Professional Documents
Culture Documents
SKS : 3 SKS
1. Deskripsi Singkat
Mata kuliah Analisa Struktur 1 merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa
program strata 1 Teknik Sipil di semester 3. Mata kuliah ini mencakup penjelasan
tentang cara menghitung gaya dalam, garis pengaruh gaya dalam dan lendutan
untuk balok dan rangka batang. Gaya dalam, lendutan merupakan fenomena umum
keseimbangan benda dalam merespon beban luar yang bekerja padanya. Teori
balok dan rangka batang merupakan teori struktur sederhana yang banyak
digunakan dalam perencanaan struktur bangunan teknik sipil, disamping merupakan
dasar teori mata kuliah analisa struktur selanjutannya maupun mata kuliah terapan
seperti struktur baja, beton bertulang dan kayu. Penguasaan mahasiswa pada mata
kuliah ini akan sangat membantu dalam penguasaan mata kuliah analisa struktur
lanjutan, mata kuliah yang berhubungan dan juga bermanfaat langsung saat terjun
kedunia pekerjaan kesipilan.
2. Relevansi (Kegunaan)
3. Standar Kopetensi
1
• Mahasiswa mampu menjelaskan teori dan mampu menghitung gaya dalam
rangka batang dengan metoda Keseimbangan titik kumpul, Cremona, Ritter
dan Culman.
• Mahasiswa mampu menghitung garis pengaruh gaya dalam balok dan rangka
batang akibat pengaruh beban berjalan.
5. Indikator
• Mampu menghitung secara benar garis pengaruh gaya dalam balok dan
rangka batang akibat beban berjalan dari kasus yang diberikan.
2
1.1.1 Pendahuluan
1.1.1.2 Relevansi
Penguasaan teori menghitung gaya dalam rangka batang sangat diperlukan dalam
perencanaan struktur rangka atap dan jembatan.
Mahasiswa menjelaskan teori dan mampu menghitung gaya batang dengan cara
keseimbangan titik simpul.
1.1.2 Penyajian
PRINSIP KESEIMBANGAN
3
RANGKA BATANG
Struktur rangka batang adalah struktur yang tersusun oleh kumpulan elemen batang
yang tersambung satu sama lain secara sendi. Gaya dalam yang ada hanya gaya
normal yaitu gaya yang tegak lurus penampang dan sejajar dengan sumbu batang.
Gaya-gaya batang dan beban luar yang bekerja pada 1 titik simpul dalam keadaan
seimbang. Persamaan keseimbangan yang dimiliki 1 titik kumpul ada 2. Kalau
jumlah titik simpul rangka batang K, jumlah persamaan keseimbangan yang dimiliki
adalah 2K. Jumlah anu yang dicari adalah gaya batang sebanyak batang S dan
reaksi perletakan sebanyak R. Kalau jumlah anu yang dicari sama dengan jumlah
persamaan keseimbangan yang ada dikatakan rangka batang adalah Rangka
Batang Statis Tertentu.
Kalau jumlah anu yang dicari lebih banyak dari jumlah persamaan keseimbangan
yang ada, dikatakan rangka batang adalah Rangka Batang Statis Tak Tertentu.
Terdapat beberapa cara untuk mencari gaya batang Rangka Stastis Tertentu :
Contoh :
RAV
A 1 C 2 E 3 G
RAH
11
8 9 10 12 13 14 15 4 M
RB 4 5 6 7 α
B D F H I
20 T
4 M 4 M 4 M 4 M
Dimulai dari titik simpul yang jumlah anu maksimum 2. Yang memenuhi titik simpul B
dan I. Dicoba dari titik simpul B :
∑ Kx = 0 S4 + RB = 0 S4 = - 40 ton
∑ Ky = 0 S8 + 0 = 0 S8 = 0 ton
Catatan : Permisalan semua gaya batang yang belum diketahui besar dan arah
adalah tarik, dengan arah meninggalkan titik simpul. Apabila dari hasil perhitungan
didapat harga negatip, berarti arah gaya batang yang bersangkutan berlawanan
dengan arah permisalan semula. Dengan demikian batang tersebut adalah tekan.
Simpul A :
Dengan cara yang sama diterapkan pada titik-titik simpul D, C, F, E, H, G dan I akan
didapat hasil analisis seperti tersebut pada tabel 1 :
S1 20 S9 20 2
S2 0 S10 - 20
S3 0 S11 20 2
S4 - 40 S12 0
S5 - 20 S13 0
S6 0 S14 0
S7 0 S15 0
S8 0
5
1.1.2.2 Latihan
Rangka batang pada gambar (2) : titik kerja gaya 20 ton berada di H
S1 40 S9 20 2
S2 20 S10 - 20
S3 0 S11 20 2
S4 - 60 S12 - 20
S5 - 40 S13 20 2
S6 - 20 S14 0
S7 0 S15 0
S8 0
1.1.3. Penutup
Tentukan gaya batang rangka batang gambar (2) ababila gaya 20 ton bekerja dititik I
dengan arah mendatar.
Hasil perhitungan gaya batang harus memenuhi bahwa resultante gaya di semua
titik simpul harus 0.
1.1.3.4 Rangkuman
Setiap benda maupun titik dalam kondisi yang diam berati seimbang. Dengan
keseimbangan dapat menghitung gaya dalam.
