Professional Documents
Culture Documents
bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara.
Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak
modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan
dan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara
Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas
dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia ( well being ),
dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-
hari.
gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental.
Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,
proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental
indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya
stressor psikosial. Pelayanan perawatan kesehatan jiwa bukan hanya ditujukan pada
c
klien dengan gangguan jiwa tetapi juga dapat ditujukan pada semua orang dan
lapisan masyarakat agar tercapai sehat mental dan hidup secara produktif
Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif kuratif dan
dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala sampai dengan komplikasi yang akan
terjadi bila tidak segera ditangani. Preventif adalah memberi penjelasan cara
pencegahan pasien dengan gangguan jiwa terutama dengan pasien gangguan sensori
memperkenalkan pada anggota keluarga cara merawat pasien dengan gangguan jiwa
Berdasarkan yang penulis peroleh dari Rumah Sakit Umum Duren Sawit
Jakarta Timur, bekerja sama dengan kepala ruangan dan perawat ruangan khususnya
di ruang berry selama 6 bulan terakhir dari bulan januari 2010 sampai dengan 21 juni
2010, jumlah pasien 341 orang yang meliputi kasus gangguan sensori persepsi:
halusinasi 172 orang (50,44%), isolasi sosial 86 orang (25,22%), waham 12 orang
(7,62%) dan harga diri rendah 20 orang (5,87%). Dilihat dari data diatas prevalansi
yang terbanyak adalah kasus halusinasi, sehingga penulis merasa perlu untuk
mngadakan pendekatan yang lebih dalam kepada klien dengan masalah gangguan
Melihat data diatas, penulis tertarik dan berminat membahasa kasus ³Asuhan
Pendengaran di ruang Berry Rumah Sakit Umum Duren Sawit Jakarta Timur´
keperawatan
Sawit.
G
Duren Sawit.
Duren Sawit.
Duren Sawit.
e. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. R dengan gangguan sensori persepsi:
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus di
X
Berry Rumah Sakit Umum Duren Sawit.´ Selama tiga hari dimulai dari tanggal 21-
23 juni 2010.
D
Metode penulisan dalam makalah ilmiah ini adalah deskriptif dan metode
data, menganalisa data serta menarik kesimpulan yang selanjutnya disajikan dalam
1. Studi kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari buku-
2. Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berkomunikasi
lansung dengan klien, perawat ruangan sesuai dengan masalah yang dibahas
3. Observasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung
kesinambungan
4. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari
catatan medik dan keperawatan yang ada pada rekam medik klien sesuai dengan
Sistematika penulisan makalah ilmiah ini yang terdiri dari lima bab yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
evaluasi.
BAB V : PENUTUP
Î
!
indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya
Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan eksternal. (Dalami, dkk. 2009).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsang
menimbulkan halusinasi dan pengaruh sosial budaya, sosial budaya yang berbeda
tentang sesuatu, padahal dalam kenyataan tidak terdapat rangsangan apapun atau
tidak terjadi sesuata apapun atau bentuk kesalahan pengatan tampa objektivitas
tahap halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan oleh klien yang
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang
mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.
0
Pada tahap ini klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan
tersebut, mulai merasa kehilangan kontrol, menarik diri dari orang lain.
Klien biasanya dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan
perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik, tidak mampu
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
c
a. Karakteristik
Perilaku panik, potensial untuk bunuh diri atau membunuh, tindak kekerasan
Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang berbicara
mengenai klien, klien mendengar orang orang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkan oleh klien dan memerintah untuk melakukan sesuatu dan
cahaya, gambaran geometris gambar kartun dan atau panorama yang luas dan
Halusinasi yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau yang
Halusinasi yang seolah-olah mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang tidak terlihat. Merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda
X
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
adaptif:
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
c
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
maladaptif meliputi:
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.
#
proses keperawatan yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah
(Keliat, 2005). Data yang dikumpulkan dalam pengkajian meliputi lima aspek
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress
pada lingkungannya
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
Penilitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
1) Prilaku
tidak aman, galisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian,
sebagai berikut:
a) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa
b) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang
c) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang
tidak tampak
menjawab suara
a) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakuti orang lain, benda
adalah:
a) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak
c) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain
c·
d) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau
darah
e) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
adalah:
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
3) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghidar sumber
stressor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain lain.
efektif.
