You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinasti Fatimiah merupakan sebuah dinasti yang didirikan di benua
Afrika pada penghujung tahung 200 san Hijriah atau sekitar tahun 910
Masehi, dinasti ini berpahaman syiah, dari permulaan pembentukannya
dinasti ini bertujuan untuk menjalankan ideologi syiah dan ingin melepaskan
diri dari kekuasaan Daulah Abbasiah di Baghdad yang berideologi Sunnah.
Kondisi politik dunia Islam ketika Dinasti Fatimiah didirikan agak
sedikit tidak terkendali, hal ini bisa di lihat dengan munculnya banyak
dinasti-dinasti kecil di berbagai belahan dunia baik di timur dan barat
Baghdad. Dinataranya Dinasti Tahiri (200 H-259 H / 820 M-872 M), Dinasti
Safari (254 H-289 H / 867 M-903 M), Dinasti Samani (261 H-389 H / 874
M-999 M), Dinasti Ghazwani, di barat Baghdad ada Dinasti Idrisi di Maroko
(172 H-375 H / 788 M-985 M), Dinasti Aghlabi (184 H-296 H / 800 M-908
M), Dinasti Thulun di Mesir (254 H-292 H / 868 M-967 M), Dinasti Ikhsyidi
(323 H- 357 H / 934 M-967 M), Dinasti Hamdaniah (317 H – 399 H / 929 M
– 1009 M).
Pada akhir tahun 200 san Hijriah negara dunia Islam di pimpin oleh 3
khalifah besar yaitu Khalifah Abbasiah di Baghdad, Khalifah Umawiyah di
Qurdova Spanyol dan khalifah Fatimiah di Mesir, kondisi seperti ini
membuat Daulah Islamiyah agak lemah, hal ini terlihat kaum Salip telah
merebut bebrapa Negara Islam seperti Palestin pada sekitar tahun 450 H.
Ketika Dinasti Buwaih (320 H – 447 H / 932 M – 1055 M) menguasai
Bagdad maka Daulah Fatimiah di Maroko semakin kuat bahkan mereka
berkeinginan untuk menaklukan Mesir, hal ini di karenakan keluarga istana
Buwaih lebih cenderung ke ideologi syiah dan menganggap bani Abbas telah
merebut jabatan kekhalifahan dari tangan mereka.
Semenjak dilantik bani Umaiyah sebagai khalifah kemudian di ikuti
dengan Bani Abbas maka banyak sekali pengikut syiah berlarian ketimur,
barat dan ke berbagai Negara Islam untuk menyelamat diri dari hal-hal yang
tidak diinginkan, sebahagiannya mereka pergi ke Maroko, Mesir dan
menetap disana.
Setelah lama menetap di negara pelariannya, kaum Syiah mulai
meyebarkan pengaruhnya melalui ideologi yang mereka bawa, sehingga
mereka mempunyai kumpulan tersendiri sebagaimana penduduk tempatan
yang kebanyakannya kaum Sunni. Di Maroko kumpulan ini di kenal dengan
Idrisiah yang kemudiannya berhasil mendirikan Daulah Idrisiah (175H –
375H / 792 M – 889 M). namun mereka tidak menamakan pemimpinnya
sebagai Khalifah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pembentukan Daulah Fatimiah (297 H – 322 H / 910 M – 934 M)


