You are on page 1of 26

REKAM PROSES

CHECKLIST - Penyusunan Peraturan Daerah tentang Perencanaan dan


Penganggaran Daerah
Bappeda Gunungkidul, 2 Februari 2010

Zaki
Assalamualaikum wr, wb. Selamat pagi bapak ibu semua, yang kami hormati
anggota DPRD Kabupaten Gunungkidul, yang kami hormati kepala SKPD atau yang
mewakili, yang kami hormati perwakilan dari kecamatan, yang kami hormati dari
perwakilan desa dan beberapa kelompok masyarakat, serta LSM yang saat ini hadir
bersama kami pagi ini. Hadirin yang kami hormati, sebelum acara kita mulai, kita
akan membahas bersama-sama beberapa hal hari ini. Terkait proses perencanaan
dan penganggaran, sekarang ini sedang ada proses inisiasi rancangan peraturan
daerah tentang perencanaan penganggaran monitoring dan evaluasi di Kabupaten
Gunungkidul dan hari ini kita akan melihat bersama-sama apakah rancangan
peraturan itu ke depan mungkin dilaksanakan bersama-sama. Draft itu sudah
disiapkan oleh rekan-rekan Bappeda dan tim yang tediri dari akademisi, LSM dan
Bappeda. Kemarin rancangan tersebut sudah didiskusikan, lalu hari ini kita akan
mencari masukan, terkait dengan rancangan yang hari ini sudah ada di tangan
bapak ibu sekalian. Acara ini akan kita laksanakan bersama-sama hingga pukul
13.30. Nanti akan kita bagi menjadi dua, acara pertama adalah paparan dari proses
yang selama ini dilakukan oleh tim, Mbak Tenty akan menyampaikan itu. Kedua
adalah substansi atau poin-poin yang ada dalam draft Raperda perencanaan
penganggaran, monitoring evaluasi yang sudah dipersiapkan oleh Bappeda, Pak
Irawan Jatmiko nanti akan menyampaikan poin-poinnya. Pagi ini sebetulnya kami
sangat menunggu bapak Kepala Bappeda untuk membuka acara, namun sampai
sekarang beliau masih berada di PU dan belum bisa hadir bersama kita. Oleh
karena itu, mari kita buka bersama-sama dengan berdoa bersama.

Terimakasih. Bapak ibu sekalian, acara pertama adalah paparan dari Pak Irawan
Jatmiko, nanti akan dipandu oleh saudara Tenty Kurniawati. Silahkan.

Tenty
Selamat pagi bapak ibu sekalian, bapak-bapak dari DPRD, bapak ibu dari perwakilan
warga, bapak ibu dari kecamatan, dari SKPD. Kami akan menceritakan sedikit latar
belakang tentang adanya pertemuan ini. Kami dari IDEA dan kami adalah lembaga
non pemerintah yang bekerja bersama-sama dengan pemerintah Kabupaten
Gunungkidul dalam kaitan program SAPA yang sekarang sedang berjalan di
Kabupaten Gunungkidul dan 15 daerah yang lain di Indonesia. SAPA adalah strategi
aliansi untuk pengentasan kemiskinan di 15 daerah. Di Gunungkidul ini sudah
berjalan 6 bulan, kita berkolaborasi dengan TKPKD yang ada di Sekda Gunungkidul,
ketuanya bapak Sekda, tapi kemarin sudah diserahterimakan ke Bappeda, kalau
tidak salah. Kita sudah melakukan kerja-kerja dukungan teknis kepada DPRD dan
pemerintah. Sebelum acara lokakarya ini diadakan, kita sudah mengadakan
serangkaian pertemuan, sekitar bulan Oktober dimulai dengan FGD untuk
membahas draf Raperda. Mengapa yang kita dorong adalah rancangan peraturan
daerah tentang perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi? Karena
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 1
persoalan dalam perencanaan beberapa kali muncul, misalnya usulan Musrenbang
dari desa banyak yang sia-sia, atau hasil Musrenbang kecamatan tidak terakomodir
di penganggaran. Kemudian anggarannya minim, tapi usulannya banyak, ini adalah
persoalan-persoalan klasik yang muncul setiap tahun. Harapannya Ranperda ini
bisa menjawab beberapa persoalan yang muncul meskipun mungkin tidak bisa
menyelesaikan semua masalah, tapi barangkali bisa menjadi acuan agar hasil-hasil
Musrenbang bisa terakomodir sesuai dengan kondisi keuangan di Gunungkidul. Itu
salah satu semangatnya. Beberapa rangkaian acara sudah kita lakukan di bulan
Oktober, di Bappeda tiga kali. Kemudian di WIsma Kagama kita konsinyering, waktu
itu juga mengundang tim anggaran eksekutif, kemudian dari Dinas Pendidikan, lalu
kita juga mengundang DPPKAD, disitu kita membahas pasal per pasal, tapi karena
pada saat itu hanya tim internal, maka pada hari ini kita sangat mengharapkan
masukan dari bapak ibu sekalian, dari SKPD, DPRD, LSM, dan juga dari masyarakat.
Itu adalah sekilas gambaran dari apa yang kami lakukan dalam beberapa bulan ini.

Pak Irawan ini adalah pihak yang selalu mengawal, bersama dengan Pak Hanif dan
Pak Wawan dari S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah. Tapi karena akademisi selalu
sibuk, maka hari ini Pak Hanif dan Pak Wawan tidak bisa bergabung untuk
berdiskusi dengan kita.

Silahkan langsung saja pemaparannya Pak Irawan.

Irawan
Assalamualaikum wr. wb., salam sejahtera untuk kita sekalian. Bapak anggota
dewan yang saya hormati, terimakasih atas kehadirannya pada lokakarya hari ini.
Dari teman-teman SKPD, kecamatan maupun masyarakat lain, tadi sudah
disampaikan Mbak Tenty dari IDEA, penyusunan naskah akademis sampai
Ranperdanya, harapannya pada tahun ini kita ajukan ke dewan untuk pembahasan.
Ini sudah melewati beberapa diskusi, namun hari ini kita melibatkan pihak yang
lebih luas. Nanti setelah paparan ini ada diskusi kelompok, untuk perbaikan naskah
akademis maupun rancangan Perda yang ada.

Kami coba membuat checklist untuk panduan dalam diskusi pada kelompok.
Checklist ini harusnya memuat beberapa substansi yang seharusnya masuk dalam
rancangan peraturan daerah, sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik.
2. Prinsip-Prinsip Perencanaan Partisipatif.
3. Prinsip-Prinsip Penganggaran Partisipatif.
4. Outline dan Substansi Naskah Akademik.
5. Proses Penyusunan Perda Perencanaan dan Penganggaran Daerah Partisipatif.
6. Outline dan Substansi Ranperda Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif.
7. Muatan Peraturan dan Perundangan terkait Pendekatan Partisipatif dalam
Perencanaan dan Penganggaran Daerah.
8. Pendekatan Partisipatif menurut Peraturan dan Perundangan Perencanaan dan
Penganggaran Daerah.
9. Isu dan Permasalahan Perencanaan dan Penganggaran
10.Prinsip-prinsip RPJPD.
11.Prototipe Outline dan Substansi RPJPD.
12.Prinsip-prinsip RPJMD.
13.Prototipe Outline dan Substansi RPJMD.
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 2
14.Contoh Praktek-praktek yang Baik dalam Perda dan Ranperda Perencanaan dan
Penganggaran Daerah Partisipatif.  Di DIY memang sudah disusun bahannya,
hanya saja sebagian kabupaten ini masih copy paste dari UU 25/2004. Kita
harap agar ada muatan-muatan lebih luas, namun tetap dalam batas-batas
diskresi daerah.

Substansi rancangan Perda mendorong ke arah terwujudnya good governance


1. Wawasan ke depan/visionary: Memiliki perencanaan ke depan yang berisi visi
dan strategi. Adanya kejelasan setiap tujuan kebijakan dan program. Adanya
dukungan dari pelaku untuk mewujudkan visi.
2. Keterbukaan dan transparansi: Tersedianya informasi yang memadai pada
setiap proses penyusunan dan implementasi kebijakan publik. Adanya akses
pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas diperoleh, dan tepat waktu.
3. Partisipasi masyarakat: Adanya pemahaman penyelenggara negara tentang
proses/metoda partisipatif. Adanya pengambilan keputusan yang didasarkan
konsensus bersama.
4. Tanggung gugat: Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar
prosedur pelaksanaan. Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau
kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan. Adanya output dan outcome yang
terukur.
5. Supremasi hukum: Adanya peraturan perundang-undangan yang tegas dan
konsisten. Adanya penegakan hukum yang adil dan tidak diskriminatif. Adanya
kesadaran dan kepatuhan kepada hukum.
6. Demokrasi: Adanya hak-hak dasar rakyat seperti hak berkumpul, berserikat, dan
mengeluarkan pendapat. Adanya kesamaan di depan hukum. Adanya
kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pengambilan keputusan
kebijakan publik. Adanya kesempatan yang sama untuk berusaha dan
berprestasi. Adanya kesempatan yang sama untuk berinovasi, berkreasi, dan
berproduktivitas.
7. Profesionalisme dan kompetensi: Berkinerja tinggi. Taat asas. Kreatif dan
inovatif. Memiliki kualifikasi di bidangnya.  Perda ini harus memberikan ruang
untuk mendorong profesionalisme pemerintah daerah.
8. Daya tanggap: Tersedianya layanan pengaduan, baik berupa crisis center, Unit
Pelayanan/ Pengaduan Masyarakat (UPM), kotak saran dan surat pembaca yang
mudah diakses masyarakat. Adanya standard dan prosedur dalam
menindaklanjuti laporan dan pengaduan.
9. Efisiensi dan efektivitas: Terlaksananya administrasi penyelenggaraan negara
yang berkualitas dan tepat sasaran dengan penggunaan sumberdaya yang
optimal. Melakukan monitoring dan evaluasi untuk perbaikan. Berkurangnya
tumpang tindih penyelenggaraan fungsi organisasi/unit kerja.
10.Desentralisasi: Adanya kejelasan pembagian tugas dan wewenang antar tingkat
pemerintahan dan antar tingkatan jabatan di daerah. Adanya kejelasan standar
dalam pemberian dukungan terhadap pelayanan masyarakat (Standar
Pelayanan Minimal).  Jadi desentralisasi tidak hanya berhenti di kabupaten,
tapi juga diskresi bagi kabupaten untuk melakukan diskresi pada desa, karena
desa juga otonom, mempunyai wilayah hukum, dan kecenderungannya ini
semakin menguat. Saat ini sedang dibahas UU tentang desa. Jadi nanti UU
Pemda akan dibagi menjadi 3 UU; pertama adalah UU tentang Pilkada, kedua UU

