Professional Documents
Culture Documents
Zaki
Assalamualaikum wr, wb. Selamat pagi bapak ibu semua, yang kami hormati
anggota DPRD Kabupaten Gunungkidul, yang kami hormati kepala SKPD atau yang
mewakili, yang kami hormati perwakilan dari kecamatan, yang kami hormati dari
perwakilan desa dan beberapa kelompok masyarakat, serta LSM yang saat ini hadir
bersama kami pagi ini. Hadirin yang kami hormati, sebelum acara kita mulai, kita
akan membahas bersama-sama beberapa hal hari ini. Terkait proses perencanaan
dan penganggaran, sekarang ini sedang ada proses inisiasi rancangan peraturan
daerah tentang perencanaan penganggaran monitoring dan evaluasi di Kabupaten
Gunungkidul dan hari ini kita akan melihat bersama-sama apakah rancangan
peraturan itu ke depan mungkin dilaksanakan bersama-sama. Draft itu sudah
disiapkan oleh rekan-rekan Bappeda dan tim yang tediri dari akademisi, LSM dan
Bappeda. Kemarin rancangan tersebut sudah didiskusikan, lalu hari ini kita akan
mencari masukan, terkait dengan rancangan yang hari ini sudah ada di tangan
bapak ibu sekalian. Acara ini akan kita laksanakan bersama-sama hingga pukul
13.30. Nanti akan kita bagi menjadi dua, acara pertama adalah paparan dari proses
yang selama ini dilakukan oleh tim, Mbak Tenty akan menyampaikan itu. Kedua
adalah substansi atau poin-poin yang ada dalam draft Raperda perencanaan
penganggaran, monitoring evaluasi yang sudah dipersiapkan oleh Bappeda, Pak
Irawan Jatmiko nanti akan menyampaikan poin-poinnya. Pagi ini sebetulnya kami
sangat menunggu bapak Kepala Bappeda untuk membuka acara, namun sampai
sekarang beliau masih berada di PU dan belum bisa hadir bersama kita. Oleh
karena itu, mari kita buka bersama-sama dengan berdoa bersama.
Terimakasih. Bapak ibu sekalian, acara pertama adalah paparan dari Pak Irawan
Jatmiko, nanti akan dipandu oleh saudara Tenty Kurniawati. Silahkan.
Tenty
Selamat pagi bapak ibu sekalian, bapak-bapak dari DPRD, bapak ibu dari perwakilan
warga, bapak ibu dari kecamatan, dari SKPD. Kami akan menceritakan sedikit latar
belakang tentang adanya pertemuan ini. Kami dari IDEA dan kami adalah lembaga
non pemerintah yang bekerja bersama-sama dengan pemerintah Kabupaten
Gunungkidul dalam kaitan program SAPA yang sekarang sedang berjalan di
Kabupaten Gunungkidul dan 15 daerah yang lain di Indonesia. SAPA adalah strategi
aliansi untuk pengentasan kemiskinan di 15 daerah. Di Gunungkidul ini sudah
berjalan 6 bulan, kita berkolaborasi dengan TKPKD yang ada di Sekda Gunungkidul,
ketuanya bapak Sekda, tapi kemarin sudah diserahterimakan ke Bappeda, kalau
tidak salah. Kita sudah melakukan kerja-kerja dukungan teknis kepada DPRD dan
pemerintah. Sebelum acara lokakarya ini diadakan, kita sudah mengadakan
serangkaian pertemuan, sekitar bulan Oktober dimulai dengan FGD untuk
membahas draf Raperda. Mengapa yang kita dorong adalah rancangan peraturan
daerah tentang perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi? Karena
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 1
persoalan dalam perencanaan beberapa kali muncul, misalnya usulan Musrenbang
dari desa banyak yang sia-sia, atau hasil Musrenbang kecamatan tidak terakomodir
di penganggaran. Kemudian anggarannya minim, tapi usulannya banyak, ini adalah
persoalan-persoalan klasik yang muncul setiap tahun. Harapannya Ranperda ini
bisa menjawab beberapa persoalan yang muncul meskipun mungkin tidak bisa
menyelesaikan semua masalah, tapi barangkali bisa menjadi acuan agar hasil-hasil
Musrenbang bisa terakomodir sesuai dengan kondisi keuangan di Gunungkidul. Itu
salah satu semangatnya. Beberapa rangkaian acara sudah kita lakukan di bulan
Oktober, di Bappeda tiga kali. Kemudian di WIsma Kagama kita konsinyering, waktu
itu juga mengundang tim anggaran eksekutif, kemudian dari Dinas Pendidikan, lalu
kita juga mengundang DPPKAD, disitu kita membahas pasal per pasal, tapi karena
pada saat itu hanya tim internal, maka pada hari ini kita sangat mengharapkan
masukan dari bapak ibu sekalian, dari SKPD, DPRD, LSM, dan juga dari masyarakat.
Itu adalah sekilas gambaran dari apa yang kami lakukan dalam beberapa bulan ini.
Pak Irawan ini adalah pihak yang selalu mengawal, bersama dengan Pak Hanif dan
Pak Wawan dari S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah. Tapi karena akademisi selalu
sibuk, maka hari ini Pak Hanif dan Pak Wawan tidak bisa bergabung untuk
berdiskusi dengan kita.
Irawan
Assalamualaikum wr. wb., salam sejahtera untuk kita sekalian. Bapak anggota
dewan yang saya hormati, terimakasih atas kehadirannya pada lokakarya hari ini.
