You are on page 1of 25

MUHAMMADIYAH

GERAKAN AQIDAH DAN DAKWAH

KEBANGKITAN DUNIA ISLAM


Dunia Islam kembali bangkit dipertengahan abad ke 18.
Kebangkitannya ditandai oleh munculnya pembaruan pemikiran Islam.
Tampilnya Sheik Muhammad bin Abdul Wahab di Saudi Arabia, dan
Sheik Muhammad Abduh serta Rasyid Ridha dan Sayyed Jamaluddin
al Afghani di Mesir ikut memberi warna kebangkitan ummat Islam diabad
itu.
Gerakan pembaruan ini sangat cepat berkembang kejazirah Balkan
dan Turki. Kemudian menjalar ke Nusantara Malaysia, Birma, Thailand,
Philipina, Fiji dan Indonesia.
Seruan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah, serta ajakan
kepada Izzul Muslimin dan kebangkitan Ummat Islam semakin deras.

Kelahiran partai-partai Islam seperti Partai Nasional Hizbul Wathan


yang didirikan Sayyed Musthafa Kamal di Mesir pada tahun 1894, secara
jelas bertujuan mencerdaskan Bangsa Mesir dan membebaskannya dari
belenggu perbudakan penjajah.
Semangat mencerdaskan dan membebaskan ummat Islam dari
keterbelakangan dan ketertinggalan telah melahirkan semangat pantang
menyerah dan tidak rela dijajah. Dan yang lebih penting berjuang merebut
kemerdekaan dari penjajahan Inggris.

Tarikan nafas gerakan pembaruan ini berhembus deras hingga


kejantung Nusantara. Berpengaruh sangat kuat terhadap setiap gerak
dakwah Islamiyah didaerah-daerah jajahan diseluruh dunia. Terutama
dijazirah Asia dan Afrika.
Para penjajah yang dimasanya adalah “penguasa tunggal”
menganggap pemilik koloni tanah jajahan melihat gerakan pembaruan
yang dibawa oleh para pembaru pemikiran Islam ini amat berbahaya.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 1


Para penguasa penjajah menyadari bahwa kelangsungan kekuasaan
dan kkepentingan penjajah bisa menghadapi ancaman bahaya sangat
besar bila gerakan dakwah Islam kearah pembaruan ini dibiarkan
berkembang. Setiap gerakan kearah pembaruan pemikiran Islam ditanah
jajahan perlu diawasi secara ketat. Satu upaya yang paling efektif dilakukan
penguasa penjajah melalui “politik belah bambu” dengan memberi angin
dan peluang berkembang dengan pesat untuk kelompok tradisional yang
ternyata banyak menghidupkan ajaran bid’ah.
Gerakan Pembaruan Islam pada hakikatnya adalah kembali kepada
ajaran Agama menurut aslinya. Yaitu merujuk kepada Wahyu Allah dan Al
Qur^an dan Hadist-Hadist shahih dari Rasulullah SAW.
Berdasarkan pemahaman inilah pembaruan tersebut lebih banyak
diartikan “Reform”. Sehingga orang menyebut Sheik Muhammad Abduh
adalah seorang Reformer.
K. H. Ahmad Dahlan yang beberapa kali menunaikan haji ke
Makkah, pertama ditahun 1890, berada disana selama delapan bulan.
Kedua kalinya pada tahun 1902. Lalu mendalami ilmu agama, mempelajari
kitab-kitab kuning dan kitab yang populer dimasa itu. Terutama tentang
“pembaruan pemikiran Islam”.

Jauh sebelum gerakan pembaruan mencuat, seringkali Al Qur’an dan


Al Hadist tidak lagi diambil menjadi rujukan utama bagi kehidupan Muslimin.
Seringkali rujukan agama Islam telah digantikan oleh fatwa Ulama
dan pendapat Ahli Fiqhih.
Diantara Imam yang berempat terkenal pula Imam Ahmad bin
Hanbal. Imam terakhir yang hidup diantara tahun 780 – 855. Beliau
terkenal karena sangat teguh berpegang kepada Al Qur’an dan Al Hadist.
Imam Ahmad bin Hanbal sendiri masyhur sebagai salah seorang ahli
Hadist yang langsung menafsirkan kandungan isi Al Qur’an. Beliau sangat
sedikit sekali memakai Qiyas. Kecuali kalau sudah tidak ditemukannya
dalam Al Qur^an dan Hadist.
Imam Ahmad Bin Hanbal selalu berupaya sejauh mungkin
menghindari sikap menterjemahkan Al Qur’an secara akal atau rakyu.
Hal ini juga disebabkan karena Imam Ahmad bin Hanbal ini hidup
dizaman Khalifah Al-Makmun yang berfaham Muktazilah.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 2


Seruan kembali kepada Al Qur’an dan Hadist dicanangkan kembali
oleh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah yang hidup 1263 – 1329 yang terkenal
dengan gerakan Tauhidnya. Kemudian dilanjutkan oleh muridnya Ibnu
Qayim Al-Jauziyah.
Pada pertengahan abad ke 18 gerakan tajdid ini dikumandangkan
lebih keras lagi oleh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Dinegara-negara Islam yang tadinya tidak tampak adanya gerakan
kemajuan Ummat Islam, kini mulai timbul dengan derasnya gerakan yang
bertujuan membuka kembali lembaran Al Qur’an dan Hadist. Mempelajari Al
Qur^an serta memahami dan mengamalkannya dengan organisasi yang
rapi dan sempurna.
Kondisi ini telah mengangkat derajat serta memacu Kaum Muslimin
agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa didunia yang telah
mengklaim diri mereka lebih maju.

UMMAT DIBELENGGU KEJAHILAN DAN KEJUMUDAN


Sedari awal gerakannya para pembaharu atau Reformis melihat
bahwa Ummat Islam jauh tertinggal terbelakang. Jumud dan beku.
Ajaran agama Islam hanya tampil sebagai upacara-upacara ibadah
yang beku. Jarang sekali difahami makna dan hikmahnya. Pengamalan
agama yang banyak dilakukan hanya sebagai suatu tradisi atau wiridan.
Bahkan banyak dibumbui oleh segala macam bid’ah dan khurafat yang
menyesatkan.
Disisi lain Ulama sering dikultuskan. Makam kuburannya mulai
dikeramatkan. Bacaan kalimat Thaiyibah La Ilaaha illallah sering
disalahgunakan. Kalimat Thayyibah tidak lagi untuk mengingatkan diri
kepada Allah serta taqarrub kepada Nya. Tetapi dijadikan sekadar bacaan
dalam upacara-upacara untuk maksud-maksud tertentu.
Al Qur’an tidak banyak untuk dibaca dan difahami. Bahkan jauh dari
diamalkan.
Sering dijadikan untuk pelengkap acara seremonial, dibaca dengan
mengutamakan dendang irama atau hanya sekedar untuk diambil
barakahnya.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 3


Shalawat kepada Nabi dijadikan sebagai satu lagu yang didendang-
dendangkan. Kalau dibaca dalam wiridan dengan jumlah tertentu pada
waktu yang ditentukan ditanamkan keyakinan akan memperoleh
keberhasilan tertentu, seperti untuk menjadi kaya, naik pangkat atau guna
mendapatkan jodoh, menyembuhkan penyakit dan lain-lain sebagainya.
Ajaran agama banyak dikaitkan dengan perbuatan mistik.
Dalam suasana kejumudan itu, para pemimpin agama selalu digiring
kearah perlengkapan penguasa. Dengan tujuan melestarikan kekuasaan
semata. Ulama harus berada dibelakang Amir sebagai pemberi stempel
kewenangan dan legitimasi terhadap ummat. Disisi lain amir dan ulama
tanpa tertolak telah membiarkan ummat menjadi bodoh. Tidak jarang kolusi
kekuasaan selalu berakhir dengan membodohi rakyat. Padahal rakyat
sebenarnya sudah lama tenggelam dalam kebodohan. Dalam jangka waktu
yang panjang turun temurun, satu demi satu wilayah Islam mulai berpindah
kedalam genggaman tangan kekuasaan.

