Professional Documents
Culture Documents
Gejala seperti sakit kepala, mual, pusing, nyeri pada organ-organ tertentu (dikenal
dengan psikosomatis) banyak diderita oleh mereka yang menderita stres. Penderita
ini biasanya akan berputar dari dokter yang satu ke dokter yang lain, karena ternyata
obat yang diberikan hanya berupa suatu terapi simtomatik semata.
Apabila kerja obat selesai, maka keluhannya akan datang lagi. Bagi dokter yang
cepat mengenal penyakit ini akan dengan mudah memberikan obat penenang kepada
pasien tersebut. Namun, penderita seperti ini tidak pernah akan tuntas
pengobatannya sepanjang mentalnya tidak diobati.
Jumlah pasien psikosomatis sangat banyak jumlahnya saat ini di Indonesia. Mereka
datang ke dokter dengan beragam alasan.
"Karena sudah keenakan dan lupa diri, pada saat tidak memegang jabatan lagi,
orang seperti ini langsung merasakan suatu kehilangan yang sangat berarti," ungkap
Veni. Ini yang membuat stres yang berkepanjangan sehingga menimbulkan berbagai
gangguan atau penyakit.
Penanganan stres secara ilmiah telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Berbagai
terapi stres diperkenalkan seperti yoga yang berupa suatu latihan pernapasan yang
diiringi dengan meditasi laris manis di negara-negara maju.
Ada juga terapi tenaga dalam yang banyak diikuti oleh masyarakat yang dari hasil
penelitian dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Penanganan secara natural atau
alamiah banyak juga laku di Amerika. Puasa termasuk salah satu jenis terapi yang
dilakukan.
"Ibadah puasa sudah terkenal digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Nah,
mungkin ada penyakit dalam hati kita yang bisa kita sebut penyakit hati yang dapat
kita obati melalui puasa."
"Insya Allah, keseluruhan aktivitas ibadah seperti puasa, salat, zikir, salat sunah
seperti tahajud, tobat, menyesali kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat, akan
mendatangkan rasa aman dan tenang sehingga memberikan kesempatan kepada
tubuh kita sehat secara sempurna," ungkap Veni.
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2001/12/26/KSH/mbm.2001
1226.KSH86583.id.html
Namun, Nina tak menyerah pada keadaan. Atas anjuran seorang teman, dia segera
berangkat menunaikan ibadah umrah ke Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi, dengan
mengajak serta Sinta kecil—waktu itu berusia tiga tahun—yang tak sanggup berjalan.
Dengan ditemani suami, ayah, ibu, dan adiknya, Nina berniat memohon kesembuhan
Sinta di Tanah Suci.
Kemudian, setiba di Mekah, Nina menyiapkan segala keperluan. Tengah malam seusai
salat tahajud, Nina membawa putrinya ke Masjidil Haram. Gadis kecil yang ringkih itu ia
mandikan dengan segayung air zam-zam dengan diiringi doa-doa.
Ternyata, doa-doa yang khusyuk itu terjawab. Esok paginya Sinta bangun, minum susu,
dan terpesona memandangi burung yang hinggap di jendela kamar hotel tempat keluarga
Nina menginap. Demamnya reda, napasnya sudah normal, dan Sinta pun siap menjalani
terapi pengobatan lebih lanjut. "Alhamdulillah, ini keajaiban Tuhan," kata Nina, 28
tahun, mengenang peristiwa itu.
Namun, pandangan skeptis tersebut agaknya mulai berubah semenjak adanya berbagai
riset yang menguatkan khasiat doa. Riset yang terbaru digelar Mark Snyder, ahli bedah
jantung dari Duke University Medical Center, North Carolina, Amerika Serikat. Snyder
merekrut 150 pasien bedah jantung yang terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, grup
yang menjalani terapi pijat guna memulihkan kondisi pascaoperasi. Grup kedua
melakukan fisioterapi. Sedangkan kelompok ketiga tak menjalani terapi apa pun selain
didoakan tiap hari sekali oleh tim dokter. Ternyata, seperti dilaporkan WLWT
HealthTeam 5's, awal bulan lalu, kemajuan paling pesat justru terjadi pada grup pasien
yang "hanya" mendapatkan guyuran doa.
Sementara itu, di belahan dunia yang lain, Rogerio Lobo, ahli kandungan dari Universitas
Columbia, New York, juga berupaya membuktikan khasiat doa. Sepanjang dua tahun,
Lobo mengamati 199 perempuan yang sedang menjalani proses pembuahan bayi tabung
(in vitro) di sebuah rumah sakit di Seoul, Korea.
Lobo mengirimkan foto sebagian responden itu kepada sekelompok jemaah Kristiani di
Kanada, Australia, dan Amerika Serikat. Grup jemaah ini rutin mendoakan responden
dari jarak jauh tanpa sepengetahuan responden. Hasilnya, tingkat keberhasilan kehamilan
responden yang didoakan dua kali lipat ketimbang rekan mereka yang tak didoakan. "Ini
cukup mengejutkan. Saya sendiri tak tahu persis apa artinya," demikian dilaporkan Lobo
dalam Journal of Reproductive Medicine, September lalu.
Boleh jadi memang tak seorang pun sanggup memotret persis peranan doa dalam dunia
kedokteran. Maklum, seperti pendapat Lobo, ada banyak sisi misterius yang menyertai
pengobatan spiritual dan tak punya penjelasan rasional.
Namun, setidaknya berbagai riset tersebut mencerminkan bertiupnya gairah baru. Seperti
diungkapkan David Larson, Presiden Lembaga Nasional bagi Penelitian Perawatan
Kesehatan (National Institute for Healthcare Research) di Maryland, AS, riset mengenai
doa melonjak dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Bahkan, National Institutes of
Health (NIH), Departemen Kesehatan AS, kini tengah menggelar sebuah riset bertema
doa yang berskala besar. Padahal, tadinya NIH menolak mentah-mentah proposal riset
apa pun yang berurusan dengan doa. Artinya, "Angin telah berganti arah memihak
pengobatan spiritual," kata Larson.
