You are on page 1of 13

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.

htm

TINJAUAN PUSTAKA

Nutrisi Parenteral Total pada Bayi Prematur

PARAMITA YUSHANANTA
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik, Medan

Pendahuluan

Bayi prematur masih merupakan masalah yang penting dalam bidang perinatologi, karena berkaitan
dengan kejadian mortalitas dan morbiditas masa neonatus. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan
dengan usia kehamilan di bawah 37 minggu1-3. Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dan
Lubchenko, maka kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah (BBLR)
1,3. BBLR dibedakan atas berat lahir sangat rendah (BLSR), yaitu bila < 1500 gram, dan berat lahir
amat sangat rendah (BLASR), yaitu bila < 1000 gram4,5.

Dengan makin pesatnya perkembangan bidang perinatologi, makin banyak bayi kecil yang
terselamatkan. Di negara berkembang, angka kematian bayi BLSR sangat menurun hingga mencapai
5%. Pemberian nutrisi pada bayi-bayi kecil tersebut merupakan suatu tantangan, karena nutrisi yang
sebelumnya didapat langsung dari plasenta kini harus diberikan peroral6.

Perkembangan nutrisi setelah lahir sangat tergantung pada keadaan maturitas dan berat badan lahir2.
Pada bayi prematur dengan berat badan lahir sangat rendah, pemberian nutrisi parenteral harus
diberikan sebelum pemberian makanan secara enteral dapat diberikan dengan baik1,5,7. Pemberian
nutrisi parenteral baik secara total (NPT) ataupun parsial (NPP), telah merupakan sarana penunjang
utama dalam perawatan7. Churella8 melaporkan bahwa 80% unit perawatan intensif memberikan NP
pada minggu pertama perawatan BBLSR.

Tulisan ini bertujuan untuk membahas pemberian nutrisi parenteral total pada bayi premature dengan
berat lahir sangat rendah.

Tujuan pemberian NPT adalah memberikan nutrien yang cukup untuk menyokong pertumbuhan
ekstrauterin tanpa menyebabkan efek yang merugikan terhadap pertumbuhan dan fungsi sistem
organnya7. Pemberian nutrisi parenteral baik total maupun parsial bukanlah tindakan yang rutin
dilakukan pada bayi prematur2. NP harus diberikan untuk pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi dengan adekuat secara enteral. NPT diberikan bila saluran cerna tidak dapat
digunakan karena malformasi intestinal, bedah saluran cerna, sangkaan enterokolitis nekrotikan,
distress pernapasan, atau keadaan dimana saluran cerna tidak mampu melakukan fungsi digesti dan
absorbsi9. Bayi prematur dengan BLSR diberikan NPT dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Sebagian besar BBLSR dilahirkan dengan usia kehamilan < 32 minggu. Mereka mempunyai
kebutuhan gizi yang khusus karena cepatnya laju pertumbuhan dan fungsi yang belum

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (1 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

matang5.
2. Cadangan energi terbesar tubuh adalah bentuk lemak yang memberikan energi sebesar 9 kal/
gram10. Sesuai dengan pola pertumbuhan intra uterin dimana pembentukan otot dan jaringan
lemak bawah kulit pada trimester akhir kehamilan, maka energi dalam bentuk hidrat arang dan
lemak pada bayi prematur cenderung akan kurang. Demikian juga pada bayi yang lahir dengan
berat badan lahir rendah10. Tubuh bayi matur mengandung 15% lemak dan bayi prematur
dengan berat 1 kg hanya mengandung 2,3%11.
3. Memberikan nutrisi yang optimal pada bayi-bayi ini sangat penting dan menentukan bagi
keberhasilan tumbuh kembang selanjutnya. Bayi yang mendapat nutrisi tidak adekuat akan
mengalami penghentian pertumbuhan otak dan berisiko untuk kerusakan otak permanen. Ini
telah dibuktikan dengan hasil otopsi terhadap otak bayi kurang gizi yang memperlihatkan
berkurangnya jumlah sel dan defisiensi kandungan lipid serta phospholipid10. NPT dapat
menyokong pertumbuhan bayi BBLSR dengan adekuat7.
4. Proses pemberian makanan melalui mulut memerlukan pengisapan yang kuat, kerjasama
antara menelan dan penutupan epiglotis serta uvula dari laring maupun saluran hidung, juga
gerak esophagus yang normal1. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 29--30 minggu akan
mulai mengisap beberapa hari setelah lahir. Koordinasi yang baik antara mengisap dan
menelan biasanya tidak tampak sampai usia kehamilan 33--34 minggu13.
5. Aktivitas esofagus yang terorganisir belum berkembang sampai usia kehamilan 34 minggu5.
Gelombang tekanan lambung adalah lanjutan dari peristaltik esofagus. Pemeriksaan gerakan
lambung difokuskan pada pengosongan lambung12. Kombinasi tekanan yang rendah dan
relaksasi esofagus yang panjang memudahkan terjadinya refluks esofagus5.
6. Saluran cerna bayi baru lahir harus mampu untuk melaksanakan fungsinya, antara lain fungsi
digesti dan absorbsi nutrien, mempertahankan keseimbangan cairan, serta fungsi proteksi
terhadap toksin dan alergen. Tergantung dari tingkat prematuritasnya, kemampuan ini terbatas.
Aktivitas amilase yang diperlukan untuk digesti karbohidrat belum terdeteksi pada prematur dan
masih rendah sampai bayi berusia 4 bulan.

