You are on page 1of 42

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS MODELLING DALAM PENDEKATAN CONTEKSTUAL


TEACHING AND LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP
AKUNTANSI MATERI PEMBELAJARAN MENCATAT TRANSAKSI
KEDALAM JURNAL KHUSUS DI KELAS XII MA NURUL IMAN DESA
SETANGGOR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

OLEH

BQ. MULIANA
NPM. 06360207

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) HAMZANWADI SELONG
2010
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Identifikasi Dan Perumusan masalah...............................................3
C. Pembatasan Masalah........................................................................4
D. Tujuan Dan Penggunaan Pembelajaran ..........................................4
E. Identifikasi Dan Klasifikasi Variabel ..............................................5
F. Defenisi Operasional Fariabel.........................................................5
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................6
A. Kajian Pustaka.................................................................................6
1. Pendekatan CTL (contextual teaching and learning)................6
2. Pemodelan.................................................................................13
3. Penguasaan Konsep..................................................................14
4. Akuntansi..................................................................................15
B.hasil penelitian yang relevan.............................................................16
C.Kerngka berpikir...............................................................................21
D.Hipotesis...........................................................................................22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................23
A. Jenis Penelitian................................................................................23
B.Rancangan penelitian........................................................................24
C. Populasi dan Sampel Penelitian......................................................26
D. Metode Pengumpulan Data.............................................................27
E. Jenis dan Sumber Data....................................................................30
F. Metode Analisis Data......................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor

pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan

cerdas, damai, terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu, pembahasan pendidikan

harus selalu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut, terhadap

banyak faktor yang turut diperhatikan, antaralain guru sebagai tenaga pengajar,

peserta didik, metode serta pendekatan dan alat peraga yang digunakan.

Seiring dengan kemajuan tehnologi informasi yang telah demikian

pesat,guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus

mampu bertindak sebagai fasilitator, motifator dan pembimbing yang lebih

banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan

mengolah sendiri informasi (Hamzah, 2007, 17).

Dengan demikian guru hendaknya berperan sebagai pembimbing,

pengarah, pemberi kemudahan dengan menyediakan fasilitas belajar, pemberi

bantuan bagi peserta didik yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi

yang merangsang peserta didik untuk berfikir dan bekerja.

Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidik memasuki era globalisasi

yang penuh tantangan dan ketidak pastian, diperlukan pendidik yang dirancang

berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk kepentingan tersebut sebagai

acuan dan pedoman bagi pelaksana pendidik untuk mengembangkan berbagai

ranah pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Hal ini terkait dengan

3
gerakan peningkatan mutu pendidikan yang dirancang oleh mentri pendidikan

nasional pada tanggal 2 mei 2002 (Mufyasa, 2004:37).

Pendekatan Contekstual teaching and learning (CTL) merupakan ”konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagi

anggota keluarga dan masyarakat” (DIKNAS, 2002:1).

Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

siswa, proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa

belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kesiswa.Melalui

strategi Contekstual teaching and learing(CTL), siswa diharapkan belajar melalui

mengalami, bukan menghafal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah

membantu tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi

dari pada dengan informasi, tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang

bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).

Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.

Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Pelajaran akuntansi pada umumnya dianggap sebagi mata pelajaran yang

membosankan. Hala tersebut tidak lepas dari faktor-faktor yang terkesan hanya

mengajarkan dan menghitung sesuatu yang tidak ada/fiktif. Sehingga wajar jika

sebagian besar orang khususnya para peserta didik menganggap dan berasumsi

bahwa akuntansi adalah mata pelajaran yang membosankan, tidak menarik bahkan

dianggap mata pelajaran yang mengajak siswa untuk menghitung uang yang tidak

4
pernah ada.

Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki kebosanan dalam

hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangka,

ibarat merasakan makanan yang sama secara terus menerus akan menimbulkan

kebosanan. Maka makanan yang bervariasi (bermacam-macam) akan merangsang

untuk dimakan. Demikian juga dalam proses pembelajaran, jika tidak

menggunakan metode secara bervariasi maka akan membosankan peserta didik.

Perhatian peserta didik akan berkurang, mengantuk dan akibatnya tujuan belajar

tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam proses

pembelajaran.

Dewasa ini, ada kecendrungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak

akan lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna

jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran

yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi

mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik

memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang dan itulah yang terjadi di

sekolah-sekolah kita.

Berkaitan dengan hal tersebut MA Nurul Imam Desa Stanggor lebih

banyak menggunakan pendekatan konvensional dalam proses pembelajaran. Guru

hanya menggunakan metode lama yaitu guru menjelaskan, peserta didik

mendengarkan, guru mencatat, peserta didik juga mencatat, sehingga motivasi

belajar peserta didik kurang. Dengan alasan tersebut penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang pengaruh pendekatan Contekstual teaching and

5
leaening(CTL) dengan pemodelan terhadap penguasaan konsep akuntansi pada

materti pembelajaran mencatat transaksi kedalam jurnal khusus.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah didefinisikan masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Pembelajaran akuntansi dianggap mata pelajaran yang

membosankan.

2. Pembelajaran yang tidak menggunakan metode secara

bervariasi akan membuat peserta didik cepat merasa bosan.

3. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi

gagal membekali peserta didik memecahkan masalah dalam

kehidupan jangka panjang.

