You are on page 1of 12

Konsep Hak Asasi Manusia

Konsep Hak Asasi Manusia dalam UU. Nomor 39 Tahun 1999: Telaah dalam Perspektif
Islam

Catatan Pembuka

Dewasa ini hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan paham
individualisme dan liberalisme seperti dahulu. Hak asasi manusis lebih dipahami secara
humanistik sebagai hak-hak yang inheren dengan harkat martabat kemanusiaan, apa pun
latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin dan pekerjaannya. Konsep
tentang hak asasi manusia dalam konteks modern dilatarbelakangi oleh pembacaan yang
lebih manusiawi tersebut, sehingga konsep HAM diartikan sebagai berikut:

“Human rights could generally be defined as those rights which are inherent in our nature
and without which we cannot live as human beings”

Dengan pemahaman seperti itu, konsep hak asasi manusia disifatkan sebagai suatu
common standard of achivement for all people and all nations, yaitu sebagai tolok ukur
bersama tentang prestasi kemanusiaan yang perlu dicapai oleh seluruh masyarakat dan
negara di dunia.

Pada tataran internasional, wacana hak asasi manusia telah mengalami perkembangan
yang sangat signifikan. Sejak diproklamirkannya The Universal Declaration of Human
Right tahun 1948, telah tercatat dua tonggak historis lainnya dalam petualangan
penegakan hak asasi manusia internasional. Pertama, diterimanya dua kovenan
(covenant) PBB, yaitu yang mengenai Hak Sipil dan Hak Politik serta Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya. Dua kovenan itu sudah dipemaklumkan sejak tahun 1966, namun
baru berlaku sepuluh tahun kemudian setelah diratifikasi tiga puluh lima negara anggota
PBB. Kedua, diterimanya Deklarasi Wina beserta Program Aksinya oleh para wakil dari
171 negara pada tanggal 25 Juni 1993 dalam Konferensi Dunia Hak Asasi Manusia PBB
di Wina, Austria. Deklarasi yang kedua ini merupakan kompromi antar visi negara-
negara di Barat dengan pandangan negara-negara berkembang dalam penegakan hak
asasi manusia.

Di Indonesia, diskursus tetang penegakan hak asasi manusia juga tidak kalah gencarnya.
Keseriusan pemerintah di bidang HAM paling tidak bermula pada tahun 1997, yaitu
semenjak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) didirikan setelah
diselenggarakannya Lokakarya Nasional Hak Asasi Manusia pada tahun 1991. Sejak
itulah tema tentang penegakan HAM di Indonesia menjadi pemebicran yang serius dan
berkesinambungan. Kesinambungan itu berwujud pada usaha untuk mendudukkan
persoalan HAM dalam kerangka budaya dan sistem politik nasioanal sampai pada tingkat
implementasi untuk membentuk jaringan kerjsama guna menegakkan penghormatan dan
perlindungan HAM tersebut di Indonesia. Meski tidak bisa dipungkiri adanya pengaruh
internasional yang menjadikan hak asasi manusia sebagai salah satu isu global, namun
penegakan hak asasi manusia di Indonesia lebih merupakan hasil dinamika intrenal yang
merespon gejala internasional secara positif.

Adalah pada tahun 1999 lah, Indonesai memiliki sistem hukum yang rigid dan jelas
dalam mengatur dan menyelesaikan persoalan pelangaran HAM di Indonesia.
Diberlakukannya UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia kendati agak
terlambat merupakan langkah progresif dinamis yang patut dihargai dalam merespon isu
internasional di bidang hak asasi manusia walaupun masih perlu dilihat dan diteliti lebih
jauh isinya.

Beberapa pertanyaan mendasar muncul pada waktu itu sampai saat ini. Bagaimana
konsep HAM menurut undang-undang tersebut? Sejauh mana memiliki titik relevansi
dengan dinamisasi masyarakat? Bagaimana penegakannya selama ini? Seberapa besar ia
mengakomodasi nilai-nilai universal?

