Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
LINDA FITRIANI
D1A.005.150
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2
2010
i
SKRIPSI
PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM DOKTER TERHADAP
MALAPRAKTEK
Oleh :
LINDA FITRIANI
D1A.005.150
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2010
ii
Oleh :
LINDA FITRIANI
D1A.005.150
Menyetujui,
Oleh :
DEWAN PENGUJI
KETUA,
ANGGOTA I
ANGGOTA II
Mengetahui
Fakultas Hukum Universitas Mataram
Bagian Hukum Perdata
Arba, S.H.,M.Hum
NIP. 19621231 198903 1 018
iv
Dekan,
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Dzat Yang Maha Sempurna Lagi Maha Besar. Salawat
serta salam kita ucapkan kapada Nabi Besar Muhammad SAW yang membawa kita
Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan
penulis buat ini dapat menambah khasanah berfikir dalam hal hukum kesehatan yang
Dengan keterbatasan dan kekurangan penulis dalam penulisan skripsi ini baik
secara teoritis maupun secara praktis, sangat penulis sadari masih banyak
Berkat dorongan dan motivasi dari pihak-pihak yang telah membantu penulis,
maka skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Melalui kesempatan
Pendamping.
Unram.
vi
4. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Akademik Fakultas Hukum Unram,
Kakanda Fathur Danuartha, serta Adik-adikku Nurul Hidayat, Nurul Haeni, Muh.
Rasyid, Rahmatul Qodri dan Dedeku Akbar Maulana, Baiq Nana Riskia
Ferbriana, Lalu Erwin Muda yang selalu mendoakan penulis untuk meraih
kesuksesan.
7. Lalu Irzan Suhari yang selalu dekat dihati dan senantiasa memberikan
Lutfiyati SH, Dewi Setiya Ningsih SH, Ratih Ttriani, Ratih Ramayanti SH,
Nurrosyidah SH, Agus Surya Arsana, Julia Fajriati SH, Endang dan semua teman-
temanku yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan sumbang
skripsi penulis.
Penulis menyadari bahwa sebenarnya skripsi ini jauh dari kesempurnaan baik
dari segi penulisan dan pembahasan, untuk itu penulis dengan penuh lapang dada
untuk menerima kritik dan saran serta masukan guna perbaikan dan penyempunaan
skripsi ini
kepustakaan ilmiah khususnya pada diri penulis sendiri dan pada almamater tercinta.
vii
Penulis,
LINDA FITRIANI
D1A.005.150
viii
ABSTRAKSI
terlalu banyak yang memperhatikan, dikarenakan hal tersebut hanya terkait dengan
pasin sebagai pihak yang membutuhkan pelayanan kesehatan, dolter sebagai profesi
yang memnerikan pelayanan kesehatan, dan rumah sakit sebagai puhak yang
kedokteran, pada dasarnya masuk dalam tiga lapangan hukum, yakni perdata, pidana
dan administrasi. Masuk perdata sebagai wanprestasi dan atau perbuatan melawan
pada dasarnya juga sekaligus masuk lapangan perdata melalui perbuatan melawan
hukum.
HALAMAN PERSEMBAHAN
MOTTO
THINGS,
ABOUT THINGS
OF PADDY :
BOWS”
xi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
.................................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... vi
ABSTRAKSI......................................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... ix
MOTTO................................................................................................................. x
DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A............................................................................................Latar Belakang
......................................................................................................................1
B.......................................................................................Rumusan Masalah
......................................................................................................................3
......................................................................................................................3
......................................................................................................................4
14
A....................................................................................Pendekatan Masalah
26.................................................................................................................
26
27.................................................................................................................