Absorbsi dan digesti lemak pada neonatus adalah suatu proses yang tidak efisien karena pada bayi
baru lahir, terutama prematur, kosentrasi lipase pankreas dan garam empedu sangat rendah12.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian NPT:

1. Energi
Kebutuhan nutrisi pada neonatus diketahui bervariasi menurut berat lahir dan usia kehamilan,
cara pemberian, serta perubahan metabolik yang disebabkan oleh penyakit13. Bayi prematur
hanya mempunyai sedikit cadangan energi karena kurangnya cadangan glikogen pada hati dan
lemak bawah kulit11. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan bayi yang matur maka
kebutuhan energinya jauh lebih besar, terutama karena pertumbuhannya yang pesat dan
imaturitas fisiologiknya13.
Komite nutrisi dari American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa diet optimal
untuk bayi prematur yang dapat menyokong pertumbuhan sebanding dengan pertumbuhan
intrauterin trimester tiga, tanpa memberikan tekanan pada fungsi metabolik dan ekstretorinya
yang imatur14.
Kebutuhan energi BBLSR dibagi menjadi dua komponen penting, yaitu kebutuhan untuk
pemeliharaan fungsi tubuh dan kebutuhan untuk tumbuh. Kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (2 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

tubuh antara lain meliputi metabolisme basal, aktivitas otot, regulasi suhu tubuh SDA (Spesific
Dynamic Action), dan ekskresi5,7. Kebutuhan energi untuk tumbuh berhubungan dengan
kandungan energi dari jaringan dan tergantung pada komposisi jaringan baru yang disintesa7.
Bayi yang mendapat NPT tumbuh pada masukan energi yang lebih rendah, karena kehilangan
energi fekal dan SDA lebih sedikit, sehingga mengurangi pelepasan energi4.
Pemberian energi parenteral 50 kkal/hari telah cukup untuk memenuhi kebutuhan
pemeliharaan4,7. Untuk sintesa jaringan, diperlukan 10--35 kkal/kgbb/hari, sedangkan untuk
cadangan nutrien jaringan 20--30 kkal/kgbb/hari tergantung dari komposisi jaringan baru
tersebut5,7.
Chessex15 dan Zlotkin16 memperlihatkan bahwa dengan pemberian kalori sebanyak 80 kkal/
kgbb/hari dengan jumlah nitrogen yang cukup, kecepatan pertumbuhan dan retensi nitrogen
yang dicapai sama dengan pertumbuhan intra uterin. Jadi, kebutuhan kalori untuk BBLSR
bervariasi antara 90--165 kkal/kgbb/hari5,7 dan akan meningkat pada keadaan peningkatan
aktivitas.

