You are on page 1of 5

Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup

yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi
penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.

Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-
sebab intern atau sebab-sebab ekstern.

Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompokkelompok dalam
masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-
unsur atau struktur social dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke
keadaan yang lain.

Penyebab Perubahan Sosial-Budaya

A. Faktor intern
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang
bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk
penemuan lama (invention).
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-
perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan
pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi system diktator proletariat yang dilandaskan
pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan
negara hingga tatanan dalam keluarga.

B. Faktor ekstern
Perubahan sosial budaya juga disebabkan faktor- faktor dari luar masyarakat (faktor
eksternal), antara lain faktor lingkungan alam, peperangan, dan pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial- Budaya


1. DI LIHAT DARI MAJU ATAU MUNDURNYA
a. Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress)
Perubahan dipandang sebagai suatu kemajuan bila perubahan itu membawa kemajuan bagi
masyarakat.
Dengan kata lain perubahan yang terjadi membawa keuntungan bagi kehidupan
masyarakat. Masyarakat memperoleh kemudahan-kemudahan melalui perubahan-
perubahan yang terjadi.
b. Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress)
Perubahan dipandang sebagai suatu kemunduran bila perubahan itu membawa pengaruh
kurang menguntungkan bagi masyarakat sehubungan dengan bidang-bidang kehidupan
tertentu. Misalnya, penggunaan traktor dalam pengolahan tanah pertanian. Penggunaan
traktor dalam mengolah lahan pertanian di satu sisi memang menguntungkan usaha
pertanian. Namun dalam waktu yang bersamaan, penggunaan traktor mengikis kebiasaan
gotong royong masyarakat desa yang sudah dijalankan turun-temurun

2. Bentuk perubahan sosial dilihat dari lamanya proses


perubahan
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat
dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan masyarakat.
Perubahan cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur
kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali
perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-
ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan.
Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu. Berikut
ini beberapa persyaratan yang mendukung terciptanya revolusi.
a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas
masyarakat dan keinginankeinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan
revolusi.
3. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil
adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Sebaliknya, perubahan besar
adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung
atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk
dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
4. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan
yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah
diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan
di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembagalembaga
kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang
dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya
perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan
yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Jalannya Proses Perubahan


A. Faktor pendorong
Soerjono Soekanto (1982) menyebutkan sembilan buah factor yang mendorong
terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
�Kontak dengan kebudayaan lain.
� Sistem pendidikan formal yang maju.
� Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.
� Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
� Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
� Penduduk yang heterogen.
� Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidangbidang kehidupan tertentu.
� Orientasi ke masa depan.
� Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.

Faktor penghambat perubahan Social

Menurut Soerjono Soekanto (1982), ada delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya
perubahan
sosial. Kedelapan faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Kehidupan terasing atau terisolasi
menyebabkan
suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada
masyarakat lain yang mungkin memperkaya kebudayaan sendiri.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Ini disebabkan oleh kehidupan
masyarakat yang tertutup sehingga pendidikan tidak maju.
3. Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan cenderung konservatif.
4. Adanya kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat
(vested interest).

� Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan menimbulkan


perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.
� Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal dari Barat.
� Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur
budaya rohaniah, biasanya diartikan dengan usaha yang berlawanan dengan ideologi
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
� Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah.
Masyarakat umumnya enggan mengikuti perubahan, terutama perubahan-perubahan social
dan budaya yang melibatkan perubahan kebiasaan, lembaga sosial, nilai, dan kepercayaan.
Meskipun demikian, harus dikatakan bahwa tidak semua hal baru atau perubahan mendapat
tentangan secara luas dari masyarakat.

Ada lima faktor yang cukup berperan dan berpengaruh terhadap diterima atau ditolaknya
suatu unsur atau kebudayaan baru. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kebiasaan masyarakat dalam berhubungan dengan masyarakat lain yang memiliki
kebudayaan yang berbeda. Masyarakat yang terbuka hubungannya dengan orang dari
beraneka ragam kebudayaan, cenderung menghasilkan warga masyarakat yang lebih
mudah untuk menerima kebudayaan asing atau baru. Sebaliknya, masyarakat yang tertutup
lebih sulit membuka diri dan mengadakan perubahan.
2. Suatu unsur kebudayaan baru lebih mudah diterima jika tidak bertentangan dengan
ajaran agama yang dianut masyarakat. Hal ini disebabkan masuknya unsur kebudayaan
tersebut tidak merusak pranata-pranata yang sudah ada.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat yang menentukan proses penerimaan unsur
kebudayaan baru. Struktur yang otoriter akan sukar menerima setiap unsur kebudayaan
baru, kecuali kebudayaan baru tersebut langsung atau tidak langsung dirasakan
manfaatnya oleh rezim yang berkuasa.
4. Suatu unsur kebudayaan baru lebih mudah diterima masyarakat kalau sebelumnya sudah
ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur baru tersebut.
Misalnya, adanya prasarana jalan yang bisa dilewati kendaraan bermotor di suatu daerah
terpencil akan memudahkan masuknya kendaraan-kendaraan bermotor seperti sepeda
motor atau mobil.
5. Unsur baru yang terbukti mempunyai kegunaan konkret dan terjangkau oleh kebanyakan
anggota masyarakat akan mudah diterima. Sebaliknya unsur baru yang belum terbukti
kegunaanya dan tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat lebih sulit diterima.
Pesawat radio dapat diterima dengan mudah oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Mengapa? Karena pesawat radio memiliki manfaat yang nyata, yaitu sebagai alat untuk
memperoleh hiburan dan informasi. Selain itu, kebanyakan masyarakat juga memiliki
kemampuan untuk membelinya. Contoh lain adalah program listrik masuk desa. Program itu
mudah diterima warga setempat karena masyarakat bisa tahu manfaat terbangunnya
jaringan listrik di daerahnya. Listrik sangat berguna untuk penerangan dan untuk
mengoperasikan alatalat
elektronik yang dibutuhkan warga masyarakat.
Integrasi social
setiap perubahan yang dikehendaki atau diinginkan oleh masyarakat akan menghasilkan
integrasi sosial.
Nilai, norma, atau tatanan hukum yang baru terbentuk akan dapat menjadi patokan hidup
sosial, sehingga keharmonisan dan kedamaian segera tercipta, meskipun perubahan baru
saja terjadi
Disintegrasi social
Perubahan yang dipaksakan dapat menimbulkan disintegrasi sosial. Disintegrasi sosial
terjadi ketika unsur-unsur sosial yang berbeda yang ada dalam masyarakat tidak mampu
menyesuaikan diri satu sama lain. Ketika unsur sosial yang satu memaksakan diri, maka
unsur sosial yang lainnya akan memberontak atau melawan
Misalnya, pemerintah merencanakan pembangunan jalan tol dari sebuah kota ke kota
lainnya. Jalan tol tersebut akan melewati tanah, kebun, sawah, bahkan pemukiman warga.
Itu berarti akan ada penggusuran. Setiap unsur dalam masalah ini
(masyarakat dan pemerintah) saling memaksakan kehendak. Dengan kekuasaannya,
pemerintah mengerahkan polisi dan tentara untuk mengamankan jalannya penggusuran.
Sementara warga bertahan
mati-matian dan tidak mau digusur, karena akan menyengsarakan hidup mereka sendiri.

You might also like