Dinasti Fatimiah didirikan oleh Ubaidillah Al Mahdi Abu
Muhammad, beliau di lantik pada tahun 297 di Qairawan3 Maroko. Nama
lengkapnya Ubaidillah, beliau bermazhab Syiah Isma'iliyah4 berasal dari
Irak, dilahirkan di Kuffah tahun 260 H / 874 M. Pribadinya agak bermasalah
dan tidak konsisten dalam pengamalan agama5, namun ada juga yang
memujinya6. Daulah Fatimiah ini pada mulanya berpusat di Maroko
kemudian berpindah ke Mesir.
Sebelum pembentukan daulah, orang-orang syiah melakukan seruan
secara rahasia dan mengajak masyarakat untuk mengangkat seorang khalifah
yang mereka beritakan berasal dari keturunan Ja'far Shadiq cucu Ali bin Abi
Thalib tetapi kebanyakan golongan sunni meragui garis keturunan Ubaidillah
Al Mahdi berasal dari keturunan Ali bin Abi Tahlib7, mereka mengatakan
bahwa khalifah yang sebenarnya dan yang berhak memerintah Daulah
Islamiayh adalah Ubaidillah Al Mahdi dari keturunan Ali bin Abi Tahlib,
seruan ini akhirnya meraih kemenangan, oleh sebab itu mereka menamakan
pemerintahan tersebut sebagai Daulah Fatimiah sebagai sandaran kepada
fatimah binti Muhammad Saw .

2. Daulah Fatimiah Di Maroko


Ketika Ubaidillah Al Mahdi sampai di Maroko kelompok syiah
Idrisiah langsung menyambutnya dan membaiat sebagai khalifah dengan ibu
kotanya Al Manshuriah. Pada tanggal 4 rabiul Akhir tahun 298 H / 911 M
pengumuman pendirian Daulah Fatimiah dibuat diatas mimbar sebagai
bertanda berakhirnya Daulah Aghlabiah8 (184 H-296 H / 800 M-908 M), di
Negara tersebut dan Ubaidillah Al Mahdi digelar Amirul Mukminin.
Daulah Fatimiah bertahan di Maroko selam 24 tahun yang di pimpin
oleh 4 orang khalifah yaitu :
1. Al Mahdi Ubaidillah di Maroko pada tahun 297 H - 322 H.
2. Al Qaim bi Amrillah Muhammad pada tahun 322 H - 323 H
3. Al Manshur Ismail pada tahun 233 H – 341 H.
4. Al Muiz linillah pada tahun 341 H – 362 H.
Namun Al Muiz linillah tidak menetap lama di negara tesebut kerena
berpindah ke Mesir atas alasan keamanan

3. Daulah Fatimiah Di Mesir


Semenjak permulaan Islam orang-orang Mesir sangat menyukai Ali
bin Abi Thalib. Ini dibuktikan dengan sikap mereka yang berada di pihak Ali
ketika peristiwa pembunuhan Khalifah Usman bin Affan. Maka tidak heran
sebahagian penduduknya agak condong kearah pemikiran syiah. Hal ini
mengikut irama perkembangan zaman, jika pemerintah mereka dipimpin oleh
orang syiah maka kekuatan syiah di masyarakat semakin kuat dan begitulah
sebaliknya. Kaum syiah berada di Mesir sebelum berdirinya daulah
Fatimiah9.
Ketika Daulah Abbasiah di Baghdad di kuasai oleh bani Buwaih yang
agak loyal ke pemahaman syiah, maka pemahaman syiah di mesir mulai
mendapat angin segar di kalangan masyarakat. Keadaan seperti ini menjadi
modal dasar bagi Al Mu'iz Lidinillah membentuk daulah Fatimiah yang saat
itu masih dikuasaai oleh Bani Thulun10.