K. H. Ahmad Dahlan memperhatikan keadaan Ummat Islam di


Indonesia yang sangat memprihatinkan ini. Disamping ummat dikurung oleh
kebodohan dan kejumudan, terasa pula dihimpit dan dibelenggu dengan
kemiskinan. Pikiran ummat beku. Jiwa terjerat dalam isti’adat tradisi yang
sangat jauh jaraknya dari tuntunan serta pemahaman ajaran Islam yang
benar.
Ajaran Islam hanya dilaksanakan sebagai formalitas. Amalan Islam
itupun terbatas pada ibadah shalat, puasa dan haji. Sedangkan ajaran Islam
mengenai kemasyarakatan, social politik, ilmu pengetahuan dan pendidikan
serta kemajuan dan ekonomi sama sekali tidak diketahui bahkan tidak
pernah boleh diajarkan. Prilaku kehidupan social ummat sebahagian yang
dipupuk dan dihidupkan mengarah kepada perbuatan syirik yang amat
berbahaya. Semarak dengan ajaran kepatuhan menjurus kepada taqlid
buta.
Berdasarkan itu K. H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk
mendirikan organisasi yang bergerak dalam memperbaiki aqidah (Tauhid).
K. H. Ahmad Dahlan yang beberapa kali melakukan perjalanan
menunaikan ibadah haji ke Makkah. Pertama kali ditahun 1890 dan berada
disana selama delapan bulan. Kedua kalinya pada tahun 1902. Lalu

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 4


mendalami ilmu agama, mempelajari kitab-kitab kuning dan kitab yang
populer dimasa itu. Terutama tentang “pembaruan pemikiran Islam”.
Pembaruan seperti yang dilihatnya didunia Islam. Dengan memberantas
kejumudan serta menjauhkan ummat dari segala macam kemusyrikan.

Pada awal abad 20 di Nusantara Indonesia mulai tumbuh pergerakan


pencerdasan bangsa. Pada tahun 1908 Dokter Soetomo dan Dokter
Wahidin Soedirohusodo telah mendirikan organisasi Budi Oetomo.
Organisasi ini bercita-cita untuk mencerdaskan rakyat serta menghidupkan
semangat kemerdekaan.
Pada tahun 1911 Haji Samanhoedi di Surakarta juga telah
mendirikan perserikatan yang bernama Sarekat Dagang Islam. Dengan
tujuan mula-mula menghadapi tindakan pemerintah jajahan yang memberi
hak monopoli atas penjualan bahan pembatikan, sehingga mereka dengan
sewenang-wenang memberi harga yang amat mahal yang mengancam
kehidupan pengusaha batik bangsa Indonesia.
Boedi Oetomo belakangan melebur diri dan berfungsi dalam Partai
Indonesia Raya (PARINDRA) pada tahun 1935 dan Serikat Dagang Islam
menjelma jadi Partai Politik Sarikat Islam pada tahun 1912.

PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
Pada hari Senin tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan 18
November 1912 Miladiyah, K. H. Ahmad Dahlan mendirikan persyarikatan
dengan nama Muhammadiyah yang artinya adalah organisasi yang
bermaksud mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Apabila Boedi Oetomo kebanyakan anggotanya terdiri dari kaum
Priyayi Jawa, pegawai dan intelektual.
Syarikat Dagang Islam para pendukungnya kebanyakan terdiri dari
pengusaha, pedagang dan pekerja.
Sedangkan, Persyarikatan Muhammadiyah beranggotakan rakyat
awam, para santri kaum pengusaha dan cerdik pandai dari berbagai lapisan
dan kalangan ummat.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 5


K. H. Ahmad Dahlan yang lahir pada tahun 1868 di kampung
Kauman Yogyakarta, putra dari seorang Kiyai Haji Abu Bakar bin Kiyai Haji
Sulaiman yang menjabat sebagai Khatib Mesjid Besar Yogyakarta.
Sedangkan Ibu K. H. Ahmad Dahlan atau yang disebut Nyai Abu Bakar
yang bernama Siti Aminah adalah putri dari Kiyai Haji Ibrahim menjabat
Penghulu Keraton. Dari segi ayah dan ibu beliau dilahirkan dari keluarga
yang ta’at melaksanakan ajaran agama Islam.

Kiyai Haji Abu Bakar adalah Khatib Amin Keraton Yogyakarta, yang
dalam logat Jawa sehari-hari disebut “Ketibamin”, setelah Kiyai H. Abu
Bakar wafat jabatan Ketibamin beralih kepada puteranya K. H. Ahmad
Dahlan.

K. H. Ahmad Dahlan belajar kepada ayahnya sendiri ilmu-ilmu


agama selain belajar kepada Kiyai Haji Muhammad Nur di Kauman, Kiyai
Haji Abdul Hamid dari Lempuyangan.
Beliau juga belajar ilmu Falak dari Sheik Muhammad Jamil Jambek
sewaktu bermukim di Mekah.
Penguasaan ilmu agama yang luas serta keyakinan aqidah yang kuat
serta pergaulan yang sangat supel dengan lapisan masyarakat
menggerakkan K. H. Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan
Muhammadiyah.
Menurut penelitian sejarah K. H. Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi dalam rangka memahami Firman Allah:

“Hendak adalah diantara kamu sekalian satu Ummat yang menyeru


kepada kebaikan dengan menyuruh unutuk berbuat makruf serta
mencegah terjadinya kemungkaran. Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung.”
Surat Ali Imran, ayat 104.

Pengertian kata (ummat) menurut K. H. Ahmad Dahlan adalah


sekelompok atau segolongan orang yang mempunyai persamaan, niatnya
sama, tujuannya sama dan mau pula untuk bekerja sama untuk mencapai
tujuan. Itulah yang dimaksudkan dengan persyarikatan atau organisasi.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 6


Firman Allah untuk menggerakkan manusia kepada kebaikan,
mengerjakan yang makruf dan melarang berbuat mungkar hanya dapat
dilaksanakan dengan baik jika melalui organisasi yang baik.

Muhammadiyah sejak dari awal berdirinya mengajarkan untuk


kembali kepada Al Qur’an dan Hadist-Hadist Rasulullah SAW, kembali
kepada sumbernya yang asli dengan meninggalkan segala macam bentuk
yang tidak ada dasarnya dari ajaran Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah sendiri adalah nama yang dinisbahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, mengembalikan kepada sumbernya yang asli itulah yang
dinamakan pembaharuan (tajdid) sebagaimana yang dilakukan oleh Sheik
Muhammad Abduh, Sheik Muhammad Abdul Wahab, Ibnu Tamiyah di Timur
Tengah.