Tulisan singkat ini tidak akan menjawab semua persoalan di atas, tetapi hanya akan
mencoba menelisik persoalan HAM di Indonesia dengan melakukan pengujian terhadap
instrumen UU no. 39 tahun 1999 tentang HAM secara sederhana dan melakukan studi
komparatif dengan konsep HAM dalam Islam mengingat keberadaan Indonesia yang
berpenduduk mayoritas muslim. Pembahasan akan diawali dengan membeberkan konsep
HAM dalam kerangka UU. No. 39 tahun 1999, dilanjutkan dengan HAM dalam
perspektif Islam dan diakhiri dengan analisis berupa kajian UU tentang HAM ditinjau
dalam perspektif Islam.

Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1
angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM).

Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM).

Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan
berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak
anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi
Manusia. Materi Undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI
Nomor XVII/MPR/1998.

Hak-hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia terdiri dari:
1. Hak untuk hidup. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
meningkatkan taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir
dan batin serta memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Setiap orang berhak untuk membentuk
kelaurga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah atas kehendak yang
bebas.
3. Hak mengembangkan diri. Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak
pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.
4. Hak memperoleh keadilan. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh
keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara
pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas
dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara
obyektif oleh Hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan adil dan benar.
5. Hak atas kebebasan pribadi. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai
keyakinan politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama masing-
masing, tidak boleh diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas
bergerak, berpindah dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia.
6. Hak atas rasa aman. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
7. Hak atas kesejahteraan. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat
dengan cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan,
berhak atas pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi
melindungi dan memperjuangkan kehidupannya.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan. Setiap warga negara berhak turut serta dalam
pemerintahan dengan langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan
dapat diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.
9. Hak wanita. Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan,
profesi dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Di
samping itu berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau
profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.
10. Hak anak. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat
dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri
dan tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.

Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam

Masalah hak asasi manusia menurut para sarjana yang melakukan penelitian pemikiran
Barat tentag negara dan hukum, berpendapat bahwa secara berurut tonggak-tonggak
pemikiran dan pengaturan hak assasi manusia mulai dari Magna Charta (Piagam Agung
1215), yaitu dokumen yang mencatat beberapa hak yang diberikan raja John dari Inggris
kepada bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi
kekuasaan raja tersebut. Kedua adalah Bill of Right (Undang-Undang Hak 1689) suatu
undang-undang yang diterima oleh parlemen Inggris, setelah dalam tahun 1688
melakukan rrevolusi tak berdarah (the glorius revolution) dan berhasil melakukan
perlawanan terhadap raja James II. Menyusul kemudian The American eclaration of
Indepencence of 1776, dibarengi dengan Virginia Declaration of Right of 1776.
seterusnya Declaration des droits de I’homme et du citoyen (pernyataan hak-hak manusai
dan warga negara, 1789) naskah yang dicetuskan pada awal revolusi Perancis sebagai
perlawanan terhadap kesewenang-wenangan raja dengan kekuasaan absolut. Selanjutnya
Bill of Right (UU Hak), disusun oleh rakyat Amerika Serikatr pada tahun 1789,
bersamaan waktunya dengan revolusi Perancis, kemudain naskah tersebut dimasukkan
atau doitambahkan sebagai bagian dari Undang-Undang Dasar Amerika Serikat pada
tahun 1791.

Beberapa pemikiran tentang hak asasi manusia pada abad ke 17 dan 18 di atas hanya
terbatas pada hak-hak yang bersifat politis saja, misalnya persamaan hak, kebebasan, hak
memilih dan sebagainya. Sedangkan pada abad ke 20, ruang lingkup hak asasi manusia
diperlebar ke wilayah ekonomi, sosial, dan budaya.

Berdasar naskah-naskah di atas, Franklin Delano Roosevelt (Presiden Amerika ke-32)


meringkaskan paling tidak terdapat Empat Kebebasan (The Four Freedoms) yang harus
diakui, yakni (1) freedom of speech (kebebasan untuk berbicara dan mengeluarkan
pendapat, (2) freedom of religion (kebebasan beragama), (3) freedom from want
(kebebasan dari kemiskinan), dan (4) freedom from fear (kebebasan dari rasa takut).