2. Jumlah cairan:
Volume cairan ekstraseluler pada bayi prematur lebih tinggi dibandingkan dengan bayi cukup
bulan5,7,10. Bayi prematur pada minggu pertama sesudah lahir akan kehilangan carian
ekstraseluler dengan cepat yang menyebabkan penurunan berat badannya5,9,17. Kebutuhan
cairan pada bayi prematur dapat meningkat atau menurun, tergantung pada lingkungannya.
Kebutuhan meningkat pada keadaan seperti: memerlukan perawatan dengan radiant warmer,
inkubator, fototerapi, mengalami distres pernapasan, keadaan hipermetabolik, diare, atau
mendapat pengobatan furosemid. Kebutuhan menurun pada keadaan bayi dirawat dengan
doble walled incubator, di ruangan dengan kelembaban tinggi, atau mengalami oliguria18.
Tubuh kehilangan cairan melalui jalur renal dan ekstrarenal. Jalur ekstrarenal terdiri atas
kehilangan air yang tidak terasa (kehilangan air insensibel) melalui kulit (transpidermal) dan
melalui paru. Kehilangan ini meningkat karena aktivitas, stres respirasi, kelembaban udara
rendah, atau temperatur tinggi5.
Penelitian pada BBLSR 26--29 minggu kehilangan berat rata-rata pada minggu pertama
berkisar 12--15% dari berat lahirnya19. Hal ini karena kehilangan cairan transepidermal,
sekunder terhadap stratum korneum yang belum terbentuk sempurna. Masa gestasi maupun
masa pascanatal mempunyai efek pada cairan transepidermal4.
Cara efektif mengurangi kehilangan cairan insensibel dengan membungkus bayi, ruangan
dengan kelembaban tinggi, memakai incubator dobel walled4,5,18. Apabila bayi dirawat dalam
inkubator dengan kelembaban maksimal maka kebutuhan cairannya sama dengan bayi cukup
bulan, yaitu 60--80 ml/kgbb/hari, yang bertambah secara bertahap sampai 100--120 ml/kgbb/
hari sesudah minggu pertama4. Cairan parenteral awal dapat diberikan Dekstrose 5% atau
Dekstrose 10%7. Sebagai acuan pemenuhan kebutuhan cairan pada BBLR dapat dilihat pada
tabel 1.

Tabel 1: Rekomendasi Kebutuhan Cairan Parenteral Awal untuk Bayi


BBLR
Tipe tempat tidur Berat badan
600-800 801-1000 1001-1500 1501-2000

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (3 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

Radiant warmer 120 90 75 65


Incubator 90 75 65 55
Lain-lain 70 55 50 45
Dikutip dari referensi 18

Karbohidrat

Glukosa adalah sumber kalori non-protein utama pada nutrisi parenteral20. Glukosa merupakan bahan
bakar mutlak untuk metabolisme otak, saraf perifer, retina, sumsum tulang, eritrosit, dan medula
renal5,29 dalam bentuk monohidrat, yang tiap gram menghasilkan 3,4 kkal9,10. Sesudah lahir,
sebagian BBLSR memerlukan glukosa parenteral untuk mempertahankan kadar gula darahnya.
Pemberian 2--4 mg/kgbb/menit glukosa secara bolus diikuti infus glukosa 8 mg/kgbb/menit, dapat
mengatasinya22. Namun, menurut Doyle21, pada pertama bayi premature memerlukan 4--6 mg/kgbb/
menit glukosa. Penulis lain menyatakan pemberian dimulai dengan 5 mg/kgbb/menit, kemudian
ditingkatkan menjadi 14--20 mg/kgbb/menit sesuai toleransi9. Ada yang memulai dengan 8--10 mg/
kgbb/menit dan ditingkatkan menjadi 12--15 mg/kgbb/menit23. Sebagai sumber kalori, pemberian
glukosa 6--8 mg/kgbb/menit akan menurunkan balans nitrogen negatif dan lipolisis serta mencegah
hipoglikemia7. Hipoglikemia berhubungan dengan kerusakan perkembangan saraf yang terjadi
kemudian. Untuk mendapatkan jumlah yang cukup dengan risiko hiperglikemia yang minimal,
diperlukan 40--45% total kalori dalam bentuk glukosa10,23.

Pemberian glukosa berlebihan menghasilkan hiperglikemia7, yaitu suatu keadaan dimana kadar gula
darah > 8 mmol/L dan mulanya terjadi glukosuria4. Tindakan terhadap hiperglikemia adalah
menurunkan kecepatan infus dan konsentrasi cairan glukosa yang diberikan. Cara lain dengan
memberikan insulin intravena secara kontinyu untuk meningkatkan uptake glukosa jaringan dan
mencoba untuk menghambat produksi glukosa endogen4,7. Bila telah diputuskan akan memberikan
insulin, maka dianjurkan untuk mulai dari 0,05 U/kgbb/jam24. Namun demikian, pemberian insulin ini
masih kontroversial18.

Adanya glukosa intoleran pada BBLSR biasanya berhubungan dengan sepsis, pemberian steroid atau
katekolamin, usia < 1 minggu, ketidakstabilan kardiopulmonal, atau insufisiensi pankreas7.

Protein

Protein berperan sebagai sumber asam amino untuk pembangunan semua jaringan tubuh. Berbagai
sumber protein telah digunakan dalam bentuk intravena. Namun, yang paling mungkin memberikan
bentuk fisiologis adalah asam amino bentuk campuran10,25.