Hal yang pertama dan yang mendasarkan dilakukan oleh K. H.


Ahmad Dahlan adalah membersihkan aqidah dari segala macam bentuk
kemusrikan, memberantas takhayul dan khurafat yang telah mendarah
daging bagi kaum Muslimin.
Kemudian K. H. Ahmad Dahlan melakukan dakwah dengan
memurnikan ibadah yang jauh dari bid’ah yang sudah mentradisi ditengah-
tengah masyarakat.

Pada hakekatnya Organisasi Muhammadiyah didirikan adalah untuk


membersihkan aqidah dan melakukan dakwah serta amal kegiatan social
bagi ummat.
Segala macam kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah adalah
berdasarkan hakikat tujuan yang dirintis oleh K. H. Ahmad Dahlan.

Perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh


Muhammadiyah seperti antara lain Bapak Jenderal Sudirman yang dididik
dalam Pandu Hizbul Wathan (H.W.) Muhammadiyah dan pernah jadi guru
sekolah Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo, Prof. Abd. Kahar
Mudzakar dan lain-lain adalah dalam rangka dorongan aqidah untuk
memerdekakan rakyat Indonesia dari penjajah Belanda.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 7


Pendidikan yang begitu banyak dilakukan oleh Muhammadiyah dalam
membantu mencerdaskan bangsa tidak terlepas dari membentuk manusia
muslim yang beraqidah dan menjalankan syari’ah.
Jaringan pendidikan Muhammadiyah, tersebar dari pusat kota sampai
kepelosok desa.
Sasarannya juga jelas yaitu kaum muslimin yang jumlahnya 88 % dari
jumlah penduduk Indonesia.
Memang Muhammadiyah terkenal dengan dakwahnya disektor
pendidikan yang pada awalnya sangat dibutuhkan ummat. Tetapi,
perkembangan zaman tidak saja menuntut menginginkan bisa tulis baca,
tetapi sudah jauh dari itu, terutama sekali teknologi "Apakah keunggulan
kompetitif Muhammadiyah ?"

Para pemimpin Muhammadiyah sejak dari K. H. Ahmad Dahlan


telah mencoba menjwab persoalan-persoalan yang ada dan tampil ditengah
kehidupan pergaulan masyarakat melalui gerakan dakwah dan amal-amal
Muhammadiyah.

Disamping itu Muhammadiyah mesti ingat selalu bahwa globalisasi


merupakan kecemasan bagi hampir seluruh lapisan masyarakat.
Muhammadiyah yang berjuang untuk amar ma'ruf nahi munkar harus
mempersiapkan diri membentengi ummat Islam. Untuk menjawab
globalisasi, bagaimana peningkatan kualitas pelayanan produk pendidikan
tersebut. Perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh di era
persaingan yang semakin tajam ini.
Kekayaan Muhammadiyah dari segi sumber daya manusia dan benda
adalah merupakan kelebihan organisasi ini dari masa dulu. Termasuk
sangat diperhitungkan oleh potensi di luar Muhammadiyah.
Maka yang lebih penting adalah memelihara kekerabatan yang
mendalam yang menjadi kekuatan besar dari pada tokoh-tokoh besar
tersebut.
Kegiatan sosial, memelihara anak yatim membangun poliklinik dan
Rumah Sakit adalah dalam kerangka Dakwah ibadah kepada Allah.

Kerja besar kita sekarang adalah bagaimana potensi yang potensial


itu menjadi potensi yang riil.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 8


Soalnya, generasi sekarang memang dilingkupi
pertanyaan-pertanyaan.

Apakah generasi sekarang masih berminat untuk mempertahankan


nilai-nilai agama ? Apakah nilai-nilai yang dibawakan oleh Muhammadiyah
itu masih perlu ?

Dari segi historis, peran Muhammadiyah dengan tokoh-tokohnya


yang terdiri dari berbagai unsur dapat bersama-sama mengembangkan
Muhammadiyah.

Sesungguhnya jauh di balik itu kita ummat Islam memiliki suatu aset
besar. Masih sangat relevan kita ungkapkan sekarang, di saat persatuan
dan rasa ukhuwah serta kekerabatan hanya tampil dipermukaan, tidak
tampak berurat kedalam hati ummat.

Nilai-nilai yang terkandung di dalam prinsip ukhuwah dan kepedulian


ini rasanya perlu kita tumbuh kembangkan lagi.

Hari ini lahir pertanyaan, apakah yang dapat kita usahakan untuk
mencapai hubungan kekeluargaan, kekerabatan, ukhuwah yang menjadi
kunci persatuan dalam berbagai struktur kegiatan sosial, ekonomi, politik,
budaya dan kehidupan keberagamaan, dalam masa kita sekarang ini (era
globalisasi) ???.

Kadang-kadang jawaban ini harus kita masukkan dalam satu


agenda besar yang mencakup jangka pendek maupun jangka panjang.
Walaupun dalam bentuk yang sederhana.

Kalau kita belum bisa mengerjakan semua, jangan kita tinggalkan


semua.

AQIDAH TAUHID DAN UKHUWWAH ISLAMIYAH SUMBER


KEKUATAN
Goresan sejarah jua adanya, yang membuktikan bahwa kekerabatan
yang mendalam itu, telah memberi kekuatan melaksanakan da'wah amar

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 9


ma'ruf nahi munkar, ditengah berbagai tekanan dan pemaksaan kehendak.1

Hasil besar ini di perdapat karena adanya satu landasan kuat (Tauhid,
Aqidah Islamiyah) di dukung oleh persatuan dan Ukhuwah Islamiyah serta
rasa kekeluargaan juga.

Soal persatuan dan kesatuan semata-mata bukanlah soal ilmu


pengetahuan dfan teknologi. Tidak hanya semata masalah HAM dan
demokratisasi.

Tidak bisa dibantah, bahwa ruh persatuan dan kesatuan itu akan
berpengaruh besar bagi perkembangan iptek maupun HAM dan
demokratisasi itu.

Persatuan adalah aplikasi dari Tauhid (iman), yang akan


mampu melahirkan "persaudaraan".

Bersaudara tumbuh dari adanya Keimana Kepada Allah (sekaligus


adalah aplikasi Ad Dinul Islam).

Jadi konsekwensinya bila keimanan (Tauhid) melemah, maka akan


hilanglah pula "rasa bersaudara".

