You are on page 1of 16

“KEDUDUKAN YURIDIS FATWA MUI TENTANG ALIRAN SESAT” 1

Oleh :
Asri Wijayanti
The MUI fatwa could be made the foundation of the condemnation law if has was
made the foundation of consideration of the judge who interrupted the case and has
become the verdict. Or became the legislation regulation in accordance with the
provisions psal 7 articles (1) No. UU 10 in 2004. 
Pendahuluan
      Akhir- akhir ini di masyarakat bermunculan adanya aliran sesat, pelecehan
agama dan upaya pendangkalan kaidah. Kemunculan aliran sesat itu tidak hanya di
tengah umat Islam, tetapi juga di Kristen, Buddha, dan Hindu2. Contoh aliran sesat
adalah al-Qiyadah al-Islamiyah, pengajian Alquran Suci, kerajaan Tuhan "Eden".
      “Aliran sesat” ditinjau dari arti bahasa terdiri dari dua kata yaitu aliran dan
sesat. Kata aliran berasal dari kata dasar alir yang mendapat akhiran -an. Arti kata
aliran adalah sesuatu yang mengalir (tentang hawa, air, listrik dan sebagainya);
sungai kecil, selokan, saluran untuk benda cair yang mengalir (seperti pipa air);
gerakan maju zat alir (fluida), misal gas, uap atau cairan secara berkesinambungan 3.
Arti kata sesat adalah salah jalan, tidak melalui jalan yang benar, salah, keliru,
berbuat yang tidak senonoh, menyimpang dari kebenaran4.
      Pengertian aliran sesat apabila dikaitkan dengan arti katanya dapat dimaknakan
sebagai suatu gerakan yang berkesinambungan (terus menerus) yang menyimpang
dari kebenaran. Penyimpangan kebenaran dalam hal ini dikaitkan dengan ajaran
agama yang diakui di Indonesia. Aliran sesat yang dicontohkan dalam makalah ini
adalah aliran sesat yang terjadi pada umat Islam. Bagi umat Islam di Indonesia, telah
ada suatu wadah atau lembaga yang berusaha untuk menjaga kemurnian ajaran
agama Islam, yaitu Majelis Ulama indonesia (selanjutnya disingkat dengan MUI).
Pada tanggal 9 November 2007 MUI telah mengeluarkan fatwa tentang 10 kriteria
aliran sesat.
Isu Hukum  :
      Dari uraian di atas muncul isu hukum (masalah) adalah apakah fatwa MUI dapat
dijadikan dasar hukum pemidanaan? 
Fakta
      Fakta yang ada, aliran sesat akhir-akhir ini, bermunculan di masyarakat. Sejak
2001 hingga 2007, sedikitnya ada 250 aliran sesat yang berkembang di Indonesia.
50 Di antaranya tumbuh subur di Jawa Barat.5
      Vonis tentang aliran sesat sudah dijatuhkan hakim pada pemimpin kerajaan
tuhan Eden yaitu Lia Aminudin yang mengaku sebagai Jibril Ruhul Kudus dari
kerajaan Tuhan "Eden". Sedangkan aliran sesat al-Qiyadah al-Islamiyah dan
Pengajian al Qur’an suci masih dalam proses hukum. Sebelum itu, ada kasus Yusman
Roy yang melakukan sholat dengan bahasa Indonesia. Menurut kelompok Islam
Liberal,
Kasus shalat dengan dua bahasa (Arab dan Indonesia) yang dilakukan komunitas
“Pondok I’tikaf Ngaji Lelaku” di Malang Jawa Timur pimpinan Muhammad Yusman
Roy, telah mengarah pada praktik persekusi yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok agama yang tidak setuju dengan hal tersebut. “Pemegang” otoritas
keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) bukan saja telah mengeluarkan
“fatwa” yang menganggap sesat atas Yusman Roy dan pengikutnya, tapi juga telah
menuduh mereka telah melakukan penodaan agama. MUI dan lembaga-lembaga
yang mengklaim sebagai pemegang otoritas keagamaan terus-menerus memosisikan
diri sebagai satu-satunya penafsir tunggal agama.6
      Munculnya aliran sesat al-Qiyadah al-Islamiyah terkait kondisi terpuruknya
ekonomi serta gagasan tentang ratu adil dan penyelamatan. Para pengikutnya adalah
orang-orang yang merasa kehilangan harapan ke depan sehingga kemunculan tokoh
seperti Ahmad Mushaddeq memang ditunggu-tunggu mereka. Menurut Hasyim
adanya  aliran sesat mirip saat masa prolog G30S PKI pada tahun 1964-1965.7
      Mushaddeq yang bernama asli Abdul Salam itu sebelumnya aktif melatih bulu
tangkis mulai 1971-1982. Setelah tidak melatih, dia mempelajari al-Quran secara
otodidak. Setelah itu, dia punya pemahaman dan keyakinan sendiri sehingga
akhirnya mengaku telah mendapatkan wahyu kerasulan melalui mimpi saat berada di
Bogor sekitar enam tahun silam. Dia mengaku menerima wahyu setelah berpuasa
siang-malam selama 40 hari. Selanjutnya, dia mendirikan al-Qiyadah al-Islamiyah
dan mengaku sebagai rasul bergelar al-Masih al-Maw’ud.8
      Al-Qiyadah beranggapan bahwa Islam sudah hancur, Nabi Muhammad sudah
selesai sehingga digantikan olehnya, menganggap shalat dan puasa Ramadhan belum
wajib terkait dengan tahapan yang masih dalam masa perjuangan di Mekah.
Perjuangan yang mereka tempuh dilakukan dalam enam tahap, yaitu: perjuangan
rahasia, perjuangan terang-terangan, hijrah, perang, futuh (merebut) Mekah dan
