You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah

IPS adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran di
disekolah dasar dan menengah. Dengan kata lain imu pengetahuan sosial (IPS) ialah ilmu-
ilmu sosial yang dipilh dan disesuaikan bagi penguna program pendidikan di sekolah atau
kelompok belajar lainnya yang sederajat.

IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dan sejumlah mata pelajaran sosial. Materi
dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti geografi, sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi
sosial, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum dan ilmu-ilmu sosial lainnya menjadi bahan baku
bagi pelaksanaan pangajaran di sekolah dasar dan menengah.

Dalam Kurikulum 1975 pendidikan IPS menampilkan empat profil yakni: (1) Pendidikan
Moral Pancasila menggantikan Pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk
pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi “citizenship transmission”; (2) pendidikan IPS
terpadu untuk Sekolah Dasar; (3) pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang
menempatkan IPS sebagai konsep payung yang menaungi mata palajaran geograft, sejarah,
dan ekonomi koperasi; dan (4) pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran
sejarah, geografi, dan ekonomi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG.

Bila disimak dari perkembangan pemikiran pendidikan IPS yang terwujudkan dalam
Kurikulum sampai dengan dasawarsa 1990-an ini pendidikan IPS di Indonesia mempunyai
dua konsep pendidikan IPS, yakni: pertama, pendidikan LPS yang diajarkan dalam tradisi
“citizenship transmissio” dalam bantuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan.
Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional; kedua, pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi
“social science” dalam bentuk pendidikan IPS terpisah dari SMU, yang terkonfederasi di
SLTP, dan. yang terintegrasi di SD.

Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampal saat ini
pendidikan IPS terpilah dalam dua arah, yakni: Pertama, PIPS untuk dunia persekolahan yang
pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, dan humaniora, yang
diorganisasikan secara psiko-pedagogis untuk tujuan pendidikan persekolahan; dan kedua,
PDIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru IPS yang pada dasarnya merupakan
penyeleksian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psiko-pedagogis dari ilmu-ilmu

Observasi SMA Sumatra 40 1


sosial, humaniora, dan disiplin lain yang relevan, untuk tujuan pendidikan. profesional guru
IPS. PIPS merupakan salah satu konten dalam PDIPS.

Maka dari itu, kami dari kelompok 6 mengadakan observasi ke sekolah khususnya SMA guna
mengetahui secara jelas bagaimana pembelajaran IPS di SMA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami selaku kelompok 6 merumuskan
beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Metode apa sajakah yang digunakan di SMA Sumatra 40?

2. Bagaimanakah pemanfaatan media di SMA Sumatra 40?

3. Bagaimanakan kegiatan pembelajaran di SMA Sumatra 40?

4. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa?

5. Bagaimanakah cara guru dalam mengajar geografi di dalam kelas?

6. Respon siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru?

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran IPS di SMA

2. Bagaimana proses belajar mengajar guru dan siswa khususnya pada mata pelajaran IPS

A. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna pada :

1. Pengembangan ilmu

1.1. Memberikan sumbangan terhadap ilmu sosial, khususnya kajian perilaku sosial
untuk memperhatikan sejauh mana guru IPS dapat mengembangkan pelajaran
dengan baik mengingat bahwa IPS merupakan ilmu sosial yang dominan kepada
hapalan.

1.2. Sebagai salah satu informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
lebih lanjut di bidang sosial.

A. Identitas Penelitian

 Hari/Tanggal Penelitian : Senin/ 8 Maret 2010

 SMA yang kami observasi: SMA SUMATRA 40

Observasi SMA Sumatra 40 2


 Kelas XII IS C

 Mata pelajaran: Geografi

 Guru mata pelajaran : Dede Ruswanda, S.Pd

 Jumlah siswa: 20

 Terdiri dari: 10 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki

 Alokasi waktu: 1 x 45 menit

 Materi pelajaran: mempraktikan keterampilan dasar peta dan pemetaan. (fokus


membahas soal UN)

 Fasilitas kelas:
a) 2 buahWhite board
b) Kursi dan meja 20 buah

c) Jadwal piket siswa dan jadwal pelajaran

BAB II

HASIL PENELITIAN
A. Kegiatan Pembelajaran

Sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru melakukan kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan awal: guru mengucapkan salam, memberikan motivasi belajar pada siswa.

2. Kegiatan inti: guru mengulang materi pelajaran, guru menulis beberapa soal di depan
untuk di bahas bersama-sama. Guru memilih beberapa siswa untuk berpartipasi dalam
Observasi SMA Sumatra 40 3
proses pembelajaran dan memberikan “REWARD” kepada siswa yang telah
berpartisipasi.