6
1.1.3.5 Kunci jawaban tes formatif
S1 0 S9 0
S2 0 S10 0
S3 0 S11 0
S4 20 S12 0
S5 20 S13 0
S6 20 S14 0
S7 20 S15 0
S8 0
1.2.1 Pendahuluan
1.2.1.2 Relevansi
Penguasaan teori menghitung gaya dalam rangka batang sangat diperlukan dalam
perencanaan struktur rangka atap dan jembatan.
Mahasiswa mampu berfikir kritis tentang permasahan keseimbangan benda dan titik
simpul rangka batang.
1.2.2 Penyajian
7
CREMONA
Cara Cremona adalah cara untuk menghitung reaksi perletakan dan gaya batang
secara grafis. Dalam mencari reaksi perletakan berpegang pada prinsip benda
r
seimbang bahwa resultante gaya luar dan reaksi perletakan harus sama dengan 0 .
Sedang dalam mencari gaya batang berpegang pada prinsip titik simpul seimbang
bahwa resultante gaya-gaya batang dan beban luar dititik simpul harus sama
r
dengan 0 . Seluruh diagram keseimbangan vektor gaya dari reaksi perletakan,
beban luar hingga gaya-gaya batang di semua titik simpul dijadikan 1. Diagram
gabungan akan berupa 1 diagram gaya-gaya yang menutup. Analisis dapat
dilakukan dalam arah searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam.
RAV
A 1 C 2 E 3 G
RAH
11
8 9 10 12 13 14 15 4 M
RB 4 5 6 7 α
B D F H I
20 T
4 M 4 M 4 M 4 M
(a)
RA +1
‐10
+9
+11
(b)
‐5
20 T ‐4 RB
Penataan arah reaksi perletakan juga harus sesuai dengan arah analisis yang
ditetapkan. Arah yang tidak konsisten akan menyebabkan diagram vektor tidak
menutup. Arah gaya reaksi yang sudah diketahui adalah RB. Ditentukan titik potong
RB dan beban 20 ton. Resultan RB dan gaya 20 ton akan melalui titik potong
8
r
tersebut. Resultan antara resultan RB dan 20 ton dengan RA akan berupa vektor 0 .
Hal ini hanya bisa dipenuhi apabila kedua vektor segaris kerja, sama besar dan
berlawanan arah. Dengan demikian arah gaya reaksi RA melalui A dan titik potong
RB dan 20 ton (F). Dengan mengambil arah searah jarum jam, diagram gaya reaksi
dan gaya-gaya batang disajikan dalam diagram Cremona berikut :
Gaya gaya batang yang tidak tersebut berharga 0. + menyatakan tarik dan –
menyatakan tekan. Arah reaksi perletakan yang tergambar merupakan arah yang
benar.
Gaya-gaya batang dihitung berdasar besaran skala. Kalau disajikan dalam tabel
sesuai dengan tabel 1.
1.2.2.2 Latihan
Rangka batang pada gambar (2) : titik kerja gaya 20 ton berada di H Dikerjakan
secara grafis akan diperoleh gaya batang seperti pada tabel 2.
1.2.3. Penutup
Tentukan gaya batang rangka batang gambar (2) ababila gaya 20 ton bekerja dititik I
dengan arah mendatar dengan cara Cremona.
Hasil perhitungan gaya batang harus memenuhi bahwa resultante gaya di semua
titik simpul harus 0.
Mahasiswa harus mau melakukan latihan menghitung gaya batang cara Cremona
dengan membuat soal latihan sendiri.
1.2.3.4 Rangkuman
Setiap benda maupun titik dalam kondisi yang diam berati seimbang. Dengan
penerapan keseimbangan grafis dapat menghitung gaya dalam.
9
2.1.1 Pendahuluan
Membahas gaya lintang dan momen suatu titik di balok yang besarnya dipengaruhi
oleh posisi beban berjalan.
2.1.1.2 Relevansi
Pengaruh beban berjalan pada gaya lintang dan momen pada balok merupakan
gambaran pengaruh beban kendaraan atau kereta api pada gaya lintang dan
momen jembatan balok.
L
Garis pengaruh gaya lintang dan
momen adalah grafik yang
1 (b) menyajikan besar gaya lintang dan
momen suatu titik di balok akibat
pengaruh beban berjalan satu satuan
1 (c) gaya.
Gambar garis pengaruh gaya lintang dan momen di C dinyatakan dalam gambar (7).
2.1.2.2. Latihan
0.25 L
Gambar7.b : Garis Pengaruh Gaya Dalam di D
(c) Garis Pengaruh Gaya Lintang
(d) Garis Pengaruh Momen
11
2.1.3. Penutup
Tentukan garis pengaruh gaya lintang dan momen untuk titik E yang berjarak 0.2 L
dari tumpuan kiri balok gambar (6).
Jumlah gaya lintang posistip dan negatip sama dengan 1. Besar momen ekstrim
sama dengan perkalian bentang kiri dan kanan dibagi bentang tottal.
x
Hitung dan gambar garis
C D pengaruh gaya lintang di C dan
A 0.6 L 0.4 L B D kedua balok berikut :
L 0.2 L
C D
A 0.5 L 0.5 L B
0.2 L L
2.1.3.4 Rangkuman
Dengan keseimbangan potongan, garis pengaruh gaya lintang dan momen akan
dapat digambar dan grafik berupa kumpulan fungsi linier terhadap posisi beban.
