You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status kesehatan seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor lingkungan,

keturunan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Apabila salah satu faktor tersebut terganggu

misalnya perilaku seseorang maka akan menimbulkan pada manifestasi akan timbulnya

penyakit (Margaret, 2005).

Untuk penyakit menular banyak dijumpai di negara-nagara berkembang seperti

halnya Indonesia, dengan semakin majunya teknologi hampir disemua kehidupan maupun

aktivitas menggunakan teknologi. Sebagai negara yang sedang berkembang masih sering

di jumpai masyarakat yang masih tinggal didaerah-daerah kumuh. Ini dapat menimbulkan

penyakit Diare karena penyakit Diare banyak diderita oleh orang-orang yang tinggal di

lingkungan yang kumuh, jika terjadi banjir banyak kasus Diare akan menjadi meningkat.

Pasalnya warga ataupun masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih sebab mereka tetap

menggunakan air tanah yang sudah tercemar oleh air banjir yang meresap kedalam tanah

(Anonim, 2007).

Pada waktu-waktu tertentu misalnya musim hujan penyakit Diare masih sering

menimbulkan KLB (Penderita Luar Biasa) seperti halnya dengan Kolera dengan jumlah

penderita yang banyak dalam waktu singkat. Namun dengan tata laksana Diare yang

cepat, tepat dan bermutu, kematian dapat ditekan seminimal mungkin. Bukan hanya di

Indonesia terjadi KLB kasus Diare, KLB Diare pernah juga terjadi di USA, Jepang,

Afrika Selatan dan Australia (Anonim, 2006) .

Berdasarkan data dunia tepatnya di New Delhi India setiap tahunnya untuk kasus

Diare jumlahnya bias mencapai 1600 lebih penderita Diare, ini disebabkan karena

terjadinya perubahan kwalitas lingkungan di Negara tersebut, disamping itu juga Negara
India masih sering dilanda bencana alam sehingga akan berdampak buruk pada

masyarakat itu sendiri. Seperti yang telah dilaporkan oleh UNEP melalui majalah World

Water dari tahun 1981-1990 bahwa setiap tahunnya diperkirakan 30.000 orang meninggal

di negara-negara yang sedang berkembang oleh karena kurangnya air atau langkanya

persediaan air bersih dan fasilitas sanitasi (Anonim, 2006).

Untuk negara sedang berkembang 80% penyakit adalah berhubungan dengan air,

seperempat 25% yang lahir di Negara berkembang telah meninggal pada umur sebelum

lima hari, pada umumnya akibat penyakit yang berhubungan dengan air), 400 juta orang

yang menderita penyakit perut dan pencernaan (Gastroenteritis), 200 juta orang

meninggal Sistomiasis, 160 juta orang menderita malaria, dan 30 juta orang menderita

onchoceriacis (Anwar, 2001).

Sampai saat ini Penyakit Diare atau sering disebut dengan Gastoenteritis masih

merupan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Dari daftar

urutan penyebab kunjungan Puskesmas/balai pengobatan hampir selalu termasuk dalam

kelompok penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung disana. Di Indonesia juga

ditemukan sekitar 60 juta Penderita setiap tahun pasien menderita Diare, 70-80 % dari

penderita adalah anak dibawah lima tahun (± 40) juta Penderita). Kelompok ini setiap

tahunnya mengalami lebih dari satu Penderita Diare, 1-2 % apabila tidak segera di tolong

akan jatuh kedalam dehidrasi (Anonim, 2006).

Kasus penyakit diare diseluruh Indonesia mengalami peningkatan, hasil survei

subdit diare oleh Ditjen PPM-PL di Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan berdasarkan umur

pada tahun 2005 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1
Jumlah Kasus Penyakit Diare Di Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan Berdasarkan Umur
Tahun 2005

Umur (tahun) Jumlah Kasus Kematian (orang)


< 1 tahun 27.029 kasus 25 orang
1 – 4 tahun 60.794 kasus 13 orang
> 5 tahun 100.347 kasus 19 orang
Sumber : Survei subdit diare

Berdasarkan pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah kasus diare pada

tahun 2005 di Sulawesi Selatan berdasarkan umur yang paling tinggi terjadi pada usia >5

tahun sebesar 100.347 kasus dengan kematian 19 orang, pada umur 1-4 tahun sebesar

60.794 kasus dengan kematian 13 orang, dan kasus terendah yaitu pada umut < 1 tahun

sebesar 27.029 kasus dengan kematian yang paling banyak yakni sebanyak 25 kematian.

Berdasarkan survei subdit diare Ditjen PPM-PL bahwa cakupan penemuan

penderita diare menurut tempat di beberapa daerah di propinsi Sulawesi Selatan yaitu

Kabupaten/Kota Palopo sebesar 146,74%, Makassar sebesar 115,04%, Soppeng 112,63%

dan Enrekang 111,67%. Sesuai dengan data tersebut kasus diare lebih banyak terdapat di

daerah Palopo (Depkes RI, 2007).

Tabel 1.2
Jumlah Penderita Diare Dalam Tiga Tahun Terakhir di Sulawesi Selatan
Tahun Jumlah Kasus (orang) Jumlah Meninggal (orang) CFR (%)
2003 172.742 kasus 73 orang 0,04%
2004 177.409 kasus 66 orang 0,04%
2005 188,168 kasus 57 orang 0,03%
Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PL

Berdasarkan pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa  jumlah penderita diare yang

terbanyak dalam 3 tahun terakhir yakni pada  tahun 2005 sebesar 188,168 kasus dengan

jumlah meninggal dunia terkecil yaitu 57 orang, pada tahun 2004 sebesar 177,409 kasus

dengan jumlah meninggal dunia 66 orang, dan kasus terendah pada tahun 2003 sebsar

172,742 kasus dengan jumlah meninggal dunia tertinggi yaitu 73 orang (Depkes RI,

2007).