27
29
xiv
Ditinjau Dari Hukum Perdata, Hukum Pidana Dan Hukum Administasi .... 39
BAB V PENUTUP................................................................................................. 68
A.................................................................................................Kesimpulan
68
B............................................................................................................Saran
69
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
diperlukan untuk melakukan semua kegiatan yang baik yang bersifat privat
seperti mengurus anak dan keluarga, maupun yang bersifat publik seperti
Pasal 28H ayat (3) Amandemen Kedua, di pasal tersebut juga menerangkan
dibutuhkan untuk membatasi ruang gerak dari dokter sebagai orang yang ahli
oleh siapa saja, melainkan hanya boleh dilakukan oleh ketompok profesional
jawab, dalam arti sikap dan perilaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik
itu dan bekerja sesuai dengan standar dan profesionalisme yang ditetapkan
tempat dan waktu", sikap yang etis sesuai dengan etika profesinya, bekerja
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya, dan khusus untuk
profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban). Uraian dari
ciri-ciri tersebutlah yang kiranya harus dapat dihayati dan diamalkan agar
adalah “perjanjian antara dokter dengan pasien, berupa hubungan hukum yang
melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak”1. Walaupun sudah
dibuat suatu perjanjian antara pasien dengan dokter tetap saja tindakan medis
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
malapraktek.
1
Bahdar Johan Nasution, Hukum Kesehatan PertanggungJawaban Dokter,PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 1990, Hal. 12
4
2. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berupa suatu hubungan hukum yang melahirkan suatu hak dan kewajiban
antara dokter sebagai orang yang melakukan tindakan medik dengan seorang
pelayanan tersebut.
berikut :
tindakan medik;
kesehatan; dan
Hukum Perdata (KUH Perdata), dikenal ada dua (2) macam perjanjian, yaitu :
Jika kita melihat dari kedua jenis perjanjian yang terdapat di KUH
2
Y.A. Triana Ohoiwutun,. Bungan Rampai Hukum kedokteran. Malang, Bayu Media, 2008,
Hal.9
3
Siti Ismiati Jenie, Aspek Yuridis Sekitar Perjanjian Terapautik, Sinar Harapan, Jakarta,
1995, Hal. 3
4
Bahdar Johan Nasution, Op. Cit , Hal.13
7
1239 KUH Perdata. Dan dapat juga meminta atau menuntut kompensasi baik
secara materiil maupun immateriil, maka Pasal 1365 dan Pasal 1366 KUH
Perdata dapat dipakai sebagai dasar gugatannya walaupun tidak ada hubungan
perbuatan dokter.
yang didasarkan pada sistem terbuka yang tercantum di dalam Pasal 1319,
yaitu : “semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun
tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum,
para pihak yang membuat perikatan tersebut. Sedangkan pada Pasal 1339 dan
perikatan karena para pihak dalam suatu perjanjian tidak hanya terikat di
dalam hal-hal yang secara tegas disebutkan di dalam Pasal 1233 KUH
Perdata, tetapi juga pada segala hal yang menurut sifat perjanjian dan selain
8
memberikan jasa yang diatur di dalam Pasal 1601 KUH Perdata yang
5
Komalawati Veronica, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik,PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2002, Hal 155-165
9
Hal ini dalam Undang-undang tidak dijelaskan secara tegas, tetapi dapat di
tafsirkan secara contrario menurut ketentuan Pasal 1335 dan Pasal 1337
KUH Perdata.
Pasal 1337 KUH Perdata suatu sebab adalah terlarang, apabila di larang oleh
ketertiban umum.
