You are on page 1of 13

SEKILAS TENTANG TEORI KEPRIBADIAN SIGMUND FREUD DAN

APLIKASINYA DALAM PROSES BIMBINGAN


Oleh: Dra Kusmawati Hatta,M.Pd

Sigmund Freud is a prominent figure who is very creative and productive in writing his
works. One of his famous works is the theory about Psychoanalysis. In this theory, Freud
states several key concepts: 1) Perception about human behaviour. Freud states that human
behaviour is determined by the irrational power which is not aware of biological motivation
and  motivation of certain psychological sexual instinct at the first six years of life; 2) the
structure of human personality consists of idea, ego and superego; 3) consciousness and
unconsciousness; 4) worries; 5) mechanism how to defend ego; and 6) the development of
individuality. This article tries to look at the six key concepts above and its application to
counseling.

Riwayat hidup Sigmund Freud


Sigmund Freud yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada tanggal
6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Gerald Corey dalam
“Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy” menjelaskan bahwa Sigmund Freud
adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga laki-laki dan lima orang wanita.
Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang
sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah aparterment yang
sempit, namun demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap
kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.

Sebahagian besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan


tentang teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional yang
sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul.  Pada umur paruh pertama empat puluhan ia
banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan fobi-fobi
lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia mendapat pemahaman
tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.
Sigmund Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering
menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut
terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena karya dan
produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus psikoanalisis yang
mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga telah meletakkan teknik baru untuk bisa
memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan
psikoterapi yang sangat komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah
dikembangkan.

Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang
dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi
sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa
tingkah laku manusia sebahagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud
dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.

Lima karya Freud yang sangat terkenal dari beberapa karyanya adalah: (1) The Interpretation
of dreams (1900), (2) The Psichopathology of Everiday Life (1901), (3) General Introductory
Lectures on Psichoanalysis (1917), (4) New Introductory Lectures on Psichoanalysis (1933)
dan (5) An Outline of Psichoanalysis (1940).

Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A.
Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada
tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika,
untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas Clark di Worcester, Massachusetts.
Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi 
Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga  dengan lembaga
pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di banyak negara.

Persepsi tentang sifat manusia

Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak
disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam
tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud
tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald
Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar
dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh
Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran
psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang
dibayangkan pada orang tersebut.

Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah
bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas
seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan
punah.

Struktur Kepribadian

Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari  id, ego dan superego.
Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem
kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian
yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai
realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar
tidak melanggar nilai-nilai superego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian
manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu
yang dilakukan oleh dorongan ego.

Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai
sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan
energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu diantara
tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem
lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang
menggerakkan.

Menurut Calvil S. Hall dan Lindzey, dalam psikodinamika masing-masing bagian dari
kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dinamika dan mekanisme
tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya, sehingga tidak
mungkin dipisahkan. Id bagian tertua dari aparatur mental dan merupakan komponen
terpenting sepanjang hidup. Id dan instink-instink lainnya mencerminkan tujuan sejati
kehidupan organisme individual. Jadi id merupakan pihak dominan dalam kemitraan struktur
kepribadian manusia.
Menurut S. Hall dan Lindzey, dalam Sumadi Suryabarata, cara kerja masing-masing struktur
dalam pembentukan kepribadian adalah: (1) apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar
energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan
mengubar impuls-impuls primitifnya, (2) apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar
energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan
rasional, dan (3) apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka
pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang
sempurna yang kadang-kadang irrasional.

Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah:
Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu
dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis
dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan
selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas
Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer.

 Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego
berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian,
sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id,
super- ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di
sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme,
seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk
mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Sedangkan yang ketiga,
superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian,
sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak
sebagai  sesuatu yang ideal,  yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.

Kesadaran dan ketidaksadaran

Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan
terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema
kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena
perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya. Menurut Gerald Corey, bukti
klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut,
seperti: (1) mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang
terjadi dalam diri, (2) salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya, (3)
sugesti pasca hipnotik, (4) materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas, dan (5) materi yang
berasal dari teknik proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.

Sedangkan kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran
manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut,
dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan.
Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang
tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran.

Kecemasan

Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan. Gerald Corey
mengartikan kecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk
berbuat sesuatu. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari konflik antara sistem id, ego
dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah
mengingatkan adanya bahaya yang datang.

Sedangkan menurut Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita,
neurotik dan moral. (1) kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari
dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. (2)
kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan
sesorang berbuat  sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum, dan (3) kecemasan moral adalah
rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang
cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.