Perilaku kekerasan
Gangguan sensori
persepsi: Halusinasi
Isolasi sosial
(Stuart, 2006)
bayangan
cü
sebab
suara-suara
kasar.
c0
a. Perencanaan
ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri
klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjuk sikap
empati dan menerima apa adanya, beri perhatian kepada klien dan
penghidu/ kecap), jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang
c
tanpa menuduh atau menghakimi), katakana bahwa ada klien lain yang
menikmati halusinasinya.
klien, jika cara yang digunakan adaftif beri pujian, jika cara yang
:beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih, pantau
pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil berikan pujian,
stimulasi halusinai.
minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi, dan efek samping.
minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping
konsultasi dokter. %: beri pujian jika klien minum obat dengan
dokter, anjurkan klien untuk konsultasi dokter/ perawat jika terjadi hal-
28/06/2010
Chlorpromazine (CPZ)
Trihexyphenidil (THP)
G
nonverbal
mencapai tujuan spesifik untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang
efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan respon klien
Evaluasi dapat dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau formatif
dilaksanakan.
dilaksanakan.
masalah masih tetap atau muncul masalah bari atau ada data yang
respon klien
Î
Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan
gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengara di ruang Berry di rumah sakit umum
Duren Sawit Jakarta timur. Ny. R diantar oleh petugas panti Darmogot. Asuhan
sampai implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan pada Ny. R ini dilaksanakan
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data yang didapat dari klien, perawat
ruangan, catatan medis dan observasi selama melakukan asuhan keperawatan. Data
Nama klien Ny. R, umur 35 tahun, status menikah, agama Kristen katolik,
suku bangsa Indonesia, pendidikan terakhir SLTP, alamat Jl. Poncol lautan, klien
mulai dirawat pada tanggal 10 juni 2010, dengan diagnosa medis skizofrenia
paranoid
·
ü
Klien mengatakan dibawa kerumah sakit umum Duren Sawit oleh petugas
panti, pada saat itu klien mengatakan mendengar suara bisikan laki-laki yang
kekerasan dalam keluarga. Klien raut wajah klien tampak tegang saat
tidak menyenangkan
90x/menit, pernafasan 18x/ menit, suhu 36,5º, Tinggi Badan 159cm, Berat Badan
50 kg. klien mengatakan tidak ada keluah pusing, panas ataupun batuk.
5. Psikosial
P Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Satu rumah
: Klien
: Garis keturunan
: Garis pernikahan
tinggal dengan suami dan anaknya, klien mengatakan sudah menikah dan
karean cantik dan suka dengan tangannya karena bisa buat beraktifitas.
bersaudara, klien sudah menikah sekarang klien tinggal satu rumah dengan
Duren Sawit klien adalah seorang ibu rumah tangga yang suka bantu orang
tua dirumah dan klien mengatakan senang bisa membantu orang tuanya.
Untuk ideal diri klien mengatakan ingin cepat pulang dan sembuh,
kamar baik semua, klien mengatakan merasa sangat dihargai sama teman satu
ruangannya.
malas. Klien megatakan malas bergaul dengan orang lain, klien mengatakan
d. Spiritual
a. Penampilan
rambut klien tampak kotor, kulit klien tampak kotor,dari badan klien tercium
bau, celana klien tampak kotor, baju klien tampak kotor, kancing baju klien
tidak sesuai.
b. Pembicaraan
Pada saat beriterkasi klien tampak santai. Nada suara klien tampak
keras.
e. Afek
Afek klien tampak tumpul, klien tampak ngobrol jika ada rangsangan,
Kontak mata klien tampak kurang, klien tampak tidak fokus, klien
halusinasi pendengaran
g. Persepsi
itu timbulnya pada saat sebelum tidur dan saat bangun tidur, klien mengatakan
suara bisikan itu selama 6 menit, klien mengatakan risih dengan suara bisikan
itu, klien mengatakan kalau timbul suara bisikan itu langsung tutup telinga,
klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak bicara sendiri, klien tampak
klien tampak tidak blocking, klien tampak tidak tangensial, klien tampak tidak
sirkumstansial.
