You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 dikumandangkan, amakan rakyat dan bangsa Indonesia
telah menetapkan tujuan nasional dari perjuangan untuk mengisi kemerdekaannya, yaitu
sebagaimana tertuang dalam jiwa dan semangat darim pembukaan Undang-undang Dasar 1945
ialah:

Masyarakat adil dan makmur berdasarkan apncasila dalam wadah Negara kesatuan Republik
Indonesia dan dalam lingkungan suasana persahabatan dan perdamaian dunia.

Sejarah menunjukkan bahwa usaha dan kegiatan untuk merealisasikan tujuan nasional yang
merupakan perngejawantahan dari seluruh rakyat dan bangsa Indonesia tersebut kurang mencapai
hasil karena adanya usaha-usaha yang hendak menyelewengkan perjuangan rakyat dan bangsa
Indonesia. Penyelewengan-penyelewengan dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia mencapai
puncaknya dengan pecahnya pemberontakan G 30 S/PKI. Penyelewengan ini tidak saja meliputi
bidang administrasi, ekonomi, politik, sosial-budaya, hankam, kan tetapi telah lebih jauh daripada
itu ialah meyelewengkan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Keadaan yang
demikian itu menimbulkan reaksi yang spontan dari kekuatan pendukung Pancasila nyang
menghendaki dihentikannya penyelewengan-penyelewengan tersebut serta diluruskannya kembali
arah perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia menuju kepada tujuan nasional yang telah ditetapkan.

Pembangunan pertahanan dan keamanan nasional merupakan bagian integral dari


pembangunan nasional. Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan ketahanan
nasional dan selanjutnya ketahanan nasional yang tangguh akan lebih mendorong lagi
pembangunan nasional.

Pembangunan pertahanan dan keamanan nasional didasarkan pada pandangan hidup


bangsa Indonesia yang mencintai perdamaian, tetapi terlebih lagi mencintai kemerdekaan
dan kedaulatannya. Hanya dalam suasana kehidupan dunia yang damai dan dalam suasana
negara yang merdeka dan berdaulat itu, memungkinkan bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesejahteraannya melalui usaha pembangunan.

1
Upaya pertahanan dan keamanan nasional haruslah menjamin tercegahnya atau teratasinya
hal-hal yang langsung atau tidak langsung dapat mengganggu jalannya pembangunan nasional.
Hal-hal yang langsung dapat mengganggu jalannya pembangunan nasional, adalah gangguan
keamanan dalam negeri dan ancaman terhadap kemerdekaan, kedaulatan dan integritas RI,
sedangkan hal-hal yang bersifat tidak langsung adalah keamanan dunia umumnya dan
keamanan di kawasan Asia Tenggara khususnya.

Bangsa Indonesia menyadari bahwa kelangsungan hidup Bangsa dan Negara


ditentukan oleh keberhasilan pembangunan nasionalnya, Ancaman dan gangguan oleh lawan
dari dalam dan luar negeri, merupakan hal yang tidak dapat begitu saja diserah kan kepada
nasib, ataupun dipercayakan kepada kekuatan-kekuatan lain di dunia. Oleh karena itu upaya
dan cara penyelenggaraan pertahanan dan keamanan nasional ditentukan dalam kebi -
jaksanaan Hankamnas.

Perang sebagai jalan pemecahan terakhir hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa oleh
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, daya upaya untuk memperoleh dan mempertahankan
keadaan aman dan damai harus selalu dilakukan oleh segenap rakyat bersama ABRI.

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
Hal ini merupakan dasar dari sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
Pelaksanaannya diatur dengan memenuhi keadilan dan pemerataan dalam menjalankan tugas
pertahanan dan keamanan nasional. Dalam sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta,
ABRI yang tumbuh dari rakyat serta bersama dalam kemanunggalan dengan rakyat menegakkan
dan mengisi kemerdekaan bangsa, menjadi inti dalam sistem tersebut.

Pertahanan dan keamanan nasional yang disusun berdasarkan sistem Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta akan mampu mensukseskan perjuangan nasional pada umumnya,
pembangunan nasional pada khususnya dan mengamankannya dari setiap ancaman, sehingga
usaha bangsa dalam mencapai tujuan nasional dapat berlangsung dalam suasana damai, aman,
tenteram, tertib dan dinamis.

Pembinaan pertahanan dan keamanan nasional diusahakan untuk meningkatkan


kemampuan pertahanan dan keamanan, yang meliputi kemampuan kekuatan di darat, di laut, di
udara, penertiban dan penyelamatan masyarakat, sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas
pertahanan dan keamanan nasional sesuai dengan keperluan dan tantangan yang dihadapi oleh
negara dan bangsa Indonesia.

2
Kekaryaan Angkatan Bersenjata RI sebagai kekuatan sosial, bersama kekuatan sosial
lainnya, memikul tugas dan tanggung jawab perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan dan
memperjuangkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembinaan kemampuan ABRI
sebagai kekuatan sosial diarahkan agar Angkatan Bersenjata RI dalam kemanunggalannya
dengan rakyat, mampu secara aktif melaksanakan kegiatan pembangunan nasio-nal, serta dapat
meningkatkan peranannya dalam memperkokoh ketahanan nasional. Di samping itu, operasi Bakti
ABRI meru- pakan peluang untuk menyumbangkan sesuatu yang berharga kepada masyarakat.

3
BAB II

ISI

A. Sistem Pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan dengan cara
(Indonesia) sendiri (yang spesifik), dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi obyektif
bangsa dan negara Indonesia, pandangan hidup bangsa dan budaya bangsa.

1. Umum

Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan dengan cara
(Indonesia) sendiri (yang spesifik), dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi obyektif
bangsa dan negara Indonesia, pandangan hidup bangsa dan budaya bangsa. Pertahanan Negara
Indonesia merupakan instrumen dari politik nasional, terutama politik keamanan nasional.

Perjuangan Bangsa Indonesia dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,


memberikan pengalaman sejarah yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan
perjuangan selanjutnya. Pengalaman sejarah perjuangan tersebut khususnya selama perang
kemerdekaan telah mewujudkan tradisi yang selanjutnya menjadi nilai penting sebagai dasar
penyelenggaraan pertahanan dan keamanan untuk melindungi segenap bangsa dari berbagai
kemungkinan ancaman baik yang bersifat kasar (ancaman militer) maupun yang halus (ancaman
terhadap pemikiran dan persepsi). Salah satu nilai tadi adalah "Perang Wilayah/Perang Rakyat
Semesta" (Perata) yang dirumuskan dalam Seminar Seskoad II pada Januari 1962 dan ditetapkan
pada Agustus 1966 dalam Seminar AD II sebagai Doktrin Perang Wilayah/Perang Rakyat Semesta.

Dalam rangka integrasi ABRI, pada Nopember 1966 Seminar Hankam menetapkan Doktrin
Hankamnas dan Doktrin Perjuangan ABRI "Catur Dharma Eka Karma" disingkat Cadek. Seminar
Hankam tersebut juga menghasilkan Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Hankamnas dan
Wawasan Nasional. Dengan Wawasan Nusantara ini ABRI tidak menonjolkan kepentingan suatu
matra dan kepentingan salah satu bidang perjuangan (politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam).
Sepanjang perjalanan sejarahnya doktrin Hankam selalu mengalami pengembangan. Pada tahun

4
1991 Cadek ditata kembali dan disesuaikan dengan perkiraan perkembangan masa mendatang,
menjadi dua doktrin yaitu:

a. Doktrin "Pertahanan Keamanan Negara" sebagai Doktrin Dasar yang disahkan oleh Menteri
Pertahanan, dan
b. Doktrin "Perjuangan TNI ABRI (Catur Dharma Eka Karma)", sebagai Doktrin Induk yang
disahkan oleh Pangab.

