You are on page 1of 50

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1. Perekonomian Terbuka

Sebagian besar perekonomian dunia adalah perekonomian terbuka yaitu

mengekspor barang dan jasa ke luar negeri, mengimpor barang dan jasa dari luar

negeri, serta meminjam dan memberikan pinjaman pada pasar modal dunia

(Mankiw,2005: 295). Menurut (Samuelson,2003) Perekonomian terbuka adalah

perekonomian yang melibatkan diri dalam perdagangan Internasional (ekspor dan

Impor ) barang dan jasa serta modal dengan negara-negara lain dengan ukuran

keterbukaan di lihat dari rasio ekspor atau impor terhadap GDP

Gambar 2.1
Ekuilibrium Pendapatan Nasional Dalam Perekonomian Terbuka

13
EKUILIBRIUM ANTARA
TABUNGAN DAN
INVESTASI (DALAM DAN
LUAR NEGERI)

Keterangan :

s = ∆ S/ ∆ Y = MPS = 0,20
m = ∆ M/ ∆ Y = MPI = 0,30

Keterangan :

1. Keseimbangan antara pendapatan nasional dan pengeluaran agregate pada

titik A yaitu 100

2. Pada tingkat pendapatan di bawah A maka permintaan agregate melebihi

tingkat produksi à perusahaan meningkatkan kapasitas produksi,

demikian pula sebaliknya

14
3. Gambar bawah à menunjukkan titik ekuilibrium antara tabungan dan

saving à negara memiliki defisit transaksi berjalan (impor lebih besar

dari ekspornya)

2.1.1.1 Hubungan Ekonomi Antar Negara (Economic Relationship Others

Countries)

Perdagangan Internasional dapat meningkatkan standar hidup dengan

berspesialisasi pada produk yang mempunyai keunggulan komparatif, mengekpor

barang dan jasa secara relatif effisien dan mengimpor barang dan jasa secara

relatif tidak effisien. Keuangan Internasional dalam sistem keuangan internasional

berperan sebagai perantara (lubricant) yang memfasilitasi pertukaran melalui

pembelian dan penjualan.seperti komoditi untuk mendapatkan mata uang asing

dan suatu mata uang dengan mata uang lainnya.

2.1.1.2 Neraca Pembayaran Internasional BoP ( Balance Of Payment )

BoP (balance of payment) atau neraca pembayaran adalah pencatatan yang

sistematis dari seluruh transaksi ekonomi antara suatu negara dengan negara lain.

Aturan umum dari BoP atau neraca pembayaran pertama transaksi yang

menghasilkan valuta asing yang di catat dalam pos credit (+) dan transaksi yang

menimbulkan pengeluaran valuta asing dicatat dalam pos debit (-). Element utama

dari BoP adalah dari Current Account, yang isinya Impor dan ekspor barang atau

BoT yang komposisinya komoditi primer dan manufaktur, surplus BoT ( X > M )

yang disebut favorable BoT dan deficit Bot ( X< M ) yang disebut unfavorable

BoT. Jasa (shipping dan financial service), pendapatan dari investasi asset di luar

negeri ( investement income ) dan transfer.financial account seperti lending (-)

15
atau Borrowing (+) dari pemerintah atau pun swasta, official reserve dana yang

digunakan oleh pemerintah dan bank sentral untuk memanage nilai tukar

(exchange rate) yang menggambarkan intervensi pemerintah di pasar valuta asing,

statistical discrepancy yang menggambarkan aliran barang , jasa dan finansial

yang tidak tercatat.

2.1.1.3 Nilai Tukar ( Exchange Rates )

Dalam perekonomian terbuka juga tidak lepas dari nilai tukar.karena nilai

tukar sangat menentukan suatu besaran kurs dari setiap negara. Definisi singkat

dari harga suatu mata uang dalam bentuk mata uang lainya, jumlah mata uang

asing yang dapat dibeli dengan 1 unit mata uang domestik. ER (exchange rate)

ditentukan dalam pasar valuta asing (foreign exchange market), dan mata uang

asing lainya dapat diperdagangkan pada tingkat retail di bank-bank dan

perusahaan yang bergerak di bidang tersebut.

Gambar 2.2

Keseimbangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar

Rp/$
S

E
9000

16
Keterangan : Demand curve slope downward menunjukkan nilai dollar turun

(dan nilai Rp semakin mahal) keseimbangan demand & supply valuta asing

menentukan nilai tukar suatu mata uang.

Nilai Tukar mempunyai beberapa sistem yaitu Fixed exchange rate,

Flexible exchange rate/Floating exchange rate, managed exchange rate.

Terminologi perubahan nilai tukar terdiri dari depresiasi, apresiasi, devaluasi, dan

revaluasi.

2.1.1.4 Perdagangan Luar Negeri (Foreign Trading)

Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dibeli

oleh penduduk Negara lain. Impor adalah barang dan jasa yang diproduksi diluar

negeri dan dikonsumsi di dalam negeri. Ekspor netto ( NX) = ekspor (X) – impor

(M). jika positif menjadi net foreign investement tetapi jika negative menjadi net

foreign borrowing. Faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor atau impor yaitu

output GDP – domestic atauluar negeri, nilai tukar (exchange rate) – depresiasi

atau apresiasi. GDP dengan memasukan perdagangan luar negeri akan

menghasilkan persamaan sebagai berikut :

GDP = C + I + G + NX

Dimana, C + I + G disebut permintaan domestic (domestic demand),

sehingga NX = GDP – permintaan domestic.

2.1.1.5 Tabungan dan Investasi dalam Perekonomian Terbuka (Saving and

Investation )

Model sederhana :

I=S

17
I+G=S+T

I = S + (T – G)

Pada perekonomian Terbuka

I + NX = S + ( T – G )

Penulisan kembali sebagai persamaan idetitas

NX = S + (T – G) – I

2.1.1.6 GNP Aktual dan Potensial (GNP Actual And Potential)

Tujuan utama dari kegiatan ekonomi adalah menyediakan barang dan jasa

yang masyarakat inginkan. Meskipun fluktuasi ekonomi dalam jangka pendek

terjadi pada naik turunya siklus bisnis, namun dalam jangka panjang

perekonomian tumbuh pesat dalam jangka panjang baik peningkatan GDP riil

maupun standar hidup. Proses ini di namakan pertumbuhan ekonomi. GDP

potensial menunjukan tingkat output maksimum yang berkesinambungan

(maximum sustainable level of output) yang mampu diproduksi oleh

perekonomian suatu Negara. Output potensial ditentukan oleh kapasitas produksi

dalam suatu perekonomian, yang bergantung pada input yang tersedia (capital,

labour, land, et ) dan effisiensi teknologi dalam suatu perekonomian. GDP actual

menggambarkan tingkat output yang bisa dihasilkan dalam suatu perekonomian

dengan kendala adanya perubahan siklus bisnis yang mungkin berubah bisnis

dalam jangka pendek baik internal maupun eksternal. GDP potensial cenderung

tumbuh secara mantap (steady growth), karena input seperti labor, capital dan

tingkat teknologi berubah sangatlambat sepanjang waktu, sementara GDP aktual

18
tidak, mengikuti pola siklus bisnisnya. Saat perekonomian beroperasi pada

kondisi potensialnya, penggunaan faktor produksi yang ada (angkatan kerja dan

cadangan modal) telah berada pada keadaan penuh (full employment).

2.1.2 Teori Mundell-Fleming

Untuk menganalisa efek penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas

dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi suatu negara yang berperekonomian kecil

dan terbuka, dapat digunakan suatu model ekonomi yang dirancang oleh ekonom

Mundell dan Fleming. Model Mundell-Fleming adalah versi perekonomian

terbuka dari model IS-LM. Kedua model tersebut, menekankan interaksi antara

pasar barang dan pasar uang, serta mengasumsikan bahwa tingkat harga adalah

tetapdan menunjukkan apa yang menyebabkan fluktuasi jangka pendek dalam

perekonomian agregat (atau, sama dengan pergeseran kurva permintaan agregat)

Perbedaan penting antara model IS-LM dengan model Mundell-Fleming (IS*-

LM*) adalah bahwa model IS-LM mengasumsikan perekonomian tertutup.

