakat
Swasta Masyarakat

2. Karakteristik Pemerintahan
Dalam masyarakat modern atau post-modern dewasa ini, pola pemerintahan yang dapat
dikembangkan sesuai dengan karakteritiknya masing-masing adalah sebagai berikut :
a. Kompleksitas, yaitu dalam menghadapi kondisi yang kompleks, maka pola
penyelenggaraan pemerintahan perlu ditekankan pada fungsi koordinasi dan komposisi.
b. Dinamika, yaitu dalam hal ini pola pemerintahan yang dapat dikembangkan adalah
pengaturan atau pengendalian (steering) dan kolaborasi (pola interaksi saling
mengendalikan diantara berbagai aktor yang terlibat dan atau kepentingan dalam sesuatu
bidang tertentu.
c. Keanekaragaman, yaitu masyarakat dengan berbagai kepentingan yang beragam dapat
di atasi dengan pola penyelenggaraan pemerintahan yang menekankan pada pengaturan
(regulation) dan integrasi atau keterpaduan (integration).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan
pemerintahan (governing) dapat dipandang sebagai “intervensi perilaku politik dan
sosial yang berorientasi hasil, yang diarahkan untuk menciptakan pola interaksi yang
stabil atau dapat diprediksikan dalam suatu sistem (sosial-politik), sesuai dengan
harapan ataupun tujuan dari para pelaku intervensi tersebut”.

3. Konsepsi Kepemerintahan (Governance)


Kepemerintahan atau governance, merupakan tindakan, fakta, pola dari kegiatan atau
penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Kooiman, bahwa kepemerintahan lebih
merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat
dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi
pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Sedangkan dalam pandangan Pinto,
istilah “governance” mengandung arti : yaitu praktik penyelenggaraan kekuasaan dan
kewenangan oleh pemerintah dalam pengelolaan urusan pemerintahan secara umum, dan
pembangunan ekonomi khususnya.
Fokus Kita :
Istilah governance, tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan, tetapi juga
mengandung arti kepengurusan, pengelolaan, pengarahan, pembinaan, penyelenggaraan
dan bisa juga diartikan pemerintahan. Oleh sebab muncul istilah lain seperti : public
governenance, private governance, corporate governance dan banking governance.
13

Kooiman, memandang governance sebagai sebuah struktur yang muncul dalam


sistem sosial-politik yang merupakan hasil dari tindakan intervensi interaktif diantara
berbagai aktor yang terlibat. Sesuai dengan karakteristik interaksi antara pemerintah dan
masyarakat yang cenderung bersifat plural, maka konsepsi governance tersebut tidak
hanya dibatasi kepada salah satu unsur pelaku atau kelompok pelaku tertentu.
Sebagaimana dinyatakan Marin dan Mayntz, bahwa kepemerintahan politik dalam
masyarakat modern tidak bisa lagi dipandang sebagai pengendalian pemerintah terhadap
masyarakat, tetapi muncul dari pluralitas pelaku peneyelenggaraan pemerintahan.

Bonus Info Kewarganegaraan

United Nations Development Program (UNDP) dalam Dokumen Kebijakan yang


berjudul “Governance for Sustainable Human Development, January 1997”,
mendefinisikan kepemerintahan (governance) sebagai berikut : Kepemerintahan
adalah pelaksanaan kewenangan/ kekuasaan dibidang ekonomi, politik dan
administratif untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan
merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi
kesejahteraan, integritas, dan kohesivitas sosial dalam masyarakat.
Hal ini mencakup berbagai metode yang digunakan untuk mendistribusikan
kekausaan/ kewenangan dan mengelola sumber daya publik, dan berbagai organisasi
yang membentuk pemerintahan serta melaksanakan kebijakan-kebijakannya. Konsep
ini juga meliputi mekanisme, proses, dan kelembagaan yang digunakan oleh
masyarakat, baik individu maupun kelompok, untuk mengartikulasikan kepentingan-
kepentingan mereka, memenuhi hak-hak hukum, memenuhi tanggung jawab dan
kewajiban sebagai warga negara, dan menyelesaikan perbedaan-perbedaan diantara
sesama.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, UNDP mengidentifikasikan adanya 3 (tiga)
model kepemimpinan, yaitu :
1. Economic Governance, yaitu yang meliputi proses pembuatan keputusan (decision
making processes) yang memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan
interaksi di antara penyelenggara ekonomi. Economic governance, mempunyai
implikasi terhadap kesetaraan, kemiskinan, dan kualitas hidup.
2. Political Governance, yaitu mencakup proses-proses pembuatan berbagai
keputusan untuk perumusan kebijakan, dan
3. Administrative Governance, yaitu sistem implementasi kebijakan.
Oleh sebab itu, kelembagaan governance meliputi 3 (tiga) domain, yaitu negara
(state), sektor swasta (private sector), dan masyarakat (society) yang saling berinteraksi
dalam menjalankan fungsinya masing-masing.
14

4. Aktor Dalam Kepemerintahan (Governance)


Dalam penyelenggaraan kepemerintahan di suatu negara, terdapat 3 (tiga) komponen
besar yang harus diperhatikan, karena peran dan fungsinya yang sangat berpengaruh dalam
menentukan maju mundurnya pengelolaan negara yaitu :
a. Negara dan Pemerintahan
Yaitu merupakan keseluruhan lembaga politik dan sektor publik. Peran dan tanggung
jawabnya adalah di bidang hukum, pelayanan publik, desentralisasi, transparansi dan
pemberdayaan masyarakat, penciptaan pasar yang kompetitif, membangun lingkungan
yang kondusif bagi tercapainya tujuan pembangunan baik pada level lokal, nasional,
maupun internasional.
b. Sektor Swasta
Yaitu perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi sistem pasar, seperti : industri,
perdagangan, perbankan dan koperasi sektor informal. Perananya adalah dalam pening-
katan produktivitas, penyerapan tenaga kerja, mengembangkan sumber penerimaan
negara, investasi, pengembangan dunia usaha dan pertumbuhan ekonomi nasional.
c. Masyarakat Madani
Kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi. Dalam
konteks kenegaraan, masyarakat merupakan subyek pemerintahan, pembangunan dan
pelayan publik yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi. Masyarakat harus
diberdayakan agar berperan aktif dalam mendukung terwujudnya kepemerintahan yang
baik.

5. Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance)


a. Pengertian
Arti “good” dalam istilah good governance, mengandung dua pengertian. Pertama :
nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/ kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian,
pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua : aspek-aspek fungsional dari
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik
berorientasi pada 2 (dua) hal yaitu :
 Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, yaitu
mengacu pada demokratisasi dengan elemen : legitimacy, accountability, otonomi
dan devolusi (pendelegasian wewenang) kekuasaan kepada daerah dan adanya
mekanisme kontrol oleh masyarakat.
 Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien
melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Hal ini tergantung pada sejauh mana
pemerintah memiliki kompetensi, struktur dan mekanisme politik serta adminsitratif
yang berfungsi secara efektif dan efisien.