membangun Khilafah yang diramal akan terjadi pada 2024. Pengikut Al Qiyadah
Diperkirakan 8.000 Orang. Pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah yang menyerahkan
diri dan ditangkap belum mencapai 100 orang.9
      Keberadaan Al-Qiyadah al-Islamiyah ini sangat meresahkan kehidupan beragama
di masyarakat, khususnya bagi umat Islam. Ajaran yang disampaikan oleh aliran Al-
Qiyadah al-Islamiyah yang dipimpin oleh Mushaddeq bertentangan dengan ajaran
agama Islam.
      Aliran sesat yang lainnya adalah Pengajian al Qur’an suci, diduga telah
mengakibatkan hilangnya mahasiswa-mahasiswi. Sejak 9 September 2007,
mahasiswi D-III Politeknik Pajajaran “Insan Cinta Bangsa” Bandung, Semester III,
Achriyanie Yulvie (19), warga Perumnas Bumi Telukjambe Blok T Nomor 536 RT
06/11, Kabupaten Karawang, Jabar, tidak diketahui keberadaannya, setelah
mengikuti pengajian “al-Qur`an Suci”10
      Cara perekrutan jamaah pengajian “al-Qur`an Suci” dilakukan dengan sistem
berantai atau mirip Multi Level Marketing (MLM). Jamaah yang sudah masuk,
diwajibkan mengajak orang lain lagi untuk masuk ke kelompok itu. Begitu
seterusnya, mirip system penjualan MLM. Jamaah yang direkrut harus pintar,
pemikir dan pendiam11.  
      Selain ingkar sunnah aliran ini juga sesat karena ingkar Al Qur’an dengan
mengajarkan perzinahan. Banyak gadis-gadis yang menghilang dari keluarganya
karena berkumpul bersama dan berzinah bersama kelompok Aliran Al Qur’an Suci.12
      Pertanyaan yang muncul berkaitan dengan hal ini adalah, mengapa yang dicari
adalah orang yang mempunyai kelebihan intelektual ?   
Fatwa MUI
      Pada tanggal 9 November 2007, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah
mengeluarkan 10 kriteria aliran sesat. Apabila ada satu ajaran yang terindikasi
punya salah satu dari kesepuluh kriterai itu, bisa dijadikan dasar untuk masuk ke
dalam kelompok aliran sesat
1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul,
Hari Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat
syahadah, sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran
dan as-sunah),
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i13
      Terhadap adanya Fatwa MUI ini, Susilo Bambang Yudhoyono mendukung.
"Presiden tidak bisa mengeluarkan fatwa dan setelah fatwa keluar, perangkat negara
sesuai wewenangnya menjalankan tugas. Paduan inilah yang diharapkan terus terjalin
diwaktu yang akan datang, karena negara harus dikelola dengan sistem agar tidak
merugikan kita semua,"14
Analisis hukum
      Kedudukan hukum fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 9 November
2007 tentang 10 kriteria aliran sesat, sebagai dasar pemidanaan berkaitan dengan
apakah fatwa MUI merupakan suatu sumber hukum di Indonesia.
      Pengertian sumber hukum adalah apa saja yang menimbulkan aturan- aturan 
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa. (Aturan itu kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata). Sumber hukum ada dua macam :
1. Sumber hukum materiil
2. sumber hukum formil
      Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum
(Perasaan / keyakinan individu dan pendapat umum yang membentuk dan
menentukan isi hukum).  Macam sumber hukum materiil tergantung dari tinjauan
atau sudut pandang para ahlinya, misalnya tinjauan ahli ekonomi, ahli sosiologi, ahli
agama, ahli sejarah ahli filsafat, ahli hukum, yang menyebabkan timbulnya hukum
adalah aturan yang mengatur.
      Sedangkan sumber hukum dalam arti formil artinya sumber hukum yang dikenal
dari bentuknya. (Tempat di mana dapat ditemukan dan dikenal hukum).  Sumber
hukum dalam arti formil terdiri dari :
a. Peraturan perundang-undangan. Jenis dan herarkinya berdasarkan
ketentuan Pasal 7 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. (Lembaran Negara
Tahun 2004 nomor 53, selanjutnya disebut dengan UU No. 10 Tahun
2004), yaitu :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah.
2. Hukum kebiasaan.  Artinya perbuatan manusia yang dilaksanakan berulang-
ulang , diterima oleh masyarakat dengan baik, jika berlawanan dirasa sebagai
pelanggran perasaan hukum
3. Jurisprudensi.   Ada dua macam sifatnya yaitu yang bersifat tetap  dalam arti
keputusan hukum itu dituruti atau dijadikan dasar dalam perkara yang sama.
Selain itu juga ada yang bersifat tidak tetap apabila hanya dijadikan pedoman
untuk perkara yang sama. Arti jurisprudensi adalah rentetan putusan hakim
mengenai hal-hal tertentu yang dianggap baik untuk diikuti oleh hakim –
hakim yang lain jika hakim menghadapi perkara yang sama. Dalam hal ini
hakim adalah sebagai sumber hukum dalam arti putusannaya bebas, dapat
dijadikan dasar bagi pemutusan hukum.
 