4. Penaklukan Mesir
Upaya untuk menakluki Mesir sudah dimulai semenjak tahun 301 H /
913 M namun masih gagal tetapi pada tahun 358 H / 969 M Al Mu'iz
Lidinillah menyiapkan 100.000 pasukan bahkan lebih, termasuk pasukan
berkuda dan kapal laut, pasukan yang dikomandoi oleh Jauhar Siqli langsung
menuju Iskandariah tanpa perlawanan penduduk tempatan. Ketika hal ini
diketahui oleh orang-orang Fusthath, mereka mengirim utusan untuk
diadakan negosiasi damai dengan panglima Jauhar Siqli, akhirnya panglima
berjanji bahwa setiap orang Mesir bebas mengamalkan keyakinan agama dan
mazhab mereka masing-masing dan berjanji akan memberikan keadilan dan
perbaikan melalui kutipan pajak.
Sesudah itu panglima Jauhar Siqli membuat persiapan untuk
mendirikan Daulah Fatimiah dengan membuat penempatan tentara dan
keperluan lainnya termasuk mendirikan Masjid yang kemudiannya
dikembangkan menjadi universitas Al Azhar.
Setelah keadaan agak tenang panglima Jauhar Siqli meminta pada
khalifah Al Mu'iz Lidinillah untuk segera datang ke Mesir11 dengan ibu
kotanya Kairo12 pada tahun 361 H13. Seiring dengan itu diaturlah strategi
pemerintahan yang lebih loyal ke arah syiah serta memperbaiki ekonomi
Mesir yang saat itu agak bermasalah, lalu Al Mu'iz Lidinillah membuat
peraturan tentang perpajakan dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat, keadaan ini membuat rakyat agak senang walau dalam kebijakan
keagamaan terdapat banyak kontroversi. Maka mulailah aliran syiah di
taburkan dengan leluasa dan dihilangkannya pengaruh Abbasiah yang sunni.
Daulah Fatimiah di Mesir bertahan hingga 11 khalifah dari
pembentukannya tahun 297 H hingga masa keruntuhannya pada tahun 567 H.
sebagai mana kutipan berikut:
1. Al Muiz linillah Maad mulai tahun 362 H – 365 H.
2. Al Aziz Nazzar hingga 365 H – 386 H.
3. Al Hakim bi Amrillah Manshur hingga 386 H – 411 H.
4. Azh zhahir li I'zaz dinillah hingga 411 H – 428 H
5. Al Mustanshir Maad hingga 428 H – 487 H
6. Al Musta'li Billah Ahmad hingga 487 H – 495 H
7. Al Amir Bi Ahkamillah Manshur 495 H – 524 H
8. Al hafizh lidinillah Abdullah 524 H – 544 H
9. Azh Zhafir billah Ismail 544 H – 549 H
10. Al Faiz Billah Ismail 549 H – 555 H
11. Al adhid lidinillah Abdullah Yusuf 555 H – 567 H14

5. Daerah Kekuasaan Daulah Fatimiah


Daerah Kekuasaannya di Afrika meliputi Maroko, Tunisia, Mesir, di
Asia meliputi Syiria, Yordania, Hijaj15. Ada pendapat yang mengatakan
kekuasaannya juga meliputi Mekah, Madinah namun penulis belum
menemukan data sejarah tentang hal tersebut.

6. Keruntuhan Daulah Fatimiah


Pada tahun 558 H/1163 M, panglima Asasuddin Shirkuh16 membawa
Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menundukkan Daulat Fatimiyah di Mesir.
Usahanya berhasil. Khalifah Daulat Fatimiyah terakhir Adhid Lidinillah
dipaksa oleh Asasuddin Syirkuh untuk menandatangani perjanjian. Akan
tetapi, Wazir besarnya Shawar merasa iri melihat kekuasan Syirkuh semakin
besar. Dengan sembunyi-sembunyi Shawar pergi ke Baitul Maqdis, meminta
bantuan pasukan Salib untuk menghalau Syirkuh dari Mesir.
Pasukan Salib yang dipimpin oleh Raja Almeric dari Jerussalem menerima
permintaan tersebut. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan Asasuddin
Shirkuh dengan Raja Almeric yang berakhir dengan kekalahan Asasuddin
Shirkuh.
Setelah menerima syarat damai dari kaum Salib, panglima Asasuddin
Shirkuh dan Shalahuddin diperbolehkan pulang ke Damsyik. Kerjasama
Wazir besar Shawar dengan orang kafir itu telah menimbulkan kemarahan raja
Nuruddin Zanki17 dan para pemimpin Islam lainnya termasuk raja Baghdad.
Lalu dipersiapkannya tentara besar yang tetap dipimpin oleh panglima
Asasuddin Shirkuh dan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menghukum si
pengkhianat Shawar.
Panglima Asasuddin Shirkuh dan Shalahuddin mulai maju ke ibu kota
Kairo dan mendapat tentangan dari pasukan Wazir Shawar. Akan tetapi
pasukan Shawar hanya dapat bertahan sebentar, dia sendiri melarikan diri dan
bersembunyi. Suatu hari panglima Shalahuddin Al-Ayyubi berziarah ke
makam orang shaleh di Mesir, ternyata Wazir Besar Shawar dijumpai
bersembunyi di situ. Shalahuddin segera menangkap dan dibawanya ke istana
untuk dihukum mati.