0.8
+ (a) Garis Pengaruh Gaya Lintang
_ (a) (b) Garis Pengaruh Momen
02
(b)
+
0.16 L
12
2.2. SUB POKOK BAHASAN : Garis Pengaruh Rangka Batang
Pendahuluan
Membahas gaya normal suatu batang pada rangka batang yang besarnya
dipengaruhi oleh posisi beban berjalan.
2.2.1.2 Relevansi
Pengaruh beban berjalan pada gaya normal rangka batang merupakan gambaran
pengaruh beban kendaraan atau kereta api pada gaya dalam jembatan rangka
batang.
2.2.2. Penyajian
Garis pengaruh pada rangka batang merupakan grafik yang menggambarkan besar
gaya normal suatu batang akibat pengaruh beban berjalan 1 satuan gaya. Untuk
menghitung dan menggambar garis pengaruh gaya normal suatu batang
dipergunakan cara analisis Ritter.
2.2.2.2. Latihan
Sebagai contoh akan menghitung garis pengaruh gaya normal batang 2, 6 dan 12
rangka batang yang tercantum pada gambar (8), diambil potongan Ritter I – I.
13
∑ MzI = 0 S2x4 + RAx8 = 0 S2 = - 2 RA
∑ Ky = 0 - S12xsin α + RA = 0 S12 = RA 2
x I
C 1 D 2 E 3 F 4 G
15
5 6 7 8 α
A H I J B
RA RB
I
4 M 4 M 4 M 4 M
(a)
(b)
(c)
C D 2 E F G
2
12 12
4 M
α 6 6 6 α
A H I I J B
RA (d) (e)
I RB
4 M 4 M 4 M 4 M
Gambar 8 : Potongan Ritter pada Rangka Batang Bidang
(a) Rangka batang dengan beban berjalan
(b) Garis Pengaruh RA
(c) Garis Pengaruh RB
(d) Potongan kiri
(e) Potongan kanan
14
Grafik garis pengaruh dinyatakan dalam gambar (9).
0.5V2
+
(a)
_
0.25V2
(b)
_
0.5
1
0.75
0.5
+
(c)
Gambar 9 : Garis Pengaruh Gaya Normal Rangka Batang
(a) Garis Pengaruh S12
(b) Garis Pengaruh S2
(c) Garis Pengaruh S6
2.2.3. Penutup
Garis pengaruh gaya batang atas umumnya negatip, gaya batang bawah umumnya
tarik dan gaya batang vertikal dan diagonal terjadi silang tanda.
2.2.3.4 Rangkuman
Dengan keseimbangan potongan, garis pengaruh gaya batang akan dapat digambar
dan grafik berupa kumpulan fungsi linier terhadap posisi beban.
15
0.25V2
+
_ (a)
0.5V2
(b)
_
0.5
1
0.75
0.5
+
(c)
Gambar 9.b : Garis Pengaruh Gaya Normal Rangka Batang
(a) Garis Pengaruh S14
(b) Garis Pengaruh S3
(c) Garis Pengaruh S7
3.1.1. Pendahuluan
Membahas perpindahan titik-titik simpul rangka batang akibat beban luar yang
bekerja. Perhitungan dapat dilakukan dengan cara analitis yaitu dengan usaha
virtuil atau dengan cara grafis yaitu cara Williot.
3.1.1.2 Relevansi
Lendutan rangka batang sesuai dengan lendutan rangka batang jembatan datu atap.
Lendutan yang besar akan dirasakan tidak aman oleh pemakai. Sehingga lendutan
terbesar menurut peraturan perencanaan harus dibatasi. Materi ini akan diperlukan
bagi seorang sarjana teknik sipil dalam bertindak sebagai perencana struktur.
16
3.1.2. Penyajian
ΔL1
C’
C ΔL1
ΔL2
1 A’
O C’
2 B’
+1 ‐ 2 ΔL2
A’
(a) (b) B’ (c)
A B
Gambar 10 : Diagram Williot
(a) Kondisi awal Titik C
(b) Sketsa perpindahan titik C
(c) Diagram Williot perpindahan titik C
Dengan demikian perpindahan ujung batang yang berhubungan dengan titik yang
akan digambarkan perpindahannya sama dengan perpindahan titik ujung yang lain.
Perubahan panjang digambarkan dengan arah sesuai arah batang. Kedua batang
yang ujung-ujung batangnya tidak bertemu dilingkarkan sampai kedua ujung
bertemu. Titik temu hádala posisi baru titik tersebut. Dalam batasan deformasi
Sangay kecil gerakan melingkar batang dapat didekati dengan gerakan tegak lurus.
Penggambaran diagram Williot hanya menampilkan perpindahan titik-titik
17
sebelumnya, perubahan panjang dan gerakan tegak lurus. Semua perpindahan titik
simpul diukur dari titik awal O. Sketsa penggambaran perpindahan titik simpul dan
diagram Williot disajikan pada gambar (10).
