Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
Standar Kompetensi :
1. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Kompetensi Dasar :
1.1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka.
1.2. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan.
1.3. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka.
A. PENDAHULUAN
pihak memacu ideologi makin realistis dan dilain pihak mendorong masyarakat makin
mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat, namun juga
membentuk masyarakat menuju cita-cita.
Fokus Kita :
Kata Pancasila meskipun tidak tertulis secara eksplisit di dalam Pembukaan UUD 1945,
namun jiwa dan semangat substansinya ada di dalamnya. Berdasarkan Ketetapan MPR RI
No.XVIII/ MPR/1998, Pasal 1 menyatakan ”Pancasila sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945, adalah dasar negara dari NKRI, dan harus dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan bernegara”.
Justifikasi Juridik
Bangsa Indonesia telah secara konsisten untuk selalu berpegang kepada Pancasila dan
UUD 1945, sebagaimana telah diamanatkan adanya rumusan Pancasila ke dalam undang-
undang dasar yang telah berlaku di Indonesia dan beberapa Ketetapan MPR Republik
Indonesia.
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
................ dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
.................... Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu Piagam
negara yang berbentuk republik federasi, berdasarkan pengakuan ke-Tuhanan Yang
Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan
sosial. ....................................
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Alinea Keempat,
............, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, .................
Maha Esa)
7. Bugis/ Tak sakrakai allowa ritang ngana Konsep religiositas
Makasar langika (Matahari tak akan tenggelam di
tengah langit).
8. Bengkulu Kalau takut dilambur pasang, jangan Konsep humanitas
berumah di pinggir pantai.
9. Maluku Kaulete mulowang lalang walidase Konsep humanitas
nausavo sotoneisa etolomai kukuramese dan persatuan
upasasi netane kwelenetane ainetane
(Mari kita bersatu baik dilaut maupun di
darat untuk menentang kezaliman).
10. Batak Songon siala sampagul rap tuginjang Konsep persatuan
(Manda-iling) rap tu roru (Berat sama dipanggul, dan kebersamaan
ringan sama dijinjing).
11. Batak (Toba) Sai masia minaminaan songon lampak Konsep persatuan
ni pisang, masitungkol tungkolan
songon suhat dirobean (Biarlah kita
bersatu seperti batang pisang dan
mendukung seperti pohon tales di
kebun).
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa bagi bangsa Indonesia tidak
perlu diragukan lagi tentang kebenaran Pancasila sebagai dasar negara, ideologi nasional
maupun pandangan hidup bangsa dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Hal ini terbukti setelah kita analisis dari sudut justifikasi yuridik, filsafati dan teoritik serta
sosiologik dan historik. Untuk itu, semakin jelaslah bahwa Pancasila merupakan kesepakatan
bangsa, suatu perjanjian luhur yang memiliki legalitas, kebenaran dan merupakan living
reality yang selama ini telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan sudut pandang justifikasi filsafati dan teoritik inilah bangsa Indonesia yang
memiliki beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) mampu hidup
berdampingan secara damai, rukun dan sejahtera dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika
serta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai perwujudan tersebut,
maka bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa-bangsa manca negara sebagai bangsa yang
memiliki sifat khas kepribadian (unik) antara lain : ramah tamah, religius, suka membantu
sesama (solideritas), dan mengutamakan musyawarah mufakat.
2. Pengertian Pancasila
Dalam rangka lebih memahami tentang Pancasila sebagai idelogi terbuka, maka perlu
dijelaskan lebih dahulu apa itu Pancasila. Banyak tokoh nasional yang telah merumuskan
konsep Pancasila sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Namun jika dicermati,
secara umum definisi konsep tersebut relatif sama. Berikut adalah beberapa pengertian
tentang Pancasila yang dikemukakan oleh para ahli.
a. Muhammad Yamin.
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi, atas,
dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian Pancasila
merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang
penting dan baik.
6
b. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya
terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah
negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
c. Notonegoro
Pancasila adalah Dasar Falsafah Negara Indonesia. Berdasarkan pengertian ini dapat
disimpulkan Pancasila pada hakikatnya merupakan dasar falsafah dan Ideologi negara
yang diharapkan menjadi pendangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
d. Berdasarkan Terminologi.
Pada 1 juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUKI), Pancasila yang memiliki arti lima asas dasar digunakakn oleh
Presiden Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara Indonesia yang
diusulkannya. Perkataan tersebut dibisikan oleh temannya seorang ahli bahasa yang
duduk di samping Ir. Soekarno, yaitu Muhammad Yamin.
Pada tanggal, 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia merdeka dan keesokan harinya (18
Agustus 1945) salah satunya disahkan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia yang di dalamnya memuat isi rumusan lima prinsip dasar negara
yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa
Indonesia dan dijadikan istilah yang sudah umum.
Bangsa Indonesia berkeyakinan, bahwa Pancasila yang kini menjadi dasar dan
falsafah negara, pandangan hidup, dan jiwa bangsa merupakan produk kebudayaan
bangsa Indonesia yang telah menjadi sistem nilai selama berabad-abad lamanya.
Pancasila bukanlah sublimasi atau penarikan ke atas (hogere optrekking) dari
Declaration of Independence (Amerika Serikat), Manifesto Komunis, atau paham lain
yang ada di dunia. Pancasila tidak bersumber pada berbagai paham tersebut, meskipun
diakui, bahwa terbentuknya dasar negara Pancasila memang menghadapi pengaruh
bermacam-macam ideologi pada masa itu.
Istilah ”Pancasila” pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karangan
Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit (abad ke 14). Dalam buku tersebut,
istilah Pancasila diartikan sebagai lima perintah kesusilaan (Pancasila Krama), yang
berisi lima larangan sebagai berikut;
a. Melakukan kekerasan
b. Mencuri
c. Berjiwa dengki
d. Berbohong
e. Mabuk akibat minuman keras.
Selanjutnya istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang
melatarbela-kangi perilaku seseorang atau bangsa; kelakukan atau perbuatan yang
7
menurut adab (sopan santun); dasar; adab; akhlak; dan moral. Pancasila diusulkan oleh
Ir. Soekarno sebagai dasar negara pada sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945.
Sejak saat itu pula Pancasila digunakan sebagai nama dari dasar falsafah negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia, meskipun untuk itu terdapat beberapa tata urut
dan rumusan yang berbeda. Tentang sejarah rumusan Pancasila itu tidak dapat kita
pisahkan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dan tidak dapat pula dipisahkan
dari sejarah perumusan Undang Undang Dasar 1945.
Sumber : Bahan Penataran P4, UUD 1945, GBHN BP-7 Pusat 1996.
1. Berikan ulasan pengertian kembali tentang “Pancasila” sesuai pendapat anda dan tokoh-
tokoh terkenal !
Pendapat anda tentang budaya
politik ? ............................................................................................
...............................................................................................................................................
...................
2. Pengertian Pancasila menurut Ir. Soekarno adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun
temurun sekian abad lamanya terpendem bisu oleh kebudayaan barat. Berikan penjelasn
singkatnya yang dimaksud dengan !
a. Isi jiwa bangsa
: ............................................................................................................................
.........................................................................................................................................
...................
b. Terpendem
bisu: ..........................................................................................................................
.........................................................................................................................................
...................
8
4. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa Pancasila sebagai dasar negara dan Ideologi
nasional, dikatakan sebagai hasil kesepakatan bangsa Indonesia !
...............................................................................................................................................
....................