Mekanisme pertahanan ego

Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil
tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu, disebut
mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan
kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah:
(1) represi; ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang
menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran, (2) memungkiri; ini adalah cara
mengacaukan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang dalam situasi traumatik,
(3) pembentukan reaksi; ini adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan
kecemasan dengan melawannya dalam kesadaran, (4) proyeksi; ini berarti memantulkan
sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia luar, (5) penggeseran;
merupakan suatu cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls
dengan jalan menggeser dari objek yang mengancam ke “sasaran yang lebih aman”, (6)
rasionalisasi; ini cara beberapa orang menciptakan alasan yang “masuk akal” untuk
menjelaskan disingkirnya ego yang babak belur, (7) sublimasi; ini suatu cara untuk
mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa diterima, bahkan
ada yang dikagumi, (8) regresi; yaitu berbalik kembali kepada prilaku yang dulu pernah
mereka alami, (9) introjeksi; yaitu mekanisme untuk mengundang serta “menelaah” sistem
nilai atau standar orang lain, (10) identifikasi, (11) konpensasi, dan (12) ritual dan
penghapusan. 
 

Perkembangan kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari
proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam
teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses
menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian
yang bersifat menetap.

Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalam A.Supratika),
yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6 tahun, (4) tahap laten: 6-12
tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia
setengah baya dan usia senja.

Aplikasi Teori Sigmund Freud Dalam Bimbingan


Apabila menyimak konsep kunci dari teori kepribadian Sigmund Freud, maka ada beberapa
teorinya yang dapat aplikasikan dalam bimbingan, yaitu:  Pertama, konsep kunci bahwa
”manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”.  Konsep ini dapat
dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam
memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang
diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif. Hal ini
sesuai dengan fungsi bimbingan itu sendiri. Mortensen (dalam Yusuf Gunawan) membagi
fungsi bimbingan kepada tiga yaitu: (1) memahami individu (understanding-individu), (2)
preventif dan pengembangan individual, dan (3) membantu individu untuk
menyempurnakannya.
Memahami individu. Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif
jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan
kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak
pemahaman diri anak secara keseluruhan. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat
dicapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya. Sebaliknya
bimbingan tidak dapat berfungsi efektif jika konselor kurang pengetahuan dan pengertian
mengenai motif dan tingkah laku konseli, sehingga usaha preventif dan treatment tidak dapat
berhasil baik.

Preventif dan pengembangan individual. Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi
dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemorosotan perkembangan anak dan
minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui
pemberian pengaruh-pengaruh yang positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan
sikap dan pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya
secara optimal.

Membantu individu untuk menyempurnakan. Setiap manusia pada saat tertentu


membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi lingkungannya. Pertolongan setiap
individu tidak sama. Perbedaan umumnya lebih pada tingkatannya dari pada macamnya, jadi
sangat tergantung apa yang menjadi kebutuhan dan potensi yang ia meliki. Bimbingan dapat
memberikan pertolongan pada anak untuk mengadakan pilihan yang sesuai dengan potensi
dan kemampuan yang dimilikinya.

Jadi  dalam konsep yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa teori Freud dapat dijadikan
pertimbangan dalam melakukan proses bantuan kepada konseli, sehingga metode dan materi 
yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan individu.

 Kedua, konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai
wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu  supaya mengerti dirinya dan
lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana;
mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana;
mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya.
Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi dengan
baik dan bijaksana. Karena menurut Freud setiap manusia akan selalu hidup dalam
kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan dan banyak lagi kecemasan-kecemasan lain yang dialami
manusia, jadi untuk itu maka bimbingan  ini dapat merupakan wadah dalam rangka mengatasi
kecemasan.

Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap
perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal
konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral
individual. Dalam sistem pemebinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga
dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan
norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui
proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu
memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi
manusia yang baik.

Dalam hal ini sebuah hadis Nabi menyatakan bahwa “Setiap anak yang dilahirkan dalam
keadaan fitrah, hingga lisannya fasih. Kedua orangtuanyalah yang ikut mewarnainya sampai
dewasa.” Selain itu seorang penyair menyatakan bahwa “Tumbuhnya generasi muda kita
seperti yang dibiasakan oleh ayah-ibunya”.

Hadis dan syair tersebut di atas sejalan dengan konsep Freud tentang kepribadian manusia
yang disimpulkannya sangat tergantung pada apa yang diterimanya ketika ia masih kecil.
Namun tentu saja terdapat sisi-sisi yang tidak begitu dapat diaplikasikan, karena pada
hakikatnya manusia itu juga bersifat baharu.