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 3


tentang Pemda dan ketiga UU tentang Desa. Kita harus bisa menangkat arah
kecenderungan perubahan regulasi di Pusat.
11.Kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat: Adanya pemahaman
aparat pemerintah tentang pola-pola kemitraan. Adanya lingkungan yang
kondusif bagi masyarakat kurang mampu (powerless) untuk berkarya.
Terbukanya kesempatan bagi masyarakat/ dunia usaha swasta untuk berperan
dalam penyediaan pelayanan umum. Adanya pemberdayaan institusi ekonomi
lokal/usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
12.Komitmen pada pengurangan kesenjangan: Adanya kebijakan yang berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat secara seimbang (subsidi
silang, affirmative action). Tersedianya layanan-layanan/ fasilitas-fasilitas khusus
bagi masyarakat tidak mampu. Adanya kesetaraan dan keadilan gender. Adanya
pemberdayaan kawasan tertinggal.
13.Komitmen pada perlindungan Lingkungan Hidup: Peraturan dan kebijakan untuk
memberi perlindungan dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Menurunnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan.
14.Komitmen pada pasar yang fair: Berkembangnya ekonomi masyarakat.
Terjaminnya iklim kopetisi yang sehat.

Prinsip-prinsip partisipatif
Perda nanti harus memenuhi prinsip partisipatif, ini sudah menjadi perubahan
paradigma sejak reformasi, bahwa perencanaan pembangunan harus bisa
menemukan antara teknokratis dengan partisipatif. Bisa mempertemukan antara
pendekatan politik, partisipatif, teknokratis dan bottom up. Prinsipnya adalah sbb;
• Keterbukaan, transparansi dan kebebasan informasi dan kebebasan
berpendapat.
• Kejelasan isu-isu yang akan dibahas dan sejauh mana berpengaruh pada
kepentingan masyarakat.
• Representasi kelompok masyarakat peserta partisipasi. perwakilan lebih luas
dari masyarakat, bukan hanya tokoh-tokohnya saja.
• Kejelasan waktu dan ‘entry points’ partisipasi.
• Ketersediaan informasi yang memadai bagi peserta partisipasi.
• Ketersediaan sumber daya dan dana untuk mendukung partisipasi.
• Ketersediaan instrument dan tools untuk mengorganisasikan partisipasi dan
mencapai konsensus hasil partisipasi.
• Adanya kejelasan capaian dan keluaran partisipasi.
• Adanya fasilitator profesional dan kompeten dalam teknik fasilitasi untuk
memandu jalannya proses partisipasi.
• Keterlibatan DPRD dalam proses partisipasi.  Harapan kami nanti dalam
pembahasan Musrenbang Kecamatan nanti juga bisa dihadiri oleh anggota
DPRD. Hasil pembahasan di dewan kemarin kata teman-teman IDEA, rencananya
bapak-bapak anggota DPRD akan hadir di Musrenbang Kecamatan sesuai
dengan dapilnya masing-masing. Tolong kecamatan juga mengundang anggota
DPRD di Dapilnya masing-masing. Sehingga nanti penjaringan aspirasi yang
dilakukan oleh anggota dewan dengan Musrenbang hasilnya tidak terlalu jauh.
Ini harapan kami. Jadi dokumen hasil Musrenbang harapannya juga bisa dikawal
anggota dewan ketika melaksanakan hak budgetnya di DPRD.
• Peserta partisipasi memahami tentang masalah atau isu-isu yang dibahas.
• Peserta dapat menerima kenyataan adanya isu-isu yang dibahas.
• Peserta familiar dengan isu-isu yang dibahas.
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 4
• Peserta memahami peranan dan tanggung jawabnya dalam pengambilan
keputusan.
• Peserta siap bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melakukan
perubahan.
• Peserta dan pemerintah daerah bersikap jujur dan transparan dalam
tindakannya.
• Peserta memiliki minat-interest untuk membahas permasalahan.
• Peserta percaya adanya solusi terhadap permasalahan dan dapat mengusulkan
pemecahan masalah.
• Peserta memiliki keyakinan bahwa tersedia sumber daya dan dana untuk
menyelesaikan masalah.
• Peserta melihat ada perubahan yang nyata sebagai hasil partisipasi.
• Adanya keterlibatan dan minat media untuk membahas isu-isu dan hasil
partisipasi.

Penganggaran Partisipatif
Sekarang kan keluhannya dana perimbangan yang turun ke daerah tidak sebanding
dengan urusan yang diserahkan ke daerah, urusannya besar tapi DAU dan DAKnya
tidak sebanding. Lalu menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat. Ini harus
disampaikan dengan jelas ke masyarakat. Tapi, sekecil apapun dana harus melalui
proses partisipatif. Tidak bisa dengan alasan dana perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang rendah, kemudian menentukan sendiri anggarannya. Untuk
bagaimana peningkatan dana perimbangan keuangan, barangkali setelah ada UU
Pemda yang baru, UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah mestinya juga
akan direvisi, mudah-mudahan Mbak Tika dari GTZ bisa merekomendasikan.
Seharusnya skema desentralisasi yang diberikan ke daerah itu harus setara dan
seimbang. Kalau urusan yang diserahkan 30, kemudian penganggaran yang
diserahkan juga 30, begitu juga dengan kewenangan perencanaannya 30. Jadi ada
kesetaraan. Sekarang kan urusan yang diserahkan ke daerah ada banyak, tapi dana
yang diberikan ke daerah tidak signifikan. Problemnya kan UU 33/2004, hanya
22,5% dari pendapatan dalam negeri yang diserahkan kepada kabupaten/kota.
Sedangkan jumlah kabupaten/kota sejak reformasi sampai sekarang bertambah
151, provinsinya bertambah 8. Jadi, bilangan pembaginya bertambah, tapi
prosentase yang diluncurkan ke daerah itu tidak berubah. Diperparah lagi dengan
kewajiban mengangkat tenaga kontrak, mengangkat Sekdes jadi PNS, ini kan
semua diambilkan dari DAU, dari gaji.

Ini beberapa poin penganggaran partisipatif;


• Adanya komitmen dan kemauan politik pimpinan pemerintah daerah dan
legislatif untuk melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan
penganggaran.
• Kapasitas dan kompetensi SKPD dalam pengelolaan keuangan daerah.
• Alokasi sumber daya dan dana untuk mendukung proses penganggaran
partisipatif.
• Ketersediaan dan keterbukaan informasi anggaran.
• Ada kejelasan dan kesepakatan antara pemerintah daerah dan legislative
tentang ‘aturan main’ penganggaran partisipatif.
• Kemampuan dan kompetensi pemerintah daerah untuk berkomunikasi dengan
masyarakat.

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 5


• Ketersediaan fasilitator untuk memandu proses partisipasi dan menghasilkan
kesepakatan.
• Representasi kelompok masyarakat yang memadai terutama dari profesi, dunia
usaha dan media.
• Ketersediaan informasi calendar penganggaran. Ketika kita melaksanakan
Musrenbang, katakanlah di desa Januari, Februari di kecamatan dan Maret di
Kabupaten, informasi mengenai besaran dana perimbangan, DAU dan DAK
belum tersedia. Jadi ketika memproyeksi kita masih susah. Ketika Musrenbang
kamarin kita memproyeksi DAUnya 210 M, belanja langsungnya 210 Milyar,
ternyata hanya 190 Milyar, karena proyeksi awal DAU kita hampir 640an Milyar,
ternyata hanya 500an Milyar. Informasi besaran DAU dan DAK ini baru kita
terima pada bulan Oktober. Selama UU 33 belum direvisi, ini mengacu pada
tahun ini saja, maka tidak akan berubah presentasenya. Hanya 22,5% itu yang
meluncur ke daerah.
• Ketersediaan informasi yang mutakhir tentang anggaran seperti KUA, PPAS dan
APBD baik secara sektoral maupun secara geografis.
• Ada criteria yang jelas untuk menetapkan prioritas dan mengalokasikan
anggaran.
• Masyarakat memahami hak dan kewajibannya dalam proses penganggaran.
• Adanya forum delegasi Musrenbang yang kompeten untuk mengikuti
pembahasan anggaran.  Ada satu ide kami yang masih kita bahas, jadi ketika
Musrenbang kecamatan nanti ada pagu indikatif kewilayahan. Katakan 50% dari
belanja langsung yang nanti diperebutkan dalam Musrenbang kecamatan. Kalau
lima atau empat tahun lalu Musrebang Kecamatan menghasilkan permintaan
sebesar 7 Triliun, sehingga kesulitan menentukan. Tapi kalau ada pagu indikatif,
misalnya kecamatan A 5 milyar, lalu kecamatan B 6 milyar. Penentuan besar
kecilnya didasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kondisi infrastruktur
pendidikan dan kesehan, jalan dan jembatan, ini variabel yang akan
menentukan besar kecilnya alokasi pada kecamatan. Tapi yang melaksanakan
bukan SKPD kecamatan, karena ini berkaitan dengan sumberdaya, kewenangan,
dst tapi yang melaksanakan tetap SKPD kabupaten. Ini akan mendorong SKPD
kabupaten untuk lebih partisipatif, artinya nanti teman-teman akan banyak
mendengar kebutuhan masyarakat secara langsung dan berjalan diskusi secara
efektif. Masyarakat dan kecamatan, maupun desa akan memahami bahwa dana
kita yang melalui proses partisipatif yang akan turun ke sini sekian milyar, dari
sekian milyar ini PU masuk berapa, pendidikan masuk berapa. Mudah-mudahan
dengan ini keluhan masyarakat bahwa Musrenbang efektifitasnya rendah, akan
bisa diatasi. Mudah-mudahan nanti juga ada pagu indikatif SKPD. Jadi tetap ada
domain perencanaan teknokratis yang diserahkan ke SKPD, tapi kita juga
memberikan domain yang lebih luas untuk partisipasi melalui pagu kewilayahan.
Gagasan-gagasan ini nanti kita kaji, Musrenbang kecamatan tinggal beberapa
hari lagi, kita rencanakan mulai tanggal 15 Februari.
• Ketersediaan instrumen untuk mengorganisasikan aspirasi, kebutuhan dan
prioritas masyarakat.
• Tersedianya organisasi masyarakat sipil yang peduli, aktif dan kompeten dalam
issues penganggaran.
• Ada pengembangan kapasitas staf pemerintah daerah dan DPRD dalam berbagai
aspek pengelolaan keuangan dan anggaran.
• Keterlibatan masyarakat miskin dan tertinggal.