Contoh 1 :
20 t C 1 D
‐20
ΔL3
20V2
2 0 3 4 4 M C’
‐20 O
B’
α ΔL4
0
RAH B D’ ΔL1
5 (b)
A
RAV RB
4 M (a)
Gambar 11 : Perpindahan titik simpul Rangka Batang beban 20 ton
(a) Sketsa Rangka Batang
(b) Diagram Williot
Dengan menggunakan keseimbangan titik kumpul gaya batang rangka batang pada
gambar (12) yang berbeban 20 ton, dapat diperoleh. Hasil gaya batang tercantum
dalam gambar. Berdasar gaya batang terhitung, perubahan panjang batang dihitung
dengan menggunakan humus Robert Hooke :
S ΔL SL
σ = Eε σ= ε= dengan demikian ΔL =
A L EA
18
Tabel 4 : Perubahan Panjang Batang
SiLi
i Si (Kg) Li (cm) Ai (cm2) ΔLi = (cm)
EAi
1 -20000 400 20 -0.2
2 0 400 20 0
3 20000V2 400V2 20 0.4
4 -20000 400 20 -0.2
5 0 400 20 0
Contoh 2 :
B” B’
C
‐ 10V2 ‐ 10V2
C” D”
1 2 3 4 M
20
ΔL31 D’
4 5 α ΔL2
C’
A 10 D 10 B
20 T O ΔL4 ΔL5
RA RB ΔL1
4 M 4 M (a) (b)
Gambar 12 : Perpindahan titik simpul Rangka Batang beban 20 ton
(a) Rangka dan Gaya batang
(b) Diagram Williot
Dengan menggunakan keseimbangan titik kumpul gaya batang rangka batang pada
gambar (12) yang berbeban beban 20 ton, dapat diperoleh. Hasil gaya batang
tercantum dalam gambar. Berdasar gaya batang terhitung, perubahan panjang
batang dihitung. Hasilnya disajikan pada tabel 5.
19
Tabel 5 : Perubahan Panjang Batang
SiLi
i Si (Kg) Li (cm) Ai (cm2) ΔLi = (cm)
EAi
1 -10000V2 400V2 20 -0.2
2 20000 400 20 0.2
3 -10000V2 400V2 20 -0.2
4 10000 400 20 0.1
5 10000 400 20 0.1
Persoalan berbeda dengan contoh 1 dimana titik kedua setelah titik sendi adalah titik
rol yang tidak mungkin pindah vertikal. Contoh 2 titik kedua adalah titik yang
dimungkinkan berpindah vertical. Untuk mengatasi kesulitan ini, titik kedua setelah
sendi dianggap tidak pindah vertical. Kemudian dilanjutkan penggambaran
perpindahan titik-titik yang lain. Setelah tergambar ternyata titik rol B pindah vertical.
Ini merupakan kesalahan akibat asumís titik D tidak pindah vertical. Kesalahan harus
dikoreksi dengan cara rangka batang diputar secara kaku dengan titik pusat titik
sendi A. Besar pemutaran sebesar kesalahan yang terjadi. Hasil pemutaran kaku
akan memberikan perpindah titik kumpul tergambar sebagai (”). Perpindahan yang
benar adalah dari (”) ke (’). Dengan demikian titik rol B hanya perpindah horisontal
dari B” ke B’.
Benda yang seimbang kalau diberi beban/perpindahan maya, usaha yang dilakukan
oleh beban luar akan sama dengan energi regangan yang tersimpan dalam benda.
Rangka batang seperti pada gambar (13), diberi beban maya satu satuan gaya yang
sangat kecil di B dalam arah horisontal. Gaya ini akan menimbulkan gaya batang αi.
Berdasar Hukum Usaha Virtuil akan diperoleh persamaan seperti berikut :
n
S i α i Li n
S i α i Li
1 * δ BH = ∑ atau δ BH = ∑
i =1 EAi i =1 EAi
20
Li adalah panjang batang yang ke i
Ai adalah luas penampang batang yang ke i
E adalah modulus elastisitas. 0
C C
‐ 10V2 ‐ 10V2 0 0
1 2 3 4 M 1 02 3 4 M
20
4 5 α 1 4 5 α 1
A 10 D 10 B A 1 D 1 B
20 T
RA RB RA RB
4 M 4 M (a) 4 M 4 M (b)
SiαiLi
i Si (Kg) αi Li (cm) Ai (cm2) (cm)
EAi
1 -10000V2 0 400V2 20 0
2 20000 0 400 20 0
3 -10000V2 0 400V2 20 0
4 10000 1 400 20 0.1
5 10000 1 400 20 0.1
δBH 0.2
Penempatan posisi dan arah beban maya disesuaikan dengan perpindahan titik dan
arah yang diinginkan. Apabila ternyata perpindahan yang dihitung berharga negatip
berarti arah perpindahan berlawanan denga arah beban maya.
3.1.3. Penutup
21
3.1.3.2 Umpan balik
Pada rangka batang tertumpu sendi dan rol umumnya perpindahan vertikal titik-titik
simpul oleh beban gravitasi mempunyai arah kebawah, perpindahan horisontal titik-
titik simpul bawah mempunyai arah kekanan dan titik-titik simpul atas kekiri
3.1.3.4 Rangkuman
Untuk menghitung perpindahan suatu titik lebih efisien mempergunakan cara uasah
virtuil dan kalau menghitung perpindahan seluruh titik simpul lebih cepat
dipergunakan cara Williot.
SiαiLi
i Si (Kg) αi Li (cm) Ai (cm2) (cm)
EAi
3.2.1. Pendahuluan
22
Lendutan balok dapat dihitung dengan menggunakan cara analitis, metoda Luasan
Bidang Momen dan Teorema Castigliano. Cara analitis adalah cara yang
menggunakan integrasi persamaan diferensial turunan kedua lendutan. Metoda
Luasan Bidang momen mengembangkan persamaan turunan kedua lendutan
kearah lausan dan statis momen bidang momen. Dan Teorema Castigliano
merupakan hasil jabaran lanjut dari teori energi regangan beban satis.