1
Contoh sejarah menyebutkan, tatkala 19 Agustus 1928 di Bukititnggi (Fort de Kock) berlangsung satu
rapat besar "Majlis Permusyawaratan Ulama Minangkabau" pertama yang dihadiri 800 ulama-ulama, dan
200 utusan-utusan dari 115 Persyarikatan Ummat Islam di Minangkabau, dan menelorkan MOSI
MENOLAK GURU ORDONANSI 1925 yang terkenal itu.
Hanya selang tiga bulan berikut (3 - 4 Nopember 1928) di tempat yang sama (Surau Inyiak Jambek),
berlangsung lagi Permusyawaratan Ulama Mingakabau Kedua, dengan jumlah yang hadir lebih banyak
(1500 orang). Inilah buah dari keakraban iman.
---- (Mungkin di waktu peristiwa besar itu, sebagian besar dari kita belum lahir, namun dapat
terbaca kemabali di dalam buku PERINGATAN (Verslag) dari Majelis Permusyawaratan Oelama
Minangkabau, dikumpulkan oleh A. 'Imran Djamil dan H. Abdul Malik Karim (Hamka), diterbitkan oleh
Bhoekandel en Taman Poestaka "Summatera Thawalib" Fort de Kock, di cetak pada Snelpers Drukkerij
Gebr. "LIE" Fort de Kock, 1928). ----
Bahwa para ulama, intelektual dan pemimpin Ummat Islam, Ninik Mamak dan Muslimat juga
telah terbisaa dengan perbentengan Adat dan Agama di Minangkabau, dapatlah terbukti dengan
diterbitkannya satu Seroean dan Harapan yang ditujukan kepada pemerintah (Penguasa Hindia Belanda)
pada tahun 1941. Seruan itu diterbitkan berkenan dengan undang-undang yang dikeluarkan oleh
Resident Sumatera Barat tentang "Verordening betreffende vergrijpen tegen de adat" atau "Aturan
tentang melanggar adat" yang berdampak menghilangkan "nilai-nilai adat itu sendiri".
Yang sangat menarik dari seruan pemimpin ummat Islam Minangkabau (Sumatera Barat) tersebut
adalah persatuan yang mereka miliki. BIla penanda tanganan seraun itu terdiri dari lima orang ulama
besar (Syeikh Daoed Rasyidi, Syeik Mohammad Djamil Djambek, Syeik Mohammad Dajmil Djaho, Syeikh
Sulaiman ar Rasoeli, dan Syeik Ibrahim Moesa), lima orang Ninik Mamak Alam Minangkabau (Dt.
Simarajo Simabur Pariangan Padang panjang, Datuk Maharajo Dirajo Batipuh, Datuk Tungga Air Angat,
Datuk Bandaro Sati bukit Surungan, dan Datuk Majo Indo Batu Sangkar). Kemudian di tambah oleh para
intelektual, organisator, para pendiri pendidikan, saudagar (pedagang), yang dapat digolongkan
cendikiawan di masa itu. Tokoh-tokoh berbobot di zamannya itu adalah A.R. St. Mansoer
(Muhammadiyah), Anwar (Bank Nasional), S.J. St. Mangkoeto (Bank Moeslimin Indonesia), Rky. Rahmah
el Junusijjah (Muslimat, Diniyah Putri), A. Kamil dan Zoelkarnaini (Angkatan Moeda Muhammadiyah) -
Buya Zoel (?).
Akibat nyata dari Seruan bertanggal 1 Januari 1941 itu, maka Resident Sumatera Barat tidak
jadi mengeluarkan undang-undang yang membatasi wewenang adat ini.
(lihat Typ. Tandikat PP - 1941).

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 10


Punahnya rasa bersaudara ini danpaknya ikatan persatuan akan
menjadi lemah.

Persatuan yang sesungguhnya tidak bisa di beli dengan uang ataupun


materi. Soal persatuan adalah soal hati (qalb).

Tujuan yang akan di capai -- sebagai khittah yang telah digariskan --


terpulang kepada nawaitu yang telah diniatkan oleh hati.

Disinilah terdapat kemurnian (pure, kebersihan) amal perbuatan


untuk mencapai tujuan sesuai yang diikhlaskan (bersih) hati.

Bukanlah niat kita untuk sekedar membalik-balik lembar sejarah


dalam memenuhi hasrat nostalgia.

Tujuan kita sudahlah jelas. Wijhah itu adalah satu. Yaitu "keridhaan
Allah" semata.

Keridhaan Allah itu lah bagi kita yang menjadi motivasi bagi
mewujudkan amal nyata "membentuk masyarakat utama" (khaira ummah)
yang memotivasi kita untuk memilih berbuat atau tidak berbuat, bahkan
memotivasi untuk bertindak dan kalau perlu adamasanya mesti diam.

Mencari keridhaan Allah yang di pegang oleh setiap mukmin,


adalah menjadi tujuan hidup dan menjadi tujuan mati, dan menjadi ikatan
pemersatu ummat.

Sebelum satu program yang dihasilkan bisa diwujudkan dalam satu


langkah oleh satu ummat di dalam Persyarikatan Muhammadiyah, kerja
nomor satu adalah menyatukan wijhah yakni keredhaan Allah.

Bukan keredhaan orang lain. Bukan pula asal aku senang, atau juga
tidak karena demi golongan.2

Ini suatu agenda besar bagi "ummat utama", yakni Ummat


Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam.

Apabila perpegangan ini tetap adanya dalam setiap tindak tanduk


perjuangan, Insya Allah akan terhindar dari perpecahan (tafarruq) dan
terjauh pula dari tanazu' (sikut menyikut). Yang akan lahir adalah
perlombaan sehat dan jujur (fastabiqul khairaat).

2
Perlu kita simak kembali pesan Bapak M. Natsir, "carilah keredhaan Allah Yang Satu, supaya
kita dapat bersatu".
Atau apa yang diamanatkan Ki Bagus Hadikusumo, 50 tahun silam "jangan cari
benda-benda bertebaran, nanti kita akan bertebarab lantarannya".

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 11


Ada lagi yang berbahaya, berobah niat ditengah perjalanan. Apa yang
tadi telah dirumuskan semula menjadi kabur tak terbaca.

Pada awalnya hendak menanam "cinta dan Takut kepada Allah"


berubah menjadi "cinta kekuasaan dan takut mati".

Yang diniatkan pada awalnya "dakwah Ilallah" (mengajak ummat


utama kepada Allah), berobah tumbuh menjadi "dakwah ghairullah
(kepentingan diri, jual tampang untuk aku).

Yang berbuat jadinya 'aku-isme" atau "ananiyah", inilah yang


menyuburkan tafarruq dan tanazu' itu.

Ada beberapa tindakan yang mungkin dilakukan segera.

a. Melakukan introspeksi di kalangan kita sendiri. mulai dari


kelompok yang terkecil, bahkan keluarga. Masihkah prinsip-prinsip
utama masih kita pertahankan.

b. Masing-masing berusaha mengambil inisiatif dan aktif


untuk mengikat kembali tali ukhuwah, kekerabatan dan kekeluargaan
di antara keluarga tanpa gembar-gembor, namun secara jujur dalam
mengatasi satu dua persoalan di tengah ummat yang kita pandu.

c. Memelihara kesempatan-kesempatan yang ada dan


tersedia dalam melakukan tatanan kekerabatan di tengah "keluarga"
kita, dengan memperbesar frekwensi pertukaran fikiran secara
informal dalam berbagai masalah ummat, dalam suasana jernih,
tenang dan bersih serta tidak berprasangka.

d. Berusaha mencari titik-titik pertemuan (kalimatun sawa) di


antara kalangan kita, antara kalangan dan pribadi-pribadi para
intelektual muslim (zu'ama), para pemegang kendali sistim *umara),
dan para ikutan ummat utama, para ulama dan aktifis pergerakan
baik tua maupun muda, dalam ikatan-iakatan yang tidak tegang dan
kaku, karena kekuatan terletak pada keluwesan pikiran dan
keteguhan prinsip.

e. Menegakkan secara sungguh dan bertanggung jawab


Nizhamul Mujtama' (tata hidup bermasyarakat) diatas dasar 'Aqidah
Islamiyah dan Syari'ah, dengan memelihara mutu ibadah di kalangan

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 12


ummat utama, Mu'amalah (sosial, ekonomi, siyasah) dan Akhlak
(pemeliharaan tata nilai melelui pendidikan dan kaderisasi yang
terarah).