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 6


Kemudian kami sampaikan, saat ini ada outline dan substansi naskah akademik.
Disini ada beberapa hal yang bisa kita lihat sbb;
a. Hasil inventarisasi hukum positif.
b. Hasil inventarisasi permasalahan hukum yang dihadapi.
c. Gagasan-gagasan tentang materi hukum yang akan dituangkan ke dalam
rancangan peraturan perundang-undangan.
d. Konsep landasan, alas hukum, dan prinsip yang akan digunakan.
e. Pemikiran tentang norma-normanya yang telah dituangkan ke dalam bentuk
pasal-pasal. Gagasan awal naskah rancangan peraturan perundang-undangan
yang disusun secara sistematis: Bab demi Bab, serta pasal demi pasal untuk
memudahkan dan mempercepat pembentukan rancangan oleh instansi yang
berwenang.

Bagian Pertama: Naskah Akademik Ranperda


Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Kegunaan yang Ingin Dicapai
1.2.1 Tujuan Pengaturan- ditujukan terutama untuk mengatasi isu-isu dan
permasalahan strategis proses perencanaan dan penganggaran daerah.
Pengesahan APBD tepat waktu. Konsistensi RPJP-D, RPJM-D dan RKPD.
Konsistensi RKPD dengan KUA, PPAS, dan APBD. PRO POOR APBD dsb.
1.2.2 Kegunaan/Manfaat Pengaturan Bagi Pemda dan DPRD
• APBD tepat waktu.
• Keterpaduan dan konsistensi dalam pengambilan keputusan perencanaan
dan penganggaran daerah.
• Pengelolaan keuangan daerah yang lebih efisien dan efektif.
• Pemenuhan aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang lebih besar.
• Kejelasan arah (fokus) dan kinerja kemajuan perjalanan pembangunan dan
otonomi daerah.
• Kredibilitas pemerintah daerah dimata masyarakat terutama berkaitan
dengan pelaksanaan prinsip-prinsip good local governance.
• Kejelasan oversight DPRD dalam perencanaan dan penganggaran daerah.
1.3 Metoda Pendekatan
1.3.1 Pendekatan Filosofis:
• Demokrasi perwakilan versus demokrasi deliberatif—demokrasi perwakilan
menekankan pada aspek prosedur dan kerangka aturan formal, mekanisme
perwakilan masih belum optimal dimana kehendak parlemen seringkali tidak
berbanding lurus dengan kehendak rakyat yang diwakilinya. Demokrasi
deliberatif menekankan pelibatan publik dalam proses-proses pengambilan
keputusan dan merupakan bagian dari pendidikan politik warga.
1.3.2 Pendekatan Yuridis:
• Memuat esensi UU No 25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan
Pembangunan Nasional.
• Memuat esensi UU No 17/2003 tentang Keuangan Negara.
• Memuat esensi UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
• Memuat esensi PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
• Memuat esensi PP 8/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan
Penyusunan,
• Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencan
1.3.3 Pendekatan Sosiologis:
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 7
• Fungsi kognitif: menghasilkan keputusan yang rasional mempertimbangkan
kajian akademis, masukan, kritik kelompok terkait dan alokasi sumber daya.
• Fungsi instrumental: alat mempertemukan berbagai kepentingan dalam
pengambilan keputusan.
• Fungsi politik: mengurangi resistensi terhadap keputusan yang diambil
karena berdasarkan keputusan bersama, legitimasi publik.
• Fungsi sosial: mengidentifikasi kebutuhan riil di masyarakat dan
menyelesaikan problem utama.
1.3.4 Pendekatan Ekonomis
1.3.5 Pendekatan Politis
1.4 Pengorganisasian Proses

Bab 2 Ruang Lingkup Naskah Akademik


• 2.1 Ketentuan Umum
• Pengertian dan Peristilahan.
• 2.2 Identifikasi Permasalahan
• 2.3 Kebijakan untuk Mengatasi Masalah
Bab 3 Kesimpulan dan Saran
• 3.1 Kesimpulan
• Rangkuman pokok isi naskah akademik.
• Luas lingkup materi yang diatur, dan kaitannya secara sistematis dengan
lain-lain peraturan perundang-undangan.
• Bentuk pengaturan yang dikaitkan dengan materi muatan.
• 3.2 Saran-saran
• Apakah semua materi naskah akademik sebaiknya diatur dalam satu bentuk
• peraturan atau ada sebagian yang sebaiknya dituangkan dalam peraturan
pelaksana atau peraturan lainnya.
• Usulan mengenai penetapan skala prioritas penyusunan naskah akademik
• peraturan perundang-undangan dan saat paling lambat peraturan harus
selesai diproses, beserta alasannya.
Bab 4 Lampiran
• Daftar Kepustakaan.

Bagian Kedua: Konsep Awal Rancangan Perda Perencanaan dan Penganggaran


1. Konsideran (yang menunjuk pada perlunya/urgensi pengaturan materi).
• Pokok-pokok pikiran.
• Konstantasi Fakta .
2. Alas/Dasar Hukum (Peraturan Perundangan yang Dapat Dirujuk dalam
Penyusunan Muatan Perda Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif
(dilengkapi dengan rumusan dari pasal yang dirujuk).
3. Ketentuan Umum
4. Materi
4.1 Prinsip-prinsip Partisipasi
• Maksud, Tujuan, Sasaran, dan Manfaat
• Capaian
• Pengaturan Partisipasi (peserta, gender, informasi, waktu, dan tempat,
agenda (isu
• dan prioritas konsensus)
• Bentuk partisipasi (tingkatan dan teknik)

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 8


• Sumber daya dan dana
• Peranan dan kewajiban (Pemda, DPRD, dan masyarakat)
• Media
4.2 Tahapan Pembangunan
• Perencanaan
• Penganggaran
• Pelaksanaan
• Pengendalian dan Evaluasi
• Pelaporan
4.3 Perencanaan Pembangunan Daerah
4.3.1 RPJPD
• Umum
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.3.2 RPJMD
• Umum
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.3.3 Renstra SKPD
• Umum
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.3.4 RKPD
• Umum
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Pagu Anggaran Indikatif
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.3.5 Renja SKPD
• Umum
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Penyusunan PRA-RKA SKPD
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.4 Penganggaran Pembangunan Daerah
4.4.1 Rencana Kerja Anggaran SKPD
• Umum
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.4.2 Kebijakan Umum Anggaran
• Umum
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.4.3 Penetapan Plafond Anggaran Sementara
• Umum
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 9
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.4.4 RAPBD
• Umum
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.4.5 Pelaksanaan APBD
• Umum
• Capaian-keluaran kesepakatan partisipasi
• Pengaturan partisipasi (peserta, macam informasi)
• Hal-hal lain yang perlu mendapatkan penekanan
4.5 Pengendalian APBD
4.6 Evaluasi APBD
4.7 Pelaporan APBD
Ketentuan Penegakan Hukum
-Sanksi administrasi
-Ketentuan pidana
6. Ketentuan Peralihan
7. Ketentuan Penutup: PENGORGANISASIAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH
AKADEMIS

Ada diskresi yang kita lakukan, yaitu menggabungkan antara perencanaan


pembangunan desa dengan perencanaan pembangunan daerah. Meskipun PP 72
juga mengamanatkan Perda sendiri tentang perencanaan desa, tapi ini mesti perlu
dikaji, apakah harus dengan Perda sendiri? Belajar dari pasal lain dalam PP 72,
ternyata disebutkan bahwa perencanaan pembangunan desa menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari perencanaan di daerah, sehingga Raperda ini juga mengatur
tentang perencanaan pembangunan desa. Beberapa UU juga mengamanatkan
harus dengan Perda sendiri, tapi kita jadikan satu agar ada aliran yang jelas. Kita
mencoba menghindari missing link, rantai yang terputus ketika Musrenbang Desa,
Kecamatan, Kabupaten, lalu KUA PPAS, sampai dengan APBD, sehingga dalam
Ranperda ini menjadi satu paket.

Sampai di sini gambaran tentang checklist maupun naskah akademis Ranperda.


Mudah-mudahan ini bisa mengawali diskusi kita di kelompok. Barangkali bapak
Kepala Bappeda ingin memberikan pengarahan.

Kepala Bappeda
Terimakasih Pak Irawan, assalamualaikum wr.wb. Bapak ibu yang saya hormati,
pertama-tama saya mohon maaf karena saya harus bolak-balik, ada serah terima
dengan Dinas PU, jadi saya terlambat. Mudah-mudahan Pak Irawan bisa
mencukupkan untuk mengawali diskusi hari ini tentang perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah. Ranperda ini ide awalnya memang kita lihat
dalam beberapa waktu lalu, dari evaluasi yang telah kita lakukan, masih banyak
kelemahan kita dalam perencanaan pembangunan. Sehingga kita bekerjasama
dengan IDEA dan GTZ untuk mencoba melihat bagaimana perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah bisa lebih efektif dan efisien sehingga lebih
banyak masyarakat dari desa sampai dengan kabupaten ikut terlibat di dalamnya,
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 10
sehingga akan mempermudah legislatif untuk dapat mempercepat proses karena
sudah diawali sejak dari yang paling bawah. Ini ide awalnya, sehingga coba kita
tuangkan dalam Perda. Mudah-mudahan dalam proses pembahasan ini bisa lebih
sempurna lagi sehingga nanti bisa kita implementasikan secara efektif di masing-
masing SKPD sampai di desa. Harapannya program kerja atau RPJM kita selama 5
tahun mendatang yang akan kita tetapkan bersama legislatif bisa terarah, terukur,
sehingga ke depan siapapun yang membaca ini ada koridor-koridornya, sehingga
tujuan kita jelas, di dalam RPJM kita adalah tujuannya X. Jadi untuk menuju ke sana
kita tahu arah, jalan, koridor, kita tahu kelemahannya dan bisa kita perbaiki menuju
ke arah yang kita inginkan bersama. Itu saya kira penekanan yang harus kita bahas
dalam Raperda ini. Yang jelas masukan bapak ibu dalam Raperda ini sangat kami
harapkan, karena ini tidak mungkin kami susun sendiri tanpa masukan dari bapak
ibu sehingga apa yang kita rumuskan ini benar-benar bermanfaat bagi kami di
kabupaten Gunungkidul. Monggo mari kita diskusikan. Billahitaufik wal hidayah,
wassalamualaikum wr. wb.

