Professional Documents
Culture Documents
Dalam kimia organik, turunan asam karboksilat adalah kelompok senyawa organik
yang memiliki gugus karbonil dan memiliki sebuah atom elektronegatif (oksigen,
nitrogen atau halogen yang terikat pada atom karbon karbonil. Turunan senyawa
karboksilat berbeda dengan keton dan aldehida yang memiliki gugus karbonil tapi tidak
terikat dengan atom elektronegatif. Keberadaan atom elektronegatif ini menyebabkan
perubahan signifikan pada reaktivitas senyawa ini. Kelompok-kelompok senyawa yang
termasuk turunan asam karboksilat adalah:
• Asam karboksilat
• Ester
• Amida
• Asil halida
• Anhidrida asam
Asam karboksilat
Asam karboksilat mengandung -COOH, yang lebih baik lagi ditulis secar penuh sebagai:
Asam karboksilat ditunjukkan dengan asam ….oik. Saat anda menghitung asam
karbonnya jangan lupakan untuk menghitung karbon pada -COOH . Karbon itu selalu
menjadi atom karbon nomor satu.
Ini merupakan asam dengan karbon empat tanpa ikatan rangkap. Ada ikatan metil pada
karbon ketiga (-COOH merupakan atom karbon nomor satu).
Nama umum dari asam 2-hidroksipropanoik adalah asam laktat. Nama itu terdengar lebih
umum, tapi jarang digunakan saat diharuskan menuliskan formulanya.
Kali ini, tidak hanya klorin yang terletak pada rantai, tapi rantai juga mengandung ikatan
rangkap (en) mulai dari karbon nomor tiga.
Ini adalah garam sodium dari asam propanoik mulailah dari itu. Asam propanik adalah
asam tiga karbon tanpa ikatan karbon rangkap.
Saat membentuk garam, hidrogen pada- COOH digantikan eleh logam. Karena itu
Sodium propanoat menjadi:
Perhatikan bahwa adanya ikatan ion antara sodium dan propanoat. Apapun yang anda
lakukan jangan membuat garis ke arah oksigen.
Dalam versi yang lebih singkat, sodium propanoat ditulis sebagai CH3CH2COONa atau,
jika anda ingin menekankan ikatan ionnya CH3CH2COO- Na+.
Ester
Ester adalah satu dari senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai asam derivatif. Pada
jenis ini terjadi modifikasi asam. Pada ester hidrogen pada -COOH digantikan oleh alkil
(atau mungkin hdirokarbon uang lebih kompleks).
Penamaan ester memiliki dua bagian -bagian yang berasal dari asam (propanoat) dan
bagian yang melambangkan golongan alkil (metil).
Mulai dengan memikirkan tentang asam propanoik -rantai tiga karbon tanpa ikatan
rangkap..
Hidrogen pada -COOH digantikan oleh alkil, atau pada kasus ini- metil.
IPada versi yang lebih pendek , formula ini juga bisa dituliskan sebagai
CH3CH2COOCH3.
Hal ini mungkin contoh ester yang paling sering digunakan. Berdasar pada asam etanoik
(–etanoat) asam dengan 2 karbon. Bagian hidrogen pada -COOH digantikan dengan etil.
Yakinkan bahwa anda menggambar etil dengan arah yang benar. Kesalahan yang fatal
jika mencoba menggabungkan CH3 dengan oksigen.
@
Asil klorida (Acyl Chloride)
Asil klorida adalah salah satu turunan asam. Pada kasus ini -OH dari asam diganti oleh
-Cl. Semua Asil klorida mengandung =COCl:
Asil klorida ditunjukkan dengan akhiran oil kloida. Jadi etanoil klorida berdasarkan pada
rantai dua karbon tanpa ikatan rangkap dan -COCl. Karbon pada bagian itu tethitung
sebagai bagian dari rantai. Pada rantai yang lebih panjang karbon pada -COCl dihitung
sebagai karbon nomor satu.