Ummat utama tentu tidak bisa ditegakkan dan di bentengi secara


dadakan, namun melalui didikan, latihan, ujian lahir dan bathin, setaraf
demi setaraf, mengutamakan perbaikan dari dalam.

POLITIK DAKWAH AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR


Diwaktu pemberontakan Gestapu/PKI, Muhammadiyah memutuskan
dalam Musyawarah Kerja Nasional pada bulan November 1965 yang
berlangsung di Asrama Haji Jalan Kemakmuran Jakarta bahwa pembubaran
Partai Komunis Indonesia adalah ibadah.
Dalam waktu yang bersamaan Organisasi Nahdatul Ulama yang
disampaikan oleh K.H. Abdul Wahid Hasbullah dan K.H. Masykur
mengatakan bahwa wajib hukumnya membubarkan PKI.
Kegiatan Politik yang dilakukan oleh Muhammadiyah pada hakikatnya
adalah dalam kerangka dakwah ,amar makruf nahi munkar.
Untuk itu kita dituntut harus mampu membangun kualitas kehidupan
yang mampu bersaing. Dengan segera melakukan konsolidasi internal,
mampu mengembangkan tata pergaulan antar kelompok.3

Arus perubahan itu bisa berbentuk makin meluasnya tuntutan terhadap


hak-hak asasi dan keadilan, dan demokratisasi (sosial politik), bisa pula
berbentuk makin berkembangnya dominasi dari sistim ekonomi kapitalis
yang berakibat makin meluasnya jurang antara dhu'afa dan aghniya dalam
pandangan ekonomi.

Bahkan bisa berkembang menjadi di abaikannya nilai-nilai agama


yang berakibat dapat menjungkir balikkan nilai-nilai moral dan spiritual
yang sudah mapan dimiliki oleh masyarakat kita.

3
Diantara tahun 1966 - 1980 sering sekali dilakukan kunjungan kepelosok-pelosok desa -- oleh para da'i
dan mubaligh --, mengunjungi ummat. Di kala itu, hubungan kedesa-desa sangat sulit. Tidak jarang
harus ditempuh berjalan kaki, paling-paling berboncengan dengan sepeda, di sambung bendi atau
pedati. Program waktu itu sedrhana sekali, "hidupkan dakwah bangun negeri". Begitu yang dilakukan
kedaerah-daerah di Binjai, Rao Mapat Tunggul, Lawang dan Baringin, terus ke Palembayan dan
Tantaman. Dari Maninjau, Lubuk Basung, terus ke Padusunan dan Pariaman dan Kurai Taji. Menyatu
kunjungan-kunjungan itu ke Guguk Kubang tujuh Koto, ke Pangkalan Muara Paiti, bahkan sampai ke
Muara Mahat dan Bangkinang. Sama juga halnya ke Taram, Situjuh dan Lintau serta selingkar Padang
Panjang dan Tanah datar, hingga ke Koto Baru dan Sungai Rumbai di Sijunjung, malah tidak jarang
diteruskan pula ke Muara Bungo.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 13


Semuanya karena pengaruh pandangan bahwa materri (budaya
kebendaan) adalah diatas segala-galanya, sebagai suatu gambaran
kehidupan "laa diniyah", sehingga terbukalah pintu kemaksyiathan dan
kemungkaran, kriminalitas dan krisis moral.

Ilmu pengetahuan dan teknologi bergerak pula ke arah perubahan


posisi menjadi "berhala baru", yang berujung kepada terbukanya peluang
terciptanya masyarakat "dahriyyin", dan pada akhirnya hilanglah sibgah
(jati diri) manusia sebagai makhluk Tuhan yang mulia, -- yang punya fithrah
dan hati nurani --.

Semuanya adalah ancaman serius bagi kualitas lingkungan serta


rusaknya sistim kebudayaan dan menurunnya kualitas manusia.

Hampir selalu pertemuan itu dilangsungkan pada


sarana-sarana yang dibangun ummat milik persyarikatan.

Ummatpun datang dari sekitar, dari gubuk-gubuk reot di ladang tepi


hutan, memakai suluh daun kelapa, bila kebetulan malam telah tiba.

Yang dibicarakan adalah masalah ummat itu sendiri.


Bagaimana mereka bisa membenahi kehidupan ekonominya degan
memanfaatkan alam sekitarnya, hidup dan tenaga yang dianugerahkan
Allah kepada-Nya.

Memelihara kesatuan yang sudah ada, memupuk kekeluargaan


sesama, membudayakan "berat sepikul ringan sejinjing" dalam mengangkat
dan mempersamakan amal berat yang di hadapi, sehingga lahirlah motivasi
dan inovasi ditengah lingkungan mereka.

Selalu saja terjadi, pertemuan-pertemuan ini berjalan sedari malam


sampai pagi, bahkan di sambung sore harinya, ditutup dengan "tabligh
akbar" di malam hari, dengan menghadirkan seluruh lapisan ummat tanpa
kecuali.

Yang terjadi adalah proses integrasi, dan penyebaran informasi.

Para remaja, generasi muda duduk selingkar ustadz-nya selesai


mengaji, berbincang-bincang sampai pagi. Untuk selanjutnya besok hari,
da'i pun pergi meninggalkan desa dengan segudang perasaan di hati, untuk
kemudian akan disampaikan kepada teman-teman dan "orang-orang tua" di
tingkat propinsi.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 14


Yang lahir seketika itu adalah :

a. terbentengi ummat dari proses pemurtadan yang sedang


mengintai,

b. pemantapan kaderisasi,

c. pemeliharaan aqidah secara langsung

d. pembinaan kerukunan antar warga, lahirnya partisipasi


aktif, dalam membangun diri dan membangun negeri

e. menyebarnya informasi, diperkenalkannya khittah, diin-


gatkan kembali bahaya dan ancaman zaman

f. tumbuhnya ummat yang mandiri (sosial, ekonomi, dan


musyawarah, demokrasi)

g. terbentuknya persepsi dalam menyatukan langkah positif


memelihara nilai-nilai luhur yang sudah mapan, pada setiap lapisan
dan kalangan.

Hal diatas sangat dimungkinkan karena ynag melibatkan diri dalam


kegiatan tersebut adalah seluruh unsur-unsur yang ada di dalam negeri.
Bahkan sejak dari perangkat dusun, desa hingga kecamatan, serta kalangan
ninik mamak, pemuka masyarakat serta alim ulama, pemuda pemudi
generasi muda, yang semuanya adalah potensi yang berpotensi dalam
pembangunan berwawasan lingkungan.