...............................................................................................................................................
....................
...............................................................................................................................................
....................
5. Tuliskan perbedaan dan persamaan mendasar antara pendapat Ir. Soekarno dengan Mr.
Muhammad Yamin berkaitan dengan pengertian Pancasila di bawah ini !
Persamaan Perbedaan
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
.................................................................... ....................................................................
......... ..........
3. Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Keterlibatan Jepang dalam perang dunia ke 2 membawa sejarah baru dalam kehidupan
bangsa Indonesia yang di jajah Belanda ratusan tahun lamanya. Hal ini disebabkan
bersamaan dengan masuknya tentara Jepang tahun 1942 di Nusantara, maka berakhir pula
suatu sistem penjajahan bangsa Eropa dan kemudian digantikan dengan penjajahan baru
yang secara khusus diharapkan dapat membantu mereka yang terlibat perang.
Menjelang akhir tahun 1944 bala tentara Jepang secara terus menerus menderita
kekalahan perang dari sekutu. Hal ini kemudian membawa perubahan baru bagi pemerintah
Jepang di Tokyo dengan janji kemerdekaan yang di umumkan Perdana Mentri Kaiso
tanggal 7 september 1944 dalam sidang istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai) ke 85.
Janji tersebut kemudian diumumkan oleh Jenderal Kumakhichi Haroda tanggal 1 maret
9
Fokus Kita :
BPUPKI telah mengadakan sidang 2 kali, yaitu : sidang pertama, mulai tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945, dan sidang kedua mulai tanggal 10 sampai dengan 17 Juli
1945. Dalam sidang pertama telah dikemukakan usul dan pendapat oleh anggota
BPUPKI mengenai Dasar Negara dan Rancangan Undang-Undang Dasar yang
dikemukakan oleh beberapa anggota.
Sebagai realisasi janji tersebut pada tanggal 29 April 1945 kepala pemerintahan Jepang
untuk Jawa (Gunseikan) membentuk BPUPKI dengan Anggota sebanyak 60 orang yang
merupakan wakill atau mencerminkan suku/golongan yang tersebar di wilaya Indonesia.
BPUPKI diketuai oleh DR Radjiman Wedyodiningrat sedangkan wakil ketua R.P Suroso
dan Penjabat yang mewakili pemerintahan Jepang “Tuan Hchibangase”. Dalam
melaksanakan tugasnya di bentuk beberapa panitia kecil, antara lain panitia sembilan dan
panitia perancang UUD. Inilah langkah awal dalam sejarah perumusan pancasila sebagai
dasar negara. Secara ringkas proses perumusan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mr. Muhammad Yamin, pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 menyampaikan
rumus asas dan dasar degara sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat.
Setelah menyampaikan pidatonya, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan usul tertulis
naskah Rancangan Undang-Undang Dasar. Di dalam Pembukaan Rancangan UUD itu,
tercantum rumusan lima asas dasar negara yang berbunyi sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Mr Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945 antara lain dalam pidatonya menyampaikan
usulan lima dasar negara, yaitu sebagai berikut :
1. Paham Negara Kesatuan
2. Perhubungan Negara dengan Agama
3. Sistem Badan Permusyawaratan
4. Sosialisasi Negara
5. Hubungan antar Bangsa
Catatan :
10
Mr. Soepomo dalam pidatonya selain memberikan rumusan tentang Pancasila, juga
memberikan pemikiran tentang paham integralistik Indonesia. Hal ini tertuang di dalam
salah satu pidatonya ..................................., bahwa jika kita hendak mendirikan Negara
Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia,
maka negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (staatsidee) negara yang
integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh
golongan-golongannya dalam lapangan apapun.
c. Ir. Soekarno, dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 mengusulkan rumusan
dasar negara adalah sebagai berikut :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. KeTuhanan yang berkebudayaan.
Catatan :
Konsep dasar negara yang diajukan oleh Ir. Soekarno tersebut, dapat diperas
menjadi Tri Sila, yaitu : Sila Kebangsaan dan Sila Internasionalisme diperas menjadi
Socio Nationalisme; Sila Mufakat atau Demokratie dan Sila Ketuahanan yang
berkebudayaan. Kemudian Tri Sila tersebut dapat diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu
Gotong Royong.
d. Panitia Kecil pada sidang PPKI tanggal 22 Juni 1945, memberi usulan rumusan dasar
negara adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Catatan :
Paniti kecil mempunyai tugas untuk menggolong-golongkan dan memeriksa catatan-
catatan tertulis selama sidang. Rapat Panitia Kecil telah diadakan bersama-sama dengan
38 anggota BPUPKI di kantor Besar Jawa Hookookai dengan susunan sebagai
berikut :
Ketua : Ir. Soekarno
Anggota : 1) K.H.A Wachid Hasjim, 2) Mr. Muhammad Yamin, 3) Mr. A.A. Maramis,
4) M. Soetardjo Kartohadikoesoemo, 5) R. Otto Iskandar Dinata, 6) Drs. Mohammad
Hatta, 7) K. Bagoes H. Hadikoesoemo.
Selanjutnya, dalam sidang yang dihadiri oleh 38 orang tersebut telah membentuk lagi
satu Panitia Kecil yang anggota-anggotanya terdiri dari : Drs. Mohammad Hatta, Mr.
Muhammad Yamin, Mr. A. Subardjo, Mr. A.A. Maramis, Ir. Soekarno, Kiai Abdul
Kahar Moezakkir, K.H.A. Wachid Hasjim, Abikusno Tjokrosujoso, dan H. Agus Salim.
Panitia Kecil inilah yang sering disebut sebagai panita 9 (sembilan) yang pada akhirnya
11
e. Rumusan Akhir Pancasila yang di tetapkan tanggal 18 Agustus 1945, dalam sidang
PPKI memberi rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Rumusan inilah yang kemudian dijadikan dasar negara, hingga sekarang bahkan
hingga akhir perjalanan Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekad bahwa Pancasila
sebagai dasar negara tidak dapat dirubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR hasil
pemilu. Jika merubah dasar negara Pancasila sama dengan membubarkan negara hasil
proklamasi (Tap MPRS No. XX/MPRS/1966).
Fokus Kita :
Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam bentuk peraturan
perundang-undangan berisifat imperatif (mengikat) bagi :
Penyelenggara negara
Lembaga kenegaraan
Lembaga kemasyarakatan
Warga negara Indonesia di mana pun berada, dan
a. Dasar
Penduduk di seluruh
Hukum wilayah Sebagai
Pancasila Negara Kesatuan
Dasar Republik
Negara Indonesia.
Pengertian pancasila sebagai dasar negara, sesuai dengan bunyi Pembukaan UUD
1945 pada alinea keempat ”…....., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat
12
dengan berdasarkan kepada; Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusia yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut meskipun tidak tercantum kata Pancasila,
namun bangsa Indonesia sudah bersepakat bahwa lima prinsip yang menjadi dasar
Negara Republik Indonesia disebut Pancasila. Kesepakatan tersebut, tercantum pula
dalam berbagai Ketetapan MPR-RI diantaranya sebagai berikut :
1) Ketetapan MPR – RI No.XVIII/MPR/1998, pada pasal 1 menyebutkan bahwa
“Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara”.
2) Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, diantaranya menyebutkan : Sumber Hukum
dasar nasional yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusia yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
5) Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai acuan dalam mencapai tujuan
tersebut.
c. Dasar Negara Pancasila Menjadi Sumber Hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Dalam kedudukan sebagai dasar negara, maka Pancasila menjadi sumber hukum
yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, segala peraturan perundang-undangan
harus merupakan penjabaran atau derivasi dari prinsip-prinsip yang terkandung di dalam
Pancasila. Segala peraturan perundang-undangan yang tidak kompatibel dan/atau tidak
mengacu pada Pancasila dapat dinyatakan batal demi hukum.
Pancasila sebagai dasar negara ditransformasikan menjadi norma hukum yang
bersifat memaksa, mengikat dan mengandung sanksi. Oleh sebab itu, perlu diupayakan
law enforcement terhadap segala hukum yang merupakan penjabaran dari dasar negara
Pancasila. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan Pembukaan UUD
1945 dan berdasarkan Ketetapan MPR No. III/MPR/2003 tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan berikut ini.
Cita Cita
Negara Hukum
Cita
Lainnya
PANCASIL Cita Hukum
A
Staatsfundamentalnor
Pancasila m
Dalam
Pembukaan
UUD 1945
Peraturan Perundang-
undangan mulai dari undang- Formell Fgesetz &
undang sampai Keputusan Verordnung &
Gubernur, Bupati/Kotamadya Autoname
Satzung
Sumber : Darji Darmodiharjo dalam “Media Kajian dan Implementasi Pancasila” Lembaga
Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara (LPPKB), Jakarta, Edisi Tahun I, Januari
– April 2006.
14
Fokus Kita :
Pancasila sebagai pandangan hidup, merupakan pedoman dan pegangan dalam
pembangunan bangsa dan negara agar dapat berdiri kokoh, serta dapat mengetahui arah
tujuan dalam mengenal dan memecahkan masalah (ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan) yang dihadapi oleh bangsa dan negara agar tidak
terombang ambing oleh keadaan apapun, termasuk dalam era globalisasi dewasa ini.
Karena nilai yang terkandung di dalam Pancasila tidak lain adalah kristalisasi dari nilai-
nilai yang terdapat dalam berbagai pandangan hidup masyarakat, maka sesungguhnya
Pancasila itu sendiri yang mencerminkan pandangan hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai
tersebut nyata hidup di dalam masyarakat dan dipergunakan sebagai pegangan dalam
bersikap dan bertingkah laku serta menentukan tindakan dalam menghadapi berbagai
persoalan. Dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau
aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala bidang. Semua tingkah laku dan perbuatan
setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua Sila-sila
Pancasila.
Adapun nilai-nilai yang terkristalisasi dari kehidupan nyata masyarakat Indonesia di
seantero bumi nusantara adalah sebabagai berikut :
Fokus Kita :
Bung Karno, dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung
di dalam Pancasila bersumber dan digali dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia
yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Pancasila sebagai lagatur bangsa Indonesia, karena selama ini nilai-nilai Pancasila
mampu memenuhi kriteria :
a. memiliki daya ikat bangsa yang mampu menciptakan suatu bangsa dan negara yang
kokoh,
b. nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, telah difahami dan diyakini oleh
masyarakat yang selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya rasa
paksaan.
Dengan demikian, maka nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut merupakan
denominator dari nilai-nilai yang berkembang dan dimiliki oleh masyarakat sehingga
memiliki daya rekat yang kuat, karena memang dirasa sebagai miliknya. Sebagai contoh, sila
Ketuhanan Yang Maha Esa yang merupakan denominator dari berbagai agama dan berbagai
kepercayaan yang berkembang di Indonesia. Setiap anggota masyarakat memiliki kewajiban
untuk beriman dan bertaqwa kepada-Nya sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Hal ini
ternyata dapat diterima baik oleh masyarakat, sehingga memiliki daya rekat bangsa untuk
17
kepentingan bersama dari beragam agama dan kepercayaan yang berbeda dan tersebar di
seluruh Indonesia.
Pakar politik dan tokoh sejarah nasional Usep Ranawijaya menilai carut marut yang
terjadi saat ini karena Pancasila sebagai pijakan bernegara sudah tidak lagi dilakukan secara
utuh dan murni. Yang terjadi saat ini sangat tidak sesuai dengan ajaran Pancasila yang
sesungguhnya. “Jika negara ini ingin kembali bangkit mengaplikasikan Pancasila secara
benar adalah sebuah keharusan,” tukas Usep saat ditemui disela simposium To Build The
World A New On The Basic of Pancasila di Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag)
Jakarta.
Usep menyatakan, mengembalikan Pancasila sebagah khittah bangsa yang utuh, bukan
pekerjaan gampang. Kekuasaan Orde Baru yang berjalan 32 tahun lebih memberikan
banyak andil terhadap penyimpangan Pancasila. Rentang kekuasaan Suharto, Pancasila
banyak diselewengkan untuk kepentingan politik pemerintah. “Kebijakan memang banyak
yang diambil dengan landasan Pancasila, tapi aplikasinya justru sangat bertentangan
dengan norma-norma yang terkandung di Pancasila itu sendiri,” Jelasnya. Tidak hanya itu,
di masa rezim ini bahkan sempat muncul pembiasan tentang siapa penggagas Pancasila.
Lebih jauh ketua Forum Intelgensia Pancasila ini menegaskan, sudah saatnya Pancasila
kini kembali ditempatkan posisi yang sebenarnya. “Pancasila mempunyai kekuatan
membendung imperialisme,” tambahnya. Lima sila yang tertuang dalam asas bangsa ini,
sambung Usep, sangat memenuhi tuntutan jaman.
Baca baik-baik wacana tersebut di atas, dan berikan tanggapan penjelasan dengan
singkat dan jelas di bawah ini !
a. Berikan ulasan kembali sesuai pendapat anda berdasarkan wacana yang telah dibaca !
b. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) indikator mengapa sekarang ini ada pemikiran
untuk kembali ke Pancasila !
c. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) indikator bahaya yang akan muncul jika bangsa
Indonesia tidak segera kembali ke Pancasila !
d. Berikan penjelasan pendapat Usep Ranawijaya yang menyatakan bahwa “Kekuasaan
Orde Baru yang berjalan 32 tahun lebih memberikan banyak andil terhadap
penyimpangan Pancasila”. !
Pengertian Ideologi
Kata idelogi berasal dari bahasa Latin (idea ; daya cipta sebagai hasil kesadaran
manusia dan logos ; ilmu). Istilah ini berasal dari filsuf Perancis A. Destult de Tracy
(1801) yang mempelajari berbagai gagasan (idea) manusia serta kadar kebenarannya.
Pengertian ini kemudian meluas sebagai keseluruhan pemikiran, cita rasa serta segala
upaya, lebih-lebih di bidang politik. Pengertian ideologi juga diartikan sebagai falfasah
hidup maupun pandangan dunia ( dalam bahasa Jerman disebut Weltanschauung).
Biasanya, ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan politik dan kenegaraan
sebagai satu kehidupan nasional yang berarti kepemimpinan, kekuasaan, kelembagaan
dengan tujuan kesejahteraan. Berikut ini beberapa pengertian tentang ideologi :
a. A. Destult de Tracy
Ideologi merupakan bagian dari filsafat yang merupakan ilmu yang mendasari ilmu-
ilmu lain seperti pendidikan, etika dan politik, dan sebagainya.
b. Labaratorium IKIP Malang
Ideologi adalah seperangkat nilai, ide dan cita-cita beserta pedoman dan metode
melaksanakan / mewujudkannya.
c. Kamus Ilmiah Populer
Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu sistem politik, faham
kepercayaan dan seterusnya (ideologi sosialis, ideologi Islam, dan lain-lain).
