You are on page 1of 15

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem

dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak dijumpai pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,
namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai
sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid.

Klasifikasi koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, bergantung dari fasa zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Beberapa jenis koloid: yaitu

 Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi
cair disebut aerosol cair (contoh: kabut) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat
disebut aerosol padat (contoh: asap).
 Sol
 Emulsi
 Buih
 Gel

Sifat-sifat Koloid
Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal
ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh
John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek
tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati
(gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena
partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit
diamati.

           
Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita
akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan
zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan
tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan
pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan
medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan
dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.
Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel
sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel
fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem
koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii)
Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

 
Muatan koloid

Muatan koloid , yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif. Semua partikel
koloid pasti mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya sejenis,
maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel
tersebut tidak mau bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun
demikian, system koloid secara keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang
bermuatan ini akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya.:

1. Sumber Muatan Koloid Sol

 Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses adsorpsi
dan proses ionisasi gugus permukaan partikel.

 Proses Adsorpsi

Proses adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap partikel
bermuatan dari fase pendispersinya. Sehingga partikel koloid menjadi bermuatan. Jenis
muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang diserap apakah anion atau
kation.

 Sebagai contoh: partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai kemampuan untuk
mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga sol Fe(OH) 3 bermuatan
positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif) mengadsorpsi anion dari
medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Partikel koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu tergantung
pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol AgCl terdapat
pada medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka AgCl akan bermuatan
positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan anion Cl-
berlebih, maka sol AgCl akan bermuatan negatif.  

 Proses Ionisasi Gugus Permukaan Partikel

Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus yang ada pada
permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun/ deterjen.

 a.         Pada koloid protein:

Koloid ini adalah jenis sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH) dan basa
(-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul-molekul
protein.

Pada pH rendah (konsentrasi H+ tinggi), gugus basa –NH2 akan menerima proton (H+)
dan membentuk gugus –NH3+

NH2    +     H+       à    -NH3+

 Pada pH tinggi, -COOH akan mendonorkan proton H+ dan membentuk gugus      –COO-

COOH  +       H+       à    –COO-

 
Maka, partikel sol protein bermuatan positif pada pH rendah dan bermuatan negatif pada
pH tingi. Pada titik pH isoelektrik, partikel-partikel protein bermuatan netral karena
muatan   -NH3+  –COO- saling meniadakan menjadi netral.

 b.       Pada koloid sabun / deterjen

Molekul sabun dan deterjen lebih kecil daripada molekul koloid. Pada konsentrasi relatif
pekat, kedua molekul ini dapat bergabung dan membentuk partikel-partikel berukuran
koloid yang disebut misel. Lalu zat-zat yang tergabung dalam suatu fase pendispersi dan
membentuk partikel-partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.

 Sabun adalah garam karboksilat dengan partikel R-COO-Na+. Di dalam air partikel ini
akan terionisasi.

 R-COO-Na+ à   R-COO-  +  Na+

                                        
Anion

 
Anion-anion R-COO-  akan bergabung membentuk misel. Gugus R- tidak larut dalam air
sehingga akan terorientasi ke pusat, sedangkan COO-  larut dalam air sehingga berada di
permukaan yang bersentuhan dengan air.

2. Kestabilan Koloid

Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak yang
mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi. Oleh
karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar dalam menjaga
kestabilan koloid.

3. Lapisan Bermuatan Ganda

           

         

Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang


didapatkannya dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila dalam
larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem
koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga membentuk lapisan
ganda. Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-
ion dengan muatan berlawanan dari medium pendispersi. Sedangkan lapisan kedua
berupa lapisan difusi dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke partikel
koloid. Model lapisan berganda tersebut tijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya
lapisan ini menyebabkan secara keseluruhan bersifat netral.

4. Elektroforesis

         Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan
listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis. Untuk lebih jelas,
mari kita lihat tabung berikut di samping.

          

Pada gambar, terlihat bahwa partikel-partikel koloid bermuatan positif tersebut bergerak
menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif. Jika sistem koloid
bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode positif.

5..         Koagulasi

            Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan terjadi penggumpalan dan
pengendapan karena pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan dan pengendapan ini
disebut koagulasi.
           

Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu

 Menggunakan prinsip elektroforesis

             Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke


elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka
system koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.

 Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan

 Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan negatif, maka
muatan tersebut akan saling menghilang dan bersifat netral.

 Penambahan elektrolit

  Jika suatu elektrolit ditambahkan pada system koloid, maka partikel koloid yang
bermuatan negatif akan mengasorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga
sebaliknya, partikel positif akan mengasorpsi ion negative (anion) dari elektrolit. Dari
adsorpsi diatas, maka terjadi proses koagulasi.

 Pendidihan

             Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol
dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan.

 
6.          Koloid pelindung

             Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif besar
disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya
mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob yang bersifat
kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.

            Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi
menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil. Berikut ini
penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:

Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar     
antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen.

Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang lemah
atau    bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh,
disperse   emas, belerang dalam air.