      Selanjutnya, dimanakah kedudukan hukum fatwa MUI dalam peraturan
perundang-undangan RI  Yang termasuk dalam produk hukum adalah yang
tercantum dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 ?  Fatwa MUI
bukan merupakan suatu produk hukum. Karena bukan merupakan produk hukum
akibatnya tidak mempunyai kekuatan untuk mengikat. Artinya setiap orang Islam
yang berada di Indonesia tidak mempunyai kewajiban secara yuridis untuk
mentaatinya. Ditaati atau tidak isi dari Fatwa MUI tergantung dari tingkat keimanan
atau kualitas beragama seseorang.
      Mereka yang berstatus murtad apakah dapat diterapkan tindakan hukum ?  tentu
tidak dapat. Indonesia bukanlah Negara agama yang mendasarkan pada satu
ketentuan agama.  Ketentuan atau ajaran agama dapat mengikat penduduk dan
warganegara Indonesia apabila ketentuan agama itu sudah dilegal-kan ke dalam suatu
peraturan perundang-undangan.
      Fatwa MUI dapat dikategorikan ke dalam jenis norma/ kaedah sosial. Norma
social tidak diatur oleh undang-undang. Pengaturan norma hukum harus terperinci
berdasarkan asas legalitas. Norma hukum mengikat karena ada sanksi yang tegas dari
penguasa. Norma sosial mengikat karena dipatuhi oleh anggota masyarakat.
Berlakunya apabila masyarakat menerima kaidah sosial itu sebagai sesuatu yang
harus ditaati.
      Menurut KH Didin Hafiduddin, mereka penyebar atau pengikut aliran sesat mau
diapakan? Diusir? Dibubarkan? "Keputusan fatwa itu tidak eksekutorial, berbeda
dengan putusan pengadilan," "Peran fatwa adalah memberikan pendapat hukum.
Eksekusi di tangan pemerintah. Produk fatwa memang tidak mengikat. Statusnya
sama dengan hasil ijtihad individual. Ia hanya mengikat bagi pihak yang berfatwa
dan berijtihad. Produk hukum Islam yang mengikat secara publik ada dua: putusan
pengadilan dan peraturan perundangan produk penguasa."15
      Selanjutnya, apabila  Fatwa MUI bukan termasuk produk hukum, apakah masih
diperlukan ? Jawabannya adalah sangat dibutuhkan. Fatwa MUI sebagai sumber
hukum materiil yang dapat dijadikan dasar dalam pembentukan sumber hukum
formil baik melalui peraturan perundang-undangan maupun putusan pengadilan.
      Berkaitan dengan hal itu, terdapat ketentuan Pasal 156 jo 156 a Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, yaitu :
Pasal 156.
  (s.d.u. dg. S. 1918-292, 293; UU No. 18/Prp/1960.) Barangsiapa menyatakan rasa
permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan
rakyat Indonesia di muka umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (KUHP 154
dst.)
Yang dimaksud dengan "golongan" dalam pasal ini dan pasal berikutnya ialah tiap-
tiap bagian dari rakyat Indonesia yang berbeda dengan suatu atau beberapa bagian
lainnya karena ras, negeri asal, agama, tempat asal, keturunan, kebangsaan atau
kedudukan menurut hukum tata negara. 
Pasal 156 a.
(s.d.t. dg.  UU No. 1 /Pnps / 1965.) Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau
melakukan perbuatan:
a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap
suatu agama yang dianut di Indonesia;
b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga, yang
bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.
      Pasal 156 jo 156 a KUHP hanya menyebutkan bahwa seseorang dapat diancam
maksimal 5 tahun penjara apabila dengan sengaja di muka umum mengeluarkan
perasaan atau melakukan perbuatan penodaan agama. Dalam kasus al-Qiyadah al-
Islamiyah, pengajian Alquran Suci, kerajaan Tuhan "Eden" mereka dapat  dituntut
sesuai dengan ketentuan Pasal 156a KUHP.
      Kriteria penodaan agama belum ada apabila kita meninjaunya secara yuridis
dalam peraturan perundang-undangan.  Untuk itulah 10 kriteria aliran sesat oleh
MUI pada tanggal 9 November 2007 dapat dijadikan dasar oleh hakim yang
memeriksa dan memutus perkara dalam penjatuhan sanksi pidananya.
      Terhadap strafmaxima ( ancaman hukuman maksimal) pada ketentuan Pasal 156
dan 156 a KUHP, menurt Rudy Satryo, dengan hukuman maksimal 3 tahun, terlalu
ringan sehingga aliran-aliran yang meresahkan masyarakat selalu muncul kembali.
Ringannya hukuman tersebut juga membuat para pimpinan aliran sesat tidak merasa
jera. Ia mencontohkan Lia Aminuddin (Lia Eden), yang mengaku sebagai Jibril
Ruhul Kudus, hanya dijatuhi hukuman 2 tahun, bukan hukuman maksimal.
Tidak maksimalnya sanksi pidana dapat dijadikan pengikut aliran sesat untuk
menyusun strategi. Misalnya Lia Aminuddin tatkala baru beberapa jam menghirup
udara bebas dari sel penjara, menyatakan "Kami akan terus mengamalkan ajaran
yang kami yakini,". Bahkan tanpa merasa risi, Lia Aminuddin dan pengikutnya
bersalaman dengan tetangga di rumahnya, sebagai suatu simbol "diri Lia Aminuddin
dan pengikutnya tidak bermasalah dengan lingkungan setempat”.
      Di antara tokoh atau pengurus jemaah --yang disebut-sebut sesat-- itu pernah ada
yang menjalin interaksi yang erat dengan insan pers dan cenderung berusaha
"mendayagunakan" kedahsyatan pers untuk menyebarluaskan ajaran-ajarannya.
Karenanya pula, acapkali berlangsung acara-acara silaturahmi atau dialog yang
dilakukan oleh para tokoh atau pengikut ajaran sesat itu dengan insan pers. Seolah-
olah hidup di penjara atau dicaci-maki oleh masyarakat luas, bukanlah sesuatu yang
harus "mematikan" langkahnya dalam meyakini dan mengamalkan ajaran
sesatnya.".16
      Keberadaan sanksi hukum dimasyarakat untuk kasus ini dirasa masih sangat
ringan. Diperlukan adanya penerapan sanksi social. "Dengan merasa dikucilkan dan
tidak diterima kehadirannya oleh masyarakat, maka akan lebih efektif dibandingkan
dengan hukuman penjara “. 17 
Kesimpulan
      Fatwa MUI dapat dijadikan dasar hukum pemidanaan apabila telah telah
dijadikan dasar pertimbangan hakim yang memutus perkara dan sudah menjadi
vonis. Atau telah menjadi peraturan perundang-undangan sesuai dengan ketentuan
psal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004.  
 