Dari teman-teman SKPD, kecamatan maupun masyarakat lain, tadi sudah
disampaikan Mbak Tenty dari IDEA, penyusunan naskah akademis sampai
Ranperdanya, harapannya pada tahun ini kita ajukan ke dewan untuk pembahasan.
Ini sudah melewati beberapa diskusi, namun hari ini kita melibatkan pihak yang
lebih luas. Nanti setelah paparan ini ada diskusi kelompok, untuk perbaikan naskah
akademis maupun rancangan Perda yang ada.
Kami coba membuat checklist untuk panduan dalam diskusi pada kelompok.
Checklist ini harusnya memuat beberapa substansi yang seharusnya masuk dalam
rancangan peraturan daerah, sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik.
2. Prinsip-Prinsip Perencanaan Partisipatif.
3. Prinsip-Prinsip Penganggaran Partisipatif.
4. Outline dan Substansi Naskah Akademik.
5. Proses Penyusunan Perda Perencanaan dan Penganggaran Daerah Partisipatif.
6. Outline dan Substansi Ranperda Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif.
7. Muatan Peraturan dan Perundangan terkait Pendekatan Partisipatif dalam
Perencanaan dan Penganggaran Daerah.
8. Pendekatan Partisipatif menurut Peraturan dan Perundangan Perencanaan dan
Penganggaran Daerah.
9. Isu dan Permasalahan Perencanaan dan Penganggaran
10.Prinsip-prinsip RPJPD.
11.Prototipe Outline dan Substansi RPJPD.
12.Prinsip-prinsip RPJMD.
13.Prototipe Outline dan Substansi RPJMD.
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 2
14.Contoh Praktek-praktek yang Baik dalam Perda dan Ranperda Perencanaan dan
Penganggaran Daerah Partisipatif. Di DIY memang sudah disusun bahannya,
hanya saja sebagian kabupaten ini masih copy paste dari UU 25/2004. Kita
harap agar ada muatan-muatan lebih luas, namun tetap dalam batas-batas
diskresi daerah.
Prinsip-prinsip partisipatif
Perda nanti harus memenuhi prinsip partisipatif, ini sudah menjadi perubahan
paradigma sejak reformasi, bahwa perencanaan pembangunan harus bisa
menemukan antara teknokratis dengan partisipatif. Bisa mempertemukan antara
pendekatan politik, partisipatif, teknokratis dan bottom up. Prinsipnya adalah sbb;
• Keterbukaan, transparansi dan kebebasan informasi dan kebebasan
berpendapat.
• Kejelasan isu-isu yang akan dibahas dan sejauh mana berpengaruh pada
kepentingan masyarakat.
• Representasi kelompok masyarakat peserta partisipasi. perwakilan lebih luas
dari masyarakat, bukan hanya tokoh-tokohnya saja.
• Kejelasan waktu dan ‘entry points’ partisipasi.
• Ketersediaan informasi yang memadai bagi peserta partisipasi.
• Ketersediaan sumber daya dan dana untuk mendukung partisipasi.
• Ketersediaan instrument dan tools untuk mengorganisasikan partisipasi dan
mencapai konsensus hasil partisipasi.
• Adanya kejelasan capaian dan keluaran partisipasi.
• Adanya fasilitator profesional dan kompeten dalam teknik fasilitasi untuk
memandu jalannya proses partisipasi.
• Keterlibatan DPRD dalam proses partisipasi. Harapan kami nanti dalam
pembahasan Musrenbang Kecamatan nanti juga bisa dihadiri oleh anggota
DPRD. Hasil pembahasan di dewan kemarin kata teman-teman IDEA, rencananya
bapak-bapak anggota DPRD akan hadir di Musrenbang Kecamatan sesuai
dengan dapilnya masing-masing. Tolong kecamatan juga mengundang anggota
DPRD di Dapilnya masing-masing. Sehingga nanti penjaringan aspirasi yang
dilakukan oleh anggota dewan dengan Musrenbang hasilnya tidak terlalu jauh.
Ini harapan kami. Jadi dokumen hasil Musrenbang harapannya juga bisa dikawal
anggota dewan ketika melaksanakan hak budgetnya di DPRD.
• Peserta partisipasi memahami tentang masalah atau isu-isu yang dibahas.
• Peserta dapat menerima kenyataan adanya isu-isu yang dibahas.
• Peserta familiar dengan isu-isu yang dibahas.
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 4
• Peserta memahami peranan dan tanggung jawabnya dalam pengambilan
keputusan.
• Peserta siap bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melakukan
perubahan.
• Peserta dan pemerintah daerah bersikap jujur dan transparan dalam
tindakannya.
• Peserta memiliki minat-interest untuk membahas permasalahan.
• Peserta percaya adanya solusi terhadap permasalahan dan dapat mengusulkan
pemecahan masalah.
• Peserta memiliki keyakinan bahwa tersedia sumber daya dan dana untuk
menyelesaikan masalah.
• Peserta melihat ada perubahan yang nyata sebagai hasil partisipasi.
• Adanya keterlibatan dan minat media untuk membahas isu-isu dan hasil
partisipasi.
Penganggaran Partisipatif
Sekarang kan keluhannya dana perimbangan yang turun ke daerah tidak sebanding
dengan urusan yang diserahkan ke daerah, urusannya besar tapi DAU dan DAKnya
tidak sebanding. Lalu menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat. Ini harus
disampaikan dengan jelas ke masyarakat. Tapi, sekecil apapun dana harus melalui
proses partisipatif. Tidak bisa dengan alasan dana perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang rendah, kemudian menentukan sendiri anggarannya. Untuk
bagaimana peningkatan dana perimbangan keuangan, barangkali setelah ada UU
Pemda yang baru, UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah mestinya juga
akan direvisi, mudah-mudahan Mbak Tika dari GTZ bisa merekomendasikan.