Irawan
Terimakasih Bapak Kepala Bappeda. Satu hal yang perlu kita informasikan kepada
bapak-bapak anggota dewan. Mulai tahun ini kita juga mengintegrasikan antara
proses perencanaan yang dilakukan desa dengan PNPM, mungkin ini satu-satunya
di DIY dan nomor dua di Indonesia setelah NTB. Harapannya, sejak awal bisa kita
petakan, mana yang akan dibiayai PNPM dan yang akan diusulkan oleh APBD, atau
mana yang dari sumber daya lain? Sehingga tidak ada overlapping. Karena kalau
dicermati, sangat mungkin pendanaan satu kegiatan didanai oleh beberapa
sumber. Mungkin ada juga keinginan kita untuk pemerataan, kalau sudah ada
PNPM, maka yang lain diberi APBD, atau sinergitas, contoh yang paling mudah dari
ini misalnya di Semin atau di Hargomulyo, di sana PNPM untuk membuka
gunungnya, talud-nya dari bantuan keuangan provinsi, nanti cor bloknya dari
bantuan semen dan ADD. Karena kita tahu kalau kita berharap dari sumber dana
dekon ini pasti kurang. Disamping itu tujuannya agar efisien, pemetaannya jelas. Ini
sudah kita mulai sehingga Musrenbang kecamatan yang nanti kita jalankan, ketika
finalisasi, tapi sebelumnya sudah ada pra Musrenbang yang satu hari itu hanya
finalisasi dan pra Musren yang sudah memetakan sejak awal, mana yang dari
PNPM, mana yang dari APBD, atau dari provinsi atau dari pusat. Harapannya tidak
hanya PNPM, tapi bisa semua, sementara ini baru dari PNPM karena yang lain
sekarang masih pendampingan KUA. Ini kita persilahkan daerah, kita padukan.
Sehingga akan jelas proses perencanaan itu. Demikian Mbak Tenty.

Tenty
Terimakasih Pak Syarif dan Pak Irawan yang telah menyampaikan kisi-kisi yang
telah dituangkan dalam rancangan peraturan daerah penganggaran dan
perencanaan di Gunungkidul. Sebelum kita masuk ke diskusi kelompok, apakah ada
pertanyaan atau klarifikasi? Kami persilahkan, sementara kita bagi dua sesi. Tiga
penanya untuk partisipan di bagian Timur dan Barat.

Suhardono (Komisi B, DPRD Gunungkidul)


Terimakasih, assalamualaikum wr.wb, kepala Bappeda beserta staff, teman-teman
dari IDEA, masyarakat dan dari kecamatan yang saya hormati. Puji syukur kehadirat
Allah SWT atas rahmat hidayahnya sehingga pada kesempatan yang baik ini kita
diberi kesempatan untuk bertemu di aula Bappeda sayap Barat.
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 11
Yang kedua, sebelum kami menyampaikan sesuatu, kami minta ijin karena nanti
kami tidak bisa ikut sampai tuntas karena nanti akan ada rapat paripurna. Sehingga
dengan demikian jangan sampai dianggap Dewan itu hanya datang – duduk –
dengar – tidur dan duit. Kadang-kadang begitu. Oleh karena itu kami ingin
menyampaikan beberapa hal, kami sangat berbahagia bahwa perencanaan
sekarang ini dikatakan tidak lagi perencanaan yang mengawang. Musrenbang dulu
seperti seremonial saja. Pokoknya diskusi dulu, terserah saja, kecamatan bisa
mengusulkan sebanyak mungkin, biasanya kalau di kecamatan masih ada harapan,
tapi kalau sudah sampai kabupaten karena dananya tidak ada ya sudah. Lalu
bagaikan pungguk merindukan bulan, tidak pernah tidak kecewa karena saya juga
lama di pemerintahan. Tapi mau menyalahkan siapa? Dengan apa yang
disampaikan teman-teman Bappeda bisa kelihatan, kekuatan kita sebetulnya
seperti ini, walau baru di perencanaan, tapi kita sudah tahu kira-kira kekuatan kita
sekian di masing-masing kecamatan, jadi nanti bukan daftar keinginan, tapi betul-
betul kebutuhan yang paling utama dulu. Jadi nanti kita coba terapkan dengan
bantuan IDEA. Kami juga kasihan, dari desa, kecamatan, sampai disini yang nyantol
biasanya sangat minim, alasannya skala prioritas. Kalimat itu mudah diungkapkan
tapi susah dijelaskan. Kalau ada yang dananya besar ya berhasil, tapi kalau untuk
dinas yang sedikit ya terpaksa. Jadi ada dinas yang mengelola milyaran rupiah, tapi
ada dinas yang mengelola hanya puluhan juta. Orang di bawah mengatakan ini
basah, padahal ini tidak ada. Jadi tolong kita perhatikan betul. Kami berharap
bahwa di desa kita pikirkan, apalagi nanti ada satu UU yang mengatur kedudukan
desa di kabupaten. Contoh saja, tidak mungkin satu dinas langsung mengcover 144
desa. Pasti sebagian besar akan berangkat dengan nilai dan skala tertentu, karena
itu, kalau nanti ADD yang kami usulkan disetujui, sebaiknya ADD kita tingkatkan
bersama. Mengapa usul agar ADD kami tingkatkan, karena kalau digarap oleh dinas
di tingkat kabupaten justru pemerataannya kurang. Kalau ADD kita tingkatkan,
desa akan menggarap dengan masyarakat dan mereka tahu kekuatannya, sehingga
mereka bisa memprioritaskan mana yang akan dikerjakan dulu, pasti akan ada
yang dilakukan.

Berbicara tentang partisipatif memang betul, tapi jangan karena bicara dengan
partisipatif, lalu kita manampung sebesar-besarnya usulan masyarakat. Jangan
sampai kita buat seperti keranjang sampah.

Terakhir kami sangat bahagia kalau akan dilibatkan dalam Musrenbang, tapi perlu
diketahui bahwa kadang teman-teman di dewan sudah terlanjur punya agenda
sendiri. Kadang ada tugas yang mendadak, tapi kami dalam hati siap untuk
mendampingi teman-teman di kecamatan tadi. Mungkin karena keterbatasan
waktu, tidak tiap saat di depan dengan masyarakat. Jadi kalau tidak bisa semua
jangan sampai ada kesan kami ini tidak mau bekerja. Dengan demikian, tolong kami
akan coba untuk membagi diri, mungkin tidak perlu membagi diri dalam per faksi,
tapi per dapil, lalu membagi diri untuk bisa datang ke kecamatan. Kalau per faksi
mungkin tidak mencukupi, tapi kami nanti akan kami sampaikan ke pimpinan. Saya
mohon maaf bahwa kami nanti tidak bisa sampai tuntas. Mohon maaf, terimakasih.

Tanty
Ada lagi Pak Warto mungkin?

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 12


Warto (DPRD)
Terimakasih, assalamualaikum wr.wb. Saya melihat ada kemajuan, sudah ada
naskah akademik, selama ini belum dilakukan antara eksekutif dan legislatif, ini
akan membantu walau di DPR sebetulnya ada tim ahli, tapi sampai saat ini juga
belum berjalan.

Harapan kami jadwal Musren ini diluncurkan ke DPRD lebih awal, sehingga kegiatan
bisa kami samakan. Seharusnya memang ada komisi orientasi, lalu ada draft
akademik, baru penjadwalan, sehingga pas. Tapi ini sudah bagus, sebagai
gambaran saja Raperda tentang…, tidak ada naskah akademik, tidak ada komisi
orientasi, akhirnya di provinsi mental juga, jadi kita malu. Gunungkidul kelihatan
bodoh.

Kemudian yang kedua, masalah anggaran, di DPRD ini tidak semuanya tahu
anggaran. Kalau yang mau membahas ya membahas, yang tidak ya tidak, kadang-
kadang harus dilibatkan dari Musren. Kalau ini ada rencana ADD, rencana PNPM
tahu, kalau tidak ada ya kita carikan provinsi atau pusat. Kalau sesuai dengan
rencana akan baik, dan itu akan selesai, saya yakin. Tapi biasanya Provinsi itu apa,
dimana, itu teman-teman juga tidak tahu. Harapannya ada match, waktu kami
mengusulkan pengadaan aspal dan semen, akhirnya tidak match antara eksekutif
dan legislatif, anggarannya tidak cocok, KUA dan PPS sudah ditetapkan, akhirnya
berubah. Seperti kemarin, mengapa seragam direncanakan setiap tahun? Kalau
perlu pamong desa dulu, kepala desa dulu. Ini tidak jadi masalah, kemarin kan baru
inisiatif, berarti kan perencanaan ke depannya, aturannya belum begitu jelas.
Setelah hasil Musren, kami akan kombinasikan dengan Jaringasmara. Setelah final
di eksekutif, kami mohon untuk dikirim. Ini akan memudahkan. Atau mungkin kita
gabungkan, hasil Musren Provinsi ini kita harus punya yang di Gunungkidul apa
saja. Setelah dilihat kemarin di provinsi ada efisiensi sampai 46 Milyar. Mengapa
begitu? Sebagai gambaran misalnya SDLB/SLB, itu kan kewenangan provinsi,
mengapa Kabupaten Gunungkidul masih menganggarkan itu? Akhirnya disana sisa
uang. Yang dibuat pintar itu warga kita tapi yang membiayai masih banyak juga.