Di era reformasi berdasarkan UUD RI 1945 (Amandemen) Bab III Pasal 10, 11, 12 dan Bab
XII Pasal 30 telah ditetapkan UU No. 3 tahun 2002. Sishankamrata diubah menjadi Sistem
Pertahanan Semesta (Sishanta). Selanjutnya mengacu pada UU No. 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan dan UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI Doktrin Perjuangan TNI ABRI Cadek diubah
menjadi Doktrin TNI "Tri Dharma Eka Karma" (Tridek).

Dewasa ini Sishankamrata yang bertumpu pada perlawanan teritorial mengundang


tanggapan dari kalangan masyarakat khususnya mereka yang meragukan relevansi Sishankamrata
dengan TNI sebagai kekuatan utama menghadapi tantangan di era globalisasi. Sebagai contoh dapat
dikemukakan beberapa isu yang dikemukakan pada Seminar "Democratic Total Defence" yang
diselenggarakan oleh beberapa LSM dengan Dephan RI pada tanggal 28 Agustus 2007 yang fokus
bahasannya adalah perbandingan penyelenggaraan Sistem Pertahanan Total di negara-negara
demokratis. Isu-isu tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Gambaran tentang Sistem Pertahanan Total Indonesia.


b. Apakah Sistem Pertahanan Total di Indonesia telah memenuhi prinsip-prinsip demokrasi?
c. Apakah Sistem Pertahanan Total yang ada mampu mengatasi hakikat ancaman masa kini yang
dapat berupa ancaman konvensional atau ancaman lainnya (misalnya terorisme, kejahatan
terorganisir, atau ancaman lintas nasional lainnya)?
d. Dengan melihat berbagai implementasi Sistem Pertahanan Total di negara lain pelajaran apa
yang dapat diperoleh yang dapat diimplementasikan di Indonesia.

Beberapa isu lain yang sering dikemukakan para pemikir di bidang pertahanan NKRI antara lain
adalah:

a. Adanya kekhawatiran bahwa Komando Teritorial yang mendampingi Pemerintahan Sipil akan
digunakan tidak hanya untuk maksud penyelenggaraan pertahanan, tetapi juga sebagai
tumpuan untuk memperkuat pemerintahan yang berkuasa.

5
b. Apakah Sishankamrata dapat diimplementasikan? Padahal dalam jangka panjang kondisi TNI
sebagai kekuatan inti Sishankamrata jumlah dan kualitas pasukannya yang dapat dikatagorikan
profesional serta anggaran latihan, sistem senjata yang tergolong modern masih terbatas dan
tidak memadai dihadapkan pada luasnya posisi-posisi strategis yang harus dipertahankan di
seluruh Nusantara.
c. Apakah Sishankamrata masih relevan untuk dipertahankan sebagai konsep pertahanan NKRI?
Atau diambil konsep lain seperti yang dikehendaki oleh mereka yang terobsesi oleh sistem
pertahanan negara asing (adikuasa).
d. Menghadapi berbagai isu tersebut, dewasa ini diperlukan kejelasan bagaimana kehendak
bangsa dalam menjalankan pertahanan negara.

Tulisan hasil sarasehan Alumni Akmil ini diharapkan dapat menjawab berbagai pertanyaan
tersebut dan dapat pula memberikan pencerahan kepada generasi muda TNI untuk dijadikan bekal
pengabdiannya kepada Negara dan Bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

2. Landasan Filosofis dan Landasan Hukum

Indonesia merupakan negara hukum, oleh sebab itu untuk memenuhi aspek legalitas, sistem
pertahanan keamanan yang merupakan bagian dari sistem pemerintahan negara diselenggarakan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Doktrin Hankamrata sebagai strategi dari Hankamnas
yang merupakan penjabaran dari Pancasila sebagai falsafah bangsa adalah doktrin dasar yang digali,
dikembangkan oleh TNI(AD) dari hasil pengalamannya dalam memperjuangkan, merebut dan
mengisi kemerdekaan NKRI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai ajaran,
asas, prinsip serta konsep yang mendasar dan diyakini kebenarannya, berdasarkan hasil pemikiran
terbaik, doktrin ini mengalir dari pandangan hidup bangsa dan dikembangkan secara nalar dan
dinamis dengan pengalaman dan teori sehingga kebenarannya bersifat relatif hakiki dan berjangka
panjang. Oleh karena itu Doktrin Hankamrata harus menjiwai ketentuan perundang-undangan
penyelenggaraan pertahanan negara.

Meskipun ketentuan perundang-undangan pada hakikatnya merupakan bagian tak


terpisahkan dari daya rangkum doktrin, dan keduanya bersumber dari nilai-nilai falsafah, ajaran,
dan konsep yang terkandung pada Pembukaan UUD 1945, namun keduanya berkembang dengan
sifat dan keberadaan fungsional yang berbeda. Peraturan perundang-undangan mengalir dari Batang
Tubuh UUD 1945 yang dijiwai oleh Pembukaannya, merupakan sumber hukum yang melahirkan
berbagai ketentuan hukum, sedangkan doktrin TNI(AD) mengalir dari nilai-nilai falsafi, ajaran, dan
konsep yang terkandung pada Pembukaan UUD 1945 yang melahirkan patokan, pegangan,

6
pedoman, petunjuk. Dengan kata lain, apabila ketentuan perundang-undangan memberikan
kekuatan hukum terhadap upaya-upaya dalam segenap dinamika tata kehidupan nasional sesuai
doktrin, tetapi doktrin memberikan panduan instrumental bagi proses mencapai sasaran. Seharusnya
UU memberikan kekuatan hukum pada pelaksanaan doktrin, tidak malahan membatasi ruang gerak
dan menghambat implementasi doktrin.

Di era reformasi ‘pesta-pora’ demokrasi yang kebablasan telah menghasilkan berbagai


ketentuan perundang-undangan di bidang Hankam yang mengalir dari Batang Tubuh UUD 1945
yang sudah diamandemen sehingga mengandung pasal-pasal yang rawan distorsi terhadap nilai-
nilai dasar/falsafi yang terkandung dalam Pembukaannya. Di pihak lain, doktrin dasar dan doktrin
induk pertahanan dikembangkan dan dijabarkan oleh TNI berdasarkan nilai-nilai yang mendasari
jatidiri bangsa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai akibatnya ruang gerak TNI
dalam upayanya untuk mengimplementasikan Hankamrata akan selalu terkendala oleh berbagai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang disusun berdasarkan nilai-nilai yang tidak sesuai
dengan jatidiri bangsa, terutama yang mengarah pada demokrasi liberal, individualisme dan
kapitalisme.

Ketentuan perundang-undangan di bidang Hankam yang diberlakukan di era reformasi


adalah:

a. UUD RI 1945 (Amandemen) BAB III Pasal 10, 11, 12 dan Bab XII Pasal 30;
b. UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
c. UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI;
d. Keputusan Panglima TNI No. KEP/2/I/2007 tgl. 12 Januari 2007 tentang Tri Dharma Eka
Karma (Tridek).
e. Relevansi Sishankamrata Saat Ini

Sebagai landasan logis bagi pemahaman tentang Sishankamrata adalah persepsi yang
komprehensif bahwa sistem kehidupan berbangsa-bernegara mencakup berbagai dimensi yang
fundamental dan eksistensial seperti ideologi, ekonomi, politik, sosial, budaya serta pertahanan dan
keamanan (Hankam). Oleh karena bersifat saling terkait dan tidak dapat saling meniadakan
(mutually exclusive) tetapi justru saling komplementer dan interdependen, maka pembangunan
dimensi-dimensi tersebut harus digulirkan secara maksimal untuk mencapai hasil optimal dengan
prinsip “saling mendukung dan menguatkan”. Misalnya pembangunan politik dan ekonomi dapat
berjalan baik manakala situasi Hankamnas bersifat positif-kondusif. Sebaliknya, pembangunan
Sishankamnas tidak mungkin berjalan tanpa dukungan dimensi-dimensi lainnya.