Karena metabolisme yang masih imatur maka bayi prematur membutuhkan semua asam amino
esensial yang biasa dibutuhkan bayi yang lebih besar, ditambah sistein, histidin, dan taurin7,18. Taurin
disintesa dari sistein dan methionin di akhir masa kehamilan, serta sangat esensial untuk
perkembangan otak dan retina. Zelikovic dkk. membuktikan bahwa pemberian NPT dengan asam
amino bebas taurin pada prematur BLSR menghasilkan kadar taurin plasma yang rendah.

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (4 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

Jumlah kebutuhan protein dihitung berdasarkan estimasi kebutuhan nitrogen pada kehidupan fetus
intrauterin. Fetus dengan kehamilan 28 minggu membutuhkan 350 mg/kgbb/hari nitrogen, sedangkan
fetus matur membutuhkan 150 mg/kgbb/hari. Gambaran ini sama dengan asupan protein 2,2 g/kgbb/
hari pada neonatus prematur. Jumlah protein ini diasumsikan tidak ada katabolisme asam amino,
campuran asam amino yang diberikan ideal, dan cukup kalori non protein untuk memenuhi kebutuhan
pemeliharaan dan pertumbuhan7. Walaupun demikian, kebutuhan protein untuk pertumbuhan optimal
bayi prematur masih kontroversial10.

Zlotkin17 dan Chessex15 memperlihatkan pertumbuhan yang meningkat sesuai pertumbuhan


intrauterin dengan pemberian asupan nitrogen antara 310--481 mg/kgbb/hari. Heird CW27 juga
mendapatkan pertumbuhan dan retensi nitrogen yang lebih baik pada pemberian asupan protein 2,5 g/
kgbb/hari pada BBLSR14. Pemberian yang berlebihan akan menyebabkan hiperamonemia, metabolik
asidosis, dan kholestatik jaundice6,28.

Pemberian asam amino kristalin harus disertai kalori non-protein. Retensi nitrogen akan optimal bila
8% dari kalori diberikan dalam bentuk asam amino, 60% glukosa, dan 32% lemak7. Neonatus
prematur memperlihatkan pertumbuhan pada masukan kalori 80 kkal/kgbb/hari dengan asam amino
kristalin 2,5 g/kgbb/hari. Pada masukan energi < 80 kkal/kgbb/hari, tidak terjadi kenaikan berat badan
walaupun jumlah asupan asam amino ditingkatkan16.

Pemberian asam amino pada bayi prematur dapat dimulai dari hari pertama kehidupan29,30. Balans
protein positif akan dicapai dan tidak terbukti adanya toksisitas terhadap protein secara
laboratorium30. Dari sediaan asam amino di pasaran, Vamin15 dan Throphamin27 memberikan
retensi nitrogen > 70% dari yang diinfuskan sehingga sesuai dengan retensi nitrogen di masa
kehidupan intra uterin.

Lemak

Lemak tidak hanya berperan sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai pembawa vitamin,
menyediakan asam lemak esensial, dan memperbaiki efisiensi glukosa sebagai sumber energi18,31.
Emulsi lemak untuk nutrisi parenteral mengandung minyak tumbuhan, biasanya berasal dari minyak
bunga matahari18,25. Trigliserol adalah komponen utama emulsi lemak. Trigliserol mengandung rantai
panjang jenuh (LCT) atau tak jenuh (MCT). Emulsi lemak yang mengandung LCT dan MCT lebih
disukai karena menurunkan ketergantungan terhadap karnitin untuk metabolisme7,31. Di pasaran,
emulsi tersedia dalam kemasan 10% yang memberikan 1,1 kkal/ml dan 20% yang memberikan 2,2
kkal/ml28,31. Emulsi lemak 20% lebih menguntungkan karena dapat memberikan 2 kali lipat
trigliserida tanpa meningkatkan jumlah fosfolipid. Fosfolipid diduga menghambat lipase lipoprotein31.

Bayi BBLSR mempunyai kapasitas toleransi sangat terbatas terhadap pemberian emulsi lemak karena
defisiensi lipoprotein dan karnitin jaringannya31. Pemberian suplemen karnitin terbukti memperbaiki
pemakaian lemak32. Lipid diberikan mulai dengan dosis 0,5--1 g/kgbb/hari secara kontinyu selama 24
jam4,7. Selanjutnya, secara bertahap dosis dinaikkan dengan memantau kadar serum trigliserida
(dipertahankan di bawah 250 mg/dl). Maksimal pemberian 4 g/kgbb/hari31. Biasanya, 20--40% kalori
berasal dari lemak9,23. Lemak dapat diberikan bersama-sama dengan glukosa dan asam amino atau
sendiri18,31. Pemberian heparin 1 U/ml akan meningkatkan lipase lipoprotein33 dimana pemberian

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (5 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

secara kontinyu akan membantu memelihara kadar trigliserida sekitar 100 mg/dl34.