4. Guru hanya menggunakan metode lama yaitu ceramah

sehingga motivasi belajar peserta didik kurang.

5. Guru-guru di MA Nurul Imam belum banyak menerapkan

pendekatan Contekstual teaching and learning(CTL) dalam

proses pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar penguasaan konsep akuntansi pada materi pembelajaran

mencatat transaksi kedalam jurnal khusus dengan pendekatan contekstual

teaching and learning (CTL) dikelas XII MA Nurul iman desa setanggor?.

6
2. Apakah modeling dalam pendekatan contekstusl tesching and

learning (CTL) berpengaruh terhadap penguasaan konsep

akuntansi pada materi pembelajaran menctat rnsaksi kedalam

jurnal khusus dikelas XII MA Nurul Iman Desa Setanggor?

D. Pembatasan Masalah

1. Batasan obyek penelitian

Yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini adalah

mengkaji pengaruh pendekatan Contekstual teaching and learning(CTL)

dengan modeling terhadap penguasaan konsep akuntansi.

2. Batasan subyek penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah

terbatas pada peserta didik MA Nurul Imam desa Stanggor kelas XII.

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini

adalah

1. Untnk mengetahui penguasaan konsep akuntansi pada materi pembelajaran

mencatat transaksi kedalam jurnal khusus dikelas XII MA Nurul iman desa

setanggor tahun pelajaran 2010/2011.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contekstual teaching and learning

(CTL) dengan modeling terhadap penguasaan konsep akuntansi pada materi

pembelajaran mencatat transaksi kedalam jurnal khusus di kelas XII MA

Nurul Iman Desa Stanggor tahun pelajaran 2010/2011..

7
F. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian dalam melaksanakan suatu penelitian terdapat

suatu fenomena atau masalah, maka dari hasil penelitian tersebut diharapkan

mempunyai makna dan kegunaan baik secara teori maupun praktis, adapun

kegunaan dari penelitian ini adalah:

1). Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dari penelitian ini ditemukan informasi baru yang

dapat memperkaya khazanah dunia ilmu pengetahuan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan refrensi bagi

peneliti yang ingin meneliti lebih mendalam tentang masalah

yang sama dengan penelitian ini.

2). Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi.

b. Bagi Institusi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

masukan dan pertimbangan dalam rangka peningkatan kualitas

pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

G.Definisi Operasional Variabel

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka peneliti akan

memberikan pengertian istilah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai

8
berikut :

1. Pendekatan Contextual teaching and leaening(CTL)

denganpemodelan adalah suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan

antara materi pembelajaran dengan dunia nyata peserta didik dengan

menekankan pada pemberian contoh dan demonstrasi

2. penguasaan konsep akuntansi yaitu kemampuan peserta didik dalam

memahami tentang akuntansi, pada materi pembelajaran mencatat

transaksi kedalam jurnal khusus.

9
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pendekatan CTL (contextual teaching and learning)

1). Pengertian

Contekstual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsep

belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga

dan masyarakat (Nurhadi,2004:4).

Pendapat lain juga menyatakan bahwa pendekatan kontekstual

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang

diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Diknas,

2002:1).

Berdasarkan pengrtian di atas, dapat dipahami bahwa inti dari

pembelajaran kontekstual adalah suatu kegiatan pembelajaran yang

berupaya untuk membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran

dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan

pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka secara nyata.

10
2). Penerapan Kontekstual Didalam Kelas

Sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan

Contekstual teaching and learning (CTL) jika menerapkan tujuh

komponen dalam pembelajaran diantaranya adalaha;

1. Kontruktivisme

Kontruktivisme (Contructivism) merupakan landasan berfikir

(filosofi) pendekatan contekstual teaching and learning (CTL), yaitu

bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang

kemudian melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-

konyong. (Diknas, 2002:11). Dengan demikian kontruktivisme adalah

ilmu pengetahuan yang dibuat oleh manusia dan berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman.

2. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari

bertanya. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama

pembelajaran yang berbasis CTL (Diknas, 2002:14).

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru

untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir

peserta didik kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam

melaksanakan pembelajaran dalam menggali informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan

perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

11
3. Menemukan (Inquity)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis CTL (Diknas, 2002:12). Pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil dari hasil mengingat

atau menghafal. Tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus

selalu merancang kegiatan yang mengarah pada kegiatan untuk

menemukan sesuatu, apapun materi yang diberikan.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran diperoleh dari

kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing

antara teman, antara kolompok dan antara mereka yang tahu ke yang

belum tahu.

Dalam kelas CTL, kegiatan pembelajaran dilakukan dalam

kelompok-kelompok belajar, ssiwa yang pandai mengajar siswa yang

lemah dan yang tahu memberi tahu yang belum tahu. Masyarakat

belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam

amsayrakat belajar anggota kelompok yang terlibat dalam komunikasi

pembelajaran dapat saling belajar.

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang

dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para

12
siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan, agar siswa-

siswanya melakukan (Nurhadi, 2004 : 49). Jadi, pemodelan ini

memberikan keterampilan atau pengetahuan tertentu melalui

demonstrasi dan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Dalam pemodelan, pemodel dapat dirancang dengan melibatkan siswa

model ini bisa berupa cara melakukan atau membuat sesuatu.