7
Sishankamnas – sebagaimana sistem kehidupan bangsa lainnya (politik, ekonomi dan
sebagainya) – dibangun dan digerakkan untuk menunjang upaya pembangunan atau transformasi
nasional menuju tercapainya Cita-Cita/Tujuan Nasional. Untuk mencapai Tujuan Nasional (Tunas)
tersebut terdapat banyak aspek yang harus dilindungi, dijaga/dikawal dan diimplementasikan yakni
berbagai Kepentingan Nasional (Kepnas). Dengan apakah Kepnas dikawal, dilindungi dan
diimplementasikan? Jawabannya, dengan sistem kehidupan nasional (Sisnas), dan dalam konteks ini
adalah Sishankamnas. Pertanyaan berikutnya, bagaimakanakah Sishankamnas sebagai bagian
integral dari Sisnas itu didesain? Ada dua hal yang harus dijadikan bahan pertimbangan. Pertama,
harus ada ada berbagai instrumen bangsa yang memang perlu untuk digunakan dalam kerangka
tersebut seperti falsafah bangsa, falsafah bangsa tentang perang, politik luar negeri dan sebagainya.
Kedua, harus dilakukan penilaian (assesment) atau telah tajam terhadap lingkungan strategis
(Lingstra) yang terus berkembang secara dinamis termasuk mengikuti kemajuan Ilpengtek, yang
darinya kita dapat merumuskan potensi ancaman atau ancaman potensial terhadap bangsa-negara,
seperti dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.

Menghadapi kondisi kehidupan bangsa yang memiliki sekian banyak ancaman potensial,
niscaya perlu pembangunan dan pengerahan total potensi dan kekuatan bangsa secara efektif.
Dengan demikian, Sishankamrata merupakan konsep dan doktrin yang tetap relevan dalam
kehidupan bangsa kita sebagai wadah, isi dan tata laku pertahanan nasional di masa depan dengan
revisi nilai instrumental agar tetap relevan dan kontekstual. Apalagi Sishan semacam ini juga
dijadikan konsep pertahanan di banyak negara maju seperti Swiss, Israel, Singapura, Prancis dan
lain-lain.

Logika atau basis argumentasi Sihankamrata dapat digambarkan sekilas dengan mengacu
pada kebiasaan umum (habitus universal) dalam Rekayasa Sishan. Idealnya, sebuah negara
memiliki Sishan di mana kekuatan riil yang dimilikinya lebih unggul daripada kekuatan yang
mengancam (ancaman potensial). Jika belum dapat mencapai kekuatan ideal tersebut maka biasanya
dibangun aliansi dalam rangka memelihara balance of power. Namun bila hal itu pun tidak dapat
dilakukan maka tidak ada pilihan lain selain “Perang Rakyat”. Bagi Indonesia, membangun
kekuatan ideal masih jauh dari mungkin karena terhadang kendala anggaran. Untuk beraliansi
membangun pakta pertahanan pun tidak mungkin karena prinsip politik luar negeri yang bebas-
aktif. Dengan demikian, langkah realistis yang merupakan pilihan logis adalah Sishankamrata (total
defence).

Memang, isu tentang relevansi Sishankamrata dengan dinamika perubahan situasi dan
kondisi sudah terjadi sejak lama. Disadari bahwa Doktrin memang harus berkembang sejalan
8
dengan perkembangan situasi dan kondisi khususnya perkembangan Ilpengtek, namun dari segi lain
Sishankamrata yang merupakan hakikat dari Doktrin Dasar Hankamnas dan dirumuskan
berdasarkan pengalaman, penghayatan para perumusnya yang langsung mengalami sendiri
perjuangan TNI(AD) dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia
yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 tetap harus dipertahankan. Sistem Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta merupakan pengembangan dari doktrin perang wilayah yang pertama
kali dicetuskan pada seminar Seskoad I pada Desember 1960. Dengan berpedoman pada
pengalaman perang merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI yang
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, setelah disesuaikan dengan kondisi baru dirumuskan
Konsep Doktrin Perang Wilayah/Perang Rakyat Semesta.

Seperti disinggung di atas, sesungguhnya strategi perang wilayah/perang rakyat semesta


telah dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi
negara-negara adikuasa yang pada umumnya memiliki keunggulan dalam sistem persenjataan dan
profesionalisme. Beberapa negara yang dijadikan acuan dalam perumusan hankamrata antara lain
adalah Yugoslavia1 yang pada Perang Dunia II, menggunakan pertahanan teritorial (territorial
defence) serta melakukan pertahanan rakyat semesta (total people’s defence) berhasil mengalahkan
tentara pendudukan fasis Jerman dan sekutu-sekutunya yang unggul dalam persenjataan dan
profesionalisme. Setelah invasi Sovyet ke Czechoslovakia tahun 1968, kepemimpinan Yugoslavia
mewaspadai ancaman yang sama sesewaktu dapat menjadi kenyataan terhadap Yugoslavia. Invasi
terhadap Czechoslovakia menunjukkan bahwa bala siap dari negara yang lemah tidak mungkin
dapat menghadapi serangan masif dari agresor yang secara kualitatif dan kuantitatif lebih unggul.
Berdasarkan pengalaman perjuangannya menghadapi Jerman, pada tahun 1969 Yugoslavia
menetapkan Undang-undang Pertahanan yang didasarkan pada Sistem Pertahanan Keamanan
Rakyat Semesta.

Selain Yugoslavia, negara yang dijadikan acuan dalam perumusan Sistem Hankamrata
adalah Vietnam. Untuk itu TNI-AD pernah mengirimkan suatu misi militer ke Hanoi mempelajari
sistem pertahanan serta perlawanan rakyat sebagai bahan perbandingan.2 Dengan menggunakan
pertahanan teritorial, Vietnam melakukan perang rakyat semesta berhasil mengusir tentara
pendudukan Perancis. Dengan mengandalkan kekuatan rakyat, pada Mei 1954 pejuang Vietnam di
bawah pimpinan Jenderal Vo Nguyen Giap dengan transportasi yang sederhana (sepeda dan kuda)
mengangkut artileri berat dan artileri pertahanan udara melalui hutan lebat dimalam hari untuk
menempati kedudukan di pegunungan sekitar Dien Bhien Phu, kemudian menyerang dan mengusir
tentara Perancis yang jauh lebih unggul dalam teknologi dan persenjataan. Bahkan dengan

9
melakukan Perang Rakyat Semesta yang berkepanjangan (berlarut) dari tahun 1959 sampai tahun
1975, berkat kepemimpinan Ho Chi Minh yang kharismatik, People's Army of Vietnam (PAVN)
berhasil mengusir tentara AS yang jauh unggul dalam persenjataan.

Di era globalisasi dimana hakekat ancaman telah berkembang menjadi multidimensi


mencakup semua bidang kehidupan bangsa (Ipoleksosbudhankam), baik yang bersifat kasar
(ancaman militer) maupun yang halus (ancaman terhadap pemikiran dan persepsi). Oleh sebab itu
maka kekuatan yang dikembangkan untuk menghadapi ancaman tersebut juga harus mempunyai
kemampuan yang multi demensi pula, tidak hanya berupa kemampuan militer (Sistek), tetapi juga
juga kemampuan non-militer (Sissos) yang melibatkan seluruh potensi bangsa, baik fisik maupun
psikis.

