You are on page 1of 7

Transmisi Synchronous dan Transmisi

Asynchronous

KOMUNIKASI DATA

OLEH :

PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2010
Model Transmisi Data dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Parallel
2. Serial, terdiri dari dua macam yaitu: synchronous dan asynchronous

Transmisi Synchronous dan Transmisi Asynchronous

Transmisi suatu aliran bit dari satu perangkat ke perangkat yang lain sepanjang
jalur transmisi melibatkan kerja sama dan kesesuaian antara kedua perangkat. Salah
satu persyaratan terpenting untuk itu adalah sikronisasi. Receiver harus mengetahui
berapa rate pada posisi dimana bit tersebut yang diterima sehingga dapat memeriksa
jalur pada interval reguler untuk menentukan nilai setiap bit yang diterima. Ada dua
teknik yang paling umum digunakan untuk tujuan ini yaitu Asynchronous dan
Synchronous.

Transmisi Asynchronous
Merupakan aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh pemakai
bisa mengakses ke sistem dan melakukan komunikasi antar mereka disesuaikan
dengan waktunya masing-masing, contohnya: BBS, e-mail, dsb. Transmisi
Asynchronous memiliki strategi dengan cara menghindari problem yang berkaitan
dengan waktu yaitu dengan tidak mengirimkan deretan bit yang panjang dan tidak putus
– putus. Jadi, data ditransmisikan satu karakter sekaligus, dimana setiap karakter
panjangnya lima sampai delapan bit. Waktu atau sinkronisasi harus dipertahankan
hanya di dalam setiap karakter; receifer memiliki peluang melakukan sinkronisasi pada
permulaan setiap karakter baru.

Gambar 1 Transmisi Asynchronous

Pada Gambar 1 memberi penjelasan mengenai teknik ini. Bila tidak ada karakter
yang ditransmisikan, jalur diantara transmitter dan receifer dinyatakan dalam status idle.
Definisi idle ekuivalen terhadap elemen – elemen pensinyalan untuk biner 1. Sehingga,

PUTU RUSDI ARIAWAN


idle bisa berupa adanya tegangan negatif pada jalur tersebut. Permulaan karakter
ditandai dengan suatu start bit dengan nilai biner 0. Ini diikuti dengan lima sampai
delapan bit yang sebenarnya merupakan karakter. Bit – bit karakter ditransmisikan yang
dimulai dengan bit yang secara signifikan merupakan yang paling sedikit.
Persyaratan waktu untuk skema ini sederhana saja. Sebagai contoh, karakter IRA
biasanya dikirim sebagai unit 8-bit, termasuk bit parittas. Bila receifer 5 persen lebih
lambat atau lebih cepat daripada transmitter, pemerikasaan delapan bit karakter akan
dipindahkan per 45 persen dan masih diperiksanya dengan benar. Gambar 1
menunjukkan dampak kesalahan dalam waktu dari magnituda sehingga menyebabkan
munculnya kesalahan pada penerima. Dalam contoh ini kita mengasumsikan rate data
sebesar 10.000 bit detik (10 kbps) ; maka, masing – masing bit besarnya 0,1 milisecond
(ms), atau durasi 100 µs. Anggap saja receifer memiliki kecepatan sebesar 6 persen,
atau, atau 6 µs per bit waktu. Jadi sebagaimana contoh di atas, receifer akan
kedatangan karakter setiap 94 µs (berdasarkan atas detak pada transmitter).
Sebagaimana yang bisa dilihat, contoh terakhir ini ternyata keliru.
Kesalahan semacam ini sebenarnya terjadi karena dua hal. Pertama, karena bit
yang terakhir tidak diterima dengan benar. Kedua, perhitungan bit kemungkinan diluar
dari yang ditentukan. Bila bit-7 adalah 1 dan bit-3 adalah 0, bit-8 bisa jadi salah sebagai
bit awal. Kondisi ini disebut framming error, sebagaimana karakter plus bit awal dan
elemen akhir yang kadang – kadang ditunjukkan sebagai frame. Framing error kadang –
kadanga terjadi bila beberapa keadaan derau menyebabkan munculnya bit awal yang
salah sepanjang status idle.
Transmisi asynchronous sangat sederhana dan murah namun memerlukan
tambahan dua sampai tiga bit per karakter. Sebaai contoh, untuk karakter 8-bit tanpa bit
prioritas, menggunakan elemen akhir sepanjang 1-bit, dua dari setiap sepuluh bit tidak
membawa informasi, namun mereka hanya untuk sinkronisasi saja; sehingga
tabahannya 20 persen. Tentu saja, tambahan persentase dapat dikurangi dengan
mengirimkan blok bit yang lebih besar diantara bit awal dan elemen akhir.
Bagaimanapun juga, seperti yang ditunjukkan Gambar 1, semakin besar blok bit, maka
semakin besar tumpukan kesalahan. Untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih besar,
digunakan transmisi synchronous, yang merupakan bentuk lain dari sinkronisasi.