Jika dilihat lebih seksama, semua yang termasuk isi utama dari naskah-naskah politik di
atas, yang berkaitan dengan hak asasi manusia, terdapat dalam al-Qur’an, sedangkan
Empat Kebebsan terdapat dalam Konstitusi Madinah, baik tersirat maupun tersurat.
Kendati demikian, Konstitusi Madinah yang sudah tersurat pada tahun 622 (abad ke-7 M)
dan al-Qur’an sudah selesai dikumpulkan dan ditulis sebagai kitab pada tahun 25 H
(tahun 647 M) tetapi ternyata dalam studi tentang hak-hak asasi manusia oleh
kebanyakan para sarjana tidak disinggung sama sekali. Padahal kalau dibandingkan
dengan naskah-naskah di atas, semuanya tertinggal tujuh sampai tiga belas abad di
belakang Konstitusi Madinah dan al-Qur’an.

Secara historis, berbicara tentang konsep HAM menurut Islam dapat dilihat dari isi
Piagam Madinah. Pada alenia awal yang merupakan “Pembukaan” tertulis sebagai
berikut:
‫ هذا كتاب من محمد النبي صلى ال عليه وسلم بين المؤمنين والمسلمين من قريش و يثرب و‬.‫بسم ال الرحمن الرحيم‬
‫من تبعهم فلحق بهم وجاهد معهم‬

Terdapat sedikitnya lima makna pokok kandungan alenia tersebut, yaitu pertama,
penempatan nama Allah SWT pada posisi terata, kedua, perjanjian masyarakat (social
contract) tertulis, ketiga, kemajemukan peserta, keempat, keanggotaan terbuka (open
membership), dan kelima, persatuan dalam ke-bhineka-an (unity in diversity).
Hak asasi manusia yang terkandung dalam Piagam Madinah dapat diklasifikasi menjadi
tiga, yaitu hak untuk hidup, kebebasan, dan hak mencari kebahagiaan.

1. Hak untuk hidup


Pasal 14 mencantumkan larangan pembunuhan terhadap orang mukmin untuk
kepentingan orang kafir dan tidak boleh membantu orang kafir untuk membunuh orang
mukmin. Bahkan pada pasal 21 memberikan ancaman pidana mati bagi pembunuh
kecuali bila pembunuh tersebut dimaafkan oleh keluarga korban.

2. Kebebasan
Dalam konteks ini, kebebasan dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
a. Kebebasan mengeluarkan pendapat
Musyawarah merupakan salah satu media yang diatur dalam Islam dalam menyelesaikan
perkara yang sekaligus merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan
mengeluarkan pendapat.
b. Kebebasan beragama
Kebebasan memeluk agama masing-masing bagi kaum Yahudi dan kaum Muslim tertera
di dalam pasal 25.
c. Kebebasan dari kemiskinan
Kebebasan ini harus diatasi secara bersama, tolong menolong serta saling berbuat
kebaikan terutama terhadap kaum yang lemah. Di dalam Konstitusi Madinah upaya untuk
hal ini adalah upaya kolektif bukan usaha individual seperti dalam pandanagn Barat.
d. Kebebasan dari rasa takut
Larangan melakukan pembunuhan, ancaman pidana mati bagi pelaku, keharusan hidup
bertetangga secara rukun dan dami, jaminan keamanan bagi yang akan keluar dari serta
akan tinggal di Madinah merupakan bukti dari kebebasan ini.

3. Hak mencari kebahagiaan


Dalam Piagam Madinah, seperti diulas sebelumnya, meletakkan nama Allah SWT pada
posisi paling atas, maka makna kebahagiaan itu bukan hanya semata-mata karena
kecukupan materi akan tetapi juga harus berbarengan dengan ketenangan batin.

