You are on page 1of 21

Kelompok :

Dwi Aryo F.
Ericko Lazuardi
R.Rayda Razaq H.
Tities Jendrayu S.
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya karena kami dapat menyelesaikan
tugas kami membuat makalah Bahasa Indonesia tentang SASTRA .

Makalah ini kami buat sebaik – baiknya karena untuk memenuhi nilai tugas harian kami. Dan tak
lupa kami ucapkan Terima kasih kepada Guru Bahasa Indonesia dan dukungan dari teman – teman kami
yang telah mendukung dan membantu kami untuk menyelesaikannya.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan. Sekian
Terima kasih .

Wassalamualaikum wr.wb

Malang, 25 Juli 2010

Penulis
SASTRA

I. A. Definisi Sastra

Sastra adalah perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan adalah media pemikiran
yang tercurah melalui bahasa, bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan, media
lain bisa saja berbentuk gambar, melody musik, lukisan ataupun karya lingkungan binaan
(arsitektur). Sastra menjadi bagian dari budaya masyarakat. Sastra yang memuat materi yang
tinggi dipelihara secara turun-temurun oleh para pujangga, banyak yang secara lisan karena
media tulisan sangat terbatas, hanya daun lontar.

Menurut KBBI arti sastra adalah:


(1) bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari);
(2) karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan
seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.

Secara etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata sas- yang
berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat untuk
mengajar, buku petunjuk..
Secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian diberi
imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah
bahasanya. Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan gabungan ke-an sehingga menjadi
kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku-buku yang baik isinya dan indah
bahasanya.
Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas, dapat juga dikemukakan batasan / defenisi
dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini
mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah yang menyebut fenomena yang
sederhana dan gampang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah
kegiatan yang berbeda-beda. Kita dapat berbicara secara umum, misalnya berdasarkan aktivitas
manusia yang tanpa mempertimbangkan budaya suku maupun bangsa. Sastra dipandang
sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang tertentu di masyarakat dapat
menghasilkan sastra. Sedang orang lain dalam jumlah yang besar menikmati sastra itu dengan
cara mendengar atau membacanya.
Batasan sastra menurut PLATO, adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan
model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
ARISTOTELES murid PLATO memberi batasan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama,
ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah sebagai gubahan
bahasa yang bermaterikan kata-kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi pengarang. Rene
Welleck dan Austin Warren, memberi defenisi bahasa dalam tiga hal :
1. Segala sesuatu yang tertulis
2. Segala sesuatu yang tertulis dan yang menjadi buku terkenal, baik dari segi isi maupun
bentuk kesusastraannya
3. Sebagai karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan dan bermediumkan
bahasa.

B. Fungsi Sastra

Fungsi Sastra Abdul Wachid B.S. secara eksplisit mengemukakan dalam buku kumpulan esai
sastranya berjudul “Sastra Pencerahan” (2005) bahwa sastra berfungsi sebagai media
perlawanan terhadap slogan omong-kosong tentang sosial kemasyarakatan. Sapardi (1979)
mengemukakan tiga hal yang harus diperhatikan yaitu:

a) Sudut pandangan ekstrim kaum Romantik misalnya menganggap bahwa sastra sama
derajatnya dengan karya pendeta atau nabi; dalam anggapan ini tercakup juga pendirian
bahwa sastra harus berfungsi sebagai pembaharu dan perombak.

b) Dari sudut lain dikatakan bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka; dalam hal ini,
gagasan “seni untuk seni” tak ada bedanya dengan praktek melariskan dagangan untuk
mencapai best seller.
c) Semacam kompromi dapat dicapai dengan meminjam sebuah slogan klasik: sastra harus
mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.

