You are on page 1of 56

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA


KELAS IV SDI KAMARA KAB. BARRU

SKRIPSI

Diajukan kepada fakultas ilmu pendidikan


Universitas negeri makassar untuk memenuhi
Sebagian persyaratan memperoleh gelar
Sarjana pendidikan (S.Pd)

SUPARDI, A.Ma
074 742 528

UPP PGSD PAREPARE


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2009
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak kalangan pelajar menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak

menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran

pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang

sedang dihadapi di meja belajar. Mereka tidak menemukan kesadaran untuk

mengerjakan tugas-tugas sekolah dan tanpa diiringi kesadaran untuk menambah

wawasan ataupun mengasah keterampilan.

Pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan peristiwa, fakta, konsep

dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran ini

siswa diarahkan agar dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis

dan bertanggung jawab.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 BAB I Ketentuan

Umum Pasal 1 menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu memberikan respon positif

secara konkret dan objektif yang berupa upaya membangkitkan aktivitas belajar

siswa, baik dalam bentuk penanaman konsep maupun dengan menggunakan


2

Model pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar mampu memotivasi siswa untuk

selalu aktif dan kreatif sehingga mereka sadar bahwa ilmu hanya dapat diperoleh

melalui usaha keras sekaligus menyadari makna dan arti penting belajar.

Soli Abimanyu (1995:8-9) mengemukakan bahwa : Setidaknya ada


tiga faktor penyebab rendahnya aktivitas siswa dalam PBM, yakni:
1) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan
sendiri; 2) siswa kurang memiliki keberanian untuk
menyampaikan pendapat kepada orang lain; dan 3) siswa belum
terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman lain.

Kesalahan di atas tidak bisa hanya dibebankan kepada siswa saja, tetapi

yang pertama bertanggung jawab hendaknya guru. Guru kadang-kadang secara

sadar atau tidak menerapkan sikap otoriter, menghindari pertanyaan dari siswa,

menyampaikan ilmu pengetahuan secara searah, menganggap murid sebagai

penerima, pencatat dan pengingat. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki

pemahaman yang memadai tentang peserta didik yang menjadi sasaran tugasnya.

Suparno & Wardani (1994) bahwa : pemahaman ini mencakup kesiapan,

kemampuan, ketidakmampuan dan latar belakang peserta didik yang semua itu

akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik.

Dengan menggunakan Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan

mendalam pada mata pelajaran, dan masa yang akan datang peserta didik akan

menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu

mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang

melalui tujuan umum yakni mengembangkan pengetahuan dan kemampuan


3

menganalisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan

bermasyarakat yang dinamis.

Menurut Arends (dalam Ibrahim, dkk. 2000: 11) ”model pembelajaran

kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur

penghargaan”.

a. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan

siswa dalam kelas

b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan

guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya.

Ada tiga macam struktur tujuan, yaitu:

1) struktur tujuan individualistik, yaitu tujuan yang dicapai oleh seorang

siswa secara individual tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian

tujuansiswalainnya,

2) struktur tujuan kompetitif, yaitu seorang siswa dapat mencapai tujuan

sedangkan siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut,

3) struktur tujuan kooperatif, yaitu siswa secara bersama-sama mencapai

tujuan, setiap individu mempunyai andil dalam pencapaian tujuan.

c. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada

kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama

anggota kelompok.

Dalam konteks ini, fungsi guru adalah mempermudah siswa untuk belajar,

memberikan kondisi yang kondusif yang mampu menciptakan pembelajaran


4

bermakna secara signifikan bagi diri siswa secara holistik, tujuannya untuk

kepentingan kelompok meliputi guru dan komunitasnya termasuk siswa.

Keingintahuan siswa secara bebas, keterbukaan dan segala sesuatunya bisa

digali dan dipertanyakan.

Menurut kurikulum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru

hendaknya menerapkan krisis belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan

siswa secara fisik, mental (pemikiran, perasaan, sosial serta sesuai dengan

tingkat perkembangan) siswa secara sistematis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas

IV SDI Kamara menemukan bahwa prestasi siswa dalam bidang studi IPS

tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD masih sangat kurang.

Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai pada saat prapenelitian

(lampiran 1). Kegagalan siswa dalam aktifitas belajar IPS disebabkan karena

kurangnya bimbingan dari guru, keberanian, menyampaikan pendapat, ide,

gagasan, kerja kelompok yang kurang.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas maka peneliti merencanakan

penelitia tindakan kelas dengan judul peningkatan aktifitas belajar IPS dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya

kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok

tergantung keberhasilan individu sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa

menggantungkan pada anggota yang lain. Setiap siswa mendapat


5

kesempatanyang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum

sehingga termotivasi untuk belajar. Setiap individu merasa mendapat tugas dan

tanggung-jawab sehingga pembelajaran kooperatif dapat berjalan lancar,

bermakna serta dapat mencapai tujuan secara optimal sesuai dengan harapan

kurikulum.

Berdasarkan latar belakang di atas pemilihan siswa kelas IV SDI Kamara

dengan pertimbangan bahwa: 1) siswa kelas IV SDI Kamara memiliki keaktifan

dalam belajar IPS yang masih terbatas; 2) antara peneliti dan seluruh warga

sekolah sudah terjalin rasa kekeluargaan yang sangat baik.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Guna memudahkan untuk menganalisis permasalahan yang

dikemukakan pada latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini

akan dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar IPS dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDI

Kamara Kab. Barru?

b. Apakah dengan menggunakan peningkatan hasil belajar IPS dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa

kelas IV SDI Kamara Kab. Barru?


6

2. Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini,

yatiu model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe STAD.

Dengan model ini diharapkan aktivitas konstributif dan inisiatif siswa dalam

bentuk keberanian menyampaikan pendapat, ide, gagasan, pertanyaan,

sanggahan, tugas individu secara terstruktur, kerja kelompok, serta tanggung

jawab terhadap diri dan kelompoknya meningkat sehingga dengan demikian

keberanian dan kreativitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

meningkat.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan proposal ini adalah

sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui mengenai sejauhmana peningkatan aktivitas belajar

IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

siswa kelas IV SDI Kamara Kab. Barru.

b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar belajar IPS dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas

IV SDI Kamara Kab. Barru.