Seharusnya skema desentralisasi yang diberikan ke daerah itu harus setara dan
seimbang. Kalau urusan yang diserahkan 30, kemudian penganggaran yang
diserahkan juga 30, begitu juga dengan kewenangan perencanaannya 30. Jadi ada
kesetaraan. Sekarang kan urusan yang diserahkan ke daerah ada banyak, tapi dana
yang diberikan ke daerah tidak signifikan. Problemnya kan UU 33/2004, hanya
22,5% dari pendapatan dalam negeri yang diserahkan kepada kabupaten/kota.
Sedangkan jumlah kabupaten/kota sejak reformasi sampai sekarang bertambah
151, provinsinya bertambah 8. Jadi, bilangan pembaginya bertambah, tapi
prosentase yang diluncurkan ke daerah itu tidak berubah. Diperparah lagi dengan
kewajiban mengangkat tenaga kontrak, mengangkat Sekdes jadi PNS, ini kan
semua diambilkan dari DAU, dari gaji.
Kepala Bappeda
Terimakasih Pak Irawan, assalamualaikum wr.wb. Bapak ibu yang saya hormati,
pertama-tama saya mohon maaf karena saya harus bolak-balik, ada serah terima
dengan Dinas PU, jadi saya terlambat. Mudah-mudahan Pak Irawan bisa
mencukupkan untuk mengawali diskusi hari ini tentang perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah. Ranperda ini ide awalnya memang kita lihat
dalam beberapa waktu lalu, dari evaluasi yang telah kita lakukan, masih banyak
kelemahan kita dalam perencanaan pembangunan. Sehingga kita bekerjasama
dengan IDEA dan GTZ untuk mencoba melihat bagaimana perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah bisa lebih efektif dan efisien sehingga lebih
banyak masyarakat dari desa sampai dengan kabupaten ikut terlibat di dalamnya,
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 10
sehingga akan mempermudah legislatif untuk dapat mempercepat proses karena
sudah diawali sejak dari yang paling bawah. Ini ide awalnya, sehingga coba kita
tuangkan dalam Perda. Mudah-mudahan dalam proses pembahasan ini bisa lebih
sempurna lagi sehingga nanti bisa kita implementasikan secara efektif di masing-
masing SKPD sampai di desa. Harapannya program kerja atau RPJM kita selama 5
tahun mendatang yang akan kita tetapkan bersama legislatif bisa terarah, terukur,
sehingga ke depan siapapun yang membaca ini ada koridor-koridornya, sehingga
tujuan kita jelas, di dalam RPJM kita adalah tujuannya X. Jadi untuk menuju ke sana
kita tahu arah, jalan, koridor, kita tahu kelemahannya dan bisa kita perbaiki menuju
ke arah yang kita inginkan bersama. Itu saya kira penekanan yang harus kita bahas
dalam Raperda ini. Yang jelas masukan bapak ibu dalam Raperda ini sangat kami
harapkan, karena ini tidak mungkin kami susun sendiri tanpa masukan dari bapak
ibu sehingga apa yang kita rumuskan ini benar-benar bermanfaat bagi kami di
kabupaten Gunungkidul. Monggo mari kita diskusikan. Billahitaufik wal hidayah,
wassalamualaikum wr. wb.
Irawan
Terimakasih Bapak Kepala Bappeda. Satu hal yang perlu kita informasikan kepada
bapak-bapak anggota dewan. Mulai tahun ini kita juga mengintegrasikan antara
proses perencanaan yang dilakukan desa dengan PNPM, mungkin ini satu-satunya
di DIY dan nomor dua di Indonesia setelah NTB. Harapannya, sejak awal bisa kita
petakan, mana yang akan dibiayai PNPM dan yang akan diusulkan oleh APBD, atau
mana yang dari sumber daya lain? Sehingga tidak ada overlapping. Karena kalau
dicermati, sangat mungkin pendanaan satu kegiatan didanai oleh beberapa
sumber. Mungkin ada juga keinginan kita untuk pemerataan, kalau sudah ada
PNPM, maka yang lain diberi APBD, atau sinergitas, contoh yang paling mudah dari
ini misalnya di Semin atau di Hargomulyo, di sana PNPM untuk membuka
gunungnya, talud-nya dari bantuan keuangan provinsi, nanti cor bloknya dari
bantuan semen dan ADD. Karena kita tahu kalau kita berharap dari sumber dana
dekon ini pasti kurang. Disamping itu tujuannya agar efisien, pemetaannya jelas. Ini
sudah kita mulai sehingga Musrenbang kecamatan yang nanti kita jalankan, ketika
finalisasi, tapi sebelumnya sudah ada pra Musrenbang yang satu hari itu hanya
finalisasi dan pra Musren yang sudah memetakan sejak awal, mana yang dari
PNPM, mana yang dari APBD, atau dari provinsi atau dari pusat. Harapannya tidak
hanya PNPM, tapi bisa semua, sementara ini baru dari PNPM karena yang lain
sekarang masih pendampingan KUA. Ini kita persilahkan daerah, kita padukan.
Sehingga akan jelas proses perencanaan itu. Demikian Mbak Tenty.
Tenty
Terimakasih Pak Syarif dan Pak Irawan yang telah menyampaikan kisi-kisi yang
telah dituangkan dalam rancangan peraturan daerah penganggaran dan
perencanaan di Gunungkidul. Sebelum kita masuk ke diskusi kelompok, apakah ada
pertanyaan atau klarifikasi? Kami persilahkan, sementara kita bagi dua sesi. Tiga
penanya untuk partisipan di bagian Timur dan Barat.
