Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN
9 Membangun jaringan peer to peer (2 komputer)
9 Membangun jaringan peer to peer (> 2 komputer)
II. ALAT DAN BAHAN
9 PC > 2 buah
9 Kabel UTP (Straight dan Cross)
9 Hub / Switch
III. DASAR TEORI
1. IP Address
IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap
8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai
berikut :
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Jadi IP address ini mempunyai range dari
00000000.00000000.00000000.00000000
sampai 11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan
biner seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal
yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan “notasi
desimal bertitik”. Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP address.
Contoh hubungan suatu IP address dalam format biner dan desimal :
Format IP Address
IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID) dan
bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang
lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh
host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian
dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number,
sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap,
bergantung kepada kelas network. IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas A,
kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan
jumlahnya. Contohnya IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang
dapat ditampung oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak digunakan secara
umum, kelas D digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk keprluan
eksperimental. Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini
dengan menguji beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan kelas ini dilakukan
dengan cara berikut :
Bit pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang
host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range dari 0-127.
Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat menampung
sekitar 16 juta host (255x255x255). IP address kelas A diberikan untuk jaringan
dengan jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini dapat dilukiskan pada gambar
berikut ini:
IP address kelas A
Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya selalu bernilai
antara 128-191. Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya adalah host ID
sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address 167.205.26.161, network ID =
167.205 dan host ID = 26.161. Pada. IP address kelas B ini mempunyai range IP dari
128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 network dengan
jumlah host tiap network 255 x 255 host atau sekitar 65 ribu host.
IP address kelas B
IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti LAN.
Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 111. Network ID terdiri dari 24 bit dan
host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network dengan masing-
masing network memiliki 256 host.
IP address kelas C
Sebagai tambahan dikenal juga istilah Network Prefix, yang digunakan untuk IP
address yang menunjuk bagian jaringan.Penulisan network prefix adalah dengan tanda
slash “/” yang diikuti angka yang menunjukkan panjang network prefix ini dalam bit. Misal
untuk menunjuk satu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan penulisan 167.205/16.
Angka 16 ini merupakan panjang bit untuk network prefix kelas B.
3. Aturan Dasar Pemilihan network ID dan host ID
Network ID 127 secara default digunakan sebagai alamat loopback yakni IP address
yang digunakan oleh suatu komputer untuk menunjuk dirinya sendiri.
Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini
merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan.
Dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama.
4. Jaringan peer to peer
P2P merupakan singkatan dari Peer-to-Peer (bahasa Inggris) atau teknologi dari
“ujung” ke “ujung” pertama kali di luncurkan dan dipopulerkan oleh aplikasi-aplikasi
“berbagi-berkas” (file sharing) seperti Napster dan KaZaA. Pada konteks ini teknologi
P2P memungkinkan para pengguna untuk berbagi, mencari dan mengunduh berkas.
Sistem P2P yang sebenarnya adalah suatu sistem yang tidak hanya
menghubungkan “ujung” satu dengan lainnya, namun ujung-ujung ini saling
berhubungan secara dinamis dan berpartisipasi dalam mengarahkan lalulintas
komunikasi informasi-, pemrosesan-, dan penugasan pembagian bandwidht yang
intensif, dimana bila sistem ini tidak ada, tugas-tugas ini biasanya diemban oleh server
pusat.
Aplikasi P2P yang sebenarnya memerlukan satuan tim-tim kecil dengan ide
cemerlang untuk mengembangkan perangkat lunak dan bisnis-bisnis yang mungkin
dilakukan oleh perangkat tersebut – dan mungkin saja bisa membuat perusahaan
besar yang sudah ada gulung tikar. P2P yang sebenarnya, bila diaplikasikan pada
pasar yang sudah matang dan stabil adalah teknologi yang "mengganggu".