Vitamin dan Minneral

Bayi prematur mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih rendah terhadap vitamin parenteral
dibandingkan bayi cukup bulan, sehingga risiko keracunan dan defisiensi lebih tinggi. Pada bayi
prematur diperlukan formulasi khusus. Preparat MVI-Prediatric dengan dosis 2 ml/kgbb/hari sampai
maksimum 5 ml/kgbb/hari dianggap cukup4. Penambahan preparat MVI-Prediatric ke dalam emulsi
lemak akan menurunkan kehilangan retinol sehingga kosentrasi retinol plasma BBLSR akan
meningkat35. Komposisi dari vitamin MVI-Prediatrik dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Komposisi vitamin MVI-Prediatric per 5 ml sediaan


Komposisi Jumlah
Vitamin A (IU) 2300
Vitamin B1 (mg) 1.2
Vitamin B2 (mg) 1.4
Niacinamide (mg) 17.0
Panothenic acid (mg) 5.0
Vitamin B6 (mg) 1.0
Vitamin B12 (mg) 1.0
Vitamin C (mg) 80.0
Vitamin D (IU) 400.00
Vitamin E (IU) 7.0
Biotin (ug) 20.0
Folic acid (mg) 0.14
Vitamin K (mg) 0.2
Dikutip dari referensi 11

Cairan parenteral pada bayi prematur harus disusun sedemikian rupa agar jumlah mineral sesuai
kebutuhan bayi seperti tampak pada tabel 3. Terjadinya presipitasi dari kalsium phospat dalam cairan
merupakan masalah dalam pemberian kalsium dan phospat pada bayi premature, sehingga cairan
parenteral saat ini sering tidak mengandung jumlah yang adekuat untuk kebutuhan metaboliknya9.
Akibatnya, pada pemberian NPT yang lama akan meningkatkan prevalensi dari demineralisasi tulang,
penyakit ricketsia, ataupun fraktur9,36. Pemberian infus kalsium dan fosfor dengan ratio 1,7 : 1 akan
meningkatkan retensinya37.

Elemen langka, walaupun diperlukan hanya dalam jumlah sangat kecil, mereka memegang peranan
yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan4. Empat jenis elemen langka yang rutin
diberikan pada NPT adalah tembaga, seng, kromium, dan mangan. Rute ekskresi normal dari elemen
langka menjadi pertimbangan pemenuhan kebutuhan. Ekstra seng diberikan bila pasien status diare;
tembaga dan mangan dibatasi bila ada kolestatis; dan selenium diberikan bila pemberian NPT dalam

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (6 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

jangka panjang (> 6 minggu)4,9. Tabel 3 memperlihatkan mineral dan elemen langka pada bayi
prematur yang boleh diberikan.

Tabel 3. Rekomendasi pemberian mineral dan elemen langka pada bayi


prematur (jumlah per kgBB per hari) secara intravena
Mineral Jumlah
Natrium 3--5 mmol
Klorida 3--5 mmol
Kalium 1--2 mmol
Kalsium 1,5--2,2 mmol
Fosfor 1,5--2,2 mmol
Magnesium 0,3--0,4 mmol
Seng 6--8 mmol
Tembaga 0,3--0,6 mmol
Selenium 13--25 mmol
Mangan 18--180 nmol
Yodium 8 nmol
Kromium 4--8 nmol
Molibdenum 2--10 nmol
Dikutip dari referensi 4

Penatalaksanaan Nutrisi Parenteral

Teknik Pembelian

Ada dua macam rute pemberian NPT yang sudah dikenal luas, yaitu rute perifer dan rute sentral28,38,
namun pada bayi ada satu rute lagi yang bisa diberikan, yaitu rute arteri umbilikalis18. Pada
pemberian melalui rute periferal, biasa digunakan vena di tungkai atau di kepala28. Jalur ini dipilih bila
pemberian dalam waktu singkat (< 2 minggu), status hemodinamik baik, osmolalitas cairan yang
diberikan tidak tinggi, dan tidak ada pembatasan pemberian cairan9.

Pada bayi prematur, pemberian melalui rute perifer sulit untuk memenuhi kebutuhan kalori karena
cairan dibatasi tidak melebihi 130 ml/kgbb/hari; konsentrasi dextrose kurang atau sama dengan
12,5%, sehingga kalori yang dapat diberikan adalah 80 kkal/kgbb/hari. Komposisi nutrien yang dapat
diberikan melalui jalur perifer dapat dilihat dalam tabel 4.