Sesuai dengan data yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi ........ untuk penyakit

Diare pada tahun 2003 berjumlah 12.360 kasus, tahun 2004 berjumlah 22.356 kasus dan
pada tahun 2005 14.892 kasus. Data Dinas Kesehatan Kabupaten ........tahun 2007

terdapat 2167 kasus (Dikes Provinsi ...........).

Berdasarkan data yang ada di Puskesmas........ Kecamatan.......... Kabupaten ........,

untuk penyakit Diare pada tahun 200.. berjumlah...... kasus (Puskesmas ......., 200..).

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Gambaran distribusi Penderita Diare Menurut Orang (Umur, Jenis

Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan), Tempat dan Waktu di wilayah kerja Puskesmas

........Kecamatan ........ Kabupaten ........ tahun 200....

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran distribusi penderita Diare di Wilayah

kerja Puskesmas ......... Kecamatan ........ Kabupaten .......2007.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh gambaran Penderita Diare menurut umur.

b. Untuk memperoleh gambaran Penderita Diare menurut jenis kelamin.

c. Untuk memperoleh gambaran Penderita Diare menurut tingkat pendidikan.

d. Untuk memperoleh gambaran Penderita Diare menurut jenis pekerjaan.

e. Untuk memperoleh gambaran Penderita Diare menurut waktu kejadian pada

penderita.

f. Untuk memperoleh gambaran Penderita Diare menurut tempat tinggal.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil Penelitian ini dapat diharapkan agar dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pihak

instansi terkait dalam upaya penanggulangan masalah Diare.

3. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini sebagai informasi bagi instansi terkait khususnya di ..........
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

Diare didefinisikan sebagai feaces cair atau encer sebanyak tiga kali atau lebih

dalam satu hari (24 jam) (Erlan, 1999). Diare berarti keluarnya tinja lebih dari

500mg/hari, Penderita ini disebabkan oleh kolon yang tidak mencukupi dibandingkan

dengan cairan yang datang dari usus halus atau dapat juga larena kurangnya kemampuan

penyerapan oleh kolon. Berdasarkan patofisiologinya Diare dapat dibagi atas 4

kelompok :

1. Osmotic Diarrhoea, pada keadaan ini usus menarik air dari

mukosa hal ini ditemukan pada mallabsorbsi dan difisiensi lactase.

2. Secretory Diarrhoea, pada keadaan ini usus halus dan usus

besar tidak menyerap air dan garam tetapi mensekresikan air dan elektolit. Fungsi

terbalik ini disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam empedu, prostaglandin dan

lain-lain. Diare biasanya berat dan menetap walaupun pasien puasa.

3. Exudative Diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa

seperti colitis ulcerative atau pada tumor yang menimbulkan adanya serum, darah dan

mucus.

4. Altered Intestinal Motility, yaitu perubahan motilitan usus

yang terdapat pada hipertiroid dan irritable bowel syndrome (Oenzil, 1995).

Seseorang penderita penyakit Diare terus menerus mungkin gejala penyakit berat

seperti Tifus. Kolera dan kanker usus. Diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan

bisa membahayakan jiwa. Disamping itu juga Diare merupakan gejala yang disebabkan

oleh mallabsorbsi, alergi, keracunan, defisiensi dan sebab-sebab lainnya. Sesuai dengan

etiologinya disamping gejala Diare dapat disertai dengan muntah. Dehidrasi, sakit perut
yang hebat, berlendir dan terdapat darah dalam tinja. Apabila terjadi komplikasi bisa

menyebabkan dehidrasi dengan ciri-ciri mata cekung, kulit tidak elastis dan sedikit buang

air kecil (Anonim, 2006).

1. Beberapa penyebab utama Diare

a. Vibrio cholera, bersumber dari makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi oleh vibrio cholera.

b. Salmonela, bersumber dari daging unggas, susu dan telur yang sudah

terkontaminasi oleh bakteri salmonella.

c. Sighella disentri, bersumber dari makanan saus dan kaleng yang sudah

terkontaminasi oleh sighella disentri.

d. Escherecia Coli, bersumber dari makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi oleh bakteri Escherecia Coli.

2. Beberapa Istilah Diare

a. Diare Akut, kurang dari 2 minggu, penyakit Diare akut lebih sering terjadi pada

bayi dari pada anak yang lebih besar, ditularkan secara fecal oral melalui

makanan dan minuman yang tercemar. Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi

virus, bakteri dan protozoa. Frekuensi Diare dengan perbedaan faktor etiologi

ditemukan bernacam-macam tergantung usia penderita dan juga faktor

presipitasi lain, seperti sesudah mendapatkan pengobatan dengan antibiotik.

b. Diare Persisten (Kronis), lebih dari 2 minggu. Penyebab Diare kronis sering

pada irritable bowel syndrome, adalah penyakit radang kolon dan Diare yang

disebabkan oleh obat-obatan.

c. Disentri, Diare yang disertai dengan darah ataupun tanpa lender.

d. Cholera, Diare dimana tinjanya terdapat bakteri Cholera (Oensil, 1995).

3. Gejala Penyakit Diare


Apabila frekuensi buang air besar melebihi normal, kotoran encer/cair, sakit

atau kejang perut, demam dan muntah, pada beberapa kasus adalah awal dari gejala

penyakit Diare. Jika ini terjadi pada anggota keluarga kita sebaiknya segera

memeriksa kedokter karena bisa menularkan kepada orang lain. Ini bisa menjadi KLB

(Penderita Luar Biasa) apabila peningkatan Penderita kesakitan atau kematian karena

Diare secara terus-menerus selama kurun waktu berturut-turut (jam, hari, minggu),

peningkatan Penderita atau kematian kasus Diare 2 kali atau lebih di bandingkan

jumlah kesakitan atau kematian karena Diare yang biasanya terjadi pada kurun waktu

sebelumnya (jam, hari, minggu) CFR karena Diare dalam kurun waktu tertentu

menunjukkan kenaikkan 50 % atau lebih di bandingkan periode sebelumnya.