3.2.1.2 Relevansi
Lendutan balok sesuai dengan lendutan balok jembatan, balok gedung bertingkat.
Lendutan terbesar menurut peraturan perencanaan harus dibatasi. Lendutan yang
melampaui batas dapat dirasakan oleh pemakai, sehingga timbul kesan tidak aman.
Materi ini sangat diperlukan bagi seorang sarjana teknik sipil saat terjun dalam dunia
perencanaan struktur.
3.2.2. Penyajian
• Cara Analitis
• Metoda Luasan Bidang Momen
• Formulasi Castigliano
1 Cara Analitis
Untuk mencari lendutan balok dengan cara analitis, dilakukan integrasi persamaan
hubungan lendutan dengan momen lapangan. Momen lapangan disesuaikan
momen lapangan balok yang dikaji yang sangat dipengaruhi oleh macam beban
yang bekerja. Integrasi turunan kedua fungsi lendutan akan terdapat 2 konstanta
integrasi untuk setiap momen lapangan. Dengan memanfaatkan harga batas,
konstanta integrasi akan dapat ditemukan.
23
1. Balok Dengan Beban Merata
Mx = RA x – ½ q x2
x
q Mx = ½ q L x – ½ q x2
X
A Mx
φA φB B y" = −
EI z
RA RB
L EIz y” = - Mx
Y EIz y” = ½ q x2 - ½ q L x
C1 x + C2
Dari lendutan yang terjadi terdapat 2 titik yang diketahui harganya, yaitu titik A dan B
:
qL3
x=L y=0 memberikan harga C1 =
24
1 3 1 2 qL3
EIz y’ = q x – qLx +
6 4 24
1 1 qL3
EIz y = q x4 – qLx3 + x
24 12 24
Fungsi lendutan sudah definitip. Kalau harga E, Iz, q dan L diketahui fungsi lendutan
dan turunan dapat digambar. Dalam bangunan sipil lendutan umumnya sangat kecil
sehingga sudut yang dibentuk oleh garis singgung menyinggung balok melendut
dengan sumbu x juga sangat kecil. Tangen sudut yang sangat kecil akan sama
dengan sudutnya itu sendiri. Hanya sudut harus dalam radial.
φA = sudut yang dibentuk oleh garis singgung di A terhadap sumbu x atau terhadap
arah sebelum dibebani. φA juga menyatakan rotasi penampang atau titik di A.
24
qL3
φA = y’ untuk x = 0 ϕA =
24 EI z
qL3
φB = y’ untuk x = L ϕB = −
24 EI z
1 1 qL3
q x3 – qLx2 + =0 ini merupakan polinom pangkat 3 yang
6 4 24
mempunyai akar x 3 buah. Karena kondisi simetris salah satu akar pasti x = ½ L.
Kalau dimasukkan akan memenuhi persamaan. Harga lendutan didapat dengan
memasukkan x = ½ L ke persamaan y :
5ql 4
y max =
384 EI z
Pb Pa
x RA = RB =
P L L
Terdapat 2 momen lapangan :
A B X Lapangan 1 : 0 < x < a
φA φB Pb
RA a b RB Mx = RA x = x
L
EIz y” = - Mx
L Pb
Y EIz y” = - x
Gambar 15 : Balok dengan beban terpusat L
Pb 2
EIz y’ = - x + C1
2L
Pb 3
EIz y = - x + C 1 x + C2
6L
Pb
Mx = x - P (x-a)
L
EIz y” = - Mx
Pb
EIz y” = - x + P (x-a)
L
25
Pb 2
EIz y’ = - x + ½ P (x-a)2 + C3
2L
Pb 3
EIz y = - x + + 1/6 P (x-a)3 + C3 x + C4
6L
Pb 3 Pab( L + b)
EIz y = - x + + 1/6 P (x-a)3 + x
6L 6L
26
3. Balok Dengan Beban Momen diujung
M
RA =
x L
M M
φA φB Mx = - x
A X L
B M
EIz y” = x
RA L RB L
M 2
EIz y’ = x + C1
2L
Y M 3
Gambar 16 : Balok dengan beban Momen EIz y = x + C 1 x + C2
6L
Harga batas :
x=0 y=0 memberikan harga C2 = 0
ML
x=L y=0 memberikan harga C1 = -
6
Persamaan turunan pertama lendutan dan lendutan menjadi :
M 2 ML
EIz y’ = x -
2L 6
M 3 ML
EIz y = x - x
6L 6
Rotasi dan lendutan terbesar :
ML
φA = y’ untuk x = 0 ϕA = −
6 EI z
ML
φB = y’ untuk x = L ϕB =
3EI z
Ymax terjadi bila y’ = 0 atau :
M 2 ML
x - =0 didapat akar yang rasional x = 1
3
L 3
2L 6
1
Y max = 3 ML2
27
Akibat beban sebarang balok seperti pada gambar (17) melendut. Turunan kedua
fungsi lendutan adalah :
Mx
y" = −
EI z
Ditarik garis singgung melalui kedua ujung elemen sepanjang dx. Kedua garis
singgung akan membentuk sudut sebesar dφ dan akan memotong garis vertikal
27
melalui B di 2 titik. Jarak kedua titik potong adalah df. Sudut yang dibentuk oleh garis
singgung dengan sumbu x dinyatakan oleh y’. Selisih arah kedua garis singgung
atau sudut yang dibentuk oleh kedua garis singgung adalah dy’. Dengan demikian :
Kalau seluruh df yang dihasilkan oleh garis singgung dari A sampai B dijumlah akan
sama dengan fB, yaitu panjang bagian garis vertical melalui B yang terpotong oleh
garis singgung melalui A dan melalui B :
B
Mx
fB = ∫ xdx
A
EI z
Formulasi ini menyatakan bahwa fB sama dengan statis momen luasan bidang
momen antara A dan B terhadap B dibagi EIz.