Asumsi penting yang yang dipakai dalam model Mundell-Fleming adalah

model tersebut didesain untuk negara yang berperekonomian kecil dan terbuka

(small open economy) Hal ini mengandung konsekuensi bahwa pada

perekonomian kecil tingkat suku bunga domestik (rd) akan sama dengan tingkat

suku bunga internasional (r*), bahkan tingkat suku bunga di negara

berperekonomian kecil dan terbuka tersebut ditentukan oleh tingkat suku bunga

internasional. Penyebabnya, karena perekonomian negara tersebut hanya

merupakan bagian kecil dari pasar internasional sehingga tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap penetapan suku bunga internasional, dan karena

19
penduduk negara tersebut mempunyai akses penuh ke pasar uang internasional.

Dengan demikian negara yang berperekonomian kecil dan terbuka menjadikan

tinkgat suku bunga internasional sebagai eksogen dalam model ini. Akhirnya, satu

hal hal yang perlu dicatat dalam model ini adalah perilaku perekonomian akan

tergantung pada sistem nilai tukar yang diadopsi oleh negara yang bersangkutan.

Lebih lanjut , menurut Mundell-Fleming, perekonomian teruka kecil dengan

mobilitas modal sempurna dapat dijelaskan dua model persamaan sebagai berikut

Y = C (Y-T) + I (r*) +G +NX .............(1)

M/P = L (r*, Y) ...................................(2)

Persamaan (1) menjelaskan keseimbangan di pasar barang (sektor riil), sehingga

akan membentuk kurva IS*. Sedangkan, persamaan (2) menjelaskan

keseimbangan di pasar uang (sekotr moneter), dan akan menghasilkan kurva LM*

Variabel eksogen dalam model ini adalah variabel kebijakan fiskal (G dan T) ,

variabel kebijakan moneter (M), tingkat harga (P) , dan tingkat bunga dunia (r*).

Sedangkan variabel endogen adalah pendapatan nasional (Y) dan nilai tukar

nominal (e)

Gambar 2.3

Kondisi Keseimbangan pada Mundell-Fleming

LM*

ERe

IS*

20
Eq*

0
Ye
Sumber (Mankiw,2005:295)

Hubungan kedua model dalam persamaan (1) dan (2) dapat dejelaskan

dalam gambar 2.3 dimana keseimbangan untuk perekonomian terjadi Eq*, atau

titik potong kurva IS* dan LM*. Titik potong ini menunjukkan nilai tukar

nominal dan tingkat pendapatan nasional pada saat sektor riil dan sektor moneter

suatu negara sedang berada pada posisi keseimbangan.

Model ini, sering digambarkan sebagai “paradigma kebijakan dominan

untuk mempelajari kebijakan moneter dan fiskal perekonomian-terbuka,”

membuat satu asumsi penting dan ekstrim : perekonomian yang sedang dipelajari

adalah perekonomian terbuka kecil dan ada mobilitas modal sempurna, berarti

bahwa ia dapat meminjam atau meminjamkan sebanyak yang ia inginkan dalam

pasar keuangan dunia, dan karenanya, tingkat bunga perekonomian dikontrol oleh

tingkat bunga dunia, dinotasikan secara matematis sebagai r = r*. Satu pelajaran

penting model ini yaitu kinerja perekonomian bergantung pada sistem kurs yang

diadopsinya—mengambang atau tetap. Model ini akan membantu menjawab

pertanyaan sistem kurs mana yang sebaiknya diadopsi suatu negara.

Small open economic di bawah kurs mengambang dapat dirumuskan

sebagai berikut :

IS*: Y = C(Y-T) + I(r*) + G + NX(e)

LM*: M/P = L (r*,Y)

21
Asumsi 1:

Tingkat bunga domestik sama dengan tingkat bunga dunia (r = r*).

Asumsi 2:

Tingkat harga ditentukan secara eksogen karena model digunakan untuk

menganalisis jangka pendek (P). Ini berarti kurs nominal proporsional terhadap

kurs riil.

Asumsi 3:

Jumlah uang beredar ditentukan secara eksogen oleh Bank Sentral (M).

Assumsi 4:

Kurva LM* akan vertikal karena kurs tidak masuk ke dalam persamaan LM*.

Kondisi terwebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.4

Kurva Mundell-Fleming IS*

22
Kurva IS* miring ke bawah karena kurs yang lebih tinggi mengurangi ekspor neto

(karena meningkatnya nilai mata uang membuat barang-barang domestik lebih

mahal bagi orang asing), yang lalu, menurunkan pendapatan agregat

Gambar 2.5

Menderivasi Kurva Mundell-Fleming LM*

23
Gambar 2.5 Menderivasi Kurva Mundell-Fleming LM*

24
Gambar 2.6

Model Mundell-Fleming Dibawah Kurs Mengambang

25
Gambar 2.7

Model Mundell-Fleming Dibawah Kurs Tetap

26
Model Mundell-Fleming menunjukkan kebijakan fiskal tidak

mempengaruhi pendapatan agregat di bawah kurs mengambang. Ekspansi fiskal

27
menyebabkan mata uang apresiasi, mengurangi ekspor neto dan mengatasi

dampak ekspansif yang biasa pada permintaan agregat. Model Mundell-Fleming

menunjukkan kebijakan moneter mempengaruhi pendapatan agregat di bawah

kurs tetap. Tiap usaha ekspansi jumlah uang beredar sia-sia, karean jumlah uang

beredar harus menyesuaikan untuk memastikan kurs bertahan pada tingkat yang

diumumkannya.

2.1.3 Teori Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau

nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997:9).

Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang

asing. Penurunan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata

uang asing. Ada dua mekanisme nilai, yaitu mekanisme pasar dan penetapan

pemerintah. Jika nilai tukar mata uang suatu negara ditetapkan berdasarkan

mekanisme pasar, maka negara tersebut dikatakan menganut system nilai tukar

(kurs) mengambang (floating exchange rate). Sebaliknya, nilai tukarnya

ditetapkan pemerintah, maka negara tersebut menganut nilai tukar (kurs) tetap

(fixed exchange rate). Tetapi ada juga negara yang membiarkan nilai tukar mata

uangnya berdasarkan mekanisme pasar, yang jika pergerakan nilai tukarnya

melampai batas, pemerintah melakukan intervensi. Negara yang menempuh cara

demikian dikatakan menganut system nilai tukar mengambang terkendali

(managed floating exchange rate).

2.1.3.1. Sistem-Sistem Nilai Tukar

28
Sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pemerintah, ada beberapa jenis,

antara lain:

a. Sistem Nilai Tukar Tetap ( Fixed exchange rate system )

Sistem nilai yang ditahan secara tahap oleh pemerintah atau berfluktuasi di

dalam batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar berubah terlalu besar,

maka pemerintah akan mengintervensi untuk memliharanya dalam batas-

batas yang dikehendaki. Dalam sistem kurs tetap, kurs ditetapkan

berdasarkan keputusan pemerintah kelebihan dari sistem ini adalah adanya

kepastian nilai tukar yang dapat meningkatkan ekspektasi. Tetapi

kelemahannya adalah kurs yang berlaku tidak selalu menggambarkan

tingkat kelangkaan yang sebenarnya. Bisa terjadi nilai tukar yang

ditetapkan pemerintah terlalu tinggi dibanding dengan kurs pasar

(overvalued). Atau sebaliknya nilai tukar yang ditetapkan pemerintah

terlalu rendah dibandingkan dengan kurs pasar (undervalued). Bila selisih

kurs yang ditetapkan dianggap terlalu jauh, maka pemerintah melakukan

koreks. Koreksi atas nilai tukar yang dinilai terlalu tinggi disebut

devaluasi. Sedangkan koreksi untuk nilai tukar yang terlalu rendah disebut

revaluasi. Jadi revaluasi dan devaluasi pada prinsipnya juga merupakan

koreksi atas nilai tukar, seperti halnya dengan apresiasi dan depresiasi.

Perbedaannya revaluasi dan devaluasi berdasarkan keputusan

pemerintah.sedangkan apresiasi dan depresiasi berdasarkan mekanisme

pasar.

