You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan suatu Negara, pendidikan mempunyai peranan yang

sangat penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama untuk

menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, sebab pendidikan merupakan

wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berada dalam masa

pembangunan terutama dalam dunia pendidikan untuk manghadapi kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Semakin berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah

satu dampak dari pendidikan yang kian hari kian berkembang. Salah satu upaya

untuk menghadapi semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

perlu adanya peningkatan dari segi prestasi belajar siswa dan kemampuan seorang

guru untuk mengadakan proses atau kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran

akan berlangsung baik, apabila seorang guru mempunyai dua kompetensi, yaitu

penguasaan materi pelajaran dan memilih metodologi pembelajaran. Seperti

pendapat Dunkin dan Biddle (dalam Sagala, 2009: 63-64), Proses pembelajaran

akan berlangsung baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama, yaitu :

1) Kompetensi substansi materi pelajaran atau penguasaan materi


pelajaran.
2) Kompetensi metodologi pembelajaran.

1
2

Seorang guru harus mempersiapkan diri terlebih dahulu dalam penguasaan

materi yang akan disampaikan dan merancang strategi pembelajaran yang tepat

dengan materi yang akan diajarkan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan secara maksimal. Apabila materi pembelajaran yang akan

disampaikan tidak dikuasai dengan baik dan penggunaan strategi pembelajaran

yang kurang tepat, maka akibatnya pemahaman konsep siswa menjadi berkurang.

Lemahnya penguasaan terhadap pemahaman konsep ini terbukti pada

perolehan hasil tes matematika level internasional dalam Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003, yang termuat (dalam http: //

rbaryan.wordpress.com), menempatkan Indonesia pada posisi 34 dalam bidang

matematika dari 46 negara yang diteliti. Sedangkan dalam level nasional

berdasarkan hasil UAN SMP tingkat Kabupaten Cirebon tahun 2009/2010 untuk

empat mata pelajaran yaitu 27,87 dengan tingkat kelulusan 96,3 %. Tingkat

kelulusan ini mengalami penurunan sebanyak 1,8 % dibandingkan dengan tingkat

kelulusan tahun lalu sebesar 98,1%. (Sumber : dalam http :// www. antara jawa

barat.com).

Pada saat proses pembelajaran matematika masalah yang sering dihadapi

oleh siswa adalah lemahnya pemahaman konsep terhadap materi secara

keseluruhan. Hal ini disebabkan karena banyak guru matematika yang

mengajarkan kepada peserta didik menggunakan model pembelajaran tradisonal

dan menganut paradigma transfer of knowledge yang beranggapan bahwa siswa

merupakan objek dari belajar dan guru mendominasi dalam proses pembelajaran.

Seperti pendapat Ruseffendi (2006: 382), “matematika yang dipelajari disekolah


3

sebagian besar tidak diperoleh melalui eksplorasi matematika tetapi melalui

pemberitahuan oleh guru”. Pemahaman matematika yang kurang tersebut apabila

pembelajaran matematika menyangkut rumus, umumnya siswa hanya mengetahui

penggunaan rumus tersebut hanya dalam bentuk dan penggunaanya yang

sederhana. Pemahaman terhadap konsep matematika sangat penting, karena

dengan pemahaman terhadap konsep matematika siswa akan mampu

menyelesaikan permasalahannya.

Dalam memahami konsep matematika perlu adanya strategi pembelajaran

yang tepat untuk menarik perhatian dan keaktifan siswa dalam kegiatan proses

pembelajaran. Ruseffendi (2006: 283) menyatakan “belajar secara aktif dapat

menyebabkan ingatan yang dipelajari tahan lama dan pengetahuan akan lebih luas

daripada belajar pasif”. Dengan demikian pembelajaran yang mengutamakan

keaktifan siswa mempunyai peluang yang cukup besar dalam keberhasilan belajar.

Selain itu, hasil belajar akan lebih meningkat jika pembelajaran dilakukan melalui

proses “doing matematics” Suratman (dalam Rhosliana, 2007: 3 ). Dalam proses

ini siswa dituntut dan dibiasakan aktif bertanya, mengemukakan pendapat,

jawaban atau sanggahan dan yang paling utama siswa dibiasakan aktif dalam

mengkonstruksikan sendiri konsepnya sehingga diharapkan belajar yang

dialaminya menjadi bermanfaat.

