You are on page 1of 12

b. memiliki alat-alat artikulasi yang normal.

c. informan yang dipilih terdiri dari 5 (lima) orang.

d. informan yang dipilih adalah mulai dari usia 11 sampai denagn 17 tahun. Kemudian

informan yang berusia sekitar 30 sampaai dengan 50 tahun.

e. komunikatif sehinggan memahami apa yang ditujukan peneliti.

2. Sumber data tertulis, yaitu bahan pustaka yang relevan dengan masalah penelitian atau pun

yang bersumber dari hasil penelitian terdahulu tentang bahasa Bajo.

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana, pengumpulan data,

menganalisis, penafsiran data dan pelapor. Hasil penelitian ini berarti peneliti bertindak sebaga

instrumen kunci. Hal ini sesuai denagn pendapat (Aminuddin, 1990: 15) bahwa manusia sebagai

instrumen dapat menghasilkan data yang reabilitasnya sama dengan data yang dihasilkan oleh

instrument yang dibuat secara lebih objektif. Untuk mendukung instrumen kunci tersebut

digunakan pula instrument berupa panduan wawancara. Pwnduan wawancara tersebut direkan

dan dicatat guna menemukan berbagai bentuk sapaan bahasa Bajo.

3.4 Metode dan Teknik Psengumpulan Data

Penelitian ini tergolong penelitian lapangan sehinggan peneliti dalam mengumpulkan

data langsung ke lokasi penelitian. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah

metode cakap dan simak. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik rekam dan

teknik catat (Sudaryanto, 1993: 23). Dengan teknik rekam ini, peneliti dapat mengurangi

kelemahan ingatan, pikiran, pengamatan dan pencatatan. Teknik yang lain yang dapat digunakan
adalah teknik cacat, yakni dengan pencacatan pada kartu data yang telah disediakan dan segera

dilanjutkan dengan klasifikasi data.

Selain itu, peneliti juga menggunakan tekik elisitasi, yaitu teknik yang dilakukan oleh

peneliti dengan cara mengajukan pertanyaan langsung dan terarah. Misalnya “ai dibuata putto?”.

Pertanyaan tersebut diajukan kepada informan dengan maksud untuk memperoleh ujaran atao

kalimat sederhana yang bertalian dengan masalah yang diteliti.

Teknik rekam digunakan denagn pertimbangan bahwa data yang diteliti berupa data lisan.

Teknik ini dapat dilakukan baik dengan berencana sistematis maupun serta-merta (rekam).

Teknik rekam merupakan teknik utama catat hanya sebagai koreksi terhadap hasil rekaman yang

kurang jelas.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini mengacu pada

pendekatan struktural yang bersifat deskriptif sinkronis yakni peneliti berupaya memberikan

gambaran objektif tentang bentuk sapaan dalam bahasa Bajo dengan memberlakukan bahasa

tersebut dalam pemakaian masyarakat tutur pada masa sekarang.

Semua data yang ditemukan dalam penelitian, dikumpulkan dan selanjutnya data tersebut

diseleksi dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan ruang lingkup masalah penelitian.

Klasifikasi tresebut terdiri atas:

1. Bentuk sapaan yang digunakan dalam lingkungan keluarga, dan

2. Bentuk sapan yang digunakan dalam lingkungan keluarga.


Semua data yang telah diseleksi selanjutnya dianalisis secara deskriptif, yakni suatu cara

yang dipergunakan dalam menganalisis bahasa dan segala uraiannya didasarkan pada kenyataan

yang ada dalam bahasa yang diteliti.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Bentuk Sapaan Bahasa Bajo

Pada umumnya penggunaan sapaan dalam berbahasa didasari beberapa pertimbangan.

Demikian pula dalam bahasa Bajo, dipakai seperangkat bentuk sapaan yang pemakaiannya

disesuaikan dengan beberapa pertimbangan; yaitu: (1) berdasarkan jenis kelamin antara

pembicara dengan lawan bicara, (2) berdasarkan kedudukan antara pembicara dengan laean

bicara, (3) berdasarkan usia antara pembicara dengan lawan bicara, (4) berdasarkan kekeluargaan

antara pembicara dengan lawan bicara, dan (5) berdasarkan situasi pembicara dengan lawan

bicara.