Beberapa contoh perang terkini yang menjadi bukti keberhasilan Sishanrata antara lain
adalah:

a. Serangan masif yang dilakukan oleh tentara AS yang dilakukan untuk menangkap pemimpin
pemberontak Somalia ternyata gagal, bahkan tentara AS yang unggul dalam persenjataan dan
profesionalisme itu harus ditarik mundur karena besarnya korban dan kerugian yang dialami.
b. Pasukan AS tidak dapat mentuntaskan hasil serangannya ke Irak, bahkan korban besar terus
berjatuhan. Korban tentara AS yang tewas dalam perang Irak dewasa ini telah mendekati angka
3000 orang sebagian besar justru terjadi setelah Saddam Hussein tertangkap. Bahkan dewasa ini
Pemerintah AS dibayangi kegagalan tujuan invasinya ke Irak karena ketidaksanggupannya
mengatasi kekacauan yang terus terjadi.
c. Meskipun pasukan NATO berhasil meruntuhkan pemerintahan Taliban di Afghanistan namun
sisa-sisa pasukan Taliban masih tetap aktif dan merupakan ancaman aktual bagi pasukan NATO
di Afganistan. Bahkan Afganistan berpotensi untuk perang saudara kembali apabila pasukan
NATO ditarik dari Afganistan.
d. Meskipun politis Rusia tetap menguasai Chechnya tetapi gangguan dari gerilyawan Chechnya
yang mengakibatkan korban-korban yang besar di pihak pasukan Rusia terus terjadi.
e. Kekuatan bersenjata Palestina dari segi persenjataan dan profesionalisme militer (Sistek), kalah
jauh dari kekuatan bersenjata Israel, namun perlawanan rakyat semesta Palestina yang berupa
gerakan Intifada (Sissos) masih menyulitkan Israel dalam mengendalikan wilayah Palestina di
West Bank dan Gaza Strip. Di samping korban fisik, dari aspek ekonomi, gerakan intifada yang
berupa ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum penjajah, pemogokan umum, grafitti,
barikade di jalanan, dan pelemparan batu dalam demonstrasi oleh para pemuda serta boikot

10
terhadap industri mikro, industri jasa dan pariwisata telah menimbulkan kerugian dalam jumlah
yang besar di pihak Israel.

Contoh-contoh tersebut di atas membuktikan bahwa keunggulan persenjataan dan


profesionalisme bukan satu-satunya faktor penentu kemenangan. Pengalaman menunjukkan bahwa
ternyata keunggulan teknologi persenjataan dan profesionalisme dapat diimbangi oleh strategi
perlawanan rakyat semesta yang dilengkapi dengan patriotisme, daya juang dan semangat tidak
mengenal menyerah serta taktik dan strategi yang tepat dan cerdik. Menghadapi kenyataan tersebut
di atas, bagi Indonesia yang dalam jangka pendek masih belum mampu mengembangkan sistek
yang modern mengungguli negara-negara adidaya, bahkan negara-negara jiran, doktrin Hankamrata
bukan hanya relevan, tetapi telah diyakini oleh TNI kebenarannya.

Sishankamrata erat kaitannya dengan jatidiri TNI sebagai kekuatan utama. Bahwa
pengalaman TNI dengan ke-khas-an jatidirinya dalam merebut, mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan secara bersamaan telah melahirkan suatu sistem pertahanan yang sesuai dengan
kondisi geografi, demografi dan budaya bangsa Indonesia yang dikenal dengan Pertahanan
Keamanan Rakyat Semesta (Hankamrata). Dengan demikian maka pada dasarnya antara jatidiri
TNI dengan doktrin Hankamrata terdapat kaitan timbal balik yang erat, karena doktrin Hankamrata
disusun dengan memperhatikan jatidiri TNI sebagai komponen utama sistem, dan sebaliknya
keberhasilan doktrin Hankamrata tergantung kepada kadar komitmen TNI terhadap jatidirinya
sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional.

Oleh sebab itu maka Sishankamrata yang dilaksanakan melalui Sistem Perang Berlarut yang
mengkombinasikan penggunaan Sistem Senjata Teknologi (Sistek) didukung oleh sikap politik
seluruh rakyat yang anti agressor sebagai Sissos, diyakini mempunyai prospek untuk dapat
digunakan menghadapi musuh yang kuat yang berhasil menduduki bagian-bagian tertentu dari
wilayah darat NKRI.

B. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Pokok-pokok kebijaksanaan dalam Repelita III berlandaskan pada :

Pertama : KEPENTINGAN HANKAMNAS adalah mengamankan jalannya Pembangunan


Nasional.

Kedua : TUJUAN HANKAMNAS adalah menjamin keamanan dalam negeri dan turut serta
memelihara perdamaian dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
11
Ketiga : KEBIJAKSANAAN HANKAMNAS adalah mencegah dan menangkal gangguan
terhadap keamanan dalam negeri; menangkal perang dalam berbagai bentuk dan
perwujudannya yang mungkin ditujukan terhadap Negara Republik Indonesia,
termasuk perang terbatas; dan apabila penangkalan tidak berhasil, mengatasi
gangguan terhadap keamanan dalam negeri, menghalau atau menghancurkan musuh
dengan mendasarkan pada kemampuan sendiri.

Keempat: STRATEGI yang ditempuh .adalah membangun kemampuan pertahanan dan


keamanan rakyat semesta, dan meniadakan kerawanannya dengan membangun ABRI
dengan kekuatan siap yang kecil dan cadangan yang cukup, serta Polri yang mampu
membina keamanan dan ketertiban masyarakat.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam pembangunan Hankamnas berpedoman pula pada prinsip-


prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip ekonomi dan efisiensi.

Pembangunan pertahanan dan keamanan nasional secara keseluruhan harus


dikaitkan dengan pembangunan dalam bidang kesejahteraan sedemikian rupa sehingga
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Setiap investasi harus
menunjukkan kemanfaatan yang nyata dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan
atau sasaran, serta harus memiliki waktu kegunaan yang cukup panjang. Suatu kegu naan
tambahan hendaknya diusahakan apabila mungkin. Meskipun pertahanan dan keamanan
nasional merupakan suatu upaya yang tidak bisa diabaikan, prioritas pembang an nasional
akan harus diletakkan pada pembangunan bidang kesejahteraan, sehingga alokasi sumber
daya nasional juga akan harus mengutamakan yang terakhir ini. Upaya perta hanan dan
keamanan harus menyesuaikan segenap rencana-rencananya dengan sumber yang
disediakan untuknya, dan kemampuan kemampuan harus dibangun dengan menetapkan
sasaran-sasaran yang harus dicapai secara bertahap.

Prinsip ekonomi perlu diterapkan sebaik mungkin dalam usaha pertahanan dan
keamanan; di samping itu efektivitas untuk menghadapi keadaan darurat harus tetap
terjamin. Dalam keadaan aman dan damai dipelihara kekuatan pertahanan dan keamanan
yang relatif kecil tetapi efisien, yang dalam keadaan darurat harus dapat dikembangkan
dengan cepat. Keperluan akan kemampuan pengembangan kekuatan ini menghendaki agar

12
dirumuskan suatu sistem cadangan, yang mencakup kekuatan lapangan beserta segenap
unsur, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukungnya.

2. Mencukupi kebutuhan sendiri

Dalam rangka modernisasi penyelenggaraan pertahanan dan keamanan nasional


hendaklah digunakan perlengkapan yang disesuaikan dengan tingkat kemajuan teknologi
bangsa Indonesia. Hasil produksi dalam negeri harus diutamakan. Keharusan untuk
mengurangi ketergantungan pada luar negeri menuntut dibangunnya industri pertahanan dan
keamanan nasional ataupun industri umum yang dapat digunakan untuk itu, setidak-tidaknya
untuk memproduksi perlengkapan dan bekal yang paling vital.

Suatu penelitian nasional perlu dilaksanakan untuk membuat inventarisasi


kemampuan industri dalam negeri guna mendukung penyelenggaraan pertahanan dan
keamanan dan direncanakan cara-cara pemanfaatannya dalam keadaan darurat.
Pemeliharaan dan perawatan mempunyai peranan yang sangat panting dalam menjamin
kesiapan peralatan yang juga menentukan tingkat kemampuan pertahanan dan keamanan.
Oleh karena itu kemampuan pemeliharaan yang tinggi meliputi keahlian, bahan-bahan dan
alat-alat pemeliharaan, perlu mendapat perhatian. Keterbatasan jumlah peralatan yang dimiliki
agar diimbangi dengan kemampuan pemeliharaan yang tinggi.