Salah satu metode pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa

adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin

(dalam Rhosliana, 2007: 3), “Pembelajaran kooperatif membuat siswa

bersemangat untuk belajar, aktif untuk menampilkan diri atau berperan diantara
4

teman-teman sebaya”. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat memacu semangat

siswa untuk saling membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

Istilah kelompok mempunyai arti bermacam-macam. Bales (Sudjana,

2005: 9) mengemukakan “bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah

sejumlah orang yang berkumpul melalui tatap muka, dan tiap anggota mempunyai

kesan tersendiri terhadap anggotanya”. Disamping itu pula didalam pembelajaran

kooperatif terdapat alternatif yang dapat membantu guru dalam menghadapi

masalah, seperti siswa yang kurang memiliki kemampuan sosial, siswa yang tidak

bisa bekerjasama dengan siswa lain, siswa yang kurang agresif, dan siswa yang

tidak peduli dengan lingkungan sekelilingnya.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai teknik dalam penerapannya

diantaranya adalah Numbered Heads Together (NHT). Menurut Lie (2008: 59),

“Teknik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide –

ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Selain itu pembelajaran

kooperatif tipe NHT dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika

yang sulit dengan berbagi ide–ide dan keterampilan kerjasama dengan orang lain

dalam memecahkan masalah dan membantu teman dalam kelompoknya.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini sangat menentukan

keberhasilan siswa dalam belajar.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Pemahaman Konsep Matematika

Siswa SMP (Studi Eksperimen dikelas VII SMP Negeri 2 Mundu)”.


5

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh

terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa ?

2. Apakah kemampuan pemahaman konsep matematika pada siswa

yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran konvensional ?

3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT ?

Supaya dalam pelaksanaan penelitian ini penulis terhindar dari kekeliruan

dan meluasnya pembahasan yang akan mengakibatkan tidak efisiennya hasil yang

diperoleh, maka diperlukan adanya batasan masalah.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan terhadap para siswa kelas VII SMP

Negeri 2 Mundu Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2009-2010.

2. Penelitian dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2009-2010.

3. Materi yang akan diteliti adalah sub pokok bahasan persegi dan

persegi panjang.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:


6

4. Mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT

berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

5. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematika pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.

6. Mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, merupakan suatu masukan pengetahuan sehingga dapat

mempersiapkan diri untuk mengajar lebih baik dan memberikan gambaran

dalam menerapkan strategi pembelajaran yang baik serta efektif sesuai dengan

materi yang akan dipelajari.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat memotivasi diri untuk mengerti dan

memahami suatu materi serta memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif.

3. Bagi guru, model pembelajaran kkoperatif tipe NHT dapat dijadikan sebagai

alternatif pendekatan dan pegangan guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran di sekolah.

4. Bagi sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan mutu

pendidikan dan kualitas pembelajaran matematika.


7

D. Anggapan Dasar dan Hipotesis

Menurut Arikunto (2002: 58), “Anggapan dasar atau postulat adalah

sebuah titik tolak pemikiran yang sebenarnya diterima oleh pendidik”. Oleh

karena itu, beberapa anggapan dasar yang dapat dikembangkan dalam penelitian

ini sebagai berikut :

7. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam

pembelajaran matematika merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

kualitas proses belajar mengajar.

8. Perhatian dan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran

matematika akan meningkatkan hasil belajar matematika.

9. Penyampaian materi dengan model pembelajaran yang sesuai

dengan keinginan siswa akan membangkitkan motivasi belajar dan siswa akan

aktif dalam mengikuti pelajaran dengan baik.

Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan sementara yang kemungkinan

benar atau salah. Arikunto (2006: 71) menyatakan, “Hipotesis adalah jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul”. Sedangkan Ruseffendi (2005: 23) menyatakan

bahwa hipotesis adalah “penjelasan atau jawaban tentatif (sementara) tentang

tingkah laku, fenomena (gejala), atau kejadian yang akan terjadi, bisa juga

mengenai kejadian yang sedang berjalan”.

Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka hipotesisnya dirumuskan

sebagai berikut :
8

1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematika.

2. Kemampuan pemahaman konsep matematika pada siswa yang

pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih baik

daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

konvensional.

You might also like