Adalah Herbert Benson, ilmuwan dari Harvard Medical School, yang turut mengubah
arah angin itu. Selama 30 tahun Benson mengamati efek meditasi pada pasien yang
berobat di The Mind Body Medical Institute. Dia merekam citra jaringan saraf pasien
selama melakukan meditasi dengan metode magnetic resonance imaging (MRI).
Berdasar rekaman MRI, Benson menyimpulkan bahwa meditasi mengaktifkan bagian
otak yang mengatur kesadaran diri, waktu, dan lingkungan sekitar. Meditasi juga
mengaktifkan bagian tengah otak, disebut sistem limbic, yang memegang komando
keseimbangan emosi psikologis, saraf otonom, irama jantung, dan tekanan darah. Nah,
dengan aktifnya sistem limbic, metabolisme tubuh secara total juga bergerak menuju
keseimbangan dan mewujudkan kesembuhan.
Benson mengakui, tak semua orang bisa menerima penjelasan pengobatan spiritual itu.
Karena itu Benson menawarkan dua sudut pandang yang mungkin. "Jika Anda
nonreligius, semua hal itu adalah semata-mata bagian dari proses sel-sel otak. Jika Anda
orang yang religius, semua itu datang dari Tuhan," kata Benson.
Agar hasilnya optimal, doa sebaiknya juga dibarengi pengobatan medis. "Harus
gabungan keduanya, medis dan spiritual," kata Dadang. Memang, ada saatnya doa pun
bisa berperan sebagai petarung tunggal tanpa bantuan obat-obatan. Tapi biasanya ini
hanya berlaku untuk penyakit yang bersumber dari kegelisahan psikis, atau yang disebut
psikosomatis. Misalnya, gatal-gatal karena stres. Begitu suasana hati tenang lantaran doa,
gatal-gatal pun melayang. Namun, penyakit yang bersumber dari faktor nonpsikis tetap
membutuhkan bantuan obat-obatan medis. "Penyakit karena infeksi bakteri, misalnya,
harus dibasmi dengan antibiotik sembari tetap diiringi doa," kata Dadang.
18-01-2008 / 17:12:47
Derap langkah kemajuan teknologi sebagai perpanjangan potensi manusia telah semakin
menunjukkan taring keberhasilannya.
Derap langkah kemajuan teknologi sebagai perpanjangan potensi manusia telah semakin
menunjukkan taring keberhasilannya. Produk potensi manusia itu telah pula, mau tidak
mau, mempengaruhi perilaku keseharian kita sebagai makhluk sosio-kultural. Perubahan-
perubahan terhadap dimensi sosio-kultural memungkinkan kita untuk segera mengambil
sikap tertentu, baik preventif maupun partisipatif.
Sikap preventif yang diambil adalah tanggung jawab yang tidak ringan untuk dilakukan
sementara kita memposisikan diri kita dalam wilayah konsumen teknologi. Hal ini akan
mengakibatkan pengurasan energi fisik maupun psikis yang tidak kecil. Meskipun
demikian, bila sikap partisipatif yang dipilih atas dasar keterlibatan yang sukar terelakkan
sebab kita berkecimpung secara total dalam pemanfaatan teknologi tersebut, berarti kita
siap menerima segala konsekuensi logis yang bakal menyerang kita dari arah yang tidak
diduga-duga. Katakanlah kita mengambil sikap partisipatif secara tidak acuh (without
thinking twice), maka kita akan tergusur oleh kebengisan teknologi. Misalnya, semalam
suntuk kita browse internet untuk keperluan tuntutan kerja atau sekadar iseng, esok hari
kita bangun kesiangan, lupa mendirikan shalat subuh. Dengan menyaksikan satu contoh
demikian, jelas kita mengalami pergeseran sesuatu di dalam kehangatan komitmen
beragama (religious commitment) kita.
Kita terus-menerus berpacu dalam kancah kemajuan teknologi. Atas dalih pemanfaatan
yang terkesan “mumpung sempat”, ibadah ritual dan sosial kita secara gradual
tersisihkan. Betapa tidak, kita sibuk dengan setumpuk pekerjaan di kantor, kita sibuk
dengan shoping ke tiap supermarket, dan kita sibuk mencari uang tanpa berhati-hati dari
mana dan akan ke mana uang tersebut dibelanjakan. Ternyata kita telah disibukkan oleh
sosok makhluk baru, yaitu teknologi atas nama “pola hidup modern” (modern lifestyle).
Tentu kita tidak menutup mata untuk mengungkapkan bahwa teknologi haruslah
disyukuri sebagai buah dari ilmu pengetahuan (science), tetapi kita tentu pula tidak lantas
melupakan kewajiban kita --- sebaiknya kebutuhan kita --- untuk beribadah kepada Allah
Swt. Saking sibuknya dengan segala pekerjaan, waktu yang tersisa untuk mendirikan
shalat tinggal sedikit. Dari waktu yang hanya beberapa menit itu kita didera rasa letih
yang sangat sehingga kita tidak shalat sama sekali. Bila kita terlalu sibuk mengejar dunia,
menurut sementara psikolog, kita akan terjangkit gejala psikosomatis.
Tanpa filter dan sikap bijaksana dalam mengimbangi kemajuan teknologi yang demikian
pesat, kita lambat laun --- di samping menderita gejala psikosomatis --- akan menderita
kekosongan eksistensial (existential vacuum). Kekosongan eksistensial adalah gejala
psikis orang modern yang mengalami keterasingan diri: kepada dirinya sendiri, kepada
lingkungannya, dan bahkan kepada Tuhan. keterasingan kepada Tuhan inilah yang paling
berbahaya sebab manusia modern akan berbuat bebas tanpa batas, yang justru akan
membuat dirinya terpuruk ke dalam lembah kesesatan. Orang-orang “modern” tipe inilah
yang lebih rendah daripada binatang ternak sekalipun (QS. At-Tin [95]: 5).