Asam Anhidrat
Didapat dari dehirasi asam -yitu dengan menghilangkan air dari asam.
Amida
Masih turunan dari asam. Amida mengandung -CONH2 dimana -OH dari asam
digantikan oleh –NH2.
1. Rumus Umum
Asam alkanoat atau asam karboksilat merupakan golongan senyawa karbon yang
mempunyai gugus fungsional –COOH terikat langsung pada gugus alkil, sehingga rumus
umum asam alkanoat adalah : R-COOH
2. Tata Nama
Penamaan senyawa-senyawa asam alkanoat atau asam karboksilat juga ada dua cara
yaitu :
1) Menurut IUPAC : mengikuti nama alkananya dengan menambahkan nama asam di
depannya dan mengganti akhiran “ ana “ pada alkana dengan akiran “ anoat “ pada
asam Alkanoat.
2) Menurut Trivial, penamaan yang didasarkan dari sumber penghasilnya.
Contoh:
Tabel PENAMAAN SENYAWA ASAM KARBOKSILAT
Jika gugus karboksilat dihubungkan dengan cincin, akhiran karboksilat ditambahkan pada
nama induk sikloalkana.
Asam-asam aromatic juga diberi tambahan –at pada turunan hidrokarbon aromatiknya.
Beberapa contoh diantaranya :
Pembuatan asam karboksilat
- Hidrolisin nitril
4) Asam alkanoat dapat bereaksi dengan basa menghasilkan garam. Reaksi ini disebut
reaksi penetralan.
a) CH3COOH + NaOH -------------> CH3COONa + H2O
Asam Etanoat Natrium Etanoat
5) Asam alkanoat dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan senyawa ester. Reaksi ini
dikenal dengan reaksi esterifikasi.
a) CH3COOH + CH3–OH ------------------> CH3COOHCH3 + H2O
Asam Etanoat Metanol Metil Etanoat
a. Reaksi penetralan
Garam natrium atau kalium dari asam karboksilat suku tinggi dikenal sebagai sabun.
Sabun natrium disebut sabun keras, sedangkan sabun kalium disebut sabun lunak.
Sebagai contoh, yaitu natrium stearat (NaC17H35COO) dan kalium stearat (KC17H35COO).
Asam alkanoat tergolong asam lemah, semakin panjang rantai alkilnya, semakin lemah
asamnya. Jadi, asam alkanoat yang paling kuat adalah asam format, HCOOH. Asam
format mempunyai Ka=1,8x10-4. Oleh karena itu, larutan garam natrium dan kaliumnya
mengalami hidrolisis parsial dan bersifat basa.
b. Reaksi Pengesteran
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester. Reaksi ini disebut
esterifikasi (pengesteran).
Ester atau Alkil Alkanoat
1. Rumus Umum
Ester merupakan senyawa turunan asam alkanoat, dengan mengganti gugus hidroksil
(–OH) dengan gugus –OR1. Sehingga senyawa alkil alkanoat mempunyai rumus
umum:R-COOR1
2. Tata Nama
Untuk memberi nama senyawa ester, disesuaikan dengan nama asam alkanoat
asalnya, dan kata asam diganti dengan kata dari nama gugus alkailnya.
Ester
Ester diturunkan dari asam dengan mengganti gugus OH dengan gugus OR. Sifat fisika :
berbentuk cair atau padat, tak berwarna, sedikit larut dalm H2O, kebanyakan mempunyai
bau yang khas dan banyak terdapat di alam. Struktut ester : R – COOR. Ester diberi nama
seperti penamaan pada garam.
Perhatikan bahwa bagian R dari gugus OR disebutkan dahulu, diikuti dengan nama asam
yang berakhiran –at.
Pembuatan ester :
Penggunaan ester :
Jika asam karboksilat dan alkohol dan katalis asam (biasanya HCl atau H2SO4)
dipanaskan terdapat kesetimbangan dengan ester dan air.