6. Refleksi (reflection)

Refleksi adalah berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa

lalu (Nurhadi, 2004 : 50). Jadi, refleksi merupakan gambaran terhadap

kegiatan atau pengetahuan yang telah diterima.

7. Penilaian yang sebenarnya (autentic assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai informasi data

yang memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Nurhadi,

2004 : 51). Dengan demikian assesment dapat diartikan sebagai info

rmasi tentang gambaran perkembangan belajar siswa yang perlu

diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa memang siswa

menjalani proses pembelajaran dengan benar.

3). Prinsip pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa secara

alamiah, pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi dunia

nyata lingkungan seseorang dan itu dapat terjadi melalui pencarian

hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Perpaduan antara materi

13
pembelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran

kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang

mendalam dimana peserta didik kaya akan permasalahan dan cara

untuk menyelesaikannya.

Pembelajaran Contekstual teaching and learning (CTL)

memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena

pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat

memperaktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami

hakekat, dan manfaat belajar, sehingga mereka rajin dan termotivasi

untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar (Mulyasa,

2005:103). Kondisi ini dapat terwujud, ketika peserta didik menyadari

tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara

menggapainya.

Berkaitan dengan factor kebutuhan individu peserta didik, maka

pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran kontekstual adalah

sebagai berikut.

a) Merencanakan pembelajaran sesuai

dengan kewajaran perkembangan mental

peserta didik (developmentally appriate).

Hubungan antara isi kurikulum dan metodologi yang

digunakan untuk mengajar harus didasarkan kepada kondisi social,

emosional dan perkembangan intelektual siswa (Nurhadi, 2004:20)

14
jadi usia siswa dan karakteristik individual lainnya serta kondisi

social dan lingkungan peserta didik haruslah menjadi perhatian di

dalam merencanakan pembelajaran.

Anak-anak dapat mempelajari dan merencanakan apabila

ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran. Manusia sebagai

organisme yang berkembang, kesediaan yang mempelajari sesuatu

tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga

perkembangan karena lingkungan dan pengalaman. Perubahan

nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan

motivasinya.

b) Membentuk belajar yang saling

bergantung (Independent learning grups)

Peserta didik saling belajar dari sesamanya didalam

kelompok-kelompok belajar kecil dan belajar bekerja sama dengan

tim lebih besar (kelas). Kemampuan itu merupakan bentuk

kerjasama yang diperlukan oleh orang dewasa di tempat kerja dan

konteks lain. Jadi, peserta didik diharapkan berperan aktif.

Pembelajaran kelompok digunakan apabila materi

pelajarannya lebih mengembangkan konsep pokok / sub pokok

bahasan yang sekaligus mengembangkan aktivitas social, sikap,

nilai, kerjasama, dan aktivitas dalam pemecahan masalah melalui

kelompok belajar siswa. (Zaenab Aqib, 2003:57). Dalam

pemecahan masalah melalui kelompok belajar ini maka peserta

15
didik akan berperan sebagai individu yang akan mengadakan relasi

dan kerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan

bersama. Relasi dan kerjasama dalam kelompok itu yaitu setiap

individu berperan aktif dan ikut bekerjasama.

c) Menyediakan lingkungan yang

mendukung pembelajaran mandiri (self

regulated learning)

Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri

memiliki tiga karakteristik umum yaitu kesadaran berfikir,

penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan (Nurhadi,

2004:20). Jadi, karakteristik yang mendukung pembelajaran

mandiri umumnya yaitu bagaimana kemampuan berfikir peserta

didik strategi yang diterapkan dan motivasi yang diberikan oleh

guru.

d) Mempertimbangkan keragaman peserta

didik

Di dalam kelas, guru harus mengajar peserta didik dengan

berbagai keragamannya, misalnya latar belakang suku bangsa,

status social ekonomi, bahasa utama yang dipakai dirumah dan

berbagai kekurangan yang mereka miliki. Dengan dimikian

diharapkan guru dapat membantu peserta didik untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

e) Memperhatikan multi-intelegensi peserta

16
didik (multi intelligent)

Faktor intelegensi adalah factor indogen yang sangat besar

pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Bilamana

pembawaan intelegensi anak memang rendah, maka anak tersebut

akan sukar mencapai hasil belajar yang baik (Zaenal Aqib,

2003:63). Jadi, faktor intelegensi adalah salah satu faktor yang

harus diperhatikan dalam proses pembelajaran.

f) Menggunakan teknik-teknik bertanya

(Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari

bertanya. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai

kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai

kemampuan berfikir siswa. (Diknas, 2002:14).

g) Menerapkan penilaian autentik (authentic

assessment)

Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan

dan berfikir kompleks seorang peserta didik daripada hanya

sekedar hapalan informasi aktual. Kondisi alamiah pembelajaran

kontekstual memerlukan penilaian interdispiliner yang dapat

mengukur pengetahuan dan keterampilan lebih dalam dengan cara

yang bervariasi dibandingkan dengan penilaian.

2). Pemodelan/Modelling

1). Pengertian

17
Modelling merupakan suatu proses pemberian contoh mengenai

bagaimana kita mengharapkan orang yang menjadi dirinya sendiri, berfikir

bertindak dan belajar (Herawati, 2001:4).

Modelling (pemodelan) pada dasarnya membahasakan gagasan yang

kita fikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para

siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-

siswanya melakukan (Nurhadi, 2004 : 49).