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya (QS. Al-Zilzal [99]: 7-8).
Kemajuan teknologi (fikr) akan bersifat fatalistik sebelum dipadukan dengan zikir
(dzikr), kata Muhamad Iqbal, serang penyair-filosof asal Pakistan. Bila kita hanya
bergantung pada fikr saja, berarti kita telah memutuskan untuk menjadi orang “modern”
yang menderita kekosongan eksistensial.
***
(Narudin, anarudin@yahoo.com)
[1] Istilah dari Ben Anderson, seorang antropolog terkemuka, existential vacuum. Lihat
Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal, Bandung, Rosda, 1998, hlm. 57, 218.
[2] Penyakit mental yang berdampak munculnya penyakit fisik. Menurut para psikolog,
psikosomatis ini sangat berbahaya sebab penyakit ini menyerang mental dan fisik si
penderita sekaligus. Lihat Herbert Benson dan Patricia Myers, “Medical Aspects of
Belief”, dalam God for the 21st Century, London: Templeton Foundation Press, 2000,
hlm. 111-114.
[3] Baca Ahmad Syafii Maarif, Al-Quran, Realitas Sosial, dan Limbo Sejarah, Bandung:
Pustaka, 1985, hlm. 139-155.
[4] Baca pula Ahmad Syafii Maarif, Tuhan Menyapa Kita, Jakarta: Grafindo, 2006, hlm.
83. Lihat pula Dr. ‘Abdul Wahhab ‘Azzam, Iqbal: Siratuh wa Falsafatuh wa Syir’uh,
Pakistan: Mathbuat, 1954, terj. Ahmad Rofi’ Usman, Filsafat dan Puisi Iqbal, Bandung:
Pustaka, 1985, hlm. 71-72.
http://muslimahsholihah.multiply.com/notes/item/1 AKSES 6 JUN 2009 : 17;03
PENGERTIAN DZIKIR
Dzikir adalah menyebut Allah dengan membaca tasbih (Subhanallaah), membaca tahlil
(Laa ilaaha illallaah), membaca tahmid (Alhamdulillaah), membaca taqdis (Qudduusun),
membaca takbir (Allaahu Akbar), membaca haugalah (Laa haula wala quwwata illaa
billah), membaca hasabalah (Hasbiyallaah), membaca basmalah
(Bismillaahirrahmaanirrahiim), membaca Al Qur'anul Karim dan membaca doa-doa yang
mat'sur (yang diterima atau yang bersumber) dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam.
Disamping itu digolongkan dzikir, mengerjakan segala jenis ketaatan kepada Allah SWT.
Karena itu pertemuan yang diadakan untuk mengaji dan memperbincangkan masalah
agama, dinamakan majlis dzikir. Hal ini pernah ditegaskan oleh 'Atha' : "Majlis-majlis
yang dibentuk membahas soal halal dan haram, dianggap sebagai majlis dzikir (majlis
menyebut nama Allah) karena majlis-majlis demikian itu dapat memindahkan kita dari
kelalaian atau kelengahan kepada keinsyafan dan kesadaran."
Dinamakan dzikir, mengerjakan segala tugas agama yang diwajibkan Allah dan menjauhi
segala larangan yang sudah diperintahkan-Nya hamba untuk meninggalkannya. Karena
itu membaca Al-Qur'an, mempelajari Al-Hadits, mempelajari ilmu-ilmu agama,
melaksanakan shalat tathawwu' dinamakan juga dzikir.
Yang dikehendaki dengan sebutan lidah (berdzikir dengan lidah) ialah, menyebut kata-
kata yang menunjuk kepada tasbih (mensucikan Allah), kepada tahmid (memuji Allah),
kepada tamjid (memuliakan/membesarkan Allah). Adapun yang dimaksud dengan
ingatan hati ialah, memikirkan dalil-dalil tentang adanya Allah, dalil-dalil sifat-Nya,
dalil-dalil perintah dan larangan-Nya, untuk diketahui hukum-hukum dan rahsia-rahsia
ang tersembunyi dalam penciptaan alam ini. Yang dikehendaki dengan dzikir anggota,
ialah mempergunakan segala anggota untuk melaksanakan ketaatan (dengan segala
bentuk/manifestasinya). Itulah sebabnya maka shalat Juma'at di dalam Al-Qur'an
dinamakan dzikrullah.
Dzikir kepada Allah itu bukan hanya lafazh yang dilafazhkan dengan lidah saja, tetapi
kesadaran yang terdapat di dalam hati dilafazhkan atau tidak dilafazkan dan merasa
dengan Allah dan wujudNya. Kesadaran dan perasaan yang demikian menimbulkan
kesan atau pengaruh yang membawa kepada ketaan pada batasnya yang paling dekat.
