Professional Documents
Culture Documents
HIPERBILIRUBIN
Kelompok 11 :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
JATINANGOR
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik Makalah ini berjudul “Makalah Kasus 2
Penyakit Hiperbilirubin“ makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan
untuk memenuhi standar proses pembelajaran pada mata kuliah Sistem Hematologi
dan Imunitas
Dalam penyusunan makalah ini , penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Wiwi Mardiah, S.Kp .M.Kes. selaku koordinator sistem hematologi dan
imunitas serta dosen yang memberikan bimbingan kepada penulis.
2. Orang tua kami tercinta yang selalu membeikan doa restu dan dukungan dalam
proses pembelajaran kami di Fakultas Ilmu Keperawatan.
3. Teman-teman penulis kelompok 11 yang meluangkan waktunya untuk
menyususn makalah ini
4. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
dukungannya, Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang lebih
baik.
Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di hari
kemudian.
Akhir kata, penulis berharap makalah semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui konsep umum penyakit hiperbilirubin.
b. Mahasiswa mengetahui gejala-gejala dari penyakit hiperbilirubin.
c. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan terhadap penderita.
d. Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan dengan tepat.
Manifestasi
klasifikasi klinik
Etiologi&faktor patofisiologi
resiko
BAB II
PEMBAHASAN
2.2.Konsep penyakit
A. Definisi
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum
total yang lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada
kulit, sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus
yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak.
(Ni Luh Gede, 1995)
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 – 50% neonatus
cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan) (IKA II, 2002).
Hiperbilirubin adalah meningginya kadar bilirubin pada jaringan ekstravaskuler
sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
(Ngastiyah, 1997)
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu
bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan
komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa
melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin
larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.
B. Macam – Macam Ikterus:
1. Ikterus Fisiologis
a. Timbul pada hari ke dua dan ketiga.
b. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan
12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
d. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
e. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.
2. Ikterus Patologik
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi
12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.
d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
(Ni Luh Gede Y, 1995)
C. Etiolgi dan faktor resiko
Etiologi hiperbilirubin antara lain :
a. Hemolisis akibat inkompatibilitas gol. Darah ABO atau defisiensi ganggua
pembuluh darah
b. Perdarahan tertutup misalnya trauma kelahiran
c. Inkompatibilitas Rh
d. Hipksia; O2 ke jaringan ↓ → metabolism anaerob ↑ → asam lemak ↑ →
bilirubin indirect ↑
e. Dehidrasi
f. Asidosis
g. Polisitemia
h. Prematur
i. ASI
j. Kelebihan produksi bilirubin
k. Gangguan kapasitas sekresi konjugasi bilirubin dalam hati
l. Beberapa penyakit
m. Genetic
n. Kurangnya enzim glukoroni transferase sehingga kadar bilirubin meningkat
o. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
p. Hipoglikemia
Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain:
Faktor Maternal
Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
ASI
Faktor Perinatal
Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
Faktor Neonatus
Prematuritas
Faktor genetic
Polisitemia
Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
Rendahnya asupan ASI
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
2.3. Patofisiologi
prematuritas, eritropoesis tidak efektif, riwayat kehamilan (hipertensi)
Hb globin Fe
Hemolisis
Heme Biliverdin
Anemia
Bilirubin direct
Metabolism sel↓
empedu ginjal
Pembentukan ATP↓
* diekskresi dalam
duodenum
kelemahan bentuk pewarna urine
Diekskresikan
Resiko intoleran aktivitas
dalam betuk
pewarna feses
Sirkulasi darah
asupan nutrisi↓
↑bilirubin pada plasma
Resiko gangguan
intake nutrisi Terakumulasi di jaringan
globin Hb dipecah
heme
teroksidasi oksigenase
biliverdin
tereduksi reduktrase
bilirubin
Analisa Data
Data yang menyimpang Etiologi masalah
Kulit wajah dan dada Gangguan Integritas Kulit
↑bilirubin pada plasma
tampak kuning
Terakumulasi di jaringan
Anemia
Metabolism sel↓
Pembentukan ATP↓
kelemahan
Metabolism sel↓
asupan nutrisi↓
Resiko gangguan
intake nutrisi
Metabolism sel↓
asupan nutrisi↓
Resiko gangguan
tumbuh kembang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan joundice yang ditandai dengan
kulit wajah dan dada tampak kuning.
2. Resiko Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke
jaringan.
3. Resiko Gangguan Intake Nutrisi berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi
ke jaringan.
4. Resiko Gangguan Tumbuh Kembang
Kolaborasi:
-Berikan nutrisi yang - Nutrisi
adekuat, kolaborasi dibutuhkan
dengan ahli gizi. untuk klien
memenuhi
kebutuhan
energi dalam
melaksanakan
aktivitas.
Kolaborasi:
- Pantau hasil lab., - Meningkatkan
seperti Hb dan lain- efektivitas
lainnya. program
pengobatan
termasuk
sumber dan diet
nutrisi yang
dibutuhkan.
4 Resiko TuPen: Klien Mandiri:
Gangguan dapat menerima - Kajilah kemampuan - Mencari
Tumbuh keadaan yang dimiliki klien alternatif untuk
Kembang tubuhnya secara menutupi
proporsional. kekurangan
TuPan: Klien dengan
dapat memanfaatkan
beradaptasi kemampuan
dengan keadaan yang ada.
tubuhnya.
- Eksplorasi aktivitas - Memfasilitasi
baru yang dapat klien dengan
dilakukan. memanfaatkan
kelebihan klien.
A. Simpulan
Hiperbilirubin adalah suatu kedaaan dimana kadar bilirubin serum total yang
lebih dari 10 mg % pada minggu pertama yang ditendai dengan ikterus pada kulit,
sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus,
yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak.
Hiperbilirubin ini keadaan fisiologis (terdapat pada 25-50 % neonatus cukup bulan
dan lebih tinggi pada neonates kurang bulan).
Hiperbilirubin ini berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu dan
prematuritas. Selain itu, asupan ASI pada bayi juga dapat mempengaruhi kadar
bilirubin dalam darah.
Diagnosa keperawatan pada penderita hiperbilirubin, antara lain:
Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan joundice yang ditandai
dengan kulit wajah dan dada tampak kuning.
Resiko Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke
jaringan.
Resiko Gangguan Intake Nutrisi berhubungan dengan penurunan suplai
nutrisi ke jaringan.
Resiko Gangguan Tumbuh Kembang.
Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2003. Perawatan Bayi Resiko
Tinggi. Cetakan I. Jakarta : EGC.
http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/asuhan-keperawatan-dengan-
hiperbilirubin.pdf
http://healindonesia.wordpress.com/2008/08/09/medical-check-up/
http://trisnoners.blogspot.com/2008/03/hiperbilirubin-by-sutrisno-s.html
http://varyaskep.files.wordpress.com/2009/02/b007-hiperbilirubinemia.pdf
http://www.drdidispog.com/2008/10/kuning-pada-bayi-baru-lahir.html
http://www.klinikku.com/pustaka/dasar/hati/hiperbilirubinemia3.html.
http://www.penyakithepatitis.com/Bilirubin.htm