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemodelan

(modeling) merupakan suatu kegiatna pemberian model atau contoh untuk

membahasakan gagasan yang difikirkan, mendemonstrasikan bagaimana

siswa belajar dan melakukan apa yang guru inginkan dengan

menyederhanakan dari sejumlah aspek dunia nyata.

b). Modelling sebagai komponen pembelajaran kontekstual (CTL)

Salah satu komponen pembelajaran Contekstual teaching and learning

(CTL) adalah pemodelan (modelling). Maksudnya, dalam sebuah

pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa

ditiru. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang

konsep atau aktivitas belajar (Nurhadi, 2004 : 49).

Dengan demikian, melalui pemodelan seperti disebutkan di atas para

peserta didik akan melakukan pengamatan dan peniruan yang nantinya

akan membentuk pola sikap dan prilaku yang sesuai dengan orang yang

ditiru. Bagi para peserta didik di sekolah, orang yang berpengaruh

terutama guru dapat menjadi model. Dalam pendekatan Contekstual

18
teaching and learning (CTL) guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan peserta didik. Seorang peserta didik bisa

ditunjuk untuk memberikan contoh kepada temannya tentang cara

melakukan sesuatu.

3). Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep berasal dari kata kuasa yang artinya kemampuan atau

kesanggupan untuk berbuat sesuatu. Sedangkan konsep adalah rancangan atau

buram surat dan sebagainya (Budiono, 2005 : 293). Dalam kegiatan

pembelajaran rancangan dapat diartikan sebagai uraian materi pembelajaran.

Dari uraian materi tersebut akan diperoleh suatu pemahaman atau pengertian

tentang materi tersebut.

Mengacu pada pengertian-pengertian di atas, dapat dipahami bahwa

penguasaan konsep adalah kemampuan menguasai materi pembelajaran

sehingga diperoleh suatu pemahaman atau pengertian dari materi tersebut oleh

karena itu, untuk memecahkan masalah, seorang peserta didik harus

menyelaraskan dengan pemahaman yang didasarkan pada konsep atau

pengertian yang diperoleh.

4). Akuntansi

1). Pengertian

Ditinjau dari sudut pemakainya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai

suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk

19
melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan

suatu organisasi (Haryono, 1999 : 4).

Apabila ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat didefinisikan

sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan

penganalisisan data keuangan suatu organisasi (Haryono, 1999 : 5). Dari

kedua pengertian tersebut, akuntansi dapat diartikan sebagai suatu seni

pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran menurut cara yang berarti

dan dinyatakan dalam nilai uang.

2). Bidang Akuntansi

Untuk dapat memberi informasi akuntansi kepada pihak-pihak yang

memerlukannya dan sebagai akibat perkembangan dan luasnya bidang

yang ada dalam akuntansi, kemudian timbul bidang-bidang spesialisasi

dalam akuntansi, yaitu antara lain sebagai berikut:

1. Akuntansi keuangan

Merupakan aplikasi akuntansi secara keseluruhan untuk satu unit

ekonomi (Baridwan, 1985 : 13). Fungsi pokoknya adalah memelihara

catatan atas transaksi-transaksi usaha dan menyiapkan laporan-laporan

berkala atas usaha tersebut teknik-teknik pembukuan serta prinsip-

prinsip akuntansi perlu dilaksanakan dalam tugas ini.

2. Akuntansi manajemen

Menyiapkan data historis maupun taksiran (estimated) dalam

membantu pekerjaan manajemen sehari-hari dan merencanakan

operasi perusahaan (Baridwan, 1985 : 13).

20
3. Akuntansi biaya

Adalah berhubungan dengan penentuan serta pengawasan biaya dalam

suatu perusahaan (Baridwan, 1985 : 13). Bidang ini sangat penting,

terutama untuk perusahaan yang bersifat manufacturing (pabrik).

4. Akuntansi pemeriksaan

Yang meliputi pemeriksaan independen atas pekerjaan-pekerjaan

akuntansi secara menyeluruh (Baridwan, 1985 : 13). Bidang ini

merupakan salah satu tugas pokok dari kantor akuntan yang harus

mencerminkan pendapat dari akuntan pemeriksa mengenai kelayakan

dari laporan keuangan yang ada di lain pihak.

5. Akuntansi perpajakan

Yang meliputi persiapan untuk pelaporan, pembayaran pajak ataupun

pengembalian pajak, serta pemenuhan prosedur-prosedur dalam

perpajakan (Baridwan, 1985 : 14).

6. Akuntansi pemerintah

Merupakan bidang khusus dalam pencatatan dan melaporkan transaksi-

transaksi yang dilakukan pemerintah serta lembaga-lembaga

pemerintah (Baridwan, 1985 : 14).

7. Akuntansi anggaran

Menyajikan rencana keuangan untuk suatu periode melalui perkiraan-

21
perkiraan dan menyiapkan perbandingan antara operasi yang

sebenarnya dan rencana operasi yang akan datang (Baridwan, 1985 :

14).

8. Akuntansi kemasyarakatan

Merupakan bidang baru dalam akuntansi yang bertujuan melakukan

pengukuran atas kerugian dan keuntungan bagi masyarakat (Baridwan,

1985 : 15).