29
b. Sistem Nilai Tukar Mengambang ( Managed floating exchange

rate )

Sistem nilai tukar ini yang terletak diantara fixed dan freely floating, tetapi

mempunyai kesamaan dengan fixed exchanger rate system, yaitu

pemerintah bias melakukan intervensi untuk menjaga supaya nilai mata

uang tidak berubah terlalu banyak dan tetap dalam arah tertentu .

sedangkan bedanya dengan free floating, managed floating masih lebih

fleksibel terhadap suatu mata uang. Lalu menurut Krugman dan Obstfeld

(2000:485), managed floating exchange rate system adalah sebuah sistem

dimana pemerintah mengatur perubahan nilai tukar tanpa bermaksud untuk

membuat nilai tukar dalam kondisi tetap. Dan telah dikatakan dalam

sistem nilai tukar mengambang, harga mata uang ditentukan berdasarkan

mekanisme pasar (interaksi permintaan penawaran). Pergerakan nilai tukar

semata-mata ditentukan oleh pergerakan sisi permintaan dan penawaran.

Bila pertumbuhan permintaan lebih cepat dari pertumbuhan penawarannya

maka mata uang tersebut akan semakin mahal (mengalami apresiasi). Bila

nilai lebih lambat dari pertumbuhan dari pertumbuhan penawaran.

c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Freely Floating

Exchange Rate system.)

Sistem nilai tukar yang ditentukan oleh tekanan pasar, tanpa intervensi

dari pemerintah.

d. Sistem Nilai Tukar Patok ( Pegged exchange rate system )

30
Sistem nilai tukar dimana nilai tukar uang domestic dipatok secara tetap

terhadap mata uang asing.

Memilih diantara berbagai sistem nilai tukar harus di lihat juga 3 aspek-

aspek tertentu seperti :

1. Dalam jangka pendek, dengan sistem nilai tukar tetap sebuah Negara

tidak menggunakan kekuatanya dalam mengontrol tingkat bunga dan nilai tukar.

2.Disamping itu, tindakan antisipasi terhadap terjadinya devaluasi mata

uang akan mendorong investor untuk meminta tingkat bunga yang sangat tinggi.

3. Pendapatan yang menentang nilai tukar fleksibel adalah bahwa nilai

tukar mungkin dapat berubah banyak dan mungkin sulit untuk di control.

2.1.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai

tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut

adalah :

a. Laju Inflasi Relatif

Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk

barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga

perubahan harga dalam negeri yang relative terhadap harga luar negeri dipandang

sebagai factor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Misalnya, jika

amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup

tinggi maka harga barang Amerika.Juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis

terhadap barang dagangan relative mengalami penurunan.

b. Tingkat Pendapatan Relatif

31
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar

mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri.

Laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata

uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan

permintaan valuta asing relative dibandingkan.

c. Suku Bunga Relatif

Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih

menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadi

penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang

semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan

luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau luar negeri.

Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya

kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.

d. Kontrol Pemerintah

Menurut Madura ( 2003 : 114 ), bahwa kebijakan pemerintah bias

mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk :

• Usaha untuk menghindari hambatam nilai tukar valuta asing

• Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri

• Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan

membeli mata uang.

Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah :

• Untuk mempelancar perubahan dari nilai tukar uang domestic yang

bersangkutan.

32
• Untuk membuat kondisi nilai tukar domestic di dalam batas-batas

yang ditentukan .

• Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara

• Berpengaruh terhadap variable makro seperti inflasi, tingkat suku

bunga dan pendapatan.

e. Ekspektasi

Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah

ekspektasi atau nilai tukar masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain,

pasar valas beraksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan.

2.1.3.3 Stabilitas Nilai Tukar

Nilai tukar yang stabil merupakan syarat pokok untuk tercapainya

stabilitas ekonomi makro. Karena dalam dunia nyata, selalu ada interaksi antara

sektor riil dengan sektor moneter, sehingga ketidakstabilan nilai tukar

mencerminkan ketidakstabilan sektor riil dan atau sektor moneter. Pengalaman

memang menunjukan bahwa ketidakstabilan nilai tukar sering merupakan gejala

awal adanya ketidakstbilan sektor moneter. Tetapi tidak ada masalah ekonomi

yang mendadak mucul. Karena itu biasanya gejala ketidakstabilan di sektor dapat

bersumber pada ketidakeffisienan disektor riil.

2.1.3.4 Teori Kebijakan Moneter Sistem Nilai Tukar

Dalam sistem nilai tukar tetap kebijakan moneter kurang efektif karena

neraca transaksi berjalan tidak dapat berfungsi sebagai mekanisme penyesuaian

karena ekspor dianggap sebagai variabel eksogen sehingga tidak dipengaruhi oleh

fluktuasi nilai tukar, sedangkan impor sebagai fungsi dari pendapatan. Peranan

33
neraca transaksi berjalan digantikan oleh cadangan devisa yang berfungsi sebagai

mekanisme penyesuaian untuk mencapai ekuilibrium overall BOP. Sampai

seberapa jauh cadangan devisa dapat melaksanakan fungsinya tergantung pada

besar kecilnya cadangan devisa. Menurunnya cadangan devisa inilah yang

menyebabkan adanya counter productive bagi kebijakan moneter sehingga

turunnya suku bunga akibat ekspansi kebijakan moneter pada akhirnya tidak dapat

meningkatkan pendapatan riil masyarakat.Selain itu, elastisitas suku bunga dalam

negeri yang cukup tinggi terhadap aliran modal internasional yang seharusnya

dapat mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter, juga tidak dapat efektif

karena berkurangnya cadangan devisa.

Dalam sistem nilai tukar tetap, kebijakan moneter tidak efektif baik dalam

situasi perfect capital mobility maupun dalam perfect capital immobility. Sebagai

ilustrasi, dalam system nilai tukar tetap, dampak dari ekspansi moneter dapat

dilihat dari dua situasi sebagai berikut :

a. Situasi Perfect Capital Immobility

Dalam situasi demikian, kebijakan moneter tidak efektif karena tidak dapat

meningkatkan pendapatan riil masyarakat. Kebijakan moneter yang ekspansif

akan menurunkan suku bunga, mendorong investasi dan menaikkan pendapatan

riil masyarakat.Namun karena suku bunga tidak elastis sempurna terhadap aliran

modal, maka penurunan suku bunga tersebut tidak mengakibatkan aliran modal

keluar. Namun meningkatnya pendapatan tersebut dapat mendorong masyarakat

untuk membeli barang-barang import sehingga overall BOP mengalami defisit.

Sampai seberapa jauh kenaikan pendapatan tersebut akan menyebabkan overall

34
BOP defisit tergantung pada marginal propensity to import (MPI). Semakin besar

rasio MPI, semakin besar pula defisit BOP yang akan terjadi. Oleh karena sistem

nilai tukar harus dipertahankan, maka defisit overall BOP tersebut harus dibiayai

dengan cadangan devisa. Akibatnya, cadangan devisa menurun dan jumlah uang

beredar juga menurun yang pada gilirannya mengakibatkan kontraksi pada

kegiatan ekonomi. Menurunnya jumlah uang beredar akan mengembalikan suku

bunga pada posisi semula sehingga kebijakan moneter tidak efektif. Dalam situasi

demikian, kebijakan moneter kemungkinan masih efektif apabila elastisitas suku

bunga terhadap investasi lebih besardari pada rasio marginal prospensity to impor

(MPI).

b. Situasi Perfect Capital Mobility

Dalam situasi demikian, kebijakan moneter yang ekspansif akan

menurunkan suku bunga dan mendorong investasi sehingga pendapatan riil

masyarakat meningkat. Meningkatnya pendapatan akan mendorong impor

sehingga menghasilkan deficit overall BOP. Selain itu, dengan asumsi perfect

capital mobility, menurunnya suku bunga akan mendorong aliran modal ke luar

sehingga menambah defisit overall BOP. Keseimbangan di titik E0 bukanlah

merupakan keseimbangan jangka panjang karena pada titik ini overall BOP

mengalami defisit. Keseimbangan jangka panjang memerlukan zero balance of

overall BOP. Oleh karena nilai tukar harus dipertahankan konstan, maka defisit

overall BOP tersebut harus dibiayai dengan cadangan devisa sehingga jumlah

uang beredar menurun. Menurunnya jumlah uang beredar akan mendorong suku

bunga kembali bergerak pada posisi semula yang lebih tinggi dan mengakibatkan

35
kontraksi kegiatan ekonomi. Ekuilibirum jangka panjang akan terjadi pada titik

E1 yang mencerminkan bahwa kebijakan moneter tidak efektif dalam

meningkatkan pendapatan riil masyarakat. Keseimbangan internal dan eksternal

kembali pada posisi semula sebelum terjadinya ekspansi kebijakan moneter.