7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis,

a. Bagi siswa. Dengan berhasilnya penelitian ini, keaktifan siswa

menyelesaikan tugas mandiri dan kelompok, baik yang berstruktur

maupun yang tidak berstruktur menjadi meningkat sehingga prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran IPS meningkat serta keberanian siswa

mengungkapkan pendapat, ide, pertanyaan dan saran meningkat pula.

b. Bagi guru, melalui penelitian ini guru dapat meningkatkan kualitas

pembelajarannya dengan menggunakan metode yang tidak lagi bersifat

konvensional, akan tetapi lebih bersifat variatif.

c. Bagi guru lain, guru lain dapat menemukan strategi pembelajaran yang

tepat sehingga pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas tidak lagi berjalan

secara monoton.

d. Bagi sekolah mendapatkan pengetahuan baru sehingga kualitas

pembelajaran IPS meningkat dan kinerja seluruh warga sekolah

meningkat pula.

2. Manfaat teoritis :

a. Bagi siswa,dapat memperluas pengetahuan dan wawasan tentang model

pembelajaran kooperatif tife STAD.


8

b. Bagi guru,sebagai masukan bagi pengembangan pembelajaran pada mata

pelajaran IPS khususnya penerapan model pembelajaran kooperatif tife

STAD.

E. Indikator Keberhasilan

1. Indikator proses tindakan dikatakan berhasil apabila minimal 75% siswa

dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD mencapai nilai 70.

2. Indikator hasil tindakan dikategorikan berhasil apabila penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaan pembelajaran IPS

mencapai kategori baik (76% - 100%).


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN

HIPOTESIS TINDAKAN

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan

perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Jadi, perubahan

perilaku adalah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika

ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.

Perilaku itu mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, kemampuan berpikir,

penghargaan terhadap sesuatu, minat dan sebagainya. Perilaku yang dapat

diamati disebut penampilan (behavioral performance). Sedangkan yang

tidak bisa diamati disebut kecenderungan perilaku (behavioral tendency).

Sebagaimana pernyataan De Cecco & Crawford (dalam Asra, dkk. 2008:

38) yang menyatakan bahwa:

Pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya


yang dimiliki seseorang tidak dapat diidentifikasi, karena ini
merupakan kecenderungan perilaku saja. Hal ini dapat
diidentifikasi bahkan dapat diukur dari penampilan yang berupa
kemampuan menjelaskan, menyebutkan sesuatu, atau
melakukan suatu perbuatan. Namun demikian, individu dapat
dikatakan telah menjalani proses belajar, meskipun pada dirinya
hanya ada perubahan dalam kecenderungan perilaku.
10

Tidak semua perubahan perilaku sebagaimana digambarkan di atas

itu hasil belajar. Ada di antaranya terjadi dengan sendirinya, karena proses

perkambangan dan pertumbuhan, seperti halnya kematangan. Tapi itu

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Oleh

karena belajar merupakan suatu proses, tentu membutuhkan waktu.

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan

adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang

belajar, yaitu bahwa :

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana

perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,

tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih

buruk.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar;

seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap;

harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup

panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan

dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari

suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan

ataupun bertahin-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan


11

perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi,

kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang

biasanya hanya berlangsung sementara.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan

dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan,

kecakapan, ataupun sikap.

Jadi, yang dimaksud dengan belajar menurut kami bukan tingkah

laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara

internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh

pengetahuan/informasi baru.

2. Hakikat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk menjadi

warga negara yang baik ,bertanggung jawab, serta dapat menjadi warga

yang cinta damai. Mata pelajaran IPS menurut UUSPN (2006) adalah materi

pelajaran yang disusun secara sistematis, konperehensip dan terpadu.

Dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan

dalam Kehidupan di masyarakat. Dengan pembelajaran tersebut diharapkan

peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam

pada bidang ilmu yang berkaitan. Dan dimasa yang akan datang pesarta
12

didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global

selalu mengalami perubahan setiap saat.

3. Aktivitas Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Sebelum kita membahas mengenai aktivitas siswa terlebih dahulu kita

harus mengetahui arti dari aktivitas itu sendiri. Ada beberapa teori yang

membahas tentang pengertian dari aktivitas di antaranya:

Menurut Tannenbaun (dalam Asra, dkk. 2008: 58), aktivitas


merupakan suatu tingkat yang menggambarkan sejauh mana
peran anggota dalam melibatkan diri pada kegiatan dan
menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut

Sedangkan menurut Dusseldrop (1981:33) ”aktivitas diartikan kegiatan

atau keadaan mengambil bagian dalam suatu aktivitas untuk mencapai suatu

kemanfaatan secara optimal”.

Berdasarkan kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas

siswa dalam pelaksanaan pembelajaran adalah keterlibatan siswa baik

pikiran maupun tenaga untuk memperoleh manfaat dari kegiatan yang

dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, maka hendaknya metode belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru mampu membawa siswa ke dalam suatu

situasi yang lebih kondusif karena siswa diharapkan lebih berperan serta,

lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,

siswa akan lebih mudah menerima ide-ide baru dan lebih kreatif sekaligus
13

dapat mengembangkan hubungannya yang lebih interpersonal (manusiawi)

sehingga inovasi yang timbul dari dalam diri siswa akan lebih mudah

diterima dan hal ini hanya dapat dirasakan oleh siswa yang mau bekerja

sama, bekerja keras dan mandiri sebelum mereka melakukan kerja

kelompok. Oleh karena itu, siswa lebih bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan kegiatannya dalam pembelajaran karena sebelumnya mereka

telah memiliki motivasi untuk belajar.

Dalam sebuah kelompok diharapkan dapat dikembangkan sikap

saling pengertian di antara anggota yang akan menjadi sumber keberhasilan

dalam mencari solusi dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi, menciptakan

perubahan pada diri individu tiap anggotanya, serta dapat menghasilkan

kesuksesan melalui perubahan-perubahan yang dilakukan dalam kelompok

pada pelaksanaan pembelajaran ini. Hal ini merpakan komitmen oleh semua

pihak yang didukung oleh adanya hubungan perasaan dan interpersonal.

Perasaan negatif dan antagonis yang sebelumnya dimiliki oleh individu tiap

anggota dapat diatasi dan diterima dengan penuh pengertian serta

pemahaman yang wajar karena adanya sikap keterbukaan, kepercayaan akan

ide dan cita-cita semua anggota kelompok dengan demikian akan tercipta

keadaan yang demokrasi dan komunikasi yang realistis.


14

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Eggen (1993:319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai

sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling

-membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu belajar

kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya.”

Menurut Slavin (dalam Suparno & Wardani, 1997), pembelajaran

kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja

dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Selain itu Nur

(2000: 25) mengemukakan pula bahwa : ”Pembelajaran kooperatif atau

cooperative learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja

bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar”.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim, (2000:7). Mengemukan bahwa :

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk


mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
social.