Adalah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang paling sempurna dzikirnya kepada Allah
'Azza wa Jalla. bahkan perkataannya semua merupakan dzikir kepada Allahd engan
segala sangkut pautnya. Dan adalah perintahnya dan larangannya serta pensyariatnya
bagi umat juga dzikir. Pujiannya kepada Allah dengan segala macam ragam nikmatNya,
tamjid dan tasbihnya adalah zikir. Permohonan dan doanya, kesukaan dan ketidak-
sukaannya juga dzikir. Diamnya juga adalah dzikir di dalam hatinya. Dengan demikian,
maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa berdzikir kepada Allah, dalam
segala waktu/ketika dan dalam segala kondisi. Dan adalah dzikir rasul itu berlaku
bersama tarikan nafasnya pada waktu berdiri, duduk dan di tempat pembaringan (waktu
tidur). Dan pada waktu berjalan kaki, menunggangi kenderaan dan waktu dalam
perjalanan, waktu berhenti, waktu berangkat pergi dan waktu menetap di tempat
(muqim).
http://www.ademati.org/2009/04/apa-itu-psikosomatis.html AKSES 6
JUN 2009 17;30
Gangguan fisik yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor psikologis pada
masa lalu disebut psikosomatis (psychosomatic) atau psikofisiologis. Istilah psikosomatis
berasal dari bahasa Yunani psyche, yang artinya “jiwa” atau “intelek,” dan “soma” yang
berarti “tubuh”. Gangguan fisik yang menyangkut unsur psikologis bentuknya mulai dari
asma dan sakit kepala sampai sakit jantung.
Tukak lambung (maag) juga merupakan penyakit disebabkan gangguan psikosomatis,
tetapi telah dievaluasi kembali dalam penelitian yang mendapatkan bahwa suatu bakteri,
H. Pylori, dan bukan stres atau diet, penyebab sebagian besar penyakit maag. Peneliti-
peneliti mencurigai bahwa maag terjadi karena bakteri merusak lapisan pelindung perut
atau usus. Pengobatan dengan antibiotik dapat membantu menyembuhkan maag dengan
cara menyerang bakteri secara langsung, belum diketahui mengapa sebagian orang yang
memiliki bakteri didalam tubuhnya ada yang mengalami maag dan ada yang tidak.
Keganasan jenis H pylori mungkin berperan dalam menentukan apakah orang yang
terinfeksi H. Pylori tersebut kemudian terkena maag. Selain itu ada kemungkinan pula
bahwa stres psikologis berperan juga.
Demikian pula sakit kepala yang terjadi tidak bersamaan dengan gejala-gejala yang lain,
maka sakit kepala ini dapat dikelompokkan sebagai gangguan fisik yang berhubungan
dengan stres, yang dapat menyebabkan kontraksi kuat terhadap kulit kepala, muka, leher
dan bahu sehingga muncul sakit kepala yang periodik dan kronis. Sakit kepala seperti itu
secara beransur-ansur berkembang dan biasanya ditandai dengan rasa sakit yang terus-
menerus di kedua sisi kepala, disertai dengan tekanan yang menghimpit.
Sebuah survei di daerah Baltimore menunjukkan bahwa 38% responden mengeluh
kadang-kadang mengalami sakit kepala karena tegang. Survei ini menunjukkan bahwa
wanita akan mengalami tingkat sakit kepala16% lebih tinggi dari pada laki-laki.
Kebanyakan sakit kepala yang lain, termasuk sakit kepala sebelah (migren) yang parah,
diyakini melibatkan perubahan aliran darah ke kepala.
Migren diderita oleh lebih dari 28 juta orang Amerika. Biasanya migren berlangsung
selama beberapa jam atau beberapa hari. Sakit ini dapat muncul setiap hari atau sering
kali setiap bulannya. Sakit ini ditandai dengan rasa yang menusuk disebelah sisi kepala
atau di belakang mata. Sakit ini dapat menjadi begitu intensnya sehingga tidak
tertahankan. Upaya mengatasi sakit migren yang parah malah dapat menimbulkan
rendahnya kualitas hidup dan menimbulkan gangguan pada tidur, dan proses berpikir
(Lipton dkk., 2000).
Menurut Olesen (1994). Ada dua tipe utama migren yaitu tanpa aura (disebut migren
biasa) dan migren dengan aura (disebut dengan migren klasik). Aura adalah sekelompok
tanda peringatan sebelum terjadinya serangan migrein. Aura dicirikan dengan distorsi
persepsi seperti kilatan cahaya, gangguan pandangan, atau pandangan gelap gulita. Kira-
kira 1 sampai 5 penderita migren mengalami aura ini. Ada dan tidaknya aura ini, kedua
migren ini dapat dikatakan sama.
Shalat, Dzikir dan Imunitas
Download file kuliah di sini
Kuliah Islam Disiplin Ilmu Kedokteran Oleh : dr. Iwang Yusuf, M.si
Dikirim oleh : Galleta S. Boer (FK UNISSULA)
The belief that the mind plays an important role in physical illness goes back to the
earliest days of medicine.
From the time of the ancient Greeks to the beginning of the 20th century, it was generally
accepted by both physician and patient that the mind can affect the course of illness, and
it seemed natural to apply this concept in medical treatments of disease.
• Kepercayaan bahwa pikiran memainkan peran penting dalam penyakit fisik akan
kembali ke awal pengobatan.
Dari zaman kuno Yunani ke awal abad ke-20, yang umumnya diterima baik oleh dokter
dan pasien adalah pikiran dapat mempengaruhi terjadinya penyakit, dan merupakan hal
yang alami untuk menerapkan konsep ini dalam perawatan medis penyakit.
After the discovery of antibiotics, a new assumption arose that treatment of infectious or
inflammatory disease requires only the elimination of the foreign organism or agent that
triggers the illness.
• Setelah penemuan antibiotik, timbul asumsi baru bahwa perawatan dari penyakit
menular atau penyakit inflamasi(perdangan) hanya memerlukan pemusnahan dari
organisme atau agen asing yang memicu penyakit.
• Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah resistensi meningkat dan penyakit
degenerative yang meningkat akibat infeksius.
New molecular and pharmacological tools have made it possible for us to identify the
intricate network that exists between the immune system and the brain, a network that
allows the two systems to signal each other continuously and rapidly. Chemicals
produced by immune cells signal the brain, and the brain in turn sends chemical signals to
restrain the immune system.