Ide mengenai konsep ini muncul kira-kira pada akhir dekade 1980-an, ketika
jaringan komputer dan tentunya juga komputer telah mulai masuk ke dalam salah satu
barang wajib dalam perusahaan, baik itu perusahaan kecil maupun besar. Tetapi,
arsitektur ini berkembang dalam jaringan yang terlalu kecil untuk memiliki sebuah
server yang terdedikasi, sehingga setiap komputer klien pun menyediakan layanan
untuk berbagi data untuk melakukan kolaborasi antara pengguna.
Jaringan peer-to-peer pun mulai banyak digemari ketika Microsoft merilis sistem
operasi Windows for Workgroups, meski sebelumnya sistem operasi MS-DOS (atau
IBM PC-DOS) dengan perangkat MS-NET (atau PC-NET) juga dapat digunakan untuk
tujuan ini. Karakteristik kunci jaringan tersebut adalah dalam jaringan ini tidak terdapat
sebuah server pusat yang mengatur klien-klien, karena memang setiap komputer
bertindak sebagai server untuk komputer klien lainnya. Sistem keamanan yang
ditawarkan oleh metode ini terbilang lebih rendah dibandingkan dengan metode
klien/server dan manajemen terhadapnya pun menjadi relatif lebih rumit.
Konsep ini pun kemudian berevolusi pada beberapa tahun terakhir, khususnya
ketika jaringan Internet menjadi jaringan yang sangat besar. Hal ini mulai muncul kira-
kira pada akhir dekade 1990-an, di saat banyak pengguna Internet mengunduh
banyak berkas musik mp3 dengan menggunakan metode peer-to-peer dengan
menggunakan program Napster yang menuai kritik pedas dari industri musik, seperti
halnya Metallica dan banyak lainnya. Napster, pada saat dituntut oleh para pekerja
industri musik, dikatakan memiliki anggota lebih dari 20 juta pengguna di seluruh
dunia. Selanjutnya beberapa aplikasi juga dibuat dengan menggunakan konsep ini:
eDonkey, Kazaa, BitTorrent, dan masih banyak lainnya. Meski banyak aplikasi peer-to-
peer ini digunakan oleh pengguna rumahan, ternyata sistem ini juga diminati oleh
banyak perusahaan juga.
Topologi Peer-to-peer Network
Peer artinya rekan sekerja. Peer-to-peer network adalah jaringan komputer yang terdiri
dari beberapa komputer (biasanya tidak lebih dari 10 komputer dengan 1-2 printer). Dalam
sistem jaringan ini yang diutamakan adalah penggunaan program, data dan printer secara
bersama-sama. Pemakai komputer bernama Dona dapat memakai program yang
dipasang di komputer Dino, dan mereka berdua dapat mencetak ke printer yang sama
pada saat yang bersamaan.
Sistem jaringan ini juga dapat dipakai di rumah. Pemakai komputer yang memiliki
komputer ‘kuno’, misalnya AT, dan ingin memberli komputer baru, katakanlah Pentium II,
tidak perlu membuang komputer lamanya. Ia cukup memasang netword card di kedua
komputernya kemudian dihubungkan dengan kabel yang khusus digunakan untuk sistem
jaringan. Dibandingkan dengan ketiga cara diatas, sistem jaringan ini lebih sederhana
sehingga lebih mudah dipejari dan dipakai.
5. Peralatan Jaringan
1. Kabel UTP
2. Soket RJ-45
3. Hub atau Switch
Switch
4. Tang Crimping
Digunakan untuk
memotong
4. Mengeset IP Address dengan cara : klik kanan pada tray icon lalu klik
Status
5. Lalu akan muncul kotak dialog untuk yang menampilkan speed koneksi
dari NIC, seperti pada gambar berikut.
6. Lalu klik button properties, kemudian akan muncul kotak dialog tempat
mengatur konfigurasi NIC. Seperti pada gambar berikut.
7. Mengeset IP Address, dengan cara pada kotak dialog tersebut klik
Internet Protocol(TCP/IP) kemudian klik button properties, atau double
klik pada Internet Protocol(TCP/IP) tersebut. Lalu akan muncul kotak
dialog tempat mengeset IP Address, seperti pada gambar berikut.