Perjalanan dakwah seperti itu mengasyikkan, sehingga lelah dan


jarak tidak menjadi halangan, karena yang terpaut adalah "taalaful qulub" --
pertautan hati dengan hati --.

Bagaimanakah potret itu kini ? Setelah tiga dasawarsa musim


berlalu ??.

Sering terjadi, ustadz dan da'i -- yang juga berpredikat


penggerak amal usaha persyarikatan atau da'i pembina organisasi --
mereka telah cepat-cepat meninggalkan ummat secepat dia datang.

Sehingga yang di kupas hanya sebatang kulit luar.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 15


Memang pernah terjadi, ada usaha-usaha terencana dan sistematik
untuk memisahkan nilai-nilai kehidupan bangsa yang beradab dan beradat
terutama di Nusantara Indonesia ini dari ajaran Agama Islam. Sungguhpun
itu terjadi di penghujung abad 19 dan permulaan berada diawal abad ke 20.

Namun keadaaan sedemikian itu segera terantisipasi oleh kearifan


dan kecekatan para ulama dan cendikiawan kita. Kondisi kita pun di saat itu
berada di dalam suasana tekanan penjajah dengan sistem imperialsime dan
kapitalisme.

Sederetan nama-nama para pemimpin kita, secara sambung


bersambung telah mengukir sejarah dinegeri ini, dengan masuknya kita ke
era-pembaruan (tajdid) itu.

Nama-nama itu tidak akan terhapuskan oleh sejarah, mulai dari


Panglima Diponegoro, Hasanuddin, T. Cik Di Tiro, Panglima Polem,
sampai kepada Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dengan
serentetan murid-murid beliau, diantaranya K. H. Ahmad Dahlan, Syeikh
Haji Abdul Karim Amarullah (Ayahanda HAMKA) dan banyak lagi yang
tidak tersebutkan dari pada yang mampu diungkapkan.

Deretan para pemimpin ummat itu, semuanya memiliki prinsip


kekerabatan yang mendalam, ukhuwah yang jernih, ilmu yang resikh, dan
pendirian yang tak tergoyahkan dan khittah yang jelas.

Diatas segalanya itu, Tauhid yang kokoh serta istiqamah dalam


menajalnkan khittah yang telah digariskan.

Menarik untuk disimak, dari tauladan keperjuangan dakwah


beliau-beliau itu, adalah hampir seluruhnya memiliki "surau" dan “lahan”
tempat pembinaan kader (mengaji), dan punya sekolkah (madrasah)
mempersiapkan ummat pengganti.

Satu suasana yang indah, bila kita ungkapkan yang sudah terjadi
"masa doeloe" dari pimpinan-pimpinan pergerakan dakwah persyarikatan. ,
sebatas yang kita kutip dari pengalaman pendahulu-pendahulu kita.4
4
Suatu ketika, pada hari pekan di Padang Panjang, konsul Muhammadiyah Minangkabau (Sumatera
Barat) yaitu Buya A.R. St. Mansur bertemu dengan pimpinan Muhammadiyah dari Lintau. Beliau
bertanya "Bagaiman perkembangan sekolah di Lintau". Sekolah yang ditanyakan itu, tentulah sekolah
Muhammadiyah, yang merupakan satu sarana amal usaha Muhammadiyah. Sang pengurus
Muhammadiyah Lintau ini, menjawab dengan gugup, sebab perkembangannya sedikit menurun, karena
murid mulai kurang dan dan guru Muhammadiyah mulai pindah ke daerah lain. Mendengar ini Buya A.R.
St. Mansur berkata, "Baiklah Insya Allah hari Kamis depan saya akan ke Lintau".

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 16


Bila kita teruskan menyebut contoh lain dari tanggapnya K. H. A.
Malik Ahmad yang pada waktu itu memangku jabatan sebagai Kepala
Jawatan Sosial Propinsi Sumatera Tengah. Beliau bertanya tentang
amal-amal usaha Muhammadiyah ini, antara lain terjadi tatkala beliau
sampai di Bukitinggi dan bertanya kepada pengelola Panti Asuhan
Muhammadiyah Mandiangin.

"Bagaimana keadaan anak-anak panti … ?".

Dengan sedikit kecut dan mengeluh pengurus pengelola menyatakan


bahwa sekarang ini bantuan untuk panti sedikit macet. Beliau langsung
tanggap dan mengatakan baiklah, Insya Allah "sebentar lagi saya akan
datang ke sana, tolong beri tahu keluarga".

Dengan sedikit tergopoh-gopoh pengelola panti asuhan yatim


Muhammadiyah (A'syiyah) ini pulang dengan sebuah tugas mengumpulkan
keluarga dan kerabat.

Selang beberapa lama K. H. A. Malik Ahmad datang di Panti


Asuhan Yatim yang menjadi amal usaha persyarikatan ini.

Bertanya dan menampung permasalahan yang ada. Rupanya, inti


masalah adalah terhentinya bantuan dari Jawatan Sosial.

Buya K. H. A. Malik Ahmad segera meminta, buatlah surat dan


saya akan tanda tangani. Surat pun dibuat saat itu, K. H. A. Malik Ahmad
pun menanda tangani seketika, dan urusan selanjutnya menjadi tanggung
jawab pengurus. Besar yang kita kutip dari peristiwa kecil ini.

a. Dengan nilai-nilai "mawaddah fil qurba" (kekerabatan yang


mendalam), dapat dihindari perbedaan visi, dan bersih dari
kepentingan-kepentingan konflik internal maupun interes
pribadi, sehingga pengambilan keputusan cepat dilakukan
(atisipasi aktif).

b. Ummat di dorong aktif memiliki mutu (kualitas) kemandirian


dan percaya diri, karena pemimpin persyarikatan memiliki

Berita tersebut segera menyebar di sekeliling Lintau, sejak dari Batu Bulek sampai ke buo,
bahwa Konsul Muhammadiyah akan datang. Sibuklah masyarakat -- ummat utama -- itu, dan tepat pada
hari yang dijanjikan Buya A.R. St. Mansur datang di Lintau, dan menginap di rumah pegurus
Persyarikatan.
Pimpinan-pimpinan persyarikatan dari daerah sekeliling menyempatkan betul untuk hadir,
bahkan ada yang dari Halaban sampai ke Tanjung Ampalu. Ummat umumpun merasakan nikmat
kehadiran beliau dengan satu "tabligh besar". Beliau telah menanamkan urat di hati ummat. Akhirnya
persoalan segera teratasi.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 17


komitmen yang jelas dan terhindar dari pelunturan akhlak
(status, organisasi, khittah).

c. Terpeliharanya hubungan kerjasama yang terpogram, atas


dasar sama-sama bekerja dengan berbagai pihak sehingga
kepentingan-kepentingan gerak persyarikatan menjadi sangat
strategis (diterima oleh semua kalangan).

MENGHADAPI ARUS PERUBAHAN GLOBALISASI


Derasnya arus perubahan di abad mendatang -- Abad Duapuluh
Satu -- tersebab globalisasi adalah karena tingginya tingkat
persaingan dan konflik kepentingan yang sangat keras dan
komptetitif dalam seluruh bidang kehidupan.

Menariknya, ada pertanyaan yang kelihatannya -- suka


atau tidak suka -- harus dijawab organisasi besar ini.