• Molekular baru dan alat pharmacological telah memungkinkan bagi kami untuk
mengidentifikasi jaringan rumit yang ada di antara sistem kekebalan dan otak, jaringan
yang memungkinkan dua sistem sinyal untuk berhubungan satu sama lain secara
berkelanjutan dan cepat. Bahan kimia yang diproduksi oleh sel imun mengsignal otak,
dan otak akan mengirim sinyal kimia untuk membatasi sistem kekebalan.
• Terdapat kesatuan antara Neurotransmiter di otak dengan sistem imun
AL ‘ALAQ
(SEGUMPAL DARAH)
ayat 1-5
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(Al Baqarah ayat 45 (QS 2;45))
153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu[99], sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Al Baqarah ayat 153 (QS 2;153))
103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman,
maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman
(An Nisaa’ ayat 103 (QS 4;103))
45. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
• Al Ankabuut 45 (QS 29;45)
48. Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu
berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu
bangun berdiri
• Ath Thuur 48 (QS 52;48)
Inti kandungan
• Sabar, Shalat dan Khusyu’
• Sabar & Shalat
• Shalat dan Dzikir
• Membaca Al Qur’an & Shalat
• Shalat & Sabar
• Sabar, dzikir dan Shalat
Maka Imun meningkat
Labels: imun-kulit
Imunitas
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[sunting] Peradangan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Radang
Peradangan adalah salah satu dari respon pertama sistem imun terhadap infeksi.[18]
Gejala peradangan adalah kemerahan dan bengkak yang diakibatkan oleh peningkatan
aliran darah ke jaringan. Peradangan diproduksi oleh eikosanoid dan sitokin, yang
dikeluarkan oleh sel yang terinfeksi atau terluka. Eikosanoid termasuk prostaglandin
yang memproduksi demam dan pembesaran pembuluh darah berkaitan dengan
peradangan, dan leukotrin yang menarik sel darah putih (leukosit).[19][20] Sitokin umum
termasuk interleukin yang bertanggung jawab untuk komunikasi antar sel darah putih;
Chemokin yang mengangkat chemotaksis; dan interferon yang memiliki pengaruh anti
virus, seperti menjatuhkan protein sintesis pada sel manusia.[21] Faktar pertumbuhan dan
faktor sitotoksik juga dapat dirilis. Sitotokin tersebut dan kimia lainnya merekrut sel
imun ke tempat infeksi dan menyembuhkan jaringan yang mengalami kerusakan yang
diikuti dengan pemindahan patogen.[22]
Gambar darah manusia dari mikroskop elektron. Dapat terlihat sel darah merah, dan juga
terlihat sel darah putih termasuk limfosit, monosit, neutrofil dan banyak platelet kecil
lainnya.
Leukosit (sel darah putih) bergerak sebagai organisme selular bebas dan merupakan
"lengan" kedua sistem imun bawaan.[5] Leukosit bawaan termasuk fagosit (makrofag,
neutrofil, dan sel dendritik), mastosit, eosinofil, basofil dan sel pembunuh alami. Sel
tersebut mengidentifikasikan dan membunuh patogen dengan menyerang patogen yang
lebih besar melalui kontak atau dengan menelan dan lalu membunuh mikroorganisme.
[25] Sel bawaan juga merupakan mediator penting pada kativasi sistem imun adaptif.[3]
Fagositosis adalah fitur imunitas bawaan penting yang dilakukan oleh sel yang disebut
fagosit. Fagosit menelan, atau memakan patogen atau partikel. Fagosit biasanya
berpatroli mencari patogen, tetapi dapat dipanggil ke lokasi spesifik oleh sitokin.[5]
Ketika patogen ditelan oleh fagosit, patogen terperangkap di vesikel intraselular yang
disebut fagosom, yang sesudah itu menyatu dengan vesikel lainnya yang disebut lisosom
untuk membentuk fagolisosom. Patogen dibunuh oleh aktivitas enzim pencernaan atau
respiratory burst yang mengeluarkan radikal bebas ke fagolisosom.[28][29] Fagositosis
berevolusi sebagai sebuah titik pertengahan penerima nutrisi, tetapi peran ini diperluas di
fagosit untuk memasukan menelan patogen sebagai mekanisme pertahanan.[30]
Fagositosis mungkin mewakili bentuk tertua pertahanan, karena fagosit telah
diidentifikasikan ada pada vertebrata dan invertebrata.[31]
Neutrofil dan makrofaga adalah fagosit yang berkeliling di tubuh untuk mengejar dan
menyerang patogen.[32] Neutrofil dapat ditemukan di sistem kardiovaskular dan
merupakan tipe fagosit yang paling berlebih, normalnya sebanyak 50% sampai 60%
jumlah peredaran leukosit.[33] Selama fase akut radang, terutama sebagai akibat dari
infeksi bakteri, neutrofil bermigrasi ke tempat radang pada proses yang disebut
chemotaksis, dan biasanya sel pertama yang tiba pada saat infeksi. Makrofaga adalah sel
serba guna yang terletak pada jaringan dan memproduksi susunan luas bahan kimia
termasuk enzim, protein komplemen, dan faktor pengaturan seperti interleukin 1.[34]
Makrofaga juga beraksi sebagai pemakan, membersihkan tubuh dari sel mati dan debris
lainnya, dan sebagai sel penghadir antigen yang mengaktivasi sistem imun adaptif.[3]
Sel dendritik adalah fagosit pada jaringan yang berhubungan dengan lingkungan luar;
oleh karena itu, mereka terutama berada di kulit, hidung, paru-paru, perut, dan usus.[35]
Mereka dinamai untuk kemiripan mereka dengan dendrit, memiliki proyeksi mirip
dengan dendrit, tetapi sel dendritik tidak terhubung dengan sistem saraf. Sel dendritik
merupakan hubungan antara sistem imun adaptif dan bawaan, dengan kehadiran antigen
pada sel T, salah satu kunci tipe sel sistem imun adaptif.[35]
Mastosit terletak di jaringan konektif dan membran mukosa dan mengatur respon
peradangan.[36] Mereka berhubungan dengan alergi dan anafilaksis.[33] Basofil dan
eosinofil berhubungan dengan neutrofil. Mereka mengsekresikan perantara bahan kimia
yang ikut serta melindungi tubuh terhadap parasit dan memainkan peran pada reaksi
alergi, seperti asma.[37] Sel pembunuh alami adalah leukosit yang menyerang dan
menghancurkan sel tumor, atau sel yang telah terinfeksi oleh virus.[38]
Sel T pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing
atau abnormal di permukaan mereka.[41]
Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan
virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan patogen.[42] Seperti sel B, tiap
tipe sel T mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel
T mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas I MHC
dari sel lainnya. Pengenalan MHC ini:kompleks antigen dibantu oleh co-reseptor pada sel
T yang disebut CD8. Sel T lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor I
MHC mengangkat antigen. Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin
dikeluarkan yang membentuk pori pada membran plasma sel, membiarkan ion, air dan
toksin masuk. Hal ini menyebabkan sel mengalami apoptosis.[43] Sel T pembunuh
penting untuk mencegah replikasi virus. Aktivasi sel T dikontrol dan membutuhkan
sinyal aktivasi antigen/MHC yang sangat kuat, atau penambahan aktivasi sinyak yang
disediakan oleh sel T pembantu.[43]
[sunting] Sel T γδ
Sel T γδ memiliki reseptor sel T alternatif yang opposed berlawanan dengan sel T CD4+
dan CD8+ (αβ) dan berbagi karakteristik dengan sel T pembantu, sel T sitotoksik dan sel
NK. Kondisi yang memproduksi respon dari sel T γδ tidak sepenuhnya dimengerti.
Seperti sel T 'diluar kebiasaan' menghasilkan reseptor sel T konstan, seperti CD1d yang
dibatasi sel T pembunuh alami, sel T γδ mengangkang perbatasan antara imunitas adaptif
dan bawaan.[48] Sel T γδ adalah komponen dari imunitas adaptif karena mereka
menyusun kembali gen reseptor sel T untuk memproduksi perbedaan reseptor dan dapat
mengembangkan memori fenotipe. Berbagai subset adalah bagian dari sistem imun
bawaan, karena reseptor sel T atau reseptor NK yang dilarang dapat digunakan sebagai
reseptor pengenalan latar belakang, contohnya, jumlah besar respon sel T Vγ9/Vδ2 dalam
waktu jam untuk molekul umum yang diproduksi oleh mikroba, dan melarang sel T Vδ1+
T pada epithelium akan merespon untuk menekal sel epithelial.[49]
Sebuah antibodi terbuat dari dua rantai berat dan dua rantai ringan. Variasi unik daerah
membuat antibodi mengenali antigen yang cocok.[41]
[sunting] Antibodi dan limfosit B
Sel B mengidentifikasi patogen ketika antibodi pada permukaan melekat pada antigen
asing.[50] Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B dan diprosesi oleh proteolisis
ke peptid. Sel B lalu menampilkan peptid antigenik pada permukaan molekul MHC kelas
II. Kombinasi MHC dan antigen menarik sel T pembantu yang cocok, yang melepas
limfokin dan mengaktivkan sel B.[51] Sel B yang aktif lalu mulai membagi keturunannya
(sel plasma) mengeluarkan jutaan kopi limfa yang mengenali antigen itu. Antibodi
tersebut diedarkan pada plasma darah dan limfa, melilit pada patogen menunjukan
antigen dan menandai mereka untuk dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk
penghancuran oleh fagosit. Antibodi juga dapat menetralisir tantangan secara langsung
dengan melilit toksin bakteri atau dengan mengganggu dengan reseptor yang digunakan
virus dan bakteri untuk menginfeksi sel.[52]
[sunting] Hipersensitivitas
Hipersensitivitas adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri. Mereka
terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan
lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau
anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari
ketidaknyamanan sampai kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang
dikeluarkan dari mastosit dan basofil.[64] Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi
melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga
disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM.[64]
Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM) ada
pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III.[64]
Hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu
antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai
autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis.
Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofaga.[64]
Paul Ehrlich
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal
dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan
imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM.
Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat
mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi.[109] Observasi imunitas nantinya
diteliti oleh Louis Pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman.[110]
Teori Pasteur merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit
miasma. Robert Koch membuktikan teori ini pada tahun 1891, untuk itu ia diberikan
hadiah nobel pada tahun 1905. Ia membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan
penyebab dari penyakit infeksi.[111] Virus dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada
tahun 1901 dengan penemuan virus demam kuning oleh Walter Reed.[112]
Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan
cepat pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular.[113] Paul Ehrlich
mengusulkan teori rantai-sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi.
Kontribusinya pada pengertian imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah
nobel pada tahun 1908, yang bersamaan dengan penghargaan untuk pendiri imunologi
selular, Elie Metchnikoff.[114]
[sunting] Lihat pula
UMAR ZEIN
“Dan pada sebagian malam bertahajjudlah sebagai tambahan ibadah bagimu. Mudah-
mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji “. (Al-Quran, Surah Al Isra’:
79).
“Orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan
hartanya dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar”. (Al-Quran,
Surah Ali ‘Imran: 17).
Mengapa Allah menyuruh kita bangun di tengah malam untuk melaksanakan shalat
Tahajjud? Apa rahasia di balik perintah Allah tersebut? Apakah betul orang-orang yang
bertahajjud di tengah malam akan diangkat Allah ke tempat yang terpuji?
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Wahana pendekatan diri
kepada Allah SWT, penghapus dosa dan pengusir penyakit dari dalam tubuh”. (HR at-
Tirmidzi).