4. Penyebab Diare

Penyebab Diare terjadi akibat peradangan usus oleh agent penyebab yaitu

bakteri, virus, parasit (jamur, cacing dan protozoa), karena keracunan makanan atau

minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia, kurang gizi, alergi

terhadap susu, imuno defisiensi anxietas atau rasa cemas, sanitasi yang buruk dan

tangan yang tercemar.

5. Pencegahan Diare

Apabila seseorang yang sudah terkena Diare sebaiknya minum banyak cairan

misalnya kuah sayur, air asin, larutan gula garam dan tidak lupa minum oralit.

Memberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang serta makanan ekstra

sesudah Diare hindari makanan yang padat atau berperasa selama 1-2 hari dan segera

memeriksakan ke dokter. Untuk menghindari penyakit Diare sebaiknya kita harus

menjaga kesehatan diri sendiri, lingkungan dan mencuci tangan tangan yang baik

setiap habis buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan. Tutup makanan
secara rapat untuk mencegah kontaminasi dengan lalat, tikus dan kecoa. Karena kita

semua tahu lebih baik mencegah dari pada mengobati karena itu adalah cara

pencegahan penyakit yang sangat efektif (Anonim, 2006).

6. Pengobatan penyakit Diare

Pada pengobatan penyakit Diare dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Pengobatan umum

Pengobatan secara umum yaitu untuk menghilangkan kuman

penyebab seperti bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit Diare. Untuk

mencegah dehidrasi di lakukan dengan pemberian gula garam (oralit). Pada

penderita kelompok anak diberikan Antibiotik Cotrimoxazole dengan dosis 5-8

mg/kg BB/hari dilanjutkan dengan menggunakan Ampisilin dengan dosis 500

mg/kg BB/hari selama 5 hari. Apabila sudah menggunakan ampisilin dan

Cotrimakcazol tidak sembuh maka dapat diberikan asam nalidiksat dengan dosis

55 mg/kg BB/hari di bagi tiga dosis selama 7 hari dan apabila tidak sembuh juga

maka diberikan Ciprofloxacin dengan dosis 30-50 mg.kg BB/hari selam 5 hari.

2. Pengobatan secara khusus

Pada pengobatan khusus ini diberikan sesuai dengan jenis kuman

penyebab penyakit Diare yaitu :

a. Bagi penderita Amubiastis (amuba) diberikan Metronidazol

dengan dosis 30-50 mg/hari selama 10 hari.

b. Bagi yang terinfeksi salmonela diberikan Chloramfenicol

dengan dosis 50-70 mg/kg BB/hari maksimum 2 gr/hari dibagi 4 dosis.

c. Pada infeksi Clostridium diberikan Metronidazol 30-50

mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis selam 7-10 hari.

B. Umur
Sudah banyak diketahui bahwa ada penyakit yang disebut penyakit anak, orang

tua dan penyakit akil balig. Dalam hal ini disebabkan karena penyakit tertentu hanya

menyerang kelompok tertentu pula. Misalnya penyakit morbili, polio Pertusis, difteri,

cacar air dan lain-lainnya disebut penyakit anak. Penyakit anak tersebut kebanyakan

menyerang anak, disebabkan karena anak belum mempunyai kekebalan terhadap penyakit

tersebut sehinngga anak merupakan populasi berisiko tinggi terhadap penyakit tertentu.

Seperti halnya kasus polio menyerang semua golongan usia dan keadaan penderita pun

menjadi sangat parah.

Penyakit juga didapat pada populasi tua, penyakit ini tergolong penyakit

degeneratif seperti reumatik, tulang keropos (Osteoporosis), kardiovaskuler, saraf dan

lain-lain. Golongan penyakit kronis sebagian besar menyerang populasi lansia karena

proses yang menahun baik dalam pemaparan, maupun manifestasi penyakit seperti jenis

kanker.

Penyakit juga banyak menyerang usia akil balig, penyakit seperti ini adalah

penyakit yang disebabkan oleh adanya imbals hormonal misalnya kelenjar kelamin,

terjadi gejolak berbagai perasan yang dapat menyebabkan kelainan jiwa dan perilaku

(Soemirat, 2005).

Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian-pembagian

umur sebagai berikut :

1. Menurut tingkat kedewasaan

0 - 14 tahun : Bayi dan anak-anak.

15 - 49 tahun : Orang muda dan dewasa.

50 Tahun keatas : Orang tua

2. Interval 5 tahun
<1

1–4

5–9

10 - 14 tahun dan seterusnya.

3. Untuk mempelajari penyakit anak

0 - 4 bulan

5 -10 bulan

11 - 23 bulan

2 - 4 tahun

5 - 9 tanun

10 -14 tahun (Notoatmodjo, 2003).

C. Jenis Kelamin

Insidensi berbagai penyakit diantara jenis kelamin kebanyakan berbeda, misalnya

anak laki-laki lebih suka aktivitas fisik dari pada anak perempuan maka penyakit yang

diderita berbeda akibat perilaku dan fungsi sosialnya yang berbeda. Risiko terhadap

penyakit anak akan lebih diantara wanita dari pada laki-laki, karena wanita terutama ibu

rumah tangga berfungsi sebagai pengasuh dalam perawatan anak sakit.

Berbagai contoh, untuk penyakit Diare pada usia anak penderita laki-laki lebih

banyak dari pada perempuan, karena aktivitas fisik anak laki-laki lebih dominan tetapi

untuk penyakit yang sama pada usia dewasa didapatkan insidensi yang terbalik yaitu

kasus wanita lebih banyak dari pada laki-laki (Soemirat, 2005).

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi

dikalangan pria. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut perbedaan angka

kematian ini dapat dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsic yaitu :


1. Faktor keturunan yang terkait dengan jenis

kelamin atau perbedaan hormonal.