3. Dislokasi kekuatan

Kekuatan-kekuatan lapangan menurut sifat dan tugas khasnya masing-masing, harus


direncanakan menempati posisi strategis yang memungkinkan dilakukannya reaksi yang
cepat terhadap ancaman yang datang. Daerah-daerah perbatasan, alur-alur pelayaran dan
selat-selat yang penting, perlu dinilai tingkat kemungkinan menjadi arah pendekat
potensiil bagi berbagai bentuk ancaman, untuk kemudian digunakan seba gai dasar penentu
dislokasi kekuatan atau pangkalan yang sesuai.

Perhatian yang lebih besar harus diberikan kepada kekuatan pemukul, yang perlu
memperoleh latihan-latihan terus-menerus dengan dukungan fasilitas yang sebaik
mungkin. Daerah-daerah latihan yang cukup luas di luar Jawa yang sekaligus dijadikan
pangkalan bagi satuan-satuan, perlu memperoleh prioritas yang tinggi dalam pembangunan
pertahanan dan keamanan nasional.

13
4. Perundang-undangan

Hak, kewajiban dan kehormatan turut serta dalam pembelaan negara dari setiap
warganegara Indonesia, harus dilaksanakan dalam bentuk keadilan dan pemerataan
menjalankan tugas pertahanan dan keamanan. Peranan rakyat sebagai sasaran maupun
pelaku dalam perang total, menghendaki pembinaan mental dengan mendapatkan prioritas
yang tinggi. Ideologi Pancasila dan nilai-nilai bangsa harus tertanam dengan teguh
dalam alam pikiran, sehingga mewujudkan suatu ketahanan mental yang tangguh. Keahlian
dan ketrampilan melakukan pekerjaan harus dibina agar setiap orang dapat menjalankan .
tugasnya dengan sempurna.

Berbagai hal dalam penyelenggaraan pertahanan dan keamanan, karena menyangkut


kepentingan berbagai pihak dan rakyat banyak, harus diatur melalui undang-undang atau per -
aturan pemerintah. Undang-undang Pokok Pertahanan dan Keamanan Nasional yang
menetapkan aturan-aturan pokok yang dilandasi oleh falsafah bangsa, Undang-Undang Dasar
1945 dan Doktrin Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta, perlu segera diwujudkan.

5. Ilmu Pengetahuan, Penelitian dan Teknologi

Penelitian dan pengembangan yang tertuju pada perwujudan perlengkapan,


umumnya memerlukan dana, daya dan waktu yang sangat banyak. Penghematan dalam
bidang ini dapat dicapai melalui kerjasama yang erat dengan lembaga lain di luar ABRI.
Hendak-nya selalu dicegah kegiatan-kegiatan yang bersifat duplikasi; pengalihan pengetahuan
dan teknologi dari luar negeri melalui berbagai cara dapat dimanfaatkan untuk mempercepat
penguasaan dan usaha pengembangan.

Keberhasilan tugas pertahanan dan keamanan nasional banyak tergantung pada


dukungan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, upaya
pertahanan dan keamanan nasional harus dapat memanfaatkan hasil perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Kekaryaan

Hubungan timbal balik yang sangat erat antara bidang keamanan dan kesejahteraan
nasional, menghendaki agar pembangunan ABRI tidak semata-mata diarahkan kepada
pembentukan kekuatan pertahanan dan keamanan. Pembangunan ABRI hendaknya juga
diarahkan agar memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai kekuatan sosial, yang bersama
14
dengan kekuatan-kekuatan sosial lainnya dapat menanggapi dan mengatasi permasalahan-
permasalahan nasional sebagai suatu kebulatan, sehingga dapat mewujudkan ketahanan
nasional yang utuh.

Pembinaan kemampuan ABRI sebagai kekuatan sosial diarahkan agar ABRI mampu
untuk bersama-sama kekuatan sosial lainnya secara aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan
pembangunan nasional serta meningkatkan peranannya secara aktif dalam memperkokoh
ketahanan nasional.

Kekaryaan ABRI yang merupakan penjelmaan jiwa dan semangat pengabdian ABRI
sebagai kekuatan sosial, bersama kekuatan sosial lainnya memikul tugas dan tanggung jawab
perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan dan memperjuangkan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia.

7. Manejemen Hankam

Menejemen pertahanan dan keamanan, yang mencakup sumber daya, Angkatan


Bersenjata dan Departemen Pertahanan dan Keamanan, haruslah bisa dilaksanakan secara
efektif dan dengan efisiensi yang tinggi. Untuk itu agar selalu diusahakan pengembangan
dan penerapan menejemen yang mutakhir.

8. Pemanfaatan Peluang

Pemanfaatan peluang pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk memperkecil atau
meniadakan pertentangan yang sering terjadi antara tuntutan kesejahteraan nasional dan
keamanan nasional. Perencana-perencana pada semua tingkat harus selalu waspada untuk
mengidentifikasikan setiap peluang yang muncul, serta siap memanfaatkan semua kesem -
patan yang bisa menghemat penggunaan sumber daya, memperkecil kerugian, atau
menghasilkan kegunaan tambahan.

Pembangunan pertahanan dan keamanan hendaknya diusahakan agar memanfaatkan


setiap peluang untuk turut serta memecahkan permasalahan-permasalahan nasional maupun
daerah. Setiap rencana pembangunan kekuatan dan prasarana Hankamnas hendaknya ditinjau
kaitannya dengan usaha-usaha memecahkan masalah-masalah kependudukan, pemukiman,
kesempatan kerja, pengembangan daerah, kelestarian lingkungan, dan sebagainya .
Sebaliknya upaya pertahanan dan keamanan hendaknya juga dapat memberikan pandangan
dan saran bagaimana upaya dalam bidang pembangunan kesejahteraan dapat memanfaatkan
15
peluang untuk turut serta memecahkan permasalahan-permasalahan dalam bidang keamanan
nasional, termasuk pertahanan dan keamanan.

Peluang untuk turut serta mengurangi kepadatan penduduk daerah yang satu, dan
menambah di daerah yang lain, harus dimanfaatkan secara bersungguh-sungguh dalam upaya
pertahanan dan keamanan. Pemindahan satuan-satuan dari Jawa ke pangkalan-pangkalan
baru yang permanen di daerah-daerah yang kurang penduduknya, harus segera dapat
dimulai. Pangkalan-pangkalan baru tersebut agar diusahakan dapat berfungsi sebagai
pusat-pusat perkembangan daerah.

Peluang untuk turut serta mendorong usaha perkembangan industri nasional dan
perluasan kesempatan kerja, harus diusahakan secara bersungguh-sungguh dengan sebanyak
mungkin melaksanakan pengadaan periengkapan pertahanan dan keamanan pada industri di
dalam negeri.

Permasalahan Hankamnas yang sangat luas dan rumit yang harus dihadapi ABRI,
menyebabkan bahwa sebagai suatu organisasi, ia memiliki kemampuan menanggapi
permasalahan-permasalahan yang luas, baik dalam bidang keamanan maupun bidang
kesejahteraan nasional.

Kemampuan ini hendaknya dimanfaatkan untuk menunjang upaya pembangunan


nasional, dengan turut serta dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan,
meneruskan tradisinya sebagai salah satu kekuatan sosial yang dinamis.