Relevansi Konsep HAM dalam UU No. 39 tahun 1999 dan Islam

Walaupun tidak sampai pada tingkatan studi kritis dan dengan mencoba melakukan
komparasi secara sederhana antara konsep hak asasi manusia yang tertuang dalam UU
No. 39 tahun 1999 dengan konsep HAM dalam Islam melalui pendekatan relevansional
maka studi ini bermaksud menjawab pertanyaan sejauh mana relevansi antar kedua
konsep tersebut.

Untuk melakukan kajian ini penulis membagi ke dalam beberapa domain, antara lain
Ketuhanan Yang Maha Esa, keadilan, kesejahteraan bersama,

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Piagam Madinah dimulai dengan kalimat basmalah. Dalam pasal 22 ditegaskan bahwa
orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak akan menolong pelaku kejahatan
dan juga tidak akan membelanya. Bilamana terjadi peristiwa ataun perselisihan di antara
pendukung Piagam Madinah yang dikhawatirkaan akan menimbulkan bahaya dan
kerusakan, penyelesaiannya menurut ketentuan Allah, demikian ditetpakan dalam pasal
42.

Sedangkan dalam UU. No. 39 tahun 1999 tepatnya pada bagian “Ketentuan Umum” point
1 disebutkan bahwa hak asasi manusia merupakan sebuah hak yang melekat pada
manusia dalam eksistensinya sebagai ciptaan Tuhan dan merupakan anugerah-Nya.
Artinya persoalan penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja menempatkan
manusia pada posisi sentral (antropoSentris) akan tetapi terdapat dimensi transendental
yang juga harus diperhatikan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep penegakan Ketuhanan Yang Maha
Esa, yang dalam terminologi Islam disebut tauhid tertera baik dalam Piagam Madinah
maupun UU tentang HAM.

2. Keadilan

Keadilan tercantum secara tegas baik di dalam Islam yang tertera dalam al-Qur’an
maupun dalam Piagam Madinah maupun di dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia dan konstitusi mana saja di dunia ini. Bahkan kata keadilan ini bergema
pada setiap ada persekutuan sosial, tidak terkecuali dalam suatu keluarga. Keadilan,
menurut Daniel Webster, adalah kebutuhan manusia yang paling luhur.

Pasal 17, 18, dan 19 UU No. 39 tahun 1999 secara umum menetapkan bahwa bahwa
setiap warga negara mempunyai hak untuk memperoleh keadilan. Tentu saja cara
mmeperolehnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan melalui mekanisme yang telah
diatur. Semua perkara, kasus, dan sengketa yang terjadi dalam masyarakat harus
diselesaikan melalui jalur hukum.

Menurut SM. Amin, hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma-norma
dan sanksi-sanksi yang bertujuan mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia
sehingga keadilan, keamanan dan ketertiban terpelihara. Sedangkan dalam konsepsi
Islam, berbuat adil merupakan aktivitas yang dekat dengan takwa.

3. Kesejahteraan bersama

Dalam pasal 36 UU No. 39 tahun 1999 disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak
untuk memiliki demi pengembangan dirinya dengan cara yang tidak melanggar hukum.
Lebih jauh lagi dalam pasal 27 (2) UUD 1945 ditetapkan bahwa tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Hak untuk mendapatkan kesejahteraan dalam Islam merupakan salah satu yang
diutamakan. Ajaran zakat, infaq dan sodaqoh merupakan bentuk kepedulian Islam
terhdapa terciptanya kesejahteraan bersama dan kebebasan dari kemiskinan. Selain itu,
Islam juga sangat mengutamakan kebersamaan dan menganjurkan tolong menolong
terutama terhadap kaum miskin dan lemah dan oleh karena itu, Islam mengharamkan
riba.

Catatan Penutup

Berdasar penelusuran historik, M. Mahfud MD menulis bahwa ada tiga konsepsi dasar
yang harus dipenuhi untuk membangun negara yang sejahtera, yaitu perlindungan HAM,
demokrasi, dan negara hukum. Ketiga konsep ini lahir dari paham yang menolak
kekuasaan absolut menyusul Renaissance yang bergelora di dunia Barat sejak abad XIII.