4.1.1 Sapaan Menurut Jenis Kelamin

Munculnya kata kakek, nenek, ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, paman, dan

bibi dalam berbahasa Indonesia karena adanya perbedaan jenis kelamin. Akibat perbedaan jenis

kelamin tersebut maka bahasa Bajo muncul pula kata sapaan “mbo ‘lilla”, “mbo ‘dinda”, “ua”,

“mma”, “na ‘lilla”, “na ‘dinda”, “putto”, dan “aye”.

a. Sapaan untuk laki-laki

Tabel sapaan untuk laki-laki

sapaan terjemahan
mbo‘lilla “kakek”

ua “ayah”

na‘lilla “anak laki-laki”

putto “paman”
b. Sapaan untuk perempuan

Tabel sapaan untuk perempuan

sapaan terjemahan
mbo‘dinda “nenek”

mma “ibu”

na‘dinda “anak perempuan”

aye “bibi”

4.1.2 Sapaan Menurut Kedudukan

Pembicara dal lawan bicara harus menyadari atau harus tahu benar akan kedudukannya

pada waktu berkomunikasi. Kedudukan sebagai anak kandung, sebagai ibu kandung, sebagai

nenek, kakek, cucu, mertua, menantu, dan lain-lain akan menentukan pemakaian sapaan yang

berbeda.

Dalam bahasa Bajo, seorang anak menyapa ayahnya dengan kata sapaan “ua”. Demikian

pula seorang anak akan menyapa ibunya dengan kata sapaan “mma”. Bila seorang cucu menyapa

kakeknya menggunakan kata sapaan “mbo‘lilla” dan bila menyapa neneknya menggunakan kata

sapaan “mbo‘dinda”. Seorang menantu menyapa mertuanya menggunakan kata sapaan “ua‘toa”

untuk mertua laki-laki dan untuk mertua perempuan menggunakan sapaan “mma‘toa”.

Jabatan seseorang menentukan pula dalam memilih kata sapaan yang digunakan. Dalam

bahasa Bajo kepala desa akan disapa “Pa desa” itu berlaku pada situasi nonformal. Sebaliknya

bila situasi formal sapaan yang dipakai adalah “Kepala Desa”.

4.1.3 Sapaan Menurut Usia


Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua atau sebaliknya dalam

sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan keluarga. Usia dan pertalian keluarga

merupakan dasar penentuan bentuk sapaan. Kedua faktor ini mengakibatkan pemakaian bentuk

sapaan yang serupa. Hal ini berarti bahwa suatu bentuk sapaan adalah perwujudan tingkat usia

dan fungsi dalam keluarga.

Table 1. Bentuk Sapan dalam Keluarga

Sapaan Peran Usia Fungsi yang Disapa

pembicara atau Lawan Bicara


mbo‘lilla Pembicara Muda “kakek”

mbo‘dinda Pembicara Muda “nenek”

ua Pembicara Muda “ayah”

mma Pembicara Muda “ibu”

ka‘lilla Pembicara Muda “kakak laki-laki”

ka‘dinda Pembicara Muda “kakak perempuan”

na‘lilla Pembicara Tua “anak laki-laki”

na‘dinda Pembicara Tua “anak perempuan”

ndi‘lilla Pembicara Tua “adik laki-laki”

ndi‘dinda Pembicara Tua “adik perempuan”

umpu‘lilla Pembicara Tua “cucu laki-laki”

umpu‘dinda Pembicara Tua “cucu perempuan”


Berikut salah satu penjelasan table 1.

Kata sapaan “mbo‘lilla”, “mbo‘dinda”, “ua”, “mma”, “ka‘lilla”, “ka‘dinda” adalah

sapaan yang digunakan oleh pembicara yang berusia muda untuk menyapa seorang kakek dan
nenek yang fungsinya sebagai lawan bicara. Sebaliknya untuk kata sapaan “na‘lilla”, “na‘dinda”,

“ndi‘lilla”, “ndi‘dinda”, dan “umpu” adalah sapaan yang digunakan oleh pembicara yang berusia

tua untuk menyapa seorang anak laki-laki, anak perempuan dan cucu.

Table 2. Bentuk Sapaan dalam Keluarga

Sapaan Peran Usia pembicara Fungsi yang disapa

atau lawan bicara


umpu ‘lilla Lawan Bicara Tua “cucu laki-laki”

umpu ‘dinda Lawan Bicara Tua “cucu perempuan”

na Lawan Bicara Muda “anak”

mbo ‘lilla Lawan Bicara Muda “kakek”

mbo ‘dinda Lawan Bicara Muda “nenek”

ua Lawan Bicara Muda “ayah”

mma Lawan Bicara Muda “ibu”

Berikut salah satu penjelasan table 2.

Sebagai lawan bicara yang berusia tua atau kakek, nenek, ayah, dan ibu maka disapa

dengan “mbo‘lilla” dan “mbo‘dinda” “ua” dan “mma” oleh seorang pembicara yang berusia

muda. Untuk pembicara yang berusia tua (kakek atau nenek) hendak menyapa cucunya sebagai

lawan bicara disapa dengan “umpu‘lilla”.