Beberapa Data Ilmiah Tahajjud:
1. Dr. Abdul Hamid Diyab dan Dr. Ah Qurquz mengatakan, bahwa shalat malam dapat
meningkatkan daya tahan (imunitas) tubuh terhadap berbagai penyakit yang menyerang
jantung, otak dan organ-organ tubuh yang lain. Karena orang yang bangun tidur malam
hari, berarti menghentikan kebiasaan tidur dan ketenangan terlalu lama yang merupakan
salah satu faktor pencetus terjadinya penyumbatan pembuluh darah.
Bangun dari kondisi tidur, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan
diri dengan berwudhu’, lalu mempersiapkan diri melakukan aktifitas shalat untuk
menghadap Allah Sang Pencipta, akan menenangkan hati dari segala kegundahan dan
kegelisahan hidup yang dialami.
2. Bangun malam dapat menjadikan tubuh bugar dan bersemangat, serta terhindar dari
penyakit punggung pada usia tua. Dalam salah satu penelitian medis terbukti bahwa
orang-orang tua yang terbiasa shalat malam pada bulan Ramadhan relatif lebih aman dari
serangan penyakit pada tulang punggung dari pada orang-orang tua yang tidak shalat
malam.
3. Shalat Tahajjud memiliki kandungan Aspek meditasi dan relaksasi yang cukup besar,
dan memiliki pengaruh terhadap kejiwaan yang dapat digunakan sebagai strategi
penanggulangan adaptif pereda stres. Sebagaimana juga dijelaskan Dr.M.Soleh bahwa
stress punya pengaruh yang besar terhadap ketahanan tubuh seseorang. Dan stres, baik
fisik maupun psikis menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan tubuh (hormon) cukup
banyak dan penguapan dari tubuh yang lebih cepat.
4. Dalam bidang bio-teknologi, shalat Tahajjud dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
respon ketahanan tubuh dan menghilangkan rasa nyeri pasien yang terkena penyakit
kanker. Dalam bidang ini pula shalat Tahajud dapat meningkatkan respons emosional
positif yang efektif dalam menegakkan anastesis pra bedah.
5.Shalat Tahajjudyangdikerjakandengan penuh kesungguhan, khusuk, tepat, ikhlas dan
kontinyu diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif. Dan respons emosi
positif (positive thinking) dapat menghindarkan reaksi stres.
Mengapa harus tengah malam?
Kata tahajjud terambil dari kata hujud yang berarti tidur. Kata Tahajjud dipahami al-
Biqai dalam arti tinggalkan tidur untuk melakukan shalat. Shalat ini juga dinamakan
shalat lail/shalat malam, karena dilaksanakan di waktu malam yang sama dengan
waktutidur. Apa rahasia bangun di tengah malam untuk shalat Tahajjud?
Hal ini telah dijawab Allah pada surah Al-Muzzammil ayat 6-7, yang artinya kira-kira:
“Sesungguhnya bangun diwaktu malam, dia lebih berat dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan. Sesungguhnya bagimu di siang hari kesibukan yang panjang”. Dari ayat
tersebut ada dua hal yang begitu mengesankan kita. Pertama, sengaja untuk bangun
malam. Kedua, bacaan di malam hari memiliki efek dan dampak yang lebih
mengesankan. Sengaja bangun malam hanya bias dilakukan oleh orang yang memiliki
niat kuat. Niat yang kuat pasti didorong oleh motivasi yang kuat, sehingga pekerjaan
tersebut akan dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Apalagi shalat Tahajjud adalah shalat sunnah, Insya Allah orang yang melaksanakan
shalat sunnah adalah orang yang memang punya niat yang ikhlas dan motivasi yang kuat.
Lain halnya dengan shalat wajib, tidak jarang kita melaksanakan shalat wajib hanya
sekedar “gugur kewajiban”. Shalat Tahajjud dilakukan harus setelah tidur, meskipun
sejenak. Apa manfaatnya?. Rasulullah SAW sangat memperhatikan hak-hak yang harus
didapat tubuh kita. Bahkan ditegaskan bahwa kita wajib memenuhi hak-hak yang harus
diperoleh tubuh kita dan di antaranya adalah hak untuk tidur.
Sabda Rasullah: “Puasa dan berbukalah, shalat dan tidurlah karena sesungguhnya
tubuhmu punya hak yang harus kau penuhi dan sesungguhnya matamu punya hak yang
harus kau penuhi dan istrimu (pasanganmu) punya hak yang harus kau penuhi”. (HR. Al-
Bukhari).
Tidur adalah keadaan istirahat alami pada berbagai makhluk hidup, termasuk manusia.
Pada manusia, tidur adalah penting untuk kesehatan. Tanda-tanda kehidupan seperti
kesadaran, denyut jantung dan frekuensi pernafasan mengalami perubahan, yaitu
mengalami penurunan atau perlambatan. Dalam tidur normal biasanya fungsi saraf
motorik dan saraf sensorik untuk kegiatan yang memerlukan koordinasi dengan sistem
saraf pusat akan diblokade/ dihambat, sehingga pada saat tidur cenderung untuk tidak
bergerak dan daya tanggap berkurang.
Secara sederhana, manusia yang aktif mempertahankan hidupnya dengan bekerja setiap
hari, baik siang maupun malam, akan memerlukan istirahat, di antaranya adalah tidur.
Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi
proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan
semula, sehingga tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali.
