You are on page 1of 10

PERBEDAAN ANTARA AL-BASYAR,

AN-NAS, DAN AL-INSAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Matakulah : Tafsir Sufi
Dosen Pengampu : Bapak Hasyim Muhammad, M. Ag

Oleh :
Mustakhul (084411013)
Prapti Ningsih (084411016)

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
2010
PERBEDAAN ANTARA
BASYAR, AN-NAS, DAN AL-INSAN
I. Pendahuluan
Dalam al-Quran banyak ditemukan gambaran yang membicarakan tentang
manusia dan makna filosofis dari penciptaannya. Manusia merupakan
makhluknya paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan
akal fikiran. Dalam hal ini Ibn arabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan
mengatakan bahwa, “tak ada makhluk allah yang lebih bagus dari pada manusia,
yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat,
mendengar, berpikir, dan memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang
sangat penting, karna dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat
yang diperlukan untuk mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di
muka bumi.
Ada tiga konsep yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk makna
manusia, yaitu Al-Basyar, Al-Insan, dan Al-Nas. Meskipun ketiga kata tersebut
menunjuk pada makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan
pengertian yang berbeda.1

II. Pembahasan
 Q. S Ar-Rum (30) : 20 :












 





 




 
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu
(menjadi) manusia yang berkembang biak.
Bahasanya ayat di atas merupakan salah satu bukti kekuasaan-Nya, Dia
telah menciptakan asal-usul kejadian manusia dan proses penciptannya.
Firman-Nya (‫ ) خلقكتتم متتن تتتراب‬Dia telah menciptakan kamu dari tanah,
dipahami oleh banyak ulama dalam artinya menciptakan asal-usul yakni leluhur

1
http://mickeydza90.blogspot.com/2009/04/filsafat-pendidikan-konsep-ideal.html

2
kamu Adam AS. Dari tanah. Ada juga yang memahami kata di sini dalam arti
sperma sebelum pertemuannya dengan induk telur.
Kata ( ‫ ) ثتتم‬kemudian mengisyaratkan betapa tinggi dan jauhnya jarak
kehebatan antara kejadian manusia yang hidup, bergerak dan berkembang biak
dengan asal usul kejadiannya sebagai tanah mati. Ia juga dapat dipahami sebagai
isyarat tentang adanya sekian banyak proses yang dilalui manusia sejak asal usul
kejadian sebagainya sebagai tanah, sehingga mencapai tahap kemampuan
berkembang biak. Tahap-tahap itu disebutkan antara lain dalam Q. S Al-Hajj
(22) : 5 :
kata (‫ ) إذا‬pada ayat di atas digunakan untuk menunjukkan peristiwa yang
terjadi secara tiba-tiba.
Kata (‫ )بشر‬digunakan al-Quran untuk menunjukkan manusia secara umum,
yang kesemuanya memiliki persamaan dalam potensi ke manusia, tanpa
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam sifat-sifat individual, atau tingkat
kecerdasan pikiran dan emosi masing-masing. Kata ini juga mengesahkan
pencapaian masa kedewasaan dan kemampuan seks. Ar-Razi dalam tafsirannya,
memperoleh kesan dari kata basyar sebagai makhluk yang memiliki potensi
mengetahui manusia menjadi bukan karena geraknya, sebab binatang pun
bergerak, binatang tidak memiliki potensi berpengetahuan sedangkan kata
dipahami oleh ulama sebagai potensi penggerak.2
Definisi Al-basyar secara bahasa berarti fisik manusia. Makna ini
diabstraksikan dari berbagai uraian tentang makna Al-Basyar tersebut. Diantara
adalah maqayis fi al-lighah, yang menjelaskan bahwa semua kata yang huruf-
huruf asalnya terdiri dari huruf ba, sein dan ra berarti sesuatu yang nampak jelas
dan biasanya cantik dan indah Al-Ragib al-Asfahaniy dalam kitabnya mujam
mufradat Alfa al-Qur’an, menjelaskan bahwa kata al-basyar adalah karena
kulitnya nampak jelas. Menurut M. Quraish shihab, adalah karena nampak dengan
berbeda dengan kulit binatang yang ditutupi dengan bulu-bulu. Berbagai dai
uraian di atas memberikan pengertian bahwa penekanan makna kata al-basyar
adalah sisi fisik manusia yang secara biologis memiliki persamaan antara seluruh
umat manusia.3

2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan, dan kerahasiaan Al-Qur’an, Jakarta :
Lentera Hati, volume : 11, 2003, hal 31-33
3
Dr. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka pelajar.2004, Hal 65-70

3
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian Al-basyar tidak lain
adalah pengertian manusia pada umumnya, yaitu manusia dalam kehidupannya
sehari-hari yang sangat tergantung kepada kodrat Alamiahnya.