Berbicara tentang partisipatif memang betul, tapi jangan karena bicara dengan
partisipatif, lalu kita manampung sebesar-besarnya usulan masyarakat. Jangan
sampai kita buat seperti keranjang sampah.
Terakhir kami sangat bahagia kalau akan dilibatkan dalam Musrenbang, tapi perlu
diketahui bahwa kadang teman-teman di dewan sudah terlanjur punya agenda
sendiri. Kadang ada tugas yang mendadak, tapi kami dalam hati siap untuk
mendampingi teman-teman di kecamatan tadi. Mungkin karena keterbatasan
waktu, tidak tiap saat di depan dengan masyarakat. Jadi kalau tidak bisa semua
jangan sampai ada kesan kami ini tidak mau bekerja. Dengan demikian, tolong kami
akan coba untuk membagi diri, mungkin tidak perlu membagi diri dalam per faksi,
tapi per dapil, lalu membagi diri untuk bisa datang ke kecamatan. Kalau per faksi
mungkin tidak mencukupi, tapi kami nanti akan kami sampaikan ke pimpinan. Saya
mohon maaf bahwa kami nanti tidak bisa sampai tuntas. Mohon maaf, terimakasih.
Tanty
Ada lagi Pak Warto mungkin?
Harapan kami jadwal Musren ini diluncurkan ke DPRD lebih awal, sehingga kegiatan
bisa kami samakan. Seharusnya memang ada komisi orientasi, lalu ada draft
akademik, baru penjadwalan, sehingga pas. Tapi ini sudah bagus, sebagai
gambaran saja Raperda tentang…, tidak ada naskah akademik, tidak ada komisi
orientasi, akhirnya di provinsi mental juga, jadi kita malu. Gunungkidul kelihatan
bodoh.
Kemudian yang kedua, masalah anggaran, di DPRD ini tidak semuanya tahu
anggaran. Kalau yang mau membahas ya membahas, yang tidak ya tidak, kadang-
kadang harus dilibatkan dari Musren. Kalau ini ada rencana ADD, rencana PNPM
tahu, kalau tidak ada ya kita carikan provinsi atau pusat. Kalau sesuai dengan
rencana akan baik, dan itu akan selesai, saya yakin. Tapi biasanya Provinsi itu apa,
dimana, itu teman-teman juga tidak tahu. Harapannya ada match, waktu kami
mengusulkan pengadaan aspal dan semen, akhirnya tidak match antara eksekutif
dan legislatif, anggarannya tidak cocok, KUA dan PPS sudah ditetapkan, akhirnya
berubah. Seperti kemarin, mengapa seragam direncanakan setiap tahun? Kalau
perlu pamong desa dulu, kepala desa dulu. Ini tidak jadi masalah, kemarin kan baru
inisiatif, berarti kan perencanaan ke depannya, aturannya belum begitu jelas.
Setelah hasil Musren, kami akan kombinasikan dengan Jaringasmara. Setelah final
di eksekutif, kami mohon untuk dikirim. Ini akan memudahkan. Atau mungkin kita
gabungkan, hasil Musren Provinsi ini kita harus punya yang di Gunungkidul apa
saja. Setelah dilihat kemarin di provinsi ada efisiensi sampai 46 Milyar. Mengapa
begitu? Sebagai gambaran misalnya SDLB/SLB, itu kan kewenangan provinsi,
mengapa Kabupaten Gunungkidul masih menganggarkan itu? Akhirnya disana sisa
uang. Yang dibuat pintar itu warga kita tapi yang membiayai masih banyak juga.
Saya berpendapat antara PNPM, P2KP, bantuan semen, kemudian ADD, kemudian
bantuan yang 50 juta per kelurahan di provinsi itu tidak satu. Saya melihat ada
kejanggalan, jadi patok PNPM dipindah, patok swadaya, akhirnya tumpang tindih,
tidak akan selesai dan itu menimbulkan pungli. Kalau ada perencanaan yang jelas,
kami juga senang, kita tahu daerah mana yang belum? Kami di DPRD juga sering
kerepotan, kalau tidak dengan ada naskah akademik, tidak dengan perencanaan
yang tepat, hanya dengan demo lalu anggaran bubar. Ada sentimen demo lalu
bubar, ini juga tidak baik. Sekarang Pak Camat dan Lurah sudah cerdas, bahkan
kami dengan Pak Camat ada komunikasi, hasil Musren kita kawal dan kita bawa.
Begitu tidak kita kawal kita tidak tahu kebutuhannya apa. Sekali lagi, hasil dan
jadwal Musren mohon kami diberikan, untuk gambaran kami dan agar teman-teman
kami biar tahu. Seperti kemarin, pemberdayaan perempuan ini malah anggarannya
cukup sedikit. Kita lihat di Gunungkidul ini PADnya 10 besar, tapi kegiatannya tidak
ada. Misalnya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, PADnya turun 1 milyar – 2
milyar, tapi anggaran membangun di obyek wisata hanya berapa ratus juta, ini kan
tidak match. Demikian, kurang lebihnya mohon maaf.
Tenty
Satu lagi dari sebelah Timur, mungkin dari warga atau dari LSM.