19
d. Moerdiono
Ideologi adalah merupakan kompleks pengetahuan dan nilai, yang secara
keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (masyarakat) untuk memahami jagat
raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengelolanya.
e. Ensyclopedia International
Ideologi adalah “system of ideas,belief, and attitudes which underlie the way of live
in a particular group, class, or society” (sistem gagasan, keyakinan, dan sikap yang
mendasari cara hidup suatu kelompok, kelas atau masyarakat khusus.
f. Prof. Padmo Wahyono, SH.
Ideologi diberi makna sebagai pandangan hidup bangsa, falsafah hidup bangsa,
berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan dan akan direalisir di dalam
kehidupan berkelompok. Ideologi ini akan memberikan stabilitas arah dalam hidup
berkelompok dan sekaligus memberikan dinamika gerak menuju ke yang dicita-
citakan.
g. Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam
tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil,
mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas, hal yang harus difahami adalah bahwa suatu
ideologi pada umumnya mewujudkan pandangan khas terhadap pentingnya kerja sama
antar manusia dalam kerja, hubungan manusia dengan kekuasaan (politik negara),
sumber kekuasaan bagi penguasa dan tingkat kesederajatan antar manusia. Sebagai
akibat ke-khas-an suatu ideologi, maka dapat saja tidak dimengerti oleh kelompok lain
yang tidak mau menerima, dan tidak jarang pula suatu ideologi menjadi beku, kaku dan
tidak berubah serta menuntut pada pengikutnya untuk patuh terhadap ajarannya.
Fokus Kita :
Menurut alam pemikiran Hegel, bahwa ideologi bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri
lepas dari kenyataan hidup masyarakat. Ideologi adalah produk kebudayaan suatu
masyarakat dan karena itu dalam arti tertentu merupakan manifestasi kenyataan sosial
juga.
Keterangan :
Pandangan Pertama,
Suatu ideologi berawal dari konsep-konsep abstrak (inkrimental) yang berangsung-
angsur tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan tumbuh kembangnya masyarakat.
Konsep-konsep tersebut kemudian diakui adanya nilai dasar atau prinsip-prinsip tertentu,
sehingga lama kelamaan diterima sebagai suatu kebenaran dan diyakini sebagai
pegangan dalam menjalin kehidupan bersama dalam bentuk norma-norma.
Menurut M. Syafaat Habib, bahwa ideologi lahir dan kemudian berkembang dari
adanya kepercayaan politik yang terbentuk dan kemauan umum, perjanjian masyarakat
sebagai realitias historis. Selanjutnya untuk mendukung nilai dasar atau norma-norma
tersebut, diperlukan seperangkat alat dari bentuk yang paling sederhana sampai dengan
yang rumit.
Pandangan Kedua,
Suatu ideologi merupakan hasil olah fikir para cendikiawan untuk kemudian dijabarkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Contoh, Thomas Jefferson
dengan menilai situasi kehidupan yang berkembang pada zamannya, menarik
kesimpulan sehingga terumus menjadi deklarasi kemerdekaan Amerika yang
bernafaskan ideologi liberalisme yang individualistik. Demikian Karl Marx yang
melahirkan pemikiran-pemikiran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sehingga menjadi manifesto komunis.
Dr. William T. Bluhn, yang dikutip oleh M. Syafaat Habib menyatakan bahwa
timbulnya suatu ideologi dapat dibedakan dalam 4 (empat) teori sebagai berikut :
1. bahwa ideologi merupakan rasionalisasi kepentingan yang akan terwujud dalam
kehidupan politik;
2. ideologi muncul secara bebas rasional untuk mewujudkan hakikat kebenaran;
3. ideologi timbul tidak disadari sebagai jawaban kesulitan-kesulitan sosial yang
timbul dalam masyarakat, sehingga ideologi berfungsi remedial dan kuratif;
4. ideologi sebagai realisasi hubungan antara perasaan dan arti hidup (sentiment and
meaning), dalam rangka memberikan makna hidup baru dan segar yang bermuara
21
Bilamana sampai begitu keadaannya, ideologi itu akan terasa sebagai sesuatu yang
dipak-sakan dan oleh karena itu menjadi otoriter atau totaliter sifatnya (penerapaan
ideologi komunis), meskipun pada dasarnya secara formal ideologi itu adalah terbuka
dan demokratis. Lebih berbahaya lagi bilaman mereka yang berkuasa hanya
memanfaatkan ideologi tersebut buat keperluan legiti-masi kekuasaannya, sedangkan
sikap dan tingkahlaku politiknya mungkin sama sekali bertentangan dengan nilai-nilai
dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut.
Ada kecenderungan pula yang “mengkeramatkan” ideologi untuk menyelamatkan
dan mempertahankan kekuasaannya, serta sekaligus untuk menutupi praktik-praktik
politik yang tidak sehat dan bertentangan dengan ideologi itu sendiri. Ini semua
biasanya dilaksanakan oleh penguasa-penguasa yang haus kekuasaan, sewenang-
wenang, dan diktator.
NEGARA
DAN Kepribadian
MASYARAKAT Bangsa
Aspek-Aspek
Kehidupan
(Deduktif)
Pancasila Pancasila
Filosofis Ideologis
Sebagai Sebagai
Yang
Ideologi Dasar
Konstitusional
Nasional Negara
nalaran sedikitpun), dianggap dapat berlaku dengan sendirinya sebagai konsep yang
inheren dari ideologi Pancasila.
Adanya anggapan umum yang demikian, dapat difahami karena adanya sebab-sebab
sebagai berikut :
a. Orang yang bersangkutan tidak atau belum faham betul mengenai ideologi Pancasila,
dan
b. Nilai instrinsik ideologi Liberalisme, yaitu “kebebasan individu” merupakan konsep
yang teralir darinya tidak mereka sadari sebagai konsep ideologik, melainkan mereka
persepsikan sebagai konsep yang bebas nilai yang mereka identikkan dengan konsep
yang bersifat obyektif universal.
Fokus Kita :
Nilai instrinsik adalah nilai yang dirinya sendiri merupakan tujuan (an end-in-itself).
Seperangkat nilai instrinsik yang terkandung di dalam setiap ideologi berdaya aktif.
Artinya ia memberi inspirasi sekaligus energi kepada para penganutnya untuk
mencipta dan berbuat.
Bahwa semua konsep dari suatu ideologi, niscaya teralir secara deduktif-logik dari
nilai instrinsik suatu ideologi yang bersangkuatan. Sebagai contoh, nilai instrinsik
ideologi Liberaralisme (kebebasan individu), ideologi Komunis (hubungan produksi),
dan ideologi Pancasila adalah kebersamaan. Berkenaan dengan hal tersebut, konsep dari
suatu ideologi tidak dapat diberlakukan kepada ideologi yang lain. Bila hal ini
dipaksakan, maka yang akan terwujud adalah cita-cita dari ideologi lain.
Arti “terbuka” dari ideologi ditentukan oleh dua hal, pertama bersifat konseptual
(struktur ideologi) dan kedua bersifat dinamik (sikap para penganutnya).