3. Kegiatan akhir: guru memberikan kesimpulan hasil belajar , dan memberikan motivasi
dan pesan pada siswa di akhir belajar.

Catatan :

Sesuai dengan para siswa kelas 3 akan menghadapi ujian, maka dalam penelitian kami
guru tidak terfokus menerangkan/menjelaskan materi tetapi membahas soal-soal agar
para siswa dapat berlatih menghadapi ujian. Materi geografi ini khusus di kelas 3 ini
sudah selesai dibahas di pertemuan sebelumnya.

A. Metode pembelajaran

Metode yang digunakan adalah metode tanya jawab. Karena dapat meningkatkan motivasi
awal belajar siswa. Dari awal pembelajaran, guru mata pelajaran IPS sudah memberikan soal-
soal yang dituliskan di white board. Sementara para siswa mencari jawaban dari soal yang
diberikan guru tersebut. Pemberian soal tersebut dimaksudkan agar para siswa dapat terlatih
dan siap dalam menghadapi ujian nasional.

Guru memberikan soal-soal yang berhubungan dengan materi yang diajarkan, yaitu Geografi.
Ketika guru tengah menulis pertanyaan di depan kelas, para murid sibuk untuk mencari
jawaban terhadap pertanyaan guru. Karena di awal guru sudah memberikan perintah untuk
mencari jawabannya dan akan memberikan kesempatan kepada siswa yang akan mencoba
menjawab soal-soal yang diberikan. Dan apabila semua soal sudah ada yang dicoba di isi
oleh para siswa, kemudian guru pun mengajak para siswanya untuk membahas bersama-sama
apakah jawaban dari soal-soal tersebut sudah tepat.

Melibatkan suatu kelas dalam tanya jawab adalah langkah pertama dalam pengajaran satu
arah. Ini adalah awal pengenalan bahwa pelajaran berlangsung ketika murid-murid secara
verbal maupun intelektual terlibat dalam situasi pengajaran. Di sini kita mencoba
mendapatkan interaksi secara verbal. Sebenarnya, ada beberapa jenis interaksi yang sangat
penting di semua pembelajaran. Banyak pendidik yang setuju bahwa interaksi mental saja
tidaklah cukup sehingga harus didukung dengan beberapa bentuk ekspresi atau reaksi dari
murid. Murid-murid harus memahami kebenaran dalam pikirannya sendiri untuk kemudian
diekspresikan lewat kata-katanya sendiri.

Pengajaran dalam bentuk tanya jawab akan memberi kesempatan kepada murid-murid untuk
merefleksikan keingintahuan dan kebutuhannya akan informasi yang lebih lengkap. Pada saat

Observasi SMA Sumatra 40 4


yang sama, dengan meminta jawaban atas kunci pertanyaan, guru bisa mengetahui kemajuan
kelas tersebut.

Kelebihan metode tanya jawab:


1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal
yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu
yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila
dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada
hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan
sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak.

B. Media pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru menggunakan beberapa media yaitu pemanfaatan
white board pada umumnya, Buku Standar Elektronik, dan pemberian soal untuk dibahas
bersama.

Buku standar elektronik adalah

Khusus dalam pemberian soal, guru memberikan beberapa soal yang ditulis di whiteboard
untuk dapat dijawab oleh para siswanya. Khususnya materi pelajaran Geografi.

C. Aktivitas belajar siswa

Pada awal belajar masih kurang kondusif dan siswa belum siap menerima pelajaran, tetapi
setelah guru memberikan motivasi yang tinggi dan mulai membuka materi dengan sesi
pertanyaan siswa mulai berantusias untuk mengikuti proses belajar mengajar. Namun ketika
masih ada yang belum fokus pada pelajaran guru tersebut menunjuk siswa tersebut untuk
menjawab pertanyaan tersebut, sehingga konsentrasi siswa tidak terganggu dan sudah fokus
dalam menerima pelajaran.

D. Cara guru dalam mengajar (khususnya MP Geografi)

1. Guru memberikan pelajaran sesuai dengan RPP dan Silabus.

Observasi SMA Sumatra 40 5


2. Guru dapat mencairkan suasana kelas dengan diselingi humor, karena adanya
komunikasi yang sangat baik antara siswa dengan guru.

3. Guru mengajar dengan kreatif karena memberikan soal diawal pelajaran yang dapat
memancing konsentrasi siswa.

4. Guru menyampaikan pelajaran dengan suara yang lantang sehingga siswa dapat
menerima pelajaran dengan baik.

5. Adapun satu hal yang menarik selama kami melakukan observasi di kelas ini adalah
Guru memberikan tugas berupa membuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
UN (khusus siswa kelas 3) yang ditulis dalam buku tugas dan dikumpulkan setiap 1(satu)
minggu sekali. Tetapi dikarenakan siswa kelas 3 sedang fokus terhadap UN maka saat ini
tugas tersebut jarang diberikan.