Pendapat setara Kardi, (2000: 15) menyebutkan bahwa

“pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi

yang agak kompleks, membantu mencapai tujuan pembelajaran yang

berdimensi sosial, dan hubungan antara manusia”. Belajar secara


15

kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar

kognitif-konstruktivis dan teori belajar sosial.

1) Meskipun model pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam

tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat

bahwa tipe ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep yang sulit. Tipe struktur penghargaan kooperatif

juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar

akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil

belajar.

2) Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,

budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang

berbeda latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung

satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan

struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu

sama lain.

3) Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang

dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.


16

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends (dalam Khalik, Abdul & Pada, Amir, 1997: 11),

pembelajaran yang menggunakan tipe kooperatif memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif


untuk menyelesaikan teori belajar, b) kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah, c) jika mungkin, anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda-beda, d) penghargaan lebih berorientasi
pada kelompok dari pada individu.

d. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan

sebagai berikut (Ibrahim, M., dkk., 2000:10)

Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan


pembelajaran, Menyampaikan informasi,
Menggorganisasikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok belajar, Membantu siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok, Evaluasi atau memberikan umpan
balik, Memberikan penghargaan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang memandang

keberhasilan individu sebagai suatu keberhasilan yang diorientasikan

dalam keberhasilan kelompok yang berdasarkan pada pemerataan

karakteristik psikologis individu dengan mengarah kepada tujuan

belajar bersama. Dalam hal ini siswa bekerja sama dalam mencapai
17

tujuan dan berusaha keras saling membantu dan mendorong untuk

bersama-sama mencapai hasil dalam belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja bersama-sama

dalam belajar dan bertanggung jawab atas pembelajaran yang

dilakukan, menekankan pada tujuan dan keberhasilan kelompok yang

hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mempelajari apa

yang diajarkan.

Dalam pembelajaran kooperatif, teori belajar yang melandasi

kegiatannya meliputi teori Piaget, teori kognitif Vygotsky, teori

perkembangan, teori penjabaran dan teori motivasi.

e. Pengertian Tipe STAD

STAD (Student Teams Achievement Devision) merupakan salah

satu tipe pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk ke

dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota

yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin

yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa

bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa

semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan

dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.

Nilai tes yang mereka peroleh, selanjutnya dibandingkan dengan

nilai rata-rata yang mereka peroleh sebelumnya dan kelompok-


18

kelompok yang berhasil memenuhi kriteria diberi nilai tersendiri

sehingga nilai ini kemudian ditambahkan pada nilai kelompok.

Menurut Slavin (1995), STAD terdiri dari lima komponen utama,

yaitu presentasi kelas, kelompok, tes dan nilai peningkatan inidividu

serta penghargaan kelompok. Tipe STAD lebih mementingkan sikap

daripada teknik dan prinsip, yakni sikap partisipasi dalam rangka

mengembangkan potensi kognitif dan afektif. Dengan demikian siswa

lebih (being mode) bukan hanya sekedar (being have).

Kelebihan tipe ini antara lain: 1) siswa lebih mampu mendengar,

menerima dan menghormati serta menerima orang lain; 2) siswa

mampu mengidentifikasi akan perasaannya juga perasaan orang lain;

3) siswa mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan

membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami

dan mengerti; 4) mampu mengembangkan potensi individu yang

berhasil guna dan berdaya guna, kreatif, bertanggung jawab, mampu

mengaktualisasikan dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan

yang terjadi.

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dikemukakan dan membagi

komponen utama model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu prestasi

kelas, kelompok, tes dan nilai peningkatan individu serta penghargaan


19

kelompok. Tipe STAD diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi

siswa dalam proses pembelajaran dan memberi peningkatan aktivitas belajar

siswa. Dari uraian tersebut, maka kerangka pikir ini dapat digambarkan dengan

tahapan sebagai berikut:

MATA PELAJARAN IPS

Pembelajaran kooperatif Tipe


STAD
1. Prestasi Kelas
2. Kelompok
SISWA LATIHAN
3. Tes
4. Peningkatan Individu
5. Penghargaan Kelompok

EVALUASI

Gambar 1. Skema Kooperatif Tipe STAD

C. Hipotesis Tindakan

a. Jika model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan maka aktivitas

siswa kelas IV SDI Kamara dalam mengikuti mata pelajaran IPS meningkat.

b. Jika model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan maka hasil belajar

siswa kelas IV SDI Kamara dalam mengikuti mata pelajaran IPS meningkat.
20

BAB III

PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

B. Metodologi Penelitian

1. Pembelajaran dan Jenis Penelitian

a. Pembelajaran

Pembelajaran yang digunakan pada pelaksanaan penelitian ini adalah

model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah classroom action research

(penelitian tindakan kelas) dengan kajian utama model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS.

2. Setting dan Subjek Penelitian

a. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDI Kamara yang terletak

di Kabupaten Barru.

b. Subjek Penelitian

Adapun subjek yang ingin diteliti adalah guru dan seluruh siswa

Kelas IV SDI Kamara yang berjumlah 16 orang siswa.


21

3. Fokus Penelitian

Adapun fokus perhatian dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas IV SDI Kamara dalam mengikuti mata pelajaran IPS

sebelum digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan sesudah

digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kemmist (1988) yang menyatakan

bahwa terdiri dari enam tahapan pembelajaran yaitu perencanaan, persiapan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan ini

dilakukan dalam 2 siklus yang sebelum ketiga siklus dilakukan terlebih

dahulu dilakukan tahap awal yang dapat digambarkan sebagai berikut:


22

Pra Penelitian

Keadaan Awal

Rencana Pelaksanaan Observasi


tindakan tindakan

Refleksi
Siklus I

Rencana Pelaksanaan Observasi


tindakan tindakan

Refleksi
Siklus II

Rencana Pelaksanaan Observasi


tindakan tindakan

Refleksi
Siklus III

Gambar 2. Design penelitian tindakan kelas


Sumber: Kemmist & Tanggert (dalam Khalik, Abdul & Pada, Amir, 2008)

a. Tahap/Keadaan Awal (Pra Tindakan)

a. Mengadakan konsultasi dengan kepala sekolah dalam hal pelaksanaan

penelitian.

b. Mengadakan tes awal terhadap pelaksanaan model Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD dan memahami karakteristik pembelajaran.