 
 
 
Daftar Rujukan 
Dessy Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Karya Abdi Tama, Surabaya,
2001. 
“Menguak Misteri Aliran Sesat “, http://www.pikiran-rakyat.com /cetak /2007
/112007/05/selisik/utama01.htm.
“Pakar Hukum: Hukuman bagi Pimpinan Aliran Sesat Terlalu Ringan
“http://www.antara.co.id /arc/2007/11/1/
 
“Menyikapi al-Qiyadah al-Islamiyah”,  http://www.cmm.or.id /cmm-ind_more .php 
? id=4928 _0_3_0_C 
“Maraknya Aliran Sesat Mirip Prolog G30S PKI Tahun 1965”,   
http://hariansib.com    /2007/11/01/ maraknya -aliran-sesat-mirip-prolog-g30s-pki-
tahun-1965//
“Hilangnya Gadis-gadis karena Aliran Sesat Al Qur’an Suci”,
http://www.media-islam.or.id  /2007/10/31/hilangnya-gadis-gadis-karena-aliran-
sesat-al-quran-suci/
“Pengajian Alquran Suci Jaring Jamaah Mirip MLM”,Erna Mardiana–
detikcom,http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/10/tgl/
04/time/123032/idnews/837829/idkanal/10
“MUI: 10 (Sepuluh) Kriteria Aliran Sesat”, http://www.media-islam.or.id
/2007/11/09/mui-sepuluh-kriteria-aliran-sesat/
“Presiden Dukung Langkah Tegas Terhadap Aliran Sesat
“http://www.antara.co.id /arc/2007/11/5/presiden-dukung-langkah-tegas-
terhadap-aliran-sesat/
http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=860
http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=822
Misi Pemurtadan (di Sumbar) yang Makin Berani

Oleh : Fakta 24 Sep, 04 - 12:49 am

Targetnya 160 Juta Rakyat Indonesia Menjadi Pengikut Kristus


Beberapa waktu lalu, kota Tilatang Kamang Kabupaten Agam, Sumatera Barat,
dikejutkan dengan penemuan �Al-Quran Beryesus�. Forum Aksi Bersama Anti
Pemurtadan Sumatera Barat bekerja sama dengan tiga perguruan tinggi Islam yaitu
STAIPIQ Padang, STAIN M. Djamil Djambek, Bukit Tinggi dan STAIN
Muhammad Yunus, Batu Sangkar, melakukan penelitian dan menemukan sejumlah
kejanggalan dalam �Al-Quran Beryesus� itu.

Di sampul bagian dalam �Al-Quran� terdapat tulisan Yesus dan panduan misa,
berupa bait-bait lagu gereja. Sedangkan isinya, setelah diteliti, terdapat 36 kesalahan
dalam kitab suci tersebut. Al-Quran tersebut tidak ditulis sesuai dengan standarisasi
penulisan yang benar. Kesalahan-kesalahan tersebut, berpotensi menyesatkan dan
menimbulkan keraguan di kalangan umat Islam.

Kasus semacam ini, sebenarnya sudah yang kedua kalinya. Menurut Ketua Forum
Aksi Bersama Anti Pemurtadan di Jakarta Abu Dedaat, kasus pertama pernah terjadi
di Padang Sidempuan. Oleh sebab itu Abu Dedaat menyatakan kasus ini harus segera
dituntaskan supaya tidak terulang lagi. Aparat berwenang seharusnya tidak lagi
melihatnya semata-mata sebagai kasus yang bernuansa SARA, tapi ada unsur
kesengajaan. "Bukan tidak mungkin ini adalah cara dari kelompok misionari dalam
menyebarluaskan gerakan pemurtadan di Ranah Minang yang kabarnya sedang
gencar dilakukan," kata Abu Dedaat.

Abu Dedaat punya alasan kuat dengan dugaannya itu. Wilayah Sumatera Barat,
menurut Abu Dedaat, menjadi salah satu target misi pemurtadan di Indonesia.
Wilayah Sumatera Barat, bersama wilayah Jawa Barat dan Aceh, dianggap menjadi
wilayah yang paling sulit ditembus oleh misi Kristenisasi, karena mayoritas
penduduknya menganut Islam yang taat. Di kalangan misionaris, kata Abu Dedaat,
ketiga wilayah tersebut menjadi tantangan tersendiri. Kalau salah satunya, utamanya
wilayah Jawa Barat, bisa ditembus, maka misi Kristenisasi di wilayah lain dianggap
akan lebih mudah dilakukan.