Fungsi sastra, menurut sejumlah teoretikus, adalah untuk membebaskan pembaca dan
penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspesikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu.
Contohnya ketika penonton drama dan pembaca novel yang bisa mengalami perasaan lega
dalam artian bisa melepaskan emosinya. Namun hal ini masih dipertanyakan karena banyak
novel yang ditulis atas dasar curahan emosi penulisnya sehingga pembaca pun bisa merasakan
emosi yang menekan penulisnya.

II. SEJARAH SASTRA


a. Sastra lama
Bentuk sastra lama bermacam-macam. Secara umum karya sastra lama tediri atas
prosa dan puisi. Istilah prosa diambil dari bahasa Latin yaitu oratio provorsa artinya ucapan
langsung. Dalam kesusastraan, prosa merupakan sejenis karya sastra yang bersifat paparan.
Prosa sering pula disebut karangan bebas karena tidak diikat oleh aturan-aturan khusus
(misalnya rima, ritme seperti halnya dalam puisi).
Menurut zamannya (masanya) prosa dibedakan menjadi dua periode yaitu prosa lama
dan prosa baru. Prosa lama sebagai gambaran kehidupan masyarakat pada zaman dahulu,
yaitu kehidupan masyarakat sebelum memiliki rasa kesadaran nasional. Jika dibatasi dengan
tahun, prosa lama ini berkembang sebelum tahun 1900. Prosa lama dibedakan beberapa jenis
di antaranya dongeng, cerita rakyat (fokslore), cerita pelipur lara, hikayat, tambo, epos
(wiracarita), cerita berbingkai, dan kitab-kitab.

Sastra lama yang berbentuk prosa,umumnya mempunyaiciri-ciri:

1.Ceritanya seputar kehidupari istana. Karena itu bersifat istana sentris.


2.Menggambarkan tradisi masyarakat yang lebih menonjolkan kekolektifan daripada
keindividualan. Sebagai akibat logisnya, sastra lama dianggap milik bersama (kolektif).
3.Konsekuensi dari ciri kedua, sastra lama bersifat anonim, pengarangnya tidak dikenal.
4.Sastra lama bersifat lisan, disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan, dari mulut
ke mulut (leluri).

Mengidentifikasi Ciri Hikayat sebagai Bentuk Karya Sastra Lama


Hikayat artinya cerita atau riwayat, Secara lengkap, pengertian1 hikayat adalah sejenis
prosa sastra melayu lama yang ceritanya berkisar pada sikap kepahlawanan tokoh-tokoh
istana. Sebagai karya sastra lama, hikayat memiliki ciri-ciri:

a. Ceritanya berkisar pada sikap kepahlawanan tokoh-tokoh istana (istana sentris).


b. Kisahnya bercampur dengan dunia khayal yang dalam banyak hal dilebih-lebihkan.
c. Pada umumnya dihubungkan dengan peristiwa sejarah tertentu.
Karya sastra lama berbentuk hikayat misalnya Hikayat Si Miskin, Hikayat Hang Tuah,
Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman,
dan lain-lain.

b. Sastra Baru

Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga
sudah tidak asli lagi.

c. Perbedaan Antara Sastra Baru Dengan Sastra Lama


Sastra Lama
Sastra lama adalah sastra yang berbentu lisan atau sastra melayu yang tercipta dari
suatu ujaran atau ucapan. Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama
islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan
seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh.

Ciri dari sastra lama yaitu :


- Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
- Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
- Tema karangan bersifat fantastis
- Karangan berbentuk tradisional
- Proses perkembangannya statis
- bahasa klise

Contoh sastra lama : fabel, sage, mantra, gurindam, pantun, syair, dan lain-lain.

Sastra Baru
Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga
sudah tidak asli lagi.

Ciri dari sastra baru yakni :


- Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
- Bahasanya tidak klise
- Proses perkembangan dinamis
- tema karangan bersifat rasional
- bersifat modern / tidak tradisional
- masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)

Contoh sastra baru : novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain sebagainya.