Proses ini dinamakan esterifikasi fischer, yaitu berdasarkan nama Emil Fischer kimiawan
organik abad 19 yang mengembangkan metode ini. Walaupun reaksi ini adalah reaksi
kesetimbangan, dapat juga digunakan untuk membuat ester dengan hasil yang tinggi
dengan menggeser kesetimbangan kekanan. Hal ini dapat dicapai dengan beberapa
teknik. Jika alkohol atau asam harganya lebih murah, dapat digunakan jumlah berlebihan.
Cara lain ialah dengan memisahkan ester dan/atau air yang terbentuk (dengan
penyulingan) sehingga menggeser reaksi kekanan.
Pengertian ester
Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus
-COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus
hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini kita hanya akan melihat kasus-kasus dimana
hidrogen pada gugus -COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh
beda jika diganti dengan sebuah gugus aril (yang berdasarkan pada sebuah cincin
benzen).
Ester yang paling umum dibahas adalah etil etanoat. Dalam hal ini, hidrogen pada gugus
-COOH telah digantikan oleh sebuah gugus etil. Rumus struktur etil etanoat adalah
sebagai berikut:
Perhatikan bahwa ester diberi nama tidak sesuai dengan urutan penulisan rumus
strukturnya, tapi kebalikannya. Kata "etanoat" berasal dari asam etanoat. Kata "etil"
berasal dari gugus etil pada bagian ujung.
Pada setiap contoh berikut, pastikan bahwa anda bisa mengerti bagaimana hubungan
antara nama dan rumus strukturnya.
Perhatikan bahwa asam diberi nama dengan cara menghitung jumlah total atom karbon
dalam rantai – termasuk yang terdapat pada gugus -COOH. Misalnya, CH3CH2COOH
disebut asam propanoat, dan CH3CH2COO disebut gugus propanoat.
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan
katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang juga digunakan
gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung melibatkan ester-ester
aromatik (yakni ester yang mengandung sebuah cincin benzen).
Reaksi esterifikasi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan untuk
reaksi antara sebuah asam RCOOH dengan sebuah alkohol R’OH (dimana R dan R’ bisa
sama atau berbeda) adalah sebagai berikut:
Jadi, misalnya, jika kita membuat etil etanoat dari asam etanoat dan etanol, maka
persamaan reaksinya adalah:
Melangsungkan reaksi
Asam karboksilat dan alkohol sering dipanaskan bersama dengan adanya beberapa tetes
asam sulfat pekat untuk mengamati bau ester yang terbentuk.
Untuk melangsungkan reaksi dalam skala tabung uji, semua zat (asam karboksilat,
alkohol dan asam sulfat pekat) yang dalam jumlah kecil dipanaskan di sebuah tabung uji
yang berada di atas sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Karena reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester yang terbentuk tidak
banyak. Bau khas ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau asam karboksilat.
Sebuah cara sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan menaburkan campuran
reaksi ke dalam sejumlah air di sebuah gelas kimia kecil.
Terkecuali ester-ester yang sangat kecil, semua ester cukup tidak larut dalam air dan
cenderung membentuk sebuah lapisan tipis pada permukaan. Asam dan alkohol yang
berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester.
Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau yang mirip
dengan pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut yang umum
misalnya pada lem).
Semakin besar ester, maka aromanya cenderung lebih ke arah perasa buah buatan –
misalnya "buah pir".
Jika anda ingin membuat sampel sebuah ester yang cukup besar, maka metode yang
digunakan tergantung pada (sampai tingkatan tertentu) besarnya ester. Ester-ester kecil
terbentuk lebih cepat dibanding ester yang lebih besar.
Untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil etanoat, anda bisa memanaskan secara
perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam
sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.
Ini dapat mencegah terjadinya reaksi balik. Pemisahan dengan distilasi ini dapat
dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara
semua zat yang ada. Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran yang tidak
membentuk ikatan hidrogen, sehingga memiliki gaya antar-molekul yang paling lemah.
Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini, mungkin
diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama beberapa waktu
untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa dipisahkan dari asam
karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran dengan metode distilasi
fraksional.