Fokus Kita :
Wujud Kepemerintahan yang baik (good governance), adalah penyelenggaraan
pemerintahan negara yang solid dan bertanggung-jawab, serta efisien dan efektif,
dengan menjaga mensinergiskan interaksi yang konstruktif diantara domain-domain
negara, sektor swasta dan masyarakat (society).
15

Berikut ini ada beberapa pendapat atau pandangan tentang wujud kepemerintahan
yang baik (good governance), yaitu :
 World Bank (2000), good governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen
pemerintahan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip
demokrasi dan pasar yang efisien, penghidaran salah alokasi dana investasi dan
pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin
anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas
swasta.
 UNDP, memberikan pengertian good governance sebagai suatu hubungan yang
sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta dan masyarakat.
 Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000, kepemerintahan yang baik adalah
kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip
profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi,
efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
 Modul Sosialisasi AKIP (LAN & BPKP 2000), good governance merupakan
proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public
goods and services. Good governance yang efektif, menuntut adanya “alignment”
(koordinasi) yang baik dan integritas, profesionalisme serta etos kerja dan moral
yang tinggi. Agar kepemerintahan yang baik menjadi realitas dan berhasil
diwujudkan, diperlukan komitmen dari semua pihak, pemerintah dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa good governance
bersenyawa dengan sistem administrasi negara, maka upaya untuk mewujudkan
kepemerintahan yang baik merupakan upaya melakukan penyempurnaan sistem
administrasi negara yang berlaku pada suatu negara secara menyeluruh. Dalam kaitan
ini Bagir Manan menyatakan bahwa “sangat wajar apabila tuntutan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik terutama ditujukan pada pembaharuan
administrasi negara dan pembaharuan penegakan hukum”.
Hal ini dikemukakan karena dalam hubungan dengan pelayanan dan
perlindungan rakyat ada dua cabang pemerintahan yang berhubungan langsung
dengan rakyat, yaitu adminstrasi negara dan penegak hukum.

b. Aspek-Aspek Good Governance


Dari sisi pemerintah (government), good governance dapat dilihat melalui aspek-
aspek sebagai berikut :
 Hukum/Kebijakan, merupakan aspek yang ditunjukan pada perlindungan
kebebasan.
 Adminisrative competense and transparency, yaitu kemampuan membuat
perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien kemampuan melakukan
penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin dan model administratif keterbukaan
informasi.
 Desentralisasi, yaitu desentralisasi regional dan dekonstrasi di dalam departemen.
 Penciptaan pasar yang kompetitif, yaitu penyempurnaan mekanisme pasar
peningkatan peran pengusaha kecil dansegmen lain dalam sektor swasta, deregulasi,
dan kemampuan pemerintahan melakukan kontrol terhadap makro ekonomi.
16

Bonus Info Kewarganegaraan

NFSD ( Novartis Foundation for Sustainable Development ) merumuskan


kriteria-kriteria good governance sebagai berikut :
1. Legitimasi dari pemerintahan (menyangkut tingkat/ derajat demokratisasi);
2. Akuntabilitas dari elemen-elemen politik dan pejabat dalam pemerintahan
(menyangkut pula kebebasan media, transparansi dalam pembuatan/
pengambilan keputusan, mekanisme, akuntabilitasi);
3. Kompetensi pemerintah dalam memformulasikan kebijakan dan memberikan
pelayanan;
4. Penghormatan terhadap hak asasi manusia dan hukum yang berlaku (hak-hak
individu dan kelompok, keamanan, kerangka hukum untuk aktivitas sosial dan
ekonomi, dan partisipasi).

c. Karakteristik Kepemerintahan Yang Baik Menurut UNDP (1997)


UNDP mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsip yang harus dianut
dan dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, adalah
mencakup :
1) Partisipasi (Participation), yaitu keikutsertaan masyarakat dalam proses pembuatan
keputusan, kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk
berpartisipasi secara konstruktif.
2) Aturan Hukum (Rule of Law), yaitu hukum harus adil tanpa pandang bulu,
ditegakkan dan dipatuhi secara utuh (impartially), terutama aturan hukum tentang
hak-hak asasi manusia.
3) Transparan (Transparency), yaitu adanya kebebasan aliran informasi dalam berbagai
proses kelembagaan sehingga mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan.
Informasi harus disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat
digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.
4) Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu setiap institusi prosesnya harus diarahkan
pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders).
5) Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation), yaitu bertindak sebagai mediator
bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai kesepakatan. Jika
dimungkinkan dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang
akan ditetapkan pemerintah.
6) Berkeadilan (Equity), yaitu memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-
laki maupun perempuan dalam upaya untuk meningkatkan dan memelihara kualitas
hidupnya.
7) Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency), yaitu segala proses dan
kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya berbagai sumber yang tersedia.
8) Akuntabilitas (Accountability), yaitu para pengambil keputusan (pemerintah, swasta
dan masyarakat madani) memiliki pertanggungjawaban kepada publik sesuai dengan
jenis keputusan baik internal maupun eksternal.
17

9) Bervisi Strategis (Strategic Vision), yaitu para pemimpin dan masyarakat memiliki
persepektif yang luas dan jangka panjang dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan manusia dengan memahami aspek-aspek historis, kultural, dan
kompleksitas sosial yang mendasari perspektif mereka.
10) Saling Keterkaitan (Interrelated), yaitu adanya saling memperkuat dan terkait
(mutually reinforcing) dan tidak bisa berdiri sendiri.

Fokus Kita :
Berdasarkan teori, prinsip-prinsip good gavernance menurut UNDP 1997, dapat
diberlakukan di negara manapun dalam pencapaian tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Mungkin hanya negara-negara yang pemerintahannya
korup, otoriter, atau diktator (Bad Governance) saja yang pasti tidak mau dan tidak
akan sanggup menjalankan prinsip-prinsip tersebut.

Sedangkan dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan di Indoenesia pasca


gerakan reformasi nasional, prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Dalam Pasal 3 dan
Penjelasannya ditetapkan mengenai asas –asas umum pemerintahan yang mencakup:
1) Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara.
2) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan
negara.
3) Asas Kepentingan Umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4) Asas Keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5) Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6) AsasPenugasan Praktik
Profesionalitas, yaituKewarganegaraan
asas yanng mengutamakan
2 keahlian yang berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7) Asas Akuntabillitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
Carilah sumber Penyelenggara
akhir kegiatan informasi lain baik dari harus
Negara buku, dapat
koran,dipertanggungjawabkan
majalah, internet, buletin dan
kepada
sebagainya,
masyarakat kemudian
atau rakyatlakukan
sebagaihal-hal berikut
pemegang :
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan
Rumuskan perundang-undangan
kembali pemahaman yang berlaku.
tentang pemerintah dan kepemerintahan !
Berikan alasan penjelasan, mengapa di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sangat penting dilaksanakan “pemerintahan yang bersih” atau “good governance” !
Berikan penjelasan huubungan antara jaminan keadilan, transparansi dan
pemerintahan yang bersih dalam penyelenggaraan negara !
Jelaskan konsepsi kepemerintahan (governance) menurut pandangan Kooiman
dalam hubungannya dengan sistem sosial politik dalam suatu negara !
Berikan penjelasan hubungan keberadaan aktor-aktor dalam kepemerintahan yang
mencakup : a) negara dan pemerintahan, b) sektor swasta, dan c) masyarakat madani
!
18

6. Dampak Pemerintahan Yang Tidak Transparan


Suatu pemerintahan atau kepemerintahan dikatakan transparan (terbuka), yaitu
apabila dalam penyelenggaraan kepemerintahannya terdapat kebebasan aliran informasi
dalam berbagai proses kelembagaan sehingga mudah diakses oleh mereka yang
membutuhkan. Berbagai informasi telah disediakan secara memadai dan mudah
dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi. Pada
kepemerintahan yang tidak transparan, cepat atau lambat cenderung akan menuju ke
pemerintahan yang korup, otoriter, atau diktator.