8. Isikan IP Address pada kolom IP Address dan Subnet mask pada kolom
Subnet Mask, setelah mengisikan IP Address lalu klik OK, kemudian test
koneksi jaringan tersebut dengan cara:
a) Buka DOS, dengan cara klik START - ALL PROGRAM –
ACCESSORIES – COMMAND PROMPT atau dengan cara klik
START – RUN lalu ketikkan cmd.
b) Kemudian setelah Command Prompt terbuka ketikkan perintah
ping xxx.xxx.xxx.xxx. xxx.xxx.xxx.xxx di sini adalah IP Address
komputer lain yang terhubung dengan komputer kita, misal :
192.168.1.1.
9. Mengulangi langkah ke 4 sampai dengan ke 8 untuk masing – masing IP
Address untuk melengkapi tabel berikut :
Komputer1 Komputer2 Test ping Hasil Keterangan
192.168.0.1 192.168.0.2
192.168.0.1 192.168.1.1
192.168.1.0 192.168.1.1
192.168.1.2 192.168.1.3
10. Mensharing sebuah file, folder, atau hard drive dengan cara :
a) Klik kanan pada folder atau hard drive yang akan di sharing,
kemudian pilih sharing and security... , seperti pada gambar
berikut :
d. Setelah diisikan lalu klik OK, kemudian akan muncul kotak dialog
bahwa komputer minta restart, ini karena pada setiap perubahan
konfigurasi untuk Windows 98 membutuhkan restart untuk
mendapatkan perubahan, lalu klik Yes, seperti pada gambar berikut :
9 Untuk percobaan nomor 1 apabila perintah ping diketikkan maka akan tampil
pesan pada Command Prompt yaitu :
Yaitu pin RX pada komputer 1 akan tersambung dengan pin TX pada komputer 2,
begitu pula sebaliknya pin RX pada komputer 2 akan tersambung dengan pin TX pada
komputer 2, sehingga komputer dapat berkomunikasi secara langsung. Kabel cross ini
juga dapat digunakan untuk menyambung hardware jaringan yang lain, seperti Hub,
Switch dll.
Central node
(consentrator)
Workstation Workstation
Workstation
3. Keuntungan &kesulitan peer to peer
Keuntungan :
Desentralisasi jaringan P2P memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan dengan
jaringan klien-server tradisional. Jaringan P2P menyeimbangkan diri secara terus
menerus tanpa menambah waktu pencarian alamat panggilan dan tanpa harus
menggunakan suatu sumber-sumber terpusat. Mereka memanfaatkan mesin –
mesin perangkat yang digunakan pengguna-akhir (end users) karena sumber-
sumber ini selalu berjalan ke arah proporsi tujuan jaringan. Setiap penambahan
ujung baru pada jaringan menambah potensi lebih pemrosesan yang lebih kuat
dan bandwith yang lebih besar untuk jaringan tersebut. Ditambah lagi, karena
sumber-sumbernya terdesentralisasi, generasi kedua (2G) dari jaringan P2P telah
berhasil secara virtual mengeliminasi seluruh biaya yang berhubungan dengan
infrastruktur terpusat yang besar.
Kesulitan:
• Penggunaan dan pemasangan perangkat lunak ini penuh dijejali oleh berbagai
hal dan membutuhkan konfigurasi yang tidak mudah dan sedikit kemampuan
teknis. Pemusatan aktifitas dapat menyelesaikan beberapa kesulitan ini dengan
mengarahkan panggilan melalui firewall-firewall dan NAT yang ada. Namun, bila
ada pemusatan maka biaya untuk menjalankan jaringan menjadi naik mendekati
jumlah biaya yang dikenakan jaringan telpon yang sudah ada. Sebagai tambahan,
biaya ini bertambah secara proporsional sebanding dengan bertambahnya
pengguna. Dampaknya perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan jasa ini
biasanya mengalokasikan sumberdaya yang sedikit pada servernya untuk satuan
pengguna, dimana hal ini secara serius mengurangi kualitas panggilan.