Kedua kami juga heran, mengapa dari pemerintah kabupaten, katanya setiap
usulan yang masuk RPJMDes harus disusun proposal. Kami di tahun 2009 kemarin
sampai 3 kali ke PU, bahwa tahun 2008 kami menyusun RPJMDes dan disitu kami
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 14
mengusulkan perbaikan jalan kabupaten sepanjang 500 m dan sampai saat ini,
mungkin Pak Hardoyo waktu di Desa Kepek juga tahu, kami tambahkan dengan
berita acara permohonan dari Kepala Desa ke Pak Bupati dengan tembusan ke PU,
sampai sekarang masih belum ada tindak lanjut. Memang dilihat tapi belum ada
tindak lanjut. Karena kecamatan Saptosari berada di Desa Kepek dan Desa Kepek
merupakan salah satu kota di kecamatan Saptosari. Tidak hanya di Desa Kepek,
mungkin di tempat lain juga perlu diperhatikan. Selama ini kami membuat
perencanaan hanya dimarahi oleh masayarakat. Kalaupun ada hasilnya, itu cuma
satu di tingkat desa, itu bisa mengobati sakit hati masyarakat, karena masyarakat
sekarang lebih pandai dari pemerintah desa. Kami juga sangat berterimakasih
karena ada pengintegrasian pemerintah dan PNPM, sehingga kita tahu mana yang
harus didanai PNPM dan mana yang harus didanai pusat. Dua tahun kemarin
simpang siur, ada yang didanai PNPM lalu besok didanai Sobermas. Kalau dengan
begini kami jadi tahu, sekarang didanai ini dan besok diganti yang lain.
Terimakasih, wassalamualaikum wr.wb.
Tenty
Silahkan, singkat saja dari masyarakat.
Kedua kalinya, saya setuju dengan draft rancangan ini, tapi belum ada satu hal
yang bisa menyentuh ego sektoral yang dilakukan masing-masing instansi atau
level di atasnya, provinsi. Karena sering terjadi, di luar RPJM muncul program
dadakan yang jatuhnya program justru di akhir tahun pelaksanaan anggaran. Lalu
muncul kecurigaan, jangan-jangan ini hanya untuk menyelesaikan LPJ. Mestinya
dari rancangan peraturan yang kita sajikan minimal bisa mengurangi ego sektoral
dari instansi terkait.
Ketiga kalinya, rancangan program ini akan berdampak pada pelaksanaan kegiatan
satu tahun, tapi kalau kita selalu memprogramkan, mungkin agak sama dengan Pak
Juarto, apakah sudah terbentuk tim evaluasi dampak program? Banyak program
yang alasannya pengentasan kemiskinan, tapi apa benar kemiskinan sudah
dientaskan? Jangan sampai kita hanya membangun monumen, conblok semua, tapi
apakah dengan ini ekonomi masyarakat sudah ternilai dan terukur seberapa besar
peningkatan ekonomi mereka? Jangan sampai dengan jalan mulus tidak merubah
ekonominya, hanya investor tertentu saja yang memanfaatkan. Ini yang merugikan
rakyat, ini perlu kita atur lagi dalam draft nanti. Tiga hal itu yang saya sampaikan,
terimakasih dan maaf kalau ada yang kurang berkenan di hati bapak-bapak.
Tenty
Satu lagi ya, barangkali karena nanti akan ada diskusi kelompok, maka masukan
lain bisa dibahas dalam diskusi kelompok.
Edi
Saya tidak akan banyak bercerita pengalaman lapangan sebagaiman teman-teman,
saya hanya ingin bercerita tentang pengalaman kami dalam proses yang kurang
lebih sama dengan yang dilakukan teman-teman IDEA dan Bappeda saat ini. Kami
punya pengalaman mendorong satu Perda di tingkat Kabupaten, dua kali proses
yang kami lalui berjalan mulus di daerah, mendapat dukungan eksekutif dan
legislatif, sehingga waktu itu Perda berhasil diundangkan. Tapi dalam pengalaman
kami, lalu Perda itu dibatalkan pemerintah pusat, itu pada tahun 2003/2004.
Kemudian kita juga menginisiasi satu Perda lain di satu wilayah, sebelum
diundangkan kita konsultasi dengan Kantor Wilayah Hukum dan HAM, untuk proses
sinkronisasi. Pertanyaan saya, apakah memang Perda ini secara substansi
diperlukan? Mengapa harus perundangan dalam bentuk Perda? Mengapa tidak bisa
diatur dengan bentuk lain? Karena yang jelas, Perda tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan di atasnya. Kalau memang tidak
bertentangan, perlu dicek juga, apakah substansinya bukan merupakan
pengulangan dari peraturan perundangan di atasnya? Karena kalau kita cermati
dalam draft yang sudah dibagikan, minimal saya lihat dalam pasal 55, isinya kurang
lebih mengulangi atau sama dengan UU pemerintah daerah. Menurut saya, kalau ini
tingkat Perda, saya pikir harus lebih dilatarbelakangi dengan persoalan yang
menjadi karakteristik di Gunungkidul dan melatarbelakangi perlunya Perda ini.
Misalnya kalau tadi persoalannya adalah bagaimana memastikan Musrenbangdes
bisa masuk dalam anggaran daerah, mengapa tidak substansi ini yang lebih
diperkuat dalam rancangan Perda ini? Tapi di sini saya melihat ada proses
Secara teknis saja, pada bagian naskah akademis, di paragraf pertama ditulis UU 17
tahun 2003 tentang keuangan daerah, ada sedikit koreksi saja, mungkin yang
dimaksud adalah UU keuangan negara. Lalu perlu dicek di bagian menimbang dan
mengingat, apakah benar ada Perda No. 40 tentang tata cara penyusunan
perencanaan pembangunan nasional? Ini teknis redaksional yang perlu kita cek
satu persatu. Karena ini peraturan dan terkait dengan wibawa pemerintah serta
supremasi hukum.
Tenty
Silahkan langsung ditanggapi dengan singkat saja.