Fokus Kita :
Pemerintah merupakan organ negara yang berfungsi sebagai pengatur kehidupan
dalam negara demi tercapainya tujuan negara. Pemerintah diselenggarakan dalam
rangka pencapaian kesejahteraan bersama bagi warga masyarakat.

Dalam penyelenggaraan negara, pemerintah dituntut bersikap terbuka terhadap


kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, termasuk anggaran yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut. Sehingga mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
evaluasi terhadap kebijakan tersebut pemerintah dituntut bersikap terbuka dalam rangka
“Akuntabilitas publik”.
Realisasinya kadang kebijakan yang dibuat pemerintah dalam hal pelaksanaannya
kurang bersikap transparan, sehingga berdampak pada rendahnya kepercayaan
masyakarat terhadap setiap kebijakan yang dibuat pemerintah. Sebagai contoh, setiap
kenaikan harga BBM selalu diikuti oleh demonstrasi “penolakan” kenaikan tersebut.
Padahal pemerintah berasumsi kenaikan BBM dapat mensubsidi sektor lain untuk rakyat
kecil “miskin”, seperti pemberian fasilitas kesehatan yang memadai, peningkatan sektor
pendidikan dan pengadaan beras miskin (raskin). Akan tetapi karena kebijakan tersebut
pengelolaannya tidak transparan bahkan sering menimbulkan kebocoran (korupsi), maka
rakyat tidak mempercayai kebijakan serupa di kemudian hari.
19

a. Faktor Penyebab Terjadinya Penyelenggaraan Pemerintah Yang Tidak


Transparan
Terjadinya penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan disebabkan banyak
hal disamping faktor sistem politik yang bersifat tertutup, sehingga tidak memungkinkan
partisipasi waga negara dalam mengambil peran terhadap kebijakan publik yang dibuat
pemerintah, juga disebabkan karena sumber daya manusianya yang bersifat feodal,
opportunis dan penerapan “aji mumpung” serta pendekatan “ingin dilayani” sebagai
aparatur pemerintah.
Secara umum beberapa faktor penyebab terjadinya pemerintahan yang tidak
transparan adalah sebagai berikut.
No Faktor-Faktor Uraian / Keterangan
1. Pengaruh  Penguasa yang ingin mempertahankan kekuasaanya
Kekuasaan sehingga melakukan perbuatan “menghalalkan segara
cara” demi ambisi dan tujuan politiknya.
 Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik,
pertumpahan darah, dan dendam antara kelompok di
masyarakat.
 Pemerintah mengabaikan proses demokratisasi, sehingga
rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya
(saluran komunikasi tersumbat), maka timbul gejolak
politik yang bermuara pada gerakan reformasi yang
menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.
 Pemerintahan yang sentralistis sehingga timbul
kesenjangan dan ketidakadilan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah yang sering memunculkan konflik
vertikal, yaitu adanya tuntutan memisahkan diri dari
negara.
 Penyelahgunaan kekuasaan karena lemahnya fungsi
pengawasan internal dan oleh lembaga perwakilan rakyat,
serta terbatasnya akses masyarakat dan media massa untuk
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan.
2. Moralitas  Terabaikannya nilai-niai agama dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa sebagai sumber etika sehingga dikemudian
hari melahirkan perbuatan tercela antara lain berupa
ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran hak
asasi manusia.
3. Sosial-Ekonomi  Sering terjadinya konflik sosial sebagai konsekuensi
keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan yang
tidak dikelola dengan baik dan adil.
 Perilaku ekonomi yang sarat dengan praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme, serta berpihak pada sekelompok
pengusaha besar.
4. Politik dan  Sistem politik yang otoriter sehingga para pemimpinya
Hukum tidak mampu lagi menyerap aspirasi dan memperjuangkan
kepentingan masyarakat.
20

 Hukum telah menjadi alat kekuasaan sehingga


pelaksanaannya banyak bertentangan dengan prinsip
keadilan, termasuk masalah hak warga negara dihadapan
hukum.

b. Akibat dari Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Transparan


Jika penyelenggaraan pemerintahan dilakukan dengan tertutup dan tidak transparan,
maka secara umum akan berdampak pada tidak tercapainya kesejahteraan masyarakat
atau warga negara, sebagaimana tercantum dalam konstitusi negara, yaitu pencapaian
masyarakat yang adil dan makmur.
Sedangkan secara khusus penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan akan
berdampak pada :
 Rendahnya atau bahkan tidak adanya kepercayaan warga negara terhadap
pemerintah.
 Rendahnya partisipasi warga negara terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat
pemerintah.
 Sikap Apatis warga negara dalam mengambil inisiatif dan peran yang berkaitan
dengan kebijakan publik.
 Jika warga negara apatis, di tunjang dengan rejim yang berkuasa sangat kuat dan
lemahnya fungsi legislatif, maka KKN merajalela dan menjadi budaya yang
mendarah daging (nilai dominan).
 Krisis moral dan akhlak yang berdampak pada ketidakadilan, pelanggaran hukum
dan hak asasi manusia.

Sebagai patok banding (benchmarking) tentang penyelenggaraan pemerintahan yang


baik yaitu berdasarkan prinsip-prinsip atau karakteristik yang telah dikemukakan UNDP
tahun 1997. Dengan demikian, dapat dilihat beberapa indikator tentang penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak transparan beserta akibat-akibatnya.

No Karakteristi Indikator Penyelenggaraan Keterangan / Akibat


k
1. Partisipasi o Warga masyarakat dibatasi/ tidak Warga masyarakat
memiliki hak suara dalam proses dan pers cenderung
pengambilan keputusan. pasif, tidak ada kritik
o Informasi hanya sefihak (top down) (unjuk rasa), tidak
dan lebih bersifat instruktif. berdaya dan terkekang
o Lembaga perwakilan tidak dibangun dengan berbagai
berdasarkan kebebasan berpolitik aturan dan doktrin.
(partai tunggal).
o Kebebasan berserikat dan
berpendapat serta pers sangat
dibatasi.
2. Aturan o Hukum dan peraturan perundangan Penguasa menjadi oto-
Hukum lebih berpihak kepada penguasa. riter, posisi tawar ma-
o Penegakkan hukum (law syarakat lemah dan
enforcement) lebih banyak berlaku lebih banyak hidup
bagi masyarakat bawah baik secara dalam ketakutan serta
politik maupun ekonomi. tertekan.
21