III. PERIODISASI SASTRA

Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang


ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu
yang berbeda dengan periode yang lain.
1. Zaman Sastra Melayu Lama
Zaman ini melahirkan karya sastra berupa mantra, syair, pantun, hikayat, dongeng, dan
bentuk yang lain.
2. Zaman Peralihan
Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karyanya dianggap bercorak
baru karena tidak lagi berisi tentang istana danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia
dan masyarakat yang nyata, misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura
Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak
hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang
kearab-araban.
3. Zaman Sastra Indonesia
a. Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
Ciri umum angkatan ini adalah tema berkisari tentang konflik adat antara kaum tua
dengan kaum muda, kasih tak sampai, dan kawin paksa, bahan ceritanya dari
Minangkabau, bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu, bercorak aliran romantik
sentimental.
Tokohnya adalah Marah Rusli (roman Siti Nurbaya), Merari Siregar (roman Azab dan
Sengsara), Nur Sutan Iskandar (novel Apa dayaku Karena Aku Seorang Perempuan), Hamka
(roman Di Bawah Lindungan Ka’bah), Tulis Sutan Sati (novel Sengsara Membawa Nikmat),
Hamidah (novel Kehilangan Mestika), Abdul Muis (roman Salah Asuhan), M Kasim
(kumpulan cerpen Teman Duduk)
b. Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)
Cirinya adalah 1) bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern, 2) temanya
tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks,
seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya, 3) bentuk puisinya
adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru
yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris, 4) pengaruh barat
terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda, 5)aliran yang dianut adalah romantik
idealisme, dan 6) setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.
Tokohnya adalah STA Syhabana (novel Layar Terkembang, roman Dian Tak Kunjung
Padam), Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyi Sunyi, Buah Rindu, Setanggi Timur), Armin
Pane (novel Belenggu), Sanusi Pane (drama Manusia Baru), M. Yamin (drama Ken Arok dan
Ken Dedes), Rustam Efendi (drama Bebasari), Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu
Dendam), Hamka (roman Tenggelamnya Kapa nVan Der Wijck).
c. Angkatan ’45
Ciri umumnya adalah bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas, prosanya bercorak
realisme, puisinya bercorak ekspresionisme, tema dan setting yang menonjol adalah
revolusi, lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan jarang menghasilkan
roman seperti angkatan sebelumnya.
Tokohnya Chairil Anwar (kumpulan puisi Deru Capur Debu, kumpulan puisi bersama
Rivai Apin dan Asrul Sani Tiga Menguak Takdir), Achdiat Kartamiharja (novel Atheis), Idrus
(novel Surabaya, Aki), Mochtar Lubis (kumpulan drama Sedih dan Gembira), Pramduya
Ananta Toer (novel Keluarga Gerilya), Utuy Tatang Sontani (novel sejarah Tambera)
d. Angkatan ’66
Ciri umumnya adalah tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik,
menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati bentuk prosa.
Tokohnya adalah W.S. Rendra (kumpulan puisi Blues untuk Bnie, kumpulan puisi
Ballada Orang-Orang Tercinta), Taufiq Ismail (kumpulan puisi Tirani, kumpulan puisi
Benteng), N.H. Dini (novel Pada Sebuah Kapal), A.A. Navis (novel Kemarau), Toha Mohtar
(novel Pulang), Mangunwijaya (novel Burung-burung Manyar), Iwan Simatupang (novel
Ziarah), Mochtar Lubis (novel Harimau-Harimau), Mariannge Katoppo (novel Raumannen).

IV. UNSUR PEMBANGUNAN KARYA SASTRA


Ada dua unsur utama dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur
ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan
mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan.

a. Unsur ekstrinsik ini meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan
pandangan hidup penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik
(persoalan sejarah), ekonomi, dsb.

b. unsur intrinsik terdiri atas:

 Tema

Pokok persoalan dalam cerita.


 Karakter

Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda.