23

Tujuannya untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran

dengan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD di kelas IV sebagai

langkah awal membuat rancangan tipe yang akan digunakan dalam

pelaksanaan tindakan.

b. Siklus I

1) Rencana Tindakan

Rencana pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak tiga siklus

yakni siklus I sebagai berikut:

a) Menyamakan persepsi antara peneliti dengan guru tentang model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaan

pembelajaran IPS.

b) Menyusun rancangan tindakan pembelajaran dengan

menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

c) Menentukan strategi pelaksanaan model Pembelajaran Kooperatif

tipe STAD yang efektif sehingga dapat meningkatkan

kemampuan memecahkan masalah.

d) Melakukan diskusi balikan, untuk mencari kelemahan yang

dilakukan selama pembelajaran yang menggunakan model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran.

2) Pelaksanaan tindakan

Tahap ini merupakan implementasi pelaksanaan rancangan

yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti dengan guru.


24

Di mana peneliti sebagai observer dan guru sebagai pelaksana. Guru

melakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran IPS.

3) Observasi

a) Peneliti mengadakan pengamatan (observasi) terhadap

pelaksanaan tindakan dalam setiap siklus dengan menggunakan

instrumen penelitian

b) Melakukan penilaian terhadap keberhasilan guru dan siswa.

Peneliti mengobservasi cara guru melakukan proses

pembelajaran dan hasil kerja atau hasil belajar siswa. Data yang

direkam berupa kinerja guru yang meliputi: perencanaan tipe

pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD.

4) Refleksi

a) Refleksi penelitian berdasarkan hasil observasi dan evaluasi akhir

dalam pembelajaran.

b) Mendiskusikan hasil refleksi yang telah dibuat bersama dengan

guru kelas agar ada perbaikan pada siklus berikutnya.


25

c. Siklus II

1) Rencana Tindakan

a) Menyamakan persepsi antara peneliti dengan guru tentang

model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaan

pembelajaran IPS.

b) Menyusun rancangan tindakan pembelajaran yang lebih jelas

dan bermakna dengan menggunakan model Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD.

c) Menentukan kembali strategi pelaksanaan model Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD yang lebih efektif, sehingga dapat lebih

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

d) Melakukan diskusi balikan, untuk mencari kelemahan yang

dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

2) Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan implementasi pelaksanaan rancangan

yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti dengan guru. Di

mana peneliti sebagai observer dan guru sebagai pelaksana. Guru

melakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang mengarahkan kegiatan

anak yang berfokus pada bagaimana mereka bekerja secara bersama-

sama.
26

3) Observasi

a) Peneliti mengadakan pengamatan (observasi) terhadap

pelaksanaan tindakan dalam siklus II dengan menggunakan

instrumen penelitian.

b) Melakukan penilaian terhadap keberhasilan guru dan siswa pada

siklus II. Peneliti mengobservasi cara guru melakukan proses

pembelajaran dan hasil kerja atau hasil belajar siswa. Data yang

direkam berupa tata cara perencanaan model pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

4) Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengadakan refleksi pada siklus II untuk

menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Mengetahui kelemahan

dan kelebihan yang muncul pada siklus dua dan menyepakati hal-hal

yang perlu ditindaklanjuti:

a) Peneliti bersama tim kolaborasi menyusun kegiatan

pembelajaran dalam pelaksanaan model pembelajaran IPS

dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

b) Melaksanakan proses pembelajaran yang telah disusun melalui

penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.


27

c) Melakukan observasi penerapan tentang model pembelajaran

Kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS. Fokus

pengamatan disesuaikan dengan refleksi pada siklus I.

d) Melakukan diskusi balikan untuk mencari keabsahan data-data

yang didapat selama pelaksanaan penelitian.

B. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Teknik dan prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan teknik yang dapat mengarahkan pelaksanaan penelitian pada sasaran

yang diharapkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

pelaksanaan penelitian ini meliputi: observasi, wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi.

Observasi dilakukan untuk mendeskripsikan tentang latar, aktivitas yang

dilakukan guru dan siswa dalam kegiatan menceritakan pengalaman yang

berkesan, sesuai pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya. Wawancara

dilakukan untuk melengkapi data yang diambil melalui teknik observasi serta

mengetahui tanggapan praktisi dan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran

berbicara dengan menggunakan pembelajaran kontekstual.

Catatan lapangan digunakan sebagai catatan refleksi terhadap tindakan

praktisi berupa pendapat atau saran pada saat pembelajaran berlangsung dengan

fokus pada aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran berbicara.


28

Dan dokumentasi dimaksudkan untuk mandapatkan data yang lebih lengkap

dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan penelitian terhadap aktivitas

keterampilan berbicara siswa.

C. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

terhadap aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS dan hasil belajar

siswa setelah mengikuti mata pelajaran IPS dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari penelitian ini digunakan

rumus sebagai berikut:

Jumlah yang muncul


×100 %
Jumlah yang seharusnya

Tabel Tingkat Keberhasilan

Nilai
Taraf Keberhasilan Kualifikasi
Angka
76 % – 100 % 5 Baik
56 % – 75 % 4 Cukup Baik
41 % – 55 % 3 Kurang Baik
0 % – 45 % 1 Tidak Baik

Sumber: Buku Pedoman IKIP Malang 1999


29

Tabel di atas merupakan ukuran dalam menentukan keberhasilan

proses hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada mata pelajaran IPS.


30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Pengelolaan Pembelajaran kooperatif pada siklus 1 belum sepenuhnya

berjalan dengan baik. Terlihat guru kurang mampu mengelola pembelajaran dan

siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif. Siswa belum memahami

tugas mereka dalam pembelajaran kooperatif ini. Hal ini disebabkan kurangnya

motivasi dan bimbingan guru sehingga sebagian besar siswa bersifat pasif. Hanya

sebagian kecil saja siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik pada saat

kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Alokasi waktu yang tersedia

pada rencana pembelajaran tidak tercapai dengan tepat, dimana guru kurang

melakukan transisi efisiensi pada saat membentuk kelompok sehingga waktu

yang tersedia tidak cukup.

Pada siklus 2 guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan cukup baik

dan siswa nampak sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran kooperatif. Guru

telah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan bimbingan guru merata

pada semua siswa. Hanya sebagian kecil saja siswa yang terlihat pasif dalam

kegiatan pembelajaran baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi

kelas. Pengaturan waktu sudah sangat baik sehingga KBM berjalan sesuai

skenario. Pada siklus 2 ini guru telah mampu mengatasi segala hal yang
31

menghambat kegiatan belajar mengajar dengan mengadakan perbaikan-perbaikan

pada beberapa aspek yang dirasa masih kurang.

Pada siklus 2 guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan cukup baik

dan siswa nampak sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran kooperatif. Guru

telah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan bimbingan guru merata

pada semua siswa. Sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan

pembelajaran baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas.