7. Sebab-Sebab Kehancuran Daulah Fatimiyah


Banyak sekali sebab-sebab yang membawa hancurnya Daulah
fatimiah di Mesir, namun penulis hanya menyebutnya beberapa sebab
penting saja, seperti berikut:
a) Penyerangan yang dilakukan oleh Salahuddin Al Ayubi telah membawa
Daulah fatimiah tutup buku, sebagaimana yang telah penulis jelaskan
diatas.
b) Munculnya ulama-ulama besar seperti Abu Ishaq Asy Syairazi, Ibnu
Jauzi dan lain-lain dalam memberi peringatan tentang bahaya ideologi
Syiah.
c) Kembali Khilafah Abbasiah berpegang pada Al Qur'an dan Sunnah
dimana sebelumnya yang berkuasa adalah Dinasti Buwaih berfaham
Syiah (320 H – 447 H).
d) Perlawanan masyarakat Mesir yang semakin meluas terhadap ajaran
Syiah yang di bawa oleh Daulah Fatimiah.
e) Khilafah Abbasiah Al Qadir billah Amirul Mukminin pada tahun 480 H
meminta Fuaqaha' Mukatazilah bertaubat dan melarang mereka
mempelajari hal-hal yang bertentangan dengan Islam, termasuk juga
melarang masyarakat berideologi seperti Syiah serta menjauhkan diri
dari perbuatan bid'ah.
f) Penangkapan pengikut Syiah, Qaramithah dan di umumkan diatas
mimbar tentang kesesatan pahaman tersebut.
g) Seruan dan taktik yang di buat oleh khalifah semakin membuat bani
Buwaih tertekan dan lemah, sehingga membuat kekuatan Syiah berada
pada taraf yang sangat lemah.

8. Politik Daulah Fatimiah


Pemahaman syiah pada masa Daulah Fatimiah sangatlah kental terlihat
dalam kebijakan politik kenegaraannya, mereka menguatkan pendapat yang
sesuia dengan mazhab syiah dan mendahulukan pengamalan agama dengan
mengikut pendapat para imamnya dari pendapat para imam sunni, walaupun
kebanyakan penduduk Mesir Saat itu bermazhab sunnah.
Ya'qub bin Kalas seorang wazir pada pemerintahan Fatimiah
menyusun sebuah kitab fiqh yang disusun berdasarkan mazhab Syiah
Isma'iliyah dengan arahan langsung khalifah Al Mu'iz Lidinillah yang
berkuasa saat itu. Kitab ini dijadikan sebagai pedoman dalam memustuskan
perkara di pengadilan dan fatwa lainnya. Sehingga siapa saja yang menjadi
qadhi mesti berpodoman pada kitab ini.
Al Mu'iz Lidinillah memerintahkan bawahannya agar di buat rumah
khusus disamping universitas Al Azhar untuk pelatihan dalam rangka
memahami kitab tersebut. Wazirnya di perintahkan untuk mendatangkan para
fuqaha' yang saat itu berjumlah 35 orang kemudian di beri fasilitas dan gaji
yang mencukupi, bukan hanya itu para fuqaha' juga di sediakan tunjangan hari
raya dan fasilitas di istana untuk tujuan mengajarkan kitab tersebut kepada
masyarakat. Semua itu sebagai motivasi kepada para du'ah yang memberikan
pemahaman pada masyarakat mengenai kitab tersebut dan seluruh biaya
tersebut di tanggung oleh khalifah. Sebab khalifah tau bahwa
pemerintahannya akan bertahan lama jika ilmu tersebut disebarkan pada
masyarakat.