 As babun Nuzul Q. S Ar-Rum (30 : 20 )


 Q. S Al-Mu’minun (23) : 12 sebagai salah satu contoh yang diambil dari
istilah kata Al-Insan


 


 


 

 

Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.”
Ayat di atas menjelaskan proses kejadian manusia yang demikian
mengagumkan, membuktikan perlunya beriman dan tunduk kepada Allah Sang
Pencipta serta keharusan mengikuti jejak orang-orang mukmin yang disebut pada
ayat-ayat kelompok pertama.
Perbedaan pendapat ulama tentang siapa yang dimaksud dengan ( ‫)النسان‬
manusia pada ayat 12 di atas, banyak yang berpendapat bahwa yang dimaksud
adalah Adam.
Ada ang menyatakan bahwa kata al-Insan dimaksud adalah jenis manusia.
Al-Biqa’i misalnya menulis bahwa ( ‫ ) سللة من طين‬saripati dari tanah, merupakan
tanah dimaksud dengan al-Insan tidak mungkin Adam AS.
Thahir Ib Syur, membuka kemungkinan memahami kata al-Insan dalam arti
Adam cenderung berpendapat bahwa al-Insan yang dimaksud adalah putra-putri
Adam AS. Saripati dari tanah itu menurutnya adalah apa yang diproduksi oleh alat
pencernaan dari bahan makanan yang kemudian menjadi darah, yang kemudian
berproses hingga akhirnya menjadi sperma ketika terjadi hubungan seks.
Kata () terambil dari kata () yang antara lain berarti mengambil, mencabut,
patron kata ini mengandung makna sedikit, sehingga kata sulalah berarti
mengambil sedikit dari tanah dan yang diambil itu adalah saripatinya.4
Istilah al-Insan yang meliputi kat-kat sejenis, itu al-Ins, al-nas, dan al-
unnas. Kata al-Insan menurut Ibn Manzur, mempunyai 3 asal kata. Pertama

4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan, dan kerahasiaan Al-Qur’an, Jakarta :
Lentera Hati, volume : 9, 2002, hal 165-166

4
berasal dari kata anas yang berarti absara yaitu melihat. Alima yang berarti
mengetahui dan Isti’zan yang berarti meminta izin. Kedua berasal dari kata nasiya
yang berarti lupa. Kertiga berasal dari kata al-nus yang berarti jinak, lawan dari
kata al-wakhsyah yang berarti buas.
Berbeda dengan cara itu Mazmur yang berusaha mengurai makna dari yang
menuju makna spesifik, sedangkan Ibn Zakariya mencari makna yang umum dari
berbagai makna spesifik. Menurutnya semua kata yang kata asalnya terdiri dari
huruf-huruf alif, ihun, dan sin mempunyai makna asli jinak, harmonis, dan
tampak jelas.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kata Al-Insan dilihat dari asal
katanya anasa yang berarti melihat, mengetahui dan meminta izin,maka ia
memilih sifat-sifat potensial dan aktual untuk mampu berpikir dan bernalar.
sedangkan al-Isan dari sudut asalnya katanya anasia yang berarti lupa, menujukan
bahwa manusia punya potensi untuk lupa, bahkan hilang ingatan atau
kesadarannya. Demikian pula al-Insan sari sudut asal katanya al-nus atau anisa
yang berarti jinak maka manusia adalah makhluk yang jinak, ramah, serta
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.5

 As babun Nuzul Q. S Al-Mu’minun (23) : 12


 Q. S Al-Hujurat (49) : 13 sebagai salah satu contoh yang diambil dari istilah
kata Al-Nas



 