Peluang untuk turut serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan pembangunan,


hendaknya selalu dimanfaatkan oleh ABRI. Kemampuan-kemampuan produktif yang dapat
digunakan untuk menunjang pembangunan kesejahteraan nasional, hendaknya
dimanfaatkan pada setiap kesempatan yang muncul. Operasi Bakti hendaknya dijadikan
suatu tradisi bagi ABRI, di masa damai maupun di masa perang, sebagai perwujudan dari
kemanunggalan ABRI dengan rakyat.

C. Program-program Pembangunan Hankamnas

1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Hankamnas

Tujuan Pembangunan Hankamnas adalah pertama-tama mewujudkan daya tangkal; yaitu


kekuatan yang memberikan keyakinan kepada setiap pihak, baik yang mempunyai maksud

16
memusuhi Negara dan Bangsa Indonesia maupun yang merencanakan agresi dengan cara apapun
juga, bahwa mere-ka tidak akan dapat mencapai tujuan atau maksudnya. Daya tangkal
demikian terutama akan harus bersandar pada kekuatan rakyat Indonesia seluruhnya, yang
harus memiliki ketahanan ideologis dan mental yang tangguh untuk menolak serta melawan
setiap usaha yang dapat membahayakan kelangsungan hidup Bangsa Indonesia, ideologi
Pancasila, nilai-nilai nasional lainnya dan integritas wilayah Negara Republik Indonesia.

Daya tangkal ini kemudian harus dibulatkan dengan membangun kekuatan-kekuatan yang
nyata maupun potensiil, yang secara integral mewujudkan kemampuan-kemampuan yang sanggup
melaksanakan berbagai tugas umum yang terkandung dalam kebijaksanaan pertahanan dan
keamanan nasional, sekaligus menegakkan hak serta kedaulatan negara atas wilayahnya
berdasarkan Wawasan Nusantara.

Adapun sasaran Pembangunan Hankamnas adalah :

Kekuatan rakyat terlatih yang merata di seluruh wilayah Negara dan nyata dapat
dirasakan, berwujud masa rakyat yang militan, spontan, didasari ketahanan ideologi Pancasila
dan rasa cinta terhadap tanah air, untuk menentang setiap usaha atau gejala yang
membahayakan, melawan musuh yang mengancam kelangsungan hidup negara dan bangsa
Indonesia, tanpa mengenal menyerah.

a. Angkatan Perang dengan kekuatan siap kecil dan cadang an yang cukup, yang
sanggup menghadapi situasi yang dapat timbul di masa depan, dan menjalankan
berbagai tugas lainnya yang dapat dibebankan kepadanya, termasuk pelaksanaan hak
serta kedaulatan negara atas seluruh wilayahnya.
b. Polri yang sanggup menjalankan tugas pengamanan dan penertiban masyarakat;
penyelamatan jiwa-raga dan hartabenda; mencegah dan menindak penyimpangan
hukum; serta menjalankan berbagai tugas lainnya yang dapat dibe bankan
kepadanya.

2. Program Hankamnas

Pembinaan pertahanan dan keamanan nasional diusahakan untuk meningkatkan kemampuan


pertahanan dan keamanan, yang meliputi kemampuan kekuatan di darat, di laut, di udara ,
penertiban dan penyelamatan masyarakat, sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas
pertahanan dan keamanan nasional sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh
negara dan bangsa Indonesia.
17
Untuk dapat mencapai sasaran kemampuan tersebut maka dalam Repelita III akan dilaksanakan
program-progam seba- gai berikut:

1) Program Utama Kekuatan Pertahanan.


2) Program Utama Kekuatan Keamanan
3) Program Utama Kekuatan Keamanan.
4) Program Utama Dukungan Umum.
5) Program Utama Bakti ABRI.

a. Program Utama Kekuatan Pertahanan

Program Utama Kekuatan Pertahanan menjadi titik perhatian utama dari segenap upaya
pembinaan pertahanan di masa yang akan datang. Pertimbangan segi ekonomi dan efisiensi,
dihadapkan pada efektivitas pelaksanaan tugas- tugas umum, menuntut agar TNI-AD
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap peningkatan kemampuan Bala Pertahanan
Wilayah, sedangkan TNI-AL dan TNI AU meningkatkan kemampuan Bala Pertahanan
Terpusat Dan Angkutan Terpusat. Peningkatan kemampuan Kekuat an Pertahanan ini
disertai upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi komando dan pengendalian antar
Angkatan. Untuk seluruh Kekuatan Pertahanan ini perlu dibangun atau ditingkatkan fasilitas-
fasilitas pangkalan, baik yang berupa pangkalan operasi maupun asrama kesa tuan, yang
lokasinya sedapat mungkin disesuaikan dengan rencana pengembangan wilayah. Program
Utama ini terdiri dari Program Bala Pertahanan Wilayah, Program Bala Pertahanan
Terpusat, Program Angkutan Terpusat, Pro-gram Bala Cadangan dan Program Intelijen,
dan Komunikasi Terpusat.

b. Program Bala Pertahanan Wilayah

Program ini meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Pembinaan TNI-AD diprioritaskan pada peningkatan pembinaan teritorial sampai ke


pelosok-pelosok wilayah Nasional untuk dapat menciptakan kondisi teritorial yang
mantap serta dapat menumbuhkan desa sebagai pangkal kekuatan per tahanan rakyat
semesta; meningkatkan kemampuan kekuatan pemukul wilayah termasuk kemampuan
pembekalan dan pemeliharaan wilayah serta meningkatkan kemampuan aparatur intelijen
dari tingkat Kodam sampai dengan tingkat Koramil, sehingga dapat melaksanakan
penginderaan sedini mungkin, menghambat, melokalisasikan dan menetralisasikan
setiap gangguan dan ancaman.
18
2) Pembinaan TNI-AL diprioritaskan pada peningkatan pengendalian laut dan peningkatan
pembinaan perlawanan rakyat di laut guna mendukung kemampuan pengamatan laut
teritorial dalam rang-ka mengimplementasikan Wawasan Nusantara dan meningkatkan
sistem dukungan administrasi dan logistik yang mampu menunjang operasi-operasi, baik
yang dilaksanakan oleh Kekuatan Wilayah maupun Kekuatan Terpusat
3) Pembinaan TNI-AU diprioritaskan pada peningkatan kemampuan komando dan
pengendalian operasi udara dalam rangka membantu pelaksanaan operasi-operasi darat dan
laut; peningkatan kemampuan pengamatan udara dengan memanfaatkan segenap potensi
yang ada dalam wilayah seperti organisasi penerbangan sipil dan rakyat; mening katkan
sistim dukungan administrasi dan logistik yang mampu menunjang operasi-operasi, baik
yang dilaksanakan .oleh kekuatan wilayah maupun oleh kekuatan terpusat.

c. Program Bala Pertahanan Terpusat

Program ini meliputi kegiatan sebagai berikut:

a) Pembinaan TNI-AD diprioritaskan pada peningkatan kekuatan pemukul yang memiliki


daya tem-pur dan kesiapan yang tinggi, mobilitas darat dan lintas udara yang
memadai, beserta perlengkapan yang lebih baik.
b) Pembinaan TNI-AL diprioritaskan pada peningkat-an kemampuan peperangan di taut dan
peningkatan kemampuan pengamatan taut dengan mengembangkan kekuatan-kekuatan
tempur laut yang tergabung dalam Eskader TNI-AL.
c) Pembinaan TNI-AU diprioritaskan pada peningkatan kemampuan pengamatan udara,
penyerangan udara dan pertahanan udara.

d. Program Angkutan Terpusat

Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan pemindahan strategis pasukan,


perlengkapan dan perbekalan keseluruh wilayah Nusantara, dengan membentuk dan atau
menyempurnakan satuan-satuan angkutan strategis, terutama taut dan udara.