2. Faktor lingkungan yaitu wanita lebih tinggi

tingkat kebersihannya dibandingkan dengan laki-laki (Notoatmodjo, 2003).

D. Pendidikan

Pendidikan menurut Langeveld adalah setiap usaha pengaruh, perlindungan dan

bantuan yang diberikan kepada anak untuk pendewasaannya atau membentuk anak agar

cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Ditinjau dari segi

mandapatkannya pendidikan dapat dibagi atas :

a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh secara teratur, sintetis,

bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat yang dimulai dari taman

kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT).

b. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diporoleh dari pengalam sehari-

sehari dengan sadar atau tidak sadar, sejak sesorang dilahirkan sampai mati dalam

lingkungan pekerjaan atau pergaulan sehari-hari.

c. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diperoleh secara teratur,

terarah, disengaja tetapi tidak terlalu mengikuti keteraturan ketat yang bertujuan

meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja peserta didik untuk perbaikan taraf

hidupnya (Rostiawati, 1980).

Proses pendidikan memang harus disertai dengan pendidikan kesehatan seperti

usaha kesehatan sekolah (UKS), kualitas pendidikan berbanding lurus dengan

pencegahan penyakit. Demikian juga kebersihan lingkungan, informasi yang dapat


diperoleh tentang kesehatan, pembatasan kelahiran dan kebiasaan yang dapat

menunjang kesehatan.

Di negara berkembang bisa diperoleh berbagai jenis kondisi pendidikan

dengan segala konsekuensinya. Penyakit yang juga berhubungan dengan lingkungan

yang kurang bersih, karena lingkungan yang sangat tidak terpelihara sehingga

menjadi tempat bermukim vector maupun reservoir seperti tikus yang merupakan host

bagi vector penyakit pes.

Dalam keadaan sulit kualitas makanan sederhana, dengan sedikit pendidikan

kesehatan, orang akan dapat mampu menyediakan makanan yang tidak sehat. Dengan

demikian dapat dimengerti bahwa tanpa pendidikan kesejahteraan mudah sekali

terganggu sehingga kesehatan akan terganggu pula (Soemirat, 2005).

E. Pekerjaan

Pekerjaan adalah menjalankan kekuatan terutama dalam berperilaku, adalah suatu

bentuk untuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan dan aktivitas, ini

melibatkan baik fisik maupun mental manusia dalam mencapai tujuan (Azwar, 1999).

Jenis pekerjaan tertentu menyebabkan terjadinya paparan yang diterima orang

sehingga penyakit yang dialami pun akan tidak sama dengan jenis pekerjaan lain.

Misalnya orang yang bekerja dilingkungan yang mengandung berbagai agent tergantung

pada proses yang dilakukan agent. Didalam lingkungan kerja dapat dikelompokkan

kedalam faktor fisik, kimia, biologi dan ekonomi (Soemirat, 2005).

Ada beberapa jenis pekerjaan yang dapat menimbulkan penyakit tertentu,

misalnya seseorang yang bekerja di pabrik akan mengalami gangguan pendengaran

karena bunyi mesin yang sangat kencang akan memecahkan gendang telinga. Untuk itu
pencegahan yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat pengedap suara untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (Anonim, 2006).

F. Waktu

Waktu merupakan hal yang penting dalam penyelidikan–penyelidikan

epidemiologi karena waktu dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit. Ada penyakit

yang di jumpai pada waktu–waktu tertentu dan ada juga yang sedikit pada waktu–waktu

tertentu. Musim hujan pada suatu daerah berkaitan erat dengan prevalensi Penderita diare

pada suatu wilayah tertentu, genangan-genangan air yang diakibatkan oleh air hujan yang

tertampung pada suatu wadah tertentu sehingga dapat menjadi tempat bersarangnya

nyamuk. Selain nyamuk pada daerah genangan-genangan yang dapat mengakibatkan

wilayah menjadi becek dan lembab dapat menjadi berkerumunnya lalat. Lalat sangat

identik dengan keadaan yang kotor dan dan lembab, keadaan sampah yang basah yang

diakibatkan oleh hujan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap sampai menimbulkan

timbulnya belatung.

Air hujan yang tergenang dapat mengakibatkan pencemaran pada sumber air

minum yang biasa disebut E. Coli. Bakteri E. Coli bersumber dari makanan dan minuman

yang sudah terkontaminasi oleh bakteri E. Coli yang dapat secara mudah dikonsumsi oleh

manusia apabila tidak maksimal dalam mengolahnya, sehingga sangat berisiko terhadap

terjadinya diare.
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Variabel orang

- Umur
- Jenis kelmin
- Pendidikan
- Pekerjaan

Penderita
Diare
Tempat

Waktu

B. Uraian Kerangka Konsep

Diare merupakan suatu penyakit yang masih tinggi jumlah penderita maupun

angka kematiannya. Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang utama, kerena sering terjadi pada musim penghujan, dimana air sungai meluap

sehingga mengakibatkan lingkungan menjadi kotor. Dampak dari lingkungan yang kotor

yaitu tidak tersedianya sarana air bersih yang memadai karena tempat-tempat maupun

lingkungan sudah terkontaminasi dengan bakteri E.coli yang menjadi penyebab Diare.

Distribusi penyebaran penderita penyakit Diare berdasarkan waktu, tempat, umur,

jenis kelamin, pendidikan pekerjaan dan tempat tinggal yang menentukan terjadinya

penyakit Diare.

Variabel umur sangat penting dalam penyelidikkan epidemiologi, angka-angka

kesakitan maupun angka kematian hampir semua menunjukkan dan berkaitan dengan
umur. Hubungan umur dengan penyakit tidak hanya frekuensinya saja tetapi pada tingkat

beratnya penyakit.

Penderita Diare baik anak-anak sampai pada orang dewasa pada laki-laki dominan

lebih banyak menderita Diare dibandingkan perempuan, hal ini disebabkan bahwa

aktifitas fisik laki-laki lebih tinggi khususnya pada anak-anak. Disamping itu juga

perempuan lebih bisa mengutamakan atau menjaga kebersihan dibandingkan dengan laki-

laki.