Dalam situasi demikian, kebijakan moneter kemungkinan masih efektif apabila

elastisitas suku

bunga terhadap investasi lebih besar dari pada elastisitas suku bunga terhadap

aliran modal internasional. Situasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8

Kebijakan Moneter Situasi

Perfect Capital Immobility

BP
r
LM
Y

r Eo LM1

ro E1

IS
Y
Y Y11

36
Gambar 2.9

Kebijakan Moneter Situasi

Perfect Capital Mobility Situasi Perfect Capital Immobility

BP
r I
MY
LM1

Eo BP
r

E1
ro
L

S
Y
Y Y11

Kebijakan fiskal dalam sistem nilai tukar tetap dan dalam perfect capital

mobility justru efektif karena eskpansifnya pengeluaran Pemerintah akan

meningkatkan suku bunga dan investasi sehingga pendapatan riil masyarakat

bertambah. Naiknya suku bunga kan mendorong aliran modal masuk dan overall

BOP menjadi surplus sehingga cadangan devisa meningkat dan jumlah uang

beredar bertambah. Kebijakan fiskal semakin kurang efektif jika elastisitas aliran

modal internasional semakin kecil terhadap suku bunga dalam negeri.Dalam

keadaan perfect capital immobility, kebijakan fiskal tidak efektif sama sekali

37
karena suku bunga tidak memiliki hubungan dengan aliran modal internasional.

Dalam jangka panjang, ekspansi operasi Pemerintah tidak dapat peningkatkan

pendapatan riil masyarakat karena overall BOP yang defisit harus diimbangi

dengan kontraksi moneter akibat menurunnya cadangan devisa.

2.1.3.5 Nilai Tukar Nominal dan Nilai Tukar Riil

Para ekonom membedakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata

uang asing menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar

nominal adalah harga relative mata uang dua Negara. Sedangkan, nilai tukar riil

adalah harga relative barang-barang di kedua Negara, atau kadang kala disebut

term of trade. Hubungan antara kedua nilai tukar ini dirumuskan sebagai berikut

(Mankiw 2005) :

Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x Rasio Tingkat Harga

ε = e x Pd / P f (1)

Dimana,

Rasio Tingkat Harga = Tingkat Harga Barang Domestik (2)

Tingkat Harga Barang Luar Negeri

Dengan demikian, semakin tinggi nilai tukar riil,berarti harga barang-

barang luar negeri relative lebih murah dibandingkan harga barang-barang

domestik. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya transaksi impor di Negara

tersebut, sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor bersih (NX).Faktor-faktor

yang menentukan nilai tukar riil (Mankiw,2005) :

1. Ekspor bersih ( net export / NX ) , tercermin dalam neraca perdagangan

(current account) Negara yang bersangkutan.

38
Ekspor bersih = output nasional – pengeluaran domestik

NX = Y – ( C + I + G ) (3)

Persamaan tersebut menunjukan, bahwa dalam perekonomian terbuka

(open economy), pengeluaran domestic tidak harus sama dengan produksi

domestic. Karena apabila terjadi selisih, maka selisihnya dapat diekspor (NX

positif) atau diimpor (NX negative).

Hubungan antara nilai ekspor bersih dengan nilai tukar riil dapat dirumuskan

sebagai :

NX = f (ε ) (4)

2. Ekspor bersih harus sama dengan investasi asing bersih.

Investasi asing besih (net foreign investement) adalah jumlah tabungan

nasional (S, dimana S = Y – C – G ) dikurangi jumlah investasi (I) di suatu

Negara. Atau, investasi asing bersih sama dengan total pinjaman yang diberikan

masyarakat ke luar negeri dikurangi dengan total pinjaman yang diterima

masyarakat dari luar negeri. Jadi, investasi asing bersih mencerminkan arus dana

internasional untuk mendanai akumulasi modal di dalam negeri.

Ekspor bersih = Investasi asing bersih

S–I = NX (5)

Persamaan di atas menunjukan, bahwa arus dana internasional untuk

mendanai akumulasi modal serta arus barang dan jasa internasional adalah dua

sisi mata uang yang sama, jika tabungan melebihi investasi, maka tabungan yang

tidak membutuhkan, hai ini akan menyebabkan surplus perdagangan bagi Negara

yang bersangkutan. Tetapi, bila investasi melebihi tabungan, maka kelebihan

39
investasi tersebut harus didanai dengan dana pinjaman luar negeri. Dengan dana

pinjaman dari luar negeri ini, memungkinkan Negara yang bersangkutan untuk

mengimpor lebih banyak barang dan jasa dari luar negeri dari pada

mengekspornya, maka terjadilah deficit neraca perdagangan.

2.1.4 Teori Volatilitas Nilai Tukar

Rudiger Dornbusch (1976) memperkenalkan satu teori mengenai

Volatilitas nilai tukar yang lebih di kenal dengan anam teori Over-Shooting

Exchange Rate. Dalam teorinya ini diasumsikan terdapat dua jenis barang, yaitu

barang-barang traded dan barang-barang nontraded. Juga dinyatakan bahwa

konsep mengenai Purchasing Power Parity tidak sepenuhnya berlaku, sehingga

dapat mengakibatkan Overshooting nilai tukar, yang terjadi nilai tukar menajuh

dari titik keseimbangan barunya sebelum dia kembali lagi.Volatilitas nilai tukar

adalah ketidakstabilan harga dari suatu mata uang akibat dari penawaran dan

permintaan mata uang suatu negara seperti contoh uji Kausalitas-Granger antara

sektor keuangan dan volatilitas ekonomi menitik beratkan pada hubungan satu

arah antara perkembangan sektor keuangan terhadap volatilitas ekonomi. Sebelum

dilakukan uji kausalitas dilakukan terlebih dahulu uji kointregrasi antara variable

perkembangan sektor keuangan dengan volatilitas ekonomi.

Volatilitas nilai tukar didefinisikan sebagai tingkat kecendurungan

berubahnya nilai tukar, yaitu seberapa sering dan seberapa besarnya fluktuasi nilai

tukar.Gourieroux (2001: 130)) dalam bukunya Financial Econometric, Problem,

Model and Methods mendefinisikan volatilitas sebagai time variying variance.

40
Variance di disini sebagai besaran yang menunjukan besarnya perubahan varian

antar waktu.

Volatilitas nilai tukar nominal selalu menjadi perhatian penting bagi para

pengambil kebijakan yang dalam beberapa decade terakhir karena memiliki

dampak yang sangat kuat terhadap kondisi makro ekonomi (Milhailov:2003) :

1. Terhadap inflasi, consumer price index(CPI) terutama pada produk impor

atau barang input yang komponen luar negerinya sangat besar.

2. Terhadap aliran asset finansial, perubahan nilai tukar nominal akan

memperangruhi keseluruhan return dari asset yang dinyatakan dalam nilai

tukar yang berbeda

3. Terhadap current account, nilai tukar nominal mempengaruhi harga

relative terhadap ekspor/impor (dengan kemungkinan perbedaan

elastisitas), akan mempenagruhi neraca perdagangan.

4. Terhadap balance sheet pemerintah dan perusahaan, dinegara berkembang,

pinjaman swasta atau pemerintah kepada sisa dunia pada umumnya

dinyatakan dalam US $, sementra revenue nya dinyatkan juga sebagai :

Dimana :

Pt = indexs harga domestik

Pt*= indexs harga luar negeri

St = nilai tukar spot mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing

41
2.1.5 Teori Natural Real Exchange Rate (NATREX)

Dalam pembahasan sebelumnya tentang trend nilai tukar yang efektif dan

indikasi makroekonomi adalah penting untuk menentukan kosistensi yang

diamati. Nilai tukar efektif riil terhadao fundamental ekonomi makro yang

mendasarinya. Oleh karena itu, kami menggunakan konsep Equilibrium real kurs

(NATREX) model yang di kembangkan oleh Jerome Stein (1994-1996).