o Peraturan tentang Hak-hak Asasi


Manusia terabaikan demi stabilitas
dan pencapaian tujuan negara.
3. Transparan o Informasi yang diperoleh satu arah, Pemerintah sangat ter-
yaitu hanya dari pemerintah. tutup dengan segala
o Masyarakat sangat dibatasi dalam kejelekannya,
memperoleh segala bentuk informasi. sehingga masyarakat
o Tidak ada atau sulit bagi masyarakat tidak ba-nyak tahu apa
untuk memonitor / mengevaluasi yang terjadi pada
penyelenggaraan pemerintahan. negaranya.
4. Daya o Proses pelayanan sentralistik dan Banyaknya pejabat
Tanggap kaku. yang memposisikan
o Banyak pejabat memposisikan diri diri sebagai penguasa,
sebagai penguasa. segala layanan sarat
o Layanan kepada masyarakat masih dengan korupsi, kolusi
diskriminatif, konvensional dan dan nepotisme.
bertele – tele (tidak responsif).
5. Berorientasi o Pemerintah lebih banyak bertindak Pemerintah cenderung
Konsensus sebagai alat kekuasaan negara. otoriter karena menu-
o Lebih banyak bersifat komando dan tup jalan bagi dilaksa-
instruksi. nakannya konsensus
o Segala macam bentuk prosedur lebih dan musyawarah.
bersifat formalitas.
o Tidak diberikannya peluang untuk
mengadakan konsensus dan musya-
warah.
6. Berkeadilan o Adanya diskriminasi gender dalam Arogansi kekuasaan
penyelenggaraan pemerintahan. sangat dominan dalam
o Menutup peluang bagi dibentuknya menentukan penye-
organisasi non pemerintah/ LSM lenggaraan pemerin-
yang menuntut keadilan dalam tahan.
berbagai segi kehidupan.
o Banyak peraturan yang masih
berpihak pada gender tertentu.
7. Efektivitas o Manajemen penyelenggaraan negara Negara cenderung sa-
dan Efisiensi konvensional dan terpusat (top lah urus dalam
down). menge-lola sumber
o Kegiatan penyelenggaraan negara daya alam dan sumber
lebih banyak digunakan untuk acara- daya manusianya
acara seremonial. sehingga banyak
o Pemanfaatan sumber daya alam dan pengangguran dan
sumber daya manusia tidak terencana tidak memiliki daya
berdasarkan prinsip kebutuhan. saing.
8. Akuntabi- o Pengambil keputusan didominasi Dominannya pemerin-
litas oleh pemerintah. tah dalam semua lini
o Swasta dan masyarakat memiliki kehidupan,
peran yang sangat kecil terhadap menjadikan warga
pemerintah. masyarakatnya tidak
o Pemerintah memonopoli berbagai berdaya mengon-trol
apa saja yang telah
22

alat produksi yang strategis. dilakukan pemerintah-


o Masyarakat dan pers tidak diberi nya.
kesempatan untuk menilai jalannya
pemerintahan.
9. Bervisi o Pemerintah lebih puas dengan Banyaknya penguasa
Strategis kemapanan yang telah dicapai. yang pro status quo
o Sulit menerima perubahan terutama dan kemapanan
berkaitan dengan masalah politik, sehingga tidak
hukum dan ekonomi. memperdulikan
o Kurang mau memahami aspek-aspek terjadinya perubahan
kultural, historis dan kompleksitas baik internal maupun
sosial masyarakatnya. eksternal negaranya.
o Penyelenggaraan pemerintahan statis
dan tidak memiliki jangkauan jangka
panjang.
10. Saling o Banyaknya penguasa yang arogan Para pejabat peme-
Keterkaitan dan mengabaikan peran swasta atau rintah sering dianggap
masyarakat. lebih tahu dalam
o Pemerintah merasa yang paling benar segala hal, sehingga
dan paling pintar dalam menentukan masyara-kat tidak
jalannya kepemerintahan. merasakan dan tidak
o Masukan atau kritik dianggap punya keinginan
provokator anti kemapanan dan untuk bersi-nergi
stabilitas. dalam mem-bangun
o Swasta dan masyarakat tidak diberi negaranya.
kesempatan untuk bersinergi dalam
membangun negara.

Dampak yang paling besar terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang tidak


transparan adalah korupsi. Istilah “korupsi” dapat dinyatakan sebagai suatu perbuatan
tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam
praktiknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang yang ada hubungannya dengan
jabatan tanpa ada catatan administratif. Menurut MTI (Masyarakat Transparansi
Internasional), bahwa “korupsi merupakan perilaku pejabat, baik politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya dengan menyalahgunakan kekuasaan publik
yang dipercayakan kepada mereka.”
Korupsi akan tumbuh subur, terutama pada negara-negara yang menerapkan sistem
politik cenderung tertutup, seperti absolut, diktator, totaliter dan otoriter. Hal ini sejalan
dengan pandangan Lord Acton, bahwa “the power tends to corrupt....” (kekuasaan
cenderung untuk menyimpang) dan “... absolute power corrupts absolutely” (semakin
lama seseorang berkuasa, penyimpangan yang dilakukannya akan semakin menjadi-
jadi....). Pada pemerintahan yang tertutup jauh dari sikap terbuka/transparan kepada
rakyatnya, sehingga segala perencanaan dan kebijakan pemeritnah lebih banyak untuk
kepentingan “melanggengkan kekuasaan” dari pada untuk kesejahteraan rakyatnya.
Di Indonesia, rezim pemerintahan yang dianggap paling korup adalah semasa orde
baru berkuasa. Berdasarkan laporan Wold Economic Forum, dalam “The global
Competitiveness Report 1999”, kondisi Indonesia termasuk yang terburuk di antara 59
negara yang diteliti. Bahkan pada tahun 2002, menurut laporan Lembaga Konsultasi
23

Politik dan Resiko yang berdomisili di Hongkong, yaitu “Political and Risk Consultancy
(PERC), Indonesia “berhasil mengukir prestasi” sebagai negara yang paling korup di
Asia.
Nampaknya tidak salah lagi, bahwa di bawah rezim orde baru yang berkuasa kurang
lebih selama 32 (tiga puluh dua) tahun telah membawa Indonesia ke jurang kehancuran
krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dampak semua ini adalah merupakan akumulasi
dari pemerintahan yang dikelola dengan tidak transparan, sehingga masalah Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) telah meracuni semua aspek kehidupan dan mencakup
hampir semua institusi formal maupun non formal. Pada saat itu, bukan hal rahasia
karena sering muncul di mass media antara lain adanya “mafia peradilan” sehingga vonis
hakim dapat dibeli, pemilihan kepala daerah atau pejabat yang diwarnai “politik uang”
sehingga berakibat setelah terpilih bagaiamana mengembalikan “modal” dengan
berbagai cara, dan sebagainya.

1) Sebab-Sebab Korupsi
Mengenai sebab-sebab terjadinya korupsi, hingga sekarang ini para ahli belum
dapat memberikan kepastian apa dan bagaimana korupsi itu terjadi. Tindakan korupsi
bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan ada variabel lain yang ikut
berperan. Penyebabnya dapat karena faktor interl si pelaku itu sendiri, maupun dari
situasi lingkungan yang “memungkin” bagi seseorang untuk melakukannya.
Berikut adalah pendapat ahli berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya
tindak korupsi.

No Nama Tokoh Uraian / Keterangan


1. Sarlito W.  Dorongan dari dalam diri sendiri (seperti keinginan,
Sarwono hasrat, kehendak, dan lain-lain).
 Rangsangan dari luar (seperti dorongan teman, adanya
kesempatan, kurang kontgrol dan lain-lain).
2. Andi Hamzah  Kurangnya gaji pegawai negeri dibandingkan dengan
kebutuhan yang makin meningkat.
 Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang
merupakan sumber atau sebab meluasnya korupsi.
 Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang
efektif dan efisien, yang memberikan peluang orang
untuk korupsi.
 Modernisasi pengembangbiakan korupsi.

2) Ciri-Ciri Korupsi
Penyalahgunaan wewenang dengan jalan korupsi, nampaknya tidak hanya
didominasi oleh oknum aparat pemerintah, akan tetapi institusi lain juga melakukan
hal sama dengan ciri-ciri sebagai berikut :
 Melibatkan lebih dari satu orang
 Pelaku tidak terbatas pada oknum pegawai pemerintah, tetapi juga di swasta.
 Sering digunakan bahasa “sumir” untuk menerima uang sogok, yaitu : uang kopi,
uang rokok, uang semir, uang pelancar, salam tempel, uang pelancar baik dalam
bentuk uang tunai, benda tertentu atau wanita.
 Umumnya bersifat rahasia, kecuali jika sudah membudaya.
24

 Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang selalu tidak
berupa uang.
 Mengandung unsur penipuan yang biasanya ada pada badan publik atau
masyarakat umum.

