You are on page 1of 11

Tugas Mandiri

sejarah kebudayaan islam


kerajaan yang
paling menonjol pada masa bani abbasiyah

DI SUSUN
OLEH

Nama : Afrianida

Dosen Pengampu : SALMAH S.Pdi, MA, Fil.I

sekolah tinggi agama islam (stai)


auliaurrasyidin
tembilahan
2009/2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Latar belakang penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah yang diberikan oleh dosen pengampu yaitu mata kuliah ushul fiqh, serta
untuk lebih mengetahui, tentang pengertian mutlaq Muqqayat, mantuq dan
mafkum, dan bentuk-bentuknya, serta pengertian lainnya.

B. Tujuan
Tujuannya, untuk memberikan dan menambah pengetahuan tentang
pembahasan diatas. Serta memberikan wawasan terhadap pembahasan ini,
tujuan pembuatan makalah ini untuk lebih memperdalam pengetahuan tentang
mulaq muqqayyad dan apa-apa yang dibahas dalam pembahas ini dapat bisa
di mengerti oleh pembaca dan pengdengar.

1
BAB II
PEMBAHASAN
MUTLAQ MUQAYYAD, MANTUQ DAN MAFHUM

A. MUTLAQ MUQAYYAD
1. Pengertian Mutlaq muqayyad
Mutlaq ialah lafal-lafal yang menunjkkan kepada pengertian dengan tidak
ada ikatan (batas) yang tersendiri berupa perkataan, seperti firman Allah
SWT

)۳ : ‫َفتَ ْح ِر ْيُر َر َقبَ ٍة ( اجملادلة‬


Artinya :
“Maka (wajib atasnya) memerdekakan seseorang hamba hamhaya”
(QS. Mujadalah : 3)
Muqqad ialah suatu lafal yang menunjukkan atas pengertian yang
mempunyai batas tertentu berupa perkataan (Drs. H. Syafii karim, hal 171)

2. Bentuk-bentuk mutlaq dan muqayyad


Kaidah lafazh mutlaq dan muqayyad dapat dibagi dalam lima bentuk yaitu
1. Suatu lafazh di pakai dengan mutlak pada suatu nash, sedangkan pada
nash lain digunakan dengan muqayyad
2. Lafazh mutlaq dan muqayyad berlaku sama pada hukum dan sebabnya
3. Lafazh mutlaq dan muqayyad yang belaku pada nash itu berbeda.
4. Mutlaq dan muqayyad berbeda dalam hukum sedangkan sebab
hukumnya sama.
5. Mutlaq dan muqayyad sama dalam hukumnya, tetapi berbeda dalam
sebabnya (prof. Dr. Rahmat Syafei, MA hal 212-213)
3. Hukum lafazh mutlaq dan muqayyad
a. Tidak berbeda (sama) hukum dan sebabnya, dalam hal ini mutlaq
harus dibawa kepada muqayyad, artinya muqayyad menjadi penjesan
terhadap mutlaq

2
b. Berbeda hukum dan sebabnya dalam hal ini masing-masing mutlaq dan
muqayyad tetap pada tempatnya sendiri muqayyad tidak menjadi
penjelasan mutlak
c. Berbeda hukum tetapi sebabnya sama, dalam hal ini masing-masing
mutlaq dan muqqayad tetap pada tempatnya sendiri (Drs. H. Syafi’I
Karim, hal 172-174)

4. Hal-hal yang diperselisihan dalam mutlaq dan muqayyad


a. Kemutalaqan dan kemudayyan terhadap pada sebab hukum, namun
masalah (Maudu) dan hukumnya sama, menurut jumhur ulama dari
kalangan syafi’iyah, malikiyah dan hanafiyah, dalam masalah ini wajib
membawa mutlaq kepada muqayyad, oleh sebab itu, mereka tidak
mewajibkan zakat fitnah kepada hamba sahaya, sedangkan ulama
harfiyah tidak membawa lafazh mutlaq pada muqayyad, oleh sebab itu
ulama hanafiyah mewajibkan zakat fitrah atas hamba sahaya secara
mutlaq.
b. Mutlaq dan muqayyad terdapat pada nash yang sama hukumnya namun
sebabnya berbeda, masalah ini juga di perselisihan, menurut ulama
hanafiyah tidak boleh membawa mutlaq pada muqayyad melainkan
masing-masingnya berlaku sesuai dengan sifatnya (prof Dr. Rahmat
Syafii Ma, Hal 213-214)