 Sifat-Sifat Sol Liofil Sol Liofob


Pembuatan Dapat dibuat langsung dengan Tidak dapat dibuat hanya
mencampurkan fase terdispersi dengan dengan mencampur fase
medium terdispersinya terdispersi dan medium
pendisperinya
Muatan partikel Mempunyai muatan yang kecil atau tidak Memiliki muatan positif atau
bermuatan negative
Adsorpsi Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi Partikel-partikel sol liofob
medium medium pendispersinya. Terdapat proses tidak mengadsorpsi medium
pendispersi solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya pendispersinya. Muatan
lapisan medium pendispersi yang partikel diperoleh dari
teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga adsorpsi partikel-partikel ion
menyebabkan partikel sol liofil tidak yang bermuatan listrik
saling bergabung
Viskositas Viskositas sol liofil > viskositas medium Viskositas sol hidrofob hampir
(kekentalan) pendispersi sama dengan viskositas
medium pendispersi
Penggumpalan Tidak mudah menggumpal dengan Mudah menggumpal dengan
penambahan elektrolit penambahan elektrolit karena
mempunyai muatan.
Sifat reversibel Reversibel, artinya fase terdispersi sol Irreversibel artinya sol liofob
liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, yang telah menggumpal tidak
kemudian dapat diubah kembali menjadi dapat diubah menjadi sol
sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall yang lemah Memberikan efek Tyndall
yang jelas
Migrasi dalam Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau Akan bergerak ke anode atau
medan listrik tidak bermigrasi sama sekali katode, tergantung jenis
muatan partikel

 Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis.
Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi
permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan
tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

Pembuatan Koloid Sol

 Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode dispersi.

 1.         Metode Kondensasi

Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikel-


partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikel-partikel larutan
(atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi rangkap,
hidrolisis, redoks, dan penggantian pelarut.

  a.         Metode kondensasi

                                      Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3 dingin
sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang

  As2O3     +         3 H2S         à        As2S3 (koloid) + 3H2O

            Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer.

  AgNO3    +       HCl             à        AgCl (koloid)   + HNO3  

  Reaksi Hidrolisis
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih

  AlCl3        +     3H2O      à        Al(OH)3 (koloid)   +   3HCl

    Sol Fe(OH)3 dapat diperoleh dari rekasi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih

  FeCl3         +     3H2O      à        Fe(OH)3 (koloid)  +   3HCl

  Reaksi redoks

  Sol Au daoat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan pereduksi


organik formaldehida HCHO

  2AuCl3   +  3HCHO    +   3H2O  à   2Au (koloid) +  6HCl   +  3HCOOH

 .          Penggantian pelarut

          Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alcohol seperti etanol. Jadi, untuk
membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan terlebih dahulu
dalam etanol sampai jenuh. Stelah iut, larutan belerang dalam etanol ini ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi
partikel koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air.

 2.         Metode Dispersi

            Metode di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran


koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat
berupa cara mekanik maupun peptisasi 

  Mekanik

  Pengertian dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat
dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan disebut penggilingan koloid.

 
         Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel
kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling.
Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium
pendispersinya untuk membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses
ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.

                                         Cara peptisasi

 Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system


koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang
dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis,
atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3
ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis)
maka Fe(OH)3  maka Fe(OH)3  akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+
tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan
memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid.      

  Beberapa contoh lain :

Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS

Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl

Sol  Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan


Al(OH)3

Cara busur Bredig

 Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au,
dan Pt. Alat yang digunakan dapat disimak pada gambar berikut.  Logam
yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai
elektrode. Dua elektrode logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin)
sedemikian sehingga kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua elektrode diberi
loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan
terkondensasi dalam medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel
koloid.

 Pemurnian Koloid Sol

 Partikel dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga


harus dimurnikan. Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis,
elektrodialisis, dan penyaring ultra.

 1.         Dialisis

 Pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui selaput semipermeabel


(yang tidak dapat dilalui partikel koloid) disebut diasis. Percobaannya
dengan menaruh sistem koloid pada selaput semipermeabel, lalu
menaruhnya di air. Zat yang terlarut di dalam air kemudian akan keluar dari selaput itu,
sedangkan system koloid tidak. Lalu air dialirkan sehingga mengambil zat-zat yang terlarut.

2.         Elektrodialisis

 Elektrodialisis merupakan proses dialisis di bawah pengaruh medan


listrik. Listrik tegangan tinggi dialirkan melalui 2 layar logam yang
menyokong selaput semipermeabel. Kemudian, partikel-partikel zat
terlarut dalam system koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju
electrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik
pempercepat proses pemurnian.

3.         Penyaring Ultra


 Apabila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori
akan berkurang. Kertas saring ini telah dimodifikasi menjadi penyaring ultra.

2.       Koloid Emulsi

Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi
menjadi:

 1.        Emulsi Gas (Aerosol Cair)

 Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair seperti hairspray
dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC.
Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.

 2..        Emulsi Cair

 Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan
campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar
dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.

 Sifat emulsi cair yang penting ialah:

 1.       Demulsifikasi

 Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi,
penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi. 

2.       Pengenceran

Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.


 3.       Emulsi Padat atau Gel

 Gel merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk
akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini, partikel-partikel sol akan
bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga
terbentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubung-
lubang struktur tersebut.

Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:

1.       Gel elastis

Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan
kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan
gelatin.

2.      Gel non-elastis

 Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya.
Contoh adalah gel silika.

 3.   Koloid Buih

 Buih merupakan koloid dimana fase terdispersinya merupakan gas. Kemudian, berdasarkan
medium pendispersinya, buih dapat dibagi menjadi:

1. Buih Cair (Buih)

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat cair.
Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO2. Kestabilan buih diperoleh karena adanya
zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke daerah antar fase dan mengikat gelembung-
gelembung gas sehingga diperoleh kestabilan. Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat
pemadam kebakaran dan kocokan putih telur.

 Sifat-sifat buih cair ialah:


§        Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium pendispersi)
akibat kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film antara dua gelembung gas,
dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi.

§        Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.

 2.       Buih Padat

Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat padat.
Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa buih padat yang kita
kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll.

 Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase terdispersi sama-
sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya tergolong sebagai larutan.

You might also like