Targetnya 160 Juta Rakyat Indonesia Menjadi Pengikut Kristus

Misi Kristenisasi atau gerakan pemurtadan, sebenarnya sudah menjadi rahasia umum
di negeri ini. Ini, menurut Abu Dedaat tidak lepas dari misi global Kristenisasi yang
menargetkan 50 persen penduduk dunia menjadi pengikut Kristus, seperti yang
tercantum dalam buku Sejarah Gereja. �Mereka melihat Indonesia sebagai lahan
yang subur, karena mayoritas penduduknya beraga Islam dan merupakan negara
Islam terbesar kedua di dunia. Misi Kristenisasi di Indonesia menargetkan 160 juta
rakyat Indonesia atau sekitar 80 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah
lebih dari 200 juta orang, harus menjadi penganut agama Kristen,� papar Abu
Dedaat.

Soal misi pemurtadan ini sendiri diakui oleh Pendeta Dr. Martin Sinaga, dosen
Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta. Dalam artikel di majalah Pantau, dia
menyatakan bahwa Kristenisasi bukan ilusi dan itu sungguh-sungguh terjadi. "Pada
awalnya misi Kristenisasi dibebani oleh pemerintah kolonial yang didukung Belanda,
tapi kurang berhasil. Selanjutnya, misi ini dibebani oleh negara-negara terutama
Amerika Serikat, yang sulit dipungkiri punya media dan uang untuk melancarkan
misionari itu," ujar Pendeta Martin Sinaga dalam wawancara dengan majalah Pantau.

Media Dakwah No.192 yang terbit pada bulan Juni 1990, pernah memuat sebuah
dokumen rahasia Program Jangka Panjang Kristenisasi di Indonesia, yang dimuat
majalah Crescent Internasional terbitan Toronto, Canada, edisi 16-30, November
1988, termasuk keputusan Dewan Gereja Indonesia di Jakarta, tanggal 31 September
1979 yang isinya, 'Program Kristenisasi diatur hampir di seluruh dunia terutama di
negara-negara Muslim. Dunia ini hanya akan damai apabila seluruh dunia berhasil
dikristenkan. Inilah yang menjadi tujuan dari kita kaum Kristen. Untuk tujuan
tersebut kita kaum Kristen Indonesia harus bersatu. Usaha untuk mengkristenkan
orang muslim di Indonesia didukung oleh negara-negara yang kuat seperti Amerika,
Inggris, dan lain-lain. Kita kaum Kristen akan dengan amat mudah mendapatkan
dana, setiap saat dari Amerika. Program Kristenisasi ini adalah tugas kita yang suci
dan kita harus berhasil dlm melaksanakannya. Dan lagi, penting untuk diketahui dan
disadari bahwa agar mencapai sukses dlm usaha kristenisasi, yang terpenting bagi
kaum Kristen adalah bersatu dahulu. Kita kaum Kristen di Indonesia selalu dicintai,
diberkati, dan dilindungi oleh Yesus.� Target mereka, dalam jangka 50 tahun
jumlah umat Kristen di Indonesia sama dengan populasi umat Islam.

Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka membuat konsep dengan tujuan mengurangi
umat Islam di Indonesia, antara lain dengan cara propaganda membatasi kelahiran
lewat program KB di kalangan umat Islam, sementara di kalangan Kristen, justru ada
kewajiban untuk membantu mereka yang ingin punya anak banyak, dan jika orang
bersangkutan miskin harus diberi fasilitas secara materil maupun moril, dan banyak
cara lainnya yang mencakup hampir semua aspek kehidupan mulai dari ekonomi,
pendidikan, sosial dan budaya.

Catatan lainnya soal gerakan pemurtadan, dan ini mungkin ini bisa dikaitkan dengan
�Al-Quran Beryesus� di atas, sejak akhir April 2002 lalu muncul selebaran di
kantong-kantong Muslim seperti Jombang, Bangil, dan Madura yang isinya berupa
tiruan surat dalam al-Quran. Tulisan itu sebenarnya merupakan turunan atau
terjemahan dari Furq�nul Haqq alias The True Furqan (Quran Asli) yang dirilis
pertama kali pada April 1999 oleh Komite Eksekutif Proyek Omega2001 .

Proyek ini merupakan satu dari sekian mega proyek misi Kristiani dengan tugas
khusus antara lain membuat tiruan al-Quran sebagai alat penyebaran agama
Nasrani/Kristen Dalam versi komersialnya, buku tersebut ditulis oleh seorang pastor
evangelis Amerika, Dr. Anis Shorrosh dengan menggunakan nama Al-Safee dan Al-
Mahdi. Menurut Shorrosh, lebih dari 1 miliar Muslim di 69 negara merupakan
kekuatan yang harus diwaspadai. Mereka sedang menegakkan syariat Islam di
Nigeria, Indonesia, Somalia, Iran, dan Pakistan. Untuk mencegah hal tersebut, salah
satu caranya adalah dengan menyebarluaskan The True Furqan ini ke tengah-tengah
masyarakat Muslim hingga al-Quran milik Islam dipandang sudah menyimpang oleh
umatnya, seperti dikutip Republika (7/5/2002).