Saya berpendapat antara PNPM, P2KP, bantuan semen, kemudian ADD, kemudian
bantuan yang 50 juta per kelurahan di provinsi itu tidak satu. Saya melihat ada
kejanggalan, jadi patok PNPM dipindah, patok swadaya, akhirnya tumpang tindih,
tidak akan selesai dan itu menimbulkan pungli. Kalau ada perencanaan yang jelas,
kami juga senang, kita tahu daerah mana yang belum? Kami di DPRD juga sering
kerepotan, kalau tidak dengan ada naskah akademik, tidak dengan perencanaan
yang tepat, hanya dengan demo lalu anggaran bubar. Ada sentimen demo lalu
bubar, ini juga tidak baik. Sekarang Pak Camat dan Lurah sudah cerdas, bahkan
kami dengan Pak Camat ada komunikasi, hasil Musren kita kawal dan kita bawa.
Begitu tidak kita kawal kita tidak tahu kebutuhannya apa. Sekali lagi, hasil dan
jadwal Musren mohon kami diberikan, untuk gambaran kami dan agar teman-teman
kami biar tahu. Seperti kemarin, pemberdayaan perempuan ini malah anggarannya
cukup sedikit. Kita lihat di Gunungkidul ini PADnya 10 besar, tapi kegiatannya tidak
ada. Misalnya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, PADnya turun 1 milyar – 2
milyar, tapi anggaran membangun di obyek wisata hanya berapa ratus juta, ini kan
tidak match. Demikian, kurang lebihnya mohon maaf.

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 13


Sedikit lagi, untuk DAK ini bukan Pemda, ada sekolah yang siswanya hanya 45, tapi
gedungnya bagus sekali, melebihi SMA. Namun ada gedung yang muridnya 248,
tapi gedungnya jelek sekali, termasuk gurunya, anak 248 hanya diajar oleh 3 orang
PNS. Ada yang muridnya kurang dari 50, itu kalau masuk semua, gedungnya yahud,
bahkan kami datang itu disuguhi laptop dan LCD. Ini kan tidak ada match-nya
dengan pembangunan kita. Ini salah satu gambaran yang perlu kita rencanakan,
termasuk Pustu yang tidak dipakai. Berarti perencanaanya kurang baik, ada Pustu
kok tidak dipakai?! Kekurangannya apa? Kalau kurang SDMnya ya kita berikan
tambahan, kita berikan tenaga, walau mau ada perubahan di PP 48 dan PP 43, tidak
boleh mengangkat honorer. Tetapi kalau guru dan kesehatan tidak bisa. Apa mau
ngajar pakai komputer? Maka kami melihat ada anggaran yang perlu di-match-kan
dengan kami. Maksud kami seperti itu. Jangan sampai seperti kemarin, gak usah
PNS lagi, lha ternyata guru kurang, lalu siapa yang mau ngajar? Harapan kami ada
link, kalau UU 32, eksekutif dan legislatif itu seperti suami istri, kalau tidak pas kita
paskan, mengatasi masalah tanpa masalah. Kalau Pak Hardo mengungkapkan ini
juga salah saya, malah ini lebih bagus, sebaik-baik orang itu adalah orang yang
mengakui kesalahannya. Saya kira demikian, tapi karena nanti ada 4 Raperda yang
akan kami bahas, termasuk ADD, kami mohon pamit lebih dulu. Mudah-mudahan
tidak ditolak oleh Gubernur, direvisi tidak papa. Kalau ditolak itu menyakitkan betul,
apalagi sudah menghabiskan banyak dana untuk studi banding.

Tenty
Satu lagi dari sebelah Timur, mungkin dari warga atau dari LSM.

Kaur Perencanaan Saptosari


Terimakasih, bapak Bappeda yang saya hormati, bapak dari dewan yang tadi telah
mengutarakan permasalahan yang menyangkut desa, kami sangat berbahagia
sekali karena baru pertama kali ini kami dari wakil Kecamatan Saptosari, terutama
Desa Kepek, kami selaku Kaur Perencanaan sudah beberapa tahun ini menyusun
Musrenbangdes, tetapi setelah sampai di kabupaten kami sendiri tidak tahu
bagaimana lingkup Saptosari dan lingkup desa kami karena tidak ada informasi
atau hasil yang memperjelas hasil Musrenbang kami. Mudah-mudahan tahun ini
dengan dilandasi antara perencanaan desa dan daerah ini dipadukan, karena desa
adalah suatu pusat pertumbuhan, katanya, ini yang digembar-gemborkan, maka
mohon nanti hasil-hasil Musren, kalau di kecamatan kami masih bisa mendampingi,
tapi kalau di Kabupaten kami selalu kehilangan jejak. Padahal Saptosari dan Desa
Kepek sebagai kota kecamatan sudah dua tahun berturut-turut mengusulkan kantor
BRI dan kantor pos, tapi sampai sekarang masih belum jelas. Itu sudah kami susun
di RPJMDes 2008. Lalu pada bulan Januari kemarin kami menyusun review RPJMDes
2010-2012 dan kami susun RKP pertahun pun juga kami masukkan untuk BRI dan
kantor pos. Kecamatan Saptosari mungkin memang kecamatan baru yang belum
ada fasilitas BRI dan Kantor pos, masih bergabung dengan Kecamatan Paliyan.
Kalau kantor pos mungkin bisa belakangan, tapi kalau BRI kami harap bisa segera
ada dan diakomodir karena di sana masyarakat sudah mulai berfikir untuk mulai
memanfaatkan jalan lintas selatan, masyarakat sudah mulai membuka bengkel
atau pertokoan dan perekonomian sudah mulai tumbuh.

Kedua kami juga heran, mengapa dari pemerintah kabupaten, katanya setiap
usulan yang masuk RPJMDes harus disusun proposal. Kami di tahun 2009 kemarin
sampai 3 kali ke PU, bahwa tahun 2008 kami menyusun RPJMDes dan disitu kami
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 14
mengusulkan perbaikan jalan kabupaten sepanjang 500 m dan sampai saat ini,
mungkin Pak Hardoyo waktu di Desa Kepek juga tahu, kami tambahkan dengan
berita acara permohonan dari Kepala Desa ke Pak Bupati dengan tembusan ke PU,
sampai sekarang masih belum ada tindak lanjut. Memang dilihat tapi belum ada
tindak lanjut. Karena kecamatan Saptosari berada di Desa Kepek dan Desa Kepek
merupakan salah satu kota di kecamatan Saptosari. Tidak hanya di Desa Kepek,
mungkin di tempat lain juga perlu diperhatikan. Selama ini kami membuat
perencanaan hanya dimarahi oleh masayarakat. Kalaupun ada hasilnya, itu cuma
satu di tingkat desa, itu bisa mengobati sakit hati masyarakat, karena masyarakat
sekarang lebih pandai dari pemerintah desa. Kami juga sangat berterimakasih
karena ada pengintegrasian pemerintah dan PNPM, sehingga kita tahu mana yang
harus didanai PNPM dan mana yang harus didanai pusat. Dua tahun kemarin
simpang siur, ada yang didanai PNPM lalu besok didanai Sobermas. Kalau dengan
begini kami jadi tahu, sekarang didanai ini dan besok diganti yang lain.
Terimakasih, wassalamualaikum wr.wb.

Tenty
Silahkan, singkat saja dari masyarakat.

Masyarakat (Komunitas Petani Gunungkidul)


Pertama dalam hal penganggaran, dari Musren desa sampai kecamatan, yang kita
pentingkan lebih dulu adalah informasi tentang sumber pendanaan. Selama ini
Musren dianggap tidak efektif karena hanya mengawang di desa, tapi tidak melihat
seberapa besar DAK atau DAU atau dana perimbangan di Gunungkidul? Informasi
itu akan sangat berharga. Jadi tidak akan berbunyi usulan dari desa setelah
diakumulasikan di kabupaten 7 triliun, sementara dana APBD hanya 6 Milyar. Ini
lucu sekali dan merepotkan SKPD. Itu sangat diperlukan, jadi sebelum Musren desa
itu diharapkan bisa tersaji. Minimal informasi estimasi anggaran yang bisa diperoleh
di Kabupaten Gunungkidul.

Kedua kalinya, saya setuju dengan draft rancangan ini, tapi belum ada satu hal
yang bisa menyentuh ego sektoral yang dilakukan masing-masing instansi atau
level di atasnya, provinsi. Karena sering terjadi, di luar RPJM muncul program
dadakan yang jatuhnya program justru di akhir tahun pelaksanaan anggaran. Lalu
muncul kecurigaan, jangan-jangan ini hanya untuk menyelesaikan LPJ. Mestinya
dari rancangan peraturan yang kita sajikan minimal bisa mengurangi ego sektoral
dari instansi terkait.

Ketiga kalinya, rancangan program ini akan berdampak pada pelaksanaan kegiatan
satu tahun, tapi kalau kita selalu memprogramkan, mungkin agak sama dengan Pak
Juarto, apakah sudah terbentuk tim evaluasi dampak program? Banyak program
yang alasannya pengentasan kemiskinan, tapi apa benar kemiskinan sudah
dientaskan? Jangan sampai kita hanya membangun monumen, conblok semua, tapi
apakah dengan ini ekonomi masyarakat sudah ternilai dan terukur seberapa besar
peningkatan ekonomi mereka? Jangan sampai dengan jalan mulus tidak merubah
ekonominya, hanya investor tertentu saja yang memanfaatkan. Ini yang merugikan
rakyat, ini perlu kita atur lagi dalam draft nanti. Tiga hal itu yang saya sampaikan,
terimakasih dan maaf kalau ada yang kurang berkenan di hati bapak-bapak.

Edi Susilo (masyarakat)


IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 15
Mungkin sedikit dari masyarakat desa, tadi sudah banyak dikupas oleh bapak-bapak
yang pada intinya adalah tentang strategi perencanaan lewat Musren dan
sebagainya. Kemudian disini kami justru malah akan mengkritisi tentang strategi
pelaksanaan anggaran itu. Karena poin yang disampaikan adalah keterbatasan
anggaran berakibat pada pelaksanaan yang terbatas juga, untuk itu kami
mengharapkan bahwa strategi pelaksanaan anggaran ini dapat dilaksanakan lewat
swakelola, artinya bisa ditangani masyarakat desa secara langsung, disitu ada
LPMD, ada bagian-bagian perencanaan dan pelaksanaan di masyarakat, karena
kondisi desa bisa dikatakan bahwa sudah ada banyak persiapan SDM masyarakat
yang selama 10 tahun terakhir ini kita sudah berpengalaman di PNPM Mandiri
Pedesaan, yang mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi sudah
ditangani oleh masyarakat sendiri. Kaitan dengan ini perlu ada rekomendasi yang
mengatur tentang strategi pelaksanaan anggaran ini, agar bisa dilaksanakan
masyarakat lewat swakelola dan bisa ditangani lewat lembaga-lembaga yang ada,
karena memang jangkauan kita adalah memang untuk efisiensi dan efektifitas
anggaran yang serba kurang. Sebetulnya perlu dikuatkan adalah keikhlasan dari
pemerintah daerah bahwa strategi perencanaan yang biasanya dipolakan dalam
pelaksanaan lewat pemborong dan sebagainya, ke depan kita harus mengarahkan
dan mempunyai strategi untuk pelaksanaan di swakelola oleh masyarakat.
Terimakasih, dari kami sebagai wakil dari masyarakat desa ada kurang lebihnya
kami mohon maaf.