Irawan
Pak Hardono dan Pak Warto, kami nanti segera mengirimkan jadwal, hari ini sedang
kita ajukan ke Pak Sekda, nanti ada jadwal. Nanti akan ada surat ke Camat dan ada
surat ke anggota dewan. Lalu ada usul peningkatan ADD, terimakasih, memang
idealnya kita berangkat dari asumsi subsidiaritas. Apa yang bisa dilaksanakan desa,
biar desa itu yang melaksanakan, apa yang tidak bisa dilakukan desa, itu yang
dilakukan kabupaten. Ada gagasan, kenapa bantuan semen tidak dijadikan di desa,
yang pengadaannya oleh desa sendiri? Ide itu yang kita kaji. Banyak ide seperti itu
yang intinya mendorong subsidiarity desa, mendorong otonomi desa, tapi kembali
lagi, kita perlu lihat hasil rekomendasi atas kajian itu apa, dan itu yang akan kita
laksanakan.
Sekali lagi kami menghargai mekanisme Jaringasmara, kita tidak ingin mengahpus
itu karena itu hak dewan. Kalau ketika reses anggota dewan punya mekanisme
Jaringasmara, ini akan memperkaya hasil Musrenbang, karena Musren Kecamatan
pelaksanaannya lebih dulu sebelum Jaringasmara. Jadi memperkaya dan bisa
dicrosschek. Dan terdokumentasi, karena yang desa menjadi dokumen rencana
kerja pembangunan desa, yang kecamatan menjadi dokumen rencana kerja
kecamatan.
Kemudian sumber lain non APBD, baru saja ada edaran dari Sekda ke seluruh SKPD
yang menegaskan bahwa koordinasi untuk usulan-usulan kepada APBD Provinsi dan
APBN itu terkoordinir di Bappeda. Jangan sampai SKPD jalan sendiri. Pak Hardo
paham betul di Jakarta itu dana banyak sekali, kalau di sana sektoral mencari lokasi
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 17
untuk pelaksanaan kegiatannya, kalau kita mencari sumber dana untuk lokasi kita.
Tujuan kita dikoordinasikan oleh Bappeda itu karena pemetaan, ketika Musrenbang
Kabupaten bisa kelihatan, mana yang diusulkan dalam tugas pembantuan atau
DAK, dst. Bahkan ada SKPD yang mendapat alokasi besar dari CSR, Pertamina atau
BUMN, hampir 8 Milyar setiap tahun untuk kredit ternak, ini harus dipetakan, karena
kalau tidak akan numpuk-numpuk. Satu lokasi bisa mendapat dari banyak sumber,
karena yang akan memetakan Bappeda, maka koordinasinya di sini. Selama ini
kami susah mendapatkan informasi mengenai tugas pembantuan. Dekon juga
seperti itu, kami juga sampaikan ke Kepala Bappeda DIY agar dana Dekon juga
diinformasikan ke kabupaten. Karena dekon itu dananya pusat, dilaksanakan
provinsi, kita tidak tahu apa-apa, tiba-tiba di desa ini ada kegiatan.
Kemudian Desa Kepek, mohon maaf kalau kantor pos dan BRI itu bukan
kewenangan Pemda, yang bisa kita lakukan hanya menginformasikan. Kebetulan
keduanya ini adalah perusahaan negara. BRI adalah BUMN dan kantor pos itu
perum. Kita bisa menginformasikan, tapi barangkali mereka punya pertimbangan
sendiri.
Kemudian usulan disertai proposal, kita sudah dorong pada SKPD untuk tidak
menerima proposal karena ini yang merusak sistem perencanaan. Tapi kalau non
APBD ya silahkan, tapi tidak akan mengganggu mekanisme perencanaan di
kabupaten, artinya APDB. Perkara APBD Provinsi dan APBN ada cara seperti itu ya
silahkan. Karena itu kami dorong seluruh SKPD ketika Musrenbang kabupaten
mencantumkan lokasi, ini sulit sekali, jangan hanya ditulis 5 desa, kalau begini
muncul proposal. Proposal silahkan kalau sudah ada kepastian lokasi, baru teknis,
silahkan. Kami minta seluruh SKPD untuk menjaga, jangan ada proposal. Ego
sektoral itu sudah ada di beberapa pasal.
Kemudian yang terakhir, apakah ini harus daitur melalui Perda? Dari beberapa UU,
seperti UU 32 dan lebih khusus lagi UU 25/2004, ditegaskan bahwa perencanaan
daerah, khusus desa PP 72, diatur dengan peraturan daerah. Tidak ada yang sama,
memang harusnya Perda membreakdown peraturan yang bersifat umum dalam UU.
Sekarang ini bola panas selalu ada di kabupaten, urusan yang harus dilaksanakan
banyak sekali. Contoh Pak Warto tadi membandingkan dengan provinsi, kita itu SD,
SLTP, SLTA, SMK dan provinsi hanya SLB. Padahal DAUnya besar sana, provinsi
mendapat 10% dari 22,5% yang dialirkan. Jumlah provinsi hanya bertambah
delapan, sehingga SKPD paham betul kalau provinsi rapatnya pasti di hotel. Tidak
pegang wilayah langsung tapi duitnya banyak. Sehingga dalam Rakor kemarin kita
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 18
minta, kalau bisa semua kita minta, karena ini di urusan konkuren, bukan urusan
kabupaten saja.