3). Jurnal khusus

Transaksi dalam perusahaan dangang ada berbagai jenis (transaksi

penerimaan kas, pembelian barang dangang, penjualan barang dagang, dan

lain-lain). Transaksi tersebut pertama kali dicatat dalam satu jurnal yang

disebut jurnal umum.

Bagi perusahaan yang transaksinya relatif banyak, pencatatan

transaksi yang hanaya mengunakan satu jurnal (jurnal umum) kurang

efektif. Setiap transaksi yang di analisis dalam jurnal umum satu demi satu

harus diposting ke buku besar. Dengan demikian, jika transaksi yang

dicatat banyak pada setiap perkiraan buku besar yang sering terjadi

perubahan memerlukan jumlah baris yang banyak pula. Hal ini disamping

memakan ruang pencatatan yang lebih banyak, juga memerlukan tenaga

dan waktu. Dilain hal, transaksi yang banyak tersebut sebetulnya banyak

pula yang analisisnya selalu berulang. Untuk perusahaan dangang,

misalnya transaksi yang selalu berulang adalah :

a. pembelian barang dangang secara keredit

22
pembelian barang dagang secara keredit analisisnya selalu

a. debit : pembelian

b. kredit : utang usaha

b. Pembayaran (pengeluaran uang tunai atau kas)

Transaksi pembyaran menganalisisnya selalu seperti ini

a. debit :….(tergantung pada yang dibayar, yaitu

pembelian, utang usaha, beban gaji dan lain-

lain).

b. Kredit : kas

c. Penjualan barang dangang secara keredit

Pejualan barang dangang secara kredit analisisnya seperti ini :

a. debit : piutang usaha

b. kredit : penjualan

d. penerimaman uang (penerimaan kas)

penerimaan uang analisisnya selalu seperti ini:

a. debit : kas

b. kredit : ……(dapat berupa penjualan, piutang

usaha, pendapat bunga, dan lain-lain).

Untuk mengatasi posting yang berulang-ulang dan monoton

setiap jenis transaksi yang dianggap sering terjadi dibuthkan satu jurnal

tersendiri dan postingnya dilakukan setelah ahir periode tertentu.

Jurnal yang disediakan untuk mencatat jenis transaksi tertentu disebut

jurnal khusus (special journal)

23
Banyak macam juranal khusus yang harus disediakan oleh

setiap perusahaan tidak sama, tergantung pada banyaknya jenis

transaksi yang sering terjadi. Untuk perusahaan dangang, paling sedikit

terdiri atas empat macam jurnal, yaitu sebagai berikut :

1. Jurnal pembeliaan (purchase journal)

Jurnal pembeliaan adalah jurnal yang pada dasarnaya

khusus digunakan untuk mencatat transaksi pembelian barang

dangang secara kredit. Namun jika dirasa perlu oleh perusahaan,

jurnal itu dapat pula dikembangkan untuk mencatat semua

pembeliaan barang dangang ataupun bukan barang dangang dengan

menambahkan kolom yang diperlukan.

Jiaka jurnal pembelian hanya untuk mencatat transaksi yang

analisisnya adalah :

a. debit : pembelian

b. kredit : utang usaha

2. Jurnal pengeluaran kas

Jurnal pengeluaran kas digunakan untuk mencatat khusus

transaksi pembayaran. Kolom jumlah yang harus disediakan

bergantung pada banyaknya perkiraan yang sering berkaitan

dengan transaksi yang timbul. Hal ini bergantung pula pada jenis

transaksi yang sering terjadi. Ditinjau dari ferekwensinya, transaksi

harus dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:

24
a. Transaksi yang sering terjadi

Dalam transaksi ini perkiraan yang terkait harus dibuatkan

kolom jumlah tersediri. Untuk perusahaan dagang, contoh transaksi

pembayaran yang sering terjadi adalah :

1. Pembelian barang dangang secara tunai yang

analisisnya adalah

- debit : pembelian

- kredit : kas

2. Pembayaran utang usaha yang

dilakukan dengan dua

kemungkinan yaitu :

- Tidak mendapat potongan analisisnya adalah

Debit : utang usaha

Kredit : kas

- Mendapat potongan, analisisnya adalah

Debit : utang usaha

Kredit : kas

Kredit : potongan pembelian

b. Transaksi yang jarang terjadi

Dalam transaksi ini perkiraan yang didebit tidak perlu

disediakan kolom tersendiri, tetapi cukup ditampung dalam

kolom serba serbi sedangkan kolom yang dikereditkan adalah

kas.

25
3. Jurnal penjualan (sales journal)

Jurnal penjualan adalah jurnal yang disediakan untuk

mencatat tansaksi penjualan secara kredit, sebab penjualan tunai

dapat dimasukkan kejurnal penerimaan kas. Jurnal penjualan itu

jarang digunakan untuk mencatat penjualan secara kredit selain

barang dagang, sebab bagi sebuah perusahaan dagang menjual

selain barang dagang baik secara tunai maupun secara kredit

(misalnya menjual sebagian peralatan) jarang dilakukan.

Karena jurnal penjualan biasanya hanya untuk mencatat

transaksi penjualan barang dagang secara kredit, kolom jumlah

cukup menjadi satu. Dengan menuliskan angka pada setiap kolom

jumlah, harus diartikan bahwa angka itu analisisnya adalah piutang

usaha di debit dan penjualan di kredit.