Tabel 4. Komposisi pemberian NPT melalaui vena perifer


Komponen Jumlah per hari (per kgbb)
Sumber Nitrogen: protein 2,5--3,0 g

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (7 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

Kristalin hidrolisat
Asam amino campuran
Kalori sekitar 75
Glukosa 10-15g
Lemak 0,5-3,0g
Mineral dan elektrolit
Natrium 3-4 mEq
Kalium 2-4 mEq
Kalsium 1-4 mEq
Magnesium 0,25 mEq
Fosfor 1,36 mEq
Zinc 150-300 mEq
Copper 20-40 ug
Vitamin: Multivitamin 1-3 ml/hari
Volume 150 ml
Dikutip dari referensi 38

Untuk mendapatkan masukan kalori yang tinggi harus digunakan cairan infus dengan konsentrasi
yang tinggi, dengan risiko osmolalitas yang tinggi, lebih dari 1000 mmol Osmol/l. Ini dapat dilakukan
dengan jalur vena sentral28. Komposisi yang dapat diberikan melalui vena sentral dapat dilihat dalam
tabel 5.

Untuk mencapai vena sentral dapat dengan cara perkutan atau dengan cara pemotongan vena.
Venajugularis dan vena subclavia adalah yang paling sering digunakan28,38. Cara perkutan untuk
vena subclavia tidak dianjurkan pada bayi karena sering terjadi

komplikasi28. Perawatan yang teratur dan berhati-hati sangat penting pada pemakaian kateter vena
sentral agar terhindar dari komplikasi, aman, dan dapat digunakan dalam jangka panjang. Tidak
dibolehkan memberikan selain cairan nutrien melalui kateter ini, seperti memberikan darah atau
mengambil sampel darah38.

Tabel 5. Komposisi pemberian NPT melalui vena sentral


Komponen Jumlah per hari (per kgbb)
Sumber Nitrogen: protein 2,5-3,0 g
Kristalin hidrosat
Asam amino campuran
Kalori 115-125
Glukosa 20--30 g

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (8 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

Lemak 0,5--3,0 g
Mineral dan elektrolit
Natrium 3--4 mEq
Kalium 2--4 mEq
Kalsium 1--4 mEq
Magnesium 0,25 mEq
Fosfor 1,36 mmol
Zinc 150--300 mEq
Copper 20--40 ug
Vitamin: Multivitamin 1--3 ml/hari
Volume 120 ml
Dikutip dari referensi 38

Pemakaian jalur arteri umbikal masih kontroversial, sebagian setuju dan sebagian tidak. Pada
kelompok yang setuju, penggunaannya praktis karena lebih mudah melakukannya, terutama pada bayi
kecil. Pada kelompok yang tidak setuju, mengemukakan alasan karena banyak terjadi trambosis aorta
dan arteri iliaca serta hipertensi portal18. Penggunaan heparin 1 U/ml pada cairan infus mengurangi
kejadian phlebitis dan thrombosis pada vena sentral serta perifer39.

Pada prematur BBLSR dapat diberikan NPT secara lengkap mulai dari hari pertama tanpa
menimbulkan efek samping dan peningkatan berat badan yang dicapai sesuai dengan pertumbuhan
infra uterin seperti yang dilaporkan oleh Gilbertson 40 dan Chessex15. Gilbertson40 memberikan NPT
mulai hari pertama dengan dosis ditingkatkan secara bertahap. Komposisinya, Dextrose 5% hari
pertama menjadi D 8% hari ke-4; lipid 1 g/kgbb/hari pertama menjadi 3 g/kgbb/hari pada hari ke-4;
cairan 83 ml/kgbb/hari pada hari pertama menjadi 150 ml/kgbb/hari pada hari ke-4; asam amino 2,6 g/
kgbb/hari. Chessex15 memberikan NPT dengan total kalori nonprotein 80 kkal/kgbb/hari, emulsi lemak
2 g/kgbb/hari, 450 mg/kgbb/hari nitrogen, dan jumlah cairan 150 ml/kgbb/hari.

Pemantauan

Bayi yang mendapat NPT perlu perawatan dengan pemantauan yang ketat sehingga mereka biasanya
dirawat di ruang intensif7,29. Hilang berat badan atau berat badan tidak naik adalah efek awal asupan
kalori yang tidak adekuat. Kenaikan berat badan fetus dalam uterin setiap minggu adalah standar yang
dipakai untuk menentukan pertumbuhan pascanatal yang adekuat3,7. Nutrisi yang adekuat mungkin
lebih baik ditaksir dari adanya lemak di bawah kulit dan perkembangan otot. Ketebalan lemak kulit

triceps digunakan untuk estimasi pertumbuhan lemak, dan lingkar lengan atas untuk perkiraan
pertumbuhan otot. Monitoring pertumbuhan minimal antara lain berat badan setiap hari, panjang
badan setiap minggu, dan lingkar kepala setiap minggu. Pengukuran

ini harus dicatatat tiap minggu pada kurva pertumbuhan yang sesuai pada bayi premature untuk
meyakinkan pertumbuhan yang adekuat. Untuk mendeteksi komplikasi metabolik, sepsis atau

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (9 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

mekanik, pemantauan yang ketat harus dilakukan secara priodik dan berkala19.