1. Bersifat Konseptual, yaitu Struktur Ideologi
Menurut Corbett, struktur ideologi tersusun oleh : pandangan filsafat tentang alam
semesta dan manusia (ontologi), konsep masyarakat ideal yang dicita-citakan
(epistemologi), dan metodologi untuk mencapainya (metode berfikir). Ketiga unsur
tersebut akan selalu terhubunga dengan relasi heuristik (relasi inovatif), yaitu
apabila pandangan filsafatinya mengenai mengenai alam semesta dan manusia
bersifat tertutup, maka cita-cita instrinsiknya dengan sendirinya bersifat tertutup,
sehingga akan menutup pula metode berfikirnya. Demikian sebaliknya, apabila
ajaran ontologik-nya bersifat terbuka maka cita-cita instrinsiknya maupun metode
berfikirnya berturut-turut bersifat terbuka.
Struktur ideologi ada kalanya bersikap tertutup, yaitu apabila :
diantara para penganut atau pendukung terjadi konflik antara kelompok
ortodoksi yang dominan dan kelompok progresif yang tertekan dalam
menghadapi persoalan perlu tidaknya melakukan penyesuaian ideologik dengan
tuntutan kemajuan jaman.
para pendukung ideologidalam hal ini yang menyelenggarakan pemerintahan
negara tidak lagi bekerja demi terwujudnya kebersamaan-hidup ideal,
melainkan telah berubah menjadi demi mempertahankan kekuasaan
pemerintahan yang diembannya. Bila hal ini terus dibiarkan, niscaya akan
timbul konflik internal dan selanjutnya dapat merebak menjadi konflik terbuka.
2. Bersifat Dinamik, yaitu Sikap Para Penganutnya
Bahwa ideologi yang bersifat abstrak, niscaya membutuhkan subyek pengamal/
pelaksana yaitu sejumlah penganut atau pendukung yang mengidentifikasi
hidupnya dengan ideologi yang dianutnya, menerima kebenarannya, berjuang dan
bekerja dengan setia untuknya. Pencapaian kebersamaan-hidup ideal membutuhkan
perjuangan panjang dari generasi ke generasi dalam sistem sosial yang niscaya
bersifat terbuka sejalan dengan perubahan jaman.
Salah satu sifat bawaan ideologi adalah terbuka, artinya demi terwujudnya cita-cita
instrinsiknya ideologi itu harus senantiasa berkemampuan menanggapi tuntutan
kemajuan jaman. Sifat ideologi yang terbuka dan berdaya aktif tersebut,
menunjukkan sendiri bahwa pada kenyataannya yang aktif melaksanakan
perwujudan cita-cita instrinsik dari ideologi dan yang secara konkrit mewujudkan
sifat terbuka sesungguhnya adalah para pendukungnya.
Sumber : Abdulkadir Besar dalam “Media Kajian dan Implementasi Pancasila” Lembaga
Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara (LPPKB), Jakarta, Edisi
Tahun I, Januari – April 2006.
Fokus Kita :
Sebagai Ideologi terbuka, Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis.
Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya kita sesuaikan
dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap kurun waktu.
nilai instrumental dan nilai praxis yang lebih bersifat fleksibel, dalam bentuk norma-
norma yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Nilai Instrumental
Merupakan nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar yang dijabarkan secara lebih
kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan Peraturan perundang-
undangan lainnya.
3) Nilai Praxis
Merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata
sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Nilai praxis yang abstrak (misalnya : menghormati, kerja sama, kerukunan, dan
sebagainya), diwujudkan dalam bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-
hari. Dengan de mikian nilai-nilai tersebut nampak nyata dan dapat kita rasakan
bersama.
d. Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila
Suatu ideologi apapun namanya, memiliki nilai-nilai dasar atau instrinsik dan nilai
instrumental. Nilai instrinsik adalah nilai yang dirinya sendiri merupakan tujuan (an
end-in-itself). Seperangkat nilai instrinsik (nilai dasar) yang terkandung di dalam setiap
ideologi berdaya aktif. Artinya ia memberi inspirasi sekaligus energi kepada para
penganutnya untuk mencipta dan berbuat. Dengan demikian, bahwa tiap nilai instrinsik
niscaya bersifat khas dan tidak ada duanya.
Dalam ideologi Pancasila, nilai dasar atau nilai instrinsik yang dimaksud adalah
nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial yang
menjadi jatidiri bangsa Indonesia. Nilai-nilai inilah yang oleh bangsa Indonesia
dinyatakan hasil kesepakatan untuk menjadi dasar negara, pandangan hidup, jatidiri
bangsa dan ideologi negara yang tidak akan dapat dirubah oleh siapapun, termasuk MPR
hasil pemilu.
Sedangkan nilai instrumental atau diistilahkan “dambaan instrumental”, adalah
didamba berkat efek aktual atau sesuatu yang dapat diperkirakan akan terwujud. Nilai
instrumental menurut Richard B. Brandt, adalah nilai yang niscaya dibutuhkan untuk
mewujudkan nilai instrinsik, berkat efek aktual yang dapat diperhitungkan akan
dihasilkannya. Nilai isnstrumental adalah penentu bentuk amalan dari nilai instrinsik
untuk masa tententu.
Bahwa dengan sifat terbukanya ideologi, hal ini berarti disatu sisi nilai instrumental
itu bersifat dinamik, yaitu dapat disesuaikan dengan tuntutan kemajuan jaman, bahkan
dapat diganti dengan nilai instrumental lain demi terpeliharanya relevansi ideologi
dengan tingkat kemajuan masyarakat. Namun di sisi lain, penyesuaian diri maupun
penggantian tersebut tidak boleh berakibat meniadakan nilai dasar atau instrinsiknya.
Dengan kata lain, bahwa keterbukaan ideologi itu ada batasnya.
Batas jenis pertama :
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental, sedangkan nilai
dasar atau instrinsiknya mutlak dilarang. Nilai instrumental dalam ideologi Pancsila
adalah nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar atau instrinsik yang dijabarkan
secara lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan Peraturan
perundang-undangan lainnya. Bahkan dalam mewujudkan nilai-nilai instrumental
yang lebih kreatif dan dinamis sehingga dengan mudah dapat diimplementasikan
oleh masyarakat, dapat dituangkan dalam bentuk nilai praxis.
30
Wacana Kita
Edi Sudrajat :
Jadikan Pancasila IDEOLOGI Terbuka
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Edi
Sudrajat, di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meminta agar Pancasila
dijadikan sebagai ideologi terbuka. Pancasila harus terus menerus dimaknai,
diwacanakan, dan dijadikan bahan perdebatan publik dalam rangka mencari solusi atas
masalah bangsa yang tidak kunjung dapat diatasi setelah delapan tahun reformasi.
“Tidak ada yang keliru dengan Pancasila. Yang keliru adalah pemahaman tunggal
atasnya untuk mempertahankan kekuasaan seperti terjadi pada masa lalu,” ujar Edi,
Jenderal purnawirawan berbintang empat, dalam sambutan peringatan Hari Ulang
Tahun Ke-7 PKPI di Jakarta.
“Saya prihatin, saat ini semua orang merasa malu berbicara Pancasila. Berbicara
Pancasila dianggap kuno, tidak reformis, dan tidak memiliki cita-cita Indonesia baru.
Saya kembali bertanya, Indonesia baru seperti apa yang dicita-citakan ?” ujarnya. Ia
menengarai adanya kelompok-kelompok kepentingan tertentu yang ingin merobohkan
Pancasila dan menggantikannya dengan ideologi lain. Upaya sistematis kelompok
kepentingan itu, menurut dia, tergambar jelas dalam amandemen Undang-Undang
Dasar 1945. Secara metodologis amandemen itu tidak sahih dan muatan-muatan dalam
perubahan pasal-pasalnya cenderung berfalsafah lain dari jatidiri bangsa Indonesia.