Pengaturan waktu sudah sangat baik sehingga KBM berjalan sesuai skenario.

Pada siklus 2 ini guru telah mampu mengatasi segala hal yang menghambat

kegiatan belajar mengajar dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada

beberapa aspek yang dirasa masih kurang untuk pengembangan penggunaan

metode pada penelitian selanjutnya.

Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran kooperatif berlangsung baik

sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan kegiatan pembelajaran berlangsung

secara efektif. Pada data hasil ulangan harian meningkat dari siklus 1 ke siklus 2,

baik dari persentase ketuntasan klasikal maupun rata-rata kelas. Kenaikan

tersebut sebanyak 9%. Adanya peningkatan tersebut disebabkan pengelolaan

pembelajaran kooperatif telah berlangsung secara efektif. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ibrahim (2000), bahwa model ini unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep sulit dan struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar. Didukung oleh pendapat Nur dkk. (2000)
32

bahwa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang

rendah, antara lain meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri

menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi

rendah, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku

mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antarpribadi berkurang, sikap apatis

berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar

lebih tinggi, retensi lebih lama dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan

toleransi.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan guru telah mampu

menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi

belajar siswa kelas IV SDI Kamara Kab. Barru meningkat. Terutama adanya

penghargaan yang diberikan guru pada kelompok terbaik. Pemberian

penghargaan ini telah memunculkan efek positif pada siswa. siswa semakin

antusias untuk belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Nur (2001) bahwa salah

satu cara memunculkan motivasi pada siswa adalah menonjolkan hal yang

positif, dengan mengetahui kekuatan-kekuatan siswa dan menggunakan kekuatan

itu sebagai bahan dasar untuk membangun. Singkirkan hal negatif dengan jalan

tidak menyepelekan kelemahan siswa tapi menangani kelemahan itu secara

langsung dengan menggunakan cara-cara yang bijak.


33

1. Siklus 1

Pada siklus 1 terdiri dari 4 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam

siklus 1 terdiri dari:

a. Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelajaran (RP),

dan instrumen penelitian seperti lembar observasi pengelolaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD, kartu soal, dan kunci jawaban.

2. Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan observer. Peneliti

sebagai pelaksana tindakan. Observer pada penelitian ini adalah teman

sejawat yang bertugas mengisi lembar observasi pengelolaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar kemudian

membagikan LKS pada masing-masing kelompok dan meminta siswa

membaca LKS atau buku yang relevan. Pada saat pembentukan kelompok

siswa agak ribut dan ramai. Guru melakukan presentasi kelas dilanjutkan

dengan tanya jawab dan meminta masing-masing kelompok menyiapkan

alat-alat yang diperlukan untuk mengerjakan dalam buku LKS. Ada

beberapa siswa yang kurang aktif dalam kelompok. Guru membimbing

masing-masing kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan Kegiatan 1 dan


34

2. Ada satu atau dua siswa pada masing-masing kelompok yang kurang

peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman yang lain. Guru

meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan

meminta kelompok lain menanggapinya. Guru meminta masing-masing

kelompok mengumpulkan hasil kerjanya. Guru menilai hasil kerja

kelompok. Guru memberikan umpan balik atas kegiatan diskusi kelas dan

memberikan saran cara mengerjakan soal latihan. Guru memberi

penghargaan pada kelompok terbaik.

Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi

dengan mengadakan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa

membuat kesimpulan. Guru memberi tugas untuk dikerjakan dirumah.

c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan pengamatan dan

penilaian terhadap guru dan siswa. Pengamatan dan penilaian terhadap guru

dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi pengelolaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil pengamatan diperoleh data

bahwa pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan telah berlangsung

dengan cukup baik dengan rata-rata 7,1 dari 6,7 pada saat prapenelitian

(Lampiran 1). Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru

telah berusaha tampil secara maksimal dan memenuhi seluruh aspek

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pengamatan dan penilaian terhadap siswa dilakukan oleh observer.


35

Pada siklus 1 ini tidak semua siswa antusias mengikuti pelajaran. Hasil

ulangan harian siswa juga belum menunjukkan hasil yang cukup

memuaskan. Ketuntasan mencapai rata-rata 7,1

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus 1,

ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk

rencana tindakan pada siklus berikutnya. Dalam kegiatan pembelajaran

yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil dengan baik dan

memenuhi seluruh aspek pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil

observasi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan

pembelajaran antara lain : guru kurang memotivasi siswa dalam belajar dan

kurang membimbing seluruh kelompok dalam kegiatan kelompok sehingga

tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok. Untuk mengatasi hal

tersebut peneliti dan observer saling memberi masukan agar pada siklus

berikutnya guru tampil dengan lebih baik. Guru harus berusaha memberi

bimbingan yang merata pada semua kelompok sehingga tidak ada

kelompok yang merasa tidak diperhatikan dan semua siswa terlibat secara

aktif dalam pembelajaran.

Dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran ada hal yang perlu

diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya yaitu dalam

kelompok kooperatif, tidak semua siswa aktif mengerjakan kegiatan dalam

LKS, terutama pada pertemuan pertama. Ada satu atau dua siswa pada
36

masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang

dikerjakan oleh teman yang lain. Untuk mengantisipasi agar hal ini tidak

terulang pada siklus berikutnya maka bimbingan guru harus menyeluruh

pada semua kelompok dan diharapkan terjadi pembagian tugas yang merata

antar anggota kelompok.

2. Siklus 2

Pada siklus 2 juga terdiri dari 4 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan

dalam siklus 2 terdiri dari:

a. Rencana Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, maka rencana tindakan pada

siklus 2 adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rencana pelajaran

2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa: kartu soal ulangan harian,

kunci jawaban .

3. Menyiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

4. Menyiapkan media pembelajaran

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus 2. Pelaksanaan tindakan dimulai

dengan kegiatan pendahuluan yang berupa guru mengecek pengetahuan

awal siswa. Guru menulis tujuan pembelajaran.


37

Pada kegiatan inti guru meminta siswa berada dalam kelompoknya

masing-masing. Siswa tertib dan tidak begitu ramai. Guru meminta siswa

membaca LKS dan buku lain yang relevan. Hampir semua siswa

membaca LKS dan buku. Guru melakukan presentasi kelas dan

dilanjutkan dengan tanya jawab. Guru meminta siswa mengerjakan LKS.

Guru mengingatkan kembali pada siswa bahwa saat kerja

kelompok, semua siswa dalam kelompok harus saling bekerja sama.