Bangun tidur pasti pikiran kita lebih terang. Bayangkan dalam 1 hari, jantung kita
berdetak 100.000 kali, darah kita mengalir melalui 17 juta mil arteri, urat darah
halus/kapiler dan juga pembuluh vena. Tanpa kita sadari rata-rata sehari kita berbicara
4.000 kata, bernafas sebanyak 20.000 kali, menggerakkan otot-otot besar sebanyak 750
kali dan mengoperasikan 14 miliar sel otak. Dan tidur adalah istirahat yang sangat baik
menurut ilmu kesehatan, karena terjadi proses pemulihan sel tubuh, penambahan
kekuatan dan otak kita kembali berfungsi dengan sangat baik. Sangatlah tepat jika Allah
berkehendak agar shalat Tahajjud dikerjakan setelah tidur. Dengan pikiran yang segar
akan membantu kita lebih khusyu’ memaknai ayat-ayat Allah yang kita baca. Bacaan di
malam hari lebih mengesankan dibandingkan di siang hari, mengapa demikian?.
Berkomunikasi di malam hari kira-kira pukul 02:00 – 04:00, secara umum akan lebih
baik, karena kondisi sinyal yang dikirim akan lebih baik.
Ini dapat kita buktikan ketika melakukan komunikasi lewat ponsel di waktu tengah
malam atau berselancar mengarungi dunia maya lewat internet, kekuatan sinyal yang
dipancarkan akan lebih kuat, jelas dan cepat. Komunikasi kita dengan Allah saat
Tahajjud, kira-kira dapatlah dianalogikan demikian. Disaat manusia terlelap tidur
diselimuti mimpi, kita mampu berkomunikasi dengan Sang Khalik dalam keadaan pikiran
tenang dan fisik yang segar, tentulah “komunikasi” akan terjadi dengan “sinyal” yang
kuat dan jernih. Dan komunikasi yang kita lakukan semuanya berbasis pada pancaran
energi.
Meditasi dan Tahajjud
Meditasi berarti keheningan, diam dan kesendirian. Keheningan muncul apabila pikiran
sadar kita telah berhenti sepenuhnya. John Kehoe, penulis buku terlaris “Mind Power”
pernah melakukan tapa brata dengan menyingkirkan diri dari hiruk-pikuk dunia,
kemudian menyepi di dalam hutan untuk melakukan meditasi. Hal ini dia lakukan untuk
menembus batas kesadaran tertinggi atau lapisan terdalam pikiran bawah sadarnya
melalui kesunyian dan pencarian diri.
Tahajjud dan Hormon Stres
Prof. Dr. Muhammad Sholeh, dari Surabaya, telah membuktikan satu dari sekian banyak
ilmu yang terkandung di dalam Al-Quran secara ilmiah menurut Ilmu Kedokteran
melalui penelitian disertasi dalam bidang Ilmu Kedokteran pada program pascasarjana
Universitas Surabaya, dengan judul “Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan
Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu Pendekatan
Psikoneuroimunologi”.
Beliau menyimpulkan, jika anda melakukan shalat Tahajjud secara rutin, benar
gerakannya, ikhlas dan khusuk niscaya akan terbebas dari penyakit infeksi dan kanker.
Penelitian ini melibatkan 41 responden siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren
Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa, hanya 23 yang sanggup menjalankan shalat
Tahajjud selama 1 bulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan shalat
Tahajjud selama 2 bulan. Shalat Tahajjud dimulai pukul 02.00 – 03.00 sebanyak 11
rakaat, dengan dua rakaat sebanyak 4 kali dan ditutup shalat witir sebanyak 3 rakaat. Dan
selanjutnya, hormone kortisol (hormon stress) dari 19 siswa tersebut diperiksa di 3
laboratorium di Surabaya (Pramitha, Prodia dan Klinika).
Kadar kortisol siswa yang shalat Tahajjud dengan rutin berbeda bermakna dengan siswa
yang tidak melaksanakan shalat Tahajjud. Mereka yang shalat Tahajjud memiliki kadar
hormon kortisol yang rendah. Hal ini menandakan mereka memiliki ketahanan tubuh
yang kuat dan kemampuan individu yang tangguh sehingga mampu menanggulangi
masalah-masalah sulit dengan lebih stabil.
Hormon kortisol adalah salah satu hormon stres. Kadar hormon ini semakin meninggi
ketika kita dalam keadaan stres. Dengan kadar hormon yang tinggi kita lebih mudah
berbuat salah, sulit berkonsentrasi dan daya ingat kurang baik. Stres sebenarnya keadaan
yang positif bagi kita jika dapat dikendalikan dan dalam keadaan yang masih wajar. Jika
berlebihan, maka kadar hormon adrenalin dan hormon kortisol akan meningkat sehingga
mengganggu sistem kekebalan tubuh yang akhirnya kita mudah terkena infeksi, juga
terjadi gangguan fisiologis berbagai organ dan menimbulkan berbagai penyakit seperti
gangguan lambung (maag), asma dan memperburuk penyakit degeneratif kronis (kanker,
diabetes, rematik dan lain-lain).
Hormon ini oleh pakar kesehatan dijadikan tolok ukur untuk tingkat/derajat stress
seseorang. Makin stres seseorang, maka hormon kortisol semakin meninggi dalam
darahnya. Hormon kortisol memiliki kadar tertinggi di waktu tengah malam hingga
waktu pagi, terutama pagi-pagi sekali (normal di pagi hari berkisar 38-690 mmol/liter,
sedangkan malamnya 69-345 mmol/liter). Dengan shalat Tahajjud yang dilakukan secara
rutin, ikhlas dan khusuk akan mampu menciptakan karakter baru serta tangguh bagi
pelaksananya, sehingga akan memiliki persepsi dan motivasi yang positif serta akan
terhindar dari stres. Mungkinkah itu maksud firman Allah pada surah Al-Isra’: 79 di atas
tentang diangkatnya para pelaksana shalat Tahajjud ke tempat yang terpuji?, Allahu’alam
(Allah yang paling tahu).
Penulis adalah kolumnis Waspada
Maret 3, 2010
Kategori: Uncategorized . . Penulis: perempuanditamandzikir
Belum Ada Tanggapan
2010-02-17 11:28