6. Guru IPS tersebut memang merupakan guru motivator yang baik karena beliau
berpendapat dalam sesi wawancara kelompok kami dengan beliau:

“Anak dituntut untuk selalu bertanya kepada guru tentang materi yang tidak dimengerti
dan bertanya kepada teman yang mampu menjawab dengan benar tentang materi yang
disampaikan oleh guru, intinya adanya komunikasi diantara siswa dan guru.”

Beliau pun berpendapat :

“Secara keseluruhan bidang studi IPS berbeda dengan IPA pada umumnya bidang
studi IPS itu banyak hafalan/materi jadi membuat siswa malas untuk belajar, apabila
kita (guru) memberikan kreasi dalam memberikan pelajaran, siswa akan tertarik.
Karena perbedaan konsentrasi; intelegency; dan sikap dalam menerima pelajaran guru
harus mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa agar tidak turun. Jadi dalam
proses pembelajaran guru memberikan motivasi yang sangat besar kepada siswa
ibaratnya ¼ waktu pembelajaran digunakan untuk memberikan motivasi dan ¾ waktu
diberikan pembelajaran.”

Dan ketika kami bertanya upaya apa saja yang dilakukan seorang guru khususnya dalam
meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran IPS :

“Ada system kompetensi, contohnya: pemberian nilai(penghargaan) kepada siswa yang


berprestasi, lalu diberikan hukuman bagi siswa yang tidak membuat tugas (hukumannya
tidak mengunakan kekerasan).”

A. Respon siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru

Para siswa antusias dalam menerima pelajaran karena kegiatan awal yang mampu
meningkatkan konsentrasi dan kompetensi siswa dalam belajar. Yaitu pada awal kwgiatan
belajar guru memang sudah menjadi “penguasa” kelas. Dengan suara guru yang lantang
Observasi SMA Sumatra 40 6
mampu membangkitkan minat belajar siswa. Entah karena siswa “kaget” mendengar suara
guru dalam membuka pembelajaran atau memang guru tersebut merupakan guru yang
dihormati karena pribadinya yang menyenangkan, sehingga para siswa pun semangat
mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan inti siswa dapat menerima pelajaran dengan baik,
semua konsentrasi siswa tertuju pada soal yang ada di depan.

BAB III

KAJIAN TEORI

A. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak
ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan
pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap
suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan
yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran
merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.

Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi


yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran
merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan,
perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi
pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya,
evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan
sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi
konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.

2. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah
suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik
untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.

Observasi SMA Sumatra 40 7


Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni
pengukuran, assessment dan evaluasi. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses
atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih
bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Unsur pokok
dalam kegiatan pengukuran ini, antara lain adalah sebagai berikut:

1) tujuan pengukuran,
2) ada objek ukur,
3) alat ukur,
4) proses pengukuran,
5) hasil pengukuran kuantitatif.

Sementara, pengertian asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan


estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf
pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggeris
evaluation yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian.
Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni:

a) Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.


b) Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas
tujuan yang jelas.
c) Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasilpengukuran untuk keperluan
pengambilan keputusan.

Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui bahwa
perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap pertanyaan
“what value” untuk evaluasi dan “how much” untuk pengukuran. Adapun asesmen berada di
antara kegiatan pengukuran dan evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan asesmen
ataupun evaluasi lebih dahulu dilakukan pengukuran

Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation) secara teoretik
definisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan
dan memisahkan batasan antara ketiganya, dan evaluasi pada umumnya diawali dengan
kegiatan pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment).

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guruakan mengetahui perkembangan hasil belajar,
intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta
didik. Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:

Observasi SMA Sumatra 40 8


a) perencanaan,
b) pengumpulan data,
c) verifikasi data,
d) analisis data, dan
e) interpretasi data.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru)
dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh
mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana
tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat
pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai

Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau


menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang,
maupun objek (Davies, 1981:3). Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1).

Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3).
Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara
umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan,
kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.

Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun
dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu
proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik.
Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses
pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.

Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang
dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.
Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah
Observasi SMA Sumatra 40 9
tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat,
dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat
dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan demikian mengevaluasi di sini
adalah menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang
telah dirumuskan atau belum.

Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh
pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian
evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang
dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran
yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran
dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan
penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan
pembelajaran secara kualitatif.