9. Kemajuan Pada Masa Daulah Fatimiah


Diantara kemajuan yang dicapai Daulah Fatimiah seperti berikut:
a) Bidang kebudayaan dan Keagamaan
Menjadikan mesjid sebagai tempat pendidikan agama walaupun yang
dimaksud untuk mengembangkan ideology mereka. Ada sebuah mesjid yang
yang kemudiannya menjadi universitas Al Azhar. Khalifah juga membiayai
para fuqaha dan du'ah yang menyebarkan ilmu pengetahuan. Hai ini
membuktikan bahwa khalifah mencintai ilmu dan suka pada kemajuan.
b) Universitas Islam Al Azhar Kairo
Jami Al Azhar didirikan bersamaan dengan masuknya kekuasaan
Fatimiyin di Kairo, tepatnya setelah beberapa bulan kekuatan fatimiyin
memasuki Kairo, pembangunan jami Al Azhar memakan waktu kurang lebih
dua tahun, yang kemudian dibuka secara resmi oleh Jauhar al Shaqali29
dengan shalat jumat pada tanggal 7 Ramadhan 361 H / 21 Juni 972 M. Sedang
Al Muiz Lidinillah baru datang dari Maroko masuk Kairo setahun kemudian.
Jami Al Azhar mempunyai penghargaan tersendiri dari para khalifah
fatimiyin, dibalik itu mereka ingin menjadikannya markas penyebaran faham
syiah. Di sekitarnya dibangun rumah bagi mereka yang mengajar pada Al
azhar, dari sinilah dimulainya pengajaran di jami Al Azhar.
Dalam blantika dunia keilmuan, Al Azhar merupakan universitas
tertua, tidak hanya di dunia Islam, namun di seluruh dunia. Karena
universitas-universitas di Amerika dan Eropa baru didirikan dua abad setelah
berdirinya Al Azhar, seperti Universitas Paris didirikan pada abad ke-12
Masehi, Universitas Oxford di Inggris pada abad ke-13, demikian juga
universitas-universitas Eropa lainnya. Universitas yang mengimbangi Al
Azhar dari segi sejarahnya adalah Universitas Qarawain di Kota Fas Maroko,
bahkan ada yang mengatakan bahwa Jami Al Qarawain adalah Universitas
tertua di dunia, karena pengajarannya sudah bermula sejak didirikannya yaitu
sejak tahun 245 H/ 859 M. dan sampai sekarang masih eksis.
Al Azhar merupakan Univesitas pertama yang para pengajarnya
didanai oleh negara, serta posisi Mesir yang strategis di tengah dunia Islam,
menjadikan Al Azhar tempat tujuan menimba ilmu agama dari para
masyayikhnya, hanya saja besarnya kedudukan Al Azhar bukan karena tertua
atau tidaknya, namun karena mutunya yang unggul.
Dalam kekuasaan daulah Fatimiah Jami Al Azhar mengalami beberapa
kali renovasi, seperti pada masa al Hakim Biamrillah, al Mustanshir Billah,
dan Al Hafidz Lidinillah. Terlihat hingga sekarang hasil renovasi yang
dilakukan oleh Al Hafidz Lidinillah dengan peninggalannya qubah yang
dihiasi dengan tulisan ayat-ayat Al Quran dengan khath kufi dan bermacam-
macam hiasan yang indah.
Kekuasaan khilafah fathimiyah berakhir dengan khalifahnya Al Adhid
Lidinillah, setelah meniggalnya khalifah Al Adhid Lidinillah tahun 567 H/ 12
September 1171 M, Shalahuddin Al Ayyubi ( wazirnya ) memegang tampuk
kekuasaan Mesir, dari sinilah berakhirnya kekuasaan fathimiyin di Mesir dan
mulai berkuasanya Keluarga Ayyubiyyin. Pada masa Shalahuddin, dihapuslah
madzhab syiah dari Mesir dan diganti dengan madzhab sunni.
c) Bidang Syair
Melahirkan beberapa orang yang pakar dalam syair seperti Ibnu Hani',
Abu Abdullah Muhammad bin Abi Jarah, Abdul Wahab bin Nashir Al Maliki,
Abu Abbas Ahmad bin Mufrij, Imarah Yamani