 

  

 





 








  
  

   
 

 
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
5
Dr. Baharuddin, op. Cit., hal 69-70

5
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa
di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan
sesama muslim, ayat di atas beralih kepada uraian tentang
prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena itu ayat di atas
tidak lagi menggunakan panggilan yang ditujukan kepada orang-
orang beriman tetapi kepada jenis manusia.
Penggalan ayat pertama di atas sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan adalah pengantar untuk menegaskan
kesatuan asal usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan
manusia bahwa sama di sisi Allah.
Kata (‫ )سعوب‬syu’ub adalah bentuk jamak dari kata (‫ )شعب‬sya’ bahwa. Kata
ini digunakan untuk menunjukkan kumpulan dari sekian ( ‫ )قبيلة‬qabilah yang biasa
diterjemahkan suku yang merujuk kepada satu kakek.
Kata ( ‫ ) تعا رفوا‬terambil dari kata ( ‫ ) عرف‬yang berarti mengenal patron kata
yang digunakan aat ini mengandung makna timbal balik, dengan demikian berarti
ia saling mengenal.
Kata ( ‫ ) أكرمكم‬terambil dari kata ( ‫ ) كرم‬yang pada dasarnya berarti yang baik
dan istimewa sesuai objeknya. Manusia yang baik dan istimewa adalah yang
memiliki akhlak yang baik terhadap Allah, dan terhadap sesama makhluk.
Sifat ( ‫ ) عليم‬dan ( ‫ ) خبير‬keduanya mengandung makna kemahatahuan Allah
SWT. Sementara ulama membedakan keduanya dengan menyatakan bahwa
adalah ‘Alim mengatarkan pengetahuan-Nya menyangkut segala sesuatu
penekanannya adalah pada dzat Allah yang bersifat maha mengetahui bukan pada
sesuatu yang diketahui sedang khabir menggambarkan pengetahuannya yang
menjangkau sesuatu dan sisi penekanannya pada sesuatu yang diketahui.
Penutup ayat di atas ( ‫ ) ان ال عليم خبير‬yakni menggabung dua sifat Allah
yang bermakna mirip itu, hanya di kemukakan tiga kali dalam Al-Qur’an.
Konteks ketiganya adalah pada hal-hal yang mustahil, atau amat sangat sulit
diketahui manusia. Pertama tempat Kematian seorang yakni firman-Nya dalam Q.
S luqman : 34

6
   
 
   
   
    
    
    
   
Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya besok.
Kedua, rahasia yang sangat dipendam. Firman Q. S At-Tahrim (66: 3 )
  
 

   

  
     

    
  
   
       
 
 
Artinya : Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara
rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa.
Maka tatkala (Hafsah) menceritakan Peristiwa itu (kepada
Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah
dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad
memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya)
dan Menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka
tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara
Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah
memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah
diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal."