Transmisi Synchronous
Merupakan aplikasi yang berjalan secara waktu nyata dimana seluruh pemakai
bisa berkomunikasi pada waktu yang sama , contohnya: chatting, Video Conference,
dsb. Pada transmisi synchronous suatu blok bit ditransmisikan dalam suatu deretan
yang cukup mantap tanpa kode start dan stop. Panjang blok tersebut bisa terdiri dari bit
– bit yang begitu banyak. Untuk mencegah ketidaksesuaian waktu pada transmitter dan
receifer, detaknya dengan cara apapun harus dibuat sinkron. Salah satu
kemungkinannya adalah dengan menyediakan sebuah jalur detak terpisah diantara
transmitter dan receifer. Salah satu sisi (transmitter maupun receifer) mengatur jalur
secara teratur dengan satu pulsa pendek per bit waktu. Sisi yang lain menggunakan
pulsa reguler ini sebagai detak. Teknik ini akan bekerja dengan aik untuk jarak pendek,
namun untuk jarak yang lumayan panjang pulsa detak akan menjadi sasaran gangguan
– gangguan yang sama seperti yang terjadi pada sinyal data, ditambah lagi dengan
adanya kesalahan dengan hal waktu. Alternatif lain, dengan menyimpan informasi
pewaktuan dengan sinyal data. Untuk sinyal – sinyal digital hal ini bisa diperoleh dengan
pengkodean Manchester atau Manchester differensial. Sedangkan untuk sinyal – sinyal
analog, terdapat sejumlah teknik yang dapat dipergunakan; misalnya, frekuensi
pembawa itu sendiri juga dapat dipergunakan untuk mensinkronkan receifer didasarkan
atas fase srekuensi pembawa.

PUTU RUSDI ARIAWAN


Gambar 2 Format Frame Synchronous
Dengan transmisi synchronous, terdapat level sinkronisasi lain yang diperlukan,
yang memungkinkan bagi receifer menentukan awal dan akhir suatu blok data. Untuk
mencapai hal ini, setiap blok dengan pola bit preamble dan biasanya diakhiri dengan
pola bit postamble. Selain itu, bit – bit yang lain ditambahkan ke blok data yang
membawa informasi kontrol yang dipergunakan dalam prosedur kontrol data link. Data
plus preamble, postamble, dan informasi kontrol data link apa yang berlaku.
Gambar 2 menunjukkan, menurut istilah umum bentuk frame khusus untuk
transmisi synchronous. Biasanya, frame diawali suatu preamble yang disebut flag, yang
panjangnya delapan bit. Flag yang sama digunakan dalam postamble. Receifer mencari
pola flag untuk menandai permulaan frame. Ini diikuti dengan beberapa bit – bit kontrol,
kemudian bit – bit data (panjangnya variabel untuk sebagian besar besar protokol), bit –
bit kontrol lagi, dan terakhir flag diulang lagi.
Untuk blok data yang cukup besar, transmisi synchronous jauh lebih efisien
dibanding transmisi asynchronous. Transmisi asynchronous memerlukan tambahan 20
persen atau bahkan lebih informasi kontrol, preamble, dan postamble. Dalam transmisi
synchronous biasanya kurang dari 100 bit. Sebagai contoh, salah satu dari skema yang
paling umum, HDLC, memuat 48 bit kontrol, preamble, dan postamble. Sehingga, untuk
1000 karakter blok data, masing – masing frame berisikan 48 bit tambahan dan 1000 x 8
= 8000 bit data, sedangkan persentase kelebihannya hanya 48/8048 x 100% = 0,6%.