praktek yang buruk atau dengan kata lain malapraktek kelalaian kaum profesi
6
Gunawan, Etika Kedokteran, Kanisius, Yokyakarta, 1992, Hal 61
7
Soejono Soekarto, Suatu Tinjauan Sosiologis Hukum Terhadap Masalah-Masalah Sosial,
Alimni, Bandung, 1982, Hal. 105
10
seseorang yang memegang suatu profesi dalam arti umum. Tidak hanya
profesi medis saja, sehingga juga ditujukan kepada profesi lainnya. Jika
8
J, Suandhi, dalam bukunya Ninik Marianti , Malapraktek Kedokteran Dari Segi Hukum
Pidana Dan Perdata, Bina Angkasa, Jakarta, 1988, Hal 39
11
buruk, dengan kata lain malapraktek adalah kelalaian kaum profesi yang
1. Kewajiban
Pada penggungat harus membuktikan bahwa dokter yang bersangkutan
mempunyai kewajiban khusus terhadap pasien, kewajiban ini berdasarkan
hukum yang menyangkut hubungan dokter dengan pasien yang
mengharuskan dokter berbuat sesuai dengan norma-norma atau standar
spesifikasi atau dasar profesi dokter.
9
Ibid, Hal 35
10
Ibid, Hal. 40
11
Ibid, Hal 65
12
Soejono Soekanto dan Herkutanto, Pengantar Hukum Kesehatan, Remaja Karya, Jakarta,
1987, Hal.157
12
2. Kelalaikan kewajiban
Pasien penggugat harus menunjukan bahwa dokter telah gagal
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan norma-norma, karena
tindakannya dengan sadar atau dengan tidak sadar yang melanggar
standarisasi pasien tersebut.
3. Sebab
Pasien penggugat harus menunjukan bahwa adanya hubungan timbal balik
yang erat dan masuk akal antara tindakan dokter dengan akibat yang
menimbulkan bahaya bagi pasien.
4. Kerugian
Pasien penggugat harus menunjukan perbuatan dokter mengakibatkan
terjadinya kerugian atau kerusakan. Dapat terjadi mengenai badaniyah,
materi, penderitaan atau emosional bagi pasien yang bersangkutan.
malpractice dari sudut tanggung jawab dokter yang berada dalam suatu
13
CST Kancil, Pengantar Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, Hal 242
13
yang mulia (officium nobel) dan terhormat dimata masyarakat. Seorang dokter
telah melalui pendidikan dan pelatihan yang cukup panjang. Dari profesi ini
penderitaan sakitnya.
pergeseran. Masyarakat dalam hal ini pasien menilai bahwa hubungan antara
pengadilan. Apakah secara hukum perdata, hukum pidana atau dengan hukum
14
Dani Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran,Bina Rupa Aksara: Jakarta, 1996,
hal. 87
14
Bagi masyarakat hal ini sepertinya menunjukkan bahwa para penegak hukum
kedudukan lemah, dilain pihak juga bagi dokter yang tersangkut dengan
persoalan hukum jika memang telah melalui proses peradilan dan terbukti
baiknya yang dianggap telah tercemar, karena hubungan dokter dan pasien
bukanlah hubungan yang sifatnya kerja biasa atau atasan bawahan tapi
sifatnya kepercayaan.
itu adalah suatu hal yang keliru apabila menganggap pasien selalu tidak dapat
seorang pasien sedang sakit, kedudukan hukumnya tetap sama seperti orang
sehat. Jadi, secara hukum pasien juga berhak mengambil keputusan terhadap
berhubungan erat dengan hak asasinya sebagai manusia. Kecuali apabila dapat
kesehatan ini di negara kita diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, di mana dalam Bab I Pasal 1 Ayat (1), yaitu “Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
kesehatan”.
Sehubungan dengan hak atas kesehatan tersebut yang harus dimiliki oleh
antara lain diatur dalam Bab IV mulai dan Pasal 14 sampai Pasal 20 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada bagian tugas dan
baik kewajiban secara moral maupun secara yuridis. Secara moral pasien
sebagai berikut:
15
Bahdar Johan Nasution,Op cit hal 33-34
17
kewajiban bagi para pihak, dokter juga mempunyai hak dan kewajiban
dirumuskan:
16
Ibid, Hal. 35
17
Ibid, Hal. 36
18
2. Dokter wajib menjalankan tugasnya sendiri (dalam arti secara pribadi dan
bukan dilakukan oleh orang lain) sesuai dengan yang telah diperjanjikan,
kecuali apabila pasien menyetujui perlu adanya seseorang yang
mewakiiinya (karena dokter dalam lafal sumpahnya juga wajib menjaga
kesehatannya sendiri).