“Perubahan pada batang tubuh dapat saja terus merasuk ke perubahan Pembukaan
UUD 1945 dimana Pancasila tertenam di dalamnya,” ujarnya.
Edi menyebut, kelompok kepentingan itu adalah Liberalisme yang berkolaborasi
dengan kepentingan negara-negara maju. “Semangat kebebasan penting. Tapi,
manakala tanpa kendali moral dan etika serta hukum tidak ditegakkan, kebebasan
akan menjadi benturan kepentingan dan pertarungan kelompok yang akan merusak
tatanan berbangsa,” katanya.
Indonesia Yang Dituju
31
Baca baik-baik wacana tersebut di atas, dan berikan tanggapan penjelasan dengan
singkat dan jelas di bawah ini !
a. Berikan ulasan kembali sesuai pendapat anda berdasarkan wacana yang telah dibaca !
b. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) indikator mengapa sekarang ini ada pemikiran
untuk menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka !
c. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) indikator bahaya yang akan muncul jika bangsa
Indonesia tidak segera kembali ke Pancasila sebagai ideologi terbuka !
d. Berikan penjelasan pendapat Edi Sudrajat yang menyatakan bahwa “Saya prihatin, saat
ini semua orang merasa malu berbicara Pancasila. Berbicara Pancasila dianggap kuno,
tidak reformis, dan tidak memiliki cita-cita Indonesia baru”. !
e. Jelaskan bagaimana tanggapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sehubungan
dengan permintaan dan sekaligus himbauan dari Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) tersebut !
Carilah sumber informasi lain baik dari buku, koran, majalah, internet, buletin dan
sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut :
Rumuskan kembali
kembali bagaimana
pemahaman suatu
andabangsa
yang secara
dimaksud
sosiologis
dengan
maupun
Pancasila
politissebagai
dapat
terbentukterbuka
ideologi ! !
Berikan
Berikan penjelasan
penjelasan hubungan
hubungan antara
antara adanya manusia dengansebagai
terbentuknya
ideologibangsa di
pernyataan Pancasila terbuka
dalam suatu negara tertentu !
dengan konstelasi ideologi dunia yang tertutup !
Berikan penjelasan kembali mengapa unsur konstitutif, merupakan unsur mutlak
Berikan penjelasan
dalam berdirinya kembali
suatu negara ! tentang konsep ideologi “terbuka” dan batasan
“keterbukaan” suatu ideologi menurut
Berikan sekurang-kurangnya 2 (dua) contoh Richard B. Brandt
persamaan dan! berbedaan antara warga
negara
Berikandengan bukan warga negara
sekurang-kurangnya berdasarkan
2 (dua) faktor hak
yangdanmendorong
kewajibannya !
pemikiran bahwa
Identifikasikan kembali dalam bentuk
Pancasila adalah sebagai ideologi terbuka !apa sajakah batas suatu negara dengan negara
lain !
Identifikasikan kembali dalam bentuk apa sajakah seorang warga negara dapat
mengimplementasikan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara !
32
1. Pengertian Nilai
Dalam pandangan filsafat, nilai (value : Inggris) sering dihubungkan dengan masalah
kebaikan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai, apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai
kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral), religius (nilai religi), dan sebagainya.
Nilai itu ideal, bersifat ide. Karena itu, nilai adalah sesuatu yang abstrak dan tidak dapat
disentuh oleh panca indera. Yang dapat ditangkap adalah barang atau laku perbuatan yang
mengandung nilai itu. Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai, yaitu :
a. Nilai sebagai sesuatu yang ada pada obyek itu sendiri (obyektif)
Merupakan suatu hal yang obyektif dan membentuk semacam “dunia nilai”, yang
menjadi ukuran tertinggi dari perilaku manusia (menurut filsuf Max Scheler dan
Nocolia Hartman).
b. Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang
(subyektif)
Menurut Nietzsche, nilai yang dimaksudkan adalah tingkat atau derajat yang
diinginkan oleh manusia. Nilai, yang merupakan tujuan dari kehendak manusia yang
benar, sering ditata menurut susunan tingkatannya yang dimulai dari bawah, yaitu : nilai
hedonis (kenikmatan), nilai utilitaris (kegunaan), nilai biologis (kemuliaan), nilai diri
estetis (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (susial, baik), dan yang paling atas
adalah nilai religius (kesucian).
Dari pandangan dan pemahaman tentang nilai baik yang bersifat obyektif maupun
subyektif, berikut ini ada beberapa pengertian tentang nilai :
Kamus Ilmiah Populer
Nilai adalah ide tentang apa yang baik, benar, bijaksana dan apa yang berguna
sifatnya lebih abstrak dari norma.
Laboratorium Pancasila IKIP Malang
Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya
batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber
pada budi yang berfungsi mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku manusia.
Nursal Luth dan Dainel Fernandez
Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan
yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Nilai
bukanlah soal benar salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak.
Nilai merupakan kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang selalu diperlihatkan
melalui perilaku oleh manusia.
C. Kluckhoorn
33
Nilai adalah suatu konsepsi yang eksplisit khas dari perorangan atau karakteristik
dari sekelompok orang mengenai sesuatu yang didambakan, yang berpengaruh pada
pemilihan pola, sarana, dan tujuan dari tindakan. Nilai bukanlah keinginan, tetapi apa
yang diinginkan. Artinya, nilai itu bukan hanya diharapkan tetapi diusahakan sebagai
suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain. Ukuran-ukuran yang
dipakai untuk mengatasi kemauan pada saat dan situasi tertentu itulah yang dimaksud
dengan nilai.
Fokus Kita :
Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun kolektivitas
(sosial) senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma dan moral. Kehidupan
masyarakat dimanapun tumbuh dan berkembang dalam ruang lingkup interaksi nilai,
norma dan moral yang memberi motivasi dan arah sekalian anggota masyarakat untuk
bersikap, berbuat, dan bertingkah laku.
Dari beberapa pengertian nilai yang ada, kiranya dapat juga difahami bahwa nilai
adalah kualitas ketentuan yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan,
masyarakat, bangsa dan negara. Kehadirian nilai dalam kehidupan manusia dapat
menimbulkan aksi dan reaksi, sehingga manusia akan menerima atau menolak
kehadirannya. Konsekuensinya, nilai akan menjadi tujuan hidup yang ingin diwujudkan
dalam kenyataan.
Sehubungan dengan nilai-nilai Pancasila yang telah berkembang di dalam
masyarakat Indonesia, maka dapat dicontohkan seperti nilai keadilan dan kejujuran,
merupakan nilai-nilai yang selalu menjadi kepedulian manusia untuk dapat diwujudkan
dalam kenyataan. Sebaliknya, kezaliman dan kebohongan meruapakan nilai yang selalu
ditolak.
2. Ciri-ciri Nilai
Pada dasarnya nilai dapat dibedakan berdasarkan cirinya. Pembedaan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Nilai-nilai yang mendarah daging (internalized value)
Yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian bawah sadar atau yang mendorong
timbulnya tin dakan tanpa berfikir lagi. Bila dilanggar, timbul perasaan malu atau
bersalah yang mendalam dan sukar dilupakan, misalnya :
1) Orang yang taat beragama akan menderita beban mental apabila melanggar salah
satu norma agama tersebut.
2) Seorang prajurit di medan pertempuran akan menolong temannya yang terluka,
mekipun akan membahayakan jiwanya.