Ester juga bisa dibuat dari reaksi-reaksi antara alkohol dengan asil klorida atau anhidrida
asam.
Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka reaksi yang
terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu kamar menghasilkan
sebuah ester dan awan-awan dari asap hidrogen klorida yang asam dan beruap.
Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol krlorida kedalam etanol, maka akan
terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil etanoat.
Mari kita ambil contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat sebagai sebuah
reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol:
Reaksi berlangsung lambat pada suhu kamar (atau lebih cepat pada pemanasan). Tidak
ada perubahan yang bisa diamati pada cairan yang tidak berwarna, tetapi sebuah
campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk.
Contoh :
R–COOR1 + H2O -----------> R–COOH + R1–OH
Ester As. Alkanoat Alkohol
6) Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua buah
senyawa alkohol.
Contoh :
R–C OOR1 + 2 H2 → R–CH2–OH + R1–OH
Ester Alkohol Alkohol
7) Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam (sabun)
dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi / penyabunan.
Hidrolisis Ester
Ditulis oleh Jim Clark pada 07-11-2007
Halaman ini membahas cara-cara hidrolisis ester yaitu dengan memecahnya menjadi
asam-asam karboksilat (atau garam-garamnya) dan alkohol dengan bantuan air, asam
encer atau basa encer. Penjelasan dimulai dengan hidrolisis ester-ester sederhana seperti
etil etaoat, lalu dilanjutkan dengan hidrolisis ester yang lebih besar, yang lebih kompleks
untuk pembuatan sabun.
Pengertian hidrolisis
Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi inilah yang sebenarnya
terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer seperti asam hidroklorat
encer.
Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion hidroksida, tetapi hasil
keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam hidrolisis dengan air atau
asam encer.
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan. Reaksi ini
dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah
asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.
Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam.
Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik (reversibel). Untuk melangsugkan
hidrolisis sesempurna mungkin, harus digunakan air yang berlebih. Air diperoleh dari
asam encer, sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer yang berlebih.
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester dipanaskan di
bawah refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium hidroksida.
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam encer.
Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih mudah
dipisahkan.
Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua contoh di atas, tapi menggunakan
larutan natrium hdroksida bukan sebuah asam encer:
Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika digunakan larutan natrium hidroksida yang
berlebih, tidak akan ada ester yang tersisa.
Alkohol yang terbentuk bisa dipisahkan dengan distilasi. Pemisahan ini cukup mudah.
Jika anda menginginkan terbentuk asam bukan garamnya, anda harus menambahkan
asam kuat yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer ke dalam
larutan yang tersisa setelah distilasi pertama.
Jika anda melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion
hidrogen ini ditangkap oleh ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun) yang
terdapat dalam garam membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan lain-lain).
Karena asam-asam ini adalah asam lemah, maka ketika bergabung dengan ion hidrogen,
cenderung tetap bergabung.
Pembahasan ini berkaitan dengan hidrolisis basa (dengan menggunakan larutan natrium
hidroksida) ester-ester besar yang ditemukan dalam lemak dan minyak hewani dan
nabati.
Jika ester-ester besar yang terdapat dalam lemak dan minyak hewani dan nabati
dipanaskan dengan larutan natrium hdiroksida pekat, reaksi yang terjadi persis sama
dengan reaksi pada ester-ester sederhana.
Terbentuk asam karboksilat – kali ini, garam natrium dari sebuah asam besar seperti asam
oktadekanoat (asam stearat). Garam-garam ini merupakan komponen sabun yang penting
– yaitu komponen yang melakukan pembersihan.
Juga terbentuk alkohol – kali ini, alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-triol (gliserol).
Karena hubungannya dengan pembuatan sabun, hidrolisis ester dengan basa terkadang
disebut sebagai saponifikasi.