Kepala Bappeda
Kalau kita bingung mau cari duit dari mana padahal provinsi punya duit banyak,
bagaimana kalau kita usul Gunungkidul kita usulkan untuk naik tingkat menjadi
provinsi? Saya kira apa yang menjadi maksud dan tujuan kita sama-sama
dipahami, begitu juga dengan legislatif. Kita ini perlu hal-hal yang pasti, transparan
dan bisa dilihat oleh siapapun. Silahkan, kalau kita menengok tahun lalu masih
banyak kelemahan. Bapak dari Saptosari sudah mengusulkan beberapa tahun tapi
tidak terwujud, atau tidak bisa menginformasikan tentang anggaran atau dana.
Barangkali kita sudah memberitahukan tapi tidak lewat media, barangkali lewat
SKPD dan camat, dan mungkin tidak sampai ke warga. Ini tidak perlu dicari siapa
yang salah. Tapi mari kita gunakan bahwa yang lalu adalah acuan dan mari kita
perbaiki bersama. Saya yakin diskusi kita sementara ini akan diperdalam di
kelompok dan kita sepakat untuk lebih eksis dan program di desa terwujud lebih
baik. Kita perlu kerjasama yang baik, proses sekarang ini juga dibantu oleh teman-
teman dari IDEA dan GTZ. Artinya ada pihak yang berniat meningkatkan kapasitas
untuk peningkatan pelayanan bagi masyarakat. Saya berterimakasih sekali kepada
IDEA dan GTZ dan bapak ibu yang hadir disini. Silahkan. Dari dua dokumen ini kita
sempurnakan, dari sekarang sampai ke depan sehingga apa yang diharapkan oleh
masyarakat kabupaten Gunungkidul bisa diwujudkan dengan baik, tentu saja
dengan keterbatasan keuangan yang ada. Mungkin di tahun 2009 ini belum sempat
juga melansir pendataan kita di Bappeda karena masih ada beberapa yang perlu
diperbaiki, mungkin belum semua terdata karena di tolak ukur kalau tidak terisi
satu tidak bisa muncul bahwa ini masuk KK miskin atau bagaimana. Kita sepakati
bahwa mudah-mudahan ke depan kita bisa memperbaiki kelemahan kita dan bisa
kita sempurnakan lagi. Kira-kira demikian, silahkan melaksanakan diskusi
kelompok, mudah-mudahan amal baik dan pemikiran ibu bapak sekalian bisa
terwujud di tahun-tahun mendatang. Terimakasih.
Tenty
Terimakasih Pak Syarif dan Pak Irawan serta masukan dari bapak ibu sekalian. Saya
akan coba sedikit meng-highlight apa yang tadi kita diskusikan. Mengapa Ranperda
ini penting? Pak Irawan sudah menyampaikan, untuk menjawab beberapa hal yang
tidak terjawab aturan yang ada di atasnya. Misalnya Jaringasmara tidak nyambung
dengan hasil Musrenbang Kecamatan. Lalu Bappeda di Gunungkidul mencoba
menginisiasi pagu indikatif kewilayahan yang harapannya akan menjawab problem
dari Saptosari atau dari Kompak tentang hasil Musrenbang Kecamatan dan desa
yang tidak terkawal di Kabupaten. Harapannya nanti juga ada tim atau forum
delegasi Musrenbang yang bisa mengawal perencanaan dari dusun sampai
kabupaten. Lalu soal program-program dari pusat yang tidak sinkron dengan
daerah dan dilaksanakan di akhir tahun, sehingga kesannya hanya menghabiskan
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 19
anggaran. Di Ranperda ini sudah muncul pasal tentang penyusunan perencanaan
daerah dari pusat harus terintegrasi dengan perencanaan dari daerah. Salah satu
yang sudah diupayakan dan juga sudah disampaikan oleh Pak Irawan adalah
integrasi dengan perencanaan PNPM yang sudah berjalan, barangkali ke depan juga
perlu dibahas integrasi dengan perencanaan dari provinsi dan pusat. Kemudian
yang lain, selama ini kelompok perempuan dan kelompok rentan jarang dilibatkan
dalam proses perencanaan, dalam Ranperda juga coba kita jawab bagaimana
keterlibatan kelompok masyarakat yang selama ini tidak terlibat. Dulu diskusi
awalnya Ranperda ini hanya perencanaan daerah, tidak mengatur soal
penganggaran, tapi setelah beberapa kali diskusi, penganggaran ternyata juga
masalah dan tidak menyambung, perencanaan sudah disusun dari desa sampai
kabupaten, tapi ketika masuk ke pengaggaran yang levelnya ada di dewan dan tim
anggaran eksekutif, beberapa mungkin ada yang terakomodir, tapi ada yang tidak.
Artinya ada persoalan. Lalu dalam Ranperda ini coba kita masukkan tentang
penganggaran pula, naskah akademis memang perlu dibahas lagi dan banyak
kelemahan, kita mohon masukan dari bapak ibu sekalian. Landasan filosofis dan
sosiologisnya, tadi ada yang mengatakan ini hanya copy-paste dari aturan di
atasnya, nanti bisa dibahas lebih lanjut dalam diskusi kelompok.
Kehadiran DPRD tadi sudah cukup jelas, kita pegang komitmen dari DPRD agar
bagaimana persoalan disini bisa terjawab dalam Ranperda. Sekarang akan kita coba
bahas lebih dalam di kelompok. Di dalam Ranperda ini ada 12 bab. Mari kita lihat
bersama di halaman 12, itu adalah bab IV, kalau disini tertulis bab V. Jadi Ranperda
ini ada ketentuan umum, ruang lingkup, ada bab perencanaan daerah dan bab
penganggaran daerah. Tiap bab ada turunannya. Juga ada bab tentang
pengendalian dan evaluasi. Kita koreksi bersama di halaman 12 itu bukan bab IV,
tapi bab V. Kemudian bab VI, tahapan rencana pembangunan desa, itu menjadi bab
V. Lalu bab VII menjadi bab VI, tata cara penyusunan dokumen pembangunan
daerah. Berikutnya sudah benar, halaman 15 itu bab VII.
