You are on page 1of 4

proses masuk dan berkembangnya agama Hindu-Budha ke

Indonesia

Agama Budha
Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya
misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta
dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk ke
Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan
daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat
disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran agama Budha
sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka
akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama
Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui
ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut
secara langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke
Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa
Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami
proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha yang
berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.

Agama Hindu
Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur
perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa
lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para
pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu
konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk
menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui upacara
Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan
(memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala
suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar
budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian
menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka
mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di
Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang
menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat
proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah tersebut.

Kronologis

• 300 - Indonesia telah melakukan hubungan dagang dengan India. Hubungan


dagang ini mulai intensif pada abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang
dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-
wangian, obat-obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu
cendana, kapur barus, cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang
besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan
Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.
• 300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok.
Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan
Gunavarman. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang
diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.
• 400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah
kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain prasasti,
candi, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam. Keberadaan kerajaan
Tarumanagara diberitakan oleh orang Cina.
• 603 - Kerajaan Malayu berdiri di hilir Batang Hari. Kerajaan ini merupakan
konfederasi dari para pedagang-pedagang yang berasal dari pedalaman
Minangkabau. Tahun 683, Malayu runtuh oleh serangan Sriwijaya. {referensi?}
• 671 - Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat dari
Kanton ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tatabahasa Sansekerta,
kemudian ia singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan
perjalanannya ke India.
• 685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk
menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa
Tionghoa.
• 692 - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan
berkembang menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang Arab,
Parsi, dan Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus,
mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera,
Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Jawa. Sriwijaya juga menguasai jalur
perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut China Selatan. Dengan
penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas perdagangan antara Tiongkok
dan India, sekaligus menciptakan kekayaan bagi kerajaan.
• 922 - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah
datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah
menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.
• 932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui Prasasti
Kebon Kopi II yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi. [1]
• 1292 - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Sumatera dalam
perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco Polo
berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
• 1292 - Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik menjadi
permukiman yang disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon Maja yang
berbuah pahit di tempat ini.
• 1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menggulingkan
Jayakatwang di Kediri. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik takhta
sebagai raja Majapahit pertama pada 12 November.[2]
• 1293 - 1478 - Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang pengaruhnya
membentang dari Sumatera ke Papua, kecuali Sunda dan Madura. Kawasan urban
yang padat dihuni oleh populasi yang kosmopolitan dan menjalankan berbagai
macam pekerjaan. Kitab Negarakertagama menggambarkan keluhuran budaya
Majapahit dengan cita rasa yang halus dalam seni, sastra, dan ritual keagamaan.[2]
• 1345-1346 - Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya
ke dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang
sangat penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta
mendapati bahwa penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i
salah satu ajaran dalam Islam.
• 1350-1389 - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan raja Hayam Wuruk
dan patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan Indonesia
bahkan jazirah Malaya sesuai dengan "Sumpah Palapa" yang menyatakan bahwa
Gajah Mada menginginkan Nusantara bersatu.
• 1478 Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur
ditinggalkan penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati.[2]
• 1570 - Pajajaran, ibukota Kerajaan Hindu terakhir di pulau Jawa dihancurkan oleh
Kesultanan Banten.

Bukti – bukti bahwa agama hindu dan budha ke Indonesia

Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan para pedagang India di
Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di beberapa daerah di Indonesia
seperti di Indonesia bagian Barat (Sumatera)
bukti-bukti yang memperkuat hubungan itu di antaranya adalah
perjalanan seorang pendeta Buddha, Fa Hien. Pada sekitar tahun 413
M, Fa Hien melakukan perjalanan dari India ke Ye-po-ti (Tarumanegara)
dan kembali ke Cina melalui jalur laut. Selanjutnya, Kaisar Cina, Wen Ti
mengirim utusan ke She-po ( Pulau Jawa). Berdasarkan bukti-bukti
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada abad ke-5 telah dilakukan
hubungan perdagangan dan pelayaran secara langsung antara
Indonesia dan Cina.
Barang-barang yang diperdagangkan dari Cina berupa sutra, kertas,
ulit binatang berbulu, kulit manis, dan barang-barang porselin. Barang-
barang dagangan dari India berupa ukiran, gading, perhiasan, kain
tenun, gelas, permata, dan wol halus yang ditukar dengan komoditas
dari Indonesia seperti rempah-rempah, emas, dan perak.
Terbukti di Indonesia muncullah kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu dan Buddha yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia,
seperti Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan Bali.Bukti adanya hubungan dagang
tersebut dapat diketahui datri kitab Jataka dan kitab Ramayana. Kitab Jataka menyebut
nama Swarnabhumi sebuah negeri emas yang dapat dicapai setelah melalui perjalanan
yang penuh bahaya. Swarnabhumi yang dimaksud ialah Pulau Sumatra. Kitab Ramayana
menyebut nama Yawadwipa dan Swarnadwipa. Menurut para ahli, Yawadwipa (pulau
padi) diduga sebutan untuk Pulau Jawa, sedangkan Swarnadwipa (pulau emas dan perak)
adalah Pulau Sumatra.

You might also like