4. Kegunaan Ester
Ester banyak digunakan dalam kehiduapn sehari-hari antara lain :
1) Amil asetat banyak digunakan sebagai pelarut untuk damar dan lak
2) Esterifikasi etilen glikol dengan asam bensen 1.4 dikarboksilat menghasilkan poliester
yang digunakan sebagai bahan pembuat kain.
3) Karena baunya yang sedap maka ester banyak digunakan sebagai esen pada makanan
antara lain :
Tabel CONTOH AROMA SENYAWA ESTER
Juga terdapat banyak kemiripan antara anhidrida asam dan asil klorida (klorida asam)
selama reaksi-reaksi ini dibahas bersama. Anda diharapkan selalu merujuk pada
kemiripan-kemiripan ini selama mempelajari halaman ini karena itu dapat membantu
anda dalam mengingatnya.
Amonia dan amina primer masing-masing mengandung sebuah gugus -NH2. Pada
amonia, gugus ini terikat pada sebuah atom hidrogen sedangkan pada amina primer
terikat pada sebuah gugus alkil (disimbolkan dengan "R" pada gambar berikut) atau pada
sebuah cincin benzen.
Karena asil klorida memiliki rumus struktur yang jauh lebih mudah, maka akan sangat
membantu jika kita memulai pembahasan dengan asil klorida.
Kita akan mengambil contoh etanoil klorida sebagai asil klorida sederhana.
Reaksi umum antara klorida etanoil dengan sebuah senyawa XNH2 (dimana X adalah
hidrogen, atau sebuah gugus alkil, atau sebuah cincin benzen) melibatkan dua tahapan
reaksi:
Pertama:
Setiap reaksi pada awalnya akan menghasilkan gas hidrogen klorida – hidrogen berasal
dari gugus -NH2, dan klorin berasal dari etanoil klorida . Komponen lain yang tersisa
semuanya bergabung menjadi satu struktur.
Tetapi amonia dan amina adalah asam, dan bereaksi dengan hidrogen klorida
menghasilkan sebuah garam. Sehingga tahapan kedua dari reaksi adalah:
Kita mengambil contoh anhidrida etanoat sebagai anhidrida asam yang paling umum
ditemui dalam pembahasan tingkat dasar.
Jika anda membandingkan persamaan reaksi di atas dengan persamaan reaksi untuk asil
klorida, anda bisa melihat bahwa satu-satunya perbedaan adalah bahwa yang dihasilkan
sebagai produk kedua adalah asam etanoat, bukan hidrogen klorida seperti pada reaksi
asil klorida.
Selanjutnya asam etanoat bereaksi dengan amonia atau amina yang berlebih
menghasilkan sebuah garam – kali ini adalah etanoat.
Ini kelihatannya lebih sulit dibanding pada asil klorida karena cara penulisan struktur
garam yang terbentuk. Pada struktur ini terdapat ion etanoat dan sebuah ion positif:
Ini lebih mudah dipahami pada senyawa yang sesungguhnya – seperti yang akan kita
lihat berikut.
Sebagai rangkuman:
Reaksi-reaksi anhidrida asam persis sama seperti reaksi-reaksi asil klorida yang
sebanding kecuali:
• Pada tahap pertama, asam etanoat terbentuk sebagai produk kedua bukan gas
hidrogen klorida.
• Tahap kedua dari reaksi melibatkan pembentukan etanoat bukan klorida.
• Reaksi berlangsung lebih lambat. Anhidrida asam tidak terlalu reaktif seperti asil
klorida, dan reaksi biasanya memerlukan pemanasan.
Pada contoh ini, "X" dalam persamaan di atas adalah sebuah atom hidrogen. Sehingga
pada contoh pertama akan diperoleh asam etanoat dan sebuah senyawa organik yang
disebut sebagai amida.
Amida mengandung sebuah gugus -CONH2. Dalam reaksi antara anhidrida etanoat
dengan amonia, amida yang terbentuk disebut etanamida.