Klien tampak tidak fobia, klien tampak tidak obsesi, klien mengatakan
k. Memory
kejadian satu bulan yg lalu, klien tampak mampu mengingat kejadian 1 hari
yang lalu.
empat dikurang tiga sama dengan satu, klien tampak mampu berhitung, klien
Saat diberikan pilihan: mandi dulu baru makan atau makan dulu baru
satu porsi makanan yang disajikan, klien mangatakan makannya memakai piring,
sendok dan garpu, klien mengatakan suka mencuci piring, sendok dan garpu.
sehabis BAB/BAK suka membersihkan WC. Klien mengatakan mandi 2x/ hari
tanpa menggunakan sabun, klien mengatakan gosok gigi 2x/ hari, klien
mengatakan cuci rambut 1x/ minggu, dan gunting kuku 1x/ minggu. Klien
mengatakan baju dikasih petugas, klien mengatakan ganti baju 1x/ hari, klien
mengatakan tidak suka berdandan, baju klien tampak kotor, celana klien tampak
Klien mengatakan tidur siang dari jam 14.00 WIB sampai jam 15.30 WIB,
klien mengatakan tidur malam dari jam 19.30 WIB samoai 05.00 WIB, klien
mengatakan sebelum tidur suka nonton TV dan setelah bangun tidur suka
merapihkan tempat tidur. Klien mengatakan minum obat 3x/ hari dengan
diingatkan oleh petugas. Klien mengatakan mau berobat jalan, klien mengatakan
suka membersihkan rumah, dan klien suka mencuci pakaian orang tuanya. Klien
mengatakan dengan tetangga baik-baik saja walaupun klien jarang bergaul, klien
sampai SMP, klien mengatakan tidak minder dengan status lulusan SMp,klien
mengatakan tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga, klien mengatakan
11.Aspek Medik
Menurut keterangan yang didapatkan dari catatan medik, diagnosa medis yang
ditegakan oleh dokter yaitu F20.0 (skizofrenia Paranoid) dan terapi yang
Mahasiswa
Hasanudin
·
12.Analisa Data
Jam
laki
Do:
sendiri
mengikuti kegiatan
dilinkungannya
menyendiri
Do:
berinteraksi
sabun
1x/ minggu
berhias
1x/ hari.
Do:
tidak sesuai
dipanti
Do:
menceritakan pernah
sambil mengepalkan
tangannya
13.Pohon Masalah
X
*+%
," : Klien mengatakan suka mendengar suara bisikan laki-laki, klien
mengatakan bisikan itu mengaku pangeran Charles, klien mengatakan bisikan itu
memanggil nama elisabet, Klien mengatakan bisikan itu timbulnya pada saat
sebelum tidur dan setelah bangun tidur, Klien mengatakan risih dengan suara bisikan
itu.
!," : Klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak bicara sendiri,
menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
komunikasi terapeutik, sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal,
perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap, nama panggilan yang
disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjuk sikap
empati dan menerima apa adanya, beri perhatian kepada klien dan perhatikan
- tanggal 21 juni 2010 pukul 08.00 WIB sampai 08.10 WIB. Sp.1
prinsip komunikasi terapeutik, sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
Gc
panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji,
menunjukan sikap empati dan menerima apa adanya, beri perhatian kepada klien dan
tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. !," - klien tampak
bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri.
waktu, frekuensi, situasi dan respon saat terjadi halusinasi, : anjurkan klien
: setelah 1x10 menit pertemuan klien dapat menyebutkan isi, waktu,
% : adakan kontak sering dan singkat secara bertahap, observasi tingkah
halusinasi(dengar/ lihat/ raba/ penghidu/ kecap), jika klien menjawab ya, tanyakan
apa yang sedang dialaminya, katakana bahwa perawat percaya klien mengalami hal
G
menuduh atau menghakimi), katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang
sama, katakan bahwa perawat akan membantu klien, jika klien tidak sedang
klien, isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi(pagi, siang, sore, malam atau
sering dan kadang-kadang), situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi. diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut, diskusikan
- tanggal 21 juni 2010, pukul 08.30 WIB sampai dengan 08.10
WIB, Sp.1 pertemuan ke dua, mengadakan kontak sering dan singkat secara
raba/ kecap), jika menemukan klien yang sedang halusinasi: tanyakan apakah
menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya, katakan bahwa perawat
nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi), katakan bahwa ada klien lain
yang mengalami hal yang sama, katakana bahwa perawat akan membantu klien, jika
diskusikan dengan klien, isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi(pagi, siang,
sore, malam atau sering dan kadang-kadang), situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan halusinasi. diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut, diskusikan
%: tanggal 21 juni 2010, pukul 08.30 WIB, ,": klien mengatakan
suara bisikan itu laki-laki, klien mengatakan suara bisikan itu pangeran Charles,
klien mengatakan timbulnya suara itu pada saat sebelum tidur dan saat bangun tidur,
klien mengatakan terdengar suara bisikan itu saat sendiri, klien mengatakan suara itu
satu menit timbulnya. Klien mengatakan risih mendengar suara bisikaan itu.