Nanti kelompok I akan membahas bab III, kita akan berbagi menjadi 4 kelompok:
kelompok I akan membahas bab III dan bab V. Lalu kelompok dua II membahas bab
II dan bab IV. Kelompok III akan membahas bab V dan VII. Terakhir, kelompok IV
akan membahas pengendalian dan evaluasi, bab IX dan bab X.
Pembagian Kelompok
Kelompok I
• Bab III Tahapan perencanaan pembangunan daerah
• Bab VI Tata cara penyusunan dokumen perencanaan daerah
Kelompok II
• Bab IV Renstra dan Renja
• BAB VIII Penganggaran Daerah
Kelompok III
• BAB V Tahapan perencanaan pembangunan desa
• BAB VII. Tata cara penyusunan dokumen rencana pembangunan desa
Kelompok IV
• BAB IX. Pengendalian dan evaluasi daerah
• BAB X. Pengendalian dan evaluasi desa
Zaki
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 20
Kita mulai dari awal, ada yang daerah; ada yang SKPD, Renstra dan Renja ini
mungkin bagi daerah. Yang ketiga dan yang terakhir adalah soal pengendalian. Jadi
desa dan daerah itu dicampur, terkait yang ditanyakan bagaimana mengukur
dampak. Nanti kelompok tiga akan berbicara tentang desa. Kelompok dua lebih ke
Renstra, Renja dan penganggaran daerah. Tahapan perencanaan, jadi ini di supra
desa, kecamatan dan kabupaten. Semoga ada gambaran. Kita akan membagi
kelomopk, supaya tidak terpaksa, silahkan memilih sesuai dengan minat masing-
masing. Atau kita berhitung?
Partisipan
Berhitung saja, Bu!
Zaki
Nanti kelompok satu dua di sini, dan tiga - empat di ruang selasar.
Kita akan berbagi dengan berhitung satu sampai empat. Kalau ada yang lebih
tertarik ke kelompok tertentu nanti silahkan berpindah. Kita diskusi selama satu jam
dan setelah itu bisa kembali lagi ke mari, nanti setelah itu makan siang dan kita
selesai. Terimakasih dan tepuk tangan untuk kita bersama.
BAB V, Pasal 26
• Pada ayat 5: Kalimat Pra Musrenbang akan menjadi rancu dalam pemahaman
ditingkat masyarakat, sehingga diusulkan untuk diganti dengan
Musrenbangdus.
BAB VII. Pasal 40
• Perlu ditambahan bahwa hasil evaluasi menjadi pertimbangan pada
perencanaan tahun berikutnya, namun jangan sampai membebani anggaran
tahun berikutnya.
Pilihan tetap di tangan anda, kepuasan anda tergantung pada seberapa yakin anda
memilih. walaupun nantinya pilihan anda kurang tepat, apabila ada keyakinan
==========================================DISKUSI
KELOMPOK SELESAI===================
Zaki
Assalamualaikum wr.wb., selamat siang bapak ibu sekalian, alhamdulillah kita
sudah berhasil menyelesaikan dua babak proses pembahasan Perda perencanaan
penganggaran, yang harapannya tidak berhenti sampai disini. Masukan yang
sangat berharga sudah bapak ibu sumbangkan. Beberapa catatan sudah menjadi
milik tim perumus untuk penyempurnaan Ranperda agar lebih lengkap. Kami
sangat senang tadi sudah ada 3 anggota dewan yang hadir dan memberikan lampu
hijau untuk Ranperda ini tetap dilanjutkan dan akan dibahas bersama di dewan.
Termasuk catatan yang sudah diberikan oleh kelompok ini juga akan dibahas lebih
lanjut. Tadi sudah dibuka oleh Bappeda yang punya gawe. Nanti Pak Irawan akan
memberikan poin terakhir. Pleno kali ini hanya akan menjadi penutupan saja.
Rumusan dari tiap-tiap kelompok akan sama-sama digodok oleh di tim pengurus.
Sekali lagi, proses ini menjadi bagian dari kecintaan kami untuk perbaikan proses
perencanaan dan penganggaran di Gunungkidul, sehingga usulan-usulan dari desa
sampai ke kabupaten, hingga ke penganggaran menjadi klop dan tidak kemana-
mana. Silahkan Pak Irawan.
Irawan
Terimakasih Mbak Zaki. Saya yakin ada banyak masukan untuk penyempurnaan ini,
memang di awal dalam menyusun rancangan Perda ini tidak seperti cek kosong,
sejak awal kita siapkan draft agar pembahasannya lebih fokus, makanya draft itu
belum sempurna. Bisa dibayangkan, seandainya kita diskusi namun tidak ada
materi untuk dibahas maka tidak fokus. Seperti diskusi di awal tadi kan seperti
Musrenbang ya, padahal maksud kami memberi masukan-masukan kepada draft
ini. Mengenai usulan apa dan bagaiman ada forumnya sendiri sebentar lagi, ada
Musrenbang Kecamatan. Kemudian nanti ada tim kecil yang akan menyempurnakan
draft dan hasil tim kecil juga akan kita bahas kembali. Tadi kita sudah mendapat
umpan balik, kita informasikan kembali dan mudah-mudahan yang diundang juga
sama. Tolong yang diluar SKPD yang diundang sama agar nyambung dengan
pembahasan hari ini.
Zaki
*****