Persamaan ini lebih sering (dan lebih mudah) dituliskan sebagai berikut:
Asam etanoat yang dihasilkan bereaksi dengan amonia berlebih menghasilkan amonium
etanoat.
dan anda bisa menggabungkan kedua reaksi ini menghasilkan satu reaksi lengkap:
Anda perlu mencermati reaksi ini dengan seksama, karena kedua produk reaksi secara
keseluruhan bisa terlihat mirip dan membingungkan untuk dibedakan.
Adapun reaksi untuk asil klorida adalah:
Kita akan mengambil contoh metilamin sebagai amina primer sederhana dimana gugus
-NH2 terikat pada sebuah gugus alkil.
Pada reaksi ini, produk pertama disebut sebagai amida yang tersubstitusi-N.
Jika anda membandingkan strukturnya dengan amida yang dihasilkan pada reaksi dengan
amonia, yang membedakan adalah bahwa salah satu hidrogen pada nitrogen telah
disubstitusi dengan sebuah gugus metil.
Senyawa ini adalah N-metiletanamida. "N" menunjukkan bahwa substitusi terjadi pada
atom nitrogen, dan bukan pada unsur lain dalam molekul tersebut.
Anda bisa menganggap amina primer sebagai amonia yang termodifikasi. Jika amonia
adalah basa dan membentuk sebuah garam dengan asam etanoat, maka metilamin yang
berlebih juga akan mengalami hal yang sama. Reaksinya sebagai berikut:
Garam yang terbentuk disebut metilamonium etanoat. Garam ini sama persis seperti
amonium etanoat, kecuali bahwa salah satu hidrogen telah digantikan oleh sebuah gugus
metil.
Kedua persamaan reaksi di atas bisa digabungkan menjadi satu persamaan lengkap, yaitu:
Adapun reaksi untuk asil klorida adalah:
Fenilamin adalah amina primer yang paling sederhana dimana gugus -NH2 terikat secara
langsung pada sebuah cincin benzen. Nama lamanya adalah anilin.
Pada fenilamin, hanya gugus -NH2 yang terikat pada cncin. Rumus struktur fenilamin
bisa dituliskan sebagai C6H5NH2.
Tidak ada perbedaan esensial antara reaksi ini dengan reaksi dengan metilamin, tetapi
terbentuknya struktur amida yang tersubstitusi-N perlu dipahami.
Reaksi ini terkadang terlihat lebih rumit jika fenilamin digambarkan dengan
memperlihatkan cincin benzennya, dan khususnya jika reaksi dijelaskan dari sudut
pandang fenilamin.
Jika anda mencermatinya, molekul ini persis sama seperti molekul pada persamaan di
atas, hanya saja lebih menekankan bagian fenilamin dari molekul tersebut.
Amati molekul ini dalam bentuk yang memperlihatkan cincin benzennya, perhatikan
bahwa salah satu hidrogen dari gugus -NH2 telah digantikan oleh sebuah gugus asil
(sebuah gugus alkil yang terikat pada sebuah ikatan rangkap C=O).
Anda bisa mengatakan bahwa fenilamin telah terasilasi atau telah mengalami asilasi.
Karena sifat dari gugus alkil yang khusus ini, maka proses ini juga disebut sebagai
etanoilasi. Hidrogen digantikan oleh sebuah gugus etanoil, CH3CO-.
Sebuah asil merupakan alkil yang terikat pada ikatan rangkap oksigen dan karbon. Jika R
mewakili alkil, maka asil mempunyai formula RCO-. Asilasi berarti mensubstitusi asil ke
sesuatu atau dalam kasus ini benzen.
Asil yang umum dipakai adalah CH3CO-. Ini disebut sebagai etanoil. Pada contoh akan
diperlihatkan subtitsusi CH3CO- ke cincin. Namun sebenarnya anda bisa menggunakan
alkin yang lain selain CH3.
Fakta
Substansi yang paling reaktif dari subtansi yang mengandung asil adalah asil klorida
(dikenal juga sebagai asam klorida). Rumus umumnya adalah RCOCl.