7
Ketiga, adalah kualitas ketakwaan dan kemuliaan seseorang di sisi Allah.6
Di antara kata itu yang terpenting mengikuti istilah ‫ الناس‬adalah ‫( يا ايها‬wahai
manusia). Kata ini dijadikan awal beberapa ayat yang mengandung istilah ‫ الناس‬.
Allah menggunakan istilah ini untuk menunjukkan sebuah prinsip atau nilai yang
berlaku untuk umat manusia secara umum bukan hanya untuk umat muslim dan
Allah menyertakan penyelesaian tentang nilai-nilai yang bersifat universal yang
berlaku pada bangsa apapun dan di zaman apapun.
Keuniversalan makna ‫ الناس‬juga dapat dimengerti dari istilah-istilah lainnya,
seperti : ‫ الناس للناس على الناس من الناس‬. semua kata ini menjelaskan keadaan manusia
yang beragam jelasnya kata ‫ الناس‬mengandung makna spesies manusia. Makna ini
sejalan dengan penjelas Al-Raqib al-asfahani yang mengatakan bahwa “ ........‫الناس‬
‫ ورّبمتتا قصتتد بتته النتتوع‬.......... ‫ "قيتتل اصتتله أالنتتاس‬........ “ artinya : ada pendapat yang
menyatakan bahwa kata ‫ الناس‬asalnya adalah ‫ أناس‬.... dan maknanya adalah spesies
manusia. Sedangkan Aisah Abdurrahman Bin al-syati berpendapat bahwa kata al-
nas dalam Al-Qur’an bermakna sebagai spesies (nama jenis) untuk keturunan
adam, satu spesies di alam semesta.7
 As babun Nuzul Q. S Al-Hujurat (49) : 13
Yang dijelaskan ayat di atas menegaskan kesatuan asal usul manusia dengan
menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar seseorang
berbangga dan merasa diri lebih tinggi dari pada orang lain, bukan saja antara
jenis kelamin mereka. Karena kalaulah seandainya ada yang berkata bahwa
Hawwa yang perempuan itu bersumber dari tulang rusuk Adam, sedang Adam
adalah laki-laki, dan sumber sesuatu lebih tinggi derajatnya dari cabangnya, sekali
lagi seandainya ada yang berkata demikian maka itu hanya khusus terhadap Adam
dan Hawwa, tidak terhadap semua manusia karena manusia selain mereka berdua-
kecuali Isa as, lahir akibat percampuran laki-laki dan perempuan.
Dalam konteks ini, sewaktu haji wada’ (perpisahan), Nabi saw. Berpesan
antara lain ; “wahai seluruh manusia,sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu
satu, tidak kelebihan orang Arab atas non Arab, tidak juga non Arab atas orang
Arab, atau orang (berkulit) hitam atas ang (berkult) merah (yakni putih) tidak juga

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan, dan kerahasiaan Al-Qur’an, Jakarta :
Lentera Hati, volume : 13, 2002, hal 260-264
7
Dr. Baharuddin, op. Cit., hal 86-88

8
sebaliknya kecuali dengan takwa, sesungguhnya semulia-mulia kamu si sisi Allah
adalah yang paling bertakwa,” (HR. Al-Baihaqi melalui Jabir Ibn Abdillah).8

III. Kesimpulan
setelah kita pahami dari penjelasan dan penafsiran para ahli
tafsir dapat kita analisis bahwa perbedaan antara al-Basyar, al-
an-nas, dan al-insan adalah sebagai berikut :
1. Basyarun (Al Basyar)
secara etimologi al-Basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang
menjadi tempat tumbuhnya rambut .
Penunjukan kata al-Basyar ditunjukan Allah kepada seluruh manusia tanpa
terkecuali Demikian pula halnya dengan para rasul-rasulnya. Hanya saja mereka
diberikan wahyu, sedangkan kepada manusia umumnya tidak diberikan wahyu.
2. Annas (Al Nas)
Kata al-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk social
secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya.
kata al-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk social dan kebanyakan
digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang melakukan mafsadah dan
merupakan pengisi neraka, di samping Iblis.
3. Al-Insan
Secara etimologi, al-insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak,
atau pelupa.
kata al-Insan dapat di gunakan untuk menunjukan totalitas manusia sebagai
makhluk jasmani dan rohani. Harmonisasi kedua aspek tersebut dengan berbagai
potensi yang dimilikinya mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah yang
unik dan istimewa, sempurna, dan memiliki diferensiasi individual antara yang
satu dengan yang lain, dan sebagai makhluk dinamis, sehingga mampu
menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi.

8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan, dan kerahasiaan Al-Qur’an, Jakarta :
Lentera Hati, volume : 13, op. Cit., hal 261

9
DAFTAR PUSTAKA
http://mickeydza90.blogspot.com/2009/04/filsafat-pendidikan-konsep-
ideal.html/9-maret-2010
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan, dan kerahasiaan Al-
Qur’an, Jakarta : Lentera Hati, volume : 13, 2002
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan, dan kerahasiaan Al-
Qur’an, Jakarta : Lentera Hati, volume : 9 , 2002
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan, dan kerahasiaan Al-
Qur’an, Jakarta : Lentera Hati, volume : 11 , 2003
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka pelajar,
2004
http://radenbeletz.com/istilah-manusia-dalam-al-
quran.html/9-maret-2010
http://id.answers.yahoo.com/question/index?
qid=20091118214644AAahSt3/9-maret-2010

10

You might also like