NATREX adalah tingkat yang di tentukan oleh fundamental ekonomi yang

berlaku dalam perekonomian. Model ini memungkinkan kita untuk menghasilkan

benchmark kesetmbangan, berdasarkan teori diimplementasikan (Stein dan

Paladino, 1998). Jadi patokan keseimbangan ini tidak berasasl dari proses

atheoretical, sebagai model Stein dan Paladino (1998) yang telah menekankan

model NATREX ini.

Latar belakang dari NATREX di bagian ini adalah mungkin sebagai

penegas. Model ini bersifat positif, dibutuhkan kebijakan pemerintah seperti yang

diberikan dan tidak menggangap bahwa kebijakan tersebut mengoptimalkan satu

kesejahteraan. Natural real equilibrium exchange rate adalah tingkat yang

ditentukan oleh riil fundamental economic di setiap suatu Negara. NATREX akan

bervariasi tergantung pada waktu melalui perubahan fundamental. Model ini

bergerak pada keseimbangan nilai tukar, lengkap kontras dari hipotesis yang

mendasari PPP (purchasing power parity) model. Setiap penyimpangan dari

bahwa tingkat equilibrium pada titik waktu ini akan dianggap sebagai bukti mata

uang yang misalignment tersebut. Oleh akrena itu mata uang ini beragumen, harus

42
sejajar jika perusahaan tingkat nyata diamati tidak dapat di benarkan oleh

ekonomi yang fundamental.

Singkatnya, model NATREX menambahkan saham dinamis – aliran

interaksi persamaan 3 dan persamaan 4 untuk saldo pendekatan makro ekonomi

standar dan dimasukannya dinamika persamaan memungkinkan NATREX

bervariasi dari waktu ke waktu, mencerminkan perubahan mendasar pada

variabel. Dalam jangka menengah, ekonomi mungkin menghadapi tingkat

ketidakseimbangan dari current account. Dalam jangka panjang utang luar negeri

dan modal menstabilkan evolusi yang nyata dari nilai tukar model NATREX

sehingga diperoleh formula sebagai berikut :

dR / dt = [ Rk dk / dt + RF dF / dt ] + Rz dZ / dt (1)

dimana : Rk, RF dan Rz adalah turunan parsial terhadap modal, utang dan dasar

varibel masing-masing turunan.

Mengingat k dan f adalah fungsi dari varibel-variabel fundamental (Z) –

persamaan 1 dan persamaan 4, lintasan kurs riil dalam model ini sehingga dapat

dinyatakan dalam variabel yang mendasar.

dR / dZ = ∂R / ∂Z + [(∂R / ∂k) dk /dZ + (∂R /∂F) dF /dZ] (2)

dimana : ∂R/∂Z adalah pengaruh langsung dari variabel-variabel fundamental

terhadap nilai tukar riil.variabel (∂R / ∂k) dk /dZ dan (∂R /∂F) dF /dZ adalah efek

dari variabel fundamental untuk kurs riil melalui dampaknya terhadap k dan f

(efek secara tak langung).

1. Single Equation Estimation

43
Kami mengacu pada kurs riil di tentuan oleh variable fundamental riil

dalam ekonomi sebagai tingkat ekuilibrium nilai tukar riil natural (ERER). Modal

secara umum dari ERER adalah satu persamaan seperti model ekonometrik

sebagai berikut :

erert = f ( Zt ) (3)

dimana : Zt adalah vector fundamental ekonomi : { g, r*, prd, tot and pol }.

Huruf-huruf yang bertanda kecil merupakan persamaan natural Log. g adalah

belanja pemerintah yang nyata, r* adalah tingkat bunga riil dunia. prb adalah

produktifitas, tot adalah segi perdagangan dan pol adalah variable dummy. Dari

variable-variable ini adalah ekonomi terbuka, yang tergantung pada perdangangan

internasional (tot) dan sector keuangan (r*).

Selain itu, kinerja ekonomi Negara sangat bergantung pada perusahaan

tinggi produktifitas faktor total (PRD), difasilitasi oleh pengeluaran pemerintah

sebagian besar aktif kebijakan (g) . variabel ini yang dipilih juga cukup umum

diterima sebagai eksogen fundamental factor-faktor penentu pergerakan kurs riil

di awal. Empiris penelitian (Edwards dan Savastano, 1999), untuk memperkirakan

erer, kami regresi persamaan berikut ini :

reert = β 0 + β 1gt + β 2r* +β 3prdt +β 4polt + β 5t + ε t

(4)

variabel (g, r*, PRD dan tot) di definisikan sebelumnya reer adalah log

alami,bunga tukar effektif (REER) dan t adalah variabel tren waktu. Persamaan 8

adalah mencari paling cocok dari pada relevan REER ekonomi fundamental

eksogen suatu Negara. β 0 dan ε t adalah kesalahan istilah konstan dan masing-

44
masing tren waktu (t) ditambahkan untuk menangkap efek dari hilang

fundamental seperti capital stock (Montiel,1997). Sebuah pol variabel dummy

juga diperkenalkan untuk menangkap perubahan mendadak dalam tren REER dari

depresiasi satu ke depresiasi satu pada pertengahan tahun 1980-an . menggunakan

koefisien estimasi yang diperoleh dari persamaan regresi 8 kita membangun

keseimbangan bunga nilai tukar yang effektif atau (erer).

Berbicara tentang teori koefisien β , berdasarkan pada konsep dasar yang

ada,sebagai berikut :

1. Mundell-Flemming perekonomian terbuka model IS-LM, kenaikan

(penurunan) pada rasio pemerintah konsumsi diperdagangkan akan

mengahasilkan surplus neraca pembayaran (deficit). Pada giliranya

pembayaran surplus (deficit) akan mengahargai (depresiasi) mata uang

lokal.

2. Ketika kembali untuk mata uang asing di dominasi asset (r*),

meningkatkan di luar itu dari mata uang local di dominasi asset (r),

investor mengalihkan portofolionya dari asset local untuk asset asing.

Mengingat segala sesuatu yang lain tetap sama, tingkat riil dolar suatu

Negara contoh nya singapura terdepresiasi, konsep teori paritas suku

bunga .

3. Kenaikan produktifitas lokal dan dalam hal perdagangan meningkatkan

intensitas modal / investasi, Negara mengalami perbaikan dalam neraca

pembayaran yang pada akhirnya menghargai mata uang domestik.

45
2.1.6 Pengukuran Keseimbangan Nilai Tukar Rupiah

Tukar Perilaku nilai tukar yang bergejolak secara berlebihan akan

membahayakan stabilitas perekonomian. Mengingat pentingnya pengaruh nilai

tukar bagi stabilitas perekonomian, berbagai pendekatan ekonomi telah banyak

digunakan dalam studi-studi untuk memprediksi nilai tukar riil keseimbangan.

Perilaku Nilai Tukar Rupiah dan Alternatif Perhitungan Nilai Tukar Riil

Keseimbangan.

Dalam mengestimasi keseimbangan nilai tukar riil jangka panjang pada

awalnya dibutuhkan pengukuran nilai tukar riil (RER atau REER) aktual. Dalam

kaitan ini, terdapat beberapa alternatif definisi nilai tukar riil yaitu eksternal RER

dan internal RER. “External” RER diukur sebagai nilai tukar nominal yang

disesuaikan dengan perbedaan tingkat harga luar negeri terhadap dalam negeri.

Pengukuran external RER dapat berupa PPP-based RER berdasarkan CPI, the

Mundell-Flemming atau aggregate production cost RER, maupun the traded

goods RER yang berdasarkan relative unit labor cost industri manufaktur, WPI,

atau export unit values. Sedangkan “internal” RER didefinisikan sebagai sebagai

harga relatif dari traded goods terhadap nontraded goods, atau didefinisikan

sebagai harga relatif dari exportable and inportable goods in term of nontraded

goods. Pengukuran PPP-Based RER berdasarkan CPI secara luas dipergunakan

salam studi-studi empiris karena umumnya data indeks harga konsumen mudah

46
tersedia di bernagai negara sehingga memungkinkan perhitungan REER dengan

mitra negara.

Nilai tukar kesimbangan menurut Nurkes adalah suatu nilai tukar yang

menghasilkan keseimbangan internal dan eksternal secara simultan, dengan tiga

persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: tidak ada restriksi perdagangan, tidak ada

inseftip khusus untuk capital inflow dan outflow, dan tingkat pengangguran yang

wajar. Secara konseptual dapat dibedakan antara RER aktual dan keseimbangan

RER jangka pendek (SRER) dan keseimbangan RER jangka panjang (LRER).