!,": klien tampak menyebutkan isi halusinasinya, klien tampak menyebutkan
tampak bicara sendiri, klien tampak tersenyum sendiri. : klien mampu
menyebutkan: jenis, isi, waktu, frekuensi dan situasi yang menimbulkan halusinasi,
respon saat terjadi halusinasi. *: ; indentifikasi bersama klien
cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi(tidur, marah, menyibukan
diri, dll), diskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang digunakan adaftif beri
pujian, jika cara yang digunakan maladaftif disikusikan kerugian cara tersebut, ;
mengontrol halusinasi
% : indentifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika
digunakan klien, jika cara yang digunakan adaftif beri pujian, jika cara yang
: tanggal 21 juni 2010, pukul 10.00 WIB sampai dengan 10.10
WIB, Sp1, pertemuan ke tiga mengindentifikasi bersama klien cara atau tindakan
mendiskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang digunakan adaftif beri
pujian, jika cara yang digunakan maladaftif disikusikan kerugian cara tersebut.
%: tanggal 21 juni 2010, pukul 10.10 WIB. ,": klien mengatakan
jangan ganggu saya. !," : klien tampak memperagakan cara menghardik
dengan benar. Klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak senyum sendiri, klien
tampak bicara sendiri. : klien mampu menyebutkan cara menghardik, klien
baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi: katakan pada diri sendiri bahwa ini
halusinasinya. bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata(saya tidak mau
: tanggal 22 juni 2010, pukul 09.30 WIB sampai dengan 09.40
timbulnya halusinasi: katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata(saya tidak mau
klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
%: tanggal 22 juni 2010, pukul 09.40 WIB. ,": klien mengatakan
mengatakan ³
teman satu kamar, klien mengatakan kalau ngobrol suara-suara itu hilang, klien
untuk diajak ngobrol. !," : klien tampak memperagakan cara menghardik,
klien tampak memperagakan cara ngobrol dengan orang lain saat terdengar
kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih, pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih, jika berhasil berikan pujian, anjurkan klien mengikuti terapi
% : beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih,
pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil berikan pujian,
halusinai.
: tanggal 22 juni 2010, pukul 11.20 WIB sampai dengan 11.30
WIB, pertemuan ke lima, Sp.3, memberi kesempatan untuk melakukan cara yang
dipilih dan dilatih, pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil
berikan pujian, anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi halusinai.
%: tanggal 22 juni 2010, pukul 11.30 WIB. ,": klien mengatakan
sudah melakukan jadwal menutup telinga, klien mengatakan sudah ngobrol dengan
teman sesuai dengan jadwal, klien mengatakan suka menyapu ruang makan dan
mengelap meja makan, klien mengatakan sudah mengikuti terapi aktivitas kelompok.
!," : klien tampak menyebutkan jadwal kegitan yang telah dibuat, klien
diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian minum obat, nama,
warna, dosis, cara efek terapi dan efek samping penggunaan obat, pantau klien saat
penggunaan obat, beripujian jika klien minum obat dengan benar, diskusikan akibat
berhenti minum obat tanpakonsultasi dengan dokter, anjurkan klien untuk konsultasi
dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak dinginkan. anjurkan klien
halusinasinya.
halusinasi, cara yang dapat dilakukan dan keluarga untuk memutus halusinasi,
waktu control ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusiansi
obat, nama, warna, dosis, efek terapi, dan efek samping, klien mendemontrasikan
penggunaan obat dengan benar, klien menyebutkan akibat berhenti minum obat
%: diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian minum obat,
nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat, pantau
klien saat penggunaan obat, beripujian jika klien minum obat dengan benar,
klien untuk konsultasi dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak dinginkan.