Begitu juga saat kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas agar semua

siswa terlibat secara aktif, baik dalam mengajukan pertanyaan maupun

jawaban. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan kegiatan dan

penarikan kesimpulan. Guru berusaha membimbing semua kelompok.

Semua siswa dalam kelompok saling bekerja sama dalam menyelesaikan

tugas.

Guru meminta masing-masing kelompok menempel hasil kerja

kelompok pada dinding kelas. Semua kelompok menempel hasil kerja di

dinding kelas. Guru memberi nilai hasil kerja kelompok. Guru meminta

beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan

kelompok lain menanggapinya. Guru memberi umpan balik atas kegiatan

diskusi kelas. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.

Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi

dengan mengadakan tanya jawab secara lisan. Guru bertanya tentang


38

materi yang telah dipelajari secara lisan pada siswa yang ditunjuk. Guru

meminta siswa membuat kesimpulan.

c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan pengamatan

dan penilaian terhadap guru dan siswa. Pengamatan dan penilaian

terhadap guru dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi

pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil pengamatan

diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD

secara keseluruhan telah berlangsung dengan baik. Dalam kegiatan

pembelajaran, guru telah memenuhi seluruh aspek pembelajaran

kooperatif. Hal ini terjadi karena guru telah mampu menumbuhkan

mutivasi siswa dalam belajar. Guru telah melakukan bimbingan yang

menyeluruh pada semua kelompok. Hasil nilai rata-rata siswa adalah

7,9.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan tes kognitif selama siklus 2

berlangsung, diperoleh data bahwa guru telah berhasil menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

telah berlangsung dengan kategori baik (B). Pelaksanaan pembelajaran

kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan dari siklus 1 dengan

kategori cukup baik (7,1) ke siklus 2 dengan kategori baik (7,9) .


39

B. Pembahasan

Selama proses penelitian dari siklus 1 hingga siklus 2 terlihat pada setiap

hasil penelitian disetiap siklus terjadi peningkatan secara simultan dengan

menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV

SDI Kamara Kab. Barru, seperti telah dikemukakan pada bab sebelumnya adalah

untuk mencapai Indikator hasil tindakan berhasil dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaan pembelajaran IPS

mencapai kategori baik (76% - 100%).

Tabel 2. Frekuensi hasil belajar siklus I

N PEROLEHAN BANYAKNYA PERSENTASE


O NILAI SISWA AKTIVITAS
1 0-3 - 0%
2 4-6 4 25%
3 7-8 10 62,5%
4 9-10 2 12,5%
JUMLAH 16 100%

Berdasarkan pertemuan yang dilakukan pada siklus pertama diketahui bahwa

yang mendapat nilai nilai 4-6 = 4 orang siswa (25%), yang memperoleh nilai 7-

8= 10 orang (62,5%), dan yang memperoleh nilai 9-10 = 2 orang siswa (12,5%)..

Dengan demikian, masih terdapat 4 orang siswa yang berkategori kurang

baik dan 10 orang siswa yang berkategori cukup baik dari 16 siswa yang

memperoleh nilai minimal dan kualifikasi pembelajaran yang memperoleh nilai


40

cukup dan kurang, hal tersebut disebabkan oleh adanya beberapa kelemahan

yaitu :

1) dalam kelompok kooperatif, tidak semua siswa aktif mengerjakan kegiatan

dalam LKS, terutama pada pertemuan pertama. Ada satu atau dua siswa pada

masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang

dikerjakan oleh teman yang lain.

2) guru kurang memotivasi siswa dalam belajar dan kurang membimbing

seluruh kelompok dalam kegiatan kelompok sehingga tidak semua siswa

terlibat dalam kegiatan kelompok.

Setelah ditemukan kelemahan-kelemahan yang tersebut diatas maka pada

siklus dua dilakukanlah perbaikan sebagaimana mestinya untuk memcapai

indikator

Dari hasil perbaikan, maka telah terjadi perubahan pada siklus II baik dari

segi hasil belajar maupun dari segi proses pembelajaran. Berdasarkan data yang

diperoleh dari penelitian tindakan kelas pada siklus II diperoleh data sebagai

berikut,
41

Tabel 2. Frekuensi hasil belajar pada siklus II

N PEROLEHAN BANYAKNYA PERSENTASE


O NILAI SISWA AKTIVITAS
1 0-3 - 0%
2 4-6 2 12,5%
3 7-8 10 62,5%
4 9-10 4 25%
JUMLAH 16 100%

Berdasarkan pertemuan yang dilakukan pada siklus kedua diketahui bahwa

yang mendapat nilai 4-6 = 2 orang siswa (12,5%), yang memperoleh nilai 7-8 =

10 orang (62,5%), dan yang memperoleh nilai 9-10 = 4 orang siswa (25%).

Berdasarkan gambaran deskripsi data dan pembahasan seperti tabel 1 dan 2

yang tertera diatas, jelas bahwa hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan

hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II pada proses pembelajaran IPS dengan

menerapkan metode kooperatif type STAD adalah meningkatkan aktivitas belajar

dan hasil belajar siswa.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


42

A. Simpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembehasan seperti yang telah dikemukakan

pada uraian sebelumnya, maka dapat dikemukakan simpulan bahwa hasil belajar

pada siswa kelas IV SDI Kamara Kab. Barru pada pembelajaran IPS secara

umum mengalami peningkatan secara signifikan dengan menggunakan metode

kooperatif type STAD. Hal ini dijabarkan sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan metode kooperatif type STAD pada mata pelajaran

IPS, maka hasil belajar siswa dapat meningkat dikarenakan pada proses

pembelajaran siswa sudah dapat menerima materi dengan lebih mudah.

2. Dengan menggunakan metode kooperatif type STAD, siswa sudah dapat

bekerja dengan mandiri.

3. Dengan menggunakan metode kooperatif type STAD siswa lebih aktif dan

kreatif.

4. Penggunaan metode kooperatif type STAD dapat memberikan pemahaman

kepada siswa pada materi pembelajaran IPS dan tersimpan dalam ingatan

jangka panjang mereka.

B. Saran
43

Adapun saran yang dianggap perlu dikemukakan berdasarkan pembahasan

dalam perbaikan penelitian ini adalah :

1. Guru sebaiknya tidak lagi menggunakan metode pembelajaran yang sifatnya

mendikte dan tidak melibatkan siswa 90%. Peneliti menganjurkan untuk

menggunakan metode tutor sebaya karena telah terbukti dalam penelitian ini

bahwa hasil belajar siswa kelas IV SDN kamara Kab.Barru meningkat secara

signifikan.