1. Fungsi Evaluasi

Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan
informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan

a) Fungsi evaluasi pembelajaran bagi guru adalah mengungkapkan kelemahan proses


kegiatan mengajar meliputi bobot materi yang disajikan, metode yang diterapkan, media
yang digunakan, dan strategi yang dilaksanakan.

b) Fungsi evaluasi bagi siswa yaitu mengungkapkan penguasaan materi pembelajaran

c) Mengungkapkan kemajuan individual maupun kelompok dalam mempelajari IPS

Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain
sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu.
b) Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.
c) Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
d) Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka
perbaikan.

Observasi SMA Sumatra 40 10


Selain fungsi di atas, penilaian juga dapat berfungsi sebagai alat seleksi, penempatan, dan
diagnostik, guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Penjelasan
dari setiap fungsi tersebut adalah:

a) Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi, yaitu
menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan kriteria tertentu.

b) Fungsi Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan penempatan


agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada jenis dan/atau jenjang
pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.

c) Fungsi Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan untuk


mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara mengatasi
kesulitan belajar tersebut.

1. Asas Evaluasi

Asas komprehensif: evaluasi harus meliputi keseluruhan pribadi siswa yang dievaluasi.
(kognitif, afektif, psikomotor)

Asas Kontinuitas: evaluasi wajib dilaksanakan scr berkesinambungan mulai dari pra- saat
proses- dan pasca pembelajaran.

Asas Obyektif: Evaluasi sehar8iusnya menilai dan mengukur apa adanya / non subyektif-

Hendaknya guru IPS setiap merancang test sebaiknya sesuai dengan asas-asas di atas

2. Macam-macam Evaluasi

Evaluasi dapat berupa tes dan Non test. Bentuk test obyektif, test esay, test lisan. Sedangkan
nontest meliputi tugas dan penampilan

3. Evaluasi Pembelajaran IPS


a) Evaluasi merupakan penilaian program, paroses dan hasil peandidikan.

b) Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu pengukuran.

c) Evaluasi dapat bersifat kualitatif dan juga bersifat kuantitatif.

d) Evaluasi kualitatif hasilnya beruapa peringkatsangat baik, baik, sedang, kurang, sangat
kurang

Observasi SMA Sumatra 40 11


e) Evaluasi kuantitatif berupa angka-angka hasil pengukuran

1. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

a) Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi :

1) Evaluasi diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-


kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.

2) Evaluasi selektif

Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat
sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

3) Evaluasi penempatan

Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam
program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.

4) Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan


meningkatan proses belajar dan mengajar.

5) Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan
kemajuan bekajra siswa.

a) Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :

1) Evaluasi konteks

Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan,
latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan

2) Evaluasi input

Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi
yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Observasi SMA Sumatra 40 12
3) Evaluasi proses

Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kelancaran
proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul
dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

4) Evaluasi hasil atau produk

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar
untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.

5) Evaluasi outcom atau lulusan

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni evaluasi
lulusan setelah terjun ke masyarakat.

a) Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran :

• Evaluasi program pembelajaran

Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,


strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.

• Evaluasi proses pembelajaran

Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis


besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

• Evaluasi hasil pembelajaran

Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan


pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek
kognitif, afektif, psikomotorik.

a) Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi

Berdasarkan objek :

• Evaluasi input

Observasi SMA Sumatra 40 13


Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.

• Evaluasi tnsformasi

Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain


materi, media, metode dan lain-lain.

• Evaluasi output

Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.

Berdasarkan subjek :

• Evaluasi internal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.

• Evaluasi eksternal

• Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya
orangtua, masyarakat.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dan sejumlah mata pelajaran sosial. Materi
dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti geografi, sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi
sosial, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum dan ilmu-ilmu sosial lainnya menjadi bahan baku
bagi pelaksanaan pangajaran di sekolah dasar dan menengah.

Ilmu Pengetahuan Sosial di SMA memang merupakan ilmu sosial yang wajib di kembangkan
secara mendalam. Karena meskipun merupakan bidang ilmu yang dominan terhadap hapalan
dan teori, tetapi manfaat dan tujuan dari IPS tersebut dikembangkan atas dasar pemikiran
bahwa pendidikan ilmu-ilmu sosial pada hakikatnya adalah pendidikan suatu disiplin ilmu
karena berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak.

Evaluasi diartikan sebagai keputusan mengenai hasil belajar atau proses belajar ilmu-ilmu
sosial yang didasarkan atas standar dan kriteria yang digunakan sesuai dengan tujuan

Observasi SMA Sumatra 40 14


evaluasi. Tiga atribut penting evaluasi yang dikemukakan adalah kriteria standar, tujuan dan
fungsi evaluasi, serta keputusan evaluasi.