d) Bidang Prosa
Melahirkan beberapa kitab terkenal seperti Al A'kdul Farid oleh Ibnu
Abdi Rabbihi w. 328H, kitab Al Aghani oleh Abi Al Faraj Al Ashfihani w.
356H, Rasail oleh badi'uzzaman Al Hamzani w. 398H.
e) Bidang Sastra
Kitab Yatimah Ad Dahri oleh Abu Manshur As Sa'alabi w.429H, kitab
Saqthu Azh Zhand, Al Luzumiyat oleh Abu Ula Al Ma'kri w.449.
Ibnu Sina30 Filosof terkenal diantara kitab dalam ilmu kedoktoran, logika,
filsafat, Beliau pengikut setia syiah yang memerintah
f) Bidang Filsafah
Melahirkan beberapa filosof terkenal sperti Abu Al Hatim Ar
Razi,Abu Abdullah An Nusfi, Abu Yakqub As sajazi, Abu Hanifah Nukman
Al Maghribi, Jakfar bin Manshur Al Yamani, hamiduddin al Karmani, Al
Muayyid fi dinillah Asy Syairazi.
g) Bidang Kedoktoran
Abu Hasan Ali bin Ridwan
h) Bidang Matematika
Abu Ali Muhammad bin Hasan bin Haisam
i) Bidang Sejarah
Abu Hasan Ali Syabasyti, Abu Shaleh Armani, Muhammad bin Abu
Qasim Al Masbaji, Usamah bin Munqiz.

10. Lembaran hitam Daulah Fatimiah


a) Pada permulaan ketadangan ke Maroko Khalifah Ubaidillah Al Mahdi di
gambar sebagai Imam mahdi yang di tunggu-tunggu, hal ini banyak sekali
memberi pengaruh positif dari masyarakat terhadap dirinya, namun
klaimnya sebagai imam mahdi tidak terbukti.
b) Tahun 372 Daulah Fatimiah meniadakan shalat terawih semua daerah di
Mesir. Namun kemudiannya di izinkan lagi setelah terjadi perselisihan.
c) Tahun 381 Daulah Fatimiah menghukum orang yang kedapatan kitab
Muatha' Imam Malik
d) Tahun 391 Daulah Fatimiah menangkap dan di kurung orang yang ketika
di tanya tentang Ali bin Abi Thalib tetapi ia menjawab tidak tahu.
e) Tahun 393 Daulah Fatimiah memukul dan mengurung selama 3 hari
karena mereka shalat dhuha.
f) Tahun 400 san banyak sekali pembunuhan para ulama dan orang shaleh.
g) Tahun 564 Daulah Fatimiah mengubah kebijakan dengan mendirikan
madrasah untuk mazhab Syafi'i dan Maliki serta mengalihkan dari syiah
kepada sunnah yang saat itu kebanyakannya bermazhab Syafi'i dan Maliki,
sedangkan mazhab syiah masih berjalan namun secara sembunyi-
sembunyi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Jika kita menelusuri sejarah tentang Daulah Fatimiah maka kita akan
menemukan 2 pendapat yang berbeda dalam cara melihatnya, yang pertama di
wakili oleh Syiah dan yang kedua oleh Sunnah, orang syi'i yakin daulah ini
membawa keadilan dan kemakmuran sedangkan orang Sunni melihat daulah
ini membawa petaka dan keburukan. Hal ini terlihat dengan dalam kedua kitab
kelompok tersebut yang saling memuji dan mencaci, sebagai contoh penamaan
daulah ini dimana kelompok syiah menyebut dengan nama Daulah Fatimiah
sedangkan kelompok sunnah menamakan Daulah Ubaidiah sebab orang Sunni
menganggap tidak saheh silsilah keturunan Ubaidillah Al Mahdi sebagi pendiri
daulah tersebut.
Setelah kita menelusuri sejarah Dinasti Fatimiah mulai dari masa
pendirinya Ubaidillah Al Mahdi sehingga masa Al Adhidh, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa Ninasti Fatimiah ini merupakan dinasti pertama dalam
Islam yang mengembangkan hal-hal yang baru dalam Islam35 seperti perayaan
maulid Nabi Muhammad Saw, Maulid Ali, Hasan, Husen, juga perayaan nisfu
sya'ban, israk mikraj, tahun baru, akhir tahun, perayaan Karbala dan
sebagainya.
Masa ketika Dinasti Fatimiah berkuasa merupakan masa ditengah
pesatnya berkembang berbagai aliran Kebathinan, Syiah dan Muktazilah, maka
tidak heran jika saat itu umat Islam terpecah belah dan dengan beraninya
membuat daulah sendiri menurut pemikiran yang mereka yakini. Oleh itu
lahirlah berbagai dinasti-dinasti kecil di timur dan di barat Baghdad sebagai
mana penulis sebutkan pada pendahuluan dan yang paling merugikan umat
Islam ketika itu adalah direbutnya Baitul Maqdis Kiblat pertama umat Islam
oleh tentara Salib.
Setelah khilafah Abbasiah kembali berpegang pada Al Qur'an dan
Sunnah serta mengikuti jejak Salafus Shaleh maka umat Islam kembali bangkit
dan dapat menyatukan negeri-negeri yang sebelumnya memisahkan diri
sekalipun tidak semuanya dapat disatukan sebagaimana sebelumnya berada di
bawah satu khilafah. Hal ini membuktikan bahwa sejarah umat Islam akan jaya
jika mereka berpegang teguh pada Al Qur'an dan As Sunnah, sejauh mana umat
Islam berpegang pada keduanya sejauh itulah kejayaan akan mereka peroleh.
DAFTAR PUSTAKA