Tabel 6. Beberapa variabel yang perlu dimonitor pada pemberian NPT


Variabel Frekuensi pemeriksaan per Minggu
Periode awal Periode lanjut
Variabel pertumbuhan
Berat badan 7 7
Panjang badan 1 1
Lingkar kepala 1 1
Lingkar lengan atas 1 1
Variabel metabolisme
Darah atau plasma Elektrolit 3-4 1
Ca, Mg, P 2 1
Status asam basa 2 1
Urea nitrogen 2 1
Albumin 1 1
Tes fungsi hati 1 1
Lemak 1 1
Hemoglobin 2 1
Glukosa urin 2-6/hari 2/hari
Pencegahan dan deteksi infeksi
Observasi klinis 7 7
Lekosit dan hitung jenis atas indikasi atas indikasi
Biakan atas indikasi atas indikasi
Dikutip dari referensi 19

Komplikasi

Pada pemberian NPT sering dijumpai komplikasi. Komplikasi dapat berupa infeksi mekanik dan
metabolik20,21. Komplikasi infeksi terjadi sehubungan dengan terkontaminasinya bahan infusan saat
pencampuran atau akibat kurangnya tindakan aseptik pada saat pemasangan kateter intravena10,20.
Komplikasi infeksi adalah yang

paling umum dan potensial serius (1-5%)9. Komplikasi mekanik berupa pneumotoraks, hidrotoraks,
emboli, trombosit, ataupun perforasi pembuluh darah akibat teknik pemasangan yang kurang terampil.
Komplikasi mekanik ini lebih sering daripada komplikasi metabolik20. Komplikasi metabolik seperti
hiperglikemia ataupun hipoglikemia dapat dihindari dengan pemberian glukosa dosis yang tepat9,20.
Hiperamonemia dan azotemia juga bisa ditemukan. Hiperlipidemia dan defisiensi asam lemak

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (10 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

essensial sering dijumpai karena pemberian lemak20. Komplilasi paling sering dijumpai pada BBLSR
yang mendapat NPT jangka panjang adalah kholestatik jaundice dan osteopenia7. Tabel 7
memperlihatkan komplikasi yang mungkin terjadi pada NPT.

Kesimpulan

Pemberian NPT pada bayi prematur bukanlah suatu tindakan yang rutin dilakukan. Pada prematur,
BBLSR diberikan NPT selama pemberian peroral belum dapat ditoleransi. Tindakan ini dapat
menurunkan angka mortalitas. Pemberian NPT dapat dilakukan secara perifer atau sentral sesuai
kondisi bayi. Larutan nutrisi parenteral yang diberikan harus mengandung glukosa, protein, emulsi
lemak, dan multi vitamin yang optimal, sehingga tujuan dari pemberian NPT itu dapat tercapai.
Monitoring yang ketat harus dilakukan secara periodik dan berkala untuk menghindari komplikasi, baik
mekanik, metabolik, ataupun infeksi.

Tabel 7. Komplikasi NPT


Berhubungan dengan kateter
Vena cava superior
Thromboemboli paru
Hipertensi paru
Pneumothoraks
Efusi pleure atau pericardial (ekstravasari cairan)
Aritmia jantung
Trombosis mural (cardial)
Infus intraokardial
Kulit terkelupas
Perdarahan
Flokulasi, prepitasi nutrien
Infeksi
Sepsis staphylococcus
Sepsis Candida
Malassezia furfur
Diphteroids
Sepsis gram negatif
Phlebitis lokal
Kontaminasi cairan
Endokarditis
Elektrolit/mineral
Hiponatremia

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (11 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