Perbedaan antara Transmisi serial dalam bentuk synchronous dan asynchronous


adalah sebagai berikut:
Perbedaan utama antara transmisi asynchronous dan transmisii synchronous
yaitu transmisi asynchronous yang selalu diawali dan diakhiri dengan Start/Stop bit
(sebuah bit yang menandai dimulainya pengiriman ataupun sebuah bit yang menandai
akhir pengiriman ) untuk setiap character. Seperti yang terlihat pada gambar 1. Pada
transmisi synchronous, setiap block character selalu didahului dengan satu atau lebih
"sync" (synchronous) bytes. Mesin penerima akan mendengar sinyal/isyarat yang
berasal dari byte ini. Jika benar hal itu merupakan isyarat, mesin penerima akan
memulai membaca character-character yang terdapat didalam block. Setelah satu block
diselesaikan, mesin penerima akan melanjutkan "pendengarannya" terhadap syin-byte
berikutnya.

PUTU RUSDI ARIAWAN


Aplikasi dari Asynchronous dan Synchronous
Penggunaan transmisi asyncrhonous dan synchronous sangat banyak sekali
beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut ini :
1. Model transmisi serial asynchronous
Aplikasi model transmisi serial asynchronous adalah ATM (Asynchronous
Transfer Mode) yaitu sebuah pengembangan teknologi lanjutan di bidang
telekomunikasi, yang menggunakan saklar secara perangkat keras untuk
membuat saluran langsung sementara antara dua tujuan, hingga data dapat
pindah di kecepatan tinggi. Data dibawa dalam suatu unit dengan panjang
tertentu yang disebut cell (1 cell = 53 octet).
ATM merupakan interface transfer packet yang efisien. ATM menggunakan
packet-packet dengan ukuran tertentu. Penggunaan ukuran dan format tertentu
ini menghasilkan skema yang efisien untuk pentransmisian pada jaringan
berkecepatan tinggi.
Penggunaan ATM menyebabkan diperlukannya lapisan adaptasi untuk
mendukung protocol-protocol transfer informasi yang tidak berbasis ATM. ATM
adaption Layer (AAL) memisahkan informasi dari pemakai AAL menjadi packet-
packet 48-octet untuk disesuaikan menjadi Cell ATM.
ATM (Asynchronous Transfer Mode) disebut juga dengan Cell Relay, memiliki
kelebihan dalam hal keandalan dan ketepatan fasilitas digital modernnya dalam
menyediakan packet-switching yang lebih cepat dibanding X.25.

Management Plane

Higher Layer User Plane


Plane
Higher Layer
Management
ATM Adaption Layer (AAL)

ATM Layer

Physical Layer
Layer
Management

Gambar 3
Arsitektur Protocol ATM

PUTU RUSDI ARIAWAN


2. Model transmisi serial synchronous
Merupakan salah satu aplikasi model transmisi serial synchronous adalah
Synchronous Digital Hierarchy (SDH) yakni hirarki pemultiplekan yang berbasis
pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh CCITT (ITU-T). Dalam dunia
telekomunikasi, rentetan pemultiplekan sinyal-sinyal dalam transmisi
menimbulkan masalah dalam hal pencabangan dan penyisipan (drop and insert)
yang tidak mudah serta keterbatasan untuk memonitor dan mengendalikan
jaringan transmisinya.
Sebelum kemunculan SDH, standar transmisi yang ada dikenal dengan PDH
(Plesiochronous Digital Hierarchi) yang sudah lama ditetapkan oleh CCITT.
Suatu jaringan plesiochronous tidak menyinkronkan jaringan tetapi hanya
menggunakan pulsa-pulsa detak (clock) yang sangat akurat di seluruh simpul
penyakelarnya (switching node) sehingga laju slip di antara berbagai simpul
tersebut cukup kecil dan masih bisa diterima (misalnya plus/minus 50 bit atau
5x10-5 untuk jaringan/kanal 2,048 atau 1,544 Mbps). SDH memiliki dua
keuntungan pokok : fleksibilitas yang demikian tinggi dalam hal konfigurasi-
konfigurasi kanal pada simpul-simpul jaringan dan meningkatkan kemampuan-
kemampuan manajemen jaringan baik untuk payload trafic-nya maupun elemen-
elemen jaringan. Secara bersama-sama, kondisi ini akan memungkinkan
jaringannya untuk dikembangkan dari struktur transport yang bersifat pasif pada
PDH ke dalam jaringan lain yang secara aktif mentransportasikan dan mengatur
informasi.

Gambar 4
Arsitektur Umum Jaringan SDH

PUTU RUSDI ARIAWAN


BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : turusdi.info@gmail.com

www.facebook.com/turusdi

PUTU RUSDI ARIAWAN

You might also like