B. Mantuq dan Mafhum


1. Pengertian manfuq dan mafthum
Yang dimaksud dengan manfuq dan mafhum yaitu manfuq ialah sesuatu
yang ditunjuk lafal dan ucapan lafal itu sendiri, mafhum ialah sesuatu yang
ditunjuk oleh lafal, tetapi bukan dari ucapan lafal itu sendiri.
Jadi, manfuq ialah pengertian yang ditunjukkan oleh lafal ditempat
pembicaraan dan mafhum ialah pengertian yang dinjukkan oleh lafal tidak
ditempat pembicaan, tetapi dari pemahaman terdapat ucapan tersebut.
Seperti firman Allah

3
)۲۳ : ‫( االسراء‬ ‫فَالَ َت ُق ْل هَلُماَ اُف‬
Artinya :
“maka Jangan kamu katakan Kepada dua orang ibu Bapak perkataan yang
keji” (QS. Al Isra : 23)

2. Dilalah Mafhum
Dilalah mafhum dibedakan menjadi dua macam yaitu mafhum muwafaqah,
dan mafhum mukhalfah.
1. Mafhum Muwafadah, yaitu pengertian yang dipahami sesuatu menuruf
sucapan lafal yang disebutkan mafhum muwafaqah dapat dibedakan
kepada
a. Fahwar al khitab, yatu apabila yang dipahamkan lebih utama
hukumnya dari pada yang diucapkan seperti memukul orang tua
lebih tidak boleh hukumnya, firman Allah yang artinya “jangan
kamu katakan kata-kata yang kaji kepada dua orang ibu bapakmu”
sedangkan kata-kata yang keji saja tidak boleh (dilarang) apabila
memkulnya.
b. Lahn al khitab, yaitu apabila yang tidak diucapkan sama
hukumannya dengan diucapkan, seperti firman, Allah SWT :

‫إِ َّن الّ ِذيْ َن يَأَ ُكلُ ْو َن أ َْم َو َال اليَتَ َمى ظُْل ًما إِمَن اَ يَأْ ُكلُ ْو َن ِىف بُطُْو هِنِ ْم‬
)۱۰: ‫نَ ًارا ( النساء‬
Artinya
Sesungguhnya orang yang memakan harta benda anak vatum
secara aniaya sebenarnya memakan api kedalam perut mereka
(QS. An Nisa : 10)
2. Mafhum Muklafah, Yaitu pengertian yang dipahami dari dada ucapan,
baik dalam istinbat (Menempatkan) maupun nafi (meniadakan), Oleh
karena itu hal yang di pahami selalu kebalikannya dari pada bunyi lafal
yang diucapkan (Drs H. Syafi’i, karim, hal 177-179)

4
3. Pendapat para ulama tetang mafhum dan mukhalafah.
Ulama Hanafiyah tidak memandang mafhum mukhalafah sebagai salah
salah satu metode penafiran nash syara tegasnya menurut mereka,
mafhum mukhlafafah itu bukan suatu metode untuk penetapan hukum,
alasan mereka adalah :
1. Sesungguhnya banyak nash syara’ yang apabila diambil mafhum
mukhalafahnya akan rusak pengertiannya
2. Sifat yang terdapat pada nash syara, dalam banyak hal bukan untuk
pembatasan hukum melainkan untuk targib dan tarhib.
3. Seandainya mafhum mukhalafahnya itu dapat di jadikan hujjah syara’
maka suatu nash yang telah menyebut suatu sifat tidak perlu lagi
disebut nash yang menerangkan hukum kebalikan hukum dari sifat
tersebut.
Menurut jumhur ushuyyih, mafhum mukhalafah sebagai hujjah
menyebutkan beberapa syarat yaitu :
1. Mafhum mukhalafahnya itu tidak bertentangan dalil yang lebih kuat
2. Qayid (pembatasan)
3. Tidak ada dalil yang khusus yang membatalkannya (Prof. Dr. Rahmat
Syafe’i MA, Hal 217-219)
4. Macam-macam mafhum mukhalafah
1. Mafhum sifat, yaitu menghubungkan hukum sesuatu kepada syah satu
sifatnya seperti firman Allah SWT