3) Akibat Tindak Korupsi


Siapapun pelakunya, bahwa sekecil apapun perbuatan tindak korupsi akan
mendatangkan kerugian pada pihak lain. Berikut ini adalah beberapa akibat yang
ditimbulkan dari tindak korupsi yang pada umumnya nampak dipermukaan, sebagai
berikut :
 Mendelegetimasi proses demokrasi dengan mengurangi kepercayaan publik
terhadap proses politik melalui politik uang.
 Mendistorsi pengambilan keputusan pada kebijakan publik, membuat tiadanya
akuntabilitas publik dan manfikan the rule of law. Hukum dan birokrasi hanya
melayani kekuasaan dan pemilik modal.
 Meniadakan sistem promosi (reward and punishman), karena lebih dominan
hubungan patron-klien dan nepotisme.
 Proyek-proyek pembangunan dan fasilitas umu bermutu rendah dan tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sehingga mengganggu pembangunan yang
berkelanjuata.
 Jatuh atau rusaknya tatanan ekonomi karena produk yang dijual tidak kompetitif
dan terjadi penumpukan beban utang luar negeri.
 Semua urusan dapat diatur sehingga tatanan aturan/hukum dapat dibeli dengan
sejumlah uang sesuai kesepakatan.
 Lahirnya kelompok-kelompok pertemanan atau “koncoisme” yang lebih
didasarkan kepada kepentingan pragmatisme uang.

Bonus Info Kewarganegaraan


ISTILAH-ISTILAH UMUM DALAM KEGIATAN KORUPSI

1. Uang Tip, yaitu sama dengan budaya “amplop” yakni memberikan uang ekstra
kepada seseorang karena jasanya/pelayanannya. Istilah ini muncul karena pengaruh
budaya barat, yakni pemberian uang ekstra kepada pelayan di restoran atau di hotel.
2. Angpao, pada awalnya muncul untuk menggambarkan kebiasaan yang dilakukan
oleh etnis Cina yang memberikan uang dalam amplop kepada penyelenggara pesta.
Dalam perkembangan selanjutnya, hingga saat ini istilah ini digunakan untuk
menggambarkan pemberian uang kepada petugas ketika mengurus sesuatu, dimana
pemberian ini bersifat tidak resmi atau tidak ada dalam peraturan.
3. Uang Administrasi, yaitu pemberian uang tidak resmi kepada aparat dalam proses
pengurusan surat-surat penting atau penyelesaian perkara/kasus agar cepat selesai.
4. Uang Diam, yaitu pemberian dana kepada pihak pemeriksa agar kekurangan pihak
yang diperiksa tidak ditindaklanjuti. Uang diam biasanya diberikan kepada oknum
anggota dewan di daerah (DPRD) ketika memeriksa pertanggung jawaban pejabat
daerah (Bupati/Walikota atau Gubernur) agar lolos pemeriksaan.
5. Uang Bensin, yaitu uang yang diberikan sebagai balas jasa atas bantuan yang
diberikan oleh seseorang. Istilah ini kerap digunakan dalam situasi informal
(akrab). Misalnya A minta bantuan B untuk membeli sesuatu, lalu si B melontarkan
25

pernyataan, “uang bensinya mana ?”


6. Uang Pelicin, yaitu menunjuk pada pemberian sejumlah dana (uang) untuk
memperlancar (mempermudah) pengurusan perkara atau surat penting.
7. Uang Ketok, yaitu uang yang digunakan untuk mempengaruhi keputusan agar
berpihak kepada pemberi uang. Istilah ini biasanya ditujukan kepada (oknum)
hakim dan anggota legislatif yang memutuskan perkara atau
menyetujui/mengesahkan anggaran usulan eksekutif; dilakukan secara tidak
transparan.
8. Uang Kopi, yaitu uang tidak resmi yang diminta oleh aparat pemerintah atau
kalangan swasta.
9. Uang Pangkal, yaitu uang yang diminta sebelum melaksanakan suatu
pekerjaan/kegiatan agar pekerjaan tersebut lancar.
10. Uang Rokok, yaitu pemberian uang yang tidak resmi kepada aparat dalam proses
pengurusan surat-surat penting atau penyelesaian perkara/kasus agar
penyelesaiannya cepat.
11. Uang DamaiI, yaitu digunakan ketika menghindari sanksi formal dengan cara
memberikan sesuatu, biasanya berupa uang/materi sebagai ganti rugi sanksi formal.
12. Uang di Bawah Meja, yaitu pemberian uang tidak resmi kepada petugas ketika
mengurus/membuat surat penting agar prosesnya cepat.
13. Tahu Sama Tahu, yaitu digunakan di kalangan bisnis atau birokrat ketika meminta
bagian/sejumlah uang. Yang meminta dan memberi uang sama-sama mengerti dan
hal tersebut tidak perlu diucapkan.
14. Uang Lelah, yaitu menunjuk pada pemberian uang secara tidak resmi ketika
melakukan suatu kegiatan. Uang lelah ini biasanya diminta oleh orang yang diminta
untuk membantu orang lain. Istilah ini kemudian sering digunakan oleh birokrat
ketika melayani masyarakat untuk mendapatkan uang lebih.

Sumber :
www.transparansi.or.id.

c. Upaya Pencegahan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Yang Tidak


Transparan
Untuk menghindari penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan sehingga
melahirkan “budaya” Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dapat dilakukan, antara
lain melalui jalur-jalur sebagai berikut :
 Formal Pemerintah/Kekuasaan
1) Pemerintah dan pejabat publik perlu dilakukan pengawasan melekat (waskat)
oleh aparat berwenang, DPR, dan masyarakat luas sehingga yang terbukti
bersalah diberikan sanksi yang tegas tanpa diskrimatif.
2) Mengefektifkan peran dan fungsi aparat penegak hukum, seperti Kepolisian,
Kejaksaan, para hakim, serta Komisi Pemberantasan Korupsi.
3) Pembekalan secara intensif dan sistematis terhadap aparatur pemerintah dan
pejabat publik dalam hal nilai-nilai agama dan sosial budaya.
26

4) Menegakkan supremasi hukum dan perundang-undangan secara konsisten dan


bertanggunga jawab serta menjamin dan menghormati hak asasi manusia.
5) Mengatur peralihan kekuasaan secara tertib, damai, dan demokratis sesuai dengan
hukum dan perundang-undangan.
6) Menata kehidupan politik agar distribusi kekuasaan dalam berbagai tingkat
struktur politik dan hubungan kekuasaan dapat berlangsung dengan seimbang.
7) Meningkatkan integritas, profesionalisme, dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan negara serta memberdayakan masyarakat untuk melakukan
kontrol sosial secara konstruktif dan efektif.

 Organisasi Non Pemerintah dan Media Massa


1) Keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGO (non Government
Organization) dalam mengawasi setiap kebijakan publik yang dibuat pemerintah,
seperti ICW, MTI, GOWA dan sebagainya.
2) Adanya kontrol sosial untuk perbaikan komunikasi yang berimbang antara
pemnerintah dan rakyat melalui berbagai media massa elektronik maupun cetak.

 Pendidikan dan Masyarakat


1) Memperkenalkan sejak dini melalui pembelajaran di sekolah tentang pentingnya
pemerintah yang transparan melalui mata pelajaran Kewarganegaraan.
2) Menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang mampu membuka wacana dan
dialog interaktif di dalam masyarakat sehingga dapat menjawab tantangan yang
dihadapi sesuai dengan visi Indonesia masa depan.
3) Meningkatkan kerukunan sosial antara pemeluk agama, suku dan kelompok-
kelompok masyarakat lainnya melalui dialog dan kerja sama dengan prinsip
kebersamaan, kesetaraan, toleransi dan saling menghormati.
4) Memberdayakan masyarakat melalui perbaikan sistem politik yang demokratis
sehingga dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas, bertanggung jawab,
menjadi panutan masyarakat, dan mampu mempersatukan bangsa dan negara.