4. Jurnal penerimaan kas (cash receipt journal)

Jurnal penerimaan kas (jurnal kas masuk) ialah jurnal yang

khusus disediakan untuk mencatat transaksi penerimaan uang.

Jumlah kolom yang harus disediakan dengan perkiraan yang sering

berkaitan dan bergantung pada jenis transaksi penerimaan uang

yang terjadi. Disamping itu, juga harus disediakan kolom serba-

serbi untuk menampung perkiraan yang tidak mempunyai kolom

khusus.

B. Hasil Penelitian yang relevan

Zakiah (2009) Judul : Penerapan Pembelajaran Contekstual Teaching

26
and Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok

bahasan organisasi pergerakan nasional Budi Utomo di kelas XI SMA NW

Narmada.

Hasil penelitiannya adalah pembelajaran apabila dilaksanakan dengan

menggunakan metode Contekstual Teaching and Learning dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena siswa berpeluang untuk belajar

bekerja sama, menyampaikan pendapatnya sebagai wujud rasa percaya diri,

belajar aktif dan kreatif.

Sukardi (2005). Pengaruh Pendekatan CTL dengan pemodelan

terhadap penguasaan konsep pencernaan makanan pada manusia dikelas II

MTSN Aikmel Lotim. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa terdapat

pengaruh yang kuat dari penggunaan pemodelan dalam pendekatan CTL

terhadap penguasaan konsep system pencernaan pada manusia pada mata

pelajaran Biologi.

Selanjutnya, Padmiwati (2008) : Pelaksanaan Pembelajaran dengan

CTL pola diskusi kelompok untuk meningkatkan daya serap siswa bidang

study IPS Geografi kelas VIII SMPN 15 Mataram Tahun Pelajaran 2007-

2008. Hasil Penelitiannya : melalui penerapan pelaksanaan CTL pola diskusi

kelompok dapat meningkatakan daya serap siswa dan meningktakan hasil

belajar geografi pada siswa kelas VIII-1 SMPN 15 Mataram tahun ajaran

2007/2008.

Mengacu pada hasil-hasil penelitian diatas, peneliti berharap dengan

menggunakan pendekatan CTL dalam proses pembelajaran akan mempunyai

27
pengaruh yang positif terhadap penguasaan materi pembelajaran. Sehingga

dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar peserta didik dalam mata

pelajaran akuntansi.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil-hasil penelitian diatas dapat

diajukan kerangka berfikir sebagai dasar perumusan hipotesis bahwa

pendekatan Contekstual teaching and learning (CTL) diduga paling tepat

untuk mengajarkan akuntansi melalui pendekatan ini proses pembelajaran

lebih mengikutsertakan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pendekatan ini merupakan strategi belajar yang tidak mengharuskan

siswa menghapal fakta-fakta ataupun konsep-konsep melainkan mendorong

peserta didik untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Jadi, strategi

dengan pendekatan Contekstual teaching and learning (CTL) ini diharapkan

peserta didik belajar melalui mengalami bukan menghafal. Proses

pembelajaran menggunakan pendekatan sehingga semua panca indera peserta

didik diaktifkan dan dimanfaatkan secara serentak dalam proses pembelajaran

D. Hipotesis

Dari arti katanya hipotesis berasal dari dua kata hypo artinya di bawah dan

thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis yang kemudian caara menulisnya

disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang

menjadi hipotesis.

Hipotesis adalah pernyataan (declarative statement) yang belum

sepenuhnya diakui kebenarannya atau juga dikatakan suatu dugaan (assumation)

28
yang masih perlu dibuktikan kebenarannya (Netra, 1974: 27). Ahli lain

berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan yang mungkin

benar mungkin juga salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta yang

dikumpulkan (Hadi, 1993: 62) mengacu pada kedua pendapat di atas maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan yang penting kedudukannya

yang bersifat sementara yang belum dibuktikan benearannya secara empiris.

Hipotesis sesungguhnya dapat dibagi dua yaitu :

a. Hipotesis Nihil (Ho) adalah hipotesis yang

menyatakan tidak adanya kesamaan, atau tidak

adanya perbedaan, atau tidak adanya pengaruh antara

dua variable yang dipersoalkan (Suharsimi 2002:17)

b. Hipotesis Alternatif (Ha) adalah hipotesis yang

menyatakan kesamaan, perbedaan atau adanya

pengaruh antara dua variabel yang dipersoalkan

(Suharsimi 2002 : 17).

Berdasarkan kerangka berfikir yang menggambarkan gejala yang

menjadi pusat perhatian, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis

alternative (Ha) yaitu ada pengaruh pendekatan CTL dengan pemodelan

terhadap penguasaan konsep akuntansi pada materi pembelajaran mencatat

transaksi kedalam jurnal khusus.

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ada dua macam yaitu pendekatan kualitatif dan

pendekatan kuantitatif. Sebuah penelitian biasanya memilih salah satu diantara

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Adapun pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif sesuai dengan namanya, banyak dituntut untuk

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Suharsimi, 2002:10). Mengacu pada

pendapat dapat dipahami bahwa dalam penelitian kuantitatif lebih banyak

menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran data dan

penampilan data yang diperoleh.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

30
eksperimen, mengingat data dalam penelitian ini belum ada secara wajar,

maka perlu dilakukan suatu eksperimen atau perlakuan untuk memunculkan

data tersebut.