e. Program Bala Cadangan

Program ini meliputi kegiatan pembentukan satuansatuan tempur cadangan untuk


meningkatkan kekuat-an bala pertahanan wilayah, khususnya dalam rangka
meningkatkan kemampuan peperangan wilayah; satuan-satuan angkutan darat, taut dan
udara cadangan untuk meningkatkan kemampuan pemindahan strategis; serta personil
19
militer cadangan dalam rangka membangun satuan-satuan, cadangan. Untuk itu, perlu
segera disiapkan ketentuan-ketentuan serta petunjuk-petunjuk tentang bala cadangan.

f. Program Intelijen dan Komunikasi Terpusat. Program ini meliputi kegiatan:

a) Peningkatan kemampuan intelijen strategis melalui peningkatan kemampuan personil yang


ada dan penambahan tenaga-tenaga ahli, serta meningkat-kan penginderaan dan apresiasi
terhadap lingkungan strategis di dalam negeri maupun di luar negeri, yang meliputi
bidang-bidang politik, ekonomi, sosial-udaya, psychologi dan militer, sehingga perubahan-
perubahan tersebut dapat diidentifikasikan dengan teliti dan cermat serta dapat
memberikan cukup waktu untuk bertindak.
b) Peningkatan pelaksanaan kegiatan topografi dan hidrografi untuk melengkapkan data bumi
dan perairan wilayah Nusantara, yang punya arti penting bagi upaya pertahanan dan
keamanan maupun kesejahteraan nasional.
c) Peningkatan kemampuan komunikasi strategis yang meliputi pendayagunaan segenap
peralatan modern yang sudah ada.

g. Program Utama Kekuatan Keamanan


1) Program Kepolisian Daerah

Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan kepolisian daerah untuk dapat
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, mampu memberikan pelayanan dan
penyelenggaraan penyelamatan masyarakat, penanggulangan gangguan terhadap ke-
amanan dan ketertiban masyarakat serta kemampuan penegakan hukum yang dapat
menindak, membuktikan di depan pengadilan dan melaksanakan putusan pengadilan atas
perbuatan penyimpangan terhadap hukum.

2) Program Kepolisian Pusat

Program ini meliputi kegiatan, peningkatan kemampuan untuk penanggulangan gangguan-


gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat yang bersifat khusus, berintensitas
tinggi dan memerlukan pencegahan serta penindakan secara khusus.

3) Program Angkutan Terpusat

Kebutuhan pemindahan strategis Polri dipenuhi oleh Angkutan Terpusat dari Program
Utama Kekuatan Pertahanan.

20
4) Program Bantuan Keamanan Masyarakat

Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan menyelenggarakan upaya


keamanan oleh rakyat sendiri, dan peningkatan kemampuan dari berbagai kepolisian
khusus yang dibentuk dalam badan-badan pemerintah tertentu.

5) Program Intelijen Kepolisian

Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemampuan penginderaan gejala atau


kecenderungan yang dapat mengarah kepada timbulnya gangguan terhadap keamanan dan
ketertiban masyarakat, yang disebabkan oleh perkembangan dan perubahan tata hidup
masyarakat di dalam negeri dan masyarakat dunia umumnya, sehingga pencegahan
dapat dilaksanakan sedini dan secepat mungkin.

h. Program Utama Dukungan Umum

1) Program Penelitian dan Pengembangan

Program ini meliputi kegiatan peningkatan penye lenggaraan penelitian dan


pengembangan dengan menitik beratkan pada perwujudan dan penyempurnaan
doktrin pertahanan dan keamanan nasional, sehingga menghasilkan tatanan dengan
hirarki yang tepat, kait-mengkait dan merupakan satu kebulatan. Dalam
bidang perlengkapan dan peralatan, diadakan kerja -sama yang erat dengan
berbagai lembaga penelitian dan pengembangan yang ada, dengan
memanfaatkan sebanyak mungkin hasil-hasil yang dicapai oleh lem baga
tersebut.

2) Program Pembekalan dan Pemeliharaan Terpusat

Program ini meliputi kegiatan peningkatan kemam puan yang diprioritaskan


pada peningkatan atau per- wujudan kemampuan produksi senjata ringan,
amunisi, bahan-bahan peledak dan pendorong serta alat-alat perhubungan;
pembentukan persediaan bekal perang yang memadai untuk menghadapi
keadaan-keadaan darurat, dan peningkatan kemampuan per - baikan besar dan
modifikasi alat tempur utama, serta peningkatan kemampuan produksi suku
cadang dalam rangka swadaya di bidang pemeliharaan.

3) Program Pendidikan, Kesehatan dan Kegiatan Umum Personil


21
Program meliputi kegiatan peningkatan pembi naan personil baik militer/polisi
maupun sipil untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Di bidang
personil militer/polisi diprioritaskan pada peningkatan keahlian/kejuruan
jabatan melalui pengadaan yang tepat, pendidikan pembentukan dan
pendidikan keahlian/k e j u r u a n y a n g s e b a i k - b a i k n y a , s e h i n g g a m e n g h a
silkan pejuang yang terdukung oleh kemampuan profesional yang sesuai dengan jabatan
dan kepangkatan. Di bidang personil sipil meningkatkan penggunaan pegawai sipil dalam
upaya pertahanan dan keamanan nasional sehingga menjadi komplemen dari pada personil
militer/polisi untuk tugas-tugas yang tidak memerlukan kwalifikasi militer/polisi.
Peningkatan perawatan personil terutama pada bidang subsistensi dan kesehatan.
Peningkatan usaha penyaluran personil yang habis masa dinasnya atau memberikan
bantuan agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sete lah selesai menjalankan
dinas sehingga dapat menjadi pendorong dan penggerak pembangunan.

4) Program Administrasi dan Manajemen

Program ini meliputi kegiatan peningkatan administrasi dan manajemen yang terutama
diprioritaskan pada fungsionalisasi dan efisiensi segenap badan pertahanan dan
keamanan; menyempurnakan sistem manajemen sehingga mewujudkan suatu
pembinaan partisipatif di semua tingkat, dengan menyusun sistem administrasi dan
manajemen yang memadai, lengkap dan menyeluruh, yang mampu menjamin
efisiensi penggunaan segenap sumber daya.

i. Program Utama Bakti ABRI Program Bakti ABRI

Program ini meliputi pemanfaatan kemampuan ABRI guna menyelenggarakan operasi


bakti pada setiap kesempatan yang muncul untuk menunjang pembangunan nasional,
penanggulangan bencana alam dan sebagainya.

D. Tugas, Peran dan Postur TNI-AD

Sishan(kam)rata telah diyakini masih sangat relevan untuk digunakan sebagai strategi
Hankamnas dalam melindungi segenap bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia sehingga harus
didukung oleh semua pihak komponen bangsa baik dalam tahap persiapan maupun tahap
operasionalnya agar sistem tersebut efektif untuk menyelamatkan keutuhan NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

22
TNI-AD sebagai bagian tidak terpisahkan dari TNI sebagai Komponen Utama dalam
Sishan(kam)rata harus dapat mengambil peran dalam persiapan dan operasional Sishan(kam)rata
tersebut sesuai dengan tugas pokoknya. Tugas pokok TNI-AD adalah “mempertahankan wilayah
daratan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Peran yang dapat dilakukan oleh TNI-AD baik sebagai kekuatan pertahanan, kekuatan
moral maupun kekuatan kultural dalam melaksanakan Sishan(kam)rata dalam tahap persiapan
maupun tahap operasional adalah sebagai berikut:

1) Pada tahap persiapan peran TNI-AD lebih bersifat membantu Departemen yang
bertanggung jawab untuk menghadapi ancaman yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia
2) Dalam tahap operasional Sishan(kam)rata peran TNI-AD dapat sebagai pelaku operasi
pertahanan dan ofensif (sebagai kekuatan Pertahanan) dan dapat juga berperan membantu
departemen atau instansi yang bertanggung jawab untuk mengatasi ancaman yang masuk
kewilayah Indonesia.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokoknya dalam pelaksanaan sishan(kam)rata maka TNI-
AD harus membangun posturnya secara memadai yang berlandaskan kepada jatidiri TNI-AD
sebagai Tentara Pejuang, Tentara Rakyat dan Tentara Nasional yang profesional dengan
melakukan penambahan kekuatan dan peningkatan kemampuan serta memoderenisasi
persenjataan, perlengkapan dan transportasinya.