Pendidikan merupakan dasar seseorang untuk berfikir, bersikap dan bertindak.

Pendidikan yang lebih rendah cenderung atau lebih dominan untuk terkena penyakit

Diare dibandingkan yang berpendidikan tinggi, hal ini bisa dilihat dari pengetahuan dan

perilaku seseorang terhadap kehidupan sehari-hari dalam melihat atau menjaga kesehatan

lingkungan sekitarnya, khususnya dalam mengkonsumsi air bersih.

Jenis pekerjaan tertentu menyebabkan terjadinya paparan yang diterima seseorang

sehingga penyakit yang dialami pun akan tidak sama dengan jenis pekerjaan lain.

Misalnya orang yang bekerja dilingkungan yang mengandung berbagai agent tergantung

pada proses yang dilakukan agent. Didalam lingkungan kerja dapat dikelompokkan

kedalam faktor fisik, kimia, biologi dan ekonomi.

Variabel tempat sangat penting dalam mempelajari etiologi suatu penyakit karena

dapat menggambarkan dengan jelas bagaimana penyebaran penyakit dapat terjadi disuatu

wilayah ataupun daerah yang menjadi endemik suatu penyakit, khususnya penyakit Diare

yang sangat cepat dalam penyebaran maupun dalam penularannya di lingkungan yang

kumuh dan padat penduduk.

Diketahui bahwa penyebaran penyakit Diare dapat mengalami perkembangan yang

sangat cepat atau biasa disebut dengan wabah, penyebaran ini sering terjadi pada musim
penghujan yang menyebabkan banyaknya genangan air sehingga mempengaruhi sumber

air bersih.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasional dengan

rancangan Deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran distribusi penderita Diare di

Puskesmas ......... Kabupaten ..........Tahun 200...

B. Waktu dan Lokasi penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan selama dua bulan terhitung dari bulan April sampai

Mei Tahun 200...

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas .......... Kecamatan

..........Kabupaten ...........

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita Diare pada

tahun 200.. di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........... Kabupaten ........

yang berkunjung ke Puskesmas berjumlah ..... kasus.

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Purposive Sampling,

dimana sampel yang diambil dengan pertimbangan mempunyai data lengkap tentang

variabel yang akan diteliti yaitu berjumlah 256 sampel.

Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel:

N
n = ––––––––––––––
1 + N (d2)
Keterangan:

n = Besar sampel

N = Populasi

d = Derajat kepercayaan (Notoatmodjo, 2003).

Penentuan besar sampel:

.....
n = ––––––––––––––
1 + 708 (0,052)

......
n = ––––––––––––––
1 + 708 (0,00252)

.....
n = –––––––––
2,77

n = 255,6 dibulatkan menjadi 256 sampel.

D. Variabel Penelitian

Defisini Operasional

1. Penderita Diare adalah buang air besar dalam bentuk cair atau encer

sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari (24 jam).

2. Umur adalah usia penderita diare diwilayah kerja Puskesmas ..........

Kecamatan ......... Kabupaten .............

3. Jenis kelamin adalah suatu ciri yang terdapat dalam diri seseorang yang

menyatakan laki-laki atau perempuan.


4. Tingkat pendidikan adalah suatu keadaan yang menyatakan tinggi

rendahnya, terutama pendidikan yang diperoleh secara formal yaitu dimulai tingkat

TK, SD,SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

5. Jenis Pekerjaan adalah suatu rutinitas seseorang yang dilaksanakan setiap

harinya dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari.

6. Yang dimaksud tempat tinggal dalam penelitian ini adalah tempat dimana

seseorang dapat berteduh dan dan bertempat tinggal baik sementara maupun

selamanya.

7. Yang dimaksud waktu Penderita dalam penelitian ini adalah waktu

terjadinya penyakit Diare pada penderita (pasien Diare yang berobat ke puskesmas)

dengan melihat keadaan cuaca yang mendukung terjadinya Diare dan yang disajikan

dalam mingguan epidemiologi.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu data diambil dengan

menggunakan lembar observasi yang diperoleh dari data pasien pada buku register

Puskesmas.

2. Instrumen Penelitian

Jenis data yang diukur adalah data sekunder yang diambil dari buku registrasi

pasien yang berobat ke Puskesmas.

F. Pengolahan dan penyajian data

1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan secara manual menggunakan kalkulator dan

dengan mengunakan program SPSS.

2. Penyajian data

Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik dan dinarasikan.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas ........... Kecamatan

............Kabupaten ........ tahun 200... dengan tujuan untuk memperoleh gambaran

distribusi Penderita Diare di Wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........

Kabupaten ...........Tahun 200.... Pengambilan besar sampel pada penelitian ini dilakukan

secara Purposive Sampling, dimana sampel yang diambil dengan pertimbangan

mempunyai data lengkap tentang variable yang akan diteliti yaitu berjumlah 256 sampel.

Berdasarkan pengolahan data menurut variabel yang diteliti maka distribusi

Penderita diare menurut variabel yang diteliti adalah:

1. Umur

Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi Penderita

diare menurut umur penderita di Puskesmas........ Kecamatan ..........

Kabupaten ........... Tahun 200..., yang dapat dilihat pada

Grafik histogram 5.1.


80
61
60 53
47
38
40
22 21
20 15

0
Penderita Diare

<1 Tahun 1-4 Tahun 5-14 Tahun 15-14 Tahun


26-40 Tahun 41-60 Tahun > 65 Tahun

Grafik 5.1: Distribusi Penderita Diare Menurut Umur Di Puskesmas .......

Kabupaten ....... Tahun 200....