3) Seorang ayah berani bertarung maut demi menyelamatkan anaknya yang sedang
terkurung kobaran api yang membakar rumahnya.
3. Macam-Macam Nilai
Nilai, erat hubungannya dengan kebudayaan dan masyarakat. Setiap masyarakat atau
setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai tertentu mengenai sesuatu. Malah kebudayaan dan
masyarakat itu sendiri merupakan nilai yang tidak terhingga bagi orang yang
memilikinya. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa “suatu sistem nilai budaya
biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia”.
Berberapa ahli telah mengidentifikasi macam-macam nilai yang selama ini telah
tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat, seperti berikut ini :
Dalam menganalisis macam-macam nilai selain para sarjana tersebut di atas, dalam
pandangan Prof. Dr. Notonagoro, nilai dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kgt atau aktivitas.
c. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokahni manusia. Nilai
kerokhanian dapat dibedakan atas 4 (empat) macam, antara lain :
1) Nilai kebenaran/ kenyataan yang bersumber dari unsur akal manusia (ratio, budi
dan cipta).
2) Nilai keindahan yang bersumber dari unsur manusia (perasaan dan estetis).
3) Nilai moral/ kebaikan yang bersumber dari unsur kehendak/ kemauan (karsa dan
etika).
4) Nilai religius, yaitu merupakan nilai ke-Tuhanan, kerokhanian yang tinggi dan
mutlak yang bersumber dari keyakinan/ kepercayaan manusia.
Bagi manusia nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalam segala tingkah
laku dan perbuatannya. Dalam bidang pelaksanaannya nilai-nilai dijabarkan dan
diwujudkan dalam bentuk kaedah atau norma sehingga merupakan larangan, tidak
diinginkan, celaan, dan sebagainya.
Sumber Nilai
No Uraian / Penjelasan Keterangan
Pancasila
1. Ketuhanan Yang Merupakan bentuk keyakinan yang Dijamin dalam
Maha Esa berpangkal dari kesadaran manusia Pasal 29 UUD
sebagai mahluk Tuhan. 1945.
Negara menjamin bagi setiap Program
penduduk untuk beribadat menurut pembi-naan
agama dan kepercayaan masing- dan pelak-
masing. sanaan selalu
Tidak boleh melakukan perbuatan dicantumkan
yang anti ke-Tuhanan dan anti da-lam GBHN
kehidupan beragama. Regulasi UU
Mengembangkan kehidupan tole- atau Kepmen
ransi baik antar, inter, maupun yang menjamin
antara umat beragama. kelangsungan
Mengatur hubungan negara dan hidup ber-
agama, hubungan manusia dengan agama.
sang pencipta, serta nilai yang
36
Selain nilai-nilai dalam setiap sila Pancasila, jika dikaji melalui pemahaman
metafisika dapat ditemukan antara lain sebagai berikut :
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri dan karakter ilmu pengetahuan
tersebut.
Paradigma juga dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai-nilai, metode-metode,
prinsip dasar atau cara memecahkan masalah yang dianut oleh suatu masyarakat pada
masa tertentu. Dalam pembangunan nasional, Pancasila adalah suatu paradigma, karena
hendak dijadikan sebagai landasan, acuan, metode, nilai dan tujuan yang ingin dicapai di
setiap program pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Fokus Kita :
Secara umum, yang dimaksud Paradigma Pembangunan adalah suatu model, pola
yang merupakan sistem berfikir sebagai upaya untuk melaksanakan perubahan yang
direncanakan guna mewujudkan cita-cita kehidupan masyarakat menuju hari esok
yang lebih baik (secara kualitatif maupun kuantitatif).
Fokus Kita :
Karena yang ingin dibangun adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
paradigma pembangunan harus berdasarkan kepribadian Indonesia dan menghasilkan
manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepribadian Indonesia, yang dijiwai
dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur Pancasila.
Ketahanan Nasional
Tolok Ukur (Keserasian Pembangunan yang
Keberhasilan menhasilkan keuletan, ketangguhan, dan
kemandirian bangsa sesuai lingkungan
Pembangunan yang dihadapi)
Kebijakan GHBN
Pembangunan Pelita (Propenas)
(Tahapan/Model) APBN/APBD dst. (Pelaksanaan
Otoda)
Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dewasa ini diartikan
sebagai pengamalan Pancasila. Maka Pembangunan nasional mengandung arti
pembaharuan. Pembangunan dan pembaharuan dengan sendirinya membawa
perubahan-perubahan sosial-budaya. Perubahan-perubahan yang bersifat dangkal akan
mudah dan cepat berubah. Misalnya, dapat dilihat dalam perubahan mode pakaian,
selera arsitektur rumah atau tempat tinggal, dan popularitas lagu-lagu generasi muda
yang sedang in di kalangan mereka.
Adapun perubahan-perubahan sosial-budaya yang mendasar dapat dialami bersama
dalam reformasi. Misalnya, masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri,
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, tata hidup pedesaan menjadi tata
hidup perkotaan, serta perubahan masyarakat Indonesia dari kedudukan dijajah oleh
kekuasaan asing menjadi masyarakat yang merdeka di dalam negara yang diatur dan
diurus oleh kekuasaan nasional.
Semua perubahan sosial tersebut apabila dianalisis prosesnya akan melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Tahap terintegrasi (tahap terorganisasi).
b. Tahap disintegrasi (tahap disorganisasi).
c. Tahap reintegrasi (tahap reorganisasi).
Tahapan pertama, yaitu tahap integrasi merupakan tahap sosial budaya di mana
lembaga-lembaga termasuk lembaga politik, ekonomi, pemerintahan, agama dan sosial
berada di dalam keadaan yang selaras, serasi, dan seimbang. Namun, sebagai akibat
dari perkembangan di bidang politik, ekonomi, teknologi, dan ilmu pengetahuan salah
satu bidang kehidupan berkembang lebih cepat dari pada bidang lainnya sehingga
merusak keadaan sosial-budaya yang terintegrasi itu.
Tahap kedua, yaitu tahap disintegrasi antara lembaga-lembaga sosial-budaya. Di
dalam tahap disintegrasi, masyarakat mengalami situasi sosial psikologis dimana orang
sering tidak mengetahui nilai-nilai yang dianggap baik dan nilai-nilai yang dianggap
tidak baik. Hal ini disebabkan nilai-nilai yang dianggap baik lama sudah mulai pudar,
tetapi belum lenyap sama sekali dari kehidupan masyarakat. Sebaliknya, nilai-nilai
baru yang harus menggantikannya belum terbentuk dengan jelas, atau kalau sudah
terbentuk, belum jelas kapan, di mana, serta dengan cara bagaimana nilai-nilai baru itu
harus direalisasikan. Periode yang diwarnai dengan kebingungan dalam kehidupan
sosial-budaya masyarakat dinamakan periode anomie.
Di dalam keadaan bingung tersebut, mayarakat mencari jalan agar kehidupannya
kembali ke dalam keadaan selaras, serasi dan seimbang. Kalau keadaan kehidupan baru
itu tercapai, masyarakat sudah berhasil menempatkan diri pada tahap ketiga, yaitu
tahap reintegrasi.
45
1. Berikan ulasan pengertian kembali tentang “Pancasila sumber nilai” sesuai pendapat anda
secara umum !
Pendapat anda tentang Pancasila sumber
nilai? ...............................................................................
..................................................................................................................................................
.....................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..........................................