3. Dokter wajib memberi informasi kepada pasiennya mengenal segala
sesuatu yang berhubungan dengan penyakit atau penderitaannya.
Kewajiban dokter mi dalam hal perjanjian perawatan
(behandelingscontract) menyangkut dua hal yang ada kaitannya dengan
kewajiban pasien. 18
mengatur dan yang berkaitan dengan perlindungan hukum pidana bagi pasien)
rugi. Dasar hukum dari gugatan pasien terhadap dokter terdapat dalam Pasal
1365 KUH Perdata yang berbunyi : tiap perbuatan melanggar hukum, yang
18
Hermien Hadiati Koeswadji Dalam Bukunya, Bahdar Johan Nasution, Hal 35
19
kedokteran hanya terjadi pada tindak pidana materil. Suatu tindak pidana yang
selainya tindak pidana. Seperti yang tercantum dalam pasal-pasal berikut ini :
Pasal 299
20
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya, atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 347 dan
348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan.
21
dengan ketat sekali dalam KUHP. Sebab orang yang sengaja mengobati
kandungan saja, dapat diancam dengan pidana yang cukup berat, yaitu
membuat dilema bagi dokter karena apabila ada indikasi medis di mana
kesehatan. Pembangunan kesehatan saat ini dan di masa yang akan datang
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. 19
Kedokteran.
19
Artikel, http://els.fk.umy.ac.id/file.php/1/moddata/forum/171/23650/HUKES.pdf.
22
kesehatan), dokter wajib memiliki surat tanda registrasi dan surat izin
praktik.
oteh institusi yang berwenang di bidang itu dan bekerja sesuai dengan standar
merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang
selalu "sesuai dengan tempat dan waktu", sikap yang etis sesuai dengan etika
dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela
berkorban). Uraian dari ciri-ciri tersebutlah yang kiranya harus dapat dihayati
juga dalam Pasal 1366 KUH Perdata, yaitu : “Setiap orang bertanggung jawab
tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya ,tetapi juga atas
Sedangkan di dalam Pasal 1370 KUH Perdata, yang mengatur lebih lanjut
yang mengatur tentang kesalahan yang dilakukan oleh tim kesehatan, yaitu
sebagai berikut :
Pasal 322 KUHAP, sehingga dalam hal dituntut secara pidana korban
malpraktek tetap berhak atas ganti rugi yang diberikan oleh dokter tentunya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
normatif atau yuridis. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka penelitian ini
kepustakaan karena sifatnya adalah normatif atau hanya kajian normatif saja,
yang meliputi :
1 Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum utama yang terdiri dari
Tentang Kesehatan;
dengan teknik studi dokumen, ialah dengan cara mencari dan menggumpulkan
dan dianalisa dengan metode analisis kualitatif yang diawali dengan cara
deduktif yaitu menelaah serta mengkaji berbagai pendapat para ahli maupun
masyarakat. Dari data yang terkumpul, kemudian dianalisis dan diolah secara
BAB IV
Malapraktek
masyarakat lebih menyadari akan haknya. Disisi lain para dokter dituntut untuk
benar sesuai dengan prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan medik
sesuai standar pelayanan medik, dan tindakan itu memang wajar dan diperlukan.
30
kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan
medik bisa saja menimbulkan resiko yang besar sehingga dapat saja pasien
menderita kerugian . Dalam hal terjadi resiko baik yang dapat diprediksi maupun
yang tidak dapat diprediksi maka dokter tidak dapat dimintakan pertanggung
jawabanya.
membuat kesalahan.