Gü
: tanggal 23 juni 2010, pukul 09.00 WIB sampai dengan 09.10
WIB, pertemuan ke enam Sp.4 mendiskusikan dengan klien tentang manfaat dan
kerugian minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping
penggunaan obat, memantau klien saat penggunaan obat, beripujian jika klien
% : tanggal 23 juni 2010, pukul 09.10 WIB. ," : Klien
mengatakan masih ingat kegiatan yang lalu( menghardik, cara bercakap-cakap dan
kesembuhannya, klien mengatakan susah sembuhnya jika tidak minum obat, klien
benar obat, benar dosis, benar cara, benar orang dan benar waktu, klien mengatakan
sudah biasa minum obat, klien mengatakan akan selalu minum obat untuk
kesembuhannya, klien mengatakan sudah bisa minum obat. !,": klien tampak
menyebutkan pentingnya minum obat, klien tampak menyebutkan akibat jika putus
obat, klien tampak menyebutkan prinsip 5 benar obat. : klien mampu
menyebutkan pentingnya minum obat, akibat jika putus obat, prinsip 5 benas obat.
*: ; observasi kegiatan klien, : anjurkan klien melakukan
G0
,": Klien mengatakan selama dirumah tidak pernah mengikuti kegiatan
menghindar.
!," : Kontak mata kurang, klien tampak suka mnyendiri, klien tampak
nunduk saat berinteraksi, Klien tampak melamun, klien tampak tidak fokus.
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien
dihadapi.
komunikasi terapeutik sebagai berikut; sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun
non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien ciptakan
lingkungan dan nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik
yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu berbicara), berikan perhatian dan
penghargaan: temani klien waktu klien tidak menjawab, ³saya akan duduk
disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan´. Jika klien
menatap perawat katakan³ ada yang ingin anda katakan´, dengarkan klien dengan
- klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial yang berasal dari;
%; bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain,
(- klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap; klien-
% ; lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin
dengan klien/perawat lain: beri contoh cara berkenalan, tingkatkan interaksi klien
secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua perawat, dan seterusnya),
libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok: sosialisasi, bantu klien melaksanakan
merawat klien isolasi sosial, mendemonstrasikan cara perawatan klien isolasi sosial,
/- Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat,
%- klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat secara
benar dan tepat, dengan % sebagai berikut; bantu klien menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar
klien), anjurkan klien membicarakan manfaat atau efek samping obat yang
dirasakan.
D
," : Klien mengatakan mandi 2x/ hari tanpa menggunakan sabun, klien
mengatakan cuci rambut 1x/ minggu, klien mengatakan tidak suka berhias, klien
!," : Rambut klien tampak kusam, rambut klien tampak kotor, rambut
klien tampak kusut, kulit klien tampak kotor, celana klien tampak kotor, baju klien
tampak kotor, kancing baju klien tampak tidak sesuai, klien tampak tidak rapi, dari
$: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
dua kali pertemuan; tanda-tanda bersih, badan tidak bau, rambut rapi, bersih dan
tidak bau, gigi bersih dan tidak bau mulut, baju rapi dan tidak bau, klien mampu
memberi perasaan segar dan nyaman, mencegah kerusakan gigi dan menjaga
kebersihan mulut, klien dapat menjelaskan cara merawat diri antara lain: mandi dua
kali sehari dengan sabun, mnggosok gigi minimal 2 kali sehari setelah makan dan
akan tidur, mencuci rambut 2-3 kali seminggu dan memotong kuku bila panjang,
tanyakan nama, dan panggilan kesukaan klien, tunjukan sikap jujur dan menepati
janji setiap kali berintraksi, tanyakan perasaan dan masalah yang di hadapi klien,
D
buat kontrak interaksi yang jelas, dengarkan ungkapan persaan klien dengan empati,
sabun dan disiram pakai air bersih sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari
% : Diskusikan dengan klien : Penyebab klien tidak merawat diri, manfaat
menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial, tanda-tanda
perawatan diri yang baik. penyakit atau gangguan kesehatan yang di alami klien bila
kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran; mandi pagi dan sore, ganti baju
%: Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini, mandi, gosok
gigi, keramas, berhias, gunting kuku, berikan pujian untuk setiap respon klien yang
positif.
(: Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan
perawat.
% : Bantu klien saat perawatan diri : mandi, gosok gigi, keramas, ganti
pakaian, gunting kuku, berikan pujian setelah klien melaksanakan perawatan diri.
perawatan diri.