Dari sini jelas bahwa maksud dibuatnya tiruan al-Quran itu adalah untuk
menghadang penegakkan syariat Islam dan mata rantai yang saling berhubungan
untuk mencegah tegaknya Islam.

Ketua Forum Bersama Aksi Pemurtadan Jakarta, Abu Dedaat mengungkapkan,


setidaknya ada dua pola yang dilakukan para misionaris di Indonesia saat ini dalam
melakukan aktivitas pemurtadan.
�Yang pertama, pola pembinaan dengan menciptakan kondisi �utang budi�
terhadap orang yang dimurtadkan. Misalnya dengan memberi bantuan sosial dan
sejenisnya.
Pola kedua adalah penghancuran aqidah agar umat Islam tidak percaya dengan ajaran
agamanya sendiri,� jelas Abu Dedaat.

Selain itu kata Abu Dedaat, kaum misionaris ini juga berupaya mempromosikan
konsep teologi pluralis yang menganggap semua agama sama. Kalau masyarakat
sudah menganggap agama Islam dan Kristen sama, maka mau pindah agama pun
tidak jadi masalah. Konsep ini disebarkan melalui kelompok-kelompok kecil.

Cara pendangkalan Aqidah ini juga dilakukan melalui istilah. Ketua Lembaga
Dakwah Ulil Albab, Kodiran, yang juga giat melawan gerakan pemurtadan
mengungkapkan, istilah-istilah Islam dipakai oleh orang Kristen kemudian
didangkalkan pengertiannya. �Misalnya istilah iman, kalau ditanya ke anak-anak
sekolah iman artinya percaya, iman percaya itu istilah Kristen. Iman menurut Islam,
taat kepada Allah dan taat pada rasul. Istilah Agama juga sama, masyarakat
mengatakan agama adalah kepercayaan atau keyakinan. Itu istilah Kristen. Sementara
istilah agama Islam, berasal dari Dinul Islam, petunjuk tata cara kehidupan manusia
dari Allah,� papar Kodiran pada Eramuslim.
Mengapa Umat Islam Mudah Terpengaruh?

Masalah Kristenisasi, menurut ketua Fakta Abu Dedaat, satu dari 3 persoalan besar
yang dihadapi dunia Islam sekarang ini. Persoalan lainnya antara lain, gerakan zionis
Israel dan imperialisme barat yang diistilahkan sebagai segitiga imperialisme.

Kondisi ekonomi dan kualitas keIslaman masyarakat kita, tidak bisa dipungkiri
sebagai salah satu faktor seseorang mudah terpengaruh untuk pindah ke agama lain.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Kodiran dari Lembaga Dakwah Ulil Albab. Ia
berpendapat, salah satunya adalah keengganan untuk mempelajari Al-Quran.
�Banyak umat Islam masih beranggapan Al-Quran hanya sebagai bahan bacaan
saja, bukan sebagai pelajaran atau sebagai pedoman hidup. Karena jauh dari Al-
Quran, umat Islam banyak yang tidak tahu, perintah apa yang ada di Al-Quran dan
tidak tahu apa tujuan hidupnya, apakah sudah sesuai dengan Al-Quran,� kata
Kodiran.

Selain itu, tambah Kodiran, umat Islam cepat terpengaruh karena mereka tidak tahu
apa itu Kristen. �Saya sudah uji coba, orang yang sebodoh apapun, semiskin
apapun, kalau dia dikasih tahu apa itu Kristen, dia tidak mau pindah agama. Karena
Kristen beda dengan Islam. Islam itu mengabdi pada Allah, sehingga manusia
selamat dunia akhiat. Tapi Kristen itu sebenarnya kepercayaan terhadap Yesus dan
Tuhan sebagai juru selamat,� ujar Kodiran yang sering memberikan pengajaran di
bidang Kristologi.