31
berhak untuk menggugat gantirugi. Dikatakan bahwa orang itu telah melawan
dokter berbuat kesalahan atau kelalaian. Dokter tidak bisa berlindung dengan
dalih ketidak sengajaan, sebab kesalahan dokter dapat menimbulakan hak bagi
dokter dan tenaga kesehatan lainnya, bisa berupa Badan Hukum dan Perijinan lain
umum maupun yang secara khusus mengatur tentang malapraktek, antara lain :
kerugian terhadap pasien untuk menggugat ganti rugi. Dasar hukum dari
gugatan pasien terhadap dokter terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang
orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu.
Perdata.
33
sebagainya.
Pasal 299
(4) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang pasien atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga ribu rupiah.
(5) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari
keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian
atau kebiasaan, atau jika dia seorang dokter, bidan, atau juru obat;
pidananya dapat ditambah sepertiga.
(6) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam
menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya melakukan
pencaharian itu.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya, atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
(3) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(4) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
34
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 347 dan
348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan.
Indonesia.
dipenuhi oleh dokter untuk menjalankan praktek sebagai dokter, yaitu antara
lain :
lulus evaluasi. Bagi dokter asing disamping lulus evaluasi juga harus
dokter lulusan luar negeri atau dokter asing dapat diberikan surat tanda
Di dalam pasal yang lain ada juga yang mengatur tentang pengobatan
secara tradisional yang tidak memiliki ijin prakter, yaitu Pasal 191 yaitu ”
Selain dari pelaku atau orang, ada juga pasal yang mengatur tentang
Pasal 75
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta
rupiah).
Pasal 76
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki izin praktik kedokteran sebagimana dimaksud
dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 77
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau
bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin
praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp
150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 78
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan
seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah
memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).
38
Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau
dokter gigi yang:
a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (1);
b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 ayat (1); atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf, c, huruf d, atau huruf e.
Pasal 80
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak
Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah);
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
oleh korporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi
hukuman tambahan berupa pencabutan izin.
dan kemudian Tenaga Kesehatan harus memiliki ketelitian kerja yang ukuran
atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan".
Dan bagi tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
Tenaga Kesehatan (MDTK) inilah yang berhak dan berwenang untuk meneliti
dan menentukan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar
profesi yang dilakukan oleh Tenaga Kesehatan terhadap mereka yang disebut
sebagai pasien (Pasal 5 dari Kepres RI Nomor 56 tahun 1995 tentang MDTK ).
keadaan dimana terjadi suatu kesalahn yang melibatkan pelayanan kesehatan yang
Administasi
antar dua atau lebih subjek hukum atau antar subjek hukum dan objek hukum
yang berlaku dibawah kekuasaan hukum, atau diatur /ada dalam hukum dan
dokter. Hubungan hukum dokter dan pasien dari sudut perdata berada dalam
suatu perikatan hukum. Perikatan hukum adalah suatu ikatan antara dua atau
lebih subjek hukum untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu atau
memenuhi prestasi yang pada dasarnya adalah suatu kewajiban hukum bagi
41
para pihak yang membuat perikatan hukum (pada perikatan hukum timbal
balik). Bagi pihak dokter, prestasi berbuat sesuatu adalah kewajiban hukum
untuk berbuat dengan sebaik dan secara maksimal (perlakuan medis) bagi
salah atau keliru dalam perlakuan medis, dalam arti kata kewajiban untuk
dari sudut perdata terjadi apabila perlakuan salah dokter dalam hubungannya
hukum perdata).
Secara yuridis hubungan antara dokter dan pasien dapat terjadi karena
Perikatan hukum lahir oleh 2 (dua) sebab atau sumber, yang satu oleh
hukum dokter pasien berada dalam kedua jenis perikatan hukum tersebut.