Fokus Kita :
Dr. Leden Marpaung, S.H., dalam buku “Tindak Pidana Korupsi” 2001,
menyebutkan tentang upaya pencegahan (prevensi) tindak pidana korupsi, yaitu
antara lain mencakup : mental dan budi pekerti, sistem, perilaku masyarakat,
perundang-undangan, manajemen, dan kesejahteraan aparat negara/pemerintah.

Bonus Info Kewarganegaraan


GERAKAN ANTI KORUPSI
27

Dalam rangka memperingati Hari Pemberantasan Korupsi Sedunia, Presiden


Susilo Bambng Yudhoyono (SBY) pada tanggal 9 Desember 2004,
mencanangkan Gerakan Pemberantasan Korupsi Nasional dengan
menandatanganin Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Dalam Inpres tersebut, Presiden mengeluarkan 10 instruksi umum dan 11
instruksi khusus untuk mempercepat langkah pembeantasan korupsi. Instruksi itu
antara lain, meminta kepada pejabat pemerintah yang belum melaporkan harta
kekayaan agar segera menyampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Sekaligus membantu KPK dalam penyelenggaraan pelaporan, pendaftaran,
pengumuman, dan pemeriksaan laporan kekayaan penyelenggara negara di
lingkungannya.
Mereka juga diminta membuat penetapan kinerja dengan pejabat di bawahnya
secara berjenjang meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik dan menghapus
segala bentuk pungutan liar, menetapkan program dan wilayah yang menjadi
lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai program dan wilayah bebas
korupsi. Presiden menegaskan, bahwa skala korupsi di negara Indonesia sudah
memprihatinkan, karena Indonesia merupakan negara terkorup ketiga dari 133
negara di dunia. Mulai hari ini saya mengajak seluruh bangsa agar bersama-sama
memberantas korupsi. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
pemberantasannya harus melalui cara-cara yang luar biasa.

Sumber : Disarikan dari Media Indonesia,


10/12/2004.

Penugasan Praktik Kewarganegaraan 3

Setelah mempelajari materi-materi tentang : Dampak Pemerintah Yang Tidak


Transparan (Faktor Penyebab, Akibatnya, dan Upaya Pencegahan), lakukan
Strategi Pembelajaran dengan Penugasan Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) atau Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis.
Langkah-langkah :
Bentuk kelompok dengan anggotanya antara 4 – 5 orang.
Diberikan “wacana” atau kliping sesuai dengan topik pembelejaran.
Setiap kelompok bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok
serta memberi tanggapan terhadap wacana/kliping, dan ditulis pada lembar kertas.
Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
Buatlah kesimpulan bersama.
Penutup.
28

D. SIKAP KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA

1. Perilaku Positif dalam Upaya Peningkatan Sikap Keterbukaan dan


Jaminan Keadilan
Dalam rangka peningkatan sikap keterbukaan dan jaminan keadilan sebagai warga
masyarakat sekaligus warga negara perlu dikembangkan perilaku positif antara lain
sebagai berikut :
a. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong
royongan.
b. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain.
c. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan.
d. Suka bekerja keras.
e. Menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
Disamping perilaku tersebut diatas, dalam rangka jaminan keadilan perlu di
timbulkan;
a. Kesadaran akan adanya hak yang sama bagi setiap warga negara Indonesia.
b. Kesadaran akan adanya kewajiban yang sama bagi setiap warga negara Indonesia.
c. Kesadaran akan hak dan kewajiban untuk menciptakan dan tercapainya kesejahteraan
dan kemakmuran yang merata.

2. Partisipasi dalam Upaya Peningkatan Sikap Keterbukaan dan Jaminan


Keadilan
Peran warga negara dalam upaya untuk meningkatkan sikap keterbukaan dan
jaminan keadilan, dapat dilakukan melalui partisipasi dari seluruh komponen
masyarakat, mulai dari pejabat pemerintah hingga rakyat biasa. Partisipasi dari seluruh
komponen masyarakat di butuhkan dalam rangka menumbuhkan sikap keterbukaan,
penegakan supremasi hukum serta jaminan dan penghormatan hak asasi manusia.
Dewasa ini, semua komponen masyarakat dan aparatur negara sudah seharusnya mau
bekerja sama sebagai “mitra kerja” untuk kepentingan kemajuan dan kesejahteraan
rakyat banyak. Sikap terbuka dan jaminan keadilan, merupakan prasyarat bagi
terwadahinya komunikasi yang baik guna memperoleh kepercayaan masyarakat menuju
terbentuknya clean government (pemerintahan yang bersih). Untuk itu, diperlukan
partisipasi konstruktif dari seluruh komponen warga masyarakat untuk saling introspeksi
dan koreksi guna mewujudkan hasil kinerja yang optimal dan terhindar dari berbagai
kebocoran yang hanya akan memperkaya segelintir orang. Bentuk partisipasi warga
negara tersebut antara lain dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pengawasan Terhadap Aparatur Negara.
Pengawasan terhadap aparatur negara dari berbagai elemen masyarakat dan
institusi pemerintah, dilakukan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan
dalam pencapaian tujuan.
Sasaran pengawasan adalah mewujudkan dan meningkatkan efisiensi, efektivitas,
rasionalitas, dan ketertiban dalam pencapaian tujuan pelaksanaan tugas-tugas
organisasi. Oleh karena itu, hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh
pimpinan dalam pengambilan keputusan dalam menghentikan, mencegah, dan
29

mencari agar kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan


ketidaktertiban tidak terjadi.
Secara umum pengawasan terhadap aparatur negara dimaksudkan :
 Agar pelaksanaan tugas umum pemerintahan dilakukan secara tertib berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta berdasarkan sendi-sendi
kewajaran penyelenggaraan pemerintahan agar tercapai daya guna, hasil guna,
dan tepat guna yang sebaik-baiknya.
 Agar pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai dengan rencana dan program
pemerintah serta peraturan perundangan yang berlaku sehingga tercapai sasaran
yang ditetapkan.
 Agar hasil-hasil pembangunan dapat menjadi umpan balik berupa pendapat,
kesimpulan, dan saran terhadap kebijaksanaan, perencanaan, pembinaan, dan
pembangunan.
 Agar sejauh mungkin mencegah terjadinya pemborosan, kebocoran, dan
penyimpangan dalam penggunaan wewenang, tenaga, uang, dan serta
perlengkapan milik negara. Dengan demikian, akan terbina aparatur yang tertib,
bersih, berwibawa, berhasil guna, dan berdaya guna.

b. Peran Masyarakat Dalam Upaya Memberantas Korupsi.