DG
kebersihan diri. Keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
perawatan diri, tindakan yang telah di lakukan klien selama di rumah sakit dalam
menjaga perawatan diri dan kemajuan yang telah di alami oleh klien , dukungan
yang bisa di berikan oleh kaluarga untuk meningkatkan kemampuaan klien dalam
perawatan diri, diskusikan dengan keluarga tentang: sarana yang di perlukan untuk
menjaga perawatan diri klien, anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut,
diskusikan dengan kaluarga hal-hal yang perlu di lakukan dalam perawatan diri:
keramas, ganti baju, berhias, dan gunting kuku), ingatkan klien untuk mandi dan
gosok gigi, keramas dan ganti baju, berhias dan gunting kuku) , bantu jika klien
mengalami hambatan dalam perawatan diri, berikan pujian atas keberhasilan klien
DD
!," : Nada suara klien tampak keras, expresi klien saat menceritakan
: klien mau membalas salam, klien mau menjabat tangan, klien mau
menyebutkan nama, klien mau tersenyum, klien mau kontak mata, klien mau
% : Bina hubungan saling percaya dengan: beri salam setiap berintraksi,
tanyakan dan panggilan nama ke sukaan klien, tunjukan sikap empati, kejujuran
dan menepati janji setiap kali berintraksi, tanyakan perasaan klien dan masalah
yang di lakukan.
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/ kesal(dari diri sendiri, dari orang lain/
lingkungan).
D·
kekerasaan.
kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi perilaku
kekerasan.
pernah di lakukan.
dilakukan, klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan dapat menyelesaikan
selama ini pernah di lakukannya, motivasi klien menceritakan persaan klien setelah
DÎ
: klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
mengungkapkan kemarahan.
konstruktif.
% : Diskusikan dengan klien, apakah klien mau mempelajari cara baru
cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik :nafas dalam, pukul bantal
atau kasur, olah raga, Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada
masing-masing.
kekerasan; fisik; tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman. Verbal;
berdoa, beribadah.
Dü
%: Diskusikan cara yang mungkin di pilih dan ajurkan klien memilih cara
yang di pilih, peragakan cara melaksanakan cara yang di pilih, jelaskan manfaat
cara tersebut, anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah di lakukan, beri
penguatan pada klien, perbaikan cara yang masih belum sempurna, anjurkan klien
perilaku kekerasaan.
cara merawat klien perilaku kekerasaan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga,
berikan.
kegunaannya(jenis, waktu dan efek), klien dapat minum obat sesuai dengan
program pengobatan.
D0
%: Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugiaan jika
tidak mengenal obat, jelaskan kepada klien, jenis obat (nama, warna , dan bentuk
obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang
akan di rasakan klien, anjurkan klien, minta dan menggunakan obat tepat waktu,
lapor ke perawat /dokter jika mengalami efek yang tidak biasa, berikan pujian
1
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada klien
Ny. R dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran dimulai dari tanggal
21 juni 2010 sampai dengan 23 juni 2010, dengan membandingkan kesamaan dan
asuhan keperawatan ditiap tahap proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian
#
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. R ditemukan kesamaan antara teori dan
meliputi faktor biologis dimana struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien
dengan gangguan orientasi realita yang dapat menyebabkan atropi otak, pembesaran
ventrikel serta perubahan bentuk selkortikel serta limbik. Faktor psikologis terdapat
Dü
·c
perkembangannya yaitu menjadi intim dengan teman sesama jenis dan tidak
tergantung pada orang tua, teman, menikah, mempunyai anak, masa tengah baya
ketertarikan dengan budaya. Faktor sosial budaya yaitu berbagai faktor dari
genetik ditemukan pada pasien skizofrenia yang cukup tinggi pada keluaraga yang
adalah faktor biologis dimana keponakan klien ada yang mengalami gangguan jiwa
namun kini telah sembuh dan dari faktor sosial budaya klien malas bergaul dengan
orang lain.