Karekter dapat dibagi menjadi:

Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam
cerita
Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema
Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan
dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)
Karakter statis (Flat/static character) : karakter yang tidak mengalami perubahan
kepribadian atau cara pandang dari awal sampai akhir cerita.
Karakter dinamis (Round/ dynamic character): karakter yang mengalami perubahan
kepribadian dan cara pandang. Karakter ini biasanya dibuat semirip mungkin dengan
manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.

Catatan: karakter pembantu biasanya adalah karakter statis karena tidak digambarkan
secara detail oleh penulis sehingga perubahan kepribadian dan cara pandangnya tidak pernah
terlihat secara jelas.

 Karakterisasi

Cara penulis menggambarkan karakter. Ada banyak cara untuk menggali


penggambaran karakter, secara garis besar karakterisasi ditinjau melalui dua cara yaitu secara
naratif dan dramatik. Teknik naratif berarti karakterisasi dari tokoh dituliskan langsung oleh
penulis atau narator. Teknik dramatik dipakai ketika karakterisasi tokoh terlihat dari antara lain:
penampilan fisik karakter, cara berpakaian, kata-kata yang diucapkannya, dialognya dengan
karakter lain, pendapat karakter lain, dsb.
 Konflik

Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini
merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada empat
macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:

Konflik internal

Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak
yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan
terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut

Konflik eksternal

Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain


Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan
perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam.
Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau
lingkungan hidupnya.

 Setting

Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita

 Plot

Jalan cerita dari awal sampai selesai

Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang mulai
memunculkan konflik/ permasalahan)
Klimaks : puncak konflik/ ketegangan
Falling action: penyelesaian
 Simbol

Simbol digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak. Contoh: burung gagak
(kematian)

 Sudut pandang

Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.

Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan
penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak
mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari
teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik ini
jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka
dan dia.

 Teknik penggunaan bahasa

Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya


sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik
penggunaan bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah
dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa.
V. JENIS – JENIS KARYA SASTRA

A. PROSA

Artikel

Esai

Biografi
PROSA NON FIKSI
Otobiografi

Surat

Buku harian

PROSA
Dongeng

Fabel
PROSA LAMA
Hikayat

Legenda
PROSA FIKSI
Mite

Cerpen

PROSA BARU Novelet

Novel / Roman

Karya Sastra Bentuk Prosa


Karangan prosa ialah karangan yang bersifat menerangjelaskan secara terurai
mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk
prosa ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat sastra dan karya sastra yang bersifat
bukan sastra. Yang bersifat sastra merupakan karya sastra yang kreatif imajinatif, sedangkan
karya sastra yang bukan astra ialah karya sastra yang nonimajinatif.
Macam Karya Sastra Bentuk Prosa
Dalam khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut
temanya, yakni karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku bagi karya
sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya sastra prosa baru.
Perbedaan prosa lama dan prosa baru menurut Dr. J. S. Badudu adalah:
Prosa lama:
1. Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami
perubahan secara lambat.
2. Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat
feodal).
3. Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca
dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4. Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
5. Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
6. Milik bersama
Prosa Baru:
1. Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan
masyarakat)
2. Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-
hari)
3. Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata,
berdasarkan kebenaran dan kenyataan
4. Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
5. Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
6. Tertulis

1. Prosa lama
Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau
kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek
pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat.
Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia. Karya
sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan karena
belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama dan kebudayaan
Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan
mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah
sastra Indonesia mulai ada.
Bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
a. Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh
dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
b. Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat.
Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
c. Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
d. Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja
dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
e. Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f. Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang
dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam

2. Prosa Baru

Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau
budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar
permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H.
Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa baru dapat digolongkan menjadi:
1. Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati,
mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara
mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman
terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita
tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota
Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam
2. Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup
pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil
hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa
atau Prof. Dr. B.I Habibie atau Ki hajar Dewantara.
3. Otobiografi adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
4. Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh
Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
5. Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian
kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh:
Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
6. Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan
manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu
Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan Idrus.
7. Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu
kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan
YB. Mangunwijaya.
8. Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya
dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu
yangs ifatnya objektif dan menghakimi.
9. Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama,
dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari
ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai
dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau
dinikmati.
10. Esei adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan
pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan,
renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik,
pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat
subjektif atau sangat pribadi.

B. Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta
ditandai oleh bahasa yang padat. Unsur-unsur intrinsik puisi adalah
a. tema adalah tentang apa puisi itu berbicara
b. amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca
c. rima adalah persamaan-persamaan bunyi
d. ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e. metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh
persamaan jumlah kata/suku tiap baris
f. majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun
maksimalisasi ekspresi
g. kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-
api, dll.)
h. diksi adalah pilihan kata/ungkapan
i. tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
a. puisi lama
Ciri puisi lama:
1. merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
2. disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
3. sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima
Yang termausk puisi lama adalah
1. mantra adalah ucapan-ucapan yangd ianggap memiliki kekuatan gaib
2. pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3. karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
4. seloka adlah pantun berkait
5. gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat
6. syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-
a-a-a, berisi nasihat atau cerita
7. talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
b. puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku
kata, maupun rima.Menurut isinya, puisi dibedakan atas
1. balada adalah puisi berisi kisah/cerita
2. himne adAlah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
3. ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang ebrjasa
4. epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
5. romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
6. elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
7. satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Membaca Puisi
Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membaca puisi antara lain:
1. jenis acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll.,
2. pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan,
pemberontakan, perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan,
kemanusiaan, dll.,
3. pemahaman puisi yang utuh,
4. pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, meliputi poetry reading, deklamasi, dan
teaterikal
5. tempat acara: indoor atau outdoor,
6. audien,
7. kualitas komunikasi,
8. totalitas performansi: penghayatan, ekspresi( gerak dan mimik)
9. kualitas vokal, meliputi volume suara, irama (tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan
tempo)
10. kesesuaian gerak,
11. jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, maka harus memperhatikan:
a) pemilihan kostum yang tepat,
b) penggunaan properti yang efektif dan efisien,
c) setting yang sesuai dan mendukung tema puisi,
d) musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi

C. Drama/Film
Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan asepk pementasan.
Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur
instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi,
konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor,
sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan
gerak para pemain).

VI. NILAI SASTRA


1. Nilai Moral
Sebuah karya umumnya membawa pesan moral. Pesan moral dapat disampaikan
oleh pengarang secara langsung maupun tidak langsung. Dalam karya satra,
pesan moral dapat diketahui dari perilaku tokoh- tokohnya atau komentar
langsung pengarangnya lewat karya itu.
2. NIlai Estetika atau Nilai Keindahan
Sebuah karya sastra mempunyai aspek-aspek keindahan yang melekat pada
karya sastra itu. Sebuah puisi, misalnya: dapat diamati aspek persamaan
bunyi, pilihan kata, dan lain-lain. Dalam cerpen dapat diamati pilihan gaya
bahasanya.
3. Nilai Sosial Budaya
Suatu karya sastra akan mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah
tertentu. Hal ini berkaitan dengan warna daerah. Sebuah novel misalnya, warna
daerah memiliki corak tersendiri yang membedakannya dengan yang lain. Beberapa
karya sastra yang mengungkapkan aspek sosial budaya:
a. Pembayaran karya Sunansari Ecip mengungkapkan kehidupan di Sulawesi
Selatan.
b. Bako Karya Darman Moenir mengungkapkan kehidupan Suku Minangkabau di
Sumatera Barat.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.sastra-indonesia.com/2010/06/carut-marut-sejarah-sastra-indonesia/

http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/karya-sastra-dan-periodenya/

http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia

http://ensiklopedia.com/Sastra%20Indonesia%20-
%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm

http://google.com/Bahasa%20dan%20Sastra%20Indonesia%20%20Periodisasi%20Sastra%20Indonesia.h
tm

You might also like