Korupsi merupakan penyakit masyarakat yang sulit diberantas, karena korupsi
terkesan telah membudaya dan dilakukan secara sistematis. Mulai dari korupsi yang
dilakukan pejabat negara hingga korupsi yang dilakukan pekerja biasa. Seperti
korupsi waktu, biaya pembuatan KTP, pengurusan adminsitrasi tanah dan
sebagainya.
Untuk itu guna meminimalisir terjadinya korupsi dibutuhkan peran aktif
masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Berusaha memahami berbagai aturan yang diterapkan pemerintah pada isntansi-
instansi tertentu.
2) Mau mengikuti prosedur dan mekanisme sesuai dengan aturan yang berlaku
dalam mengurus suatu kepentingan di instansi tertentu.
3) Jika terdapat kejanggalan dalam penerapan aturan, tanyakan dengan baik dan
sopan kepada pejabat atau instansi yang berwenang untuk konfirmasi.
4) Bersedia melaporkan atau mengimformasikan pelaku korupsi kepada lembaga
berwenang, seperti Kejaksaan, Kepolisian dan Komite Pemberantasan Korupsi
(KPK) yang disertai dengan bukti-bukti awal yang memadai (tidak fitnah).
5) Mau menjadi bagian anggota masyarakat yang memberi contoh dan keteladanan
dalam menolak berbagai pemberian yang tidak semestinya.
6) Melakukan kampanye preventif (pencegahan) sedini mungkin melalui jalur-jalur
pendidikan formal maupun non-formal dengan melaksanakan program seperti :
pelajar BTP (Bersih, Transparan, Profesional), mengadakan lomba poster tolak
suap/korupsi dengan segala bentuknya, dan lain-lain.
30

Penugasan Praktik Kewarganegaraan


Carilah sumber informasi lain baik dari buku, koran, majalah, internet, buletin dan
sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut :
Rumuskan kembali yang dimaksud dengan tindak korupsi !
Berikan penjelasan mengapa pada negara yang “otoriter” jauh dari sikap terbuka dan
jaminan keadilan !
Berikan penjelasan kembali benarkah korupsi di Indonesia sudah “membudaya” !
Berikan sekurang-kurangnya 2 (dua) contoh partisipasi warga negara upaya pencegahan
tindak korupsi !
Identifikasikan kembali mengapa pada instansi pemerintah, cenderung lebih banyak oknum-
oknumnya yang melakukan tindak korupsi !

Bonus Info Kewarganegaraan


PERLU DUKUNGAN TERHADAP
GERAKAN ANTI KORUPSI
Dalam menjalankan tugasnya, suatu Badan/Komisi Anti Korupsi harus mendapat
dukungan moral dari masyarakat dan dukungan politik dari pemerintah. Badan tersebut,
harus memiliki landasan hukum, sumber daya manusia yang memadai, wewenang yang
independen untuk memperoleh dokumen dan meminta keterangan saksi, serta memiliki
pimpinan berintegritas tinggi. Beberapa kendala Komisi Anti Korupsi di Indonesia dalam
menjalankan tugasnya, hampir sama juga yang dialami oleh negara-negara lain.
Berikut ini beberapa indikator penyebab kegagalan tersebut :
1. Kemauan politik yang lemah, kepentingan pribadi dan hal-hal lain yang mendesak
membuat pimpinannya tidak berdaya.
2. Tidak ada sumber daya. Tidak ada kesadaran mengenai cost benefit administrasi
pemerintahan yang “bersih”, bahwa badan yang efektif memerlukan anggaran yang
memadai.
3. Campur tangan Politik. Badan tidak diizinkan melakukan tugas secara independen,
apalagi memeriksa para pejabat pemerintah tingkat atas dan tingkat teratas.
4. Takut akibatnya. Badan tidak punyai kemauan memberantas korupsi dan mudah sekali
diajak ikut mempertahankan status quo.
5. Terlalu bergantung pada penegakan hukum. Kemampuan efektif badan untuk mencegah
korupsi tidak dikembangkan.
6. Mengabaikan siasat melenyapkan peluang untuk korupsi. Terlalu bergantung pada
penegakan hukum setelah korupsi terjadi sehingga tindak korupsi tetap meningkat.
7. undang-undang tidak memadai. Tanpa undang-undang yang dapat ditegakkan dan
efektif, badan antikorupsi tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik.
8. Dibebani tumpukan perkara masa lalu. Badan yang baru dibentuk biasanya kecil dan
perlu waktu untuk menyesuaikan diri.
9. Gagal melibatkan masyarakat luas. Tidak mengadakan kampanye untuk meningkatkan
kesadaran publik, dan sebagainya.
31

10. Tanggung jawab kurang. Badan tidak punya tanggung jawab pada masyarakat
sebagaimana mestinya. Karena itu, dapat menjadi badan yang justru membungkam orang
yang mengkritik pemerintahan.

E de Speville
Sumber : Bertrand ; “Why do anti corruption agencies fail”, Wina, Austria, April
KESIMPULAN
2000.

Tumbuhnya sikap keterbukaan berkaitan erat dengan jaminan keadilan. Keterbukaan


merupakan sikap jujur, rendah hati dan adil serta mua menerima pandapat orang lain.
Sedangkan keadilan merupakan pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban.
Pengertian kata “adil” yang lebih menekankan pada “tindakan yang tidak berdasarkan
kesewenang-wenangan”, maka sesungguhnya pada setiap diri manusia telah melekat
sumber kebenaran yang disebut hati nurani. Banyak ahli yang memberikan pengertian
adil, seperti Aristoteles, Plato, Socrates, Thomas Hobbes dan lain sebagainya.
Keadaan Sikap keterbukaan, merupakan prasyarat dalam menciptakan pemerintahan yang
bersih dan transparan. Keterbukaan juga merupakan sikap yang dibutuhkan dalam
harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu perlu
sikap antara lain; transparan dalam proses maupun pelaksanaan kebijakan publik, mau
berterus terang, tidak menutup-nutupi kesalahan dirinya, dan lain sebagainya.
Dalam rangka memperoleh jaminan keadilan di dalam suatu negara diperlukan peraturan
yang disebut Undang-undang atau hukum. Hukum merupakan suatu sistem norma yang
mengatur kehidupan dalam masyarakat. Oleh karena itu apabila ada seseorang yang
merasa mendapatkan ketidak adilan, maka ia berhak mengajukan tuntutan baik dalam arti
formal maupun material.
Sikap keterbukaan yang dituntut kepada aparat penegak hukum, adalah adanya
transparansi, akuntabilitas dan profesionalisme dalam bekerja serta hasil kinerja yang
optimal. Jika suatu negara aparat penegak hukumnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN), maka akan terjerumus dalam keterpurukan pemerintahan mobokrasi atau dalam
istilah Polybios disebut okhlokrasi.
Pemerintah dalam arti organ merupakan alat kelengkapan pemerintahan yang
melaksanakan fungsi negara. Dalam arti organ, pemerintah dapat dibedakan baik dalam
arti luas maupun dalam arti sempit.
Dalam penyelenggaraan kepemerintahan di suatu negara, terdapat 3 (tiga) komponen
besar yang harus diperhatikan, karena peran dan fungsinya yang sangat berpengaruh
dalam menentukan maju mundurnya pengelolaan negara yaitu ; negara dan pemerinta-han,
sektor swasta dan masyarakat madani.
Negara republik Indonesia, sedang berupaya untuk mewujudkan penyelenggaraan negara
yang bersih dan bebas KKN berdasarkan asas ; kepastian hukum, tertib penyelenggaraan
negara, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas dan
akuntabilitas.
Terjadinya penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan, antara lain disebabkan
karena sistem politik yang tertutup, juga faktor sumber daya manusianya yang bersifat
feodal, opportunis dan penerapan “aji mumpung” serta pendekatan “ingin dilayani”
sebagai aparatur pemerintah.
Peran warga negara dalam upaya untuk meningkatkan sikap keterbukaan dan jaminan
keadilan, dapat dilakukan melalui partisipasi dari seluruh komponen masyarakat, mulai
dari pejabat pemerintah hingga rakyat biasa. Partisipasi dari seluruh komponen
masyarakat di butuhkan dalam rangka menumbuhkan sikap keterbukaan, penegakan
supremasi hukum serta jaminan dan penghormatan hak asasi manusia.
32

LATIHAN UJI KOMPETENSI

A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar !

1. Suatu keadilan yang didasarkan pada 5. Asas yang menyatakan tindakan disiplin
perlakuan sama dengan tidak melihat yang dijatuhkan pejabat administrasi
jasa yang telah diberikan adalah … . negara harus sesuai dengan kesalahan
a. keadilan komulatif yang dibuatnya adalah asas … .
b. keadilan distributif a. kepastian hukum
c. keadilan kodrat alam b. keseimbangan
d. keadilan konvensional c. kesamaan
e. keadilan perbaikan d. perlakuan jujur
e. meniadakan akibat suatu keputusan
2. Menurut Socrates, keadilan tercipta
bila-mana setiap warga negara
merasakan bahwa pemerintah telah
melaksanakan .... 6. UU No. 30 Tahun 2002 adalah peraturan
a. masing-masing fungsinya perundangan tentang ....
b. masing-masing kewajibannya a. Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat
c. tugasnya dengan baik Negara
d. pengendalikan diri dengan baik b. Komisi Pemilihan Umum
e. perjanjian yang telah disepakati c. Komisi Konstitusi
d. Komisi Pemberantasan Tindak
3. Berikut ini yang bukan merupakan ciri- Pidana Korupsi
ciri keterbukaan adalah … . e. Komisi Ombudsman
a. hati-hati dalam menerima informasi
b. toleransi antar sesama pemeluk
7. Sendi pokok keadilan agar dapat
agama
dilaksanakan sebaik-baiknya di dalam
c. transparan dalam kebijakan publik
kehidupan masyarakat adalah ....
d. tidak merahasiakan sesuatu
e. selalu curiga terhadap arus a. Politik
perubahan b. Hukum
c. Kekuasaan
4. Keadilan yang menuntut agar hukum d. hak asasi manusia
berlaku secara umum dan sama untuk e. demokrasi
semua orang adalah … .
a. Formal 8. Menurut Kooiman, inti dalam
b. Material penyeleng-garaan pemerintahan dewasa
c. Yuridis ini mencakup hal-hal berikut ini, kecuali
d. Konvensional ....
e. Komutatif a. politik
33

b. pemengaruhan d. Instruksi Presiden No. 5 Tahun


c. penyeimbangan 2004.
d. pengendalian e. Undang-undang No. 26 tahun 2000
e. koordinasi
10. Salah satu contoh akibat tindak korupsi
9. Pemerintah Indonesia, sesungguhnya yang dilakukan oleh seseorang
telah memiliki komitmen untuk adalah ....
menyelenggarakan pemerintahan yang a. banyaknya politisi yang sejahtera
bersih dan bebas korupsi, kolusi dan b. menafikan the rule of law
nepotisme melalui .... c. iklim usaha jadi bergairah
a. Undang-undang No. 28 tahun 1999. d. pendidikan sulit berkembang
b. PP. No.101 Tahun 2000 e. banyak terjadi bencana alam
c. Undang-undang No. 39 tahun 1999
B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Berikan penjelasan singkat, mengapa keterbukaan selalu berkaitan erat dengan masalah
keadilan !
2. Berikan contoh 3 (tiga) keadilan yang didasarkan pada ketentuan hukum menurut
Notonegoro !
3. Mengapa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dikembangkan prinsip
keterbukaan dan keadilan ?
4. Identifikasi 3 (tiga) kondisi yang dapat menumbuhkan sikap terbuka dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara !
5. Jelaskan perbedaan keadilan dalam arti formal dan material dan berikan contohnya
masing-masing !
6. Identifikasi 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya penyelenggaraan negara yang tidak
terbuka atau transparan !
7. Kata keadilan lebih menekankan pada tindakan yang tidak berdasarkan kesewenang-
wenangan, berikan penjelasan !
8. Berikan alasan, mengapa jaminan keadilan bagi warga negara harus diberikan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku !
9. Menurut pendapat anda, apa langkah-langkah yang paling mungkin dilaksanakan
pemerintah Indonesia dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi dan nepotisme !
10. Jelaskan, mengapa untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik antara lain harus
transparan, akuntabel dan profesional !

C. Studi Wacana

KORUPSI ADALAH AKSI TERORISME

Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan korupsi merupakan bentuk tindakan
34

terorisme atau tak lebih dari perbuatan teroris yang menghancurkan peradaban dunia.
“Korupsi itu adalah terorisme”, ujar Hidayat dalam deklarasi Aksi Resolusi dan
Referandum Perlawanan Rakyat Sulawesi Selatan (Sulsel) terhadap kejahatan yang
diselenggarakan di Makassar.
Pemerintah, katanya, telah menghukum para koruptor dan menusakambangkan mereka.
Meski demikian, pemerinah jangan cepat berbangga diri atau puas terhadap keberhasilan
yang telah dilakukannya, sebab para koruptor yang berhasil ditahan tersebut adalah mereka
yang tingkat korupsinya baru mencapai miliaran rupiah. “Masih banyak koruptor trilliunan
rupiah yang lari ke luar negeri dan ini menjadi masalah dan pekerjaan rumah bagi aparat
hukum,” ujar mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera ini.

Sumber : Media Indonesia, 9/12/2004.

Setelah anda membaca wacana di atas, berikan analisis, tanggapan atau pendapat !

1. Berdasarkan judul wacana tersebut, apa yang terfikir tentang korupsi yang ada di negara
Indonesia ?
2. Apa inti sari dari wacana di atas !
3. Mengapa Hidayat Nur Wahid menyamakan pelaku korupsi sama dengan terorisme ?
4. Langkah-langkah apa yang telah ditempuh pemerintah dalam memberikan pelajaran
kepada para koruptor ?
5. Menurut anda, mengapa masalah korupsi di Indonesia sulit untuk diberantas sampai
dengan tuntas ?
6. Berikan penjelasan, adakah hubungan antara korupsi dengan pemerintahan yang tidak
transparan !
7. Apasajakah indikator suatu instansi pemerintah yang melakukan korupsi, kolusi dan
nepotisme ?
8. Apa yang anda akan lakukan, jika kelak menjadi pejabat agar terhindar dari korupsi,
kolusi dan nepotisme ?

D. Tugas dan Diskusi

1. Diskusikan dengan teman-temanmu tentang topik-topik berikut ini !


a. Era keterbukaan dalam mempercepat demokratisasi di Indonesia.
b. Supremasi hukum dan jaminan keadilan di Indonesia.
c. Pentingnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme !
d. Kepemerintahan yang baik adalah tanggung jawab kita bersama.

2. Carilah referensi lain baik dari buku, koran, buletin, majalah, internet dan sebagainya
yang menunjukkan partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan jaminan keadilan.
Bentuklah kelompok sesuai dengan kebutuhan !
a. Rumuskan kembali yang dimaksud dengan jaminan keadilan !
b. Berikan contoh wujud partisipasi warga negara dalam upaya peningkatan jaminan
keadilan !
35

c. Carilah perbandingan dengan salah satu negara tentang contoh-contoh partisipasi


warga negara dalam upaya peningkatan jaminan keadilan !
d. Buat analisis partisipasi warga negara dalam upaya peningkatan jaminan keadilan
pada masa orde lama, orde baru, dan era reformasi !
e. Buatlah makalah sehubungan dengan pembahasan tersebut dan presentasikan
hasilnya di depan kelas !

You might also like