Benzen direaksikan dekan campuran etanoil klorida, CH3COCl, dan aluminium klorida
sebagai katalis. Dan terbentuklah keton yang bernama feniletanon.
Yang merupakan elektrofil adalah CH3CO+. Terbentuk dari reaksi antara etanol klorida
dan katalis aluminium klorida.
Tahap pertama
Tahap kedua
Hidrogen terbuang dengan adanya ion AlCl4- yang terbentuk pada saat yang sama seperti
elektrofil CH3CO+ . Katalis aluminium klorida teraktif kembali pada tahap kedua ini.
Halaman ini menjelaskan apa yang dimaksud anhidrida asam dan pada bagian ini juga
dibahas tentang sifat-sifat fisik yang sederhana dari anhidrida asam seperti titik didih.
Halaman ini juga memberikan penjelasan pendahuluan tentang kereaktifan kimiawi
secara umum, dan rincian tentang reaksi-reaksi spesifik dibahas pada halaman-halaman
yang lain (halaman terkait di sebelah kanan).
Jika anda mengambil dua molekul asam etanoat dan menghilangkan sebuah molekul air
diantara kedua molekul tersebut (lihat gambar berikut) maka akan diperoleh anhidrida
asam, yakni anhidrida etanoat (nama lama: anhidrida asetat).
Sebenarnya kita bisa membuat anhidirida etanoat dengan mendehidrasi asam etanoat,
tetapi anhidrida ini biasanya dibuat dengan cara yang lebih efisien dan lebih sederhana.
Pemberian nama untuk anhidrida asam sangat mudah. Anda cukup mengambil nama
asam induk, dan mengganti kata "asam" dengan "anhidrida". "Anhidrida" berarti "tanpa
air".
Dengan demikian, asam etanoat akan menjadi anhidrida etanoat; asam propanoat menjadi
anhidrida propanoat, dan seterusnya.
Pada pembahasan tingkat dasar, satu-satunya anhidrida yang paling sering dijumpai
adalah anhidrida etanoat.
Sifat-sifat fisik anhidrida asam
Untuk menjelaskan sifat-sifat anhidrida asam, kita akan mengambil contoh anhidrida
etanoat sebagai anhidrida asam sederhana.
Kenampakan
Anhidrida etanoat merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau yang sangat mirip
dengan asam cuka (asam etanoat).
Bau ini timbul karena anhidrida etanoat bereaksi dengan uap air di udara (dan
kelembaban dalam hidung) menghasilkan asam etanoat kembali. Reaksi dengan air ini
dibahas secara rinci pada halaman yang lain. (Halaman terkait di sebelah kanan).
Anhidrida etanoat tidak bisa dikatakan larut dalam air karena dia bereaksi dengan air
menghasilkan asam etanoat. Tidak ada larutan cair dari anhidrida etanoat yang terbentuk.
Titik didih
Anhidrida etanoat mendidih pada suhu 140°C. Titik didih cukup tinggi karena memiliki
molekul polar yang cukup besar sehingga memiliki gaya dispersi van der Waals sekaligus
gaya tarik dipol-dipol.
Akan tetapi, anhidrida etanoat tidak membentuk ikatan hidrogen. Ini berarti bahwa titik
didihnya tidak sama tingginya dengan titik didih asam karboksilat yang berukuran sama.
Sebagai contoh, asam pentanoat (asam yang paling mirip besarnya dengan anhidrida
etanoat) mendidih pada suhu 186°C.
Anhidrida asam bisa dianggap sebagai asil klorida yang termodifikasi. Memahami
anhidrida asam akan jauh lebih mudah jika kita menganggapnya seolah-olah asil klorida
yang termodifikasi dibanding jika jika kita mempelajarinya secara terpisah. Itulah
sebabnya pada halaman ini dibuat perbandingan antara anhidrida asam dengan asil
klorida.
Bandingkan struktur anhidrida asam dengan struktur asil klorida – perhatikan dengan
cermat bagian yang diberi warna merah dalam gambar.