23
Y.A. Triana Ohoiwutun, Bunga Rampai Hukum Kedokteran, Bayu Media, Jakarta, 2008, Hal .64
42
hukum, karena dari pasal 1236 jo 1239 BW, selain penggantian kerugian
pasien juga dapat menuntut beaya dan bunga. Tidak menjadi sembuhnya
kedua belah pihak. Karena itulah bentuk perikatan hukum dokter pasien
dan etika belaka, yang akibatnya bukan sanksi hukum, tetapi sanksi moral dan
sosial.
resiko hukum bagi timbulnya akibat yang tidak dikehendaki dalam hal
yang dari padanya menimbulkan akibat yang tidak dikehendaki, dokter juga
perbuatan pasien yang datang menghadap untuk dilayani dokter adalah wujud
ialah bila ada penawaran oleh satu pihak, dan penawaran diterima atau
di dalamnya terkandung kehendak dan ijin pada dokter agar kepada dirinya
terjadi, dan terjadi pula suatu hubungan hukum (hubungan hukum pelayanan
pihak secara umum yang berlaku bagi dokter dan pasien walaupun tidak
dibayangi adanya resiko, berupa sanksi mulai dari yang ringan sampai yang
sesuai standar umum kedokteran, walaupun pasien tidak mengerti isi standar
terhadapnya dalam upaya penyembuhan pasien, walaupun hal itu menjadi hak
pasien.
dokter baik dalam hal berbuat (aktif) maupun tidak berbuat (fasif) dalam
45
oleh perlakuan medis yang salah dokter dan harus dibuktikan baik dari sudut
ilmu kedokteran.
Dalam hal hubungan kontrak yang terjadi adalah antara dokter dengan
pihak lain dan pasien adalah “hanya” subyek yang akan diperiksa dan
24
Ninik Marianti, Malapraktek Kedokteran Dari Segi Hukum Pidana Dan Perdata, Bina Aksara,
Jakarta, 1988, Hal. 123-124
46
juga kepada pasien, meskipun bukan pasien yang membayar atau mengikat
berlaku dan standar prosedur pelayanan medis yang sesuai dengan tingkat
merupakan gabungan dari nilai-nilai etik, moral, hukum, dan standar prosedur
tindakan.
bersifat umum dan berbagai standar tindakan atau prosedur medik tertentu,
yang meskipun belum sempurna namun sudah cukup memadai. Selain itu
dapat terjadi akibat kurangnya materi pendidikan atau tidak tepatnya metode
pendidikan, akibat lupa karena tidak adanya pelatihan pasca pendidikan, atau
kelelahan atau kekurang hati-hatian, atau dapat pula sebagai akibat dari
materiel adalah biaya yang telah dikeluarkan dan yang akan dikeluarkan,
Wanprestasi seperti dalam Pasal 1371 ayat (1) KUH Perdata, tanggung
jawab dokter secara perdata dengan dalih wanprestasi, hal ini tanggung jawab
dokter terjadi apabila seorang pasien menggugat dokter terjadi apabila seorang
pasien menggugat dokter untuk membayar ganti rugi atas dasar perbuatan
hubungan dokter dengan pasien ada juga dengan perikatan hasil, atau yang
bahwa setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
kelalaian atau kurang kehati. Dalam pasal 1366 KUH Perdata, bahwa
cidera kepada pasien, hal ini menimbulkan tanggung jawab perdata bagi
seseorang dokter, mendapat sanksi berupa ganti ruang (uang) kepada pasien.
lebih lanjut mengenai siapa dan apa saja yang berada di bawah tanggung
bahwa yang bersalah (yaitu yang menimbulkan kerugian kepada pihak lain)
bagi setiap orang atas suatu akibat yang timbul, baik fisik maupun non fisik.