Metode penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi dua yaitu

penelitian eksperimen sungguhan (true experimental research) dan penelitian

eksperimen semu (quasi experimental research). Dengan demikian, dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen sungguhan

dengan mengadakan perlakuan pada kelompok eksperimen.

Eksperimen sejati (true experimen) adalah jenis eksperimen yang

dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan (Suharsimi,2002:79)

yang dimaksud persyaratan adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenal

eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan.

B. Racangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu langkah yang penting dalam

penelitian selanjutnya. Setiap penelitian harus dirancang, untuk itu diperlukan

suatu desain penelitian. Desain penelitian adalah rencana tentang cara

mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat di laksanakan secara

ekonomis serta serasi dengan tujuan pnelitian (Nasution, 2004:23).

Desain penelitian sangat ditentukan oleh tujuan penelitian itu sendiri.

Sehubungan dengan tujuan penelitian ini yaitu dengan mengetahui pengaruh

pendekatan Contekstual teaching and learning (CTL) dengan pemodelan

terhadap penguasaan konsep akuntansi pada materi pembelajaran mencatat

transaksi kedalam jurnal khusus, maka desain yang akan digunakan dalam

31
penelitian ini adalah desain control group pre-test, post test. Adapun polanya

yaitu :

E O1 xO2
K O3 xO4

E : adalah kelompok eksperimen

K : adalah kolompok control

O : adalah hasil observasi

(Suhasimi, 2002:80)

Dalam hal ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen

(O1-O2) dengan pencapaian kelompok control (O3-O4).

Untuk mengaflikasikan desain control group pre-test, pst-test ini ketika

melakukan penelitian peneliti akan mengadakan observasi terhadap kedua

kelompok sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan setelah

eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1 dan O3)

disebut Pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (O2 dan O4) disebut Post-

test. Dimana perbedaan antara O1 dan O2, O3 dan O4 diasumsikan merupakan

efek dari treatment atau eksperimen yang dilakukan.

Ketika melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti akan memberikan

Pre-test terhadap kedua kelompok. Selanjutnya peneliti akan memberikan

materi tentang mencatat transaksi kedalam jurnal khusus dengan perlakuan

atau treatment yang berbeda terhadap kedua kelompok, dimana kelompok

eksperimen diberi materi dengan perlakuan pendekatan Contekstual teachimg

and learning (CTL) dengan modeling, sedangkan kelompok control tidak

32
diberikan perlakuan tersebut setelah mengadakan eksperimen peneliti akan

memberikan tes lagi yaitu post-test untuk mengetahui pengaruh treatment yang

sudah diberikan.

Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Pra Eksperimen

O1 → Pembelajaran → O2 b=O1-O2
menggunakan
pendekatan CTL
Pre-test dengan pemodelan Post-test

O3 → tidak → O4 b’=O3-O4

Dengan demikian, ketika melakukan observasi setelah mengadakan

eksperimen yaitu post-test kelompok eksperimen akan mengalami perubahan

karena akibat perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan Contekstual

teaching and learning (CTL) dengan pemodelan bila dibandingkan dengan

keadaan sebelum dan sesudahnya.

C. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII MA Nurul Iman desa Setanggor

tahun pelajaran 2010/2011.

33
2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni sampai bulan Agustus.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2002 :108)

pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah totalitas dari semua objek

atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang

akan di teliti (Iqbal, 2001:84),

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dipahami bahwa populasi

adalah keseluruhan individu yang akan diteliti atau seluruh individu yang

mendukung setiap gejala yang timbul. Adapun yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII MA Nurul Iman

sebanyak 2 kelas.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara

tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang

dianggap bias mewakili populasi (Iqbal, 2001:84) dalam pengambilan

sampel, apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil

semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat

diambil diantara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung dari

kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana yang dimiliki

peneliti (Suharsimi, 2002:112).

34
Mengacu pada pendapat Suharsimi diatas, maka untuk menetapkan

besarnya jumlah sampel peneliti mengambil 100% dari keseluruhan

populasi yaitu semua siswa kelas XII MA Nurul Iman Desa Setanggor yang

jumlahnya 58 orang, yang terdiri dari 2 kelas.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner/Angket /Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi,

2002 : 127).

Adapun tes yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Tes harus valid

Dalam hasil tes yang digunakan untuk menguji tingkat normalitas dari

populasi yang diteliti dan sebagai persyaratan untuk menguji hipotesis

alternatif (Ha) yang menyatakan ada pengaruh pendekatan CTL dengan

pemodelan terhadap penguasana konsep akuntansi perusahaan jasa.dengan

pemodelan terhadap penguasana konsep akuntansi perusahaan jasa.

Tes disebut valid apabila tes tersebut benar-benar mengungkapkan

aspek yang diteliti secara tepat. Dengan kata lain harus memiliki tingkat

35
ketepatan tinggi dalam mengungkapkan aspek-aspek yang hendak diukur.

Secara garis ada dua macam validitas, yaitu :

1) Validitas logis

Istilah validitas logis mengandung kata logis, berasal dari kata logika

yang berarti penalaran. Dengan makna demikian nmaka validitas logis

untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan validitas

berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang

terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara

baik mengenai teori dan ketentuan yang ada.