Keempat, teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian individu” dapat digunakan
dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti
bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan
kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda.
Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan
perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.
Kelima, konsep Freud tentang “ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses  bimbingan
yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan Id
yang bersifat irrasional  sehingga berubah menjadi rasional.

Peneliti Aceh Institute, staf pengajar pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psichotherapy,(terjemahan


Mulyarto),IKIP Semarang Press, Semarang 1995 hal 138.

Calvia S. Hall dan Gardner Lindzey, terjemahan Yustinus tahun 1995 hl 63.

Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Theories of Personality ( terjemahan A. Supratika),


penerbit Kanisius, Yogyakarta, tahun 1993 hal.51.

Ibid

Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Op Cit.

Sumadi Suryabarata, Psikologi Kepribadian, UGM Yokyakarta 1982:170.

A. Supratika, Pokok dan Tokoh Psikologi Modern, IKIP Yokyakarta, tahun 1984 hal.52.

Gerald Corey, Op Cit: hal. 142.

Ibid, hal. 143

Gerald Corey, Op Cit,  hal 145-147.

A. Supratika, Op Cit, hal. 56.

Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling: buku panduan mahasiswa, PT


Prehalindo Jakarta, tahun 2001 hlm 42-46

. Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Pustaka Al- Kautsar,
Tahun 2001 hal. 91

Sigmund Freud, Tentang Keoribadian dan Psikoanalisis


Judul Buku : Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik FREUD
Peresensi : Syafruddin Azhar
Dimuat di : PARLE, 26 Februari - 5 Maret 2007

Tantangan di bidang Psikologi sangat luas dan rahasia. Bidang ilmu ini menyelidiki
gejala fisik dan psikis yang sangat kompleks. Selain disebabkan oleh bervariasinya tingkah
laku manusia, kompleksitas tersebut bisa didekati dari berbagai perspektif dan disiplin ilmu.
Di antara semua teori kepribadian yang ada, misalnya teori behavioral, teori kognitif,
teori humanistik-eksistensial, terdapat nama Sigmud Freud (1856-1939) yang terutama dan
para pengikutnya. Meskipun ada perbedaan di antara teoritikus Psikodinamik, semuanya
memiliki beberapa pandangan yang sama, seperti pandangan determinisme psikis (pandangan
bahwa tingkah laku manusia – normal dan abnormal – ditentukan oleh hasil dari proses
dinamik dan konflik intrapsikis), motivasi tak sadar, dan pentingnya pengalaman masa kanak-
kanak dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku.
Dr. Freud adalah neurolog asal Austria dan pendiri aliran Psikoanalisis dalam bidang
Psikologi. Psikoanalisis adalah gerakan yang mempopulerkan teori bahwa motif tidak sadar
mengendalikan sebagian besar perilaku. Freud tertarik pada hipnotis dan penggunaannya
untuk membantu penderita penyakit mental. Ia kemudian meninggalkan hipnotis untuk
asosiasi bebas dan analisis mimpi guna mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai
“obat dengan berbicara”. Hal-hal seperti ini menjadi unsur inti Psikoanalisis. Freud terutama
tertarik pada kondisi yang dulu disebut “histeria” dan sekarang disebut “sindrom konversi”.
Teori-teori Freud dan caranya mengobati pasien, menimbulkan kontroversi di Wina
abad ke-19, yang hingga kini masih diperdebatkan secara sengit. Gagasan Freud biasanya
dibahas dan dianalisis sebagai karya sastra, filsafat, dan budaya umum, selain sebagai debat
yang berterusan sebagai risalah ilmiah dan kedokteran.
Teori Psikodinamik berasal dari teori Psikoanalisis Freud. Penjelasan dalam buku
Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud karya Yustinus Semiun ini difokuskan pada
pandangan Sigmund Freud.
Teori “Psikoanalisis Freud” memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman masa
kanak-kanak awal. Dalam pandangan ini, benih-benih dari gangguan psikologis sudah
ditanamkan pada tahun-tahun awal pertumbuhan. Pandangan Freud tentang seksualitas masa
kanak-kanak benar-benar jelas dan kontroversial.
Freud juga mengemukakan tiga struktur mental atau psikis, yakni Id, Ego, dan
Superego. Satu-satunya struktur mental yang ada sejak lahir adalah id, yang merupakan
dorongan biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi menurut prinsip
kenikmatan (pleasure principle) dan mencari kepuasan segera. Ego adalah pikiran yang
beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle) yang memuaskan dorongan id
menurut cara-cara yang dapat diterima masyarakat. Adapun superego, yang terbentuk melalui
proses identifikasi dalam pertengahan masa kanak-kanak, merupakan bagian dari nilai-nilai
moral dan beroperasi menurut prinsip moral.
Mekanisme pertahanan seprti represi, melindungi ego dari kecemasan dan
mengeluarkan dorongan yang tidak dapat diterima dari kesadaran. Meskipun menggunakan
mekanisme pertahanan adalah normal, namun bila digunakan secara berlebihan dapat
menyebabkan pola tingkah laku abnormal.
Berdasarkan kajian Freud, ada garis tipis perbedaan antara yang normal dan abnormal
(dalam hal derajat). Orang normal dan abnormal didorong oleh dorongan irasional dari id.
Normalitas hanya merupakan masalah keseimbangan energi antara struktur psikis dari id, ego,
dan superego.
Freud berpendapat bahwa manusia dapat menjadi neurotik – bahkan psikotik - struktur
mental menjadi tidak seimbang. Pada orang-orang normal, ego memiliki kekuatan untuk
mengontrol insting dari id dan untuk menahan hukuman dari superego.
Walaupun buku ini terbilang menyangkut hal-hal yang sifatnya teknis Psikologi,
namun Yustinus Semiun menuturkannya dengan gaya penyajian populer sehingga dapat
diterima secara luas oleh kalangan di luar bidang Psikologi. Buku ini menarik dan
menyegarkan untuk disimak oleh siapa pun yang ingin memahami dirinya sendiri secara
ilmiah.
Dimensi Kepribadian