Dalam bahasa hukum disebut juga kerugian material, sedangkan kerugian non
yang merupakan salah satu unsur dari malapraktek medis, yakni apabila
25
M. Achadiat ,Chrisdiono . Pernik-Pernik Hukum Kedokteran. Jakarta : Widya Medika. 1996 hal 142
50
kesalahan yang dilakukan dengan sengaja, dalam hal ini pelaku menghendaki
perbuatannya dan akibatnya, di dalamnya ada hubungan batin antara sikap dan
kesalahan yang dilakukan akibat dari kecerobohan, dalam hal ini pelaku
1365 KUH Perdata yang dikaitkan dengan kasus malapraktek tersebut, dapat
telah dibuat atau dilakukannya tersebut. Begitu pula di dalam kasus aborsi.
bagi pelaku aborsi, perlu kita ketahui apa yang dimaksud dengan
tergantung pada keadaa batin atau fisikis orang tersebut sehat, hingga dia
mampu beranggung jawab, dan umur sudah cukup dan ketika melakukan
perbuatan pidana menginsyafi benar tingkah lakunya serta segala hal ikhwal
karena bisa saja kesalahan itu dilakukan dibawah paksaan sehingga kesalahan
26
Abdul Kadir Muhammad,. Hukum Perikatan. Bandung : Alumni. 1982 hal 67
52
tersebut terjadi bukan berasal dari batin yang buruk sehingga hal tersebut bisa
1. Melakukan perbuatanpidana
kealpaan.
27
A. Fuad Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, UMM Press, Malang, 2004, Hal 74
28
Ibid, Hal 75
53
1. Kesengajaan (Dolus).
a. Teori Kehendak
Teori ini menafsirkan kesengajaan sebagai kehendak. Menurut
teori ini, apabila seseorang melakukan suatu perbuatan untuk
menimbulkan suatu akibat, yang dikehendaki orang tersebut bukan
dengan perbuatannya saja, tetapi juga akibat dan perbuatan itu. Jalan
54
2. Kealpaan (Culpa)
syarat yaitu:
29
Ibid, Hal 80
30
Ibid, Hal 81
55
dalam Pasal 346 sampai Pasal 349 KUHP jarang sekali di terapkan, hal ini
muka pengadilan.
31
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Jakarta, Eresco, 1981,
Hal.52
56
hanya akan terjadi jika sebelumnya telah ada seseorang yang melakukan
tindak pidana.
dimintai pertanggungjawaban.
32
Moeljatno, asas-asas hukum pidana, bina aksara, jakarta, 1987, hal.155
57
sesama manusia dan tanggung jawab seorang dokter perlu menghayati etika
baik, hal tersebut harus di insyafi oleh para dokter di seluruh dunia dan
mutlak pada diri seorang dokter yang baik dan bijaksana, yaitu kemurnian
niat, kesungguhan dalam bekerja, kerendahan hati dan rasa sosial yang tidak
diragukan lagi.
Adanya unsur kelalaian dan juga adanya akibat fatal dari malapraktek
tersebut dapat dipidana. KUHP Pasal 304 pun megatur masalah ini, isinya
58
”Pasal 306 (2) yang berisi jika salah satu perbuatan tersebut berakibat
kematian,maka terdakwa dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 9 tahun”.
ditimbulkan pun bisa sampai pada masalah nama baik,baik pribadi bahkan
Selama ini dalam praktek tindak pidana yang dikaitkan dengan dugaan
dengan sikap bathin culpa hanya 2 pasal yang biasa diterapkan yaitu Pasal 359
(jika mengakibatkan kematian korban) dan Pasal 360 (jika korban luka berat).
Pada tindak pidana aborsi criminalis (Pasal 347 dan 348 KUHP). Hampir
Dalam setiap tindak pidana pasti terdapat unsure sifat melawan hukum
59
baik yang dicantumkan dengan tegas ataupun tidak. Secara umum sifat
berat, rasa sakit atau luka yang mendatangkan penyakit atau yang
pasal 359, 360, dan 361 KUHP bila malpraktik itu dilakukan dengan sangat
tidak berhati-hati (culpa lata), kesalahan serius, sembrono (HR.3 Febr. 1913)
”Bidang hukum administrasi dapat mencakup ruang lingkup yang sangat luas,
tidak hanya bidang hukum pajak, perbankan, pasar modal, dan perlingdungan
60
kesehatan.