Pemerintah berkuasa karena rakyat memberi kekuasaan untuk menyelenggarakan


pemerintahan negara, agar negara dapat memberi perlindungan atas Hak-hak Asasi
Manusia (HAM). UU. No. 39 tahun 1999 bisa jadi merupakan manifestasi dari pemberian
perlindungan tersebut. Jika ditelusuri ternyata konsep HAM dalam UU No. 39 tahun
1999 relevan dengan konsep HAM dalam Islam baik yang tertuang dalam al-Qur’an
maupun Piagam Madinah. Bentuk relevansinya terletak pada nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa, keadilan, dan kesejahteraan bersama.

Kendati demikian, pertanyaan kritis yang selalu patut dilayangkan kepada pemerintah
adalah bagaimana penegakan HAM pada tataran aplikatif. Serentetan kasus yang
berkaitan dengan pelanggaran HAM masih saja terjadi di Indonesia sampai sekarang.
Nampaknya pembicaraan tentang hak asasi manusia hanya berhenti pada wilayah
diskursif di forum-forum ilmiah tanpa pernah ditindaklanjuti secara nyata.

Semoga dapat ber(di)manfaat(kan). Selamat berdiskusi!!!

Daftar Bacaan

Alim, Muhammad. 2001. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia dalam Konstiitusi Madinah
dan UUD 1945. Yogyakarta: UII Press.

Atmasasmita, Romli. 2000. Pengantar Hukum Pidana Internasional. Bandung: PT. Refika
Aditama

Bahar, Saafroedin. 1997. Hak Asasi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Komnas HAM. 1998. Membangun Jaringan Kerjasama Hak Asasi Manusia. Jakarta:
Komnas HAM.

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat. 2000. Statuta Roma Mahkamah Pidana
Internasional. Jakarta: ELSAM.

Muzaffar, Chandra. 1995. Hak Asasi Manusia dalam tata Dunia Baru (Menggugat
Dominasi Global Barat). Bandung: Mizan.
Undang-Undang RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

II. PEMBAHASAN

Menurut sejarahnya asal mula hak asasi manusia itu ialah dari Eropa Barat, yaitu Inggris.
Tonggak pertama kemenangan hak asasi ialah pada tahun 1215 dengan lahirnya Magna
Charta. Di dalam Magna Charta itu tercantum kemenangan para bangsawan atas raja
Inggris. Di dalamnya di jelaskan bahwa raja tidak lagi bertindak sewenang-wenang.
Dalam hal-hal tertentu, raja di dalam tindakannya harus mendapat persetujuan para
bangsawan. Walaupun terbatas dalam hubungan antar raja dan bangsawan, hal itu
kemudian terus berkembang. Sebagaimana suatu prinsip, hal ini merupakan suatu
kemenangan sebab hak-hak tertentu telah diakui oleh pemerintah.
Perkembangan berikutnya ialah adanya revolusi Amerika 1776 dan revolusi Prancis
1789. Dua revolusi dalam abad XVIII ini besar sekali pengaruhnya pada perkembangan
hak asasi manusia itu. Revolusi Amerika menuntut adanya hak bagi setiap orang untuk
hidup merdeka, dalam hal ini hidup bebas dari kekuasaan Inggris. Revolusi besar Prancis
pada tahun 1789 bertujuan membebaskan manusia warga negara Perancis dari kekangan
kekuasaan mutlak dari seorang raja penguasa tunggal negara (Absolute Monarchie) di
Perancis pada waktu itu (Raja Louis XVI). Istilah yang dipakai pada waktu itu adalah
Droit de i home yang berarti hak manusia, yang dalam bahasa inggris disebut Human
Rights atau Mensen rechthn dalm bahasa belanda. Dalam bahasa Indonesia biasa disalin
dengan “ Hak-hak kemanusiaan ” atau “ Hak-hak asasi manusia ”. Yang dimaksud mula-
mula dari istilah ini ialah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan
Tuhan Yang maha Esa, seperti hak hidup dengan selamat, hak kebebasan dan kesamaan,
yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun. (Darmodiharjo,1991:77)