Berdasarkan distribusi Penderita diare menurut umur diatas didapatkan pada

umur < 1 tahun terdapat 22 kasus (8,6%), pada umur 1-4 tahun terdapat 38 kasus

(14,8%), pada umur 5-14 tahun terdapat 53 kasus (20,7%), pada umur 15-25 tahun

sebanyak 21 kasus (8,2%), pada umur 26-40 tahun terdapat 47 kasus (18,4%), pada

umur 41-64 tahun merupakan kasus tertinggi yaitu sebanyak 61 kasus (23,8%) dan

kasus terkecil yaitu terdapat pada umur > 65 tahun yaitu sebesar 15 kasus (5,5%).

2. Jenis Kelamin
Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi Penderita

diare menurut jenis kelamin penderita di Puskesmas .........Kecamatan ........

Kabupaten ............ Tahun 200..., yang dapat dilihat pada grafik pie 5.1.

Laki-laki Perempuan

12700%; 12900%;
50% 50%

Grafik Pie 5.1: Distribusi Penderita Diare Menurut Jenis Kelamin Di


Puskesmas .......... Kabupaten .....
Berdasarkan distribusi Penderita diare menurut jenis kelamin diatas

didapatkan pada jenis kelamin laki-laki mempunyai jumlah terbanyak yaitu 129 kasus

(50,4%) sedangkan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 127 kasus (49,6%).

3. Pendidikan

Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi Penderita

diare menurut pendidikan di Puskesmas ........Kecamatan ..........Kabupaten

..........tahun 200..., yang dapat dilihat pada grafik histogram 5.2.


120
104
100 94

80
60
40 27
21
20 10
0
Penderita Diare

Tidak Sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMU/Sederajat D3/S1

Grafik 5.2: Distribusi Penderita Diare Menurut Pendidikan Di Puskesmas ......


Kabupaten ......... Tahun 200...

Berdasarkan distribusi Penderita diare menurut pendidikan diatas

menunjukkan bahwa pada penderita yang tidak sekolah, tidak lulus SD dan belum

sekolah terdapat 94 kasus (36,6%), pada penderita dengan pendidikan SD/sederajat

merupakan kasus tertinggi diare di wilayah kerja Puskesmas yaitu sebesar 104 kasus

(40,6%), pada pendidikan SMP/sederajat terdapat 27 kasus (10,5%), pada pendidikan

SMU/sederajat terdapat 21 kasus (8,2%) dan pada pendidikan D3/S1 merupakan

kasus terkecil yaitu sebanyak 10 kasus (3,9%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

semakin tinggi pendidikan maka semakin kecil risiko menderita diare.


4. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi Penderita

diare menurut jenis pekerjaan di Puskesmas ........Kecamatan ..............

Kabupaten ........Tahun 200..., yang dapat dilihat pada grafik histogram 5.3.

200 187

150

100

50 41
11 2 9 2
0
Penderita Diare

PNS Petani Nelayan Wirawasta Aparat Desa Tidak Bekerja

Grafik 5.3: Distribusi Penderita Diare Menurut Pekerjaan Di Puskesmas


.......Kabupaten ........ Tahun 200....

Berdasarkan distribusi Penderita diare menurut pekerjaan diatas menunjukkan

bahwa penderita dengan pekerjaan sebagai PNS terdapat 11 kasus (4,3%), pada

pekerjaan sebagai petani terdapat 41 kasus (16%), pada pekerjaan sebagai nelayan

terdapat 2 kasus (0,8%), pada pakerjaan wiraswasta terdapat 9 kasus (3,5), pada
pekerjaan sebagai aparat desa terdapat 2 kasus (0,8%), dan paling banyak penderita

yang tidak bekerja yaitu sebanyak 187 kasus (42,2%).

5. Waktu Kejadian

Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi Penderita

diare menurut waktu Penderita di Puskesmas ........ Kecamatan ...... Kabupaten ...........

Tahun 200..., yang dapat dilihat pada grafik histogram 5.5.

70
60
60
50
38
40
30 22 25
17 19 18
20 15 13 12 11
10 6
0
Penderita Diare

Januari Februari Maret April


Mei Juni Juli Agustus
September Oktober November Desember
Grafik 5.4: Distribusi Penderita Diare Menurut Waktu Kejadian Di Puskesmas
.......Kabupaten ........Tahun 200...

Berdasarkan distribusi Penderita diare menurut waktu Penderita diatas

didapatkan paling banyak pada bulan januari yaitu sebanyak 60 kasus (23,4%)

sedangkan yang terkecil adalah pada bulan oktober yaitu sebanyak 6 kasus (2,3%).

6. Tempat Tinggal

Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi Penderita

diare menurut tempat tinggal di Puskesmas ........ Kecamatan ........Kabupaten .........

Tahun 200.., yang dapat dilihat pada grafik histogram 5.5. Berdasarkan distribusi

Penderita diare menurut tempat Penderita diare diatas didapatkan paling banyak

Penderita diare di daerah wonggahu yaitu sebanyak 55 kasus (21,5%) sedangkan yang
terkecil yaitu didaerah Bualo, Diloato, permata masing-masing sebanyak 1 kasus

(4%).

B. Pembahasan

Mengetahui gambaran Penderita suatu penyakit merupakan hal yang sangat

penting dalam upaya untuk menanggulangi penyakit tersebut dengan mengetahui

gambaran Penderita suatu penyakit. Maka akan dapat mudah disusun suatu rencana

Menurut distribusi dari gambaran penderita tersebut. Secara umum gambaran Penderita

penderita diare adalah faktor makanan, faktor penggunaan jamban, penggunaan air bersih,

faktor sosial dan ekonomi, faktor gizi, dan faktor pendidikan, umur, jenis kelamin,

alamat/tempat tinggal, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan responden sehingga

dalam melihat gambaran tersebut seharusnya semua unsur harus dilihat namun dengan

adanya keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki peneliti maka dalam penelitian ini

gambaran Penderita penderita diare atau responden yang ingin dilihat adalah umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, waktu Penderita, dan alamat/tempat tinggal, yang dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Umur

Pemberian kekebalan tubuh pada bayi sangatlah penting yaitu dengan

pemberian langsung ASI pada bayi hingga sampai dewasa nanti sistem kekebalan

tubuh bisa tinggi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan

seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal bagi bayi. Pada bayi yang baru

lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar

terhadap penyakit diare. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif umumnya

mudah terkena penyakit infeksi usus (diare) sehingga dianjurkan untuk memberi ASI

saja pada bayi sampai berumur 4–6 bulan.