Nilai RER aktual dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mungkin bersifat

transitory, termasuk faktor speculative bubble, transitory movements pada

kebijakan dan variabel eksogen. SRER merupakan nilai RER yang telah bersih

dari faktor-faktor yang bersifat spekulatif. Sedangkan LRER merupakan fungsi

dari predeterminant variabel yang bersifat stationer dan kebijakan dan variabel

eksogen yang permanent. Terdapat beberapa pendekatan untuk mengestimasi

LRER

a. Pendekatan relative PPP

Salah satu teknik estimasi LRER adalah pendekatan Relative Purchasing

Power Parity (PPP). Teknik yang digunakan dalam pendekatan PPP sangat

sederhana dimana nilai tukar menurut PPPadalah yang menyamakan nilai produk

dalam negeri bila ditukarkan dengan produk luar negeri.

Pdom = RER x Pln

PPP juga didasarkan pada asumsi yang sederhana yaitu (i) jenis dan mutu

barang yang dipetukarkan sama, (ii) tidak ada biaya transport dan restriksi

47
perdagangan internasional, (iii) struktur ekonomi, teknologi dan permintaan

masyarakat tidak berubah. Nurkse, Condition Buletin Ekonomi Moneter dan

Perbankan, September 1999 Pengukuran nilai tukar keseimbangan dengan

pendekatan ini pada dasarnya untuk memperoleh nilai tukar yang bersih dari

pengaruh gangguan-gangguan yang bersifat transitory. Pada prakteknya, upaya

memperoleh nilai tukar keseimbangan yang bebas dari transitory shocks diperoleh

dengan mengidentifikasi-kan dan memilih tahun dasar yang dianggap shocknya

dapat diabaikan (negligible). Penentuan tahun dasar dalam pendekatan ini menjadi

sangat penting karena nilai tukar riil aktual dalam periode tahun dasar dianggap

sebagai nilai tukar keseimbangan riil estimasi, sedangkan nilai tukar nominalnya

dapat diperoleh setelah disesuaikan dengan perbedaan laju inflasi dalam dan luar

negeri. Permasalahan yang mungkin timbul dari pendekatan ini adalah pemilihan

tahun dasar seringkali didasarkan pada penilaian yang subyektif dalam

menentukan bahwa RER pada tahun dasar mendekati LRER. Disamping itu

pendekatan ini memiliki kelemahan karena menganggap bahwa LRER konstan.

b. Pendekatan structural : Macro-economic balance

Pendekatan structural general-equilibrium dikenal dengan pendekatan

Macroeconomic Balance (MEB) atau Fundamental Equilibrium Exchange Rate

(FEER) yang mendefinisikan keseimbangan jangka panjang nilai tukar riil sebagai

nilai tukar yang berlaku ketika perekonomian berada dalam keseimbangan

internal dan eksternal. Keseimbangan internal dicapai bila aktual output mencapai

potential output (full employment). Kondisi ini ditandai dengan laju inflasi yang

tidak terlalu tinggi dan konsisten dengan penyerapan tenaga kerja yang mendekati

48
natural full employment. Keseimbangan eksternal dicapai bila saving- investment

gap berada pada tingkat yang normal. Kondisi ini dapat diartikan adanya defisit

transaksi berjalan yang dapat ditoleransi dimana ketidakseimbangan transaksi

berjalan dapat dibiayai oleh arus modal yang sustainable.

Perhitungan FEER menurut pendekatan ini dilakukan dengan

menggunakan model makro. Keunggulan dari pendekatan ini adalah

memungkinkan interaksi dinamis yang luas dari berbagai variabel dalam

perekonomian sehingga dapat menghasilkan nilai tukar riil keseimbangan yang

lebih realistis. Adapun keterbatasan operasional dari pendekatan ini adalah hasil

estimasi sangat bergantung pada spesifikasi dari model makro dalam arti sangat

tergantung pada realistis tidaknya parameter hubungan antar variabel yang

digunakan dalam model struktural.

c. Pendekatan reduced form: NATREX, Behavioral Equilibrium Approach

pendekatan NATREX (Natural Equilibrium Real Exchange Rate) sendiri

adalah mengukur keseimbangan nilai tukar yang mencerminkan keseimbangan

external dan internal tanpa memperhitungkan factor-faktor siklikal, spekulasi

aliran modal dan pergerakan cadangan devisa.

Akhir-akhir ini studi empiris banyak dikembangkan untuk mengestimasi

nilai tukar ekuilibrium dengan metode single equation reduced form (Elbadawi

(1994), Elbadawi dan Soto Ahlers and Hinkle Perilaku Nilai Tukar Rupiah dan

Alternatif Perhitungan Nilai Tukar Riil Keseimbangan (1994, 1995), Baffes et al

(1997)). Estimasi LRER dengan pendekatan ini dilakukan dalam persamaan

kointegrasi. Daya tarik dari pendekatan reduced form dibandingkan dengan

49
pendekatan struktural adalah pendekatan ini lebih sederhana dalam menggunakan

latar belakang teori dan data. Pendekatan ini juga memperhatikan perilaku nilai

tukar riil efektif untuk memperoleh nilai tukar keseimbangan yang mencerminkan

kondisi fundamental perekonomian Fundamental determinants dari keseimbangan

nilai tukar riil merupakan variabel-variabel yang sangat berpengaruh terhadap

keseimbangan eksternal dan internal suatu negara. Metode ini memerlukan

spesifikasi hubungan jangka panjang yang tepat tanpa harus mengestimasi

karakteristik struktural dari perekonomian.

Adapun faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi keseimbangan

nilai tukar riil jangka panjang dalam penelitian Elbadawi (1994) dan Baffes et al

(1997) antara lain mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi posisi

perdagangan antara home country dengan pasar dunia (terms of trade, trade

opensess sebagai proteksi kebijakan perdagangan),faktor produktivitas sektor

tradable dan non-tardable, arus modal, dan komposisi domestic absorption

(pangsa investasi dalam PDB).

Penelitian yang dilakukan oleh Faruqee (1995) tidak membahas masalah

keseimbangan internal dan eksternal melainkan mengestimasi persamaan nili

tukar riil dengan menggunakan productivity growth differentials, harga relatif

non-traded goods, dan terms of trade sebagai variabel yang menetukan neraca

berjalan (variabel X), dan memperlakukan stok NFA sebagai variabel eksogen.

Nilai estimasi nilai tukar riil diperlakukan sebagai nilai trend, bukan sebagai nilai

keseimbangan.

50
Sementara itu, Stein (1995) dengan formulasi NATREX (natural real

exchange rate) menjelaskan gerakan nilai tukar jangka menengah dan panjang

yang terkait dengan efisiensi dan produktivitas variabel fundamental riil, dengan

asumsi nilai tukar riil melakukan penyesuaian ke arah keseimbangan.

Penyimpangan dari kesimbangan eksternal dan internal dianggap sebagai

disequilibrium terms dalam persamaan reduced form. Penimpangan dari

keseimbangan internal diproyeksi dengan deviasi capacity utilization dari rata-

ratanya, sedangkan penyimpangan dari keseimbangan eksternal diasumsikan

sebagai fungsi dari deviasi US real long term rate dari rata-rata tertimbang

comparable interest rate negara G7 lainnya. Dalam mengestimasi misalignment,

Stein menghitung nilai estimasi dari hubungan jangka panjang dimana nilai tukar

hanya merupakan fungsi dari variabel-variabel fundamental. Terdapat perbedan

yang sangat besar antara nilai aktual dan nilai estimasi antara tahun 1977 dan

1982 serta antara 1983 dan 1986. Model juga tidak mencakup apresiasi besar yang

terjadi pada dollar antara tahun 1980-1985.

Pendekatan reduced form general equilibrium berkembang lebih lanjut

dengan penyempurnaan-penyempurnaan antara lain memasukkan unsur-unsur

ekonomi yang dapat Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, September 1999

mempengaruhi ekspektasi pasar kedalam persamaan. Pendekatan ini dikenal

dengan Behavioral Equilibrium Exchange Rate (BEER).