Untuk dapat membangun postur TNI-AD yang memadai agar dapat melaksanakan tugas
pokoknya dalam pelaksanaan sishan(kam)rata, maka harus didukung oleh sistem pembinaan jatidiri
TNI (AD) yang baik, sistem pendidikan yang baik, kesejahteraan prajurit yang memadai dan sistem
pembinaan kemanunggalan TNI-Rakyat yang baik.

1) Sistem pembinaan jatidiri TNI-AD

Penghayatan terhadap Jatidiri TNI sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang dan
Tentara Nasional akan mempengaruhi profesionalisme prajurit tersebut baik perorangan
maupun dalam kesatuan,yang akan tercermin dalam pengamalan Sapta Marga dan Sumpah
prajurit dalam pelaksanaan tugasnya sehari hari. Dengan demikian nilai nilai dalam jati diri
TNI tersebut harus dipelihara dan dibina agar tetap dapat memberikan dorongan moril dan
moral kepada  prajurit dalam melaksanakan tugasnya.     Pembinaan jati diri dapat dilakukan
di kesatuan maupun di lembaga pendidikan

23
2) Sistem pendidikan yang baik
Untuk mendapatkan prajurit yang selalu menjunjung nilai yang terkandung dalam
jatidiri TNI sebagai Tentara Rakyat, Pejuang dan nasional dapat dimulai dari perekrutan
(terutama rekrut calon perwira), pendidikan pembentukan (terutama pendidikan calon
perwira) dan pembinaan selanjutnya.
Sistem pengadaan personil (Rekrutmen) Calon Taruna Akmil merupakan titik kritis
dalam proses pembentukan perwira di lingkungan TNI-AD , oleh karena itu Calon Taruna
Akmil harus bersumber dari rakyat yang berkualitas melalui kampanye ke seluruh daerah
dan bersaing dengan perguruan tinggi, selanjutnya melalui sistem seleksi yang baik yang
jauh dari politik uang maupun “model sponsorship” dari pihak tertentu
Sistem pendidikan perwira akan menentukan hasil didik dari lembaga tersebut, oleh
karena itu sistem pendidikan perwira harus mendapat perhatian dari pimpinan TNI-AD
sehingga pendidikan harus didukung oleh tenaga pendidik, kurikulum, sarana pendukung
dan lingkungan yang memadai,dan methode yang baik sesuai tuntutan kebutuhan di
lapangan.
Kurikulum pendidikan perwira TNI-AD (khususnya di Akmil) harus mampu
membentuk hasil didik (perwira) sebagai prajurit sejati yang memiliki jati diri sebagai
Tentara Rakyat, Pejuang dan nasional, dengan demikian kurikulum di pendidikan perwira
titik beratnya harus “military science“ di samping materi sosial dan materi kejuangan
sebagai materi pendukung untuk kepentingan pengembangan diri setelah lulus namun
jumlahnya tidak lebih dari 30% dari keseluruhan kurikulum pendidikan pembentukan
perwira.
3) Kesejahteraan yang memadai
Perwira hasil didik dari pendidikan Perwira adalah sebagai prajurit sejati yang
memiliki jati diri sebagai Tentara Rakyat, pejuang dan nasional dengan dedikasi yang
tinggi, namun dedikasi yang tinggi saja tidak akan cukup untuk melaksanakan tugas apabila
tidak ditunjang dengan kesejahteraan yang memadai.
Kondisi faktual kesejahteraan prajurit masih sangat memprihatinkan masih belum
dapat memenuhi kebutuhan minimal baik kebutuhan biologis maupun psychologisnya
sehingga masih sering dijumpai prajurit TNI-AD yang tidak dapat maksimal dalam
pengabdiannya.
Memperhatikan kondisi aktual tersebut diharapkan negara dapat memperhatikan
kesejahteraan prajurit dengan memenuhi kebutuhan biologis secara minimal. Sedangkan
organisasi TNI-AD dapat memberikan dan mengusahakan kebutuhan lainnya seperti
kebutuhan harga diri/martabat dan kebutuhan aktualisasi diri dari prajurit melalui
24
Komandan Satuan masing-masing. Dengan terpenuhinya kesejahteraan minimal tersebut
diharapkan prajurit TNI-AD akan dapat mendukung TNI-AD dalam melaksanakan tugas
Pokoknya dalam mempertahankan keutuhan NKRI yang berdasar Pancasila dan UUD
1945.
4) Sistem pembinaan kemanunggalamn TNI-Rakyat yang baik
Mengingat sistem pertahanan yang digunakan oleh bangsa Indonesia adalah
sishan(kam)rata yang akan melibatkan seluruh kekuatan rakyat maka upaya TNI-AD untuk
membina hubungan baik dengan masyarakat harus mendapat perhatian yang seksama, TNI-
AD sebagai tentara rakyat harus selalu ada bersama rakyat dan berjuang bersama rakyat dan
untuk kepentingan rakyat.
Keberhasilan sistem pembinaan kemanungalan TNI(AD) dengan rakyat akan
menentukan keberhasilan TNI-AD melaksanakan tugas Pokoknya dalam pelaksanaan
sishan(kam)rata.
Komando Kewilayahan sebagai pelaku pembinaan Teritorial dan pembinaan
kemanunggalan TNI(AD) dengan rakyat harus tetap ada karena Komando Kewilayahan
inilah sebagai pendukung terbesar dari keberhasilan Sishan(kam)rata di Indonesia.

25
26
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
a. Hakikat Sishankamrata adalah sistem pertahanan dengan membagi wilayah Indonesia

menjadi beberapa “wilayah pertahanan“ yang selanjutnya dikembangkan dan dilaksanakan

dalam Pola Operasi Pertahanan dan Pola Operasi Keamanan Dalam Negeri (Opskamdagri)

dengan menggunakan perpaduan Sistek dan Sissos.

b. Potensi dan kekuatatan Hankamrata adalah ketahanan nasional yaitu kemampuan dan
ketangguahan bangsa Indonesia di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
hankam untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia yang berdasar
Pancasila dan UUD 1945.
c. Hankamrata bersifat total dalam subyek (pelaksana/pelaku), obyek (sasaran bukan hanya
militer tapi juga non-militer), dan metode dengan TNI sebagai komponen utama dan rakyat
sebagai komponen dasar untuk menghadapi segala bentuk ancaman.
B. Saran
Diharapkan TNI-AD bersama kekuatan komponen bangsa lainnya bersatu-padu dalam
mengambil peran untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari aneka ancaman tersebut
untuk menyelamatkan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 demi mencapai
tujuan nasional.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan selalu bersama dengan TNI-AD dalam
melaksanakan tugas dan perannya demi kepentingan seluruh rakyat, bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=287&type=8, diakses tgl 09 juni


2010

http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=284&type=8, Diakses Tgl 09


Juni 2010

Prihandoyo MENEGAKKAN DASAR NEGARA PANCASILA


http://id.wikipedia.org/wiki/wawasan_nusantara
Lembaga Pertahanan Nasional, “KEWIRAAN UNTUK MAHASISWA”. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta: 1987.

Lemhanas dan Direktorat Pendidikan Tinggi P&K, Kewiraan Untuk Mahasiswa, PT Gramedia,
Jakarta, 1989.

……………., Pendidikan Kewarganegaraan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

http://www.organisasi.org

http://www.naynienay.wordpress.com

One.indoskripsi.com, diakses pada 26 September 2008

Zubaidi, H. Achmad, dkk.2002.PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Yogyakarta: Paradigma.

28

You might also like