Februari 16, 2007 oleh goldfriend

Saya mempunyai suatu kebiasaan “buruk” pada diri saya sendiri, yaitu : suka meminta orang
lain menilai seperti apa diri saya yang sebenarnya. Dan biasanya penilaian orang lain itu
kebanyakan adalah hal-hal yang bersifat negatif, karena memang lebih mudah melihat sisi
negatif orang lain daripada sisi positifnya. Tapi itu sebenarnya tidak menjadi masalah, karena
saya juga butuh penilaian negatif agar dapat melihat kekurangan-kekurangan apa saja pada
diri saya yang mungkin dapat diperbaiki. Penilaian negatif itu bermacam-macam, misalnya :
kurang mempunyai ikatan emosional dengan teman-teman, cenderung tertutup jika ada
masalah, introvert, dan jarang mempercayai orang lain.

Semua yang diatas dapat kita lihat pada suatu makhluk yang ada pada SEMUA manusia yang
bernama Personality (Kepribadian). Personality berasal dari kata dalam bahasa Latin :
Persona, yang berarti Mask (Topeng). Mengapa topeng ? Jawabannya sangat banyak, tetapi
ada yang mengatakan bahwa apa yang dinamakan Kepribadian seseorang sebenarnya adalah
suatu selubung atau tabir yang menutupi apa yang sebenarnya ada dalam jiwa seseorang.
Kepribadian yang ditampilkan sebenarnya adalah sesuatu yang telah “dimodifikasi” oleh
individu (sadar dan tak sadar) agar sesuai dengan harapan lingkungan.

Dari sekian banyak definisi tentang Personality (yang membuat saya sendiri pusing) ada satu
definisi yang, menurut saya, mendekati atau menggambarkan secara keseluruhan seperti apa
Personality itu, yaitu yang dikemukakan oleh Gordon W Allport :

PERSONALITY IS THE DYNAMIC ORGANIZATION WITHIN THE INDIVIDUAL


OF THOSE PSYCHOPHYSICAL SYSTEMS THAT DETERMINE HIS UNIQUE
ADJUSTMENTS TO HIS ENVIRONMENT

Lebih lanjut Allport membagi studi psikologi mengenai Personality dalam 2 bagian besar
yaitu : Nomothetic, yang memahami kepribadian dalam differential psychology
(membedakan karakter dan kepribadian tiap orang), dan Idiographic, yang mencoba
memahami keunikan tiap individu berdasarkan karakternya.

Begitu banyaknya teori-teori di seputar Personality bisa saja membuat orang memahami
kepribadian hanya sepotong-sepotong. Misalnya saja seperti contoh saya diatas : Introvert,
yang dilawankan dengan Ekstrovert. Atau juga melihat pembagian kepribadian kuno (yang
aslinya dilakukan oleh Galenus) yang menggunakan cairan dalam tubuh sebagai penanda
temperamen seseorang : Phlegmatic, Sanguinic, Melancholic, dan Choleric. Itu hanyalah
suatu usaha untuk melakukan suatu klasifikasi agar memudahkan kita menggolongkan
seseorang. Dan teori-teori kepribadian juga biasanya menggolongkan individu dalam suatu
type kerpibadian tertentu agar mudah dilakukan penelitian.