4.1.4 Sapaan Menurut Hubungan Keluarga

Sapaan dalam hubungan keluarga adalah kata-kata yang dipergunakan untuk menyapa

orang-orang atau anak yang masih mempunyai hubungan persaudaraan. Yang dimaksud dengan

hubungan keluarga adalah pertalian dua keluarga atau lebih yang disebabkan oleh perkawinan

antara keluarga itu. Pengertian keluarga di sini dibedakan atas dua jenis, yaitu keluarga dalam
arti terbatas dan keluara dalam arti luas. Keluarga dalam arti terbatas adalah hubungan antara

suami istri dan anak-anak. Keluarga dalam arti luas adalah hubungan pertalian darah antara

orang-orang diluar keluarga terbatas, misalnya hubungan antara anak dengan saudara-saudara

dari ayah dan ibu.

Untuk memperjelas pengertian di atas, berikut akan disajikan bagan keluarga terbatas dan

keluarga luas.

a. Bagan keluarga terbatas

1
Suami Istri
(Ayah) 2 (Ibu)

3 5
4 6

7
Anak Anak
(1) (2)
8
Keterangan bagan:

1 = menyapa “mma’na”

2 = menyapa “ua’na”

3 = 5 = menyapa “na’lilla” bila laki-laki dan “na’dinda” bila perempuan

3 = menyapa “ua”

6 = menyapa “mma”

7 = menyapa “ndi”

8 = menyapa “ka”
b. Bagan keluarga luas 1

Saudara tua Ayah/Ibu Saudara muda

1 3
2 4

Anak Anak Anak


5 6

Keterangan bagan:

1 = 3 = menyapa “kemenakang”

2= 4 = menyapa “putto” bila laki-laki dan “aye” bilah perempuan

5 = “ndi”

6 = “ka”

----- = menurunkan

c. Bagan keluarga luas 2

Ayah Ibu
(suami) Ibu Ayah (Istri)
(Istri) (Suami)
1 3

4 2
Anak laki-laki Anak wanita
7 Anak 5
8 6

Keterangan bagan:

1 = menyapa menantu perempuan “ayuwan’dinda”

2 = menyapa mertuaperempuan “mma’toa”

3 = menyapa menantu laki-laki “ayuwan’lilla”

4 = menyapa mertua laki-laki “au’toa”

5 = 7 = menyapa cucu “umpu’lilla” bila laki-laki dan “umpu’dinda” bila perempuan

6 = menyapa nenek “mbo’dinda”

8 = menyapa kakek “mbo’lilla”

----- = menurunkan

4.2 Macam-Macam Sapaan Bahasa Bajo dan Pemakaiannya

Dalam bagian ini secara berturut-turut akan diuraikan sapaan yang digunakan dalam

keluarga dan sapaan yang digunakan di luar keluarga (sapaan dalam masyarakat).

4.2.1 Sapaan dalam Keluarga

Sapaan dalam keluarga adalah kata sapaan yang dipergunakan untuk menyapa orang-

orang atau anak-anak yang masih mempunyai hubungan persaudaraan. Hubungan persaudaraan

ini dibedakan menjadi persaudaraan langsung dan persaudaraan tidak langsung.

1. Persaudaraan Langsung

Persaudaraan langsung adalah persaudaraan yang disebabkan oleh silsilah keturunan.

Keturunan ini dibedakan menjadi keturunan berurut dan tidak berurutan.

a. Keturunan berurutan
Keturunan berurutan adalah urutan orang-orang yang menurunkan atau melahirkan

orang-orang itu. Orang-orang itu yang termasuk dalam keturunan ini adalah kakek/nenek, ayah,

ibu, anak, dan cucu. Sapaan dalam bahasa Bajo untuk menyapa orang-orang tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Sapaan terhadap kakek

Dalam bahasa Bajo kata sapaan yang digunakan untuk menyapa seorang kakek adalah

“mbo’lilla”, kata sapaan itu digunakan bila seorang cucu hendak menyapa kakeknya. Kisalnya,

“pugai ai kita mbo’lilla?” (apa yang kita buat kakek?). maksud kata kita dalam sapaan ini adalah

sebagai “pengang’nggaang” atau ketakziman (rasa hormat). Pada masyarakat Bajo orang yang

muda dianggap sudah sewajarnya untuk menghormati atau menghargai orang yang lebih tua.

Latar penuturan contoh kalimat tersebut di atas adalah diucapkan di rumah. Konteks

kalimatnya adalah merupakan kalimat Tanya dan diucapkan dalam suasana santai dan akrab.

Mitra tutur kalimat di atas adalah diucapkan oleh seorang cucu kepada kakeknya.

Bila mana seorang kakek hedak menyapa orang yang sebaya dengan kakek yang lain, maka

sapaan untuk kakek yang lain itu adalah disapa dengan sapaan “mbo’na” disertai dengan

menyebut nama cucu orang yang disapa tersebut. Misalnya “tike maningga kita mbo’na?” (kita

dari mana kakek?) kemudian diikuti dengan menyebut nama cucu kakek itu. Dalam bahasa Bajo

“pangang’nggaang” atau

You might also like