Pertanyaan-pertanyaan tentang potensi bisnis Muhammadiyah


dan bagaimana menjalankannya dimasa datang. Dan tanggung
jawab aqidah organisasi ini terhadap generasi Islam di zaman yang
termasuk "berat" ini.

Pada intinya, bagaimana Muhammadiyah menggali sumber


dana dan bagaimana menggunakan.

Bagaimana Muhammadiyah sebagai organisasi sosial tetapi


perbaharuan yang dilakukan organisasi ini dengan aspek dagang,
kelihatannya harus dipertanyakan lagi.

Sudah kah Muhammadiyah efisien dan dapat menjawab


tuntutan konsumennya yaitu ummat Islam ?.

Bagaimanapun, mekanisme ekonomi harus berjalan, karena


Muhammadiyah punya asset yang sangat banyak.

"Kunci untuk itu adalah sense of belonging dan self-esteem


terhadap organisasi harus hidup dikalangan anggota. Tanpa ini
organisasi akan melempem, hidup segan mati tunggu dulu."

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 18


Artinya, produk yang dihasilkan Muhammadiyah memang
masuk dalam daftar konsumsi anggotanya.

Sebenarnya kesempatan kita berbentuk "peluang" terbuka


lebar. Kita memiliki da'i-da'i yang berperan dalam sistim, ada juga
dikalangan birokrasi, banyak pula para ilmuan dan inteletual,
kalangan pengusaha dan penguasa, legislatif maupun eksekutif.

Yang sering muncul adalah pejabat anggota persyarika-


tan. Jarang sekali tampil hadir pengurus persyarikatan yang kebetulan
sedang memegang suatu jabatan penting dalam negara.

Maka perlu rasanya digerakkan kembali sesudah ini,


kunjungan-kunjungan kebawah oleh persyarikatan, yang berbicara
tentang ummat dan persyarikatan.

Karena itu kita masih sangat di tuntut untuk membentuk


pribadi-pribadi yang utuh dan unggul dengan iman dan taqwa,
berlimu pengetahuan dan teknologi, berjiwa wiraswasta, ber-moral
akhlak, ber-adat dan ber-agama. Yang akan kita kembangkan adalah
"hidup modern dan maju dengan keimanan yang kokoh".

Tentu mendesak pula ada program pelatihan ketrampilan, yang


khusus-khusus yang diperlukan oleh bidang-bidang yang
membutuhkan, sebelum kesempatan itu di isi oleh tenaga-tenaga
lainnya.

Di tuntut pula melakukan idealisme dalam membangun sosok


dan tatanan, peradaban modern yang Islami yang diredhai oleh
Allah , kearah suatu kemajuan peradaban tanpa terbelahnya "iman"
dan "kepribadian".

Ini mungkin akan merupakan upaya nyata kita dalam membuat


pagar-pagar kokoh menyambut perubahan-perubahan yang akan
datang, dalam bentuk antisipasi aktif. Lebih jauh lagi ;

a. Potensi sumber daya yang di miliki (intelektual, kader,


praktisi) dikembangkan secara optimal.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 19


b. Asset persyarikatan yang di miliki, digerakkan dengan
loncatan jauh ke depan.

c. Prinsip-prinsip perjuangan persyarikatan


Muhammadiyah dimasyarakatkan secara konsisten dan
dinamis

d. Berbagai pemikiran yang timbul di integrasikan dengan


pemikiran-pemikiran Muhammadiyah

e. Kualitas Amal Usaha Muhammadiyah dapat


dikendalikan dengan memadukan misi Muhammadiyah
dan manajemen terapan yang efektif dan efisien,
akhirnya amal usaha Muhammadiyah ini menduduki
potensi strategis di dalam perkembangan kehidupan
ummat.

PANDAI MEMILIH DAN MEMILAH


Marilah sekarang kita mulai lagi memilih dan memilah
mana-mana yang mungkin dan masih relevan di abad mendatang ini.
Program yang berat itu kita sederhanakan, sehingga lebih ringan
mengangkatnya.

Tidak sederhana barangkali menterjemahkan ungkapan kita


dalam program mendatang yaitu : "kita mulai dengan apa yang ada,
karena yang ada pada kita sekarang sebenarnya sudah amat cukup
untuk memulai".

Hubungan pemuda-pemudi tidak hanya tersungkup oleh


kehidupan kampung, tapi sudah bisa meniru kota. Mereka mulai
terbuka meniru segala perkembangan, hampir-hampir tidak punya
batas.

Hubungan kekerabatan dalam keluarga mulai menipis. Peran


ninik mamak masih terlihat hanya dalam batas-batas seremonial.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 20


Peran da'i dan khatib mulai di batasi sekedar pengisi ceramah
di mesjid, khutbah jum'at, atau mengaji kalau ada yang lahir dan
mati.

Kedudukan orang tua, hanya menyediakan serba kebutuhan


fisik dan materi.

Guru-guru disekolah punya tugas mengajar, peran pendidikan


menjadi kabur dan melemah.

Kondisi beginilah sebenarnya yang sangat rawan dalam


menanti sepanjang abad ke duapuluh satu ini.

Bagaimana kehidupan masyarakat didesa-desa. Kondisi ini


sekarang menjadi lahan kerawanan, bila tidak segera teratasi
berdampak besar dalam menerima abad Duapuluh Satu.5

Akhirnya, Mentawai juga daerah kita. Dia minta di-awasi dalam


segala segi. Disana ada ummat Islam. Pertambanhannya setiap
tahunbertendens menanjak terus. Karena keberadaan Islam bagi
banyak mereka adalah citra kehidupan.

Masalah utama mereka adalah keterbelakangan, kebodohan


(karena kurangnya kesempatan), ketinggalan (sosial ekonomi),
kurangnya pemahaman dan isolasi transportasi.

Sumber daya alamnya potensial untuk dikembangkan.

Daerahnya bisa menjadi sentra peternakan sapi, kerbau,


ataupun kambing.

Yang diperlukan hanya latihan-latihan praktis bagaimana


memeliharanya, dan di tambah dengan sedikit ilmu manajemennya.
5
-- yang tadinya terisolir, atau tertinggal, dan nyatanya sekarang seluruh atau sebagian isolasi itu
setekah di buka -- dan menjadi sentra dari perkebunan-perkebunan besar (seperti Pasaman, Sitiung dan
Solok Selatan).
Mereka sebahagian berada di luar kegiatan perkebunan itu. Walau sebahagian masyarakat transimigrasi
tadinya -- sekarang telah menjadi masyarakat Sumatera Barat, dan menjadi anak kemenakan orang
Minangkabau -- di Sitiung, Sungai Kunyit, Pasaman, mempunyai harapan besar dan ikut berperan aktif
dalam perkembangan perkebunan besar di maksud. Umpamanya keikut sertaan mereka dalam
Proyek-proyek Perkebunan (PIR) dan sebagainya. Tapi, masyarakat asli -- pembauran, menurut istilah di
Sitiung -- seringkali tertingalkan (disebabkan karena berbagai sebab antara lain karakter yang melekat
malas, tidak acuh, ingin senang tanpa usaha, belum terbisaa dengan usaha-usaha pertanian atau
perkebunan besar, atau karena belum/tidak di beri kesempatan). Sesungguhnya mereka adalah ummat
kita, yang berhak mendapat perlakuan utama dalam proses pembangunan di daerah dimana mereka
telah ditakdirkan hidup turun temurun dan memiliki ulayat (dalam garis turunan nenek moyang).