Tenty
Satu lagi ya, barangkali karena nanti akan ada diskusi kelompok, maka masukan
lain bisa dibahas dalam diskusi kelompok.

Edi
Saya tidak akan banyak bercerita pengalaman lapangan sebagaiman teman-teman,
saya hanya ingin bercerita tentang pengalaman kami dalam proses yang kurang
lebih sama dengan yang dilakukan teman-teman IDEA dan Bappeda saat ini. Kami
punya pengalaman mendorong satu Perda di tingkat Kabupaten, dua kali proses
yang kami lalui berjalan mulus di daerah, mendapat dukungan eksekutif dan
legislatif, sehingga waktu itu Perda berhasil diundangkan. Tapi dalam pengalaman
kami, lalu Perda itu dibatalkan pemerintah pusat, itu pada tahun 2003/2004.
Kemudian kita juga menginisiasi satu Perda lain di satu wilayah, sebelum
diundangkan kita konsultasi dengan Kantor Wilayah Hukum dan HAM, untuk proses
sinkronisasi. Pertanyaan saya, apakah memang Perda ini secara substansi
diperlukan? Mengapa harus perundangan dalam bentuk Perda? Mengapa tidak bisa
diatur dengan bentuk lain? Karena yang jelas, Perda tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan di atasnya. Kalau memang tidak
bertentangan, perlu dicek juga, apakah substansinya bukan merupakan
pengulangan dari peraturan perundangan di atasnya? Karena kalau kita cermati
dalam draft yang sudah dibagikan, minimal saya lihat dalam pasal 55, isinya kurang
lebih mengulangi atau sama dengan UU pemerintah daerah. Menurut saya, kalau ini
tingkat Perda, saya pikir harus lebih dilatarbelakangi dengan persoalan yang
menjadi karakteristik di Gunungkidul dan melatarbelakangi perlunya Perda ini.
Misalnya kalau tadi persoalannya adalah bagaimana memastikan Musrenbangdes
bisa masuk dalam anggaran daerah, mengapa tidak substansi ini yang lebih
diperkuat dalam rancangan Perda ini? Tapi di sini saya melihat ada proses

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 16


pengulangan, saya sedikit memberikan masukan saja agar proses yang dibangun
teman-teman tidak dimentahkan.

Secara teknis saja, pada bagian naskah akademis, di paragraf pertama ditulis UU 17
tahun 2003 tentang keuangan daerah, ada sedikit koreksi saja, mungkin yang
dimaksud adalah UU keuangan negara. Lalu perlu dicek di bagian menimbang dan
mengingat, apakah benar ada Perda No. 40 tentang tata cara penyusunan
perencanaan pembangunan nasional? Ini teknis redaksional yang perlu kita cek
satu persatu. Karena ini peraturan dan terkait dengan wibawa pemerintah serta
supremasi hukum.

Tenty
Silahkan langsung ditanggapi dengan singkat saja.

Irawan
Pak Hardono dan Pak Warto, kami nanti segera mengirimkan jadwal, hari ini sedang
kita ajukan ke Pak Sekda, nanti ada jadwal. Nanti akan ada surat ke Camat dan ada
surat ke anggota dewan. Lalu ada usul peningkatan ADD, terimakasih, memang
idealnya kita berangkat dari asumsi subsidiaritas. Apa yang bisa dilaksanakan desa,
biar desa itu yang melaksanakan, apa yang tidak bisa dilakukan desa, itu yang
dilakukan kabupaten. Ada gagasan, kenapa bantuan semen tidak dijadikan di desa,
yang pengadaannya oleh desa sendiri? Ide itu yang kita kaji. Banyak ide seperti itu
yang intinya mendorong subsidiarity desa, mendorong otonomi desa, tapi kembali
lagi, kita perlu lihat hasil rekomendasi atas kajian itu apa, dan itu yang akan kita
laksanakan.

Sekali lagi kami menghargai mekanisme Jaringasmara, kita tidak ingin mengahpus
itu karena itu hak dewan. Kalau ketika reses anggota dewan punya mekanisme
Jaringasmara, ini akan memperkaya hasil Musrenbang, karena Musren Kecamatan
pelaksanaannya lebih dulu sebelum Jaringasmara. Jadi memperkaya dan bisa
dicrosschek. Dan terdokumentasi, karena yang desa menjadi dokumen rencana
kerja pembangunan desa, yang kecamatan menjadi dokumen rencana kerja
kecamatan.

Kemudian dari beberapa yang tadi menyampaikan, kita perlu menyampaikan


informasi secara benar tentang anggaran, artinya, kalau tidak kita informasikan
masyarakat selalu bertanya, berapa DAU, DAK, bagi hasil pajak, PAD kita, dst? Kita
dengan IDEA akan mengalirkan ini, kita akan menyampaikan lewat Harian Jogja,
yang murah, jadi APBD 2010 nanti kita informasikan pada masyarakat melalui
Harian Jogja, semua kecamatan. Tadi kalau dikatakan proyeksi anggaran tahun
depan, ini selalu kita informasikan ketika Musrenbang Kecamatan, saat
dilaksanakan Musrenbang Kecamatan proyeksi DAU kita ke depan berapa tahun
mendatang ini ada proyeksinya. Ketika Musrenbang, harapannya bisa mendorong
usulan yang lebih rasional dan realistis.

Kemudian sumber lain non APBD, baru saja ada edaran dari Sekda ke seluruh SKPD
yang menegaskan bahwa koordinasi untuk usulan-usulan kepada APBD Provinsi dan
APBN itu terkoordinir di Bappeda. Jangan sampai SKPD jalan sendiri. Pak Hardo
paham betul di Jakarta itu dana banyak sekali, kalau di sana sektoral mencari lokasi
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 17
untuk pelaksanaan kegiatannya, kalau kita mencari sumber dana untuk lokasi kita.
Tujuan kita dikoordinasikan oleh Bappeda itu karena pemetaan, ketika Musrenbang
Kabupaten bisa kelihatan, mana yang diusulkan dalam tugas pembantuan atau
DAK, dst. Bahkan ada SKPD yang mendapat alokasi besar dari CSR, Pertamina atau
BUMN, hampir 8 Milyar setiap tahun untuk kredit ternak, ini harus dipetakan, karena
kalau tidak akan numpuk-numpuk. Satu lokasi bisa mendapat dari banyak sumber,
karena yang akan memetakan Bappeda, maka koordinasinya di sini. Selama ini
kami susah mendapatkan informasi mengenai tugas pembantuan. Dekon juga
seperti itu, kami juga sampaikan ke Kepala Bappeda DIY agar dana Dekon juga
diinformasikan ke kabupaten. Karena dekon itu dananya pusat, dilaksanakan
provinsi, kita tidak tahu apa-apa, tiba-tiba di desa ini ada kegiatan.

Kemudian Desa Kepek, mohon maaf kalau kantor pos dan BRI itu bukan
kewenangan Pemda, yang bisa kita lakukan hanya menginformasikan. Kebetulan
keduanya ini adalah perusahaan negara. BRI adalah BUMN dan kantor pos itu
perum. Kita bisa menginformasikan, tapi barangkali mereka punya pertimbangan
sendiri.

Kemudian usulan disertai proposal, kita sudah dorong pada SKPD untuk tidak
menerima proposal karena ini yang merusak sistem perencanaan. Tapi kalau non
APBD ya silahkan, tapi tidak akan mengganggu mekanisme perencanaan di
kabupaten, artinya APDB. Perkara APBD Provinsi dan APBN ada cara seperti itu ya
silahkan. Karena itu kami dorong seluruh SKPD ketika Musrenbang kabupaten
mencantumkan lokasi, ini sulit sekali, jangan hanya ditulis 5 desa, kalau begini
muncul proposal. Proposal silahkan kalau sudah ada kepastian lokasi, baru teknis,
silahkan. Kami minta seluruh SKPD untuk menjaga, jangan ada proposal. Ego
sektoral itu sudah ada di beberapa pasal.

Kemudian yang terakhir, apakah ini harus daitur melalui Perda? Dari beberapa UU,
seperti UU 32 dan lebih khusus lagi UU 25/2004, ditegaskan bahwa perencanaan
daerah, khusus desa PP 72, diatur dengan peraturan daerah. Tidak ada yang sama,
memang harusnya Perda membreakdown peraturan yang bersifat umum dalam UU.

Informasi pembangunan, mudah-mudahan APBD nanti bisa segera kita


informasikan, sehingga apa yang sudah dilaksanakan tahun lalu bisa diketahui.
Sekali lagi beberapa catatan ini penting menjadi agenda kita. Mudah-mudahan
gagasan kami tentang pagu indikatif per wilayah ini bisa terwujud, kalau ini bisa
terlaksana masyarakat akan bergairah dan memahami betul, berapa persen dari
belanja langsung kita yang di pagu indikatif? Yang melaksanakan bukan SKPD
kecamatan, SKPD kecamatan Renjanya SKPD Kecamatan. Ini yang melaksankan
SKPD dan mereka pasti akan mendengar karena masyarakat akan bertarung di
Musrenbang Kecamatan. 5 atau 6 Milyar masuk ke kecamatan A, lalu pendidikan
berapa, Perindagkop berapa, kesehatan berapa?