Contoh 1 :
Balok dengan 2 buah beban terpusat dengan posisi simetris gambar (18). Reaksi di
A dan B sama dengan P. Momen di bawah beban sama dengan Pa. Bidang momen
berupa trapesium.
28
Menghitung rotasi penampang atau rotasi garis singgung di A dan B :
1 1
fA = {2 ( L − 2a + L) Pa 12 L} fA =
PaL
( L − a)
EIz 2 EIz
f Pa Pa
ϕB = A ϕB = ( L − a) idem ϕ A = ( L − a)
L 2 EIz 2 EIz
Menghitung Lendutan
P P
maksimum :
A ymax B X
φA φB Dikaji bagian A – C. Berhubung
fA fB
simetris titik tengah bentang C
a L – 2 a a mempunyai lendutan yang
L maksimum.
Y Bid. M ymaks = fA
Pa + Pa
(a)
sama dengan statis momen
luasan bidang momen antara A
fA ymax
– C terhadap A dibagi EIz
A C (b)
1 1 22
y maks = { Pa 3 a +
Gambar 18 : Balok dengan 2 beban terpusat EIz 2
(a) Bidang momen L − 2a
2 Pa ( L − 2a )( a + )}
1
(b) Sketsa lendutan di tengah bentang 4
Pa ⎛ L2 a 2 ⎞
y maks = ⎜ − ⎟⎟
EIz ⎜⎝ 8 6 ⎠
1. Segi tiga
a b
Luas = 12 Lh
h
* C
13 ( L + a ) 13 ( L + b)
29
2. Parabola 1
q
L Luas = 23 Lh
* C h
85 L 83 L
3. Parabola 2
L
Luas = 1/3 Lh q
* C
h
¼ L ¾ L
Luasan yang dinyatakan merupakan bidang momen kantilever terjepit dengan beban
merata.
4. Hiperbola
L
Luas = 1/4 Lh
q
* C
h
1/5 L 4/5 L
Luasan yang dinyatakan merupakan bidang momen kantilever terjepit dengan beban
merata.segitiga.
Contoh 2 :
Balok tertumpu sederhana sendi dan rol dengan beban merata segitiga seperti
gambar (19). Dengan menggunakan 3 persamaan keseimbangan diperoleh reaksi
perletakan :
RA = 1/6 qL RB = 1/3 qL.
30
L
φA qx = x/L q
ymaks ΦB
Mx = 1/6 qL x – 1/6 qx 3/L
fB
fA Untuk mempermudah penyele
saian, bidang momen dipisah
(a) menjadi 2 bentuk segitiga untuk RA
x dan hiperbola untuk akibat q.
2
fB = (1/6 qL2 L/2 1/3L – 1/6 qL2 L/4
M1 1/6 q L
+ 1/5L)/EIz
(b) 7 qL4
fB =
360 EIz
7 qL3
1/6 q L 2 dengan demikian φA =
M2 _ 360 EIz
(c) fA = (1/6 qL L/2 2/3L – 1/6 qL2 L/4
2
4/5L)/EIz
Gambar 19 : Balok dengan beban merata segitiga 8qL4 8qL3
fA = φB =
(a) Sketsa lendutan 360 EIz 360 EIz
(b) Bidang momen akibat RA
(c) Bidang momen akibat q Posisi lendutan maksimum ymaks
berada dititik C yang ber garis
singgung sejajar sumbu X. Misal posisi titik tersebut berjarak x dari titik A. Tentukan
M1 dan M2 dalam x :
M1 = 1/6 qL x
M2 = – 1/6 qx 3/L
Untuk seksi A – C :
Sudut yang dibentuk garis singgung mealalui A dan C = φA. Persamaan ini adalah :
31
3. Teorema Castigliano
3.1. Energi Regangan dalam Tarikan
dW = Pxdx. (4)
Px = EAx/L (5)
dW = EAx/L dx (6)
Kalau seluruh dU dari awal hingga akhir dijumlah, akan diperoleh total usaha :
δ
EA EA 2
W =∫ xdx atau W= δ
0
L 2L
Menurut Hukum Kekekalan Energi, usaha yang dilakukan beban akan berubah
menjadi Energi Regangan dalam benda. Energi regangan batang dinyatakan
dengan U, sehingg :
EA 2
U= δ (7)
2L
32
Pδ P2L
U= dan U= (8)
2 2 EA
Eε 2 σε σ2
ω= ω= dan ω= (8)
2 2 2E
Suatu beban berat W dijatuhkan setinggi h seperti gambar (21). Setelah menekan
platform, platform masih tersu turun hingga mencapai δ. Beban mealakukan usaha
sebesar : W(h+ δ). Pada batang yang bertambah panjang δ tersimpan energi
EA 2
regangan U = δ . Menurut hukum kekekalan
2L
energi usaha yang dilakukan beban sama dengan
energi yang tersimpan, sehingga diperoleh persamaan
:
L EA 2 2WL 2WL
δ = W (h+ δ) atau δ2 - δ- h =0
2L EA EA
h
W
WL
δ Misal dinyatakan sebagai δSt maka persamaan
EA
menjadi
Gambar 21 : Batang dengan
beban impact δ2 - 2 δSt δ - 2 δSt h = 0 diperoleh
δ = δSt + δ St 2 + 2δ St h (9)
Paku diameter 4 mm panjang 5 cm dipukul dengan palu berat 0.30 Kg dengan tinngi
jatuh 30 cm. Berapa tegangan kerja paku?.