Bertambahnya umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak

usia 4 bulan bayi diberi makanan pendamping (MP–ASI). Selain ASI untuk

memenuhi kebutuhan gizi baik, perlu diperhatikan waktu pemberian, frekuensi, porsi,

pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan pemberian MP–ASI. Pada penelitian

kali ini umur penderita tidak dibatasi, dimana ternyata banyak juga penderita diare

bagi orang-orang yang telah dewasa.

Berdasarkan distribusi Penderita diare menurut umur diatas didapatkan pada

umur < 1 tahun terdapat 22 kasus (8,6%), pada umur 1-4 tahun terdapat 38 kasus

(14,8%), pada umur 5-14 tahun terdapat 53 kasus (20,7%), pada umur 15-25 tahun

sebanyak 21 kasus (8,2%), pada umur 26-40 tahun terdapat 47 kasus (18,4%), pada

umur 41-64 tahun merupakan kasus tertinggi yaitu sebanyak 61 kasus (23,8%) dan

kasus terkecil yaitu terdapat pada umur > 65 tahun yaitu sebesar 15 kasus (5,5%).

Hal ini dapat dilihat bahwa penyakit diare tidak mengenal batasan umur untuk

diderita. Pada umur 0-15 tahun yang paling banyak terdapat didalamnya adalah balita

yang masih perlu pengawasan penuh dari orang tuanya. Anak kecil memeperlukan

perlilndungan yang prima dimana tempat ia duduk maupun tidur itu adalah tempatnya

bermain juga, jadi kuman banyak bebas lebih banyak dikonsumsi oleh anak balita,

oleh karena itu balita lebih mudah terserang diare dibandingnya dengan orang dewasa.

2. Jenis Kelamin

Penderita diare lebih banyak pada anak-anak atau pada anak balita, hal ini

berkaitan dengan jenis kelamin, pada anak laki-laki mobilitasnya lebih luar

dibandingnya dengan anak perempuan dimana anak perempuan lebih banyak

menghabiskan waktu bermainnya di dalam rumah, pernyataan ini didukung langsung

dengan penelitian kali ini.


Pada penelitian ini bermaksud untuk mendistribusikan Penderita diare menurut

variabel jenis kelamin. Berdasarkan distribusi Penderita diare menurut jenis kelamin

didapatkan pada jenis kelamin laki-laki mempunyai jumlah terbanyak yaitu 129 kasus

(50,4%) sedangkan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 127 kasus (49,6%).

Diare berkaitan erat dengan penggunaan air, apabila penggunaan air untuk

dikonsumsi tidak memenuhi syarat, maka yang kita kenal pertama adalah E.coli

sebagai satu-satunya bakteri penyebab diare. Anak laki-laki paling dikenal dengan

cara bermainnya yang kurang memperhatikan lingkungannya sekitarnya.

3. Pendidikan

Pendidikan berkaitan erat dengan Penderita diare pada masyarakat, dimana

pendidikan adalah dasar dimana seseorang mempunyai pola pikir yang lebih efektif

dan maju, dengan pendidikan yang rendah maka dapat mempengaruhi perilaku dalam

pengambilan keputusan.

Pada penelitian kali ini dengan maksud untuk mendistribusikan Penderita

diare menurut tingkat pendidikan maka Berdasarkan distribusi Penderita diare

menurut pendidikan diatas menunjukkan bahwa pada penderita yang tidak sekolah,

tidak lulus SD dan belum sekolah terdapat 94 kasus (36,6%), pada penderita dengan

pendidikan SD/sederajat merupakan kasus tertinggi diare di wilayah kerja

Puskesmas ........ yaitu sebesar 104 kasus (40,6%), pada pendidikan SMP/sederajat

terdapat 27 kasus (10,5%), pada pendidikan SMU/sederajat terdapat 21 kasus (8,2%)

dan pada pendidikan D3/S1 merupakan kasus terkecil yaitu sebanyak 10 kasus

(3,9%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi pendidikan maka

semakin kecil risiko menderita diare.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat wilayah kerja

puskesmas .......... pada umumnya lebih dominan mempunyai pendidikan yang rendah
dimana pendidikan yang terbanyak adalah pendidikan SD/sederajat, sehingga dapat

diprediksi pula Penderita diare yang terus meningkat.

4. Pekerjaan

Penghasilan dalam sebuah keluarga menjadi tuntutan dalam peningkatan

derajat kesehatan menurut beberapa pemikiran para keluarga dengan berpengatahuan

dibawah. Besar kecilnya pendapatan tidak mempengaruhi upaya peningkatan

kesehatan keluarga. Pekerjaan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan

penghasilan yang mencukupi untuk kehidupan sehari-hari.

Penderita diare dalam suatu masyarakat tertentu banyak disebabkan juga oleh

konsumsi makanan yang tidak sesuai atau mengandung bakteri penyebab diare.

Dalam penelitian kali bermaksud mendistribusikan Penderita diare dengan variabel

pekerjaan yang ada di wilayah kerja Puskesmas ....... Kecamatan ........

Kabupaten ...........

Dari hasil penelitian ini di dapatkan Berdasarkan distribusi Penderita diare

menurut pekerjaan diatas menunjukkan bahwa penderita dengan pekerjaan sebagai

PNS terdapat 11 kasus (4,3%), pada pekerjaan sebagai petani terdapat 41 kasus

(16%), pada pekerjaan sebagai nelayan terdapat 2 kasus (0,8%), pada pakerjaan

wiraswasta terdapat 9 kasus (3,5), pada pekerjaan sebagai aparat desa terdapat 2 kasus

(0,8%), dan paling banyak penderita yang tidak bekerja yaitu sebanyak 187 kasus

(42,2%).