B. Saran
Dalam menentukan cara belajar siswa khususnya dalam IPS, guru hendaklah berpatokan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Cara belajar yang ditentukan untuk mempelajari suatu materi haruslah sesuai
bersesuaian dengan cara belajar yang telah ditentukan kurikulum mengenai pokok
bahasan
b. Cara belajar yang memerlukan waktu yang lebih sedikit dengan hasil yang sama
haruslah dipilih sebagai cara belajar lain yang memerlukan waktu lebih lama
c. Cara belajar yang dipilih haruslah efektif dan ekonomis, artinya satu kegiatan belajar
haruslah mampu untuk mempelajari berbagai jenis materi dan mencapai lebih dari
satu tujuan

LAMPIRAN
(HASIL WAWANCARA)

Narasumber : Dede Ruswanda S.Pd


(Guru Mata Pelajaran Geografi SMA Sumatra 40)

Pertanyaan Wawancara:

1. Apakah ada kendala atau permasalahan yang dirasakan oleh guru yang dapat
mempengaruhi kualitas belajar siswa?
2. Sumber apa saja yang digunakan oleh guru terkait dengan pembelajaran materi mata
pelajaran Geografi?
3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan optimalisasi proses
pembelajaran?
4. Hubungan/kaitan antara materi yang diajarkan oleh guru terhadap lingkungan belajar
siswa?
5. Bagaimanakah minat siswa terhadap bidang studi IPS dalam mata pelajaran Geografi
yang diajarkan oleh guru?

Jawaban Dari Wawancara:


Observasi SMA Sumatra 40 15
1. Ada, yakni lingkungan (kegiatan awal) pada saat proses pembelajaran dimulai. Guru
dituntut dapat mengendalikan siswa agar siap menerima pelajaran.
2. Sumber yang dalam mata pelajaran geografi ini ialah:
• -standar elektronik (S.E)
• internet
Khusus untuk siswa kelas 3 ini yang akan menghadapi UN di fokuskan membuat
soal soal.
1. Upaya-upaya yang dilakukan adalah:
• -pemantapan
• -ada system kompetensi, contohnya: pemberian nilai(penghargaan) kepada siswa yang
berprestasi, lalu diberikan hukuman bagi siswa yang tidak membuat tugas
(hukumannya tidak mengunakan kekerasan).
1. Dikarenakan siswa kelas 3 fokus pada UN maka mereka mau tidak mau harus menerima
materi yang di sampaikan oleh guru, apa yang mereka butuhkan kita (guru) berikan agar
informasi tentang UN dapat tersampaikan. Karena pentingnya materi pelajaran yang
berkaitan dengan UN, guru memberikan motivasi agar siswa siap dalam menghadapi
UN. Intinya adalah guru memberikan materi yang berkaitan dengan UN.
2. Secara keseluruhan bidang studi IPS berbeda dengan IPA pada umumnya bidang studi
IPS itu banyak hafalan/materi jadi membuat siswa malas untuk belajar, apabila kita
(guru) memberikan kreasi dalam memberikan pelajaran, siswa akan tertarik. Karena
perbedaan konsentrasi; intelegency; dan sikap dalam menerima pelajaran guru harus
mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa agar tidak turun. Jadi dalam proses
pembelajaran guru memberikan motivasi yang sangat besar kepada siswa ibaratnya ¼
waktu pembelajaran digunakan untuk memberikan motivasi dan ¾ waktu diberikan
pembelajaran.
3. Kiat khusus dalam pembelajaran yakni: anak dituntut untuk selalu bertanya kepada guru
tentang materi yang tidak dimengerti dan bertanya kepada teman yang mampu menjawab
dengan benar tentang materi yang disampaikan oleh guru, intinya adanya komunikasi
diantara siswa dan guru.
4. Dalam pemberian tugas:
• Guru memberikan tugas berupa membuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
UN (khusus siswa kelas 3) yang ditulis dalam buku tugas dan dikumpulkan setiap 1
minggu sekali. Tetapi dikarenakan siswa kelas 3 sedang fokus terhadap UN maka saat
ini tugas tersebut jarang diberikan.

Observasi SMA Sumatra 40 16


DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Hamid, 1996. “Pendidikan Ilmu Sosial”. Depdikbud Dirjen Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik, Jakarta.

Hasan, Zaini, 1996. “Pengantar Ilmu Sosial”. Depdikbud Dirjen Proyek Pendidikan Tenaga
Akademik, Jakarta.

Observasi SMA Sumatra 40 17

You might also like