Model nilai tukar jangka panjang BEER membentuk persamaan reduced

form yang diderivasikan dari kondisi risk-adjusted interest parity:

Et [Δ t+k] = -(it-it*) + πt .................................................................(1)

51
Dimana :

St = nilai tukar nominal mata uang luar negeri per mata uang domestik

it = suku bunga nominal

it* = suku bunga luar negeri

π = risk premium

Persamaan (1) dikonversikan ke dalam bentuk riil (dikurangi dengan perbedaan

ekspektasi inflasi : Et = ΔPt – ΔPt* sehingga menjadi :

qt = Et [qt] + (rt-rt*) - πt ...................................................................(2)

dimana qt = nilai tukar riil

rt =it- Et [ΔPt] = tingkat bunga riil

Persamaan kedua menunjukkan bahwa current equilibrium nilai tukar

ditentukan oleh tiga komponen yaitu ekspektasi nilai tukar pada periode t,

perbedaan suku bunga riil dengan jangka waktu t dan risk premium. Risk

premium bertanda negatif menunjukkan bahwa peningkatan risk premium akan

mendorong terjadinya depresiasi nilai tukar riil.

Agar persamaan (2) dapat diaplikasikan, diasumsikan bahwa ekspektasi

nilai tukar, Et [∆qt+k ] dipengaruhi oleh fundamental ekonomi jangka panjang, Zt,

sehingga keseimbangan nilai tukar jangka panjang menjadi:

q = E [∆q ] = E[β’ Z ] = β’ Z ………………………………… (3)

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan variabilitas sistemik pada q telah

banyak dibahas pada penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain Faruqee (1994)

dan macDonald (1997). Faktor fundamental tersebut antara lain terms of trade

52
(tot), harga relatif traded goods terhadap non-traded goods dan aktiva luar negeri

bersih (nfa).

+ + +
q = f( tot , tnt ,nfa ) ……………….................………………… (4)

Dari persamaan (1) – (4) dapat dihasilkan persamaan umum sebagai berikut:

BEER = f(tot, tnt, nfa, r-r*, π)...................................................... (5)

a. Term of trade (tot)

Terms of trade didefinisikan sebagai perbandingan harga ekspor (unit

value of export) terhadap harga impor (unit value of import). Terms of trade

berdampak positif terhadap prilaku nilai tukar riil. Perbaikan terms of trade akan

mendorong perbaikan posisi transaksi berjalan yang selanjutnya akan cenderung

berdampak pada menguatnya nilai tukar domestik.

b. Produktivitas (tnt)

Dari sisi penawaran, determinan nilai tukar riil diwakili oleh relatif faktor

produktivitas yang dikenal dengan “the Balassa-Samuelson effect” yang

menunjukkan bahwa setiap proses yang menyebabkan pertumbuhan produktivitas

sektor tradable lebih cepat dari pada sektor nontradable (dibandingkan dengan

luar negeri) akan mendorong apresiasi nilai tukar riil.Dengan asumsi bahwa

teknologi constant-resturn-to scale baik pada sektor tradable maupun

nontradable dan berlakunya the law of one price pada tradable goods, maka

peningkatan produktivitas pada produksi tradable goods cenderung akan

meningkatkan marginal produktivity of labor sektor tersebut yang tercermin pada

kenaikan upah pada sektor tradable. Adapun perfect mobility of labor antar

53
sektor, hal ini pada gilirannya akan meningkatkan harga nontradable, mendorong

apresiasi nilai tukar riil.

c. Aktiva luar negeri bersih (nfa)

Jumlah aktiva luar negeri bersih mencerminkan ketersediaan devisa untuk

memenuhi kewajiban-kewajiban dengan pihak luar negeri. Makin besar jumlah

cadangan devisa yang dimiliki maka kepercayaan luar negeri atas kemampuan

negara kita untuk mengatasi external shock akan meningkat, sehingga dapat

menekan berspekulasi atas mata uang domestik dan nilai tukar riil cenderung akan

menguat.

d. Resiko (risk)

Country risk suatu negara mempengaruhi ekspektasi masyarakat terhadap

perekonomian negara yang bersangkutan, yang tercermin dari keputusan-

keputusan investasi yang akan dilakukan di negara tersebut. Makin tinggi risk

premium suatu negara maka akan semakin mahal untuk melakukan investasi di

negara tersebut. Tingginya resiko juga menurunkan suku kepercayaan investor

asing dan menimbulkan tekanan depresiatif terhadap nilai tukar riil.

e. Perbedaan suku bunga riil dalam negeri dan luar negeri (ridf)

Perbedaan suku bunga riil dapat menjadi daya tarik bagi investor untuk

mendapatkan return yang lebih tinggi bagi investasinya. Jika perbedaan suku

bunga dalam dan luar negeri makin membesar diperkirakan akan mampu menarik

arus modal masuk sehingga nilai tukar riil menguat.

54
Misalignment nilai tukar riil merupakan komponen penting yang dapat

menciptakan ekspektasi nilai tukar di pasar. Dengan demikian, apabila

misalignment nilai tukar dapat terukur dengan baik, maka otoritas moneter akan

dapat memprediksi perubahan ekspektasi pasar terhadap nila tukar sehingga

pelaksanaan manajemen nilai tukar dapat lebih produktif.

2.2. Kajian Empiris

2.2.1 Penelitian Ahtar-Hilton (1985)

Pengaruh resiko nilai tukar terhadap perdagangan internasional rupanya

Semakin banyak menarik perhatian ilmu ekonomi internasional. Hal ini bukanlah

esuatu yang baru. Karena, ‘isu’ Pengaruh Resiko Nilai Tukar mempunyai

implikasi penting bagi pemilihan sebuah sistem moneter internasional. Di Eropa

misalnya, Pengaruh Resiko Nilai Tukar, adalah salah satu argumentasi utama

ekonomi untuk penyatuan keuangan. Karena, secara umum dipercayai bahwa

pengaruh resiko nilai tukar dapat menghambat perdagangan internasional.

Langkah yang dilakukan pemerintah negara-negara Eropa adalah mengurangi

dampak resiko akibat terjadinya transaksi pertukaran antar mata uang yang

beragam, dengan cara penyatuan keuangan. Langkah ini diharapkan dapat

mengurangi resiko yang tinggi, yang dapat menghambat perdagangan.

Kajian teoritis mengenai pengaruh nilai tukar pada perdagangan telah

banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satu kajian teoritis yang menjadi

teori dasar dalam penelitian ini diberikan oleh Hooper & Kohlhagen (1978).

Selanjutnya, teori ini digunakan dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh

55
Chusman (1983), Gotur (1985), Stockman (1995), Arize (1997) Baum (1999), dan

Klassens (1999).

2.2.2 Penelitian Issam S.A. Abdalla and Victor Murinde

Penelitian ini mengaplikasikan pendekatan kointegrasi untuk mempelajari

hubungan jangka panjang antara harga saham dan Nilai tukar efektif untuk

Pakistan, Korea, India and Philippines. Mereka menggunakan data dari Januari

1985 hingga Juli 1994. Penelitian ini tidak menemukan hubungan jangka panjang

untuk pakistan dan korea, tetapi menemukan hubungan jangka panjang untuk

India dan Filipina. Mereka juga menggunakan uji kausalitas antara harga saham

dan nilai tukar. Dengan menggunakan uji kausalitas Granger, mereka menemukan

hubungan kausalitas searah dari nilai tukar pada harga saham untuk pakistan dan

korea. Karena dalam penelitiannya, ia menemukan hubungan jangka panjang

antara india dan filipina mereka menggunakan pendekatan ECM untuk

mempelajari hubungan kausalitas antara variabel tersebut. Hasilnya menunjukkan

bahwa hubungan kausalitas searah dari nilai tukar pada harga saham untuk India,

tetapi di filipina terjadi hubungan arah yang terbalik dari harga saham pada nilai

tukar.