Dari hasil distribusi diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak penderita diare

tidak memiliki pekerjaan tetapi didalamnya sudah termasuk balita. Penderita diare

juga dapat dipengharuhi oleh jenis pekerjaan yang dialaminya dimana pekerjaan yang

lebih sering dilakukan dilapangan terbuka yang berkaitan dengan air, mempunyai

risiko terhadap terjadinya diare pada seseorang dan dapat meluas sesuai dengan
keadaan sekitarnya, yang didukung langsung oleh sanitasi lingkungan yang memenuhi

syarat kesehatan.

5. Waktu Penderita

Penderita diare pada suatu daerah ada yang telah menjadi endemik dimana

terdapat waktu-waktu tertentu diare pada suatu daerah menyebar dengan cepat,

misalnya pada musim hujan ataupun pada awal musim hujan dan ditunjang oleh segi

geografis daerah tersebut.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa berdasarkan distribusi Penderita diare

menurut waktu Penderita didapatkan paling banyak pada bulan januari yaitu sebanyak

60 kasus (23,4%) sedangkan yang terkecil adalah pada bulan oktober yaitu sebanyak

6 kasus (2,3%).

Dengan melihat hasil pengolahan data yang telah dinarasikan tersebut dapat

diambil kesimpulan bahwa pada bulan januari mempunyai dampak lebih besar

terjadinya diare, maka pada saat seperti itu petugas kesehatan lebih jeli melihat untuk

selalu dilakukan kontrol terhadap masyarakat untuk selalu menjaga keadaan sanitasi

lingkungannya agar tetap sehat. Kesadaran masyarakat sangat berpengaruh terhadap

peningkatan kasus diare melalui PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) yang dapat

dibiasanya kepada masing-masing keluarga dengan petugas kesehatan sebagai

motivator dalam pergerakan hidup bersih dan sehat.

6. Alamat/Tempat tinggal

Tempat tinggal yang bersih akan berdampak positif pula bagi penghuninya.

Kepadatan penduduk yang dimulai dari kepadatan anggota keluarga dalam satu

tempat tingkat dan pemukiman pada umumnya harus segera ditanggulangi. Dimana

dengan kepadatan penduduk dalam suatu pemukiman maupun keluarga dapat


mempengaruhi percepatan penyebaran Penderita diare, yang dimulai dari konsumsi

air bersih yang berkaitan langsung dengan pembuangan limbah.

Penelitian kali ini menjelaskan tentang risiko tempat tinggal terhadap

Penderita diare, hasil penelitian ini didapatkan distribusi Penderita diare menurut

tempat Penderita diatas didapatkan paling banyak Penderita diare di daerah wonggahu

yaitu sebanyak 55 kasus (21,5%) sedangkan yang terkecil yaitu didaerah .................

masing-masing sebanyak 1 kasus (4%).

Dengan melihat hasil tersebut diatas di wilayah kerja puskesmas paguyaman

ada beberapa daerah yang sangat rentan terhadap Penderita diare baik berisiko pada

anak sampai pada orang dewasa. Daerah ....................... mempunyai risiko terjadinya

diare dimana lakasi pemukiman yang mempunyai banyak genangan air akibat hujan

dan padatnya pemukiman disekitarnya, sehingga berisiko terhadap kejadia diare di

daerah tersebut.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengelolaan data tentang distribusi Penderita diare di

Puskesmas ........Kecamatan ...........Kabupaten ......... Tahun 200.., adalah sebagai berikut:

1. Pada umur 41-64 tahun merupakan kasus tertinggi yaitu sebanyak 61 kasus (23,8%)

dan kasus terkecil yaitu terdapat pada umur > 65 tahun yaitu sebesar 15 kasus (5,5%).

2. Faktor jenis kelamin jenis kelamin laki-laki mempunyai jumlah terbanyak yaitu 129

kasus (50,4%) sedangkan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 127 kasus (49,6%).

3. Distribusi Penderita diare menurut pendidikan menunjukkan pada penderita diare

dengan pendidikan SD/sederajat merupakan kasus tertinggi yaitu sebesar 104 kasus

(40,6%), dan pada pendidikan D3/S1 merupakan kasus terkecil yaitu sebanyak 10

kasus (3,9%).

4. Distribusi Penderita diare menurut pekerjaan menunjukkan bahwa paling banyak

penderita yang tidak bekerja yaitu sebanyak 187 kasus (42,2%). Kasus paling sedikit

terjadi pada penderita dengan pekerjaan sebagai nelayan, aparat desa yaitu masing-

masing 2 kasus.

5. Distribusi Penderita diare menurut waktu Penderita didapatkan paling banyak pada

bulan januari yaitu sebanyak 60 kasus (23,4%) sedangkan yang terkecil adalah pada

bulan oktober yaitu sebanyak 6 kasus (2,3%).

6. Distribusi Penderita diare menurut tempat Penderita didapatkan paling banyak

Penderita diare di daerah ............... yaitu sebanyak 55 kasus (21,5%) sedangkan yang

terkecil yaitu didaerah .................. masing-masing sebanyak 1 kasus (4%).

B. Saran
1. Dalam rangka program pencegahan kasus peningkatan kasus diare tindakan yang

harus dilakukan adalah pelaksanaan penyuluhan yang intensif terhadap kelompok–

kelompok yang beresiko dengan sasaran khusus yaitu balita.

2. Hendaknya diadakan penyuluhan–penyuluhan tentang cara menghindari penyakit

diare pada penduduk yang lingkungan tempat tinggalnya sangat beresiko timbulnya

penyakit diare.

3. Masyarakat agar tetap berupaya untuk mencegah terjadinya penyakit Diare dengan

membiasakan hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari penyakit.

You might also like