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 21


Siapa yang akan memulai ?. Secara ekonomis dapat di lihat
potretnya. Menjual sapi dan kerbau ke luar Mentawai nantinya, lebih
berpendapatan besar dari berdagang babi.

Karena konsumen untuk sapi dan kerbau -- di daratan tanah


tepi -- lebih banyak dari konsumsi lokal babi di Mentawai.

Untuk semua pengembangan ekonomi ummat ini, kita dapat


menggerakkan potensi Baitul Maal Wat Tamwil, Bank Muamalat,
Lembaga-Lembaga Keuangan dan Perbankan milik BUMN atau
swasta, BAZIS, ataupun pribadi-pribadi muhsinin, tentu
mengikutsertakan peran penelitian dari Lambaga-Lembaga Perguruan
Tinggi Nageri maupun Swasta.
Disinilah peran persyarikatan Muhammadiyah membentuk
kader-kader terarah yang selektif dengan misi Muhammadiyah.

Universitas Muhammadiyah menjadi salah satu tumpuan


harapan kita semua untuk menyaring pokok-pokok pikiran yang
berkembang menjadi satu program nyata. Insya Allah.

Bagaimana sekarang ?,

Maka jawabannya terletak kepada kemampuan organisasi


persyarikatan Muhammadiyah untuk melakukan introspeksi, inisiatif,
dan pro-aktif untuk mengikat ukhuwah, memelihara kesempatan
yang ada, mencari titik pertemuan dan menegakkan secara
sungguh-sungguh dan bertanggung jawab dalam gerakan aqidah dan
dakwah amar makruf nahi munkar.

Karena, memang, Muhammadiyah dengan asset trilyunan


rupiah tidak menutup kemungkinan masuknya oknum-oknum yang
mengambil kesempatan untuk kepentingan pribadi. Muhammadiyah
harus menjawab dan mencari jalan keluar dari pertanyaan sabalik
secara terbuka. Terutama sekali tentu, memperbaiki niat. Kita harus
jujur melihat, semakin banyak ummat yang rusak pada zaman yang
tak berketentuan ini. Hanya dengan memanfaatkan seluruh petensi

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 22


yang ada, maka kita percaya organisasi Muhammadiyah di Indonesia
ini akan lebih berkembang dengan baik.

Sebaliknya, kalau Muhammadiyah dengan pengurusnya hanya


berkemampuan membentuk kelompok yang hanya mementingkan
kepentingan sesaat saja, ada harapan untuk masa-masa mendatang
Muhammadiyah di Nusantara ini akan merosot perkembangannya.

Warga persyarikatan Muhammadiyah hendaknya memaklumi


bahwa mengembangkan Muhammadiyah masa-masa mendatang
tidak akan mampu dikerjakan oleh warga Muhammadiyah saja.

Oleh sebab itu, sangat diperlukan kerjasama dengan berbagai


pihak. Menciptakan hal-hal demikian, sangatlah wajar untuk
membesarkan Muhammadiyah perlu seayun selangkah.

Perlu kerja sama yang mantap, baik sesama cendikiawan


persyarikatan maupun dengan kalangan diluar Muhammadiyah.

Pengurus Muhammadiyah, sama saja dengan pengurus


organisasi lain, punya kekurangan-kekurangan yang perlu diatasi
bersama-sama. Untuk itu, sangat diharapkan kerja sama yang saling
isi mengisi menutupi segala kekurangan tersebut.

Sekaligus sistem memanjat batang pinang perlu dijauhi.

Hanya dengan memanfaatkan potensi yang ada, maka


Muhammadiyah akan bisa berkembang dengan baik.

Bagaimanapun juga harapan masyarakat masih tetap besar


pada Muhammadiyah.

Oleh sebab itu kepercayaan yang sudah diberikan kepada


pengurus hendaknya dipegang sebagai amanat ummat.

Sebaliknya, amanah yang diberikan ummat tersebut jangan


disalahartikan. Jangan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi,
kelompok atau golongan.

Akhirnya akan tersua premis hidup bahwa, “Siapa saja yang


memanfaatkan organisasi untuk kepentingan pribadi, maka yang

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 23


memanfaatkan organisasi untuk kepentingan pribadi itu akan di
hukum oleh pribadinya sendiri”.

Muhammadiyah memiliki sangat banyak amal usaha milik


persyarikatan. Diantaranya lembaga pendidikan, lembaga
keagamaan dan lembaga sosial lainnya.

Adakalanya lembaga tersebut berjalan sendiri-sendiri, tanpa


pengarahan yang jelas dari pimpinan Muhammadiyah.

Bahkan tidak jarang terjadi, lembaga yang berkembang


dikalangan Muhammadiyah dijadikan pusat persengketaan.
Terjadilah saling tuding menuding. Saling mejelekkan sesama
pengurus dan sebagainya.

Terjadinya berbagai kasus tersebut tidak bisa dilepaskan dari


kepentingan pribadi yang terlalu menonjol.

Padahal dalam Muhammadiyah sudah ada satu aturannya, yaitu


kaidah persyarikatan.

Jadi, semua gerak dalam organisasi sudah ada pedomannya,


yaitu kaidah organisasi.

Dengan taat asas kepada kaidah-kaidah persyarikatan serta


teguh aqidah dengan ditopang oleh kemampuan memanfaatkan
seluruh potensi yang ada, kitapun percaya, gerak roda organisasi
Muhammadiyah akan berjalan dengan mulus.

Sebaliknya, kalau pengurus dan anggota persyarikatan lupa


memperhitungkan potensi yang ada, bisa saja nantinya sesama
pengurus akan berjalan sendiri-sendiri.

Tentu saja Muhammadiyah di Nusanatara ini akan mundur.

Jelas hal demikian tidak diharapkan.

Akhirnya marilah kita kembali memulai musim bertanam.


Bertanam amal dan kebijaksanaan mencari Redha Allah itu, dan
membuat masyarakat utama yang ber-aqidah, Aqidah Islamiyah.

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 24


" .... ibarat tanaman yang mengeluarkan tunasnya, lalu Ia teguhkan dia,
maka dijadikan ia gemuk dan tegap berdiri atas pangkalnya,
menggembirakan penanamnya ......

ialah karena Ia hendak menjengkelkan kaum kafir (yang menolak) itu


dengan (kesuburan) mereka yang (mukmin) .....

Allah janjikan mereka yang beriman dan beramal saleh - dari mereka,
keampunan dan ganjaran yang besar .-----"
(Al Fath - 20)

Menebar benih, menanam, memupuk, bersiang, melindungi -


dari gangguan-gangguan cuaca (panas dan dingin) itu, itulah tugas
persyarikatan dan pemimpin ummatnya.-

Demikianlah, "semoga Allah selalu memberikan redha-Nya".

Wal hamdulillahi Rabbil 'alamin,

Wa ladzikurullahi Akbar .----***

Padang, 15 Oktober 2000

Muhammadiyah Gerakan Aqidah dan Dakwah 25

You might also like