Sekarang ini bola panas selalu ada di kabupaten, urusan yang harus dilaksanakan
banyak sekali. Contoh Pak Warto tadi membandingkan dengan provinsi, kita itu SD,
SLTP, SLTA, SMK dan provinsi hanya SLB. Padahal DAUnya besar sana, provinsi
mendapat 10% dari 22,5% yang dialirkan. Jumlah provinsi hanya bertambah
delapan, sehingga SKPD paham betul kalau provinsi rapatnya pasti di hotel. Tidak
pegang wilayah langsung tapi duitnya banyak. Sehingga dalam Rakor kemarin kita
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 18
minta, kalau bisa semua kita minta, karena ini di urusan konkuren, bukan urusan
kabupaten saja.

Memang UU Pendidikan mewajibkan APBD 20%, UU Kesehatan mewajibkan 15%,


PNPM 20%, kalau dijumlah, belum DAK 10%, belum yang sektoral, kementrian itu
wajib, sharing-nya P2KP, kalau dijumlah semua pasti lebih dari 100%. Ini juga harus
diinformasikan ke masyarakat, biar masyarakat paham betul tentang persoalan di
kabupaten. Kalau masyarakat paham, solusinya kita mencari yang non APBD
kabupaten.

Kepala Bappeda
Kalau kita bingung mau cari duit dari mana padahal provinsi punya duit banyak,
bagaimana kalau kita usul Gunungkidul kita usulkan untuk naik tingkat menjadi
provinsi? Saya kira apa yang menjadi maksud dan tujuan kita sama-sama
dipahami, begitu juga dengan legislatif. Kita ini perlu hal-hal yang pasti, transparan
dan bisa dilihat oleh siapapun. Silahkan, kalau kita menengok tahun lalu masih
banyak kelemahan. Bapak dari Saptosari sudah mengusulkan beberapa tahun tapi
tidak terwujud, atau tidak bisa menginformasikan tentang anggaran atau dana.
Barangkali kita sudah memberitahukan tapi tidak lewat media, barangkali lewat
SKPD dan camat, dan mungkin tidak sampai ke warga. Ini tidak perlu dicari siapa
yang salah. Tapi mari kita gunakan bahwa yang lalu adalah acuan dan mari kita
perbaiki bersama. Saya yakin diskusi kita sementara ini akan diperdalam di
kelompok dan kita sepakat untuk lebih eksis dan program di desa terwujud lebih
baik. Kita perlu kerjasama yang baik, proses sekarang ini juga dibantu oleh teman-
teman dari IDEA dan GTZ. Artinya ada pihak yang berniat meningkatkan kapasitas
untuk peningkatan pelayanan bagi masyarakat. Saya berterimakasih sekali kepada
IDEA dan GTZ dan bapak ibu yang hadir disini. Silahkan. Dari dua dokumen ini kita
sempurnakan, dari sekarang sampai ke depan sehingga apa yang diharapkan oleh
masyarakat kabupaten Gunungkidul bisa diwujudkan dengan baik, tentu saja
dengan keterbatasan keuangan yang ada. Mungkin di tahun 2009 ini belum sempat
juga melansir pendataan kita di Bappeda karena masih ada beberapa yang perlu
diperbaiki, mungkin belum semua terdata karena di tolak ukur kalau tidak terisi
satu tidak bisa muncul bahwa ini masuk KK miskin atau bagaimana. Kita sepakati
bahwa mudah-mudahan ke depan kita bisa memperbaiki kelemahan kita dan bisa
kita sempurnakan lagi. Kira-kira demikian, silahkan melaksanakan diskusi
kelompok, mudah-mudahan amal baik dan pemikiran ibu bapak sekalian bisa
terwujud di tahun-tahun mendatang. Terimakasih.

Tenty
Terimakasih Pak Syarif dan Pak Irawan serta masukan dari bapak ibu sekalian. Saya
akan coba sedikit meng-highlight apa yang tadi kita diskusikan. Mengapa Ranperda
ini penting? Pak Irawan sudah menyampaikan, untuk menjawab beberapa hal yang
tidak terjawab aturan yang ada di atasnya. Misalnya Jaringasmara tidak nyambung
dengan hasil Musrenbang Kecamatan. Lalu Bappeda di Gunungkidul mencoba
menginisiasi pagu indikatif kewilayahan yang harapannya akan menjawab problem
dari Saptosari atau dari Kompak tentang hasil Musrenbang Kecamatan dan desa
yang tidak terkawal di Kabupaten. Harapannya nanti juga ada tim atau forum
delegasi Musrenbang yang bisa mengawal perencanaan dari dusun sampai
kabupaten. Lalu soal program-program dari pusat yang tidak sinkron dengan
daerah dan dilaksanakan di akhir tahun, sehingga kesannya hanya menghabiskan
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 19
anggaran. Di Ranperda ini sudah muncul pasal tentang penyusunan perencanaan
daerah dari pusat harus terintegrasi dengan perencanaan dari daerah. Salah satu
yang sudah diupayakan dan juga sudah disampaikan oleh Pak Irawan adalah
integrasi dengan perencanaan PNPM yang sudah berjalan, barangkali ke depan juga
perlu dibahas integrasi dengan perencanaan dari provinsi dan pusat. Kemudian
yang lain, selama ini kelompok perempuan dan kelompok rentan jarang dilibatkan
dalam proses perencanaan, dalam Ranperda juga coba kita jawab bagaimana
keterlibatan kelompok masyarakat yang selama ini tidak terlibat. Dulu diskusi
awalnya Ranperda ini hanya perencanaan daerah, tidak mengatur soal
penganggaran, tapi setelah beberapa kali diskusi, penganggaran ternyata juga
masalah dan tidak menyambung, perencanaan sudah disusun dari desa sampai
kabupaten, tapi ketika masuk ke pengaggaran yang levelnya ada di dewan dan tim
anggaran eksekutif, beberapa mungkin ada yang terakomodir, tapi ada yang tidak.
Artinya ada persoalan. Lalu dalam Ranperda ini coba kita masukkan tentang
penganggaran pula, naskah akademis memang perlu dibahas lagi dan banyak
kelemahan, kita mohon masukan dari bapak ibu sekalian. Landasan filosofis dan
sosiologisnya, tadi ada yang mengatakan ini hanya copy-paste dari aturan di
atasnya, nanti bisa dibahas lebih lanjut dalam diskusi kelompok.

Kehadiran DPRD tadi sudah cukup jelas, kita pegang komitmen dari DPRD agar
bagaimana persoalan disini bisa terjawab dalam Ranperda. Sekarang akan kita coba
bahas lebih dalam di kelompok. Di dalam Ranperda ini ada 12 bab. Mari kita lihat
bersama di halaman 12, itu adalah bab IV, kalau disini tertulis bab V. Jadi Ranperda
ini ada ketentuan umum, ruang lingkup, ada bab perencanaan daerah dan bab
penganggaran daerah. Tiap bab ada turunannya. Juga ada bab tentang
pengendalian dan evaluasi. Kita koreksi bersama di halaman 12 itu bukan bab IV,
tapi bab V. Kemudian bab VI, tahapan rencana pembangunan desa, itu menjadi bab
V. Lalu bab VII menjadi bab VI, tata cara penyusunan dokumen pembangunan
daerah. Berikutnya sudah benar, halaman 15 itu bab VII.

Nanti kelompok I akan membahas bab III, kita akan berbagi menjadi 4 kelompok:
kelompok I akan membahas bab III dan bab V. Lalu kelompok dua II membahas bab
II dan bab IV. Kelompok III akan membahas bab V dan VII. Terakhir, kelompok IV
akan membahas pengendalian dan evaluasi, bab IX dan bab X.

Pembagian Kelompok
Kelompok I
• Bab III Tahapan perencanaan pembangunan daerah
• Bab VI Tata cara penyusunan dokumen perencanaan daerah
Kelompok II
• Bab IV Renstra dan Renja
• BAB VIII Penganggaran Daerah
Kelompok III
• BAB V Tahapan perencanaan pembangunan desa
• BAB VII. Tata cara penyusunan dokumen rencana pembangunan desa
Kelompok IV
• BAB IX. Pengendalian dan evaluasi daerah
• BAB X. Pengendalian dan evaluasi desa

Zaki
IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 20
Kita mulai dari awal, ada yang daerah; ada yang SKPD, Renstra dan Renja ini
mungkin bagi daerah. Yang ketiga dan yang terakhir adalah soal pengendalian. Jadi
desa dan daerah itu dicampur, terkait yang ditanyakan bagaimana mengukur
dampak. Nanti kelompok tiga akan berbicara tentang desa. Kelompok dua lebih ke
Renstra, Renja dan penganggaran daerah. Tahapan perencanaan, jadi ini di supra
desa, kecamatan dan kabupaten. Semoga ada gambaran. Kita akan membagi
kelomopk, supaya tidak terpaksa, silahkan memilih sesuai dengan minat masing-
masing. Atau kita berhitung?

Partisipan
Berhitung saja, Bu!

Zaki
Nanti kelompok satu dua di sini, dan tiga - empat di ruang selasar.
Kita akan berbagi dengan berhitung satu sampai empat. Kalau ada yang lebih
tertarik ke kelompok tertentu nanti silahkan berpindah. Kita diskusi selama satu jam
dan setelah itu bisa kembali lagi ke mari, nanti setelah itu makan siang dan kita
selesai. Terimakasih dan tepuk tangan untuk kita bersama.

===================DISKUSI KELOMPOK DAN MAKAN


SIANG================================

HASIL DISKUSI KELOMPOK I dan II


1. RKPD:
a. RKPD prosesnya berasal dari desa, SKPD atau Bappeda
b. Dilakukan untuk merinci RPJM Daerah tiap tahun
c. Belum diatur RKPD memuat usulan apa saja (lihat PP 8)
2. Renstra Renja (Bab IV)
a. Pasal-pasal terkait dengan Renstra SKPD (pasal 23)  dimajukan ke
Bab III, bagian RPJMD termasuk antisipasi perubahan Renstra.
b. Sebagai tindak lanjut pembahasan RPJMD, SKPD menyusun Renstra
SKPD paling lambat 2 bulan
3. Bab III:  Apa saja dokumen perencanaan daerah. Sistem tidak sekedar tata
cara/ tahapan.
4. Penganggaran Daerah:
a. Kabupaten Gunungkidul sudah punya Perda pokok-pokok pengelolaan
keuangan daerah
b. Terlalu detail mengatur tugas tim
5. RPJP Daerah:
a. Teknis penyebaran informasi tentang RPJPD
b. Bentuk konsultasi, jangka waktu
c. Pemangku kepentingan lainnya?
6. RPJM Daerah:
a. Lihak pasal 14 (2) dengan 23 (4)
b. RPJMP perlu masukan dari SKPD  apakah namanya rancangan
Renstra pasal 14 (2)
c. Substansi (misal: masalah potensi) apa yang diharapkan dari SKPD
untuk memberikan masukan dalam penyusunan RPJMD?