Jawab :
WL
δSt = δSt = 5.684 10-6 cm
EA
33
δ = δSt + δ St 2 + 2δ St h δ = 0.01847 cm
0.3
σSt = = 2.39 Kg/cm2.
0.12566
Tegangan hancur kayu sekitar 4 kali tegangan ijin. Misal tegangan ijin kayu 150
Kg/cm2 maka tegangan hancur = 600 Kg/cm2. Kayu tidak kuat menahan tegangan
ujung paku sebesar 7758.83 Kg/cm2. Maka kayu akan hancur dan paku akan masuk
kedalam kayu.
Benda seperti gambar (22) memikul gaya geser P secara statis. Pada kondisi beban
akhir benda berubah bentuk dengan kedua penampang bergeser relatip sebesar δ.
Analog penjabaran seperti pada pembebanan tarik statis, energi regangan pada
benda :
δ Pδ
U= (10)
2
P
γ Tinjau rumusan Robert Hooke untuk geser :
L
δ P
τ = G γ padahal γ= dan τ =
P L A
GA
Gambar 22 : Benda dibebani geser sehingga P= δ (11)
secara statis
L
GA 2 L
U= δ dan U = P2 (12)
2L 2GA
Kalau dibagi dengan volume AL akan diperoleh energi persatuan volume :
τγ Gγ 2 τ2
ω= ω= dan ω= (13)
2 2 2G
φ
M 3.4 Energi Regangan Lentur
L
Berdasar metoda luasan bidang momen,
Gambar 23 : Kantilever dengan beban diperoleh :
Momen
34
ML
ϕ=
EIz
Berdasar analogi pembebanan statis tarik, pada pembebanan statis momen
diperoleh energi regangan :
Mϕ M 2L EIzϕ 2
U= ,U= dan U = (14)
2 2 EIz 2L
Mx2
dU = dx
2 EIz
Kalau energi regangan lentur seluruh elemen dijumlah, didapat :
2
Mx 2 EIz ⎛ d 2 y ⎞
L L
U= ∫ dx atau U= ∫ ⎜ ⎟ dx (15)
x =0
2 EIz x =0
2 ⎜⎝ dx 2 ⎟⎠
Untuk mendapatkan lendutan oleh gaya geser, dikaji elemen kecil panjang dx tinggi
dy dan lebar b. Energi yang tersimpan dalam elemen tersebut adalah dU :
35
τ2 P h2
dU = b dx dy Distribusi tegangan geser pada lapis y : τ = ( − y2 )
2G 2 Iz 4
P2 h2
Sehingga dU = ( − y 2 ) 2 bdxdy . Persamaan ini menyatakan energi geser
8GIz 2 4
yang tersimpan dalam elemen. Total energi regangan geser dalam balok adalah :
P2 h2 P 2 Lh 2
U G = ∫∫ 2
( − y 2 ) 2 bdxdy didapat UG =
8GIz 4 20GIz
Kalau energi regangan momen lentur dan energi regangan geser dijumlah diadapat
Total energi regangan U :
P 2 L3 P 2 Lh 2 Pδ
U= + Untuk pembebanan statis U =
6 EIz 20GIz 2
Pδ P 2 L3 P 2 Lh 2 PL3 PLh 2
= + atau δ= + atau
2 6 EIz 20GIz 3EIz 10GIz
PL3 ⎛ 3 h2 E ⎞ 1 h 1
δ= ⎜⎜1 + ⎟ Untuk ≤ ≤ dan μ = 0.25 diperoleh :
3EIz ⎝ 10 L2 G ⎟⎠ 20 L 10
PL3 ⎛ 3 1 ⎞ PL3
δ= ⎜1 + 2.5 ⎟ = (1 + 0.0075)
3EIz ⎝ 10 100 ⎠ 3EIz
Karena lendutan akibat geser sangat kecil dibanding akibat momen lentur, untuk
perhitungan lendutan yang diperhitungkan hanya pengaruh momen lentur.
36
WL3 WL3
δ2 − δ− h = 0 atau
24 EIz 24 EIz
δ 2 − 2δ St − 2δ St h = 0
Contoh :
P3
3.6 . Persamaan Umum Energi Regangan
P2 δ3 P4
Benda memikul beban sebarang dalam
δ4
δ2 kondisi seimbang seperti gambar (27).
Benda mengalami deformasi dan titik-titik
δ1 δn Pn
dimana Pi bekerja mengalami perpin
P1 dahan. Besarnya energi regangan tidak
terpengaruh oleh proses pembebanan
tetapi hanya tergantung pada kondisi akhir
Gambar 27 : Benda memikul beban pembebanan. Besar energi regangan :
d l k d b
L/2 L/2 U = ½ P1 δ1 + ½ P2 δ2 +…. + ½ Pn δn (17)
U merupakan fungsi P1, P2 , …. , Pn.