(۹۲ : ‫َفتَ ْح ِر ْيُر َرقٍَة ُم ْؤ ِمنَ ٍة (النساء‬


Artinya :
Maka hendaklah bebaskan seseorang budak (hamba sahaya) yang
mukmin (QS. An nisa : 92)
2. Mafhum illat, yaitu menghubungkan hukum sesuatu menurut illatnya,
mengharamkan minuman keras karena memamukkan.

5
3. Mafhum Adat, yaitu menghubungkan hukum sesuatu kepada bilangan
yang tertentu.
4. Mafhum ghayah, yaitu lafal yang menunjukkan hukum sampai kepada
ghayah (Batasan, hinggaan) hingga lafal ghayah ini adakalanya dengan
“ilaa dan dengan “hatta”
5. Mafhum had, yaitu menentukan hukum dengan disebutkan suatu adad,
diantara adat-adatnya
6. Mafhum laqaab yaitu menggantungkan hukum kepada isim alam (Drs.
H. Syafii karim, hal 183-186)

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mutlaq adalah lafal yang menunjukkan kepada pengertian dengan tidak
ada ikatan (batas) yang tersendiri berupa perkataan kukayyad ialah suatu lafal
yang menunjukkan atas pengertian yang mempunyai batas tertentu berupa
perkataan mantuq ialah sesuatu yang ditunjuki lafal dan ucapan lafal itu sendiri.
Mafhum ialah sesuatu yang ditunjuk oleh lafal tetapi bukan dari ucapan lafal itu
sendiri.

B. Saran
Sebagai manusia yang tidak lepas dari kekurangan, penulis sadar akan
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya untuk kritik dan sarannya diucapkan terimakasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Karim, Syaf’ii, 1997, Ushul Fiqih, Bandung : CV Pustaka Setia


Syafe’i, Rachamt, 2007, “Ilmu Ushul Fiqih”. Bandung : CV Pustaka setia

8
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, karena dengan taufik dan rahmatNyalah
maalah Mutlaq muqayyad, Mantuq dan Mafhum dapat kami selesaikan
penyusunannya sehingga diharapkan dapat membantu para mahasiswa, dosen
pengampu dan pembaca umumnya.

Kami Yakin bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu, kami mengharapkan kepada dosen pengampu dan pembaca umumnya untuk
memberikan saran dan kritik dalam rangka menyempurnakan makalah ini, untuk
itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,

Tembilahan, Desember 2009

Penyusun

i
9
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar isi .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................. 1
B. Tujuan.......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Mutlaq Muqayyad........................................................................ 2
1. Pengertian Mutlaq dan Muqayyad......................................... 2
2. Bentuk-bentuk Mutlaq dan Muqayyad................................... 2
3. Hukum lafazh mutlaq dan Muqayyad.................................... 2
4. Hal-hal yang diperselisihkan dalam mutlaq dan muqayyad.. 3
B. Mantuq and Mafhum................................................................... 3
1. Pengertian mantuq dan mafhum........................................... 3
2. Dilalah mafhum...................................................................... 4
3. Pendapat para ulama tentang mafhum mukhalafah............. 5
4. Macam-macam mafhum mukhalfah...................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................... 7
B. Saran............................................................................................. 7

ii
10

You might also like