Dalam reaksi-reaksi anhidrida etanoat, gugus yang berwarna merah tersebut selalu tetap
dalam keadaan utuh. Gugus-gugus ini seolah-olah merupakan sebuah atom tunggal –
persis seperti atom klorida pada asil klorida.
Reaksi yang umum terjadi pada asil klorida adalah penggantian klorin dengan sesuatu
yang lain.
Dengan mengambil contoh klorida etanoil sebagai asil klorida sederhana, reaksi awal
yang terjadi adalah:
Gas hidrogen klorida dihasilkan, walaupun gas ini bisa bereaksi kembali dengan
komponen-komponen lain dalam campuran.
Dengan anhidrida asam, reaksi berlangsung lebih lambat, tetapi satu-satunya perbedaan
esensial adalah bahwa yang dihasilkan bukan hidrogen klorida sebagia produk lain, tetapi
asam etanoat.
Seperti halnya hidrogen klorida, produk ini (asam etanoat) juga bisa bereaksi kembali
dengan komponen lain yang ada dalam campuran.
Reaksi-reaksi ini (reaksi asil klorida dan reaksi anhidrida asam) melibatkan komponen
seperti air, alkohol dan fenol, atau amonia dan amina. Semua komponen ini mengandung
unsur yang sangat elektronegatif dengan sebuah pasangan elektron bebas yang aktif –
baik oksigen maupun nitrogen.
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus
karboksil, –COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus
hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia
yang unik dan untuk asam karboksilat (Fessenden, 1997).
Asam format terdapat pada semut merah (asal dari nama), lebah, jelatang dan
sebagainya (juga sedikit dalam urine dan peluh). Sifat fisika: cairan, tak berwarna,
merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat kimia: asam
paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehida
(Riawan, 1990).
Asam asetat (CH3COOH) sejauh ini merupakan asam karboksilat yang paling
penting diperdagangan, industri dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam
asetat glasial karena senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam
asetat glasial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 7ºC, titik didih 80ºC),
dengan bau pedas menggigit. Dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut organik
(Fessenden, 1997).
2. Reaksi Esterifikasi
Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R
dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung antara asam
karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya adalah:
3. Reaksi Oksidasi
Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat
seperti asam sulfat, CrO3, panas. Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat
lambat.
Asam karboksilat, dengan basa akan membentuk garam dan dengan alkohol
menghasilkan eter. Banyak dijumpai dalam lemak dan minyak, sehingga sering juga
disebut asam lemak. Pembuatannya antara lain melalui oksidasi alkohol primer,
sekunder atau aldehida, oksidasi alkena, oksidasi alkuna hidrolisa alkil sianida
(suatu nitril) dengan HCl encer, hidrolisa ester dengan asam, hidroilisa asil halida,
dan reagen organolitium (Wilbraham, 1992).
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pemanas bunsen, botol
semprot, pipet tetes, gelas bekker, tabung reaksi, gelas ukur, penjepit.
B. Bahan
a. Oksidasi aldehid
b. Hidrolisis ester
1. Dimasukkan 0,25 ml H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,5 ml
etil asetat.
3. Esterifikasi
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml etanol 70% lalu ditambahkan 0,5
ml asam asetat dan 3 tetes H2SO4 pekat.
3. Dituang isi tabung reaksi ke dalam air dan dicatat bau ester yang timbul.
4. Oksidasi
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 0,5 ml fehling
A dan B.
2. Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan yang
terjadi.
V. HASIL PENGAMATAN
A. Hasil
2.
0,5 ml KMnO4 + 2 tetes H2SO4 Pekat Ada gelembung, ada endapan.
3.
Dikocok Bau menyengat, 3 lapisan (putih,
cokelat, cokelat muda)
Ditambahkan 0,5 ml asetaldehid lalu
dipanaskan dalam penangas air. Panas, warna bening, bau balon
Hidrolisis ester
3. Esterifikasi
4. Oksidasi
B. Pembahasan
a. Oksidasi aldehid