2.2.3 Penelitian Amare and Mohsin (2000)

Dalam penelitian ini mempelajari hubungan jangka panjang antara nilai

tukar dan harga saham untuk 9 negara di Asia (Japan, Hong Kong, Taiwan,

Singapore, Thailand, Malaysia, Korea, Indonesia, and Philippines). Mereka

56
menggunakan data bulanan dari Januari 1980 hingga Juni 1998 dengan

menggunakan teknik kointegrasi. Hubungan jangka panjang antara harga saham

dan nilai tukar hanya ditemukan di Singapur dan filipina. Namun mereka

menjelaskan, terdapat lack yang dihasilkan dari hasil model tersebut, yang

memberikan hasil yang bias karena melalai satu variabel penting (omission of

important variabels). Pada saat variabel suku bunga dimasukkan dalam model

kointegrasi mereka menemukan bahwa harga saham, nilai tukar dan suku bunga

berkointegrasi untuk 6 dari 9 negara.

2.2.4 Penelitian lain

Sejauh ini telah dilakukan beberapa penelitian untuk mengetahui pengaruh

fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor. Penelitian pada masa nilai tukar

mengambang terkendali dilakukan oleh Goeltom (1997) menunjukkan bahwa

fluktuasi nilai tukar tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

perdagangan. Sementara itu, penelitian pada masa nilai tukar mengambang bebas

dilakukan oleh Susilo (2001). Ia menjelaskan bahwa pada jangka panjang

ketidakpastian nilai tukar efektif riil mempunyai dampak yang signifikan terhadap

ekspor riil non migas, sedangkan pada jangka pendek ketidakpastian nilai tukar

efektif riil tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ekspor riil.

Dalam sebuah studi literatur yang komprehensif tentang pengaruh

volatilitas nilai tukar terhadap aliran perdagangan, McKenzie (1999)

menyimpulkan bahwa studi empiris akhir-akhir ini memperoleh hubungan yang

signifikan secara statistik antara volatilitas nilai tukar dan perdagangan (hal.100).

Calvo dan Reinhart (2000a) dalam Siregar dan Rajan (2002) Melakukan tinjauan

57
ulangterhadap beberapa studi dan memperoleh kesimpulan yang sama. Di sisil ain

sejumlah besar studi empiris menunjukkana danya dampak negatif dari volatilitas

nilai tukar terhadap total perdagangan, ekspor dan impor, sementara yang lain

dilaporkan positif dan memiliki dampak tidak signifikan.

Hanya Chowdury (1993) dan Caporale dan Doroodian (1994) melaporkan

adanya konsistensi pengaruh negatif antara volatilitas nilai tukar terhadap ekspor

dan impir. Studi lain seperti yang dilakukan oleh Klein(1990), McKenzie (1998),

Baile, Tavlas dan Ulan (1987), Koray dan Lastrapes (1989), McKenzie dan

Brooks (1997), McKenzie (1998),Daly(1998),Wei (1999) dan Chou (2000)

menemukan bukti bahwa ketika volatilitas nilai, baik terhadap ekspor maupun

impor tergantung pada produk dan negara mitra dagang. Dengandemikian

kesimpulan yang dihasilkan tidak bisa dipastikan.Terdapatj ugabeberapa studi

yang menyimpulkan bahwa volatilitas nilaitukar tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja ekspor seperti yang disampaikan oleh Aristoteleus

(2001) dalam hal ekspor Inggris ke Amerika Serikat sepanjang periode 1889–

1999.

2.3. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Pemikiran

Setiap negara memiliki strategi pengelolaan nilai tukar yang berbeda-beda.

Volatilitas nilai tukar nominal selalu menjadi perhatian penting bagi para

pengambil kebijakan yang dalam beberapa dekade terakhir memiliki dampak yang

sangat kuat terhadap kondisi makro ekonomi (Mihailov,2003) :

58
a. Terhadap inflasi: Consumer Price Index(CPI) terutama terhadap produk

impor, atau barang input yang komponen luar negerinya sangat besar, dan

lain-lain.

b. Terhadap aliran asset finansial: perubahan nilai tukar nominal akan

mempengaruhi keselurahan return dari asset yang dinyatakan dalam nilai

tukar yang berbeda.

c. Terhadap Current Account: nilai tukar nominal mempengaruhi harga relatif

terhadap ekspor/impor(dengan kemungkinan perbedaan elastisitas), dan akan

mempengaruhi neraca perdagangan .

d. Terhadap Balance Sheet pemerintah dan perusahaan: di negara berkembang,

pinjaman swasta atau pemerintah kepada sisa dunia umumnya dinyatakan

dalam US $, sementara revenue-nya dinyatakan dalam mata uang lokal.

Faktor-Faktor Exchange Rate yang dihubungkan dengan Volatilitas nilai

tukar diantaranya :

1. Inflasi dihubungkan dengan volatilitas nilai tukar

Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk

barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing dan apabila

di hubungkan dengan volatilitas nilai tukar ini yang berdasarkan teori yang sudah

ada, biasa menjadi perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga nilai

tukar luar negeri yang dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan

kurs valuta asing yang bisa menimbulkan ketidakstabilan harga dalam negeri dan

harga luar negeri yang disebabkan oleh volatilitas itu sendiri.

2. Tingkat pendapatan dihubungkan volatilitas nilai tukar

59
Laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkiraan akan melemahkan kurs

mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan

permintaan valuta asing dan tingkat pendapatan dapat mempengaruhi langsung

atas volatiltas nilai tukar dalam negeri apabila mempengaruhi perimintaan dan

penawaran dalam pasar mata uang asing.

3. Suku bunga dihubungkan dengan volatilitas nilai tukar

Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih

menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Dan factor

ini lah yang mempengaruhi stabilitas harga nilai tukar dari suatu mata uang yang

bisa mengakibatkan penawaran dan permintaan mata uang suau atu negera

menjadi lebih dominan atau bisa mempengaruhi volatilitas nilai tukar di suatu

negara.

4. Kontrol Pemerintah dihubungkan dengan Volatilitas nilai tukar

Bahwa kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar

dalam bentuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing dan menghindari

hambatan luar negeri dan melakukan intervensi di pasar uang seperti menjual dan

member mata uang. Dan dalam hal ini kontrol pemerintah sangat berhubungan

erat dalam menjaga kelangsungan penawaran dan permintaan terhadap mata uang

asing yang beredar di valas. Karena volatilatas nilai tukar dapat mempengaruhi

penawaran dan permintaan mata uang asing.

2.3.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

60
1. Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap volatilitas nilai

tukar (kurs) nasional periode 2001.I sampai dengan 2008.IV

2. Tingkat suku bunga dunia berpengaruh signifikan terhadap volatilitas nilai

tukar (kurs) nasional periode 2001.I sampai dengan 2008.IV

3. Produktivitas nasional berpengaruh signifikan terhadap volatilitas nilai

tukar (kurs) nasional periode 2001.I sampai dengan 2008.IV

4. Intensitas perdagangan internasional berpengaruh signifikan terhadap

volatilitas nilai tukar (kurs) nasional periode 2001.I sampai dengan

2008.IV

2.4. Model Penelitian

Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah mengacu pada jurnal yang

ditulis oleh Reza Y. Siregar and Choo Lay Har, Juni 2001 tentang Fundamental

ekonomi dan managed Kurs Mengambang Rezim di Singapura, yaitu model

NATREX (Natural Equilibrium Real Exchange Rate). Model penelitian

dinyatakan sebagai berikut :

reer t = F (Zt)

dimana reert = riil efective exchange rates, sedangkan Zt adalah faktor

fundamental ekonomi yang akan mempengaruhi volatilitas nilai tukar rupiah,

seperti pengeluaran pemerintah, tingkat suku bunga dunia, tingkat produktivitas

dan transaksi perdagangan. Maka nilai tukar merupakan fungsi dari pengeluaran

pemerintah (g), tingkat suku bunga dunia (r), tingkat produktivitas (prd),dan

transaksi perdagangan (tp), atau :

reert = f (g,r,prd, tp)

61
Persamaan regresi berganda (multiple regression) dapat dirumuskan sebagai

berikut :

reert = a0 + a1gt + a2r*t + a3prdt + a4tpt + εt

dimana :

reert = riil efective exchange rate periode 2001.I sampai dengan 2008.IV

a0 = konstanta

a1- gt = koefisien regresi periode 2001.I sampai dengan 2008.IV

r*t = tingkat suku bunga dunia periode 2003.I sampai dengan 2009.IV

prdt = tingkat produktivitas (output GDP) periode 2003.I sampai dengan

2009.IV

tpt = intensitas perdagangan internasonal periode 2003.I sampai dengan

2009.IV

εt = error term

62

You might also like