2.1 Pengertian HAM


Hak-hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia
sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak asasi ini menjadi dasar
hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain. Sebagaimana kita ketahui, di samping hak-
hak asasi, yang dalam hidup kemasyarakatan kita seharusnya mendapat perhatian terlebih
dahulu, baru menuntut hak. Dalam masyarakat yang individualistis ada kecenderungan
pelaksanaannya secara mutlak karena penuntutan pelaksanaan hak asasi secara mutlak
berarti melanggar hak-hak asasi yang sama dari orang lain. (Darmodiharjo,1991:77)
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya, yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintahan
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
(pasal 1 angka 1 UU Nomor 39 Tahun 1999)
Berdasar pernyataan, kami setuju dengan kedua pemaparan karena Hak asasi manusia itu
adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku
seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik
kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status,
golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
2.2 Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi bangsa dan dasar negara Indonesia, oleh karenanya merupakan
landasan idiil bagi sistem pemerintahan dan landasan etis-moral bagi kehidupan
berbangsa, bernegara serta bermasyarakat. Pancasila juga bukan hanya merupakan
pandangan hidup, melainkan juga alat pemersatu bangsa. (one.indoskripsi.com)
Pancasila adalah lima asas yaitu dari dasar Negara kita, Negara republik Indonesia.
(www.scribd.com)
Berdasar pernyataan, kami setuju dengan kedua pemaparan karena Pancasila adalah
landasan ideologi dalam satu negara di mana di dalamnya terdapat butir-butir sila yang
mengatur dan aturan bernegara.

2.3 Apakah yang dimaksud HAM dalam Pancasila


Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan
terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional
dan fundamental tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup
bangsa Indonesia, terdapat pula ajaran pokok warga negara Indonesia. Yang pertama
ialah perumusan ayat ke 1 pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh
segala bangsa didunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Pasal 27, ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa segala warga negara bersama
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ayat (2) pasal itu menetapkan bahwa tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Hak asasi tentang kerakyatan atau demokrasi yang pokok dasarnya ditetapkan pada sila
ke 4 sebagai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dilengkapi lebih lanjut dengan ketetapan dalam pasal 28
UUD. Bangsa Indonesia memiliki hak untuk menyelenggarakan demokrasinya itu hak
kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya yang ditetapkan dalam undang-undang.
Istilah dan sebagainya itu dapat ditafsirkan bahwa undang-undang dikuasaankan untuk
mengatur dan menetapkan lain-lain dan kewajiban dasar manusia Indonesia sesuai
dengan Pancasila. Selanjutnya pasal 29 ayat (2) menetapkan jaminan bagi tiap-tiap
penduduk oleh negara kemerdekaan untuk memeluk agama dan untuk beribadah menurut
agama dan kepercayaan masing-masing. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Hak
asasi dibidang kesejahteraan sosial sesuai dengan sila ke 5 keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia diatur lebih lanjut dalam pasal 33 ayat (1-3) UUD 1945.
(Darmodiharjo,1991:228)

Dari kelima sila yang diamanatkan dalam Pancasila dapat diuraikan hubungan antara
HAM dengan Pancasila sebagai berikut :
1) Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila tersebut mengamanatkan bahwa setiap warga Negara bebas untuk memeluk
agamadan kepercayaan masing – masing. Hal ini selaras dengan Deklarasi Universal
tentang HAM dimana terdapat perlindungan HAM dari adanya diskriminasi, atas
dasarjenis kelamin, warna kulit, ras, agama, bahasa politik atau pandangan lain, asal –
usul kebangsaan, rasial, kekayaan dan kelebihan ataupun statusnya.
2) Sila Kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila ini mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Deklarasi HAM PBB
yang melarang adanya diskriminasi.
3) Sila Ketiga, Persatuan Indonesia
Sila ini mengamanatkan adanya unsure pemersatu diantara waega Negara dengan
semangat rela berkorban dan menempatkankepentingan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana
hendaknya sesame manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.
4) Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Inti dari sila ini adalah musiyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan sehingga setiap orang tidak dibenarkan untuk mengambil
tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang dapat mengganggu kebebasan orang lain. Hal
ini sesuai dengan Deklarasi HAM.