2. Guru senantiasa menerima secara terbuka atas kritikan-kritikan dari

kelemahan-kelemahannya dalam proses pembelajaran sebagai hasil refleksi

bersama, serta bersedia untuk memperbaikinya sebagai tindak lanjut guna

peningkatan hasil belajar secara terus menerus.

Di sisi lain, kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan di sekolah,

kiranya senantiasa memberikan motivasi dan fasilitas kepada guru lainnya untuk

melakukan penelitian tindakan kelas guna peningkatan mutu pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
44

Abimanyu, Soli. 1995. Metode Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Proses


Pembelajaran. Makassar: FIP-UNM.

Asra, d.k.k. 2008. Metode Pembelajaran. Seri Pembelajaran Efektif. Bandung:


CV Wacana Prima.

Dusseldrop. 1981. Education Psychology A Realistic Approach. Skylight Publishing,


Inc.

Eggen da Kauchak. 1993. Social Psychology of Education. Boston : WordPrees.

Ibrahim, dkk. 2000. Metode-metode Mengajar I. Bandung : Angkasa.

IKIP. 1999. Buku Pedoman Penilain Siswa . Malang. IKIP Press

Kardi dan Nur. 2000. Pedoman Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta : Menara
Ilmu.

Khalik, Abdul & Pada, Amir. 2008. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas.
Parepare: Unit Pelaksana Program PGSD Parepare, FIP-UNM.

Nur dan Wikandari. 2000. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina
Aksara.

Sisdiknas. 2003. Undang-Undang RI N0. 20 Tahun 2003. Bandung : Fokus Media.

Suparno & Wardani, 1994. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: PT Rineka Cipta.

UUSPN. 2006. Mata Pelajaran IPS SD. Bandung : Fokus Media.

LAMPIRAN
45

Lampiran 1

Daftar Nilai Persiswa dan Rata-ratanya


Hasil Observasi Prapeneltian

JUMLAH SKOR JUMLAH


NO NAMA SISWA SKOR
KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 MASLAN 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 5  
2 RISWAN 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 5  
3 IRVAN 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5  
4 MUH. FAHRUL 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7  
5 BASO TENRI AJENG 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6  
6 MUH. SABRI 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7  
7 FAHMI RABSANJANI 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7  
8 DIAN DEVISARI 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9  
9 YUSNIAR 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7  
10 SYAHRA RIDWAN 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8  
11 RESKI AFRILIA 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 6  
12 NADIA VERA 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7  
13 ADINDA RIANANDA 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 6  
14 WAPIAH AZISAH 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6  
15 SRI RAHAYU 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6  
16 SILVANA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10  
JUMLAH 107  
RATA-RATA 6.7  
DAYA SERAP 67%  
46

Hasil Observasi Penelitian Siklus I

JUMLAH SKOR JUMLAH


NO NAMA SISWA SKOR
KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 MASLAN 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 5  
2 RISWAN 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 5  
3 IRVAN 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6  
4 MUH. FAHRUL 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7  
5 BASO TENRI AJENG 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6  
6 MUH. SABRI 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8  
7 FAHMI RABSANJANI 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7  
8 DIAN DEVISARI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10  
9 YUSNIAR 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7  
10 SYAHRA RIDWAN 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8  
11 RESKI AFRILIA 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8  
12 NADIA VERA 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7  
13 ADINDA RIANANDA 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7  
14 WAPIAH AZISAH 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7  
15 SRI RAHAYU 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7  
16 SILVANA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10  
JUMLAH 115  
RATA-RATA 7.1  
DAYA SERAP 71%  
47

Hasil Observasi Penelitian Siklus II

JUMLAH SKOR JUMLAH


NO NAMA SISWA SKOR
KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 MASLAN 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6  
2 RISWAN 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8  
3 IRVAN 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6  
4 MUH. FAHRUL 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8  
5 BASO TENRI AJENG 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7  
6 MUH. SABRI 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8  
7 FAHMI RABSANJANI 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7  
8 DIAN DEVISARI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10  
9 YUSNIAR 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8  
10 SYAHRA RIDWAN 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9  
11 RESKI AFRILIA 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8  
12 NADIA VERA 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7  
13 ADINDA RIANANDA 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8  
14 WAPIAH AZISAH 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9  
15 SRI RAHAYU 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7  
16 SILVANA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10  
JUMLAH 126  
RATA-RATA 7.9  
DAYA SERAP 79%  

Lampiran 2
48

FORMAT OBSERVASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


STAD PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN DALAM
IPS
SISWA KELAS IV SD INPRES KAMARA KABUPATEN BARRU
(Aspek Siswa)
Penga-
Kualifikasi Refleksi
N Tahap matan
Indikator Deskriptor
o Pembelajaran Y Td S B C K S
a k B K
1 Mendeskripsik 1. Menyimak penjelasan guru
an berbagai tentang berbagai bentuk
bentuk peninggalan sejarah
peninggalan dilingkungan sekitar
sejarah a. Mencatat peninggalan
dilingkungan sejarah di lingkungan
setempat setempat
b. Mengumpulkaninformasi
tentang asal usul nama
suatu tempat
c. Mengklasifikasi jenis-jenis
peninggalan sejarah di
lingkungan setempat
2 Menceritakan 2. Menceritakan hasil
jenis-jenis penjelasan guru
Peninggalan a. Menceritakan peninggalan
bersejarah se sejarah dilingkungan set
empat
b. Mengidentifikasi ciri-ciri
peninggalansejarah di
lingkungansetempat

3 Menjaga 3. Mereflesikan hasil


kelestarianpeni penjelasan guru
nggalan a. Secara per kelompok siswa
bangunanberse mencatat dan menjelaskan
jarah cara melestarikan
peninggalan bersejarah
b. Tiap kelompok melaporkan
kegiatannya
c. Kelompok yang lain me-
49

nanggapi hasil kegiatan


temannya
d. Siswa menyimpulkan
pelajaran sesuai dengan
materi yang telah dipelajari
50

LAMPIRAN 3

Format Penilaian

JUMLAH SKOR JUMLAH


NO NAMA SISWA SKOR
KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 MASLAN
2 RISWAN
3 IRVAN
4 MUH. FAHRUL
5 BASO TENRI AJENG
6 MUH. SABRI
7 FAHMI RABSANJANI
8 DIAN DEVISARI
9 YUSNIAR
10 SYAHRA RIDWAN
11 RESKI AFRILIA
12 NADIA VERA
13 ADINDA RIANANDA
14 WAPIAH AZISAH
15 SRI RAHAYU
16 SILVANA
JUMLAH  
RATA-RATA  
DAYA SERAP  