As Sayuthi, Tarikh Kulafa, Tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid,


Cetakan Sa'adah Mesir: tahun 1952 M
Ali Muhammad Ash Shalabi, Dr, Daulah Fatimiah, http://slaaby.com/
Az Zahabi, Sirrun Nubala' Maktabah Syamilah, cetakan ke 2
Az Zahabi, Sirru Aklamin Nubala', Maktabah Syamilah, cetakan ke 2
Az Zahabi, Tarikhul Islam, Maktabah Syamilah, cetakan ke 2
Ibnu Asir, Al Kamil Fit Tarikh, Maktabah Syamilah, cetakan ke 2
Ibu Khaldun, Tarikh Ibu Khaldun, cetakan Bairut Lubnan, tanpa tahun.
Ibnu Katsir, Bidayah wan Nihayah, Cetakan Darul Ihya At Turas Al Arabi,
tanpa tahun
Ibnu Jauzi, Al Muntazam, Darus Shadir Bairut, tahun 1358 H.
Ibnu Qaim Al Jauziah, Ighasul Lahfan, , Tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi,
Cetakan Darul Makrifah Bairut: tahun 1975 M.
Ibnu Thawus, An Nujum Adhahirah Fi Muluki Mirsa wal Qahirah,
Maktabah Syamilah, cetakan ke 2
Mir'atur Jinan, Abu Muhammad Al Yamani Al Yafi'i, Maktabah Syamilah,
cetakan ke 2
Maqrizi, Al Mawaizh wal Iktibar, Maktabah Syamilah, cetakan ke 2
Maqrizi, Ittiazhul Hunafa' bi Akhbaril A'immatil Fatimiyin, Tahqiq
Jmaluddin Syial dan Muhammad Hilmi, Cetakan Al Majlisul Akla Lisy
Syu'unil Islamiyah Kairo: tahun 1993.
Al Wafi Fil Wafiat, Maktabah Syamilah, cetakan ke 2

You might also like