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 21


d. Pasal 15  lihat kembali rujukan pasal sebelumnya  pasal 12 (3)
diganti pasal 13 (2)
e. Bagaimana Bappeda menjaring usulan SKPD untuk RPJMD?
f. Perlu penegasan Musrenbang RPJMD
g. Kapan SKPD harus menyusun Renstra?
7. Catatan Umum:
a. Ada pembangunan yang didanai dari berbagai sumber APBD II, I,
Pusat.
b. Konsistensi penulisan istilah, judul, tanda baca
c. Narasi Perda terlalu geladrah.
d. Ada yang perlu dimasukkan belum masuk, yang tidak perlu malah
masuk.
e. Perlu penjelasan tentang sistem (apa, siapa, bagamana?)
perencanaan.
Mbak Zaki pasti akan memberi tambahan catatan untuk hasil diskusi kelompok I
dan II. 

HASIL DISKUSI KELOMPOK III


Persoalan
• Warga masih mempunyai kecenderungan untuk mengajukan program-program
untuk infrastruktur.
• Pihak pemerintah daerah harus memberikan informasi dan rekomendasi kepada
desa tentang program dan alokasi anggaran diluar APBD.
• Pengajuan proposal cenderung hanya bisa diakses oleh pihak-pihak yang
mempunyai hubungan dengan pihak terkait.
• Warga tidak tahu apakah Musrenbang yang dilaksanakan adalah untuk
perencanaan kegiatan yang didanai oleh alokasi dana desa (ADD) atau PNPM.
• Pengajuan proposal rentan terhadap kepentingan politik.

BAB V, Pasal 26
• Pada ayat 5: Kalimat Pra Musrenbang akan menjadi rancu dalam pemahaman
ditingkat masyarakat, sehingga diusulkan untuk diganti dengan
Musrenbangdus.
BAB VII. Pasal 40
• Perlu ditambahan bahwa hasil evaluasi menjadi pertimbangan pada
perencanaan tahun berikutnya, namun jangan sampai membebani anggaran
tahun berikutnya.

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 22


HASIL DISKUSI KELOMPOK IV
Hasil diskusi kelompok IV,pengendalian dan evaluasi daerah, pengendalian dan
evaluasi desa
Fasilitator: tenti
Perkenalan:
1. Ibu Ashar dari disperindagkop
2. Pak Agus dari Bappeda bag.pengendalian
3. Seksi pemberdayaan masy kec Ponjong, Semin, Ngawen, Saptosari
4. Bu Paryanti KPMkeompok perempuan mandiri

Point penting tentang bagian pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program


- Dalam Musrenbang desa dan kecamatan, disampaikan realisasi pelaksanaan
kegiatan dan usulan yang sudah terkakomodir
- Belum pernah dilakukan evaluasi perencanaan yang sudah disusun, evaluasi
hanya dilakukan sebatas usulan yang sudah diakomodir
- SKPD (Disperindagkop), sudah menyusun LAKIP, namun dalam LAKIP hanya
dibuat output dan outcome, tidak sampai ke benefit.
- Informasi hasil pelaksanaan program tidak disampaikan ke masyarakat,
disampaikan hanya pada saat Musrenbang
- Evaluasi terhadap dampak program penting untuk dilakukan, agar program
bisa dilihat apakah efektif atau tidak.

Hasil diskusi pasal per pasal


BAB IX: PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH
Pengendalian
Pasal Masukan
64 Pass, point pentingnya adalah pengendalian dan evaluasi
untuk menjamin proses akuntabilitas pelaksanaan

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 23


perencanaan pembangunan daerah
65 ayat 1 Dalam pasal ini jelas mengamatkan bahwa pengendalian
untuk keseluruhan perencanaan harus dilakukan antara
Bappeda bersama dengan Kepala SKPD
65 ayat 2 Detail mekanisme pengendalian oleh Bappeda dan Kepala
SKPD diatur lebih lanjut dalam Perbubform-form untuk
pengendalian, selama ini sudah ada laporan keuangan
bulanan dan tahunan dari SKPD
Pasal 65 ayat Pass, berdasarkan ayat sebelumnya
3,4,5
Pasal 66 ayat Kata walikota dihapus
1
Pasal 66 ayat Perlu penjelasan pasal , ayat 2 point C, yang dimaksud dgn
2 hasil rencana pembangunan daerah, apakah hasil dari
kegiatan yg sdh dilaksanakan, perlu indikator yang jelas,
apakah juga sampai mengukur dampak program, karena
asumsinya hasil hanya untuk melihat output jangka pendek
Pasal 67 ayat Yang dimaksud capaian kinerja, perlu penjelasan pasal
1
Pasal 67 ayat Evaluasi terhadap rencana pembangunan daerah apakah
3 untuk rencana 5 tahunan, atau satu tahunan
Pasal 68 Penyampaikan informasi mengenai hasil evaluasi
pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah kepada
masyarakat melalui apa saja,mis:media massaperlu
penjelasan pasal
Pasal 69 ayat Perlu penjelasan ayat , bagian b, apa yang dimaksud
1 dengan terjadi perubahan mendasar, dan point c merugikan
kepentingan nasional
Pasal 71 ayat Prosedur melaporkan dari masyarakat, perlu penjelasan
1 ayat, mis:mekanisme sms,dll
Pasal 71 ayat Mekanisme pengaturan lebih lanjut diatur dlm Juklak Juknis
4
Pasal 72 Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan desa tidak hanya dilakukan oleh perangkat
desa, tapi bersama-sama dengan lembaga desa dan
kelembagaan kemasyarakatan yang ada didesa, missal BPD,
LPMD, perwakilan kelompok perempuan
Hasil evaluasi perencanaan desa bisa menjadi masukan
evaluasi perencanaan di daerah, mekanismenya bisa diatur
lbh lanjut dlm perbub

Pilihan tetap di tangan anda, kepuasan anda tergantung pada seberapa yakin anda
memilih. walaupun nantinya pilihan anda kurang tepat, apabila ada keyakinan

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 24


dalam pilihan anda, tentu barang yg kurang tepat itu akan menjadi sangat tepat di
mata anda.

==========================================DISKUSI
KELOMPOK SELESAI===================

Zaki
Assalamualaikum wr.wb., selamat siang bapak ibu sekalian, alhamdulillah kita
sudah berhasil menyelesaikan dua babak proses pembahasan Perda perencanaan
penganggaran, yang harapannya tidak berhenti sampai disini. Masukan yang
sangat berharga sudah bapak ibu sumbangkan. Beberapa catatan sudah menjadi
milik tim perumus untuk penyempurnaan Ranperda agar lebih lengkap. Kami
sangat senang tadi sudah ada 3 anggota dewan yang hadir dan memberikan lampu
hijau untuk Ranperda ini tetap dilanjutkan dan akan dibahas bersama di dewan.
Termasuk catatan yang sudah diberikan oleh kelompok ini juga akan dibahas lebih
lanjut. Tadi sudah dibuka oleh Bappeda yang punya gawe. Nanti Pak Irawan akan
memberikan poin terakhir. Pleno kali ini hanya akan menjadi penutupan saja.
Rumusan dari tiap-tiap kelompok akan sama-sama digodok oleh di tim pengurus.
Sekali lagi, proses ini menjadi bagian dari kecintaan kami untuk perbaikan proses
perencanaan dan penganggaran di Gunungkidul, sehingga usulan-usulan dari desa
sampai ke kabupaten, hingga ke penganggaran menjadi klop dan tidak kemana-
mana. Silahkan Pak Irawan.

Irawan
Terimakasih Mbak Zaki. Saya yakin ada banyak masukan untuk penyempurnaan ini,
memang di awal dalam menyusun rancangan Perda ini tidak seperti cek kosong,
sejak awal kita siapkan draft agar pembahasannya lebih fokus, makanya draft itu
belum sempurna. Bisa dibayangkan, seandainya kita diskusi namun tidak ada
materi untuk dibahas maka tidak fokus. Seperti diskusi di awal tadi kan seperti
Musrenbang ya, padahal maksud kami memberi masukan-masukan kepada draft
ini. Mengenai usulan apa dan bagaiman ada forumnya sendiri sebentar lagi, ada
Musrenbang Kecamatan. Kemudian nanti ada tim kecil yang akan menyempurnakan
draft dan hasil tim kecil juga akan kita bahas kembali. Tadi kita sudah mendapat
umpan balik, kita informasikan kembali dan mudah-mudahan yang diundang juga
sama. Tolong yang diluar SKPD yang diundang sama agar nyambung dengan
pembahasan hari ini.

Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih atas perhatian bapak ibu, mudah-


mudahan buah pemikiran bapak ibu ini dapat memperbaiki sistem perencanaan
penganggaran di Gunungkidul. Kepada IDEA kami mengucapkan terimakasih atas
fasilitasi kegiatan ini, nanti kita akan bertemu lagi dalam tim kecil antara Bappeda,
IDEA, dengan beberapa SKPD dan akan kita paparkan sekali lagi dengan peserta
yang sama. Selanjutnya nanti kalau suatu saat kita butuhkan kehadirannya, kami
mohon berkenan menghadiri dan melihat hasil tim kecil nanti. Terimakasih,
wassalamualaikum wr.wb.

Zaki

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 25


Bapak ibu sekalian, masukan masih sangat kami perlukan, masukan tertulis bisa
disampaikan kepada Bappeda atau ke IDEA, mungkin bisa lewat email untuk ke
IDEA, ke idea@ideajogja.or.id. Bapak ibu dari kecamatan, kalau ada masukan
tertulis bisa terus disampaikan. Kurang lebihnya kami mohon maaf. Terakhir untuk
penyelesaian administrasi kami harap bapak ibu bisa menemui teman kami di luar.
IDEA sebagai penyelenggara acara ini mohon maaf apabila ada kekurangan.
Terimakasih dan tepuk tangan untuk kita bersama.

*****

IDEA – Bappeda Kabupaten Gunungkidul Page 26

You might also like