Kemudian dari faktor presipitasi pada teori disebutkan karena adanya faktor
stress sosial budaya yaitu adanya stress dan kecemasan meningkat bila terjadi
dari faktor psikologis yaitu adanya intensitas kecemasan yang memanjang serta
orientasi realita. Pada Ny. R faktor presitipasi yang ditemukan adalah stressor sosial
malas. Dari manifestasi klinis pada teori dan kasus tidak ditemukan kesenjangan,
tampak bercakap-cakap sendiri, tertawa sendiri, senyum sendiri, tidak terkait dengan
tertawa sendiri, berbicara sendiri, kumat-kamit sendiri, senyum sendiri, mudah lupa
Pada pelaksanaan medis tidak ditemukan perbedaan dari teori dan kasus yaitu
dari teori pelaksanaan medisnya adalah THP dengan indekasi yaitu sindrom psikosis,
Pada Ny. R mendapatkan terapi THP @ 2x1 mg, persidal @ 2x2 mg. pada pohon
masalah ditemukan ada kesenjangan antara teori dan kasus. Secara teori ditemukan
isolasi sosial. Sedangkan pada Ny. R ditemukan empat masalah keperawatan yaitu:
klien yang kooperatif dalam menjawab pertanyaan, status kesehatan klien dalam
medikal record dan perawat ruangan yang membantu. Selain itu penulis juga
pernah datang kerumah sakit. Dengan demikian penulis mengambil solusi dengan
cara menanyakan kepada perawat ruangan untuk mendapatkan data-data yang lebih
teori dan kasus, adapun diagnosa secara teori dikemukakan tiga diagnosa yaitu
isolasi sosial. Sedangkan diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada klien
Ny. R ada empat yaitu gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran, isolasi
sosial, resiko perilaku kekerasan dan defisit perawatan diri. Diagnosa yang dibuat
sabun, cuci rambut 1x/minggu, ganti baju 1x/hari dan tidak pernah berhias. Klien
tampak tidak rapih, rambut klien tampak kusam, rambut klien tampak kotor, rambut
klien tampak kusut, kulit klien tampak kotor, celana klien tampak kotor, baju klien
tampak kotor, kancing baju klien tampak tidak sesuai, dari badan klien tercium bau
X
*
#
tujuan, kriteria hasil dan rencana tindakan. Penentuan tujuan dalam perencanaan
meliputi aspek-aspek antara lain spesifik, measurable, actual, reality dan time
(SMART).
Perencanaan secara teori hanya tiga masalah keperawatan yang diangkat yiatu resiko
Sedangkan pada klien Ny. R perencanaan dibuat dengan empat masalah keperawatan
perawatan diri dan resiko perilaku kekerasan. Dalam membuat perencanaan penulis
perencanaan.
#
mendiskusikan bersama klien tentang isi, frekuensi dan respons klien terhadap suara-
cakap dengan teman atau perawat, menjelaska saat halusinasi muncul klien
dengan minum obat teratur, lima benar obat, warna obat, fungsi obat dan membuat
%
#
Pada tahap evaluasi ini penulis melakukan asuhan keperwatan dari tanggal 21
juni 2010 sampai dengan 23 juni 2010, untuk mengetahui keberhasilan tindakkan
yang telah dilakukan dengan cara menanyakan kembali apa yang telah dibicarakan
dan telah dicapai selama ini dengan menggunakan penilaian berdasarkan respon
Klien mampu mengidentifikasi isi, frekuensi, durasi serta perasaan klien saat
halusinasi muncul, klien dapat melakukan empat cara yang telah diajarkan untuk
menggontrol halusinasi.
berinteraksi dan kooperatif. Hambatan yang dirasakan adalah dengan waktu tiga hari
1
··
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. R yang dirawat di
ruang berry di rumah sakit umum duren sawit Jakarta timur, BAB IV asuhan
dengan diwaktu yang akan datang. Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
yang dilaksanakan pada tanggal 21 juni 2010 sampai dengan 23 juni 2010 maka dapat
disimpulkan
Pada pengkajian penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus pada
pendengaran yaitu faktor perkembanga, faktor sosial budaya, faktor biologis, factor
psikologis, sedangkan pada klien Ny. R factor predisposisinya adalah faktor biologis
dimana ponakannya pernah mengalami gangguan jiwa. Sedangkan untuk tanda dan
gejala pembicaraan tidak terorganisir, suka tersenyum sendiri dan tertawa sendiri.
Pada perencanaan berdasar core problem pada teori adalah gangguan sensori
persepsi: halusinasi persepsi, sedangkan pada kasus core problem yang ditemukan
pendukung bagi penulis dalam mengumpulkan data dimana klien kooperatif dalam
asuhan keperawatan pada klien, maka penulis dapat melakukannya sesuai dengan
diharapkan mengikuti progtam therapy yang telah direncanakan baik oleh dokter
maupu oleh perawat sehingga proses penyembuhan dapat lebih cepat. Dan keluarga
pasien diiharapkan keluarga klien mampu memotivasi klien baik di rumah sakit
mapun di rumah.