2. Pengertian nilai menurut Laboratorium Pancasila IKIP Malang, adalah sesuatu yang
berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia
akan harkat dan martabatnya. Berikan penjelasn singkatnya !
a. Yang berharga
: ...............................................................................................................................
............................................................................................................................................
...................
b. Harkat dan
martabatnya`: ............................................................................................................
............................................................................................................................................
...................
3. Prof. Dr. Notonagoro, berpendapat bahwa nilai dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian
yaitu : nilai material, nilai vital dan nilai kerokhanian. Beri penjelasan singkat pada
kolom di bawah ini!
Nilai Material Nilai Kerokhanian
....................................................................... ....................................................................
....... ..........
....................................................................... ....................................................................
....... ..........
....................................................................... ....................................................................
....... ..........
....................................................................... ....................................................................
....... ..........
46
4. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa sebagai warga negara dirasakan penting untuk
memahami konsep “Pancasila sebagai paradigma pembangunan” !
..................................................................................................................................................
.....................
..................................................................................................................................................
.....................
..................................................................................................................................................
.....................
Bahwa setiap warga negara Indonesia sudah seharusnya memiliki pola pikir, sikap dan
perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan
menempatkan Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka setiap warga negara Indonesia
diberikan kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap dalam memeluk salah satu
agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Sikap dan perilaku positif nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat
ditunjukkan antara lain :
a. Melaksanakan kewajiban dalam keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
b. Membina kerja sama dan tolong menolong dengan pemeluk agama lain sesuai
dengan situasi dan kondisi di lingkungan masing-masing.
c. Mengembangkan toleransi antar umat beragama menuju terwujudnya kehidupan
yang serasi, selaras dan seimbang.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain, dan lain-lain.
d. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa, dan lain sebagainya.
E KESIMPULAN
Kata Pancasila meskipun secara eksplisit tidak terncantum di dalam Pembukaan UUD
1945, namun secara substantif jiwa dan semangatnya ada di dalamnya. Oleh sebab itu,
Pancasila yang telah menjadi kesepakatan bangsa Indonesia seharusnya dapat
dilaksanakan secara konsisten dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Lahirnya rumusan Pancasila sebagai bukti sejarah bersamaan dengan lahirnya negara
kesatuan republik Indonesia, harus memiliki makna pentingnya suatu dasar negara
untuk penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan sosial-
budaya masyarakat Indonesia sendiri.
Pancasila sebagai pandangan hidup, merupakan pedoman dan pegangan dalam
pembangunan bangsa dan negara agar dapat berdiri kokoh, serta dapat mengetahui
arah tujuan dalam mengenal dan memecahkan masalah (ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan) yang dihadapi oleh bangsa dan negara
Pancasila sebagai ideologi, merupakan idee atau gagasan-gagasan yang merupakan
falsafah hidup yang harus dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Sebagai ideologi nasional, Pancasila telah tumbuh dan berkembang dari sosio-budaya
yang terkristalisasi menjadi nilai filosofis-ideologis yang konstitusional (dikukuhkan
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945).
Sebagai Ideologi terbuka, Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis.
Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya kita sesuaikan
dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap kurun waktu.
Pancasila dalam dimensi ideologi, telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka
yang di dalamnya mengandung dimensi realita, idealisme dan dimensi fleksibelitas.
Sedangkan Perwujudan sebagai ideolgi terbuka, Pancasila mengandung : Nilai Dasar,
Nilai Instrumental dan Nilai Praksis.
Dalam kedudukannya sebagai sumber nilai, Pancasila mengandung berbagai nilai
yang diyakini telah memberikan makna dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Nilai-nilai yang nampak jelas dalam kehidupan bangsa Indonesia
yaitu : a) Nilai-nilai Ketuhanan, b) Nilai-nilai Kemanusiaan, c) Nilai-nilai Gotong
royong dan Persatuan, d) Nilai-nilai Musyawarah, dan e) Nilai-nilai Keadilan Sosial.
Nilai-nilai Pancasila itu merupakan nilai instrinsik yang kebenarannya dapat
dibuktikan secara obyektif, serta mengandung kebenaran yang universal. Nilai-nilai
Pancasila, merupakan kebenaran bagi bangsa Indonesia karena telah teruji dalam
sejarah dan dipersepsi sebagai nilai-nilai subyektif yang menjadi sumber kekuatan dan
pedoman hidup seirama dengan proses adanya bangsa Indonesia yang dipengaruhi
oleh dimensi waktu dan ruang.
Agar pelaksanaan pembangunan sesuai dengan paradigma Pancasila, maka
penyelenggara dan pelaksanan pembangunan harus mampu bersih dari KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme) serta bertangung jawab penuh terhadap masyarakat, bangsa
dan negara. Karena yang ingin dibangun adalah manusia dan masyarakat Indonesia
sehingga paradigma pembangunan harus berdasarkan kepribadian Indonesia dan
menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepribadian Indonesia,
yang dijiwai dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur Pancasila.
50
A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar !
6. Jelaskan bagaimana proses falfasah hidup bangsa Indonesia dapat menjadi ideologi
nasional (dasar negara) !
7. Berikan analisis pembuktian empiris, benarkah ideologi Pancasila merupakan ideologi
terbuka !
8. Menurut pendapat anda, bagaimana seharusnya Pancasila menjadi :
a. sumber nilai !
b. paradigma pembangunan !
9. Jelaskan mengapa setelah era orde baru (era reformasi) ada upaya-upaya untuk
menghilangkan pancasila, sehingga jika bicara tentang Pancasila seakan-akan tidak
reformis !
10. Komentar anda tentang pentingnya upaya pelaksanaan Pancasila secara murni dan
konsekuen di dalam kehidupan sehari-hari !
D. Studi Wacana
India pada 6 – 13 Oktober 2004. Seperti dilansir Antara, lawatan tokoh agama di
Indonesia ke negara lain kali ini merupakan agenda kedua kali, setelah beberapa
bulan lalu mereka melakukan kunjungan ke Mesir dan Roma.
Misi kunjungan ini, menurut Abdul Fatah, untuk menegaskan bahwa
sesungguhnya tidak ada konflik agama di Indonesia.
Berdasarkan wacana tersebut di atas, berikan pendapat, tanggapan atau analisa anda !
1. Bagaimana tanggapan anda sehubungan informasi yang disampaikan oleh Sekjen
Depag Faisal Ismail dan Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Abdul Fatah ?
2. Menurut anda apa segi positif dan negatif pluralisme di Indonesia ?
3. Carilah perbandingan di negara Thailand, India, Mesir atau Roma sekitar kerukuan
antar umat bergama yang ada di negara-negara tersebut !
4. Bagaimana perasaan anda, sehubungan dengan pengakuan dari negara-negara lain
tentang kerukunan umat beragama di Indonesia akan dijadikan model ?
5. Menurut pendapat anda, adakah hubungan kerukunan umat beragama di Indonesia
dengan falsafah hidup Pancasila yang diyakini oleh bangsa Indonesia ?
6. Bagaimana upaya-upaya nyata yang dapat kita lakukan agar kerukunan antar umat
beragama di Indonesia tetap terpelihara dengan baik ?
7. Bila penyelenggaraan negara di Indonesia menunjukkan perilaku konstitusional,
bagaimana dampaknya terhadap :
a. Kerukunan hidup antar umat beragama !
b. Pancasila sebagai sumber nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara !
c. Pancasila sebagai paradigma pembangunan !