5) Sila Kelima, Kedilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Asas keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini ditujukan
bagi kepentingan umum tidak ada pembedaan atau diskriminasi antar individu.
(www.parapemikir.com)

2.4 Macam-macam Hak asasi manusia


Hak-hak asasi manusia dapat dibagi atau dibedakan sebagai berikut.
1. Hak-hak asasi pribadi atau personal rights yang meliputi kebebasan menyatakan,
pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak dan sebagainya.
2. Hak-hak asasi ekonomi atau property rights, yaitu hak untuk memiliki sesuatu,
membeli, dan menjualnya serta memanfaatkannya.
3. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau yang biasa disebut rights of legal equality.
4. Hak-hak asasi politik atau political rights, yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), hak mendirikan
partai politik, dan sebagainya.
5. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau sosial and culture rights,misalnya hak untuk
memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan, dan sebagainya.
6. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau
procedural rights, misalnya peraturan dalam hal penangkapan, penggeledahan, peradilan,
dan sebagainya. (Darmodiharjo,1991:78)

III. SIMPULAN
Berdasar uraian diatas maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia adalah hak atau kewenangan yang melekat pada diri individu sejak
ia lahir secara kodrati yang tidak dapat dirampas atau dicabut keberadaannya.
2. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, sumber kejiwaan masyarakat dan dasar
Negara republik Indonesia.
3. Indonesia sebagai Negara hukum menjunjung Hak asasi manusia, hal ini termuat
dalam pancasila yang syarat akan nilai-nilai Hak asasi manusia dan UUD 1945 yang
memuat materi tentang HAM mulai dari pembukaan, penjelasan umum dan batang
tubuhnya.
4. Macam-macam HAM menjadi tolok ukur dalam kehidupan masyarakat Indonesia
sebagai pandangan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Darmodihardjo, Dardji. 1991.Santiaji Pancasila. Laboratorium Pancasila IKIP Malang.
Nasima. 2009. Pendkewarganegaraansmp. diakses 6 Desember 2009.
Notonagoro. 1974. Pancasila Secara Ilmiah Polpuler. Jakarta: Pancoran Tujuh.
Perpustakaan Online Indonesia. 2006. www.organisasi.org. diakses 6 Desember 2009.
Purbopranoto, Kuntjoro. 1969. Hak-hak Asasi Manusia dan Pancasila.Jakarta: Pradnya
Paramita.
Rygan05. 2003. www.scribd.com/rygan05. diakses 6 Desember 2009.
Srijanto, Djarot. 1994. Tata Negara Sekolah Menengah Umum. Surakarta: PT Pabelan.
Anonim. 2008. one.indoskripsi.com. diakses 22 November 2009.
Anonim. 2008. parapemikir.com. diakses 22 November 2009.
Anonim. 2008. blog-indonesia.com. diakses 6 Desember 2009.

Diposkan oleh melyani Rabu, 31 Maret 2010


Selasa, 30 Maret 2010
Pengertian, Macam dan Jenis Hak Asasi Manusia /
HAM yang Berlaku Umum Global - Pelajaran Ilmu
PPKN / PMP Indonesia
Thu, 13/07/2006 - 12:17pm — godam64

Pengertian dan Definisi HAM :

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai
warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa
membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi
manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham
di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia
adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari
Indonesia.

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :

1. Hak asasi pribadi / personal Right


- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing

2. Hak asasi politik / Political Right


- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right


- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths


- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights


- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right


- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

You might also like