Pokok Kesehatan yang dianggap telah usang dan tidak lagi memenuhi
kebutuhan akan pengaturan tentang kesehatan pada era dimana kemajuan Ilmu
33
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, Hal. 13
61
bagi masyarakat.
izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan
persyaratan.
perizinan menjadi salah satu faktor yang penting ketika seorang dokter akan
administrasi tersebut antara lain seperti dokter tidak mempunyai Surat Izin
keperawatan.
bevoegdheid)
bevoegdheid).
sesuatu yang secara umum dilarang. Sebagai contoh: dokter boleh melakukan
profesi dan standar pelayanan yang harus dipenuhi oleh para dokter dalam
pelaksanaan praktiknya.
daerah atas pembatasan tempat praktik dan penataan Surat Izin Praktik (SIP).
kemampuan teknis yang harus dipenuhi oleh setiap dokter dan dokter gigi.
syaratsyarat tersebut tidak terpenuhi (lagi) maka izin dapat ditarik kembali.
64
c) Surat Tanda Registrasi (STR) diberikan oleh KKI dan berlaku selama
d) Masa berlaku SIP sesuai STR. Dengan kata lain, bila masa berlaku STR
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi untuk menata lebih lanjut
tersebut berstatus sebagi “dokter in” (dokter sebagai buruh dan rumah
rumah sakit dan menerima gaji dari rumah sakit), maka rumah sakit dapat
menggunakan fasilitas yang ada di dalam rumah sakit dan rumah sakit
kesalahan.
rawatnya. Perbuatan yang dilakukan oleh juru rawat tersebut harus masih
in)? Apakah vicarious liability yang ditanggung oleh “dokter in” atas
sakit? Dalam hal ini, baik juru rawat maupun “dokter in” merupakan
teori identifikasi, yang dikemukakan oleh Richard Card, bahwa the acts
67
and state of mind of the person are the acts and state of mind of
corporation).34
oleh dokter dapat dikenakan sanksi hingga pencabutan surat tanda registrasi
Kedokteran, yaitu :
34
Ibid, halaman 123.
35
Ibid
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kealpaan.
pelaku perbuatan aborsi, yaitu di pidana dengan pidana penjara paling lama 15
tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (Lima ratus juta
rupiah).
b. Pertanggung jawaban dari segi hukum administrasi adalah bagi dokter surat
B. Saran
yang aktif di dalam masyarakat, kiranya dapat berperan aktif dan melihat
sebagai Penuntut Umum dan sebagai pengawasan penyidik sesuai dengan isi
yang erat dengan pihak penyidik (polisi) untuk dapat membongkar kasus-
kasus malapraktek yang selama ini masih banyak yang tertutup, baru
kemudian tugas bagi hakim untuk lebih teliti dan obyektif dalam mengambil
vonisnya.
3. Perlu juga untuk menambah pengetahuan bagi para penegak hukum ini,
tentang hukum untuk profesi bidan dan segala aspeknya. Dari hal ini
4. Diharapkan para dokter akan lebih waspada dan hati-hati dalam melaksanakan
tugasnya, masyarakat menjadi aman dan puas atas pelayanannya dan penegak
DAFTAR PUSTAKA
A. Fuad Usfa dan Tongat, 2004, Pengantar Hukum Pidana, UMM Press,: Malang
Arief, Barda Nawawi. 2003. Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti :
Bandung
Jenie, Siti Ismiati. 1995. Aspek Yuridis Sekitar Perjanjian Terapeutik, Sinar
Harapan : Jakarta
Marianti Ninik, 1988. Malapraktek Kedokteran Dari Segi Hukum Pidana Dan
Perdata. Bina Angkasa : Jakarta.
Artikel www.upliftinternational.org/Uplift%20Intl%20Health%20&