M P
Untuk membuktikan energi regangan hanya
φ δ
tergantung pada kondisi akhir pembebanan,
(a)
P dikaji contoh seperti gambar (28) berikut :
δ1 (b) Balok dengan beban P ditengah bentang
φ1 dan M di atas perletakan. Kalau dikaji
L secara terpisah hanya akibat P seperti (b) :
PL3 PL2
M δ2 (c) δ1 = ϕ1 =
φ2 48 EIz 16 EIz
L dan akibat M seperti (c) :
ML2 ML
Gambar 28 : Balok dibebani P & M δ2 = ϕ2 =
16 EIz 3EIz
(a) Pembebanan statis Bersama‐sama
(b) Pembebanan Statis P
(c) Pembebanan Statis M
37
Kalau P dan M bekerja bersama secara statis seperti (a), energi regangan :
PL3 ML2 PL2 ML
U=½P( + )+½M( + )
48 EIz 16 EIz 16 EIz 3EIz
P 2 L3 PML2 M 2L
U= + + (18)
96 EIz 16 EIz 6 EIz
P2 P4 ∂U
δ3 U+ dPn (19)
δ4 ∂Pn
δ2
Pembebanan dibalik dPn bekerja lebih dulu
δ1 dδn δn Pn dPn baru P1, P2 , …. , Pn bekerja kemudian.
Energi regangan saat dPn bekerja :
P1
½ dPn dδn. karena sangat kecil diabaikan.
Energi regangan saat P1, P2 , …. , Pn
Gambar 29 : Benda mendapat
bekerja :
½ P1 δ1 + ½ P2 δ2 +…. + ½ Pn δn + dPn δn
b h b b d = U + dPn δn (20)
Energi regangan tidak tergantung pada proses, dengan demikian persamaan (19)
sama dengan persamaan (20) dan diperoleh :
∂U
δn = (21)
∂Pn
Rumusan ini menyatakan bahwa perpindahan suatu titik sama dengan turunan
parsial energi regangan ke gaya dititik itu bekerja.
x
Rumusan tersebut ditemukan oleh seorang Italian
P dari Torino yang bernama Castigliano (1875).
δ
φ Contoh :
M L Balok kantilever dengan beban terpusat dan
momen diujung. Diminta menentukan δ dan φ
Gambar 30 : Kantilever dengan beban diujung kantilever.
terpusat dan momen
38
Mx = - M – P x
Menggunakan persamaan (14), energi regangan :
Mx 2
L
U =∫ dx
0
2 EIz
∂U Mx ∂Mx (− M − Px)
L L
δ= =∫ dx = ∫ (− x) dx
∂P 0 EIz ∂P 0
EIz
PL3 ML2
δ= +
3EIz 2 EIz
∂U Mx ∂Mx (− M − Px)
L L
ϕ= =∫ dx = ∫ (−1) dx
∂ϕ 0 EIz ∂ϕ 0
EIz
PL2 ML
ϕ= +
2 EIz EIz
Kalau dibalik, P3, P4 bekerja lebih dulu baru P1, P2 bekerja kemudian, energi
regangan :
U1 = ½ P3 δ3’ + ½ P4 δ4’
U2 = P3 δ3 + P4 δ4 + ½ P1 δ1 + ½ P2 δ2
39
U = ½ P3 δ3’ + ½ P4 δ4’ + P3 δ3 + P4 δ4 + ½ P1 δ1 + ½ P2 δ2 (23)
Karena kondisi akhir sama, persamaan (22) sama dengan persamaan (23), didapat :
Rumusan (23) dikenal sebagai teorema timbal balik (Reciprocal Theorem) dari Betti.
P2
Langkah sama seperti pada pembahas
δ2 δ2’ an teorema Betti, diperoleh rumusan :
P1 δ1’ = P2 δ2
δ1 δ1’
P1 Untuk P1 = P2 diperoleh :
δ1 ’ = δ2 (25)
Gambar 30 : Benda mendapat memikul
b b
Contoh :
Gambar 31 : Balok dibebani P & M ML
ϕ2 =
(a) Pembebanan Statis P 3EIz
(b) Pembebanan Statis M
Dengan menggunakan teorema Maxwell
diperoleh persamaan :
P δ2 = M φ1 atau
PL2 ML2
δ2 = M /P =
16 EIz 16 EIz
40
3.2.3. Penutup
L L/4
P
C
EI D
Gambar 31 : Balok dengan overstek
• Hitung Rotasi titik-titk diatas perletakan dan ujung overstek balok gambar (31)
3.2.3.4 Rangkuman
RA = ¼ P arah kebawah
41
2
⎛ 1 Px − 54 P ( x − L) ⎞
L
U2 = ∫ ⎜⎜ 4 ⎟⎟ dx
0⎝
2 EI ⎠
2 2
L
⎛ 1 Px ⎞ L
⎛ 14 Px − 54 P( x − L) ⎞
U = ∫ ⎜⎜ 4
0⎝
⎟ dx +
2 EI ⎟⎠ ∫0 ⎜⎜⎝ 2 EI
⎟⎟ dx
⎠
∂U 5 PL3
δD = =
∂P 48 EI
42