2) Validitas empiris

Istilah validitas empiris menurut kata empiris yang artinya

pengalaman. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas empiris

sudah diuji dari pengalaman (Suharsimi, 2002 : 65).

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari validitas tes adalah

N. ∑ xy − ( ∑ x )( ∑ y )

rxy =
{N.∑ x 2
− (∑ x)
2
}{N.∑ y 2
− ( ∑ y)
2
}
(Iqbal, 2003 : 235)

b. Tes harus reliabel

Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan

hasil yang relatif tepat walaupun dilakukan secara berulang-ulang pada

kelompok yang sama.

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabel tes adalah:

36
2xr 1 1
2 2

r11 =
(
1+ r 1 1
2 2
)

Dengan keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

r ½ ½ : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belah

instrumen (Suharsimi, 2002 : 156).

2. Metode Observasi

Karya Weick (dikutip dari Seltiz, Wrightsman dan Cook 1976 : 256)

mendefinisikan observasi sebagai pemilihan, pengubahan, pencatatan dan

pengkodaan serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan

organisme institut, sesuai dengan tujuan empiris (Jalaludin, 2005 : 83).

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu

langkah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses (suasana)

yang terjadi dalam situasi sebenarnya yang disesuaikan dengan tujuan.

Adapun jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi. Dengan

metode observasi ini peneliti mengamati tingkah laku peserta didik yang

diberikan pendekatan Contekstual teaching and learning (CTL) dengan

pemodelan dalam proses pembelajaran. Maka dengan menggunakan metode

ini, peneliti akan memperoleh data mengenai :

a. Keadaan fisik MA Nurul Iman Desa Setanggor

b. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan Contekstual teaching and

37
learning (CTL) dengan pemodelan.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berarti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

lain sebagainya (Suharsimi, 2002 : 206). Metode dokumentasi ini peneliti

mengambil data-data baik yang berbentuk buku, dokumen, peraturan-

peraturan dan sebagainya sehingga data yang diperoleh mudah diolah.

Dibandingkan dengan metode lain, metode ini agak tidak begitu sulit,

dalam arti ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah.

Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda

mati. Dokumen dapat dibedakan menjadi dua yaitu dokumen primer dan

dokumen sekunder. Dokumen primer yaitu jika dokumen ini ditulis oleh

masing-masing orang yang langsung mengalmais suatu peristiwa. Sedangkan

dokumen sekunder, yaitu peristiwa dilaporkan orang lain selanjutnya ditulis

oleh orang lain.

Dengan metode ini peneliti akan mendapatkan data-data dalam bentuk

tertulis mengenai :

a. Struktur organisasi MA Nurul Iman Desa Setanggor

b. Keadaan guru, pegawai / karyawan dan peserta didik MA Nurul Iman.

Dengan data-data yang diperoleh tersebut, peneliti akan memperoleh

gambaran umum mengenai keadaan, struktur organisasi dan keadana guru,

pegawai/karyawan dan peserta didik MA Nurul Iman Desa Setanggor.

F. Jenis dan Sumber Data

38
Dalam penelitian ini ada 2 data yang digunakan yaitu :

1. Data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden yang didasarkan

pada alat pengumpuland data di atas

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dinas, lemabga dan instansi yang

terkait dengan masalah yang diteliti.

G. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh nantinya, baik lewat instrumen maupun non

instrumen merupakan hasil informasi, yang mana harus diolah menjadi data jadi.

Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden maupun yang

berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik ataupun dalam bentuk

lainnya guna keperluan penelitian dimaksud (Joko, 1991 : 87).

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu

penelitian karena dengan analisis data inilah data dapat diberi arti dan makna yang

berguna dalam memecahkan data penelitian.

Sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu pendekatan Contekstual

teaching and learning (CTL) dengan pemodelan. Dengan demikian peneliti

menggunakan teknik analisis data statistik yaitu dengan t tes. Dalam hal ini, tes

digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan mean. Adapun rumus yang

digunakan adalah

Mx - My
t=
 ∑ x + ∑ y 2  1
2
1 
  + 
 Nx + Ny - 2  Nx Ny 

 

39
Keterangan

M : Nilai rata-rata hasil kelompok

N : Banyaknya subyek

x : deviasi setiap nilai x2 dan x1

y : deviasi setiap nilai y2 dan y1

(Suharsimi, 2002 : 2281)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengetesan satu skor dengan

taraf kepercayaan 95% yang konsultasinya pada taraf signifikansi 5%.

40
DAFTAR PUSTAKA

Al – Haryono Yusuf, 1999. Dasar-Dasar Akuntansi I. Yogyakarta : STIE

Diknas, 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Diknas

E. Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional menciptakan pemebelajaran kreatif

dan menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Hamzah B. Uno, 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia

Jalaludin Rakhmat, 2005. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

M. Ikbal hasan, 2003. Pokok-Pokok materi statistic 1 & 2. Jakarta : Bumi Aksara

Nurhadi dkk, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.

Malang : Universitas Negeri Malang

Tim Peneliti STKIP, 2009. Pedoman Skripsi STKIP Hamzanwadi Selong. STKIP

Hamzanwadi Selong.

Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Zaki Baridwan, Drs. M.Sc. 1985. Akuntansi, Sistem Informsi Akantansi.

Yogyakarta : BPFE

41
Zainal Aqib, 2003. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan

Cendikia.

42

You might also like