Dari sekian banya teori kepribadian itu, kita dapat mencoba menjelaskan dimensi-dimensi apa
saja yang menjadi titik penekanan tiap teori kepribadian itu. Saya sendiri membagi-baginya
dalam beberapa dimensi. Bagi mereka yang mau menyusun skripsi atau menempuh ujian
komprehensif di jurusan psikologi, mungkin ringkasan ini dapat membantu.

1. CONSCIOUS | UNCONSCIOUS
Sadar dan tak sadar adalah dimensi yang sejak lama ada dalam teori kepribadian. Para
pendukung Psikoanalisis (Freud, Jung, Horney) adalah orang-orang yang menekankan bahwa
kepribadian dikontrol oleh proses yang tidak disadari. Sementara Psikologi Aliran
Humanisme menekankan pada faktor kesadaran sebagai pembentuk kepribadian (Allport,
Rogers, Maslow).

2. HEREDITY | ENVIRONMENT

Pada dasarnya hampir semua teori kepribadian mengakui peran faktor keturunan sebagai
penentu kepribadian sseorang. Tetapi kalangan Behaviorist mengatakan bahwa kepribadian
dapat dipahami tanpa harus mempertimbangkan faktor genetis dan biologis. Rogers &
Bandura menekankan pada lingkungan sosial, dimana kepribadian adalah suatu proses belajar
sosial seseorang.

3. ACQUISITION | PROCESS OF LEARNING

Teori Behaviorisme lebih menekankan pada proses belajar yang membentuk suatu
kerpibadian, yaitu cara bagaimana suatu tingkah laku dimodifikasi. Dan biasanya teori-teori
kepribadian mengakui peran proses belajar dalam pembentukan suatu kepribadian. Walaupun
demikian, ada beberapa teorist yang juga menekankan pada acquisition of behavior, misalnya
Cattel dan Murray.

4. PAST | PRESENT

Sigmund Freud adalah pendiri Psikoanalisis yang mengatakan bahwa kepribadian adalah hasil
dari bentukan masa lalu, yaitu masa 5 tahun pertama kehidupan. Setelah masa itu, kepribadian
hanyalah ulangan atau fiksasi dari apa yang didapat dulu. Dan pandangan ini menjadi
pegangan dalam aliran psikoanalisis. Sementara Lewin dan Alport mengatakan bahwa yang
terpenting dari kepribadian bukanlah masa lalu tetapi masa kini.

5. PERSON | SITUATION

Dimensi ini menekankan pada proses dimana kepribadian itu terbentuk. Penekanan pada
Person berarti kepribadian adalah bentukan dari inner process yang terjadi dalam diri
individu, sementara penekanan pada Situation berarti bahwa kepribadian adalah bentukan dari
faktor lingkungan sosial dimana individu itu berada. Walaupun demikian ada juga yang
menjadikan kedua dimensi itu sebagai dasar pembentukan suatu kepribadian. Fromm &
Skinner, misalnya, menekankan pada faktor sosiokultural dalam kepribadian, sementara
Sheldon dan Binswanger lebih menekankan pada faktor biologis internal dalam diri individu.

6. HOLISTIC | ANALITIC

Dimensi holistik menyaratkan bahwa suatu tingkah laku hanya dapat dimengerti berdasarkan
konteksnya, dan juga segala sesuatu yang dilakukan oleh individu berhubungan dengan
fungsi-fungsi fisiologis dan biologisnya. Sementara dimensi analitik berpendapat bahwa suatu
tingkah laku bisa saja dipelajari dan didapat secara terpisah dari tingkah laku yang lainnya.
Mereka yang beraliran analitik misalnya adalah Lewin dan Binswanger.

7. NORMAL | ABNORMAL
Banyak juga teori kepribadian yang menekankan pada abnormalitas suatu kepribadian.
Dengan mempelajari abnormalitas itu maka pemahaman tentang orang normal dapat
diperoleh. Perbedaan normal/abnormal dapat dilihat secara kualitatif yaitu melihat seberapa
jauh hal-hal patologis dalam kepribadian itu berbeda dari yang normal. Allport dan Cattel,
misalnya, menekankan pada orang-orang normal.

Dan lain-lain….

Capek juga nulis segitu banyak. Oke, semoga berguna walaupun teramat sangat singkat dan
padat. Lain waktu dilanjutkan kembali. Sekian dan terima kasih (halah… )

You might also like