Oleh sebab itu ia memberi solusi, agar umat Islam tidak mudah terpengaruh pindah
ke agama lain dengan membentengi terlebih mereka terlebih dahulu, dengan
memperbaiki metode pengajaran Al-Quran misalnya dan memberi informasi dengan
jelas apa bagaimana sebenarnya Kristen itu.
Sementara itu, Ketua Fakta Abu Dedaat cenderung menekankan pada pentingnya
umat Islam menyamakan misi dan visinya bahwa Islam adalah agama Rahmatan
�Alamiin. Agama Dakwah. �Perlu mensinergikan elemen-elemen umat Islam dan
lembaga-lembaga Islam yang ada. Dakwah yang selama ini terkesan parsial, harus
disinergikan dan bekerjasama untuk membendung pemurtadan,� ujar Abu Dedaat.
Fakta Kegiatan Pemurtadan di Indonesia

Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa tujuan pemurtadan di Indonesia tidak
lain untuk memperbesar populasi penganut kristus. Ketua Fakta Abu Dedaat maupun
Ketua Lembaga Dakwah Ulil Albab, Kodiran mengakui bahwa jumlah umat Islam
saat ini makin menurun, sementara jumlah umat nasrani menunjukkan
kecenderungan meningkat.

Sayangnya, sulit untuk mencari akurasi data ini, karena memang tidak ada lembaga
yang khusus mengani masalah ini. Tapi perbandingan angka dari BPS mungkin bisa
menjadi acuan. Beradasarkan survey BPS tahun 1990, dari 200 juta jiwa rakyat
Indonesia, 87,3 persennya beragama Islam. Sementara umat Kristen Protestan 6
persen, Katolik 3,6 persen, dan selebihnya penganut agama lain.

Dalam rentang waktu 9 tahun, ternyata terjadi penurunan jumlah umat Islam yang
cukup signifikan, seperti dimuat dalam tabloid SIAR edisi No.43, November, 1999.
Tabloid itu menuliskan, jumlah umat Islam yang pada survey BPS tahun 1990
prosentasenya mencapai 87 persen lebih, turun drastis menjadi 75 persen.

Terlepas dari apa saja penyebab penurunan itu, hasil temuan Litbang Departemen
Agama bisa dicermati. Menurut hasil temuan itu, ada 2 hal penyebab penurunan
populasi umat Islam, yaitu keberhasilan program KB yang gencar dilakukan pada
kaum Muslimin, tapi tidak pada kaum non Muslim. Sehingga pertumbuhan populasi
umat Kristen jauh lebih cepat.

Penyebab kedua adalah, keberhasilan program Kristenisasi, yang makin hari makin
berani dan canggih serta mengabaikan kode etik penyiaran agama. Fakta di lapangan
menunjukkan para misionaris seringkali melakukan penyimpangan dalam
menyebarkan injil dan kekristenan di Indonesia. Penyimpangan yang mereka lakukan
antara lain, pembangunan gereja di tengah masyarakat yang mayoritas
Muslim.Dengan Gereja yang megah dan kebaktian-kebaktian yang mereka lakukan,
kaum nasrani pelan-pelan menarik simpati warga sekitar. Kasus pembangunan gereja
yang membuahkan kemarahan warga sekitar misalnya kasus pendirian gereja GPIB
Shalom di kawasan Depok yang akhirnya dirusak dan dibakar massa pada tanggal 2
Nopember 1999.

Selain menggunakan cara yang halus, pemurtadan yang dilakukan kaum misionaris
juga dilakukan dengan cara yang keji. Kita tentu masih ingat kasus-kasus pemurtadan
dengan cara pemerkosaan gadis-gadis muslimah. Kasus seperti ini pernah terungkap
di kota Padang, Sumatera Barat.

Siswi MAN Padang Khairiyah Anniswah, diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen
dengan diberi minuman perangsang lalu diperkosa. Setelah tidak berdaya, dia
dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang.
Ia diculik dan disekap oleh komplotan aktivis Kristen dan diperlakukan secara tidak
manusiawi supaya masuk Kristen dan menyembah Yesus Kristus.

Itu sebagian modus yang dilakukan untuk memurtadkan umat Islam. Harian
Republika edisi April,1999 pernah memuat berita modus pemurtadan dengan cara
penyebaran narkoba yang dilakukan oleh misionaris dari Yayasan Sekolah Tinggi
Theologi (STT) Doulos, di Lembang, Bandung. Para pemuda diwilayah itu diberi
minuman keras dan obat terlarang sampai kecanduan, setelah itu mereka
disembuhkan di panti rehabilitasi Doulos sambil dicekoki dengan ajaran-ajaran
Kristen dan Injil.

Masih banyak lagi, tipu daya yang dilakukan kaum misionaris untuk memurtadkan
umat Islam. Cara mereka pun makin berani, misalnya dengan memberikan kesaksian
palsu atau melalui selebaran dan buku-buku yang berkedok Islam. (ln/eramuslim)

You might also like