Lampiran 4
51

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : IV/1
Waktu : 6 × 35 menit
Standar Kompetensi : Memahami sejarah, ketampakan alam, dan keragaman
suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

Kompetensi Dasar : Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan


setempat (kabupaten/kota, dan provinsi) dan menjaga
kelestariannya

Indikator : 1. Mencatat peninggalan-peninggalan sejarah di


lingkungan setempat
2. Mengumpulkan informasi tentang asal usul nama
suatu tempat dari berbagai sumber
3. Mengklasifikasi jenis-jenis peninggalan bersejarah di
lingkungan setempat
4. Menceritakan peninggalan sejarah yang ada di
lingkungan setempat
5. Mengidentifikasi ciri-ciri peninggalan sejarah di
lingkungan setempat
6. Menjelaskan cara menjaga kelestarian peninggalan
sejarah
7. Menjelaskan manfaat menjaga kelestarian
peninggalan sejarah

1. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat mendeskripsikan berbagai bentuk peninggalan sejarah di
lingkungan setempat.
b. Siswa dapat menceritakan jenis-jenis peninggalan sejarah.
52

c. Siswa dapat menjaga kelestarian sejarah.

2. Materi Pokok
Berbagai peninggalan sejarah dan pelestariannya.

3. Metode Pembelajaran
Ceramah, penugasan, pengamatan dan Kooperatif type STAD.

1. Langkah Pembelajaran

SIKLUS Ke-1
a. Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan belajar-mengajar dengan salam dan apersepsi.

b. Kegiatan Inti
1) Guru meminta siswa membaca cerita rakyat yang berkaitan dengan terjadinya
suatu daerah di Indonesia pada buku Pengetahuan Sosial 4A. Setelah itu,
siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima
anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin
yang berbeda.
2) Guru menjelaskan asal usul nama suatu tempat yang berkaitan dengan sejarah
terjadinya suatu tempat. Misalnya, sejarah terbentuknya kota Banyuwangi di
Jawa Timur yang berkaitan dengan legenda Patih Sidapala.
3) Siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa
semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan dan
mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.
4) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berprestasi
b. Kegiatan Akhir
Guru meminta siswa untuk membuat sinopsis suatu cerita rakyat.

SIKLUS Ke-2
53

a. Kegiatan Awal
1) Siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima
anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin
yang berbeda
2) Guru menjelaskan materi tentang bangunan peninggalan bersejarah. Di dalam
bangunan tersebut pernah terjadi suatu peristiwa bersejarah. Misalnya,
benteng tempat terjadinya suatu pertempuran atau pertemuan para tokoh.
2) Selanjutnya, guru meminta para siswa membaca berbagai jenis peninggalan
sejarah pada buku Pengetahuan Sosial 4A. Setelah selesai guru meminta
siswa menyebutkan jenis dan fungsi bangunan bersejarah pada bacaan
tersebut. Apabila ada jawaban yang salah, guru dapat mengoreksi jawaban
yang salah. Guru menjelaskan contoh bangunan bersejarah dan peristiwa
bersejarah yang terjadi di tempat tersebut. Misalnya, Gedung Merdeka di
Bandung tempat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.
3) Guru menerangkan bahwa bangunan bersejarah tersebut sangat penting bagi
pewarisan nilai-nilai nasionalisme hingga perlu dilestarikan keberadaannya.
Guru meminta siswa mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal siswa
yang memiliki peninggalan sejarah yang perlu di lestarikan.
4) Guru meminta tiap kelompok mengerjakan tugas pada buku Pengetahuan
Sosial mengenai perlunya menjaga kelestarian bangunan bersejarah.

6) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berprestasi


b. Kegiatan Inti
1) Siswa dan guru berkunjung ke salah satu peninggalan sejarah di daerahnya.
2) Siswa dapat mengidentifikasi peninggalan bangunan yang bernilai sejarah di
daerah masing-masing.
3) Siswa mengetahui riwayat bangunan sejarah di daerahnya.
4) Siswa ditugaskan membuat laporan individu mengenai bangunan bersejarah
yang dikunjunginya.
54

c. Kegiatan Akhir
1) Apabila di sekitar sekolah atau tempat tinggal siswa terdapat bangunan
bersejarah, guru dapat menugaskan siswa secara berkelompok untuk
melakukan kunjungan di luar jam sekolah.
2) Hasil kunjungan kelompok tersebut disusun dalam bentuk tugas buku
Pengetahuan Sosial 4A. Selanjutnya, laporan kelompok tersebut dibacakan di
depan kelas dan dikumpulkan pada guru untuk dinilai.

5. Sarana dan Sumber Belajar


Buku Pengetahuan Sosial 4A, gambar-gambar bangunan bersejarah, papan tulis,
dan lingkungan sekitar.

6. Penilaian
a. Tes Lisan dan Tertulis (Aspek Kognitif)
Bentuk tes lisan dan tertulis dapat dilihat pada buku Pengetahuan Sosial 4A
halaman 116.
Siswa diharapkan mampu bercerita tentang cerita rakyat daerah
masingmasing.
Selain itu, bentuk penilaian ini dapat dilihat pada halaman 122.
Guru mengevaluasi cerita siswa dan memberikan penilaian.

b. Kinerja (Aspek Afektif)


Bentuk penilaian kinerja dapat dilihat pada penilaian sikap pada buku
Pengetahuan Sosial 4A. Siswa diharapkan dapat mengemukakan pendapat
bagaimana menjaga kelestarian peninggalan bersejarah.

c. Penugasan (Aspek Afektif)


55

Siswa diharapkan mencatat hasil pengamatan terhadap peninggalan bangunan


bersejarah di dalam buku kerja. Guru mengevaluasi hasil catatan siswa dan
memberikan penilaian.

d. Portofolio (Aspek Psikomotorik)


Bentuk penilaian portofolio dapat dibuat sendiri oleh guru, contohnya sebagai
berikut.
Mata Pelajaran : Pengetahuan Sosial
Kelas :4
Materi Pokok : Peninggalan Sejarah
Berkunjunglah ke salah satu objek wisata peninggalan sejarah di sekitar
tempat tinggalmu! Kemudian, bertanyalah kepada juru kunci atau guide
tentang asal usul terjadinya peninggalan sejarah tersebut. Jika ada relief
atau tulisan yang menempel pada dindingnya, amati dan tuliskan hasil
wawancaramu dan cocokkan dengan sejarah asal usul dari referensi yang ada.

Barru, 2009
Mengetahui:
Kepala SDI. Kamara No. 31 Barru Peneliti

BABA SANU’DE SUPARDI, A.Ma


NIP. 19520715 197701 1 004 NIM. 074 742 528

You might also like