Hipernatremia
Hipokalemia
Hipofospatemia
Defisiensi trace mineral (Zn, Cu, Mg, Fe)
Komplikasi Metabolik
Hipoglikemia
Hiperglikemia
Hiperaminocidemia
Azotemia
Defiseiensi asam lemak esensial
Asidosis metabolik
Hipertrigliseridemia
Hiperphospholipedemia
Komplikasi Sistemik
Kolestasis (disfungsi hepar)
Infiltrasi lemak (liver, monosit, paru, intrapilid)
Perubahan fungsi miokard (penurunan PO4)
Atropi mukosa usus
Disfungsi platelet (intrapilid)
Hemolisis? (intrapilid)
Diuresis osmotik (glucose)
Ricketsia
Koma isosmolar (protein)
Hipoksia (intrapilid)
Toksisitas Aluminium
Dikutip dari referensi 7

Daftar Pustaka

1. Markum AH, Monintja HE, Boetjang RF. Prematuritas dan retardasi pertumbuhan dalam:
Markuni AH, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. BIKA FKUI. Jakarta, 1991;
224-40.
2. Nelson WE. Prematurity and infra uterine growth retardation. Dalam: Behrman RE, Kliegmen
RM, Arvin AM, penyunting. Nelson Textbook of pediatrics; edisi ke-15. Philadelpia: WB
Saunders Co, 1996; 454-63.
3. Latt SA. Fetal growth and neonatal adaptation. Dalam: Avery ME, Taeusch HW, penyunting.
Disease of the Neoborn, Edisi ke-5. Philadelphia: WB Saunders Co, 1984; 43-52.
4. Yu VHY, Monintja HE. Nutrisi parenteral. Dalam: Beberapa masalah perawatan intensif

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (12 of 13)14/05/2007 14:05:10


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm

neonatus. Jakarta; FKUI, 1996; 245-69.


5. WHO. Bayi dengan berat lahir rendah. Dalam : Akre J, penyunting. Pemberian makanan untuk
bayi. Jakarta, 1990; 127-62.
6. Aminullah A. Penanganan Komprehensif untuk memenuhi kebutuhan bayi kurang bulan.
Dalam: Suradi R, Monintja HE, Amalia P, Kusumowardhani D, penyunting. Penanganan
Mutahir Bayi Prematur. Naskah lengkap PKB - IKA FK-UI XXXVHI Jakarta: Balai Penerbit FK-
UI, 1997.
7. Balint JP, Kliegman RM. Nutritional Support of the Neonate I: Alternate Fulls dan Routes of
Administration. Dalam: Cowett RM, penyunting. Principles of perinatal neonatal metabolisme,
Edisi ke-2. New York: Springer, 1989; 1153-79.
8. Churella HR, Bachhuber WL, Maclean WC. Survey: Methods of Low Birth Weight Infants.
Pediatrics 1985; 76: 243-49.
9. Heyman MB. Specialized nutritional support - enteral and parenteral nutrition. Dalam: Rudolf
AM, Hoffman Jl, Rudolf AM, Hoffman Jl, Rudolf CD, penyunting. Pediatrics, edisi ke-20,
Sanfransisco Prentice, 1987; 1018-25.
10. Kilbride HW, Bendrof K, Wheeler R. Total Parenteral nutrition. Dalam: Merenstein GB, Gardner
SL, penyunting. Handbook of Neonata Intensive Care; edisi ke-3. St. Louis Mosby Year Book,
1993; 207-23.
11. Zlotkin SH, Stalling VA, Pencharz PB. Total parenteral nutrition in children. Pediatr Clin North
Am 1985; 32; 381-400.
12. Slater Myer LP, SaslowJG, Sthal GE. Developtment of the gastrointertinal tract. Dalam: Spitzer
AR, penyunting. Intensive care of the fetus and neonate. St. Louis: Mosby, 1986; 843-55. '
13. Pereira GR. Balmer D. Feeding the critically ill neonate. Dalam: Splitzer AR, penyunting.
Intensive care of the fetus and neonate. St. Louis: Mosby, 1986:823-33.
14. Academy of American Pediatrics Committee on Nutrition. Nutritional need of low birth weight
infants. Pediatrics. 1985; 75: 976-86. Dikutip: Balint JP, Kliegment RM, nutritional support of the
neonate 1: Alternate full and routes administration, Dalam: Cowett RM, penyunting. Principles
of perinatal neonatal metabolisme, Edisi ke-2 . New York: Springer, 1998; 1153-79.
15. Chesssex P, Zebiche H, Pineult M, Lepage D, Dallire L. Effect of amino acid compotition of
parenteral solution on nitrogen retention and metabolic response is very low birth weight infants.
J Pediatr 1985; 106:111-17.

Secara keseluruhan, ada 40 referensi, tetapi karena keterbatasan tempat kami hanya memuat 15
referensi. Pembaca yang berminat terhadap referensi yang lain dapat menghubungi penulis.

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/pus-2.htm (13 of 13)14/05/2007 14:05:10

You might also like